Farmakologi hiv aids — Presentation Transcript 1. HIV/AIDS Disusun oleh : Dinda Ayu Deliana Linda Kirana Nurlina Wenny Indriasari Farmakologi Antitumor & Antiinfeksi Magister Farmakologi Sekolah Farmasi ITB 2010 2. What is HIV/AIDS? HIV, or human immunodeficiency virus, is the virus that causes AIDS. HIV attacks the immune system by destroying CD4 positive (CD4+) T cells, a type of white blood cell that is vital to fighting off infection. The destruction of these cells leaves people infected with HIV vulnerable to other infections, diseases and other complications. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) is the final stage of HIV infection. A person infected with HIV is diagnosed with AIDS when he or she has one or more opportunistic infections, such as pneumonia or tuberculosis, and has a dangerously low number of CD4+ T cells (less than 200 cells per cubic millimeter of blood). 3. Prevalensi Kasus HIV/AIDS di Indonesia Periode 1 Januari 1987 – Maret 2010 Sumber : Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2010 4. Patofisiologi Virulensi HIV : Replikasi cepat Mudah bermutasi Dapat bersembunyi dari sistem imun 5. SIKLUS HIDUP HIV 6. 7. HIV Devastates the Immune System Killing Cells Directly Apoptosis 8. The Death of Innocent Bystander Cells Destruction of Immune Precursor Cells 9. HIV bersembunyi dari sistem imun 10. Progresivitas HIV/AIDS 11. Gejala Early symptoms : Fever Headache Tiredness Enlarged lymph nodes in the neck and groin area >> flu-like symptoms 12. Later symptoms : Rapid weight loss Recurring fever or profuse night sweats Extreme and unexplained fatigue Prolonged swelling of the lymph glands in the armpits, groin, or neck Diarrhea that lasts for more than a week Sores of the mouth, anus, or genitals Pneumonia Red, brown, pink, or purplish blotches on or under the skin or inside the mouth, nose, or eyelids Memory loss, depression, and other neurologic disorders. 13. Diagnosa ELISA -> Mendeteksi antibodi thd HIV-1. Positif palsu dpt tjd pd perempuan yg telah melahirkan beberapa kali, pd yg baru mendapatkan vaksin hepatitis B, HIV, influeza, atau rabies, penerima tranfusi darah berulang, dan penderita gagal ginjal atau hati, atau menjalani hemodialisa kronik. Negatif palsu dapat terjadi bila pasien baru terinfeksi, dan test dilakukan sebelum pembentukan antibodi yg adekuat. Waktu minimum utk terbentuknya antibodi 3-4 minggu dari awal terpapar. Uji Western blot adalah yang paling umum dilakukan untuk test konfirmasi. 14. Diagnosa Test beban virus menghitung viremia dgn mengukur jumlah virus RNA. Cara yg digunakan: RT-PCR, bDNA, dan Transcription-Mediated Amplification. Jumlah limfosit CD4 dalam darah adalah tanda pengganti perkembangan penyakit. Normal CD4 berkisar antara 500-1600 sel/mikroliter atau 40-70% dari seluruh limfosit. 15. Faktor Resiko PMS (Penyakit Menular Seksual) dicurigai meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV dengan dua mekanisme. Ulkus genetial (misalnya, sifilis, herpes, atau chancroid) mengakibatkan adanya celah pada lapisan saluran kelamin atau kulit. Celah tsb membuat portal masuk bagi HIV. PMS Non-ulseratif (misalnya, klamidia, gonore, dan trikomoniasis) meningkatkan konsentrasi sel-sel dalam cairan vagina yang dapat berfungsi sebagai target untuk HIV (misalnya, sel CD4 +). 16. Faktor Resiko Studi menunjukkan bahwa ketika orang yang terinfeksi HIV juga terinfeksi dengan PMS lain, mereka lebih mungkin memiliki HIV dalam cairan vagina mereka. Misalnya, pria yang terinfeksi dengan kedua gonore dan HIV lebih dari dua kali lebih mungkin untuk menyebarkan HIV pada cairan kelamin mereka daripada mereka yang hanya terinfeksi HIV. Selain itu, konsentrasi median HIV dalam air mani adalah sebanyak 10 kali lebih tinggi pada pria yang terinfeksi dengan kedua gonore dan HIV dibandingkan pria yang hanya terinfeksi HIV. 17. Penularan HIV Transmisi seksual k ontak antara sekresi cairan vagina atau cairan sem en seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya Penularan melalui darah p enggunaan kembali obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah Ibu-ke-anak transmisi t erjadi melalui rahim selama masa perinatal 18. Komplikasi Penyakit p aru-paru u tama ( p neumonia pneumo si stis) Penyakit saluran pencernaan utama ( e sofagitis) Penyakit saraf dan kejiwaan utama Kanker dan tumor ganas (malignan) Infeksi oportunistik lainnya gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan sitomegalovirus 19. Opportunistic Infections associated with AIDS Bacterial Tuberculosis (TB) Strep pneumonia Viral Kaposi Sarcoma Herpes Influenza (flu) 20. Opportunistic Infections associated with AIDS Parasitic Pneumocystis carinii Fungal Candida Cryptococcus 21. GOAL -> Mencapai efek penekanan maksimum replikasi HIV. Sasaran sekunder : peningkatan limfosit CD4 dan perbaikan kualitas hidup. Sasaran akhir : penurunan mortalitas dan morbiditas. 22. Sistem Tahapan Infeksi 23. Rekomendasi utk memulai terapi dgn ARV pd remaja dan dewasa berdasar kategori klinis dan tanda imunologi 24. TERAPI FARMAKOLOGI HIV 25. PRINSIP TERAPI ANTI RETROVIRAL Pengobatan antiretroviral tidak akan menyembuhkan, karena infeksi HIV tidak dapat dihilangkan, hanya bisa menekan replikasi HIV dan meningkatkan jumlah CD4. Pengobatan bisa berlangsung seumur hidup dengan obat yang tersedia Semua regimen pengobatan yang ada, berkaitan dengan toksisitas. Beberapa dapat mengancam nyawa 26. Selalu ada resiko resistensi jika tidak patuh dalam penggunaan obat ARV. Walaupun ada kerusakan dari sistem imun inang karena infeksi HIV, Infeksi Oportunistik yang serius hanya akan terjadi pada infeksi HIV parah. 27. PENGGOLONGAN OBAT ANTIRETROVIRAL Nukleosida reverse transcriptase inhibitor (NRTI) Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI) Non Nukleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTIs) Protease inhibitor (PI) Viral Enrty Inhibitor 28. 29. Nukleosida analog reverse transcriptase inhibitor (NRTI) Bekerja pada enzim reverse transkriptase Untuk dapat bekerja, semua golongan NRTI hrs mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma Mekanisme kerjanya : menginhibisi pemasukan nukleotida secara kompetitif. Virus harus menjalani fosforilasi intrasel untuk membentuk trifosfatnya yang merupakan analog nukleosida untuk DNA polimerase. 30. ZIDOVUDIN 31. 32. Mekanisme kerja : Zidovudin bekerja dengan menghambat enzim reverse transkriptase virus. Gugus Azidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5’monofosfat akan bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus dan menghambat reaksi reverse transkriptase Spektrum : HIV 1 dan 2 Resistensi : mutasi enzim reverse transkriptase; bisa terjadi resistensi silang dg analog nukleosida lainnya 33. Dosis : 600 mg po per hari Efek samping : anemia, neutropenia, sakit kepala, mual 34. DIDANOSIN Didanosin diubah mjd dideoksiadenosin trifosfat scr intraselular 35. DIDANOSIN Mekanisme kerja : Trifosfat ini menghambat sintesa DNA retrovirus (HIV) melalui penghambatan kompetitif RT dan penggabungan ke dalam DNA viral Resistensi : mutasi enzim RT Spektrum : HIV 1 dan 2 Indikasi : infeksi HIV tingkat lanjut Dosis : 400 mg po per hari dosis tunggal/terbagi 36. Efek samping : neuropathy perifer, pankreatitis, diare, fatigue, sakit kepala, mual, rash, muntah, retinal depigmentasi, alopecia, anemia, mulut kering, demam, kembung, pembesaran kelenjar parotid, leukopenia, hiperuricaemia, laktat asidosis dan hepatomegali dengan steatosis stlh pengobatan berjalan beberapa bulan. 37. ZALSITABIN Analog dideoksisistidin [ddc] Mekanisme kerja : diubah menjadi dideoksi trifosfat. Shg menghambat enzim reverse transkriptase. 38. Indikasi : infeksi HIV lanjut pada dewasa yg tdk tahan zidovudin (anemia, neutropenia)/pasien yg ggl diobati dg zidovudin (perburuk klinis, penurunan status immunologis progresif) Dosis : 0.750 mg (1 tab) tiap 8 jam, dlm kombinasi Zalcitabine kurang poten dibdgkan NRTI lain, krn ES yg serius. Jrg digunakan utk pengobatan HIV. 39. STAVUDIN Stavudine (2'-3'-didehydro-2'-3'-dideoxythymidine, d4T, brand name Zerit) mrpkn analog nukleosida penghambat reverse transkriptase 40. Mekanisme kerja : Stavudine difosforilasi mjd trifosfat. Stavudine triphosphate menghambat reverse transkriptase dg berkompetisi dengan substrat alami, timidin trifosfat. Stavudin juga mnybbkan terminasi sintesis DNA dg masuk k dlmnya. Interaksi Obat : penggunaan AZT & STA bersamaan tdk direkomendasikan. AZT menghmbt fosforilasi stavudine. Anti hiv lain tidak mmpunyai aktv ini. 41. LAMIVUDIN Lamivudine (2',3'-dideoxy-3'-thia cytidine , commonly called 3TC) mrpkn suatu analog nukleosida penghambat reverse transkriptase yg poten. 42. Mekanisme kerja : Lamivudine = analog sitidin. Menghambat reverse transkriptase HIV tipe 1&2 dan jg hep-B. Lamivudin terfosforilasi dan berkompetisi dg sitidin untuk masuk ke dlm viral DNA. Lamivudin menghambat enzim reverse transkriptase scr kompetitif & sbg terminator rantai sintesis DNA akibat hilangnya grup 3’ hidroksil pada analog nukleosida (mybbkan pemanjangan DNA dan pertumbuhan DNA terhenti) 43. Lamivudin : BA > 80%; dpt melintas blood brain barrier; Lamivudine diberikan bersama Zidovudin & bersifat sinergistik. Lamivudin utk mengembalikan sensitivitas zidovudin-resisten. Lamivudin tdk mybbkan aktv mutagen pd dosis terapetik. Dosis : 300 mg dlm dosis tunggal atau terbagi (2x). Diberikan dg kombinasi obat lain 44. EMITRISITABIN Emtricitabine mrpkn analog sitidin Menghambat reverse transkriptase (enzim yg mengkopi RNA HIV di dlm DNA viral). Emtricitabin dpt menurunkan jml viral load HIV dan meningkatkan T-sel/ CD4+. 45. Menghambat reverse transkriptase (enzim yg mengkopi RNA HIV di dlm DNA viral). Emtricitabin dpt menurunkan jml viral load HIV dan meningkatkan T-sel/ CD4+. 46. ABAKAVIR Abacavir mrpkn analog guanosin. Mekanisme kerja : Menghambat reverse transkriptase (enzim yg mengkopi RNA HIV di dlm DNA viral). 47. Indikasi : Viral strains resistant Zidovudin (AZT) / Lamivudine (3TC) BA Abacavir (83%:oral). Dapat melewati sawar darah otak. ES : dpt ditoleransi, ES utama adl hipersensitivitas. Namun dpt meningkatkan resiko serangan jantung 90%. 48. APRICITABINE Apricitabine = an experimental NRTI. Analog sitidin. Strukturnya berhubungan dengan lamivudin dan emtricitabine. 49. Dosis : Apricitabine dosis 1200 mg/per hari sebagai monoterapi dapat menurunkan viral load > 1.65 logs (45 fold) pada trial – 10 hari. ES : lebih dpt ditoleransi. Tdk menyebabkan ES yg berhubungan dengan bone-marrow suppresion, ginjal dan hati. Indikasi : pasien dg resistensi lamivudin, zidovudin, didanosin dan tenofovir 50. NUCLEOTIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR (NtRTI) 51. TENOFOVIR DISOKPROKSIL STRUKTUR KIMIA Mekanisme Kerja Tenofovir akan dikonversi menjadi difosfat di intrasel. Bentuk difosfat akan menghentikan sintesis DNA HIV melalui penghambatan reverse transkriptase dan penggabungan ke dalam DNA virus secara kompetitif. Efek Samping Gangguan yang paling sering dilaporkan adalah pusing, kelelahan, dan sakit kepala. Gangguan pencernaan ringan hingga sedang seperti anoreksia, nyeri perut, diare, dispepsia, kembung, mual dan muntah. 52. TENOFOVIR DISOKPROKSIL SPEKTRUM AKTIVITAS Infeksi HIV (tipe 1 dan 2) serta berbagai retrovirus lainnya dan infeksi HBV kronik INDIKASI Infeksi HIV dalam kombinasi dengan efavirens, tidak boleh dikombinasi dengan lamivudin dan abakavir RESISTENSI Resistensi pada tenofovir disebabkan oleh mutasi pada reverse transkriptase kodon 65 DOSIS Sekali sehari 300 mg secara per oral, bentuk sediaan tablet; 53. TENOFOVIR DISOKPROKSIL PERHATIAN Dihentikan jika terjadi peningkatan pesat konsentrasi aminotransferase Pemberian secara hati-hati pada pasien dengan hepatomegali atau untuk pasien dengan penyakit hati yang lain Untuk pasien dengan gangguan penyakit ginjal harus diberikan dengan hati-hati dan dilakukan modifikasi dosis 54. TENOFOVIR DISOKPROKSIL FARMAKOKINETIK Cepat diserap secara peroral dengan konsentrasi puncak plasma terjadi setelah 1-2 jam Bioavailabilitas pada pasien puasa adalah sekitar 25%, akan meningkat jika disertai dengan makanan lemak tinggi Tenofovir didistribusikan secara luas ke dalam jaringan tubuh, terutama ginjal dan hati. Mengikat protein plasma kurang dari 1% dan dengan serum protein sekitar 7%. Waktu paruh tenofovir adalah 12 sampai 18 jam. Tenofovir diekskresikan terutama dalam urin oleh sekresi tubular aktif dan filtrasi glomerulus. 55. VIRAL ENTRY INHIBITOR 56. ENFURVITIDE STRUKTUR KIMIA INDIKASI Terapi infeksi HIV1 dalam kombinasi dengan antiHIV lainnya RESISTENSI Perubahan pada genotip gp41 asam amino 36-45 menyebabkan resistensi terhadap enfuvirtide 57. ENFURVITIDE Mekanisme Kerja Enfuvirtide menghambat masuknya virus HIV-1 ke dalam sel dengan menghambat fusi virus ke dalam membran sel. Enfuvirtide berikatan dengan bagian HR1 (first heptad-repeat) pada sub unit gp41 envelope glikoprotein virus serta menghambat terjadinya perubahan komformasi yang dibutuhkan untuk fusi virus ke membran sel. 58. ENFURVITIDE EFEK SAMPING Reaksi lokal pada tempat injeksi yang menghasilkan nyeri, eritema, nodul dan kista, pruritus, dan ecchymosis. Reaksi ini telah dilaporkan terjadi di 98% pasien Efek samping yang sangat umum termasuk mual, diare, penurunan berat badan, dan neuropati perifer. Anorexia, sakit perut, konstipasi, pankreatitis, mialgia, kelemahan atau kehilangan kekuatan, limfadenopati, insomnia, depresi, penyakit 'flu seperti', sinusitis, dan konjungtivitis 59. ENFURVITIDE FARMAKOKINETIK Enfuvirtide diserap setelah injeksi subkutan dengan bioavailabilitas absolut rata-rata 84%. Dan 92% terikat protein plasma. Enfuvirtide adalah peptida yang dicerna melalui hidrolisis, tetapi tidak menghambat isoenzim sitokrom P450 . Eliminasi waktu paruh 3,8 jam setelah digunakan subkutan,. 60. ENFURVITIDE PERHATIAN Reaksi hipersensitivitas. Peningkatan insiden dengan infeksi bakteri, khususnya pneumonia,harus dimonitor secara ketat hati-hati pada pasien dengan penurunan fungsi hati dan pada mereka dengan penurunan fungsi ginjal sedang sampai parah 61. ENFURVITIDE DOSIS Enfuvirtide 90 mg (1`ml) dua kali sehari diinjeksikan secara subkutan atau di abdomen. 62. Non Nukleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTIs) 63. Mekanisme Kerja NNRTI Berikatan dengan p66 subunit pada reverse transkriptase >> menyebabkan perubahan konformasi >> penurunan aktivitas enzim 64. NNRTIs spesifik terhadap HIV1 tapi tidak untuk HIV2 dan retrovirus lainnya NNRTIs tidak memiliki aktivitas pada DNA polimerase sel hospes. NNRTIs tidak memerlukan fosforilasi intraseluler untuk aktivitasnya Resistensi dapat terjadi dengan cepat. 65. Struktur Kimia NNRTI 66. Karakter Farmakokinetik NNRTI 67. Adverse Effects The most frequent adverse effect with these drugs is rash, which typically occurs in 15–25% of patients. The most severe form is life-threatening StevensJohnson syndrome. Elevations of hepatic transaminases also are common with all drugs of this class 68. Nevirapine Nevirapine readily crosses the placenta and therefore has been used to prevent mother-to-child transmission of HIV-1 In addition to elevated hepatic transaminases, severe and fatal hepatitis has been associated with nevirapine use; this may be more common in women, especially during pregnancy 69. Delavirdine Krn waktu paruhnya yg pendek & tingkat tjdnya resisten yg cepat, delavirdin jrg digunakan Absorbsi terbaik pd ph asam dan bisa menurun krn antagonis reseptor histamin h2/penghambat pompa proton Delavirdine diklirens mll sitokrom p450 dan eliminasi waktu paruh 6 jam. 70. Efavirenz Efavirenz digunakan scr luas karena aman, efektif dan tolerabilitas jangka panjang. Efavirens hny bisa digunakan dalam kombinasi dengan agen efektif lain dan tdk boleh digunakan sebagai agen tunggal pada regimen yg gagal Efavirenz diklirens mll sitokrom p450 dengan waktu paruh yg diperpanjang yg memungkinkan dosis tunggal per hari ES : rash, CNS (pusing, konsentrasi terpecah, depresi, halusinasi) – ES CNS timbul stlh penggunaan 4 minggu terapi Efavirenz merupakan satu-satunya retroviral yg teratogenik 71. ` Agent Approved Saquinavir-HGC (SQV-HGC, Invirase ) 12/95 Ritonavir (RTV, Norvir ) 3/96 Indinavir (IDV, Crixivan ) 3/96 Nelfinavir (NFV, Viracept ) 3/97 Saquinavir-SGC (SQV-SGC, Fortovase ) 11/97 Amprenavir (APV, Agenerase ) 4/99 Lopinavir/ritonavir (KAL, Kaletra ® ) 9/00 Atazanavir (ATV, Reyataz ® ) 6/03 Fosamprenavir (fos-APV, Lexiva ® ) 10/03 Tipranavir (TPV, Aptivus ® ) 6/05 Darunavir (DRV, Prezista ® ) 6/06 72. Selama tahap akhir dari siklus pertumbuhan HIV, dan produk gen Gag dan Gag-Pol dijabarkan ke polyproteins dan kemudian menjadi partikel tunas muda.Protease bertanggung jawab untuk membelah molekul-molekul prekursor untuk menghasilkan protein struktural akhir dari inti virion matang. Mekanisme: Dengan mencegah pembelahan dari polyprotein Gag-Pol atau mengahambat enzim protease yg memecah poliprotein besar yg terbentuk oleh DNA-viral menjadi protein-protein lebih kecil untuk digunakan bagi pembangunan virus baru. Dengan PI, produksi virion dan perlekatan dengan sel inang masih terjadi, namun virus gagal berfungsi dan tidak infeksius terhadap sel 73. Inidavir (Crixivan) Berkhasiat terutama pada HIV tipe-1, pada tipe-2 efeknya kurang kuat. Mekanisme: menghambat protease-HIV yg memotong rantai polipeptida menjadi bagian-bagian yg lebih kecil. Dengan demikian, pemasakan virus-virus baru dihalangi dan terbentuklah virus yg belum masak dan tidak bersifat menular lagi. Resorpsi dan BA sangat berkurang oleh makanan yg kaya protein dan lemak, maka hrs diminum dengan perut kosong. Plasma t ½ -nya rata2 1,8 jam. Dimetabolisme di hati oleh sistem oksidasi P450, eksresi melalui tinja (80%) dan kemih (20%). 74. Efek samping: tersering berupa gangguan lambung-usus, agak sering juga timbulnya batu ginjal dengan kencing berdarah (hematuria) mungkin akibat kristalisasi dalam kemih > untuk mengurangi resiko ini perlu minum sekurang2nya 1,5 lt air sehari. Selain itu dapat juga terjadi nyeri otot dan kepala, pusing, rasa letih dan penat, exanthema, gatal-gatal, kesemutan dan sukar tidur. Dosis: 3 dd 800 mg 1 jam a.c. 75. Ritonavir (Norvir) Derivat dengan khasiat sama, teapi kerjanya lebih panjang (t ½ = 3-5 jam). Resorpsinya dinakkan oleh makanan, BA-nya lebih dari 60%. Efek samping: sama dengan idinavir Dosis: 2 dd 600 mg d.c. 76. Saquinavir (Invirase) Derivat dengan daya kerja dan sifat yang sama. Plasma t ½-nya 13 jam, tetapi resorpsinya buruk dengan BA hanya ca 4%. Dosis: 3 dd 600 mg p.c. 77. Karakteristik PI (Data from Panel on Clinical Practices for the Treatment of HIV Infection. Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in HIV-Infected Adults and Adolescents. 2006, http://www.AIDSinfo.NIH.gov; Anderson PL, Kakuda TN, Lichtenstein KA) 78. Current Clinical Strategies :Manual of HIV/AIDS Therapy 2003 Edition, Douglas C. Princeton, MD .www.ccspublishing.com/ccs 79. Oligonucleotides Oligonucleotides have been designed to bind at various sites along the genome of the human immunodeficiency virus (HIV) Oligonucleotides Directed against HIV.). Antisense nucleotides can bind to the proviral long terminal repeats, which are regulatory regions that have an important role in integrating the proviral DNA into the human genome (a necessary step in the life cycle of HIV) 80. 81. Inhibitor Integrase Raltegravir, also known as Isentress and MK-0518, is a type of medicine called an integrase inhibitor. Integrase inhibitors work by blocking integrase, a protein that HIV needs to insert its viral genetic material into the genetic material of an infected cell. The recommended dosage of raltegravir for adults is 400 mg twice a day. Doses of 200, 400, and 600 mg have been studied in clinical trials. An 800 mg dose taken twice a day is recommended for individuals also taking rifampin.Some individuals may benefit from different doses of raltegravir 82. Inhibitor Integrase – side effect Although not all of these effects are known, the most common side effects seen in clinical trials have been diarrhea, nausea, headache, and fever. Outside of clinical trials and following approval by the FDA, some people have experienced rash, Stevens-Johnson syndrome, depression, and suicidal tendencies. 83. Terapi HIV/AIDS pada Ibu Hamil & menyusui Resiko transmisi ibu ke bayi 25-35% ZDV > setelah trimester pertama > selama proses melahirkan (IV) > pada bayi selama 6 minggu menurunkan resiko transmisi hingga < 10% Hindari obat yang toksik terhadap fetus seperti EFV Ibu hamil disarankan untuk melahirkan secara caesar Disarankan untuk menghindari menyusui 84. Summary… 85. STRATEGI TERAPI ANTIVIRAL HIV Virus -> replikasi Perhatikan tahapan replikasi virus yang mungkin untuk dihambat/dihentikan : 1) penghambatan translasi mRNA viral; 2) penghambatan pemasukan dan atau pengeluaran virus dari sel inang Enzim yg terdapat pada viral : 1) viral RNA Polimerase; 2) reverse transkripatase; 3) protease; 4) integrase Mutagenitas -> reverse transkriptase 86. ANTIVIRAL TARGET Pengikatan reseptor dipermukaan sel Fusi/proses pemasukan ke dalam membran Uncoating/terlepasnya capsid membran virus Sintesis asam nukleat Sintesis protein viral Proses pengeluaran virus/pelepasan virus 87. 88. Rekomendasi regimen terapi HIV REGIMEN LINI PERTAMA REGIMEN LINI KEDUA RTi Pi STANDAR Zidovudin / Stavudin + Lamivudin + Nevirapin + Nelfinavir Didanosin + Abacavir atau Tenovofir + Abacavir atau Tenovofir + Lamivudin Protease Inhibitor / ritonavir dosis rendah Tenovofir + Lamivudin + Nevirapin atau EFV Didanosin + Abacavir atau Didanosin + Lamivudin (+Zidovudin) Abacavir + Lamivudin + Nevirapin atau EFV Didanosin + Lamivudin (+Zidovudin) atau Tenovofir + Lamivudin (+Zidovudin 89. Rekomendasi regimen terapi HIV REGIMEN LINI PERTAMA REGIMEN LINI KEDUA RTi Pi ALTERNATIF Zidovudin atau Stavudin + Lamivudin + Tenovofir atau Abacavir EFV atau Nevirapin (+didanosin) 90. TERIMA KASIH ^^