jobsheet praktikum 1 workhsop instalasi penerangan listrik

advertisement
JOBSHEET PRAKTIKUM 1
WORKHSOP INSTALASI
PENERANGAN LISTRIK
I. Tujuan
1) Mahasiswa mampu membuat sambungan Ekor Babi, Bell Hanger Join,
Mata Itik dan sambungan bercabang.
2) Mahasiswa terampil membuat sambungan Ekor Babi, Bell Hanger
Join, Mata Itik dan sambungan bercabang.
II. Dasar Teori
Sambungan Ekor Babi adalah cara menyambung kabel yang paling sederhana,
berbentuk menyerupai ekor babi. Sambungan ini digunakan menyambung atau
mencabangkan satu atau beberapa kabel pada satu titik.
Sambungan Bell Hanger Join adalah Pada umumnya dilakukan untuk
menyambung dua buah kabel yang berbentuk satu garis lurus. Adakalanya dalam
pekerjaan instalasi listrik terpaksa menyambung kabel dengan cara ini karena
adanya pertimbangan tertentu seperti untuk penghematan bahan atau adanya
isolasi kabel yang cacat.
Sambungan mata itik adalah sambungan yang di gunakan untuk
menghubungkan kawat penghantar dengan komponen-komponen lain misalnya
pada fitting. Pembuatan mata sambungan ini dilakukan dengantang pembulat.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk pembuatan sambungan mata itik adalah
sebagai berikut :
1. Jangan membuat dengan arah kiri sebab bila skrup/baut dikencangkan,
bulatan akan membuka sehingga sambungan mudah lepas.
2. Bulatan disesuaikan dengan baut/skrup agar penekanan baut dapat merata
dan sambungan menjadi sempurna.
Sambungan Bercabangdalam jaringan listrik sering kita temukan dalam
penghantar yang panjang, selain sambungan lurus juga ditemukan sambungan
cabang.Sambungan ini dilakukan dengan maksud untuk mengambil jalan pintas
agar menghemat penggunaan kabel dan praktis dalam pengerjaannya.Sambungan
ini dapat dilakukan tanpa harus memutus kabel utamanya, melainkan hanya
dikupas kabelnya sepanjang kebutuhan.Bentuk pencabangan datar ini bisa untuk
cabang tunggal (Single Plain joint) atau bisa juga dalam bentuk cabang ganda
(Cross Plain Joint).
III. Alat dan Bahan
1. Alat
 Tang kombinasi
 Tang cucut
 Cutter
2. Bahan
 Kabel secukupnya
V. Gambar Praktek
1. Sambungan Ekor Babi
2. Sambungan Bell Hanger Join
3. Sambungan Mata Itik
4. Sambungan Bercabang
JOBSHEET PRAKTIKUM 2
WORKSHOP INSTALASI
PENERANGAN LISTRIK
I.
II.
Tujuan
1) Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi.
2) Mahasiswa mampu dan terampil memasang instalasi menggunakan
saklar tunggal.
3) Mahasiswa mampu dan terampil memasang instalasi menggunakan
saklar seri.
4) Mahasiswa mampu dan terampil memasang instalasi menggunakan
stop kontak.
Dasar Teori
1. Kabel NYA
Pengkodean pada kabel NYA :
 N adalah kabel tembaga pejal
 Y adalah PVC
 A adalah kabel berisolasi
Dalam satu kabel hanya terdiri dari satu core.Terdiri dari macam – macam
warna (merah, kuning, hitam, dan biru).Untuk pemasangan tetap diluar
jangkauan tangan, boleh dipasang terbuka tetapi harus menggunakan rol
isolator atau pipa.
2. Sambungan Ekor Babi ( Pig Tail )
Sambungan Ekor Babi adalah cara menyambung kabel yang paling
sederhana, berbentuk menyerupai ekor babi. Sambungan ini digunakan
menyambung atau mencabangkan satu atau beberapa kabel pada satu titik
yang disambungkan dengan cara memuntrkan ke atas secara rapat.
3. Saklar Seri
Sakalar seri adalah sebuah saklar yang dapat menghubungkan dan
memutuskan dua lampu, atau dua golongan lampu baik secara bergatian
maupun bersama – sama. Saklar ini sering disebut juga saklar deret.
 cara pemasangan saklar seri :



Warna Hitam muatan arus positif masuk ke terminal satu langsung
juga ke terminal dua biasa dikatakan oleh beberapa teknik listrik
dikople.
Warna Biru muatan arus negatif langsung menuju ke bola lampu.
Warna Merah muatan arus positif dimana bisa teraliri jika tombol
ditekan.
4. Saklar Tunggal
Sakelar tunggal adalah sakelar yang berfungsi untuk mengontrol atau
mengendalikan satu buah lampu atau satu kelompok lampu dari satu
tempat.
 cara pemasangan saklar tunggal :



Warna Hitam adalah muatan arus positif menuju pada terminal satu
(bisa dipasang dipinggir atau ditengah)
Warna Biru adalah muatan arus negatif yang langsung menuju pada
bola lampu.
Warna Merah
5. Stop Kontak
Stop kontak adalah komponen listrik yang berfungsi sebagai muara
penghubung antara peralatan listrik dan aliran listrik juga bisa disebut
kotak sumber tegangan listrik yang siap pakai.
 Berdasarkan tempat pemasangannya, stop kontak terbagi menjadi :
a) Stop kontak in box
Stop kontak yang dipasang dalam tembok.
b) Stop kontak out box
Stop kontak yang dipasang diluar tembok atau hanya diletakkan
dipermukaan tembok jika berfungsi sebagai stop kontak portable.
 Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa macam stop kontak yaitu
a) Stop kontak dengan hubungan tanah
b) Stop kontak tahan air (tetesan air)
6. Fitting
Fiting adalah tempat memasang bola
penggunaannya dapat dibagi menjadi tiga jenis :

lampu
listrik.menurut
Fiting langit-langit
Pemasangan fiting langit-langit ditempelkan pada langit-langit (eternit)
dan dilengkapi dengan roset.Roset diperlukan untuk meletakan atau
penyekerupan fiting supaya kokoh kedudukannya pada langit-langit.

Fiting gantung
Pada fiting gantung dilengkapi dengan tali snur yang berfungsi sebagai
penahan beban bola lampu dan kap lampu, serta untuk menahan
konduktor dari tarikan beban tersebut.

Fiting kedap air
Fiting kedap air merupakan fiting yang tahan terhadap
resapan/rembesan air.Fiting jenis ini dipasang di tempat lembab atau
tempat yang mungkin bisa terkena air misalnya fiting untuk di kamar
mandi.Konstruksi fiting ini terbuat dari porselin, dimana bagian
kontaknya terbuat dari logam kuningan atau tenbaga dan bagian
ulirnya dilengkapi dengan karet yang berbentuk cincin sebagai
penahan air.
III. Alat dan Bahan
1. Alat
 Tang kombinasi
 Tang cucut
 Tang potong
 Obeng (+) dan (-)
 Palu
 Cutter
2. Bahan
 Pipa
 Paku
 Fitting
 Kabel
 Benang
 Lasdop
 Knee






Klem
T-dos
Lampu
Saklar seri
Saklar tunggal
Stop kontak
IV. Langakah Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2) Siapkan diagram 1 garis.
3) Rangkai pipa sesuai dengan gambar.
4) Pasang klem pada tempat yang ditentukan.
5) Pasang komponen – komponen listrik yang ada.
6) Masukkan sumber tegangan yang telah diperiksa dan disetujui oleh
instruktur.
7) Mencoba mengoprasikan sesuai dengan fungsi rangkaian.
8) Setelah cukup mencoba, matikan sumber tegangan.
9) Bongkar kembali rangkaian yang telah diuji coba.
10) Kembalikan alat dan bahan ke tempatnya masing – masing.
11) Buat laporan dan menyerahkan kepada instruktur.
12) Bersihkan ruang seperti sedia kala.
V. Gambar Praktek
a) Diagram 1 garis.
JOBSHEET PRAKTIKUM 3
WORKSHOP INSTALASI
PENERANGAN LISTRIK
I.
Tujuan
1. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah
tinggal.
2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi penerangan.
II.
Dasar Teori
1.
Kabel NYA
Pengkodean pada kabel NYA :
III.
 N adalah kabel tembaga pejal
 Y adalah PVC
 A adalah kabel berisolasi
Tujuan
3. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah
tinggal.
4. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi penerangan.
IV.
Dasar Teori
2.
Kabel NYA
Pengkodean pada kabel NYA :


N adalah kabel tembaga pejal
Y adalah PVC
A adalah kabel berisolasi
Dalam satu kabel hanya terdiri dari satu core.Terdiri dari macam –
macam warna (merah, kuning, hitam, dan biru).Untuk pemasangan tetap
diluar jangkauan tangan, boleh dipasang terbuka tetapi harus
menggunakan rol isolator atau pipa.
3.
Saklar Seri
Sakalar seri adalah sebuah saklar yang dapat menghubungkan dan
memutuskan dua lampu, atau dua golongan lampu baik secara bergatian
maupun bersama – sama. Saklar ini sering disebut juga saklar deret.

cara pemasangan saklar seri :

Warna Hitam muatan arus positif masuk ke terminal satu langsung
juga ke terminal dua biasa dikatakan oleh beberapa teknik listrik
dikople.
Warna Biru muatan arus netral langsung menuju ke bola lampu.


4.
Warna Merah muatan arus phasa dimana bisa teraliri jika tombol
ditekan.
Saklar Tunggal
Sakelar tunggal adalah sakelar yang berfungsi untuk mengontrol
atau mengendalikan satu buah lampu atau satu kelompok lampu dari satu
tempat.

cara pemasangan saklar tunggal :

Warna Hitam adalah muatan arus phasa menuju pada terminal satu
(bisa dipasang dipinggir atau ditengah)
Warna Biru adalah muatan arus netral yang langsung menuju pada
bola lampu.
Warna Merahmuatan arus phasa dimana bisa teraliri jika tombol
ditekan.


5.
Stop Kontak
Stop kontak adalah komponen listrik yang berfungsi sebagai muara
penghubung antara peralatan listrik dan aliran listrik juga bisa disebut
kotak sumber tegangan listrik yang siap pakai.

Berdasarkan tempat pemasangannya, stop kontak terbagi menjadi :
a) Stop kontak in box
Stop kontak yang dipasang dalam tembok.
b) Stop kontak out box
Stop kontak yang dipasang diluar tembok atau hanya diletakkan
dipermukaan tembok jika berfungsi sebagai stop kontak portable.

Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa macam stop kontak yaitu
b) Stop kontak dengan hubungan tanah
c) Stop kontak tahan air (tetesan air)
6.
Fitting
Fiting adalah tempat memasang bola
penggunaannya dapat dibagi menjadi tiga jenis :

lampu
listrik.menurut
Fiting langit-langit
Pemasangan fiting langit-langit ditempelkan pada langit-langit
(eternit) dan dilengkapi dengan roset.Roset diperlukan untuk
meletakan atau penyekerupan fiting supaya kokoh kedudukannya pada
langit-langit.

Fiting gantung
Pada fiting gantung dilengkapi dengan tali snur yang berfungsi
sebagai penahan beban bola lampu dan kap lampu, serta untuk
menahan konduktor dari tarikan beban tersebut.

Fiting kedap air
Fiting kedap air merupakan fiting yang tahan terhadap
resapan/rembesan air.Fiting jenis ini dipasang di tempat lembab atau
tempat yang mungkin bisa terkena air misalnya fiting untuk di kamar
mandi.Konstruksi fiting ini terbuat dari porselin, dimana bagian
kontaknya terbuat dari logam kuningan atau tenbaga dan bagian
ulirnya dilengkapi dengan karet yang berbentuk cincin sebagai
penahan air.
7.
PUIL 2000
4.1.2 Ketentuan rancangan instalasi listrik
4.1.2.1 Rancangan instalasi listrik ialah berkas gambar rancangan dan
uraian teknik, yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan
pemasangan suatu instalasi listrik.
4.1.2.2 Rancangan instalasi listrik harus dibuat dengan jelas, serta
mudah dibaca dan dipahami oleh para teknisi listrik. Untuk itu harus
diikuti ketentuan dan standar yang berlaku.
4.1.2.3 Rancangan instalasi listrik terdiri dari :
a) Gambar situasi, yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau
bangunan tempat instalasi tersebut akan dipasang dan rancangan
penyambungannya dengan sumber tenaga listrik.
b) Gambar instalasi yang meliputi:




Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas letak
perlengkapan listrik beserta sarana kendalinya (pelayanannya),
seperti titik lampu, kotak kontak, sakelar,motor listrik, PHB
dan lain-lain.
Rancangan hubungan perlengkapan listrik dengan gawai
pengendalinya seperti hubungan lampu dengan sakelarnya,
motor dengan pengasutnya, dan dengan gawai pengatur
kecepatannya, yang merupakan bagian dari sirkit akhir atau
cabang sirkit akhir.
Gambar hubungan antara bagian sirkit akhir tersebut dalam
butir b) dan PHB yang bersangkutan, ataupun pemberian tanda
dan keterangan yang jelas mengenai hubungan tersebut.
Tanda ataupun keterangan yang jelas mengenai setiap
perlengkapan listrik.
c) Diagram garis tunggal, yang meliputi :
1) Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran
dan besaran pengenal komponennya;
2) Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan
pembagiannya;
3) Sistem pembumian dengan mengacu kepada 3.18;
4) Ukuran dan jenis penghantar yang dipakai.
d) Gambar rinci yang meliputi :
1)
2)
3)
4)
Perkiraan ukuran fisik PHB;
Cara pemasangan perlengkapan listrik;
Cara pemasangan kabel;
Cara kerja instalasi kendali.
CATATAN Gambar rinci dapat juga diganti dan atau
dilengkapi dengan keterangan atau uraian.
e) Perhitungan teknis bila dianggap perlu, yang meliputi antara lain :
1)
2)
3)
4)
5)
Susut tegangan;
Perbaikan faktor daya;
Beban terpasang dan kebutuhan maksimum;
Arus hubung pendek dan daya hubung pendek;
Tingkat penerangan.
f) Tabel bahan instalasi, yang meliputi :
1)
2)
3)
4)
Jumlah dan jenis kabel, penghantar dan perlengkapan;
Jumlah dan jenis perlengkapan bantu;
Jumlah dan jenis PHB;
Jumlah dan jenis luminer lampu.
g) Uraian teknis, yang meliputi :
1) Ketentuan tentang sistem proteksi dengan mengacu kepada
3.17;
2) Ketentuan teknis perlengkapan listrik yang dipasang dan cara
pemasangannya;
3) Cara pengujian;
4) Jadwal waktu pelaksanaan.
h) Perkiraan biaya
III.
Alat dan Bahan
1. Alat
 Tang kombinasi
 Tang cucut
 Tang potong
 Obeng (+) dan (-)
 Palu
 Cutter
2. Bahan
 Pipa
 Paku
 Fitting
 Kabel
 Benang
 Lasdop
 Knee






Klem
T-dos, cros-dos
Lampu
Saklar seri
Saklar tunggal
Stop kontak
I. Langakah Kerja
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Siapkan gambar diagram instalasi dan rekapitulasi daya
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
Pasang pipa instalasi
Masukkan kabel instalasi kedalam pipa
Pasang skakelar,stop kontak, fitting dang kotak skring
Lakukan penyambungan kabel pada skakelar, stop kontak, fitting dan
kotak sekring
7) Lakukan penyambungan kabel pada T-Doos dan Cros-Doos
8) Lakukan pengukuran tahanan isolasi antar kabel (posisi skakelar harus
ON, semua lampu belum dipasang)
9) Laporkan kepada instruktur bahwa instalasi siap diber tegangan
10) Setelah yakin instalasi terpasang sempurna, hubungkan ke sumber
tegangan
11) Lakukan uji coba menyalakan-mematikan lampu, dan ukur tegangan pada
stop kontak
12) Setelah dijinkan oleh instruktur, bongkar instalasi dan kembalikan alat dan
bahan
13) Bersihkan ruangan praktikum, kembalikan kursi kuliah seperti sedia kala
14) Susun laporan di rumah, diserahkan sebelum melakukan tugas praktikum4
II. Gambar Praktek
JOBSHEET PRAKTIKUM 4
WORKSHOP INSTALASI
PENERANGAN LISTRIK
I.
Tujuan
1. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah
bertingkat.
2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi penerangan.
II.
Dasar Teori
1.
PUIL 2000
4.1.2 Ketentuan rancangan instalasi listrik
4.1.2.1 Rancangan instalasi listrik ialah berkas gambar rancangan dan
uraian teknik, yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan
pemasangan suatu instalasi listrik.
4.1.2.2 Rancangan instalasi listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah
dibaca dan dipahami oleh para teknisi listrik. Untuk itu harus diikuti
ketentuan dan standar yang berlaku.
4.1.2.3 Rancangan instalasi listrik terdiri dari :
a) Gambar situasi, yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau
bangunan tempat instalasi tersebut akan dipasang dan rancangan
penyambungannya dengan sumber tenaga listrik.
b) Gambar instalasi yang meliputi:
 Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas letak
perlengkapan listrik beserta sarana kendalinya (pelayanannya),
seperti titik lampu, kotak kontak, sakelar,motor listrik, PHB dan
lain-lain.
 Rancangan hubungan perlengkapan listrik dengan gawai
pengendalinya seperti hubungan lampu dengan sakelarnya, motor
dengan pengasutnya, dan dengan gawai pengatur kecepatannya,
yang merupakan bagian dari sirkit akhir atau cabang sirkit akhir.
 Gambar hubungan antara bagian sirkit akhir tersebut dalam butir b)
dan PHB yang bersangkutan, ataupun pemberian tanda dan
keterangan yang jelas mengenai hubungan tersebut.
 Tanda ataupun keterangan yang jelas mengenai setiap
perlengkapan listrik.
c) Diagram garis tunggal, yang meliputi :
1) Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan
besaran pengenal komponennya;
2) Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan
pembagiannya;
3) Sistem pembumian dengan mengacu kepada 3.18;
4) Ukuran dan jenis penghantar yang dipakai.
d) Gambar rinci yang meliputi :
1)
2)
3)
4)
Perkiraan ukuran fisik PHB;
Cara pemasangan perlengkapan listrik;
Cara pemasangan kabel;
Cara kerja instalasi kendali.
CATATAN Gambar rinci dapat juga diganti dan atau dilengkapi
dengan keterangan atau uraian.
e) Perhitungan teknis bila dianggap perlu, yang meliputi antara lain :
1) Susut tegangan;
2) Perbaikan faktor daya;
3) Beban terpasang dan kebutuhan maksimum;
4) Arus hubung pendek dan daya hubung pendek;
5) Tingkat penerangan.
f) Tabel bahan instalasi, yang meliputi :
1) Jumlah dan jenis kabel, penghantar dan perlengkapan;
2) Jumlah dan jenis perlengkapan bantu;
3) Jumlah dan jenis PHB;
4) Jumlah dan jenis luminer lampu.
g) Uraian teknis, yang meliputi :
1) Ketentuan tentang sistem proteksi dengan mengacu kepada 3.17;
2) Ketentuan teknis perlengkapan listrik yang dipasang dan cara
pemasangannya;
3) Cara pengujian;
4) Jadwal waktu pelaksanaan.
h) Perkiraan biaya
2.
Stop Kontak
Stop kontak adalah komponen listrik yang berfungsi sebagai muara
penghubung antara peralatan listrik dan aliran listrik juga bisa disebut
kotak sumber tegangan listrik yang siap pakai.
 Berdasarkan tempat pemasangannya, stop kontak terbagi menjadi :
a) Stop kontak in box
Stop kontak yang dipasang dalam tembok.
b) Stop kontak out box
Stop kontak yang dipasang diluar tembok atau hanya diletakkan
dipermukaan tembok jika berfungsi sebagai stop kontak portable.
 Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa macam stop kontak yaitu
b) Stop kontak dengan hubungan tanah
c) Stop kontak tahan air (tetesan air)
kable untuk stop kontak ada tiga jenis, satu kabel merah atau kable
bermuatan arus phasa, kedua biru atau kabel yang bermuatan arus netral
dan yang terakhir kuning strip hijau yang menuju ke grounding atau arde
atau pembumian. lantas bagaimana cara pemasangannya. lihat gambar
diatas :
 untuk kabel merah untuk muatan arus phasa diapasang disebelah kanan
dari depan.
 kabel biru untuk muatan arus netral dipasang disebelah kiri dari depan.
 kabel kuning strip hijau untuk muatan arus ground atau pembumian
dipasang ditengah dari depan.

Saklar Tukar
Saklar tukar adalah sebuah rangkaian instalasi listrik dengan
prinsip "Kontrol satu atau beberapa lampu oleh dua saklar", Maksudnya
adalah kita dapat menghidupkan dan mematikan lampu dengan dua buah
saklar secara berbeda, misalnya kita memasang sebuah lampu di sebuah
daerah tangga, lalu kita memasang dua buah saklar untuk lampu itu
dengan posisi satu saklar diletakkan di bawah tangga sedangkan satu
saklar lagi diletakkan di atas tangga, saat kita sedang berada di bawah lalu
menyalakan lampu dengan saklar yang berada di bawah kemudian kita
berjalan naik ke atas tangga maka untuk mematikannya tidak perlu turun
ke bawah tangga lagi tetapi cukup mematikannya dengan menggunakan
saklar yang berada di atas tangga.

3.
Cara pemasangan pada saklar tukar :
1. Sambungkan kabel pada terminal utama saklar1 kemudian
disambungkan ke terminal utama saklar2.
2. sambungkan salah satu terminal pada saklar1 ke salah satu
terminal saklar2 kemudian hubungkan ke kabel bermuatan arus
phasa pada jalur utama instalasi listrik di rumah.
3. Pasang kabel pada Terminal saklar1 yang lainnya lalu
disambungkan ke terminal saklar 2 yang lain kemudian
hubungkan ke salah satu terminal pada fitting lampu. .
4. sambungkan terminal fitting lampu yang lain ke kabel bermuaatan
arus negative pada jalur utama instalasi listrik di rumah.
Saklar Seri
Sakalar seri adalah sebuah saklar yang dapat menghubungkan dan
memutuskan dua lampu, atau dua golongan lampu baik secara bergatian
maupun bersama – sama. Saklar ini sering disebut juga saklar deret.
 cara pemasangan saklar seri :



4.
Warna Hitam muatan arus positif masuk ke terminal satu langsung
juga ke terminal dua biasa dikatakan oleh beberapa teknik listrik
dikople.
Warna Biru muatan arus netral langsung menuju ke bola lampu.
Warna Merah muatan arus phasa dimana bisa teraliri jika tombol
ditekan.
Saklar Tunggal
Sakelar tunggal adalah sakelar yang berfungsi untuk mengontrol
atau mengendalikan satu buah lampu atau satu kelompok lampu dari satu
tempat.
 cara pemasangan saklar tunggal :



5.
Warna Hitam adalah muatan arus phasa menuju pada terminal satu
(bisa dipasang dipinggir atau ditengah)
Warna Biru adalah muatan arus netral yang langsung menuju pada
bola lampu.
Warna Merahmuatan arus phasa dimana bisa teraliri jika tombol
ditekan.
Kabel Listrik
Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik.Sebuah
kabel listrik terdiri dari isolator dan konduktor.Isolator adalah bahan
pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari karet atau plastik,
sedangkan konduktor terbuat dari serabut tembaga atau tembaga pejal.
Kemampuan hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh KHA
(kemampuan hantar arus) yang dimilikinya dalam satuan
Ampere.Kemampuan hantar arus ditentukan oleh luas penampang
konduktor yang berada dalam kabel listrik.
a) Kabel NYA
Biasanya digunakan untuk instalasi rumah dan sistem tenaga.
Dalam instalasi rumah digunakan ukuran 1,5 mm2 dan 2,5 mm2.
Berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, dan seringnya untuk
instalasi kabel udara.Kode warna isolasi ada warna merah, kuning,
biru, hitam, dan kuning strip hijau.Lapisan isolasinya hanya 1 lapis
sehingga mudah cacat, tidak tahan air dan mudah digigit tikus.
Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang dalam
pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup.Sehingga tidak mudah
menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas
tidak tersentuh langsung oleh orang.
b) Kabel NYM
Digunakan untuk kabel instalasi listrik rumah atau gedung dan
sistem tenaga.Kabel NYM berinti lebih dari 1, memiliki lapisan isolasi
PVC (biasanya warna putih atau abu-abu), ada yang berinti 2, 3 atau
4.Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat
keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal dari
NYA).Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan
basah, namun tidak boleh ditanam.
c) Kabel NYY
Memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada yang
berinti 2, 3 atau 4.Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam
(kabel tanah), dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel
NYM (harganya lebih mahal dari NYM).Kabel NYY memiliki isolasi
yang terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus.Pada kondisi nirmal
kedalaman pemasangan dibawah tanah adalah 0.8 meter.
6.
Ketentuan Warna Kabel
7.2
Identifikasi penghantar dengan warna
7.2.1 Ketentuan umum
7.2.1.1 Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti
penghantar yang tercantum dalam pasal ini berlaku untuk semua
instalasi tetap atau sementara, termasuk instalasi dalam
perlengkapan listrik.
Hal tersebut di atas diperlukan untuk mendapatkan kesatuan
pengertian mengenai penggunaan sesuatu warna atau warna loreng
yang digunakan untuk mengenal penghantar, guna keseragaman
dan mempertinggi keamanan.
7.2.2 Penggunaan warna loreng hijau-kuning
7.2.2.1 Warna loreng hijau-kuning hanya boleh digunakan untuk menandai
penghantar pembumian, penghantar pengaman, dan penghantar
yang menghubungkan ikatan penyama potensial ke bumi.
7.2.3 Penggunaan warna biru
7.2.3.1 Warna biru digunakan untuk menandai penghantar netral atau
kawat tengah, pada instalasi listrik dengan penghantar netral.
Untuk menghindarkan kesalahan, warna biru tersebut tidak boleh
digunakan untuk menandai penghantar lainnya. Warna biru hanya
dapat digunakan untuk maksud lain, jika pada instalasi listrik
tersebut tidak terdapat penghantar netral atau kawat tengah. Warna
biru tidak boleh digunakan untuk menandai penghantar
pembumian.
7.2.4
Penggunaan warna untuk pengawatan dengan kabel berinti
tunggal
7.2.4.1 Untuk pengawatan di dalam perlengkapan listrik disarankan agar
hanya digunakan satu warna, khususnya warna hitam, selama tidak
bertentangan dengan 7.2.2.1 dan 7.2.3.1. Bila dalam pembuatan
dan pemeliharaan perlengkapan tersebut, dianggap perlu
menggunakan lebih dari satu warna, maka penggunaan warna lain
dan warna loreng lain tidak dilarang.
Jika diperlukan satu warna tambahan lagi untuk mengidentifikasi
bagian pengawatan secara terpisah, dianjurkan mendahulukan
pemakaian warna coklat.
7.2.5 Pengenal untuk inti atau rel
7.2.5.1 Sebagai pengenal untuk inti atau rel digunakan warna, lambang,
atau huruf seperti tersebut dalam Tabel 7.2-1.
Untuk kabel berisolasi polyethylene selanjutnya disingkat PE,
polyvinyl chloride selanjutnya disingkat PVC, dan cross linked
polyethylene selanjutnya disingkat XLPE yang bertegangan
pengenal lebih dari 1000 V, pengenal tersebut di atas tidak
diharuskan.
7.2.6 Warna untuk kabel berselubung berinti tunggal
7.2.6.1 Kabel berselubung berinti tunggal boleh digunakan untuk fase,
netral, kawat tengah, atau penghantar pembumian asalkan isolasi
kedua ujung kabel yang terlihat (bagian yang dikupas selubungnya)
dibalut dengan pembalut berwarna yang dibuat khusus untuk itu,
atau dengan cara lain yang memenuhi Tabel 7.2-1.
7.2.7


7.
Warna selubung kabel
Warna selubung kabel berselubung untuk instalasi tetap ditentukan
dalam Tabel 7.2-2.
Tabel 7.2-1 Pengenal inti atau rel
Tabel 7.2-2 Warna selubung kabel berselubung PVC dan PE untuk
instalasi magun (pasangan tetap)
Ketentuan Pipa Instalasi
7.8.5 Memasang pipa instalasi
7.8.5.1 Umum
Pemasangan pipa instalasi harus demikian rupa sehingga
penghantar dapat ditarik dengan mudah setelah pipa dan
lengkapannya dipasang, serta penghantar dapat diganti dengan
mudah tanpa membongkar sistem pipa.
Ketetapan ini tidak berlaku bagi penghantar dengan penampang
tembaga 10 mm2 atau lebih, asalkan pipa tersebut dipasang di
tempat yang terlihat jelas dan mudah dicapai.
7.8.5.2 Pipa instalasi tidak boleh merupakan bagian dari sirkit listrik.
7.8.5.3 Pipa instalasi yang terbuat dari logam dan terbuka yang terdapat
dalam jarak jangkauan tangan harus dibumikan dengan baik sesuai
3.8.1.1.1a), kecuali bila pipa instalasi logam tersebut digunakan
untuk menyelubungi kabel yang mempunyai isolasi-ganda atau
digunakan hanya untuk menyelubungi kawat pembumian. Contoh
kabel berisolasi ganda yaitu kabel NYM.
7.8.5.4 Pipa instalasi harus dipasang tegak lurus atau mendatar.
7.8.5.5 Pipa dan lengkapannya yang tidak dimaksudkan untuk bersifat
kedap gas, harus mempunyai ventilasi serta jalan ke luar
pengeringan pada tempat dimana ada kemungkinan cairan embun
akan berkumpul. Lubang pengeringan atau ventilasi yang
dimaksud di atas tidak boleh dibuat pada pipa itu sendiri.
7.8.5.6 Lengkapan seperti kotak periksa, kotak tarik, siku bengkok, siku
siku, dan siku T harus dipasang demikian rupa sehingga penarikan
kembali penghantar atau pemasangan penghantar tambahan tetap
dimungkinkan. Di antara dua kotak tarik tidak boleh ada dua dua
siku bengkok atau 20 m pipa lurus. Siku S yang tumpul dianggap
satu siku bengkok.
7.8.5.7 Pemakaian siku T seperti yang dimaksud dalam ayat di atas, harus
dibatasi pada tempat-tempat sebagai berikut:
a) Pada ujung pipa tepat di belakang armatur penerangan, kotakkontak atau kotak penghubung.
b) Pada jalur pipa antara 2 kotak tarik yang panjangnya tidak lebih
dari 10 m, dimana dapat dipasang 1 siku pada kedudukan tidak
lebih dari 0,5 m dari kotak tarik yang mudah dicapai, asalkan
semua bengkokan yang lain pada jalur pipa tersebut tidak lebih
dari 90 derajat.
7.8.5.8 Khusus dalam pemakaian pipa instalasi dengan kampuh terbuka
terlipat harus diperhatikan hal berikut:
a) Tidak boleh dibengkokan.
b) Alur kampuh harus berada di bawah pada pemasangan
mendatar dan menghadap dinding pada pemasangan tegak
lurus.
7.8.5.9 Pipa instalasi yang tidak tertanam dengan sempurna harus dipasang
secara baik dengan menggunakan alat penopang dan klem yang
cocok atau dengan alat yang sekurangkurangnya sederajat.
Jarak antara tempat pemasangan alat penopang atau klem tidak
dibolehkan lebih dari 1 meter.
7.8.5.10 Khusus dalam pemakaian pipa bukan logam (misalnya pipa
PVC) harus diperhatikan hal berikut:
a) Dengan mengingat 7.8.3.3, pipa bukan logam hanya boleh
digunakan pada suhu keliling yang tinggi bilamana dapat
dijamin suhu kerjanya tidak melampaui batas yang diijinkan.
CATATAN Pipa PVC dan siku bantunya mungkin tidak sesuai
untuk tempat dengan suhu kerja normal pipa yang melebihi
60°C.
b) Dengan mengingat 7.8.5.9. cara penopangan pipa PVC kaku
yang tidak ditanam dengan sempurna, harus memungkinkan
pemuaian panjang dan pengerutan pipa tersebut, yang mungkin
terjadi dengan adanya perubahan suhu pada keadaan kerja
normal.
c) Pipa logam yang dilapisi keseluruhannya (dalamnya, luarnya,
ujungnya) dengan bahan isolasi dianggap sebagai pipa bukan
logam: dalam pemasangannya harus diambil tindakan
pencegahan yang tepat agar bagian logam pipa tersebut tidak
berhubungan dengan bagian logam lain yang ada.
III.
Alat dan Bahan
1. Alat
 Tang kombinasi
 Tang cucut
 Tang potong
 Obeng (+) dan (-)
 Palu
 Cutter
= 3 buah
= 3 buah
= 3 buah
= @ 3 buah
= 1 buah
= @ 3 buah
2.

IV.
Bahan
 T-dos
= 9 biji
Pipa
 Cros-dos
= 9 biji
= 6 meter
 Lampu
= 14 biji

Fitting
 Saklar seri
= 6 biji
Langakah Kerja= 9 biji
 Saklar tunggal = 3 biji

Kabel
1)
Siapkan gambar
diagram instalasi
dankontak
rekapitulasi
= 8 meter
 Stop
= daya
5 biji



Benang
= 1 buah
Lasdop
= 54 biji
Knee


Saklar Tukar
MCB
= 2 biji
= 5 biji
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
V.
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
Pasang pipa instalasi
Masukkan kabel instalasi kedalam pipa
Pasang skakelar,stop kontak, fitting dang kotak skring
Lakukan penyambungan kabel pada skakelar, stop kontak, fitting
dan kotak sekring
Lakukan penyambungan kabel pada T-Doos dan Cros-Doos
Lakukan pengukuran tahanan isolasi antar kabel (posisi skakelar
harus ON, semua lampu belum dipasang)
Laporkan kepada instruktur bahwa instalasi siap diber tegangan
Setelah yakin instalasi terpasang sempurna, hubungkan ke sumber
tegangan
Lakukan uji coba menyalakan-mematikan lampu, dan ukur
tegangan pada stop kontak
Setelah dijinkan oleh instruktur, bongkar instalasi dan kembalikan
alat dan bahan
Bersihkan ruangan praktikum, kembalikan kursi kuliah seperti
sedia kala
Susun laporan di rumah, diserahkan sebelum melakukan tugas
praktikum selanjutnya.
Gambar Praktek

Denah rumah bertingkat.
JOBSHEET PRAKTIKUM 5
WORKSHOP INSTALASI
PENERANGAN LISTRIK
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat melakukan pemasangan KWH meter
2. Mahasiswa dapat melakukan penyambungan kabel twist dari tiang listrik
3. Mahasiswa mengetahui ketentuan pemasangan SR (sambungan rumah) dan APP (alat
pembatas dan pembagi)
4. Mahasiswa mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pemasangan SR dan APP
5. Mahasiswa terampil memasang SR dan APP
II. DASAR TEORI
1. KWH meter
KWH meter adalah alat penghitung pemakaian energi listrik. Alat ono bekerja
menggunakan metode induksi medan magnet dimana medan magnet tersebut
menggerakkan pirirngan yang terbuat dari aluminium. Pengukur Kwatt atau Watt, yang
pada umumnya disebut watt-meter/ Kwatt-meter disusun sedemikian rupa, sehingga
kumparan tegangan dapat berputar dengan bebasnya, dengan jalan demikain tenaga listrik
dapat diukur, baik dalam satuan watt atau Kwatt.
Pemakaian eergi listrik di industri maupun di rumah tangga menggunakan kilowatthour (KWH), dimana 1KWH sama dengan 3,6 MJ. Karena itulah alat yang digunakan
untuk mengukur energi ada industri atau rumah tangga dikenal dengan KWH. Besar
tagihan listrik biasanya berdasarkan pada angka-angka yang terterah pada KWH meter
setiap bulannya untuk saat ini. KWH meter induksi adalah satu-satunya tipe yang
digunakan pada perhitungan daya listrik rumah tangga.
Bagian-bagian uama pada KWH meter adalah kumparan tegangan , kumparan arus,
piringan aluminium, magnet tetap, dan gir mekanik yang mencatat banyaknya putaran
piringan. Jika meter dihubungkan ke daya satu fasa, maka piringsn mendapat torsi yang
membuatnya berputar seperti motor dengan tingkat kepresisian yang tinggi. Semakain
besar daya yang terpakai, mengakibatkan kecepatan piringan semakin besar, demikian
pula sebaliknya.
Cara pengkabelan pada KWH seperti yang ditunjukan gambar 2 di bawah.
2. MCB (miniatur circuit breaker)
MCB adalah singkatan dari miniatur circuit breaker, fungsi MCB adalah sebagai
peralatan pengaman terhadap gangguan hubung singkat, menggantikan fungsi sikring.
Sebagai pengaman hubung singkat sikring maupun MCB akan ‘trip’ , lepas atau matijika
terjadi gangguan hubung singkat.
MCB selain digunakan sebagai pengaman hubung singkat, juga digunakan sebagai
pengaman beban lebih.Dalam instalasi rumah MCB digunakan sebagi alat pembatas
yakni membatasi arus yang mangalir dari jaringa PLN ke rumah pelanggan. Masil
pelanggan 450 VA , maka pada APP dipasang MCB 2A, pada pelanggan 900 VA pada
APP dipasang MCB 4A, dan pada pelanggan 1300 VA pada APP dipasang MCB 6A.
Jadi MCB yang dipasang pada APP adalah sebagai pembatas arus, sedangkan yang
dipasang pada PHB adalah sebagai pengaman hubung singkat.
3. Sambungan pelayanan teganagan rendah (SP-TR) atau sambungan rumah (SR)
Sambungan pelayanan tegangan rendah (SP - TR) disebut juga dengan sambung
rumah (SR) adalah bagian dari jaringan tegangan rendah (JTR) yang menghubungkan
saluran tegangan rendah (STR) sampai dengan APP. Diagram pengawatan seperti gambar
1.
Pemasangan menurut ketentuan PUIL 2000 adalah sebagai berikut :
4.13 Lokasi dan pencapaian PHB
4.13.1 Lokasi PHB
4.13.1.1 Umum
PHB harus:
a) Dipasang di lokasi yang cocok, yang kering dengan ventilasi yang cukup, kecuali bila
PHB dilindungi terhadap lembab.
b) Ditempatkan sedemikian hingga PHB dan pencapaiannya tidak terhalang oleh bagian
atauisi gedung atau bagian lainnya dalam gedung.
4.13.1.2 Lokasi PHB utama
Lokasi dari PHB utama harus memenuhi ketentuan di bawah ini:
a) Umum.
PHB utama atau panel untuk kendali jarak jauh dari sakelar utama sesuai 4.8.1.5 harus
ditempatkan tidak lebih jauh dari satu tingkat di atas atau di bawah jalan masuk gedungdan
harus dapat dicapai dengan mudah dari jalan masuk.
Ketentuan ini tidak berlaku pada:
1) instalasi rumah
2) hal-hal lain yang telah memperoleh persetujuan.
b) Instalasi ganda
Dalam instalasi ganda, PHB utama tidak boleh ditempatkan di instalasi rumah.
4.13.1.3 Pemberian tanda mengenai lokasi PHB utama
Lokasi PHB utama harus ditunjukkan sebagai berikut:
a) Pemberian tanda pada pintu atau selungkup.Bila suatu PHB utama terletak di dalam
kamar atau selungkup, setiap pintu yangdiperlukan untuk masuk bagi personil harus
diberi tanda dengan jelas dan permanen yangmenunjukkan ruangan atau kamar
tempat PHB utama terletak.Ketentuan ini tidak berlaku bagi PHB utama dalam suatu
instalasi rumah tunggal.
b) Pemberian tanda lokasi dalam suatu instalasi. Lokasi dari PHB utama dalam suatu
instalasi harus ditunjukkan dengan tanda yang menyolok di semua pintu masuk utama
ke instalasi atau pada panel indikator kebakaran. Tanda seperti itu harus
mencantumkan “PHB UTAMA”.
Ketentuan ini tidak berlaku bila lokasi PHB utama dapat diketahui dengan cepat
karenaukuran dan perancangan instalasi yang baik.
Contoh untuk instalasi yang dimaksud adalah instalasi rumah atau bila pintu ruangan PHB
atau pintu selungkupnya terletak dekat, dan dapat dilihat dengan jelas dari pintu masuk utama
ke instalasi.
4.13.1.5 PHB dengan bagian bertegangan yang terbuka
PHB yang mempunyai bagian bertegangan terbuka harus dipasang dalam daerah yang
dapat dimasuki hanya oleh petugas yang berwenang dan yang diperlengkapi dengan
fasilitas penguncian.
4.13.2 Pencapaian PHB
4.13.2.1 Umum
Di sekeliling PHB harus disediakan ruangan yang cukup di segala sisinya supaya orangdapat
lewat, untuk mengoperasikan dan menyetel semua perlengkapan dengan aman danefektip,
dan dapat segera keluar dari lingkungan PHB dalam keadaan darurat.Ruangan tersebut dapat
di peroleh dengan menyediakan:
a) Jarak bebas mendatar tidak kurang dari 0,6 m dari sembarang bagian dari PHB atau
perlengkapan, termasuk pintu penutup PHB, dalam kedudukan normal dalam operasi,
pembukaan dan penarikan keluar dan
b) Jarak bebas tegak lurus dari lantai dasar atau platform atau permukaan bidang jalan
lainnya sampai ketinggian 2 m, atau suatu jarak yang tidak kurang daripada tinggi
PHB,mana yang lebih besar.
Cara lain untuk menyediakan ruangan yang cukup di sekeliling PHB dapat
digunakan, misalnya pintu penutup yang menutupi PHB yang disusun sedemikian
sehingga pintu:
1. dapat dibuka tidak kurang dari pada 170 derajat dari kedudukan tertutup,
2. Dapat dipertahankan pada posisi tersebut
3. Bila dipertahankan dalam kedudukan terbuka tidak menghambat penggunaan
dari pintu terdekat lainnya dan mempertahankan pada jarak bebas yang
dirinci dalam hal a) dan b). Pintu penutup PHB dalam instalasi rumah tidak
memerlukan jarak bebas mendatar 0,6 m bila dibuka dalam sembarang
kedudukan, asalkan pintu mempunyai dimensi tegak lurustidak lebih dari 0,9
m.
6.3 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) tertutup
6.3.1 Umum
6.3.1.1 Rangka, rumah dan bagian konstruksi PHB tertutup harus terbuat dari bahan yang
tidak mudah terbakar, tahan lembab dan kokoh.
6.3.1.2 Selain syarat yang tercantum dalam 6.2.8.1 pada PHB tertutup untuk sistem
tegangan bolak balik di atas 1000 V atau untuk sistem tegangan searah di atas 1500 V
harus dipenuhi pula ketentuan sebagai berikut:
1. Di depan sakelar harus dipasang pemisah atau gawai lain yang sekurang-kurangnya
sederajat untuk memastikan sakelar tersebut bebas tegangan.
2. Pada pelayanan dari luar, keadaan kedudukan pemisah harus dapat dilihat dengan
mudah dari tempat pelayanan.
3. Pemisah harus dipasang, dibuat atau dilindungi sedemikian rupa sehingga pada
keadaan terbuka semua bagian bertegangan cukup aman terhadap sentuhan langsung.
4. Pengukuran, pemeriksaan pembumian, dan penghubungan singkat dari bagian yang
akan dikerjakan harus dapat dilakukan dengan mudah dan aman.
5. Semua bagian logam yang dalam keadaan normal tidak bertegangan, harus dibumikan
secara baik.
6.3.1.3 PHB tertutup untuk sistem tegangan bolak balik di atas 1000 V atau tegangan
searah di atas 1500 V yang tidak dipasang dalam ruang kerja listrik atau ruang kerja
terkunci, selain harus memenuhi ketentuan dalam BAB 8 harus pula memenuhi
ketentuanketentuan berikut:
a) Pemisah tidak boleh dapat dilepas sebelum sakelar yang bersangkutan dibuka.
b) Pintu PHB tidak boleh dapat dibuka sebelum pemisah yang bersangkutan terbuka.
c) Pemisah tidak boleh ditutup selama pintu PHB yang bersangkutan masih terbuka
d) Dalam keadaan pintu tertutup, sakelar tidak boleh dapat ditutup, selama pemisah
bersangkutan masih dalam keadaan terbuka, atau dengan cara lain harus dapat
dijaminbahwa pemisah itu hanya dapat ditutup jika sakelar dalam keadaan terbuka.
6.3.1.4 Sakelar masuk dan sakelar keluar PHB tertutup harus dapat dilayani dari luar,
serta kedudukan atau posisi kerja sakelar itu harus dapat dilihat dengan mudah dari tempat
pelayanan.
6.3.1.5 Di dalam PHB tertutup hanya boleh ada sambungan kawat yang diperlukan
untukpenyambungan gawai listrik yang terdapat di dalam PHB tersebut; sambungan listrik
untuksistem hidrolik/pnematik dan saluran pengukuran dikecualikan dari ketentuan ini
asaldipasang secara teratur, teliti, dan sependek mungkin.
6.4 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) terbuka
6.4.1 Syarat umum
6.4.1.1 PHB terbuka harus dipasang dalam ruang kerja listrik atau ruang kerja terkunci yang
dimaksud dalam BAB 8, kecuali jika sebagian atau seluruhnya ditempatkan dalamkurungan
atau pagar sehingga sentuhan langsung dapat dihindari, atau jika ruang tersebutmerupakan
bagian dari ruang khusus seperti laboratorium listrik. Kurungan atau pagarpelindung itu jika
terbuat dari logam harus dibumikan dengan baik.
6.4.1.2 PHB harus dibuat, dirakit dan dilindungi sedemikian rupa sehingga gejala api yang
timbul pada waktu pelayanan atau dalam keadaan bekerja tidak akan membahayakan pegawai
yang melayaninya atau menjalar ke bagian lain yang dapat terbakar.
6.4.1.3 Rel pada PHB terbuka harus memenuhi ketentuan dalam 6.2.9.1 dan 6.2.9.2.
6.4.1.4 Jika untuk mengganti pengaman lebur pintu harus dibuka, sedangkan PHB dalam
keadaan bekerja, maka harus dirancang suatu pelindung terhadap sentuhan dengan
bagianbertegangan.
6.6 Komponen yang dipasang pada Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB)
6.6.1 Syarat umum
6.6.1.1 Komponen yang dipasang pada PHB harus dari jenis yang sesuai dengan
syaratpenggunaannya.
6.6.1.2 Kemampuan komponen yang dipasang pada PHB harus sesuai dengan
keperluan.
6.6.1.3 Komponen yang dipasang pada PHB harus memenuhi ketentuan 2.1.1.2.
6.6.2 Sakelar, pemisah, pengaman lebur dan pemutus
6.6.2.1 Sakelar, pemisah dan pemutus yang dipasang pada PHB harus mempunyai kutub yang
jumlahnya sekurang-kurangnya sama dengan banyaknya fase yang digunakan.Semua kutub
harus dapat dibuka atau ditutup secara serentak.
6.6.2.2 Untuk JTR dengan pembumian netral pengaman (TNC), sakelar, pemisah dan
pemutus sirkit yang digunakan harus dari jenis tiga kutub, yakni hanya untuk membuka dan
menutup penghantar fasenya saja.Penghantar netral tidak boleh diputuskan (lihat Gambar 6.61).
6.6.2.3 Untuk JTR dengan sistem pembumian pengaman (TT) boleh digunakan
sakelar,pemisah atau pemutus sirkit dengan tiga kutub atau dengan empat kutub (lihat
Gambar 6.6-1 atau 6.6-2).
6.6.2.4 Untuk JTR dengan sistem penghantar pengaman (IT), harus digunakan
sakelar,pemisah atau pemutus sirkit empat kutub (lihat Gambar 6.6-2)
6.6.2.5 Untuk JTR dengan sistem pembumian pengaman atau penghantar pengaman (IT),
pemindahan beban dari jaringan listrik umum ke mesin pembangkit sendiri harus
menggunakan sakelar dengan empat kutub (lihat Gambar 6.6-3).
6.6.2.6 Sakelar dan pemisah harus dipasang demikian rupa sehingga bagian yang
bergerak tidak bertegangan dalam keadaan sakelar terbuka, dan tidak dapat menutup
sendiri oleh gaya berat bagian bergerak tersebut.
6.6.2.7 Pemisah berkutub banyak yang dipasang pada PHB tertutup harus mempunyai
pisau yang saling berhubungan secara mekanis dan dilengkapi dengan pelayanan mekanis.
6.6.2.8 Sakelar dengan minyak harus dipasang demikian rupa sehingga kebakaran yang
timbul pada sakelar itu tidak dapat menjalar ke perlengkapan atau bangunan di sekitarnya.
III. ALAT dan BAHAN
1. Safety bell
2. Sepatu karet
3. Obeng +
4. Obeng - (besar & kecil)
5. Tang potong
6. Tang kombinasi
7. Cutter
8. Tespen
9. Scrup
10. Kunci engkol
11. Kabel jumper
12. Kotak sikring
13. Sikring
14. Fitting lampu
15. Lampu
16. Pipa
17. Klem pipa
18. KWH meter
19. Kabel twisted
20. Penjepit buaya
IV. LANGKAH KERJA
a. Langkah pemasangan
1. Siapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan
2. Masukan dua buah kabel
twisted ke KWH
3. Sambung kabel fasa dari kabel
twist ke input KWH
4. Kemudian sambungkan kabel
ke input MCB
5. Sambungkan kabel netral twist
ke terminal KWH
6. Sambung kabel fasa dan netral
dari KWH ke kotak sikring
7. Kabel output dari kotak
sikring sambungkan ke beban
yang berupa lampu
8. Pasang beban ( lampu )
9. Tarik kabel twisted ke kabel
sumber utama
10. Pasang safety bell ke tiang
11. Sambung kabel netral ke kabel
netral sumber dan kabel fasa
ke kabel fasa sumber
menggunakan penjepit buaya
12. Pastikan sambungan lurus
13. Kencangkan baut pengunci
penjepit buaya menggunakan
kunci
14. Pastikan pengunci sangat
kencang
15. Dan juga pastikan kabel yang
di udara tidak kendor
16. Setelah selesai melakukan
praktikum, bongkar kembali
peralatan yang sudah dipasang
kemudian kembalikan ke tempat
semula dan bersihkan ruangan.
V. GAMBAR
JOBSHEET PRAKTIKUM 6
WORKHSOP INSTALASI
PENERANGAN LISTRIK
I. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode
bumi.
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan pemasangan
elektrode bumi
3. Mahasiswa dapat memasang dan mengukur elektrode bumi.
4. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran arde dengan menggunakan
alat ukur earth tester.
II.
Dasar Teori
1. Definisi
Grounding adalah suatu jalur langsung dari arus listrik menuju
bumi atau koneksi fisik langsung ke bumi. Dipasangnya koneksi
grounding pada instalasi listrik adalah sebagai pencegahan terjadinya
kontak antara makhluk hidup dengan tegangan listrik berbahaya yang
terekspos akibat terjadi kegagalan isolasi
Dalam PUIL 2000 (PUIL : Persyaratan Umum Instalasi Listrik, saat ini
edisi terakhir adalah tahun 2000), dipakai istilah pembumian, dan
memiliki pengertian sebagai “penghubungan suatu titik sirkit listrik
atau suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik, dengan
bumi menurut cara tertentu”.
2. Fungsi
a) Untuk tujuan keselamatan, seperti yang dijelaskan sebelumnya,
grounding berfungsi sebagai penghantar arus listrik langsung ke
bumi atau tanah saat terjadi tegangan listrik yang timbul akibat
kegagalan isolasi dari system kelistrikan atau peralatan listrik.
Contohnya, bila suatu saat kita menggunakan setrika listrik dan
terjadi tegangan yang bocor dari elemen pemanas di dalam setrika
tersebut, maka tegangan yang bocor tersebut akan mengalir
langsung ke bumi melalui penghantar grounding. Dan kita sebagai
pengguna akan aman dari bahaya kesetrum. Perlu diingat, peristiwa
kesetrum terjadi bila ada arus listrik yang mengalir dalam tubuh
kita.
b) Dalam instalasi penangkal petir, system grounding berfungsi
sebagai penghantar arus listrik yang besar langsung ke bumi.
Dalam prakteknya, pemasangan grounding untuk instalasi
penangkal petir dan instalasi listrik rumah harus dipisahkan.
c) Sebagai proteksi peralatan elektronik atau instrumentasi sehingga
dapat mencegah kerusakan akibat adanya bocor tegangan.
3. Macam-macam elektrode bumi dan pemasangannya menurut
PUIL 2000
3.19.1.1 Untuk memilih macam elektrode bumi yang akan dipakai,
harus diperhatikan terlebih dahulu kondisi setempat, sifat tanah, dan
resistans pembumian yang diperkenankan.
3.19.1.2 Permukaan elektrode bumi harus berhubungan baik dengan
tanah sekitarnya. Batu dan kerikil yang langsung mengenai elektrode
bumi memperbesar resistans pembumian.
3.19.1.3 Jika keadaan tanah mengizinkan, elektrode pita harus ditanam
sedalam 0,5 sampai 1 meter. Pengaruh kelembaban lapisan tanah
terhadap resistans pembumian agar diperhatikan.Panjang elektrode
bumi agar disesuaikan dengan resistans pembumian yang
dibutuhkan.Resistans pembumian elektrode pita sebagian besar
tergantung pada panjang elektrode tersebut dan sedikit tergantung pada
luas penampangnya.
CATATAN :
a) Nilai pada Tabel 3.18-2 adalah untuk elektrode terpasang lurus yang
menghasilkan resistans pembumian terkecil. Cara lain misalnya
terpasang zig-zag atau menggelombang, menghasilkan resistans
pembumian yang lebih besar untuk panjang elektrode bumi yang sama.
b) Elektrode pita radial harus disusun simetris. Sudut antara jarijarinya tidak perlu kurang dari 600 Susunan lebih dari enam jari-jari
pada umumnya tidak mengurangi resistans pembumian secara berarti,
karena pengaruh timbal balik dari jari-jari yang berdekatan.
3.19.1.4 Elektrode batang dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah dan
panjangnya disesuaikan dengan resistans pembumian yang diperlukan
(lihat Tabel 3.18-2). Resistans pembumiannya sebagaian besar
tergantung pada panjangnya dan sedikit bergantung pada ukuran
penampangnya.Jika beberapa elektrode diperlukan untuk memperoleh
resistans pembumian yang rendah, jarak antara elektrode tersebut
minimum harus dua kali panjangnya.Jika elektrode tersebut tidak
bekerja efektif pada seluruh panjangnya, maka jarak minimum antara
elektrode harus dua kali panjang efektifnya.
3.19.1.5 Elektrode pelat ditanam tegak lurus dalam tanah; ukurannya
disesuaikan dengan resistans pembumian yang diperlukan (lihat Tabel
3.18-2) dan pada umumnya cukup menggunakan pelat berukuran 1 m
x 0,5 m. Sisi atas pelat harus terletak minimum 1 m di bawah
permukaan tanah. Jika diperlukan beberapa pelat logam untuk
memperoleh resistans pembumian yang lebih rendah, maka jarak
antara pelat logam, jika dipasang paralel, dianjurkan minimum 3
meter.
CATATAN Untuk memperoleh resistans pembumian yang sama,
elektrode pelat memerlukan bahan yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan elektrode pita atau batang.
2.2 Elektroda Bumi
3.18.1.1 Elektrode bumi ialah penghantar yang ditanam dalam bumi
dan membuat kontak langsung dengan bumi. Penghantar bumi yang
tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian
dari elektrode bumi.
3.18.2 Jenis elektrode bumi
3.18.2.1 Elektrode pita ialah elektrode yang dibuat dari penghantar
berbentuk pita atau berpenampang bulat, atau penghantar pilin yang
pada umumnya ditanam secara dangkal. Elektrode ini dapat ditanam
sebagai pita lurus, radial, melingkar, jala-jala atau kombinasi dari
bentuk tersebut seperti pada Gambar 3.18-1, yang ditanam sejajar
permukaan tanah dengan dalam antara 0,5 – 1.0 m.
3.18.2.2 Elektrode batang ialah elektrode dari pipa besi, baja profil,
atau batang logam lainnya yang dipancangkan ke dalam tanah.
3.18.2.3 Elektrode pelat ialah elektrode dari bahan logam utuh atau
berlubang. Pada umumnya elektrode pelat ditanam secara dalam.
3.18.2.4 Bila persyaratannya dipenuhi, jaringan pipa air minum dari
logam dan selubung logam kabel yang tidak diisolasi yang langsung
ditanam dalam tanah, besi tulang beton atau konstruksi baja bawah
tanah lainnya boleh dipakai sebagai elektrode bumi.
3.18.3 Resistans jenis tanah dan resistans pembumian
3.18.3.1 Nilai resistans jenis tanah sangat berbeda-beda bergantung
pada jenis tanah seperti ditunjukkan pada Tabel 3.18-1.
3.18.3.2 Resistans pembumian
a) Resistans pembumian dari elektrode bumi tergantung pada jenis dan
keadaan tanah serta pada ukuran dan susunan elektrode.
b) Resistans pembumian suatu elektrode harus dapat diukur. Untuk
keperluan tersebut penghantar yang menghubungkan setiap elektrode
bumi atau susunan elektrode bumi harus dilengkapi dengan hubungan
yang dapat dilepaskan (lihat 3.19.2.5).
CATATAN Resistans pembumian total dari suatu instalasi pembumian
belum dapatn ditentukan dari hasil pengukuran tiap elektrode. Cara
mengukurnya lihat 3.21.
c) Tabel 3.18-2 menunjukkan nilai rata-rata resistans elektrode bumi
untuk ukuran minimum elektrode bumi seperti pada Tabel 3.18-3.
Keterangan :
Untuk resistans jenis yang lain (r), maka besar resistans pembuminan
adalah perkalian nilai di atas dengan.
CONTOH :
Untuk mencapai resistans jenis pembumian sebesar 5 W pada tanah
liat atau tanah ladang dengan resistans jenis 100 W meter diperlukan
sebuah elektrode pita yang panjangnya 50 meter atau empat buah
elektrode batang yang panjangnya masing-masing 5 meter. Jarak
antara elektrode-elektrode tersebut minimum harus dua kali
panjangnya (lihat 3.19.1.4).Pada pasir basah yang resistans jenisnya
200 W meter, sebuah elektrode pita sepanjang 100 meter,
menghasilkan resistans pembumian 6 W.
3.18.4 Bahan dan ukuran elektrode
3.18.4.1 Sebagai bahan elektrode digunakan tembaga, atau baja yang
digalvanisasi atau dilapisi tembaga sepanjang kondisi
3.18.4.2 Ukuran minimum elektrode dapat dipilih menurut Tabel 3.183 dengan memperhatikan pengaruh korosi dan KHA.
CATATAN Jika keadaan tanah sangat korosif atau jika digunakan
elektrode baja yang tidak digalvanisasi, dianjurkan untuk
menggunakan luas penampang atau tebal sekurang-kurangnya 150 %
dari yang tertera dalam Tabel 3.18-3
3.18.4.3 Jika elektrode pita hanya digunakan untuk mengatur gradien
tegangan, luas penampang minimum pada baja digalvanisasi atau
berlapis tembaga harus 16 mm2 dan pada tembaga 10 mm2.
3.18.4.4 Logam ringan hanya boleh ditanam dalam suatu jenis tanah
jika lebih tahan korosi daripada baja atau tembaga.
3.18.5 Jenis elektrode lain
3.18.5.1 Jika jaringan pipa air minum dari logam dipakai sebagai
elektrode bumi, maka harus diperhatikan bahwa resistans
pembumiannya dapat menjadi besar akibat digunakannya pipa
sambungan atau flens dari bahan isolasi. Resistans pembumian yang
terlalu besar harus diturunkan dengan menghubungkan jaringan
tersebut dengan elektrodetambahan (misalnya selubung logam kabel).
3.18.5.2 Jika pipa air minum dari logam dalam rumah atau gedung
dipakai sebagai penghantar bumi, ujung pipa kedua sisi meteran air
harus dihubungkan dengan pipa tembaga yang berlapis timah dengan
ukuran minimum 16 mm2, atau dengan pita baja digalvanisasi dengan
ukuran minimum 25 mm2 (tebal pita minimum 3 mm).
3.18.5.3 Selubung logam kabel yang tidak dibungkus dengan bahan
isolasi yang langsung ditanam dalam tanah boleh dipakai sebagai
elektrode bumi, jika selubung logam tersebut dikedua sisi sambungan
yang dihubungkan dengan penghantar yang konduktivitas minimalnya
sama dengan selubung logam tersebut dan luas penampang penghantar
itu minimal sebagai berikut :
a) 4 mm2 tembaga untuk kabel dengan penampang inti sampai 6 mm2;
b) 10 mm2 tembaga untuk kabel dengan penampang inti 10 mm2 atau
lebih.
2.3 Mengukur Tahanan Pembumian
3.21.3 Pengukuran dan pengujian
3.21.3.1 Pengukuran resistans pembumian dan resistans lingkar pada
sistem pembumian proteksi. Sistem pembumian proteksi ada 2 macam
yaitu:
a) Pembumian BKT perlengkapan listrik terpisah dari pembumian
sistem listriknya (sistem TT).
b) Pembumian BKT perlengkapan listrik dihubungkan dengan
pembumian sistemnya dengan melalui jaringan pipa air dari logam
yang sama (sistem TN).
3.21.3.1.1Pengukuran resistans pembumian yang besarnya ditentukan
dalam 3.12.2.1 dan 3.15.2.1 (sistem TT) dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a) Pengukuran dengan voltmeter dan amperemeter (Gambar 3.21-1).
Penghantar bumi dari elektrode bumi yang akan diukur
dihubungkan dengan penghantar fase instalasi melalui gawai proteksi
arus lebih, sakelar, resistans yang dapat diatur dari 20 W sampai 1000
W, dan amperemeter. Antara titik sirkit setelah amperemeter dengan
elektrode bumi bantu, dipasang voltmeter (lihat Gambar 3.21-1).
Jika elektrode bumi yang akan diukur terdiri dari elektrode batang
atau pipa tunggal, maka elektrode bumi bantu harus berjarak sekurangkurangnya 20 meter dari elektrode bumi. Jika elektrode bumi yang
akan diukur terdiri dari pita (dalam bentuk cincin, radial atau
kombinasi), maka jarak antara elektrode bantu dan elektrode bumi
kira-kira 3 kali garis tengah rata-rata dari susunan elektrode bumi
tersebut. Pada saat sakelar dimasukkan, resistans tersebut harus dalam
kedudukan maksimum.Setelah sakelar dimasukkan, resistans diatur
sedemikian rupa hingga amperemeter dan voltmeter menunjukkan
simpangan secukupnya.Hasil bagi dari tegangan dan arus yang
ditunjukkan oleh instrumen ukur tersebut adalah resistans pembumian
yang diukur.
b) Pengukuran dengan instrumen ukur resistans pembumian
Elektrode bantu yang diperlukan untuk pengukuran ini harus
berjarak minimum 20 meter jika elektrode bumi terdiri dari elektrode
batang, dan berjarak kira-kira 3 kali diameternya jika elektrode bumi
terdiri dari elektrode pita (dalam bentuk cincin, radial atau kombinasi).
Pengukuran ini harus dilakukan dengan instrumen yang mempunyai
sumber tegangan sendiri.
3.21.3.1.2 Pengukuran resistans lingkar
Elektrode bumi yang akan diukur dihubungkan ke penghantar fase
setelah gawai proteksi arus lebih melalui sakelar, resistans dan
amperemeter (lihat Gambar 3.21-2). Paralel dengan serangkaian gawai
tersebut dipasang voltmeter yang mengukur tegangan antara fase dan
tanah VE bila semua sakelar dalam keadaan terbuka.Mula-mula
sakelar (SV) ditutup.Jika tegangan tidak turun banyak, sakelar Sh baru
bole ditutup.Penunjukan tegangan VE1 dan arus I dicatat. Maka
resistans lingkar :
dengan :
R1k = resistans lingkar
VE = tegangan fase terhadap bumi, dalam volt (dalam keadaan sakelar
terbuka)
VE1 = tegangan pada resistans Rh, dalam volt (pada waktu sakelar Sh
ditutup)
I = arus yang diukur dalam ampere (pada waktu sakelar Sh ditutup).
CATATAN :
a) Resistans Rv harus kira-kira 20 kali resistans Rh, untuk mencegah
tegangan sentuh yang terlalu besar yang mungkin timbul pada saat
pengujian.
b) Jika pada saat Sv ditutup, penunjukkan voltmeter berubah banyak,
berarti terdapat kesalahan pada instalasi yang kemungkinannya adalah
:
1) Nilai R yang dipasang terlampau rendah;
2) Ada kontak yang kurang baik pada sirkuit lingkar yang diukur.
c) Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang teliti, selisih antara VE
dan VE1 harus cukup besar. Bila selisih tersebut terlalu kecil maka
selisih tersebut dapat diperbesar dengan mengatur Rh secukupnya.
3.21.3.2 Pengukuran arus hubung pendek pada sistem TN (PNP)
Persyaratan pertama pada sistem TN (PNP, lihat 3.13.2.1) dapat diuji
dengan cara pengukuran yang ditunjukkan pada Gambar 3.21-3.
dengan :
Ik = besar arus hubung pendek dalam ampere
I = besar arus yang diukur dalam ampere, pada waktu sakelar Sh
ditutup
VE = tegangan fase terhadap bumi, dalam volt (dalam keadaan sakelar
terbuka)
VE1 = tegangan pada resistans Rh pada waktu sakelar Sh ditutup,
dalam volt
Dari arus hubung pendek Ik dapat diketahui nilai arus nominal gawai
proteksi arus lebih yang diijinkan sesuai dengan karakteristik gawai
tersebut.
3.21.3.3 Pengukuran resistans pembumian atau arus hubung pendek
pada sistem IT :
a) Pengukuran resistans pembumian :
1) Caranya sama dengan yang ditentukan dalam 3.21.3.1.1 butir a) dan
b).
2) Untuk cara seperti pada 3.21.3.1.1 butir a), karena sistem listriknya
tidak dibumikan atau dibumikan melalui resistans yang tinggi, maka
sebelum pengukuran, penghantar netral atau salah satu penghantar fase
lainnya perlu dibumikan melalui elektrode bumi terpisah, pada jarak
20 m baik dari elektrode bumi yang akan diukur maupun dari elektrode
bumi bantu.
3) Bila hasil pengukuran tidak lebih besar dari yang ditentukan dalam
3.14.2.11, maka sistem penghantar proteksi dapat dinyatakan efektif.
b) Pengukuran arus hubung pendek :
1) Cara pengukuran adalah sama dengan yang ditentukan menurut
3.21.3.2.
2) Pengukuran arus hubung pendek ini harus dilakukan pada ujung
saluran yang paling jauh dari sumbernya.
3) Dalam hal ini penghantar netral atau salah satu penghantar fasenya
perlu dibumikan seperti yang ditentukan dalam 3.21.3.3 a).
4) Bila hasil pengukuran memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
3.14.2.1, maka sistem IT dinyatakan efektif.
III.
Alat dan Bahan
1. Elektrode Batang
2. Earth Tester
3. Palu
IV.
Langakah Kerja
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Mengerti dan memhami dasar teori dari aturan pemasangan
elektrode bumi menurut PUIL 2000.
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Carilah tempat untuk pengukuran dimana tempatnya yang luas dan
lembab.
Pasang elektrode batang dengan jarak minimum 5 meter sampai 10
meter.
Tanam elektrode batang yang paling panjang dalam kedalaman 1
meter untuk mendapat resistansi yang tinggi.
Hubungkan ketiga kabel yang telah dihubungkan pada earthtester
sesuai dengan pentunjuk yang ada. Seperti gambar berikut :
7)
Lakukan pengukuran san catat hasil dari pengukuran elektrode
sesuai dengan hasil yang ditunjukkan pada earthtester.
8) Laporkan kepada instruktur bahwa telah selesai melakukan
pengukuran.
9) Setelah dijinkan oleh instruktur, bongkar dan kembalikan alat dan
bahan
10) Susun laporan di rumah, diserahkan sebelum melakukan tugas
praktikum selanjutnya.
JOBSHEET PRAKTIKUM 7
WORKSHOP INSTALASI
PENERANGAN LISTRIK
I. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui tentang apa itu tahanan isolasi.
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan pemakaian
alat ukur megger
3. Mahasiswa dapat memasang dan mengukur tahanan isolasi.
4. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran tahanan isolasi dengan
menggunakan alat ukur megger.
II.
Dasar Teori
1. Definisi
Tahanan isolasi adalah tahanan yang terdapat diantara dua kawat
saluran yang diisolasi satu sama lain atau tahanan antara satu kawat
saluran dengan tanah (ground). Tananan isolasi merupakan hal yang
harus diperhatikan saat memasang instalasi listrik dengan
menggunakan kawat tertutup.Demikian pula tahanan grounding juga
harus diperhatikan.Kedua hal tersebut oleh konsumen sering diabaikan
sehingga sering berakibat fatal bagi penggunanya.Oleh karena itu caracara pengukurannya perlu diketahui.Pelepasan muatan elektrostatik
merupakan masalah utama pada kebanyakan tempat kerja yang
menggunakan teknologi mikro elektronik, sebagai contoh
Microchips.Pelepasan muatan elektrostatik juga sangat berbahaya
untuk beberapa cabang industri, sebagai contoh industri
telekomunikasi, industri plastik dan industri pembuatan bahan
peledak.Pengisian muatan listrik lebih dari 10.000 V dapat
membahayakan manusia, bahan dan peralatan. Elektrostatik field meter
digunakan untuk pengukuran pengisian muatan listrik pada suatu
obyek secara ”non kontak”. Alat ini mengukur medan elektrostatik dari
suatu obyek dalam satuan Volt, dan banyak digunakan dalam industri
kontrol statik.
2. Resistansi Isolasi menurut PUIL 2000
2.5.7 Nilai resistans isolasi instalasi tegangan rendah
2.5.7.1 Dalam keadaan normal, instalasi harus mempunyai resistans
isolasi yang memadai.
2.5.7.2 Nilai resistans isolasi semua perlengkapan dalam keadaan tidak
dibumikan, baik resistans isolasi antara penghantar yang satu
dan penghantar yang lain, maupun antara penghantar dan bumi,
harus sekurang-kurangnya seperti dijelaskan dalam 3.20.
2.5.8 Pemeriksaan dan pengujian (verifikasi)
2.5.8.1 Instalasi listrik harus diuji dan diperiksa sebelum dioperasikan
dan/atau setelah mengalami perubahan penting untuk
membuktikan bahwa pekerjaan pemasangan telah dilaksanakan
sebagaimana semestinya sesuai dengan PUIL 2000 dan/atau
standar lain yang berlaku.
2.5.8.2 Instalasi dalam pabrik atau bengkel, instalasi dengan 100 titik
beban atau lebih, dan instalasi dengan daya lebih dari 5 kW,
sebaiknya keadaan resistans isolasinya diperiksa secara berkala,
dan jika resistans isolasinya tidak memenuhi ketentuan atau
terlihat adanya gejala penurunan instalasi itu harus diperbaiki.
2.5.8.3 Pengukuran resistans isolasi harus dilakukan dengan gawai
khusus yang baik dan telah ditera.
2.5.8.4 Resistans isolasi harus diuji dengan cara seperti dijelaskan
dalam 3.20.
2.5.8.5 Pada sistem IT harus ada sekurang-kurangnya satu gawai yang
dipasang permanen untuk memantau keadaan isolasi instalasi
(gawai monitor isolasi, lihat 3.14.2.2).
Proteksi dengan isolasi bagian aktif
CATATAN Isolasi dimaksudkan untuk mencegah setiap sentuh
dengan bagian aktif.
3.4.1.1 Bagian aktif harus seluruhnya tertutup dengan isolasi yang
hanya dapat dilepas dengan merusaknya.
Untuk perlengkapan buatan pabrik, isolasi harus sesuai dengan
standar yang relevan untuk perlengkapan listrik tersebut.
Untuk perlengkapan lainnya, proteksi harus dilengkapi dengan
isolasi yang mampu menahan stres yang mungkin mengenainya
dalam pelayanan, seperti pengaruh mekanik, kimia, listrik dan
termal.Lapisan cat, lapisan vernis, lapisan email, lapisan lak,
lapisan oksida, semua jenis lapisan serat dan produk sejenisnya,
walaupun diimpregnasi, umumnya dianggap tidak mempunyai
isolasi yang memadai untuk proteksi dari kejut listrik dalam
pelayanan normal.
CATATAN Jika isolasi diterapkan selama pemasangan
instalasi, mutu isolasi harus ditetapkan dengan pengujian yang
sama dengan jaminan mutu isolasi pada perlengkapan serupa
buatan pabrik.
3.4.1.2 Jika tempat kabel masuk ke dalam perlengkapan listrik berada
dalam jangkauan, maka lapisan isolasi dan selubung kabel
harus masuk ke dalam kotak hubung, atau dalam hal tanpa
kotak hubung, ke dalam perlengkapan tersebut. Lapisan logam
pelindung kabel tidak boleh dimasukkan ke dalam kotak
hubung, tetapi boleh ke dalam mof ujung kabel atau mof
sambungan kabel.
3.4.1
3.20
Resistans isolasi suatu instalasi listrik tegangan rendah
3.20.1 Resistans isolasi suatu instalasi listrik tegangan rendah
merupakan salah satu unsur yang menentukan kualitas instalasi
tersebut, mengingat fungsi utama isolasi sebagai sarana
proteksi dasar (lihat 3.4.1).
3.20.2 Resistans isolasi harus diukur :
a) antar penghantar aktif secara bergiliran sepasang-sepasang;
CATATAN 1 : Dalam praktek, pengukuran hanya dapat
dilakukan selama pemasangan instalasi sebelum
dihubungkan ke peranti listrik.
b) antara setiap penghantar aktif dan bumi.
CATATAN 2 :
1) Dalam sistem TN-C, penghantar PEN dianggap sebagai
bagian bumi.
2) Selama pengukuran, penghantar fase dan netral dapat
dihubungkan bersama.
3.20.3 Resistans isolasi yang diukur dengan nilai tegangan uji yang
ditunjukkan dalam Tabel 3.20-1, akan memuaskan jika setiap
sirkit (dengan peranti tidak terhubung) mempunyai resistans
isolasi tidak kurang dari nilai yang diberikan dalam Tabel 3.201.
Pengukuran harus dilakukan dengan arus searah.Aparat
pengukuran harus mampu menyuplai tegangan uji yang
ditentukan dalam Tabel 3.20-1 jika dibebani dengan 1 mA.Jika
sirkit mencakup gawai elektronik, maka hanya dilakukan
pengukuran antara fase dan netral yang terhubung bersama ke
bumi.
CATATAN Tindakan pencegahan ini diperlukan karena
melakukan pengujian tanpa hubungan antar penghantar aktif
dapat menyebabkan kerusakan dalam gawai elektronik
Pengukuran resistans isolasi lantai dan dinding
berkaitan dengan proteksi dengan lokasi tidak konduktif
3.22.1 Definisi dan nilai isolasi lantai dan dinding
3.22.1.1 Resistans isolasi lantai dan dinding ialah resistans antara
permukaan lantai atau dinding tersebut dan bumi.
3.22.1.2 Resistans isolasi lantai dan dinding untuk memenuhi
persyaratan proteksi dengan lokasi tidak konduktif (lihat 3.9,
khususnya 3.9.4) harus diukur sesuai dengan 3.22.2.1 dan
3.22.2.2 di bawah ini.
3.22
3.22.2 Pengukuran isolasi lantai dan dinding
Pengukuran dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali pada
lokasi yang sama, satu dari pengukuran itu dilakukan kira-kira
1 m dari setiap BKE yang dapat terjangkau dalam lokasi
tersebut. Dua pengukuran yang lain harus dilakukan pada jarak
yang lebih jauh. Seri pengukuran tersebut di atas harus diulangi
untuk setiap permukaan lokasi yang relevan.
3.22.2.2 Metode untuk mengukur resistans isolasi lantai dan
dinding Sebuah tester isolasi magneto-ohmmeter atau dengan
tenaga baterai yang memberikan tegangan tanpa beban kirakira 500 V (atau 1000 V jika tegangan pengenal instalasi
melebihi 500 V) digunakan sebagai sumber arus searah (a.s.).
Resistans diukur di antara elektrode uji dan penghantar proteksi
instalasi.
CATATAN Direkomendasikan bahwa pengujian dilakukan
sebelum penerapan perlakuan pada permukaan (vernis, cat atau
produk serupa).
3.22.2.3 Elektrode terdiri atas sebuah pelat logam bujur sangkar
berukuran 250 x 250 mm dan kertas atau kain penyerap air
basah berukuran 270 x 270 mm yang ditempatkan antara pelat
logam dan permukaan yang akan diuji. Selama pengukuran,
suatu daya (beban) kira-kira sebesar 750 N (sekitar 75 kg,
untuk lantai) atau 250 N (sekitar 25 kg, untuk dinding)
diterapkan di atas pelat logam tersebut. Untuk meratakan
beban, dapat digunakan kayu yang diletakkan di atas pelat
logam.
3.22.2.1
III.
Alat dan Bahan
1. Sumber tegangan yang akan diukur
2. Alat ukur megger
IV.
Langakah Kerja
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Mengerti dan memahami dasar teori dari aturan pengukuran
tahanan isolasi menurut PUIL 2000.
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Pastikan sumber tegangan tidak terikat oleh beban.
Pasangkan kabel test pada sumber tegangan yang akan diukur.
Lakukan pengukuran dengan cara putar engkol pada megger
hingga menunjukkan nilai maksimum dari sumber tegangan.
catat hasil dari pengukuran dari tahanan isolasi sesuai dengan hasil
yang ditunjukkan pada layar megger.
Laporkan kepada instruktur bahwa telah selesai melakukan
pengukuran.
Setelah dijinkan oleh instruktur, bongkar dan kembalikan alat dan
bahan
9)
Susun laporan di rumah, diserahkan sebelum melakukan tugas
praktikum selanjutnya.
Download