KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS UNTUK EKOSISTEM TERPADU RIMBA ASISTEN DEPUTI KAJIAN KEBIJAKAN WILAYAH DAN SEKTOR KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan atau kebijakan, rencana & program (KRP). Pasal 19 (1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib di dasarkan pada KLHS (2) Perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup 30/09/2010 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan KRP (KRP) yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan. Ada keterbatasan daya dukung BEBAN LINGKUNGAN Status Ancaman (Berdasarkan Hutan yang Hilang sejak 1985) Critically Endangered (>70% ) Endangered (50-70%) Vulnerable (40-50%) Near Threatened (20-40%) Least Concern (0-20%) EFR di dataran rendah wilayah Timur dan di kawasan rawa banyak yang tergolong sebagai “Critically Endangered ” or “Endangered”. EFR di Pantai Barat, Pegunungan dan zona Montana tergolong “Near Threatened” atau “Least Concern”. No Propinsi luas lahan kritis % 1. Aceh 1.668.264,59 2.14 2. SUMUT 5.218.628,97 6.71 3. SUMBAR 1.470.670,38 1.89 4. RIAU 7.116.530,88 9.15 5. Jambi 2.205.575,08 2.83 6. SUMSEL 4.405.757,38 5,66 7. Bengkulu 1.417.883,59 1.82 8. Lampung 1.723.447,69 2.22 9. BABEL 672.214,21 0.86 10. Kep. RIAU - Th. 2007- Kaya keanekaragaman hayati Mempunyai fungsi hidrologi yang tinggi Memiliki potensi karbon Sebagai habitat flora/fauna. Memiliki layanan jasa ekosistem yang tinggi. Sebagai daerah tangkapan air Terdapat DAS yang berada di ke tiga provinsi. Memiliki hutan alam yang masih tersisa di Sum. Memiliki kawasan lindung Yang memiliki potensi koneksitas Melalui koridor antar kawasan - KONVERSI LAHAN - ILLEGAL LOGGING - KEBAKARAN HUTAN UU 32/2009 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/program. PP no. 15/2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. (pasal 25, 27, 33, 35) .......prosedur penetapan RTRW nasional, propinsi, kabupaten, kota, dilakukan melalui KLHS Kerusakan berbagai sumber daya alam: lahan, hutan, sumber daya air, keanekaragaman hayati, pesisir/laut, DAS, dls. Pencemaran lingkungan: air, udara, lahan, dari limbah domestik, limbah B3. Air bersih sudah semakin sulit, hilangnya lahan2 produktif, kelangkaan energi, hilangnya biodiversity, ancaman dampak perubahan iklim semakin besar, intrusi air laut, land subsidence, banjir, kekeringan, dls. Pembangunan yang lebih bersifat Economic Oriented Pemb. yang lebih mengandalkan sumber daya alam Kurang diperhatikannya lingkungan hidup COST OF RECOVERY YANG JAUH LEBIH MAHAL DARI BENEFIT YANG DIPEROLEH BAGAIMANA KLHS DI SUSUN 1. PENGKAJIAN PENGARUH KRP terhadap kondisi LH suatu wilayah 2. PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP 3. REKOMENDASI PERBAIKAN KRP yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan Ps. 15 ayat 3 Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup Pengkajian pengaruh KRP dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: identifikasi pemangku kepentingan dan masyarakat; identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan hidup; identifikasi kebijakan, rencana dan/atau program; telaahan pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah. KAPASITAS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LH PERKIRAAN MENGENAI DAMPAK DAN RISIKO LH KINERJA LAYANAN JASA EKOSISTEM EFISIENSI PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM TINGKAT KERENTANAN DAN KAPASITAS ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM TINGKAT KETAHANAN DAN POTENSI KEANEKARAGAMAN HAYATI. Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan adalah: Menetapkan isu-isu Pembangunan Berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan hidup yang ada dan menjadi perhatian di wilayah tersebut untuk menjadi bahan kajian pengaruh KRP; Melakukan pembahasan isu secara terfokus dan tidak melebar pada isu yang tidak penting. Merumuskan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan untuk dijadikan acuan dalam merumuskan dan atau menilai substansi KRP Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan KRP dikembangkan dengan mempertimbangkan a.l.: • • • • Kebutuhan pembangunan: mengcek kembali atau membuat skenario kebutuhan pembangunan yang baru (misalnya targettarget dalam pengentasan kemiskinan atau peningkatan pendapatan penduduk); Lokasi: mengusulkan lokasi baru yang dianggap lebih aman, atau mengusulkan pengurangan luas wilayah KRP; Proses dan Metode: mengusulkan alternatif proses dan atau metode pembangunan yang lebih baik (misalnya peningkatan pendapatan rakyat melalui pengembangan ekonomi kreatif, bukan model ekonomi konvensional yang menguras sumber daya alam); Jangka waktu dan tahapan pembangunan: yaitu mengusulkan perubahan jangka watu pembangunan, baik awal kegiatan pembangunan, urutan, maupun kemungkinan penundaan satu program pembangunan. Tujuan rekomendasi adalah mengusulkan perbaikan muatan KRP berdasarkan hasil perumusan alternatif penyempurnaan KRP dan rekomendasi perbaikan rancangan KRP, dapat berupa: • perbaikan rumusan kebijakan; • perbaikan muatan rencana; • perbaikan materi program; dan/atau TERIMA KASIH