BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Defenisi Perubahan Sosial Pada dasarnya banyak pandangan tentang perubahan sosial dengan latar belakang dan sudut pandang yang berbeda-beda yang khususnya membahas tentang perubahan sosial dalam masyarakat. Oleh karena banyaknya persepsi tentang perubahan social ini maka pengertian atau makna perubahan social pun mempunyai defenisi yang berbeda-beda. Piotr Sztompka mengatakan perubahan sosial itu dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem sosial tertentu dalam jangka waktu yang berlainan. Jadi konsep perubahan sosial mencakup tiga gagasan yakni pertama, adanya perbedaan1 dalam hal ini suatu keadaan berbeda dengan keadaan lainya yang telah mengalami perubahan. Kedua, terjadi pada waktu yang berbeda,2 yakni perubahan terjadi bukan dalam satu waktu yang bersamaan namun terjadi dalam waktu yang berbeda dengan jangka waktu tertentu. Ketiga, di antara keadaan sistem sosial yang sama.3 Sistem yang dimaksudkan yakni satu kesatuan kompleks, terdiri dari berbagai antarhubungan dan dipisahkan dari lingkungan sekitarnya oleh batas tertentu. Misalnya pada tingkat makro, keseluruhan masyarakat dunia dapat dibayangkan sebagai sebuah sistem. Pada tingkat menengah atau mezo, negara bangsa dan seluruh kesatuan politik atau militer pun dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Pada tingkat mikro pun, komunitas lokal. Asosiasi, perusahan, keluarga dapat diperlakukan sebagai sebuah sistem. Begitupula, segmen tertentu dalam masyarakat sepersti aspek ekonomi, politik, dan budaya (Sztompka, mengikuti pakar teori sistem seperti Talcott Parsons). Perubahan itu dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, tergantung dari aspek apa hal tersebut dibidik. Sztompka mengatakan kalau sistem sosial itu tidak hanya berdimensi tunggal tetapi adalah gabungan dari segmen-segmen di bawah ini:4 1. Unsur-unsur pokok (misalnya: jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka) 2. Hubungan antar unsur-unsur (misalnya ikatan sosial loyalitas, ketergantungan, hubungan antar individual dan integrasi). 3. Berfungsinya unsur-unsur di dalam sistem (misalnya: peran pekerjaan yang dimainkan oleh individu atau diperlukannya tidakan tertentu untuk melestarikan ketertiban sosial). 4. Pemeliharaan batas-batas (misalnya: kriteria untuk menentukan siapa saja yang termasuk anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip rekrutmen dalam organisasi, dan sebagainya). 5. Subsistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen, atau divisi khusus yang dapat dibedakan). 6. Lingkungan (misalnya: keadaan alam atau lokasi geopolitik). Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsesnsus atau pertikaian berasal dari sifat saling mempengaruhi dari keseluruhan ciri-ciri sistem sosial yang kompleks itu. Sztompka mengatakan, teori sistem secara tak langsung menyatakan kemungkinan terjadi perubahan:5 1. Perubahan komposisi (misalnya, migrasi dari satu kelompok ke kelompok yang lain, menjadi anggota satu kelompok tertentu, penganguran jumlah penduduk karena kelaparan, demobilisasi serakan sosial, bubarnya suatu kelompok). 2. Perubahan struktur (misalnya, terciptanya ketimpangan, kristalisasi kekuasaan, munculnya ikatan persahabatan, terbentuknya kerja sama antar hubungan kompetitif). 3. Perubahan fungsi (misalnya, spesialisasi dan diferensiasi pekerjaan, hancurnya peran ekonomi keluarga, diterimanya peran yang diindoktrinasikan oleh sekolah atau universitas). 4. Perubahan batas (misalnya penggabungan beberapa kelompok, atau satu kelompok oleh kelompok lain, mengendurnya kriteria keanggotaan kelompok dan demokratisasi keanggotaan, dan penaklukan). 5. Perubahan hubungan antarsubsistem (misalnya, penguasaan rezim politik atas organisasi ekonomi, pengendalian keluarga dan keseluruhan kehidupan privat oleh pemerintah totaliter). 6. Perubahan lingkungan (misalnya, kerusakan ekologi, gempa bumi, munculnya wabah atau virus HIV, lenyapnya sistem bipolar internasional). Lebih lanjut Sztompka mengutip:6 Berbicara tentang perubahan, kita membayangkan suatu yang telah terjadi setelah jangka waktu tertentu; kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Untuk dapat menyatakan perbedaannya, ciri awal unit analisa harus diketahui dengan cermat mesti harus berubah (Strasser & Randall, 1981: 16). Wilbert Moore pun mendefenisikan perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur sosial atau bentuk-bentuk interaksi sosial dalam masyarakat.7 JL.Gillin dan JP.Gillin juga mengatakan perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahanperubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.8 & ! '! " !( # ( )) * +)* ) ! ( " $ %% ,- - . ! !. %& ++ . ) ) % Perubahan sosial bukan suatu gejala masyarakat modern tetapi suatu hal yang universal dalam pengalaman hidup manusia.9 Perubahan sosial adalah perubahan yang menyangkut kehidupan manusia, perubahan tersebut dapat mencakup nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola perlaku organisasi, susunan lembaga kemasyrakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya.10 Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi terlebih dahulu dalam suatu lembaga masyarakat, yang kemudian mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat itu. Dalam hal ini berpengaruh dalam nilai-nilai, perilaku dan tindakan serta dalam sistem kemasyarakatan dan juga aspek-aspek lain yang ada dalam masyarakat.11 Adapula defenisi lain dari perubahan sosial yakni segala perubahanperubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.12 Berbagai defenisi dalam sosiologi pun terlihat banyak meletakkan jenis perubahan yang berbeda. Namun sebagian besar mereka memandang penting perubahan structural dalam hubungan, organisasi, dan ikatan antara unsur-unsur dalam masyarakat, yakni:13 “Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Macionis, 1987: 638). Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian masyarakat (Persell, 1987: 586). /0 / 1# . 02 3 4 / 5 * 6 7 -8 7 % 8 !- " 9 . 9 . ; !. - / < 0 - 4!- 7 ! + 4.: ( %%& 6 2 - - & ! > = %% 7 Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu (Ritzer, et.al,1987: 560). Perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu (Farley, 1990: 626).” Alasan dibalik lebih seringnya penekanan ditujukan pada perubahan structural ketimbang tipe lain adalah karena perubahan structural itu lebih mengarah kepada perubahan sistem sebagai keseluruhan baik segmen (baik itu perilaku, cara berpikir, hubungan sosial individu, organisasi, lembaga sosial, politik maupun budaya) yang ada dalam masyarakat, ketimbang perubahan dalam sistem sosial saja. Struktur social merupakan jenis kerangka pembentukkan masyarakat dan operasinya. Jika struktur dalam suatu sistem berubah, maka semua unsur lain cenderung berubah.14 Dan untuk meninjau itu kita tidak bisa hanya melihat dari perubahan struktur dalam sistem hanya dalam saat sekarang. Dengan berbagai defenisi dan paparan diatas dari berbagai ahli yang dikira mendukung Sztompka, menunjukkan bahwa perubahan sosial memiliki pemahaman yang luas, yang mencakup seluruh ekspresi tatanan hidup masyarakat atau penekanan kepada agen manusia “individu” dalam berbagai bidang termasuk nilai dan norma yang ada dalam masyarakat tertentu juga mengalami perubahan. Ekspresi yang dimaksudkan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem sosial masyarakat, entah dalam tingkat makro ataupun mezo, baik segmen ekonomi, politik, budaya, perusahaan, keluarga, yang saling terkait atau saling mempengaruhi dan sangat kompleks, sehingga mampu mempengaruhi sebagian atau keseluruhan sistem. Ekspresi yang ada dalam masyarakat juga terpancar lewat struktur sosial yang ada dalam sistem suatu masyarakat yang dahulu maupun sekarang menjadi tolak ukur untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu komunitas masyarakat sehingga membawa masyarakat pada suatu keadaan yang baru. B. Sumber Perubahan Sosial dalam Masyarakat Berbicara mengenai sumber perubahan sosial maupun budaya dalam masyarakat maka tidak terlepas dari deskripsi mengenai siapa yang menjadi aktor dibalik munculnya suatu perubahan dalam masyarakat. Dalam berbagai bahasan umum sumber perubahan seringkali didasarkan pada dua sumber pokok, yakni exogenous (luar) dan endogenous (dalam).15 Bisa berasal dari dalam dan luar masyarakat. Sztompka pun berbicara tentang ini. Mudjia Rahardjo, di dalam bukunya mengemukakan sumber perubahan dari dalam yang terdiri dari lima hal, yaitu sumber pertama, dinamika penduduk: hal ini dikaitkan dengan laju pertumbuhan penduduk yang mempengaruhi struktur masyarakat. Sumber kedua adalah penemuan-penemuan baru, dalam hal ini adalah teknologi (sekaligus juga bisa menjadi sumber perubahan dari luar). Sumber perubahan yang ketiga adalah adanya pertentangan dalam masyarakat. Hal ini berkaitan dengan konflik kepentingan. Sumber keempat adalah pemberontakan dalam masyarakat, penambahan dan pengurangan penduduk dalam masyarakat akan mengakibatkan perubahan dalam masyarakat. Sumber kelima adalah ketegangan internal yang muncul di bawah tekanan.16 Selain itu perubahan dari dalam juga karena adanya persoalan kebutuhan, persoalan dan saluran ? .8 - =! 9 " ( %% @4 ;! 8 9 .?( 2 :$( 5 * 6 + A . 7 -87 /0 / 1# 0 .2 4 = . + < 5 1= . + / -- permasalahan sosial. Kebutuhan akan saluran persoalan sosial itu adalah kebutuhan mutlak dari para warga masyarakat. Selain itu perubahan dari dalam itu bisa terjadi karena adanya perubahan demografi serta adanya perubahan struktur, sikap, nilai, dan budaya sosial.17 Sumber perubahan yang berasal dari luar,18 adapula menyangkut kemajuan teknologi. Telah dilihat bahwa teknologi mampu membantu masyarakat dalam meningkatkan kemungkinan-kemungkinan dalam masyarakat. Entah itu dalam pola perubahan cara berinteraksi antara individu-individu dalam keluarga ataupun masyarakat secara keseluruhan. Namun tidak selamanya pengaruh perubahan karena teknologi ini memilik efek positif. Terdapat pula efek negatifnya yang sangat mungkin menyebabkan masalah baru bagi masyarakat. Agus Salim, berpendapat bahwa masyarakat modern mulai meninggalkan tradisi nenek moyang bergantung pada tingkat kebutuhannya. Begitupula dalam hal mencari tempat tinggal, mereka memilihnya dengan lebih rasional.19 Pola-pola perubahan dan tempat tinggal dan pandangan hidup masyarakat berpengaruh kepada perhatian masyarakat terhadap kehidupan masa lalu dan harapan kepada masa depan. C. Bentuk Perubahan Sosial dalam masyarakat Setiap manusia selama hidup pasti mengalami berbagai perubahan. Perubahan dapat berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang lambat dan ada perubahan yang berjalan dengan cepat. Untuk itu dapat dilihat ada dua bentuk perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat baik itu sosial maupun budaya & ? B 8 4+!- . %% " # 6 +2 terjadi dalam dua cara yaitu, perubahan dalam bentuk lambat dan perubahan dalam bentuk yang cepat dalam masyarakat. Perubahan yang sifatnya lambat disebut dengan evolusi,20 sedangkan perubahan yang tidak membutuhkan waktu lama disebut revolusi.21 Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa suatu masyarakat berhenti pada satu titik tertentu saja walaupun adakalanya lambat, namun pasti perubahan itu terjadi. Proses evolusi diatas seringkali digunakan oleh berbagai ahli untuk menganalogikan perkembangan masayarakat. Proses perkembangan masyarakat yang warnai perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan biologi yang memang telah berkembang. Peletak dasar pemikiran evolusi ini adalah Charles Darwin. Masyarakat berkembang dengan paradigma Darwinian: ada proses seleksi di dalam masyarakat kita atas individu-individunya. Herbet Spenser, August Comte dan Durkheim juga memilik pandangan tentang perubahan sebagai proses kemajuan berbentuk garis lurus. Kemajuan pikiran atau diferensiasi structural atau pembagian kerja merupakan proses berkelanjutan secara linear menuju tingkat yang lebih sempurna.22 Dengan kata lain kekhasan dari konsep teori evolusi awal yang menakankan kedamaian, keharmonisan perubahan potensi kemajuan. Jadi menurut mereka perubahan sosial berjalan lambat namun menuju suatu bentukbentuk kesempurnaan masyarakat. Spenser sangat dipengaruhi oleh pemikiran Darwin, ia menganalogikan masyarakat sebagai layaknya perkembangan individu. Dengan menunjukkan bahwa perubahan sosial adalah proses seleksi alam. Manusia masyarakat termasuk di dalamnya sistem kebudayaan, politik, ekonomi, % 8 !- " 9 > > & mengalami perkembangan secara bertahap. Mula-mula berasal dari bentuk yang sederhana kemudian berkembang dalam bentuk yang sederhana kemudian berkembang dalam bentuk yang lebih kompleks menuju tahap akhir yang sempurna. Selain evolusi adapula proses revolusi. Menurut Sztompka, revolusi adalah puncak dari perubahan sosial.23 Revolusi biasanya akibat kejenuhan terhadap proses evolusi. Proses revolusi ini didahului dengan munculnya penemuan baru atau ketidakpuasan dari golongan-golongan tertentu yang muncul dari tersebarnya suatu ide baru. Revolusi biasanya ditandai dengan adanya teror.24 Revolusi merupakan sebuah proses pembentukan masyarakat sehingga menyerupai proses kelahiran kembali. Namun bukan berarti semua perubahan revolusi berhasil. Para ahli sosiologi berpendapat bahwa suatu tidak terjadi dengan mendadak bahkan ada juga revolusi yang tidak pernah pecah, walaupun lelah mencapai ‘puncak’nya.25 Ada revolusi yang berakhir dengan perpecahan antara kekuatan-kekuatan revolusi itu sendiri karena adanya iri hati satu sama lain atau karena tidak adanya konsep yang yang jelas mengenai pembangunan setelah revolusi. Revolusi mempunyai kehidupan ganda yang tampak dalam dua samaran. Pertama menggambarkan revolusi sebagai mitos, sedangkan kedua memberikan gambaran revolusi sebagai sebuah konsep dan bahkan teori dalam ilmu sosiologi.26 Dua samaran ini mempunyai kesaling terkait bahkan dialektika 4- !& diantara keduanya menjadi suatu bentuk wajar yang berperan dalam tingkat kesadaran sosial. Konsep revolusi ini dapat pula dibahas dalam dua perspektif, yakni filsafat sejarah dan sosiologi. Konsep berdasarkan filsafat sejarah berarti mempunyai bentuk terobosan radikal terhadap kesinambungan jalannya sejarah. Sedangkan perspektif sosiologi memandang revolusi sebagai bentuk penggunaan kekuatan massa terhadap penguasa untuk melakukan perubahan mendasar dan terusmenerus. Revolusi dapat dianggap sebagai upaya membentuk ulang sejarah dengan menggunakan kekuatan kreativitas manusia.27 Kedua perspektif tersebut turut mempengaruhi pendefenisian revolusi. Sztompka mendefenisi revolusi yang digolongkannya dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, defenisi yang menekankan pada transformasi fundamental masyarakat.28 Jadi perubahan revolusioner bersifat radikal dan menyentuh seluruh aspek (baik dalam struktur politik, sosial, ekonomi) dan fungsi struktur dan sistem sosial masyarakat. Kelompok kedua, mencakup defenisi yang menekankan kekerasan, perjuangan, dan kecepatan perubahan.29 Jadi lebih menekankan pada teknik untuk melakukan perubahan yang diinginkan. Kelompok ketiga, kebanyakan pakar yakin bahwa revolusi memerlukan keterlibatan kekerasan dan penggunaan kekerasan.30 Bentuk perubahan social lainnya dikenal dengan istilah mobilitas social. Mobilitas social adalah suatu perubahan yang terorganisir. Perubahan itu terjadi sebagai bentuk dari penyesuain diri dengan keadaan, yang didorong oleh > & % % % keinginan untuk hidup lebih baik dengan memanfaatkan penemuan-penemuan baru.31 D. Agen Perubahan Sosial Sztompka menyitir berbagai diskusi atau perdebatan mengenai agen perubahan. Realitas social mulai dipahami sebagai sejenis koefesien agen. Agen perubahan itu sepenuhnya berwujud manusia dan social dalam dua bentuk: aktor individual dan agen kolektif. Teori sosiologi akhir-akhir ini memusatkan perhatian pada keduanya, mencoba membongkar rahasia operasi dan mekanismenya melalui realitas social yang dihasilkan. Adanya saling pengaruh antar agen perubahan kolektif dan individu. Gagasan tentang perubahan yang direncanakan, (diharapkan) dan konsep tindakan kolektif kelompok melengkapi citra tentang perubahan spontan yang dihasilkan Individu. Menurut Sztompka, aktor dibalik perubahan sosial yang paling mendasar adalah aktor individual (orang yang bertindak) dan agen kolektif (kolektivitas, kelompok tugas, gerakan sosial, asosiasi, parpol, tentara, pemerintah dan sebagainya).32 Yang berperan sebagai aktor individual adalah orang biasa, bisa juga individu yang karena kualitas pribadinya yang khas bertindak mewakili orang lain, atas nama kepentingan mereka. Diakui bahwa setip individu hanya memiliki peran sangat kecil dalam perubahan social, tetapi pada waktu yang bersamaan 4- !- > > % perubahan social harus dipandang sebagai hasil gabungan dari apa yang dikerjakan semua individu.33 Sementara yang disebut dengan agen kolektif adalah berupa gerakan social. Sztompka mengidentifikasikan gerakan social sebagai kolektivitas orang yang bertindak secara bersama-sama. Selain itu mereka bergerak dengan memiliki tujuan agar perubahan tertentu dalam masyarakat mereka ditetapkan partisipasi menurut cara yang sama. Kolektifitasnya bersifat relative tersebar namun lebih rendah derajatnya daripada organisasi formal. Tindakannya mempunyai derajat yang spontanitas tinggi namun tak terlembagakan dan bentuknya konvensional.34 Setiap perubahan social yang terjadi mempunyai kekhasan sendiri, namun Jacobus Ranjabar, mengemukakan ciri-ciri umum yang menandai terjadinya suatu perubahan sosial: 1. Differential social organization;35 dalam masyarakat tradisional, tindakan individu dan masyarakat cenderung seragam. Organisasi social mengadakan kontrol demi terpeliharanya keseragaman norma. Hal ini bertolak belakang dengan masyarakat maju akibat pengaruh luar, dalam masyarakat maju terkadang ada norma lama yang ditinggalkan, padahal belum ada norma baru sebagai penggantinya. Konsekuensi yang terjadi adalah terjadi penafsiran dan tindakan yang berbeda terhadap norma. 2. Kemajuan IPTEK;36 tak bisa dipungkiri kemajuan IPTEK ikut andil besar dalam perubahan world view, ideologi, politik, dan ekonomi. % 8 !- " 9 7 ! + 4.: ( %%& Individualime adalah paham yang semakin kokoh di era IPTEK ini. Dengan demikian setiap orang bisa saja lepas dari kontrol organisasi masyarakat dalam hal norma yang berlaku, sebagai akibat dari multitafsir norma yang merupakan kebebasan individu. Dengan kebebasannya itu juga, individu bisa melepaskan diri dari ikatan tradisi yang dianggap mengekang. Disinilah kemudian timbul kesamaan hal, martabat dan kebebasan berpendapat. 3. Mobilitas;37 ada dua sifat mobilitas yaitu horizontal dan vertical. Mobilitas horizontal sebagai akibat dari revolusi industry yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang berpindah dari satu tempat ketempat lain yang berpotensi ekonomis tinggi. Sedangkan mobilitas yang sifatnya vertical dapat dilihat dari perubahan status seseorang akibat revolusi. 4. Perubahan tidak terencana dan terencana;38 perubahan social tidak terencana adalah perubahan yang terjadi di luar kontrol masyarakat, dan hasilnya bukan suatu yang diharapkan. Lain halnya dengan perubahan terencana, dalam pelaksanaannya, pihak-pihak yang menghendaki perubahan itu mempunyai misi. Dalam rangka melaksanakan misi perubahan itu, mereka bisa saja menggunakan tekanan-tekanan. Masyarakat sasaran perubahan itu biasanya mendapatkan sosialisai terlebih dahulu mengenai perubahan social dimaksud. 5. Pertentangan; pertentangan atau kontroversi biasanya terjadi karena adanya perubahan yang bisa saja mengancam kepentingan/kestabilan, & %1 juga bisa menghancurkan kebiasaan, serta merubah pola tingkah laku kenyamanan yang selama ini dirasakan dan dilakoni, harus berubah sebagai akibat dari konsekuensi kedinamisan. E. Arah Perubahan Sosial Proses perubahan social mungkin mengarah ke tujuan tertentu atau mungkin juga tidak. Proses yang mengarah (purposive) biasanya tak dapat diubah dan sering bersifat kumulatif. Setiap tahap berurutan berbeda dari tahap sebelumnya. Masing-masing tahap terdahulu menyediakan syarat-syarat bagi tahap kemudian. Dalam artian luas ini, baik biografi individu maupun sejarah social kebanyakan adalah proses yang mengarah (menurut garis lurus). Proses sosial yang mengarah mungkin bertahap, meningkat atau adakalanya disebut “linear”. Bila proses itu mengikuti sasaran tunggal atau meliputi rententan tahap serupa, disebut “unilinear”. Contoh, kebanyakan teori evolusi yakin bahwa semua kultur berkembang dari tahap-tahap yang sama; hanya saja perkembangannya ada yang cepat ada yang lambat. 39 Sebaliknya, bila proses social mengkuti jalan alternatif, melompat beberapa tahap, menggantikan tahap lain atau menambahkannya dengan tahap yang tak biasa terjadi, disebut “multilinear”. Lawan proses linear adalah nonlinear. Proses ini berjalan dengan lompatan kualitatif atau menerobos setelah melalui periode khusus (Granovetter, 1978) atau mempengaruhi “fungsi” tahap tertentu. Contoh, seperti pengamatan Marxian, rentetan formasi ekonomi berubah melalui masa-masa revolusioner melalui transformasi tiba-tiba, fundamental, dan radikal dari keseluruhan masyarakat setelah dalam jangka panjang terjadi akumulasi kontradiksi, konflik, dan ketegangan.40 Proses yang tak mengarah (berubah-ubah) ada dua jenis. Pertama murni acak, kacau tanpa pola yang terlihat. Contoh, arus kegemparan dalam kekacauan revolusi atau proses mobilisasi dan demokratisasi dalam gerakan social atau dalam permainan anak-anak. Kedua, proses yang mengalun, mengikuti pola perulangan yang tak terlihat atau sekurangnya secara kualitatif hampir menyerupai tahap sebelumnya. Contoh, bayangkan keunikan hari kerja sekretaris atau pekerjaan musiman petani atau rutinitas seorang sarjana yang baru menulis buku sejak selesai menulis skripsi sarjananya yang pertama.41 Bila kesamaannya terlihat tetapi di tingkat kompleksitas yang berlainan, maka proses itu telihat mengikuti pola berbentuknya spiral atau lingkaran terbuka. Contoh, kemajuan yang dicapai seorang mahasiswa melalui tingkat pendidikan atau pada skala yang berbeda misalnya. Atau, dalam rentan waktu terpanjang seperti kecenderungan seluruh sejarah manusia seperti dilukiskan Toynbee, penyempurnaan kehidupan beragama dan kehidupan spriritual umat umumnya melalui sejumlah lingkaran tantangan dan tanggapan, pertumbuhan dan keruntuhan (1937: 61). 42 F. Hasil Perubahan Sosial Proses social biasanya menghasilkan keadaan dan struktur social yang sama sekali baru. Proses social menciptakan dan menghasilkan perubahan yang mendasar. Istilah morphogenesis (Buckley, 1967: 58-66) dapat diterapkan sebagai % proses social diatas. Contohnya mobilisasi kegiatan social, terciptanya kelompok, asosiasi, organisasi, dan partai politik baru; tersebarnya gaya hidup baru; berkembangnya temuan teknologi baru dengan segala dampak lanjutnya.43 Proses ini harus dibedakan dengan proses social yang hanya menghasilkan perubahan yang kurang radikal dan tanpa perubahan yang mendasar. Diantaranya ada yang yang tak menghasilkan perubahan sama sekali; lainnya ada yang hanya menghasilkan perubahan terbatas, perombakan ulang atau pembentukan ulang tatanan social yang sudah ada.44