Studi Kasus tentang Perubahan Sosial di Sumba Timur terhadap

advertisement
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A. Defenisi Perubahan Sosial
Pada dasarnya banyak pandangan tentang perubahan sosial dengan latar
belakang dan sudut pandang yang berbeda-beda yang khususnya membahas
tentang perubahan sosial dalam masyarakat. Oleh karena banyaknya persepsi
tentang perubahan social ini maka pengertian atau makna perubahan social pun
mempunyai defenisi yang berbeda-beda. Piotr Sztompka mengatakan perubahan
sosial itu dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau
mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem
sosial tertentu dalam jangka waktu yang berlainan.
Jadi konsep perubahan sosial mencakup tiga gagasan yakni pertama,
adanya perbedaan1 dalam hal ini suatu keadaan berbeda dengan keadaan lainya
yang telah mengalami perubahan. Kedua, terjadi pada waktu yang berbeda,2 yakni
perubahan terjadi bukan dalam satu waktu yang bersamaan namun terjadi dalam
waktu yang berbeda dengan jangka waktu tertentu. Ketiga, di antara keadaan
sistem sosial yang sama.3 Sistem yang dimaksudkan yakni satu kesatuan
kompleks, terdiri dari berbagai antarhubungan dan dipisahkan dari lingkungan
sekitarnya oleh batas tertentu. Misalnya pada tingkat makro, keseluruhan
masyarakat dunia dapat dibayangkan sebagai sebuah sistem. Pada tingkat
menengah atau mezo, negara bangsa dan seluruh kesatuan politik atau militer pun
dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Pada tingkat mikro pun, komunitas lokal.
Asosiasi, perusahan, keluarga dapat diperlakukan sebagai sebuah sistem.
Begitupula, segmen tertentu dalam masyarakat sepersti aspek ekonomi, politik,
dan budaya (Sztompka, mengikuti pakar teori sistem seperti Talcott Parsons).
Perubahan itu dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, tergantung dari
aspek apa hal tersebut dibidik. Sztompka mengatakan kalau sistem sosial itu tidak
hanya berdimensi tunggal tetapi adalah gabungan dari segmen-segmen di bawah
ini:4
1. Unsur-unsur pokok (misalnya: jumlah dan jenis individu, serta tindakan
mereka)
2. Hubungan antar unsur-unsur (misalnya ikatan sosial loyalitas,
ketergantungan, hubungan antar individual dan integrasi).
3. Berfungsinya unsur-unsur di dalam sistem (misalnya: peran pekerjaan
yang dimainkan oleh individu atau diperlukannya tidakan tertentu untuk
melestarikan ketertiban sosial).
4. Pemeliharaan batas-batas (misalnya: kriteria untuk menentukan siapa
saja yang termasuk anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam
kelompok, prinsip rekrutmen dalam organisasi, dan sebagainya).
5. Subsistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen, atau divisi khusus
yang dapat dibedakan).
6. Lingkungan (misalnya: keadaan alam atau lokasi geopolitik).
Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsesnsus atau pertikaian
berasal dari sifat saling mempengaruhi dari keseluruhan ciri-ciri sistem sosial
yang kompleks itu.
Sztompka mengatakan, teori sistem secara tak langsung menyatakan
kemungkinan terjadi perubahan:5
1. Perubahan komposisi (misalnya, migrasi dari satu kelompok ke
kelompok yang lain, menjadi anggota satu kelompok tertentu,
penganguran jumlah penduduk karena kelaparan, demobilisasi serakan
sosial, bubarnya suatu kelompok).
2. Perubahan struktur (misalnya, terciptanya ketimpangan, kristalisasi
kekuasaan, munculnya ikatan persahabatan, terbentuknya kerja sama
antar hubungan kompetitif).
3. Perubahan fungsi (misalnya, spesialisasi dan diferensiasi pekerjaan,
hancurnya peran ekonomi keluarga, diterimanya peran yang
diindoktrinasikan oleh sekolah atau universitas).
4. Perubahan batas (misalnya penggabungan beberapa kelompok, atau
satu kelompok oleh kelompok lain, mengendurnya kriteria
keanggotaan kelompok dan demokratisasi keanggotaan, dan
penaklukan).
5. Perubahan hubungan antarsubsistem (misalnya, penguasaan rezim
politik atas organisasi ekonomi, pengendalian keluarga dan
keseluruhan kehidupan privat oleh pemerintah totaliter).
6. Perubahan lingkungan (misalnya, kerusakan ekologi, gempa bumi,
munculnya wabah atau virus HIV, lenyapnya sistem bipolar
internasional).
Lebih lanjut Sztompka mengutip:6
Berbicara tentang perubahan, kita membayangkan suatu yang
telah terjadi setelah jangka waktu tertentu; kita berurusan
dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan
sesudah jangka waktu tertentu. Untuk dapat menyatakan
perbedaannya, ciri awal unit analisa harus diketahui dengan
cermat mesti harus berubah (Strasser & Randall, 1981: 16).
Wilbert Moore pun mendefenisikan perubahan sosial adalah perubahan
yang terjadi dalam struktur sosial atau bentuk-bentuk interaksi sosial dalam
masyarakat.7 JL.Gillin dan JP.Gillin juga mengatakan perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahanperubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi
maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat.8
&
!
'!
"
!(
#
(
)) *
+)*
)
!
(
"
$
%%
,- - . ! !. %&
++ . ) ) %
Perubahan sosial bukan suatu gejala masyarakat modern tetapi suatu hal
yang universal dalam pengalaman hidup manusia.9 Perubahan sosial adalah
perubahan yang menyangkut kehidupan manusia, perubahan tersebut dapat
mencakup nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola perlaku organisasi, susunan
lembaga kemasyrakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan
sebagainya.10
Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan
yang terjadi terlebih dahulu dalam suatu lembaga masyarakat, yang kemudian
mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat itu. Dalam hal ini berpengaruh
dalam nilai-nilai, perilaku dan tindakan serta dalam sistem kemasyarakatan dan
juga aspek-aspek lain yang ada dalam masyarakat.11
Adapula defenisi lain dari perubahan sosial yakni segala perubahanperubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola
perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.12
Berbagai defenisi dalam sosiologi pun terlihat banyak meletakkan jenis
perubahan yang berbeda. Namun sebagian besar mereka memandang penting
perubahan structural dalam hubungan, organisasi, dan ikatan antara unsur-unsur
dalam masyarakat, yakni:13
“Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam
pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Macionis, 1987:
638).
Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam
pengorganisasian masyarakat (Persell, 1987: 586).
/0 /
1# . 02 3 4
/
5 * 6
7 -8 7
%
8 !- " 9
.
9
.
; !. - /
< 0 - 4!-
7
! + 4.:
(
%%&
6 2 -
-
&
!
>
=
%%
7
Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu,
kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu (Ritzer,
et.al,1987: 560).
Perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial,
lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu (Farley, 1990: 626).”
Alasan dibalik lebih seringnya penekanan ditujukan pada perubahan
structural ketimbang tipe lain adalah karena perubahan structural itu lebih
mengarah kepada perubahan sistem sebagai keseluruhan baik segmen (baik itu
perilaku, cara berpikir, hubungan sosial individu, organisasi, lembaga sosial,
politik maupun budaya) yang ada dalam masyarakat, ketimbang perubahan dalam
sistem sosial saja. Struktur social merupakan jenis kerangka pembentukkan
masyarakat dan operasinya. Jika struktur dalam suatu sistem berubah, maka semua
unsur lain cenderung berubah.14 Dan untuk meninjau itu kita tidak bisa hanya
melihat dari perubahan struktur dalam sistem hanya dalam saat sekarang.
Dengan berbagai defenisi dan paparan diatas dari berbagai ahli yang dikira
mendukung
Sztompka,
menunjukkan
bahwa
perubahan
sosial
memiliki
pemahaman yang luas, yang mencakup seluruh ekspresi tatanan hidup masyarakat
atau penekanan kepada agen manusia “individu” dalam berbagai bidang termasuk
nilai dan norma yang ada dalam masyarakat tertentu juga mengalami perubahan.
Ekspresi yang dimaksudkan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem sosial
masyarakat, entah dalam tingkat makro ataupun mezo, baik segmen ekonomi,
politik, budaya, perusahaan, keluarga, yang saling terkait atau saling
mempengaruhi dan sangat kompleks, sehingga mampu mempengaruhi sebagian
atau keseluruhan sistem. Ekspresi yang ada dalam masyarakat juga terpancar
lewat struktur sosial yang ada dalam sistem suatu masyarakat yang dahulu
maupun sekarang menjadi tolak ukur untuk melihat perubahan-perubahan yang
terjadi dalam suatu komunitas masyarakat sehingga membawa masyarakat pada
suatu keadaan yang baru.
B. Sumber Perubahan Sosial dalam Masyarakat
Berbicara mengenai sumber perubahan sosial maupun budaya dalam
masyarakat maka tidak terlepas dari deskripsi mengenai siapa yang menjadi aktor
dibalik munculnya suatu perubahan dalam masyarakat. Dalam berbagai bahasan
umum sumber perubahan seringkali didasarkan pada dua sumber pokok, yakni
exogenous (luar) dan endogenous (dalam).15 Bisa berasal dari dalam dan luar
masyarakat. Sztompka pun berbicara tentang ini.
Mudjia Rahardjo, di dalam bukunya mengemukakan sumber perubahan
dari dalam yang terdiri dari lima hal, yaitu sumber pertama, dinamika penduduk:
hal ini dikaitkan dengan laju pertumbuhan penduduk yang mempengaruhi struktur
masyarakat. Sumber kedua adalah penemuan-penemuan baru, dalam hal ini adalah
teknologi (sekaligus juga bisa menjadi sumber perubahan dari luar). Sumber
perubahan yang ketiga adalah adanya pertentangan dalam masyarakat. Hal ini
berkaitan dengan konflik kepentingan. Sumber keempat adalah pemberontakan
dalam masyarakat, penambahan dan pengurangan penduduk dalam masyarakat
akan mengakibatkan perubahan dalam masyarakat. Sumber kelima adalah
ketegangan internal yang muncul di bawah tekanan.16 Selain itu perubahan dari
dalam juga karena adanya persoalan kebutuhan, persoalan dan saluran
? .8
-
=! 9 " (
%%
@4 ;! 8
9
.?(
2 :$(
5 * 6
+ A .
7 -87
/0 /
1# 0 .2
4
= . + < 5 1= . +
/
--
permasalahan sosial. Kebutuhan akan saluran persoalan sosial itu adalah
kebutuhan mutlak dari para warga masyarakat. Selain itu perubahan dari dalam itu
bisa terjadi karena adanya perubahan demografi serta adanya perubahan struktur,
sikap, nilai, dan budaya sosial.17
Sumber perubahan yang berasal dari luar,18 adapula menyangkut kemajuan
teknologi. Telah dilihat bahwa teknologi mampu membantu masyarakat dalam
meningkatkan kemungkinan-kemungkinan dalam masyarakat. Entah itu dalam
pola perubahan cara berinteraksi antara individu-individu dalam keluarga ataupun
masyarakat secara keseluruhan. Namun tidak selamanya pengaruh perubahan
karena teknologi ini memilik efek positif. Terdapat pula efek negatifnya yang
sangat mungkin menyebabkan masalah baru bagi masyarakat.
Agus Salim, berpendapat bahwa masyarakat modern mulai meninggalkan
tradisi nenek moyang bergantung pada tingkat kebutuhannya. Begitupula dalam
hal mencari tempat tinggal, mereka memilihnya dengan lebih rasional.19 Pola-pola
perubahan dan tempat tinggal dan pandangan hidup masyarakat berpengaruh
kepada perhatian masyarakat terhadap kehidupan masa lalu dan harapan kepada
masa depan.
C. Bentuk Perubahan Sosial dalam masyarakat
Setiap manusia selama hidup pasti mengalami berbagai perubahan. Perubahan
dapat berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang lambat dan ada
perubahan yang berjalan dengan cepat. Untuk itu dapat dilihat ada dua bentuk
perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat baik itu sosial maupun budaya
&
?
B 8
4+!- .
%%
"
#
6 +2
terjadi dalam dua cara yaitu, perubahan dalam bentuk lambat dan perubahan
dalam bentuk yang cepat dalam masyarakat. Perubahan yang sifatnya lambat
disebut dengan evolusi,20 sedangkan perubahan yang tidak membutuhkan waktu
lama disebut revolusi.21 Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa suatu masyarakat
berhenti pada satu titik tertentu saja walaupun adakalanya lambat, namun pasti
perubahan itu terjadi.
Proses evolusi diatas seringkali digunakan oleh berbagai ahli untuk
menganalogikan perkembangan masayarakat. Proses perkembangan masyarakat
yang warnai perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini
dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan biologi yang memang telah berkembang.
Peletak dasar pemikiran evolusi ini adalah Charles Darwin. Masyarakat
berkembang dengan paradigma Darwinian: ada proses seleksi di dalam
masyarakat kita atas individu-individunya. Herbet Spenser, August Comte dan
Durkheim juga memilik pandangan tentang perubahan sebagai proses kemajuan
berbentuk garis lurus. Kemajuan pikiran atau diferensiasi structural atau
pembagian kerja merupakan proses berkelanjutan secara linear menuju tingkat
yang lebih sempurna.22 Dengan kata lain kekhasan dari konsep teori evolusi awal
yang menakankan kedamaian, keharmonisan perubahan potensi kemajuan. Jadi
menurut mereka perubahan sosial berjalan lambat namun menuju suatu bentukbentuk kesempurnaan masyarakat. Spenser sangat dipengaruhi oleh pemikiran
Darwin, ia menganalogikan masyarakat sebagai layaknya perkembangan individu.
Dengan menunjukkan bahwa perubahan sosial adalah proses seleksi alam.
Manusia masyarakat termasuk di dalamnya sistem kebudayaan, politik, ekonomi,
%
8 !- "
9
>
>
&
mengalami perkembangan secara bertahap. Mula-mula berasal dari bentuk yang
sederhana kemudian berkembang dalam bentuk yang sederhana kemudian
berkembang dalam bentuk yang lebih kompleks menuju tahap akhir yang
sempurna.
Selain evolusi adapula proses revolusi. Menurut Sztompka, revolusi adalah
puncak dari perubahan sosial.23 Revolusi biasanya akibat kejenuhan terhadap
proses evolusi. Proses revolusi ini didahului dengan munculnya penemuan baru
atau ketidakpuasan dari golongan-golongan tertentu yang muncul dari tersebarnya
suatu ide baru. Revolusi biasanya ditandai dengan adanya teror.24
Revolusi merupakan sebuah proses pembentukan masyarakat sehingga
menyerupai proses kelahiran kembali. Namun bukan berarti semua perubahan
revolusi berhasil. Para ahli sosiologi berpendapat bahwa suatu tidak terjadi dengan
mendadak bahkan ada juga revolusi yang tidak pernah pecah, walaupun lelah
mencapai ‘puncak’nya.25 Ada revolusi yang berakhir dengan perpecahan antara
kekuatan-kekuatan revolusi itu sendiri karena adanya iri hati satu sama lain atau
karena tidak adanya konsep yang yang jelas mengenai pembangunan setelah
revolusi.
Revolusi mempunyai kehidupan ganda yang tampak dalam dua samaran.
Pertama menggambarkan revolusi sebagai mitos, sedangkan kedua memberikan
gambaran revolusi sebagai sebuah konsep dan bahkan teori dalam ilmu
sosiologi.26 Dua samaran ini mempunyai kesaling terkait bahkan dialektika
4-
!&
diantara keduanya menjadi suatu bentuk wajar yang berperan dalam tingkat
kesadaran sosial.
Konsep revolusi ini dapat pula dibahas dalam dua perspektif, yakni filsafat
sejarah dan sosiologi. Konsep berdasarkan filsafat sejarah berarti mempunyai
bentuk terobosan radikal terhadap kesinambungan jalannya sejarah. Sedangkan
perspektif sosiologi memandang revolusi sebagai bentuk penggunaan kekuatan
massa terhadap penguasa untuk melakukan perubahan mendasar dan terusmenerus. Revolusi dapat dianggap sebagai upaya membentuk ulang sejarah
dengan menggunakan kekuatan kreativitas manusia.27
Kedua perspektif tersebut turut mempengaruhi pendefenisian revolusi.
Sztompka mendefenisi revolusi yang digolongkannya dalam tiga kelompok.
Kelompok pertama, defenisi yang menekankan pada transformasi fundamental
masyarakat.28 Jadi perubahan revolusioner bersifat radikal dan menyentuh seluruh
aspek (baik dalam struktur politik, sosial, ekonomi) dan fungsi struktur dan sistem
sosial masyarakat. Kelompok kedua, mencakup defenisi yang menekankan
kekerasan, perjuangan, dan kecepatan perubahan.29 Jadi lebih menekankan pada
teknik untuk melakukan perubahan yang diinginkan. Kelompok ketiga,
kebanyakan pakar yakin bahwa revolusi memerlukan keterlibatan kekerasan dan
penggunaan kekerasan.30
Bentuk perubahan social lainnya dikenal dengan istilah mobilitas social.
Mobilitas social adalah suatu perubahan yang terorganisir. Perubahan itu terjadi
sebagai bentuk dari penyesuain diri dengan keadaan, yang didorong oleh
>
&
%
%
%
keinginan untuk hidup lebih baik dengan memanfaatkan penemuan-penemuan
baru.31
D. Agen Perubahan Sosial
Sztompka menyitir berbagai diskusi atau perdebatan mengenai agen
perubahan. Realitas social mulai dipahami sebagai sejenis koefesien agen. Agen
perubahan itu sepenuhnya berwujud manusia dan social dalam dua bentuk: aktor
individual dan agen kolektif. Teori sosiologi akhir-akhir ini memusatkan perhatian
pada keduanya, mencoba membongkar rahasia operasi dan mekanismenya melalui
realitas social yang dihasilkan. Adanya saling pengaruh antar agen perubahan
kolektif dan individu. Gagasan tentang perubahan
yang direncanakan,
(diharapkan) dan konsep tindakan kolektif kelompok melengkapi citra tentang
perubahan spontan yang dihasilkan Individu.
Menurut Sztompka, aktor dibalik perubahan sosial yang paling mendasar
adalah aktor individual (orang yang bertindak) dan agen kolektif (kolektivitas,
kelompok tugas, gerakan sosial, asosiasi, parpol, tentara, pemerintah dan
sebagainya).32
Yang berperan sebagai aktor individual adalah orang biasa, bisa juga
individu yang karena kualitas pribadinya yang khas bertindak mewakili orang
lain, atas nama kepentingan mereka. Diakui bahwa setip individu hanya memiliki
peran sangat kecil dalam perubahan social, tetapi pada waktu yang bersamaan
4-
!-
>
> %
perubahan social harus dipandang sebagai hasil gabungan dari apa yang
dikerjakan semua individu.33
Sementara yang disebut dengan agen kolektif adalah berupa gerakan
social. Sztompka mengidentifikasikan gerakan social sebagai kolektivitas orang
yang bertindak secara bersama-sama. Selain itu mereka bergerak dengan memiliki
tujuan agar perubahan tertentu dalam masyarakat mereka ditetapkan partisipasi
menurut cara yang sama. Kolektifitasnya bersifat relative tersebar namun lebih
rendah derajatnya daripada organisasi formal. Tindakannya mempunyai derajat
yang spontanitas tinggi namun tak terlembagakan dan bentuknya konvensional.34
Setiap perubahan social yang terjadi mempunyai kekhasan sendiri, namun
Jacobus Ranjabar, mengemukakan ciri-ciri umum yang menandai terjadinya suatu
perubahan sosial:
1. Differential social organization;35 dalam masyarakat tradisional,
tindakan individu dan masyarakat cenderung seragam. Organisasi
social mengadakan kontrol demi terpeliharanya keseragaman norma.
Hal ini bertolak belakang dengan masyarakat maju akibat pengaruh
luar, dalam masyarakat maju terkadang ada norma lama yang
ditinggalkan, padahal belum ada norma baru sebagai penggantinya.
Konsekuensi yang terjadi adalah terjadi penafsiran dan tindakan yang
berbeda terhadap norma.
2. Kemajuan IPTEK;36 tak bisa dipungkiri kemajuan IPTEK ikut andil
besar dalam perubahan world view, ideologi, politik, dan ekonomi.
%
8 !- "
9
7
! + 4.:
(
%%&
Individualime adalah paham yang semakin kokoh di era IPTEK ini.
Dengan demikian setiap orang bisa saja lepas dari kontrol organisasi
masyarakat dalam hal norma yang berlaku, sebagai akibat dari
multitafsir norma yang merupakan kebebasan individu. Dengan
kebebasannya itu juga, individu bisa melepaskan diri dari ikatan tradisi
yang dianggap mengekang. Disinilah kemudian timbul kesamaan hal,
martabat dan kebebasan berpendapat.
3. Mobilitas;37 ada dua sifat mobilitas yaitu horizontal dan vertical.
Mobilitas horizontal sebagai akibat dari revolusi industry yang
memungkinkan seseorang atau kelompok orang berpindah dari satu
tempat ketempat lain yang berpotensi ekonomis tinggi. Sedangkan
mobilitas yang sifatnya vertical dapat dilihat dari perubahan status
seseorang akibat revolusi.
4. Perubahan tidak terencana dan terencana;38 perubahan social tidak
terencana adalah perubahan yang terjadi di luar kontrol masyarakat,
dan hasilnya bukan suatu yang diharapkan. Lain halnya dengan
perubahan terencana, dalam pelaksanaannya, pihak-pihak yang
menghendaki perubahan itu mempunyai misi. Dalam rangka
melaksanakan misi perubahan itu, mereka bisa saja menggunakan
tekanan-tekanan.
Masyarakat
sasaran
perubahan
itu
biasanya
mendapatkan sosialisai terlebih dahulu mengenai perubahan social
dimaksud.
5. Pertentangan; pertentangan atau kontroversi biasanya terjadi karena
adanya perubahan yang bisa saja mengancam kepentingan/kestabilan,
&
%1
juga bisa menghancurkan kebiasaan, serta merubah pola tingkah laku
kenyamanan yang selama ini dirasakan dan dilakoni, harus berubah
sebagai akibat dari konsekuensi kedinamisan.
E. Arah Perubahan Sosial
Proses perubahan social mungkin mengarah ke tujuan tertentu atau
mungkin juga tidak. Proses yang mengarah (purposive) biasanya tak dapat diubah
dan sering bersifat kumulatif. Setiap tahap berurutan berbeda dari tahap
sebelumnya. Masing-masing tahap terdahulu menyediakan syarat-syarat bagi
tahap kemudian. Dalam artian luas ini, baik biografi individu maupun sejarah
social kebanyakan adalah proses yang mengarah (menurut garis lurus). Proses
sosial yang mengarah mungkin bertahap, meningkat atau adakalanya disebut
“linear”. Bila proses itu mengikuti sasaran tunggal atau meliputi rententan tahap
serupa, disebut “unilinear”. Contoh, kebanyakan teori evolusi yakin bahwa semua
kultur berkembang dari tahap-tahap yang sama; hanya saja perkembangannya ada
yang cepat ada yang lambat. 39
Sebaliknya, bila proses social mengkuti jalan alternatif, melompat
beberapa tahap, menggantikan tahap lain atau menambahkannya dengan tahap
yang tak biasa terjadi, disebut “multilinear”.
Lawan proses linear adalah nonlinear. Proses ini berjalan dengan lompatan
kualitatif atau menerobos setelah melalui periode khusus (Granovetter, 1978) atau
mempengaruhi “fungsi” tahap tertentu. Contoh, seperti pengamatan Marxian,
rentetan formasi ekonomi berubah melalui masa-masa revolusioner melalui
transformasi tiba-tiba, fundamental, dan radikal dari keseluruhan masyarakat
setelah dalam jangka panjang terjadi akumulasi kontradiksi, konflik, dan
ketegangan.40
Proses yang tak mengarah (berubah-ubah) ada dua jenis. Pertama murni
acak, kacau tanpa pola yang terlihat. Contoh, arus kegemparan dalam kekacauan
revolusi atau proses mobilisasi dan demokratisasi dalam gerakan social atau dalam
permainan anak-anak. Kedua, proses yang mengalun, mengikuti pola perulangan
yang tak terlihat atau sekurangnya secara kualitatif hampir menyerupai tahap
sebelumnya. Contoh, bayangkan keunikan hari kerja sekretaris atau pekerjaan
musiman petani atau rutinitas seorang sarjana yang baru menulis buku sejak
selesai menulis skripsi sarjananya yang pertama.41
Bila kesamaannya terlihat tetapi di tingkat kompleksitas yang berlainan,
maka proses itu telihat mengikuti pola berbentuknya spiral atau lingkaran terbuka.
Contoh, kemajuan yang dicapai seorang mahasiswa melalui tingkat pendidikan
atau pada skala yang berbeda misalnya. Atau, dalam rentan waktu terpanjang
seperti kecenderungan seluruh sejarah manusia seperti dilukiskan Toynbee,
penyempurnaan kehidupan beragama dan kehidupan spriritual umat umumnya
melalui sejumlah lingkaran tantangan dan tanggapan, pertumbuhan dan
keruntuhan (1937: 61). 42
F. Hasil Perubahan Sosial
Proses social biasanya menghasilkan keadaan dan struktur social yang
sama sekali baru. Proses social menciptakan dan menghasilkan perubahan yang
mendasar. Istilah morphogenesis (Buckley, 1967: 58-66) dapat diterapkan sebagai
%
proses social diatas. Contohnya mobilisasi kegiatan social, terciptanya kelompok,
asosiasi, organisasi, dan partai politik baru; tersebarnya gaya hidup baru;
berkembangnya temuan teknologi baru dengan segala dampak lanjutnya.43
Proses ini harus dibedakan dengan proses social yang hanya menghasilkan
perubahan yang kurang radikal dan tanpa perubahan yang mendasar. Diantaranya
ada yang yang tak menghasilkan perubahan sama sekali; lainnya ada yang hanya
menghasilkan perubahan terbatas, perombakan ulang atau pembentukan ulang
tatanan social yang sudah ada.44
Download