(its) dna ribosomal melalui analisis pcr-rflp

advertisement
KEANEKARAGAMAN MOLEKULER DURIAN
BERDASARKAN FRAGMEN INTERNAL
TRANSCRIBED SPACERS (ITS) DNA RIBOSOMAL
MELALUI ANALISIS PCR-RFLP
skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sain Biologi
Oleh
Rohati Uswahdani Hikmah
4450406007
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ii
PENGESAHAN
iii
ABSTRAK
Hikmah, Rohati Uswahdani. 2013. Keanekaragaman Molekuler Durian
Berdasarkan Fragmen Internal Transcribed Spacers (ITS) DNA Ribosomal
Melalui Analisis PCR-RFLP. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Semarang. Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M.Si dan Noor Aini Habibah,
S.Si, M.Si
Buah durian merupakan salah satu jenis buah-buahan tropis yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara
penghasil buah durian yang memiliki keanekaragaman. Salah satu daerah
penghasil durian di Indonesia yaitu di Kecamatan Gunungpati, Semarang, Jawa
Tengah. Buah durian memiliki bermacam-macam kultivar dengan ciri morfologi
yang sulit dibedakan. Kepastian identitas kultivar durian menjadi sangat penting
untuk menghindari kekeliruan khususnya dalam budidaya dengan tujuan
komersial. Market atau pasar membutuhkan identitas kultivar durian yang jelas.
Kepastian identitas juga sangat penting sebagai informasi mendasar dalam
peningkatan efisiensi dan pengembangan pemuliaan durian. Identifikasi
molekuler dipandang lebih akurat dibandingkan karakter morfologi. PCR-RFLP
merupakan salah satu metode untuk menganalisis DNA menggunakan perbedaan
panjang fragmen hasil pemotongan dengan enzim restriksi endonuklease.
Perbedaan panjang fragmen ini dapat dilihat menggunakan elektroforesis gel
agaros, sehingga dapat ditentukan sidik jari dari masing kultivar durian yang
didasarkan pada masing-masing markernya.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11 aksesi durian yang
diambil secara acak di Kecamatan Gunungpati, Semarang. Sampel tersebut
diisolasi DNA kemudian diamplifikasi menggunakan PCR. Hasil amplifikasi
kemudian dipotong menggunakan enam enzim restriksi Bsp1431, AluI, Eco471,
BsuRI, Ade1 dan Mph11301. Fragmen hasil pemotongan kemudian dianalisis
sidik jari menggunakan gel agaros.
Hasil penelitian 11 aksesi durian yang diteliti menunjukkan bahwa enzim
Bsp1431 memiliki dua situs spesifik yaitu memotong pada ukuran 550bp dan
120bp. Enzim BsuR1 memiliki situs pemotongan yang spesifik pada ukuran
600bp. Sedangkan enzim Eco471 memiliki situs pemotongan yang spesifik pada
ukuran 450bp.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu didapatkan sidik jari yaitu oleh
pemotongan menggunakan enzim Bsp1431 BsuR1 dan Eco471.
Kata kunci: keanekaragaman molekuler durian, ITS DNA ribosomal,
PCR-RFLP,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi dengan judul “Keanekaragaman Molekuler Durian Berdasarkan Fragmen
Internal Transcribed Spacers (ITS) DNA Ribosomal Melalui Analisis PCRRFLP” bertujuan mendapatkan sidik jari DNA durian berdasarkan fragmen
Internal Transcribed Spacer (ITS) DNA ribosomal dengan teknik PCR-RFLP,
untuk mengetahui keanekaragaman varietas durian di Kecamatan Gunungpati.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan semua
pihak yang terkait. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
2. Ketua Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M. Si, selaku dosen pembimbing utama dan Noor
Aini Habibah, S.Si, M.Si, selaku dosen pendamping, yang telah memberikan
arahan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.
4. Ir. Tuti Widianti, M.Biomed selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran dalam rangka perbaikan penulisan skripsi ini.
5. Ibu, Bapak dan Kakak, atas semua doa, dukungan, kesabaran dan pengertian
kepada penulis.
6. Ria Ika Maharani, M.Si, Fitri Arum Sasi, S.Pd, yang telah membantu dan
memberi arahan dalam melaksanakan penelitian.
7. Sriyadi, S.Pd dan Pak Nur yang telah membantu dalam proses ijin dan
pengambilan sampel daun di Kecamatan Gunungpati.
8. Fidia F, S.Si, Gumilang Pramesti FA, S.Si, Mirta‟ati N, S.Si, Rahayu Muning
S, S.Si, Tri Wulan DE, S.Si, Margaretha P, S.Si dan Retno Purwanti, S.Si,
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
9. Lutfian Nazar, S.Si, yang selalu menemani dan menyalakan semangat penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
v
Tiada gading yang tak retak, skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Semoga skripsi ini bermanfaat. Amin
Semarang, 2 Agustus 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ii
........................................................
PENGESAHAN ............................................................................................
iii
ABSTRAK ...................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR
v
...................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR
....................................................................................
x
.................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
2
C. Penegasan Istilah
..........................................................................
3
D. Tujuan Penelitian
..........................................................................
3
E. Manfaat Penelitian
........................................................................
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman durian ( Durio sp.)
........................................................
5
B. Polymerase Chain Reaction Restriction Fragmen Lenght
Polimorfism (PCR- RFLP)
..........................................................
6
C. Internal Transcribed Spacer (ITS) DNA Ribosomal .....................
7
D. Enzim Restriksi Endonuklease .......................................................
8
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B. Populasi Sampel
........................................................
9
.............................................................................
9
C. Rancangan Penelitian ......................................................................
10
D. Alat dan Bahan
..............................................................................
10
E. Prosedur Penelitian ..........................................................................
12
F. Metode Pengumpulan Data .............................................................
17
G. Metode Analisis Data
17
....................................................................
vii
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
A. Hasil
...........................................................................................
18
B. Pembahasan ................................................................................
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................
26
B. Saran
..........................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
27
LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................................................................
32
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Urutan dan ukuran basa primer ITS L dan ITS 4 ...........................
10
2.
Alat penelitian
.............................................................................
11
3.
Bahan penelitian
..........................................................................
12
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
Halaman
Contoh elektroforegram gel agaros berdasarkan hasil analisis
PCR-RFLP pada ITS DNA ribosomal pada kultivar pisang......................
8
2.
Daun durian
............................................................................................. 10
3.
Alur penelitian
4.
Elektroforegram hasil isolasi DNA durian .................................................. 18
5.
Elektroforegram hasil amplifikasi menggunakan ITS L dan ITS ................ 18
6.
Elektoforegram hasil pemotongan menggunakan enzim restriksi Alu1......... 19
7.
Elektoforegram hasil pemotongan menggunakan enzim restriksi Bsp1431 ..
......................................................................................... 13
....................................................................................................................... 19
8.
Elektoforegram hasil pemotongan menggunakan enzim restriksi BsuR1 .... 20
9.
Elektoforegram hasil pemotongan menggunakan enzim restriksi Eco471 ....
.........................................................................................................................20
10. Elektoforegram hasil pemotongan menggunakan enzim restriksi Ade1
........................................................................................................................ 21
11. Elektoforegram hasil pemotongan menggunakan enzim restriksi Mph11301
.........................................................................................................................21
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Alat penelitian…….………………………………………….
32
2
Dokumentasi penelitian………………………………………
34
3
Lembar pengajuan tema skripsi…………………...……….....
35
4
Surat penetapan dosen pembimbing.........................................
36
5
Surat ijin penelitian di laboratorium Biologi Molekuler……..
37
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah durian merupakan salah satu jenis buah-buahan tropis yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara
penghasil buah durian yang memiliki keanekaragaman. Salah satu daerah
penghasil durian di Indonesia yaitu Kecamatan Gunungpati, Semarang, Jawa
Tengah.
Buah durian memiliki bermacam-macam kultivar dengan ciri morfologi
yang sulit dibedakan. Kepastian identitas kultivar durian menjadi sangat penting
untuk menghindari kekeliruan khususnya dalam budidaya dengan tujuan
komersial. Market atau pasar membutuhkan identitas kultivar durian yang jelas.
Kepastian identitas juga sangat penting sebagai informasi mendasar dalam
peningkatan efisiensi dan pengembangan pemuliaan durian.
.
Salah satu cara mempelajari keanekaragaman genetika adalah
berdasarkan karakter morfologi. Pada penelitian Novayandi (2004) menyebutkan
bahwa ada ketidaksesuaian karakter morfologi dengan penanda molekuler
(isozim) pada analisis genetik tanaman durian. Hal ini menunjukkan bahwa
mempelajari keanekaragaman genetika menggunakan penanda morfologi
hasilnya kurang tepat karena sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dan interaksi
antara genetik dan lingkungan (Pandin 2010, Sobir et al. 2005). Karakter
molekuler dengan teknik PCR merupakan cara yang tepat untuk menentukan
identitas suatu organisme.
Identifikasi molekuler dipandang lebih akurat dibandingkan karakter
morfologi (Guzwo-Krzeminska et al. 2001, Vicente et al. 2005). Salah satu
karakter molekuler yang dapat digunakan sebagai karakter pengenal adalah
daerah Internal Transcribed Spacer (ITS) DNA ribosom. Pemilihan DNA
ribosom untuk tujuan identifikasi suatu organisme didasarkan pada: (1) sifat
homolog pada berbagai organisme yang berbeda, (2) terdapat banyak di dalam
sel, (3) sekuennya cukup panjang sehingga memungkinkan dilakukannya uji
statistik untuk melihat perbedaannya satu sama lain.
1
2
Variasi DNA ribosom dapat diamati melalui pemotongan oleh enzim
endonuklease tertentu (restriction enzyme). Enzim ini akan memotong situs
tertentu yang dikenali. Proses ini menyebabkan terbentuknya fragmen-fragmen
DNA yang berbeda ukurannya dari satu organisme ke organisme lain.
Polimorfisme ini selanjutnya digunakan sebagai penciri (sidik jari suatu
organisme). Pemanfaatan penanda DNA dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
berdasarkan hibridisasi DNA-DNA yang dipotong dengan enzim restriksi,
seperti AFLP dan RFLP, serta amplifikasi DNA seperti RAPD dan Simple
Sequence Repeat (SSR) (Yunus 2004). Dalam hal ini penggunaan teknik PCRRFLP secara mengesankan berhasil mengungkap keanekaragaman genetika
berbagai organisme (Vekemans et al. 1998, Krokene et al. 2004, Bertea et al.
2006)
Metode PCR-RFLP mengamplifikasi DNA pada daerah ITS DNA
Ribosomal dengan enzim restriksi pada situs pemotongannya yang kemudian
dianalisis menggunakan elektroforesis.
B. Rumusan Masalah
Dari 20 jenis Durio yang ditemukan di Indonesia, 18 jenis di antaranya
terdapat di Kalimantan, tujuh jenis di Sumatera, satu jenis terdapat di Jawa, Bali,
Sulawesi, serta Maluku. Salah satu dari sembilan jenis kerabat Durio yang dapat
dimakan (edible fruit) yaitu Durio zibethinus.
D.zibethinus merupakan buah
favorit di Indonesia khususnya di kawasan Indonesia bagian barat (Uji 2005). Di
Jawa, banyak kultivar yang sangat sulit dibedakan menurut morfologinya.
Penggunaan teknologi molekuler, dapat membedakan kultivar durian, salah
satunya yaitu dengan teknik PCR-RFLP.
PCR-RFLP merupakan salah satu metode untuk menganalisis DNA
menggunakan perbedaan panjang fragmen hasil pemotongan dengan enzim
restriksi
endonuklease.
Perbedaan
panjang fragmen
ini
dapat
dilihat
menggunakan elektroforesis gel agaros, sehingga dapat ditentukan sidik jari dari
masing kultivar durian yang didasarkan pada masing-masing markernya.
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman kultivar durian pada ITS DNA
3
Ribosomal dengan menggunakan metode PCR-RFLP berdasarkan sidik jari
DNA durian yang diperoleh setelah menganalisis variasi fragmen Internal
Transcribed Spacer (ITS) DNA ribosomal.
C. Penegasan Istilah
1.
Keanekaragaman genetik
Keanekaragaman genetik adalah perbedaan di dalam jenis (Abercrombie et
al 1991). Kajian penelitian ini adalah perbedaan ukuran fragmen ITS DNA
ribosomal yang dipotong dengan enzim restriksi.
2.
Internal Transcribed Spacer (ITS) DNA Ribosomal
Internal Transcribed Spacer (ITS) DNA Ribosomal adalah bagian DNA
yang mengkode sub unit RNA pada 18S, 58S dan 26S, terorganisasi dalam
kelompok multigen yang terbentuk karena ulangan 250 sampai lebih dari
20.000 unit gen per genom (Roger dan Bendich 1987).
3.
PCR-RFLP
Polimerase Chain Reaction- Restriction Fragment Length Polymorphism
(PCR-RFLP) merupakan suatu metode analisis keanekaragaman genetika
dengan cara memotong fragmen DNA menggunakan enzim restriksi
endonuklease.
Amplifikasi
DNA
dengan
cara
memotong
DNA
menggunakan enzim restriksi endonuklease. Pada penelitian ini akan
digunakan penanda ITS DNA Ribosomal dengan 2 primer yaitu : ITS L
„TCGTAACAAGGTTTCCGTAGGTG‟
dan
ITS
4
„TCCTCCGCTTATTGATATGC‟.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman kultivar durian
Kecamatan Gunungpati pada ITS DNA Ribosomal dengan menggunakan
metode PCR-RFLP berdasarkan sidik jari DNA durian yang diperoleh setelah
menganalisis variasi fragmen Internal Transcribed Spacer (ITS) DNA
ribosomal.
4
E. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
keanekaragaman dan sidik jari sehingga dapat digunakan untuk memastikan
kebenaran kultivar jenis durian (true to type).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman durian ( Durio sp )
Indonesia merupakan salah satu dari delapan pusat keanekaragaman
genetika tanaman di dunia khususnya untuk buah-buahan tropis seperti durian,
bacang (mangga) dan rambutan (Sastrapradja dan Rifai 1989).
Tanaman durian yang dapat dimakan (edible fruit) ada sembilan jenis yaitu
Durio dulcis (lahong), D. excelsus (apun), D. grandiflorus (sukang), D.
graveolens (tuwala), D. kutejensis (lai), D. lowianus (teruntung), D. oxleyanus
(kerantungan), D. testudinarum (sekura) dan D. zibethinus (durian) (Uji 2005).
Salah satu dari empat jenis diantaranya yang telah dibudidayakan adalah Durio
zibethinus.
Tanaman durian termasuk famili Bombaceae sebangsa pohon kapukkapukan.
Klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut.
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malvales
Famili: Bombacaceae
Genus: Durio
Spesies: Durio zibethinus Murr (Van Steenis 1992)
Durio
zibethinus
(durian)
di
Indonesia
memiliki
kultivar
yang
beranekaragam, tercatat 38 kultivar dan enam diantaranya, yaitu varietas Petruk,
Vera, Bubur, Kopek/Kempis, Kendi dan Kerikil terdapat di Jawa Tengah.
Keenam jenis durian tersebut memiliki aroma harum dan tajam. Rasa buah
manis dan warna daging buahnya putih, hingga kuning keemasan. Durian
petruk, vera, bubur, dan kopek memiliki daging buah yang tebal dan berbiji
kecil. Tekstur daging buahnya berbeda-beda. Durian petruk memiliki tekstur
berserat halus, durian bubur bertekstur lembek seperti bubur, begitu juga dengan
durian kerikil, sedangkan durian vera dan durian kendi bertekstur kering.
5
6
Durian memiliki bermacam manfaat selain dikonsumsi sebagai buah segar
dan makanan olahan. Manfaat lainnya, yaitu tanaman pohonnya sebagai
pencegah erosi di lahan-lahan yang miring, batang pohon durian sering
dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau perabotan rumah tangga karena
kayunya cenderung lurus seperti kayu sengon, bijinya memiliki kandungan pati
cukup tinggi dan berpotensi sebagai alternatif pengganti makanan (dapat dibuat
bubur yang dicampur daging buahnya), kulit dipakai sebagai bahan abu gosok
yang bagus (Bappenas 2000).
Analisis keanekaragaman durian secara molekuler telah banyak dilakukan
antara lain menggunakan marka mikrosatelit, RAPD dan menggunakan metode
PCR-RFLP. Analisis keanekaragaman genetik durian berdasarkan penanda
RAPD dengan amplifikasi menggunakan 6 primer polimorfik OPA-01, OPA-02,
OPA-07, OPA-16, OPA-18, dan OPA-19 telah menghasilkan pola pita yang
menunjukkan keragaman antar varietas, yaitu pada lima varietas durian
cenderung memisah, durian sukun, sunan, monthong dan petruk merupakan satu
kelompok yang memisah dari durian kani (Ruwaida 2009).
Keanekaragaman genetik pada 10 varietas durian oleh Nafsi (2007)
menggunakan penanda mikrosatelit lokus DZgccg01, lokus DZcag01, dan lokus
DZg01 menghasilkan analisis kekerabatan menjadi dua kelompok besar yaitu
kelompok A terdiri atas durian aden, hepe, petruk, sunan, sitokong, matahari, dan
monthong, serta kelompok B terdiri dari durian ajimah, D24 dan chanee.
B. Polymerase Chain Reaction Restriction Fragment Lenght Polimorfism
(PCR- RFLP)
Banyak metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis DNA,
salah satunya yaitu amplifikasi dengan Polimerase Chain Reaction- Restriction
Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP). Teknik ini adalah salah satu
teknik penandaan DNA yang didasarkan pada perbedaan sisi pemotongan (situs
restriksi). Enzim restriksi endonuklease yang dapat mendigesti DNA akan
memotong DNA pada sisi-sisi restriksi tertentu menjadi fragmen-fragmen yang
kemudian dengan analisis elektroforesis gel
dapat ditentukan analisis yang
diinginkan sesuai dengan markernya masing-masing.
7
Metode PCR-RFLP yang memanfaatkan amplifikasi dengan primer
spesifik atau universal yang diikuti dengan pemotongan menggunakan enzim
restriksi
endonuklease
dan
dilanjutkan
dengan
analisis
menggunakan
elektroforesis telah banyak digunakan untuk penentuan filogeni tanaman.
Pemanfaatan PCR-RFLP dalam identifikasi dan penentuan filogeni pada
tanaman telah banyak dilakukan, antara lain pada Fungi (Nakamura et al 1997),
Phaseolus (Xavier et al 1997) dan pisang (Ekasari 2011).
Santoso et al (2005) mempelajari variasi genetik 11 aksesi dari 10 spesies
durian dengan metode PCR-RFLP menggunakan delapan jenis enzim restriksi
pada daerah ndhC-trnV dan rbcL. Pada daerah ndhC-trnV menunjukkan variasi
polimorfisme yang lebih tinggi dibandingkan dari daerah rbcL yaitu aksesi
dikelompokkan menjadi lima kelompok yang berbeda, sedangkan pada daerah
rbcL, hanya dikelompokkan ke dalam tiga kelompok. PCR-RFLP pada daerah
IGS-rDNA dan ndhC-trnV di DNA durian dari 71 klon yang dibudidayakan
ditemukan telah menghasilkan pita monomorfik, menunjukkan bahwa,
perubahan tidak terjadi pada pola urutan di kedua daerah (Santoso 2004).
C. Internal Transcribed Spacer (ITS) DNA Ribosomal
DNA ribosomal adalah DNA yang mengkode RNA Ribosomal, terdiri atas
pengulangan tandem dari segmen unit, operon, yang terdiri dari NTS, ETS, 18S,
ITS1 5.85, ITS2 dan 28S. Daerah ITS merupakan daerah non fungsional pada
gen DNA Ribosomal. Pada tanaman dikotil dan lumut panjang ITS2
didistribusikan antara 100bp dan 700bp, sedangkan pada monokotil,
gymnospermae dan pakis antara 100bp dan 480 bp.
Metode ini terbukti dapat membedakan genom pada beberapa kultivar
pisang. Gambar 1 menunjukkan hasil analisis elektroforesis gel dari PCR-RFLP
dengan penanda ITS-DNA Ribosomal pada tanaman pisang.
8
Gambar 1 Contoh hasil analisis elektroforesis gel dari PCR-RFLP dengan
penanda ITS-DNA Ribosomal pada pisang (Nwakanma et al 2003)
Gambar 1 merupakan produk PCR-RFLP pisang dengan menggunakan 2
primer ITS didapatkan DNA dengan panjang fragmen 600-700 bp. DNA ini
kemudian dipotong dengan menggunakan enzim endonuklese RsaI sehingga
terjadi pemotongan pada pita-pita DNA dengan ukuran fragmen yang spesifik
untuk masing-masing genom yaitu 530 bp untuk genom pisang A, 350 bp da
180 bp untuk genom B. Berdasarkan hasil pemotongan tersebut dapat dibaca
pita-pita DNA dan ditentukan genom dari masing-masing kultivar pisang yang
dianalisis.
Gen RNA ribosomal pada tanaman tingkat tinggi terbentuk dalam unit
yang panjang berulang pasangan. Masing-masing unit yang berulang terdiri atas
sebuah daerah transkripsi yang meliputi daerah 18S, 5,8S, dan 28S pada RNA
ribosomal yang terdiri atas bagian kecil Internal Transcribed Spacer (ITS 1 dan
ITS 2) dan bagain besar eksternal nontranscribed Intergenic Spacer (IGS)
(Maras 2008).
D. Enzim Restriksi Endonuklease
Enzim restriksi yang digunakan dalam penelitian RFLP adalah enzim
restriksi tipe II. Ciri utama enzim ini adalah setiap enzim mengenal urutan basa
spesifik pada pita DNA yang akan dipotong (Fatchiyah et al 2011). Enzim
restriksi akan memotong pita DNA menjadi serangkaian fragmen dalam kondisi
konsentrasi garam, pH, dan suhu yang sesuai dengan karakter enzim. Jumlah
9
dan ukuran fragmen tergantung pada konsentrasi dan letak situs restriksi enzim
dalam DNA. Sampai saat ini, hampir 250 enzim restriksi yang spesifik telah
ditemukan (Roberts dan Macelis 2001).
Penelitian ini menggunakan empat jenis enzim, Alu1, Bsp1431, BsuR1,
dan Eco471. Enzim Alu1 sering digunakan pada peneltian menggunakan teknik
PCR-RFLP (Rodriguez et al. 1997, Init et al. 2007, Tiwari dan Takhotia 1991).
Alu1 mengenali situs pemotongan pada basa AG↓CT, memotong dengan
maksimal pada suhu 37°C dalam buffer Tango (Thermo Scientific) selama 1
sampai 16 jam. Inaktivasi enzim ini yaitu pada suhu 65 °C selama 20 menit.
Suhu penyimpanan yang ideal adalah pada -20°C. Enzim Bsp1431 diisolasi dari
bakteri Bacillus species RFL143. Enzim Bsp1431 mengenali situs pemotongan
pada basa ↓GATC. Enzim aktif memotong dengan maksimal pada suhu 37°C
dalam buffer Bsp1431 (Thermo Scientific). Inaktivasi enzim pada suhu 65°C
selama 20 menit. Enzim BsuR1 diisolasi dari bakteri Bacillus subtilis R. Enzim
ini mengenali situs pemotongan pada basa GG↓CC. Inkubasi enzim BsuR1 pada
suhu 37°C pada buffer R (Thermo Scientific). Inkubasi selama 1-16 jam .
Inaktivasi enzim dapat dilakukan dengan pemanasan pada suhu 65°C selama 20
menit. Enzim Eco471 diisolasi dari bakteri Escherichia coli yang membawa
klon gen eco471R dari E.coli RFL47. Enzim Eco471 mengenali situs
pemotongan pada basa G↓G(A/T)CC. Enzim akan aktif maksimal memotong
dalam buffer R pada suhu 37°C. Inaktivasi enzim pada suhu 65°C selama 20
menit. Enzim Ade1 diisolasi dari bakteri Alcaligenes denitrificans. Enzim ini
mengenali situs pemotongan pada basa CACNNN↓GTG. Inkubasi enzim Ade1
optimal pada suhu 37°C pada buffer G (Thermo Scientific) selama 1-16 jam.
Inaktivasi enzim dapat dilakukan pada suhu 65°C selama 20 menit. Enzim
Mph11031 diisolasi dari bakteri Moraxella phenylpyruvica RFL1103. enzim
Mph11031 aktif pada suhu 37°C. Inkubasi optimal pada buffer R (Thermo
Scientific) selama 1-16 jam. Inaktivasi enzim dapat dilakukan dengan
pemanasan pada suhu 65°C selama 20 menit.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang pada bulan April 2011 –
Oktober 2012.
B. Subjek Penelitian
1.
Sampel penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 aksesi
durian (Durio zibethinus) yang terdapat di Kecamatan Gunungpati,
Semarang. Jenis organ yang digunakan berupa daun durian yang tidak
terlalu muda dan tidak terlalu tua (Gambar 2).
Gambar 2 Daun Durian
2.
Primer yang digunakan dalam proses PCR.
Pada penelitian ini digunakan dua macam primer yaitu ITS L dan
ITS 4 (Nwakanma et al. 2003). Urutan dan ukuran basa primer dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Urutan basa dan ukuran primer ITS L dan ITS 4
Nama Primer
Urutan Basa
Jumlah
Basa
ITS L
5‟ TCGTAACAAGGTTTCCGTAGGTG 3‟
23
ITS 4
5‟ TCCTCCGCTTATTGATATGC 3‟
20
10
11
3.
Enzim restriksi yang digunakan dalam proses pemotongan.
Enzim restriksi yang digunakan yaitu Alu1, Bsp1431, BsuR1,
Eco471, Ade1 dan Mph11301, diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
C. Rancangan penelitian
Parameter pengamatan
Pengamatan akan dilakukan dengan mengamati dan menganalisa
pita DNA spesifik yang terbentuk dari hasil pemotongan enzim restriksi
pada gel hasil elektroforesis. Berdasarkan fragmen DNA tersebut dapat
ditentukan sidik jari dari aksesi durian.
D. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel
2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Alat penelitian
Uraian
Pengambilan kuncup daun
Penyimpanan dalam perjalanan
Penyimpanan sebelum isolasi DNA
Isolasi dan purifikasi DNA
Alat
Gunting yang tajam dan bersih
Plastik klip bersih, kertas label
Freezer, alumunium foil
Freezer, Mortar dan pestle, sentrifus,
kotak
penyimpan
sampel,
rak
ependorf,
ependorf,
vortex,
micropipet, tip pipet, water bath,
gunting dan pinset, sarung tangan.
Amplifikasi DNA dan pemotongan Mesin thermal cycle, ependorf,
dengan enzim
mikropipet, tip pipet, sentrifus, rak
ependorf, sarung tangan.
Elektroforesis
Elektroforesis horizontal, sisir, power
supply,
microwave,
Gel
documentation, mikropipet, tip pipet,
alat timbang.
12
Tabel 3 Bahan penelitian
Uraian
Isolasi dan purifikasi DNA
Bahan
Sampel (daun durian), Illustra
Nucleon Phytopure Genomic DNA
Extraction Kits (Reagen 1, Reagen 2,
Phytopure Resin), kloroform, βmerkaptoetanol, isopropanol 100%,
etanol 70%, RNAse, buffer TE (Tris,
EDTA)
Amplifikasi dengan mesin PCR dan DNA sampel, primer, buffer PCR, taq
pemotongan dengan enzim restriksi
polimerase, dNTP, ddH2O, enzim
Alu1, Bsp1431, BsuR1, Eco471, Ade1
dan Mph11301.
Elektroforesis
1X buffer TAE, ethidium bromida
(EtBr), gel agaros , loading dye, DNA
marker.
13
E. Prosedur penelitian
Tahap-tahap yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam
Gambar 3.
Pengambilan daun tanaman durian
Isolasi dan purifikasi DNA
Elektroforesis gel agaros 0,8%
untuk melihat hasil isolasi DNA
Amplifikasi ITS menggunakan PCR
Elektroforesis gel agaros 1% untuk
melihat hasil PCR
Pemotongan dengan enzim restriksi
Elektroforesis gel agaros 2% untuk
melihat hasil pemotongan dengan
enzim restriksi
Analisis Keanekaragaman Genetik
Gambar 3 Alur penelitian PCR-RFLP
1. Pengambilan sampel tanaman
Sampel yang diambil berasal dari daun yang masih muda untuk
mendapatkan DNA dalam jumlah yang banyak. Sampel daun dipotong
dengan gunting yang tajam dan dibungkus menggunakan alumunium foil
14
disimpan dalam plastik klip yang bersih, dan kemudian diberi label
nomor aksesi.
2. Isolasi dan purifikasi DNA genom
DNA diisolasi menggunakan Kit Isolasi DNA (Nucleon Phytopure,
USA) dengan prosedur kerja mengikuti protokol dari Nucleon Phytopure
yang telah dimodifikasi sesuai dengan hasil optimasi. Sampel yang
digunakan adalah daun dari tanaman durian. Sampel daun dipisahkan
dari tulang daunnya kemudian ditimbang seberat 0,2 gram. Daun
dipotong kecil-kecil kemudian dibungkus menggunakan aluminium foil
dan dimasukkan ke dalam frezeer selama kurang lebih 24 jam supaya
mudah digerus dan menjaga DNA di dalamnya tidak rusak.
Daun digerus menggunakan mortar dan pestel untuk memisahkan
sel-sel daun sehingga memperluas permukaan sel ketika bereaksi dengan
reagen Phytopure. Reagen 1 ditambahkan ke dalam sampel sebanyak
800 μl, sedikit demi sedikit sambil digerus. Reagen 1 berfungsi untuk
melisiskan dinding sel dan membran sel. Sampel dipindahkan ke dalam
tube berukuran 1,5 ml kemudian ditambahkan RNAse sebanyak 20 μl
dan β-merkaptoetanol sebanyak 30 μl, tube dikocok perlahan
menggunakan tangan selanjutnya diinkubasi di dalam inkubator suhu
37°C selama satu jam untuk membantu proses pengikatan RNA.
Selanjutnya ke dalam sampel ditambah Reagen 2 sebanyak 150 μl yang
berfungsi untuk melisiskan membran inti dan plasma serta organel
lainnya sehingga DNA terpisah dari bagian sel lain.
Sampel diinkubasi pada suhu 65°C selama 30 menit di waterbath.
Kemudian sampel diinkubasi di dalam lemari pendingin selama 20 menit
untuk menghentikan aktivitas enzim yang telah bekerja saat proses
pelisisan dinding sel pada inkubasi di dalam waterbath. Perlakuan
kejutan suhu (heat shock) ini bertujuan untuk memutuskan ikatan antara
DNA dengan protein yang mengemasnya. Selanjutnya ke dalam sampel
dimasukkan 500 μl kloroform dingin yang berfungsi untuk mengangkat
supernatan karena memiliki massa jenis yang lebih tinggi daripada
komplek supernatan. Phytopure Resin kemudian ditambahkan sebanyak
15
100 μl untuk mengikat polisakarida yang masih tersisa dan membentuk
lapisan semisolid yang memisahkan antara bagian yang mengandung
DNA dengan debris sel.
Sampel disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10
menit sehingga terbentuk tiga lapisan yaitu, lapisan paling atas adalah
supernatan, lapisan kedua adalah debris sel dan lapisan paling bawah
adalah kloroform. Supernatan yang terbentuk di bagian paling atas
dipindahkan ke tube 1,5 ml baru dan ditambah isopropanol 100% dingin
dengan perbandingan volume isopropanol:supernatan adalah 1:1,
kemudian dikocok dengan tangan secara perlahan-lahan. Kemudian
sampel disentrifugasi kembali dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10
menit dan terbentuk pelet DNA yang berwarna putih, sedangkan
supernatan dibuang. Pelet DNA kemudian dicuci menggunakan ethanol
70%, pencucian dilakukan dengan cara menambahkan ethanol 70%
sebanyak 100 μl kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm
selama 5 menit. Pencucian dilakukan sebanyak tiga kali, kemudian sisasisa ethanol dibuang dan pellet DNA dikeringanginkan dan setelah
kering ditambah buffer TE sebanyak 50 μl dan disimpan di dalam
freezer.
3. Elektroforesis Gel Agaros
Hasil isolasi DNA dilihat menggunakan elektroforesis gel agaros
0,8%. Gel agaros dibuat dengan cara, agaros sebanyak 0,4 gr dilarutkan
dalam 50 ml TAE 1X, selanjutnya dipanaskan dalam microwave selama
3 menit. EtBr sebanyak 2 μl ditambahkan dalam larutan agaros dalam
kondisi suhu hangat. Larutan agaros dituangkan dalam cetakan yang
telah dilengkapi dengan sisir dan didiamkan sampai gel mengeras.
Elektroforesis dilakukan menggunakan buffer TAE 1X, loading
dye sebanyak 2 μl dicampurkan dengan 4 μl sampel DNA durian
menggunakan micropipet kemudian dimasukkan ke dalam sumur gel
dengan hati-hati. Elektroforesis dijalankan pada 100 volt selama 30
menit. Setelah elektroforesis selesai, gel dimasukkan ke dalam UV
16
transiluminator untuk mengetahui pita DNA hasil isolasi kemudian
diambil foto sebagai dokumentasi.
4. Amplifikasi ITS dengan mesin PCR
Campuran (master mix) sebanyak 12,5 μl yang terdiri atas 10 ng
DNA template, 0,5 µl masing-masing primer ITS L dan ITS 4, kemudian
ditambah masing-masing 200 μM dNTP mix, buffer 1X dan enzim taq
polymerase, kemudian campuran dimasukkan ke dalam tabung PCR 0,2
ml. Tabung yang berisi campuran larutan 12,5 μl dimasukkan ke dalam
Thermal Cycler Chain Reaction dengan kondisi suhu denaturasi awal 95
o
C selama 1 menit, denaturasi akhir pada 95 oC selama 1 menit,
dilanjutkan annealing pada suhu 45 oC selama 30 detik, ekstensi selama
1 menit pada suhu 72 oC. Inkubasi terakhir dilakukan pada suhu 72 oC
selama 7 menit. Keberhasilan PCR diuji melalui elektoforesis dengan gel
agaros 1%.
Gel agaros 1% dibuat dengan cara mencampur 0,3 gram agaros dan
ditambahkan 30 ml buffer TAE 1X, selanjutnya dipanaskan dalam
microwave selama 3 menit. EtBr sebanyak 2 μl ditambahkan dalam
larutan agaros dalam kondisi suhu hangat. Larutan agaros dituangkan
dalam cetakan yang telah dilengkapi dengan sisir dan didiamkan sampai
gel mengeras.
Proses elektroforesis untuk melihat hasil amplifikasi DNA target
sama dengan elektroforesis untuk melihat hasil isolasi DNA.
5. Pemotongan Produk PCR dengan Enzim Restriksi
Setelah amplifikasi
fragmen DNA target berhasil selanjutnya
dilakukan analisis dengan teknik RFLP. Hasil amplifikasi dipotong
menggunakan enam jenis enzim restriksi yaitu Alu1, Bsp1431, BsuR1,
Eco471, Ade1 dan Mph11301.
Pemotongan dilakukan dengan cara mencampurkan 5 μl DNA
(produk PCR) dengan 2 μl buffer enzim, 2 μl enzim dan 9 μl ddH2O.
Mix menggunakan vortex kemudian di sentrifus sebentar dan diinkubasi
di dalam suhu 37
o
C selama 72 jam. Pemotongan dilakukan
menggunakan 7 enzim yang dilakukan secara terpisah.
17
6. Elektroforesis Gel Agaros
Kualitas hasil pemotongan enzim dilihat menggunakan gel agaros
2%. Gel agaros 2% dibuat dengan cara mencampur 0,5 gram agaros dan
ditambahkan 25 ml buffer TAE 1X, selanjutnya dipanaskan dalam
microwave selama 3 menit. EtBr sebanyak 2 μl ditambahkan dalam
larutan agaros dalam kondisi suhu hangat. Larutan agaros dituangkan
dalam cetakan yang telah dilengkapi dengan sisir dan didiamkan sampai
gel mengeras.
Elektroforesis dilakukan menggunakan buffer TAE 1X, loading
dye sebanyak 2 μl dicampurkan dengan 4 μl sampel DNA durian
menggunakan micropipet kemudian dimasukkan ke dalam sumur gel
dengan hati-hati. Elektroforesis dijalankan pada 100 volt selama 30
menit. Setelah elektroforesis selesai, gel dimasukkan ke dalam UV
transiluminator untuk mengetahui pita DNA hasil isolasi kemudian
diambil foto sebagai dokumentasi.
F. Metode pengumpulan data
Data diambil dari hasil elektroforesis daerah ITS DNA ribosomal
durian dan elektroforesis fragmen ITS DNA ribosomal yang telah dipotong
menggunakan empat jenis enzim restriksi yaitu Alu1, Bsp1431, BsuR1, dan
Eco471 kemudian divisualisai pada gel documentation.
G. Metode analisis data
Pita yang muncul pada gel agaros 2% pada setiap aksesi ditentukan
ukuran relatifnya berdasarkan DNA marker 100bp. Perbedaan ukuran fragmen
DNA hasil pemotongan enzim endonuklease merupakan sidik jari DNA setiap
aksesi Durian.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Isolasi 25 aksesi durian dari Kecamatan Gunungpati, 11 aksesi
menunjukkan hasil DNA genom yang bagus. Isolasi DNA menggunakan Kit
Nucleon Phytopure. dengan optimasi yang diperlukan. Optimasi yang
dilakukan dengan 1) perbandingan menggunakan daun segar, 2) penambahan
jumlah jaringan daun yang akan diekstrak, 3) penambahan β-merkaptoetanol
dan RNAase. Optimasi isolasi DNA dengan perbandingan menggunakan daun
segar dan yang disimpan dalam freezer memiliki kualitas DNA yang sama
(Gambar 4)
Gambar 4 Elektroforegram hasil isolasi DNA durian menggunakan Kit Isolasi
Nucleon Phytopure. Keterangan: x,xb=sampel isolasi menggunakan
daun segar; 1-20=sampel menggunakan daun yang disimpan dalam
freezer.
DNA genom hasil isolasi diamplifikasi menggunakan ITS L dan ITS 4.
Hasil amplifikasi tersebut dielektroforesis menggunakan gel agaros 1 %
(Gambar 5).
800bp
800bp
500bp
100bp
Gambar 5 Elektroforegram Amplifikasi Menggunakan ITS L dan ITS 4
Keterangan: M (DNA marker 100bp), x,xb,1-dst (aksesi durian)
Elektroforegram berdasarkan marker 100bp menunjukkan hasil
amplifikasi daerah ITS DNA ribosomal berukuran 800bp. ITS DNA ribosomal
18
19
hasil amplifikasi selanjutnya dipotong menggunakan enam restriksi. Enzim
restriksi yang digunakan yaitu Alu1, Bsp1431, BsuR1, Eco471, Ade1 dan
Mph11301.
Elektroforegram
hasil
pemotongan oleh
enzim
restriksi
AluI
ditunjukkan pada Gambar 6. Pemotongan pita ITS DNA ribosomal oleh enzim
AluI menghasilkan pita-pita potongan dengan ukuran 600bp dan 150bp, hasil
pemotongan yang sama juga terjadi pada aksesi yang lain.
600bp
500bp
150bp
100bp
Gambar 6 Elektroforegram hasil pemotongan menggunakan enzim restriksi
Alu1. Keterangan: M (DNA marker 100bp), x,xb,1-dst (aksesi durian)
Elektroforegram hasil pemotongan menggunakan enzim Bsp1431
ditunjukkan pada Gambar 7.
600bp
500bp
400bp
500bp
400bp
300bp
200bp
100bp
170bp
Gambar 7 Elektrogoregram hasil pemotongan menggunakan enzim Bsp1431.
Keterangan: M (DNA marker 100bp), x,xb,1-dst (aksesi durian)
Pada elektroforegram (Gambar 7) ditunjukkan hasil pemotongan
enzim Bsp 1431 yang telah diinkubasi selama 24 jam. Pada aksesi nomor x
memotong pada ukuran 600bp, 400bp, 200bp, 170bp dan 130bp. Pada aksesi
nomor xb memiliki ukuran 550bp, 400bp dan 170bp. Aksesi nomor 1
memiliki ukuran 500bp, 400bp, 300bp dan 200bp. Sedangkan aksesi nomor 3
memiliki ukuran 500bp, 400bp dan 300bp. Pada aksesi nomor 5 dan 7
memiliki ukuran 500bp, 400bp dan 200bp. Tiga aksesi yaitu nomor 12, 15 dan
20
17 memiliki ukuran 500bp, 400bp dan 300bp. Dua aksesi selanjutnya yaitu
nomor 18 dan 20 memiliki ukuran 500bp, 400bp, 200bp, dan 170bp.
Elektroforegram hasil pemotongan menggunakan enzim BsuRI
ditunjukkan pada Gambar 8. Hasil pemotongan menggunakan enzim BsuR1
beberapa aksesi nampak hanya smear yaitu pada aksesi nomor x, xb dan 3.
Aksesi nomor 1 memiliki ukuran pita 700bp, 600bp dan 450bp. Aksesi nomor
5 memotong pada ukuran 450bp. Aksesi nomor 7 memiliki ukuran pita DNA
700bp dan 450bp. Aksesi nomor 12, 15 dan 17 memiliki ukuran pita DNA
yaitu 700bp, 650bp, 550bp dan 450bp. Aksesi nomor 18 memiliki ukuran
650bp, 550bp, dan 450bp. Aksesi nomor 20 memiliki ukuran 450bp.
800bp
700bp
600bp
650bp
450 bp
450bp
100bp
Gambar 8 Elektroforegram hasil pemotongan menggunakan enzim BsuR1.
Keterangan: M (DNA marker 100bp), x,xb,1-dst (aksesi durian)
Elektroforegram hasil pemotongan menggunakan enzim Eco471
ditunjukkan pada Gambar 9.
800bp
500bp
100bp
600bp
500bp
Gambar 9 Elektroforegram hasil pemotongan menggunakan enzim
Eco471. Keterangan: M (DNA marker 100bp), x,xb,1-dst
(aksesi durian)
Pada elektroforegram menunjukkan hasil pemotongan oleh enzim
Eco471 yaitu setelah diinkubasi selama 24 jam menunjukkan ukuran pita
DNA bervariasi pada beberapa aksesi. Aksesi nomor x, xb dan 1 memiliki
ukuran pita 800bp. Aksesi nomor 3 dan 5 tidak menunjukkan adanya DNA.
Aksesi nomor 7 memiliki ukuran pita DNA 800bp, 600bp dan 450bp. Aksesi
21
nomor 12, 15 dan 17 memiliki ukuran pita DNA yaitu 800bp dan 600bp.
Aksesi nomor 18 dan 20 memiliki ukuran 800bp, dan smear pada ukuran
600bp dan 500bp.
Elektroforegram hasil pemotongan menggunakan enzim restriksi
Ade1 ditunjukkan pada Gambar 10.
800bp
500bp
100bp
Gambar 10 Elektroforegram hasil pemotongan menggunakan enzim restriksi
Ade1. Keterangan: M (DNA marker 100bp), x,xb,1-dst (aksesi
durian)
Panjang pita DNA hasil PCR yaitu 800bp. Pemotongan menggunakan
enzim AdeI dilakukan melalui inkubasi selama 24 jam tidak menunjukkan
adanya pemotongan, hasil elektroforegram menunjukkan ukuran pita DNA
800bp.
Elektroforegram
hasil
pemotongan
menggunakan
enzim
Mph11301 ditunjukkan pada Gambar 11.
800bp
500bp
100bp
Gambar 11. Elektroforegram hasil pemotongan menggunakan enzim.Mph11301
Keterangan: M (DNA marker 100bp), x,xb,1-dst (aksesi durian)
Hasil elektroforegram menunjukkan bahwa tidak terjadi pemotongan
pada pita DNA. Ukuran pita setelah diinkubasi selama 36 jam adalah 800bp.
22
B. Pembahasan
DNA hasil isolasi untuk dapat diamplifikasi harus memiliki kualitas
yang bagus, yaitu tidak smear, tidak terpotong-potong dan tidak mengandung
zat lain. Pita DNA yang baik ditunjukkan dalam elektroforegram yaitu pita
yang kompak dan tidak smear, smear merupakan DNA yang terpotong-potong
dan berukuran kecil.
Isolasi 25 aksesi durian dengan menggunakan beberapa metode isolasi
yaitu metode Dixit (1998), metode Rath (1998), metode Dharma (2005),
metode Doyle&Doyle (1990), metode Porebski (1997) dan metode OrozcoCastillo (1994). Hasil beberapa metode tersebut menghasilkan pelet yang
berwarna cokelat dan tidak larut dalam buffer Tris-EDTA (TE) atau berlendir.
Hasil elektroforesis menunjukkan kualitas pita DNA masih terdapat smear dan
tidak memberikan hasil yang baik untuk dilakukan PCR .
Sebelas aksesi yang berhasil diisolasi menggunakan Kit Isolasi DNA
Nucleon Phytopure dengan melalui berbagai optimasi isolasi yaitu 1)
perbandingan menggunakan daun segar, 2) penambahan jumlah jaringan daun
yang akan diekstrak, 3) penambahan β-merkaptoetanol dan RNAase (Anonim
2007).
Kesulitan dalam mengisolasi DNA durian yaitu karena ada banyaknya
lendir yang dihasilkan dan adanya warna kecoklatan pada pelet hasil isolasi
DNA. Lendir dihasilkan terutama pada daun durian yang muda dan DNA hasil
isolasi sedikit. Hasil penelitian Small et al. (2004) menunjukkan bahwa pada
tanaman tertentu daun dewasa lebih cocok untuk ekstraksi DNA.
Warna kecoklatan pada pelet DNA durian juga terjadi pada pelet hasil
isolasi DNA daun mulberi. Adanya warna kecoklatan pada pelet DNA daun
mulberi menyebabkan DNA sulit diisolasi, untuk mengatasinya Anuradha et
al. (2013) menambahkah polyviny pirrolidone (PVP), l L-ascorbic acid,
diethyldithocarbamic acid (DIECA), sodium metabisulfite dan sodium
dodecyl sulphate pada buffer isolasi CTAB. DIECA adalah phenoloxidase
inhibitor dan membantu mengurangi warna kecoklatan akibat oksidasi
polifenol quinon. Penambahan asam L-askorbat mencegah oksidasi senyawa
fenolik dan adsorpsi dengan molekul DNA. PVP juga memiliki fungsi yang
23
sama, membentuk kompleks senyawa dengan ikatan hidrogen dengan fenolik
senyawa dan co-presipitat bersama dengan sel sehingga mencegah polifenol
dari berinteraksi dengan DNA.
Penelitian Suman et al. (1999) menyebutkan bahwa tingkat βmercaptoethanol yang tinggi berhasil menghilangkan polifenol. Oleh karena
itu, konsentrasi β-merkaptoetanol yang tinggi merupakan protokol yang baik
untuk menghasilkan DNA berkualitas bagus dari spesies tanaman yang
mengandung polifenol. Sedangkan, konsentrasi NaCl yang tinggi dapat
digunakan untuk menghapus kadar polisakarida selama ekstraksi DNA.
Hameed et al. (2004) pada penelitiannya juga melaporkan bahwa
kualitas DNA hasil isolasi gandum menjadi bagus setelah meningkatkan kadar
NaCl dan β-merkaptoetanol dalam buffer isolasi. Kemurnian DNA gandum
hasil isolasi sangat baik yaitu pada rasio A260/A280 dan A260/A230 adalah
1,79-1,94 dan > 2 yang menunjukkan bahwa DNA bebas dari protein dan
polifenol seta senyawa polisakarida.
Optimasi isolasi DNA durian dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara yaitu optimasi penambahan atau pengurangan jumlah jaringan
yang akan diisolasi, penambahan β-merkaptoetanol, dan penambahan RNAse
selama proses isolasi dan purifikasi DNA. Menurut Moyo et al (2008)
optimasi jumlah jaringan tanaman per satuan volume buffer ekstraksi adalah
salah satu satu faktor yang paling kritis dalam prosedur isolasi DNA tanaman.
Sedangkan β-Merkaptoetanol berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi
senyawa polifenol (Kawata et al 2003).
Daun durian merupakan jaringan aktif fotosintesis yang mengandung
senyawa polifenol, ketika proses penggerusan, senyawa ini berinteraksi secara
ireversibel dengan protein dan asam nukleat sehingga membentuk lendir
(gelatinous matrix) (Michiels et al. 2003). Lendir ini yang menghambat proses
PCR, jika tidak dihilangkan.
PCR
merupakan
suatu
proses
sintesis
enzimatik
untuk
mengamplifikasi DNA secara in vitro. Proses amplifikasi oleh PCR
dipengaruhi oleh berbagai parameter yaitu antara lain (1) kualitas dan
konsentrasi DNA template, (2) desain dan konsentrasi primer, (3) konsentrasi
24
ion magnesium, (4) konsentrasi empat deoksinukleotida (dNTP), (5) buffer
PCR, (6) konsentrasi Taq polimerase, (7) Siklus PCR, (8) Penggunaan teknik
hotstart. Namun, tidak ada satu protokol PCR yang optimal untuk semua
genom. Oleh karena itu, masing-masing PCR memerlukan optimasi khusus,
terutama optimasi template dan primer yang akan digunakan (Grunenwald
2003). Hal tersebut juga disebutkan oleh Aris (2011) yaitu bahwa keberhasilan
amplifikasi lebih didasarkan kepada kesesuaian primer serta efisiensi dan
optimasi proses PCR. Primer yang tidak spesifik dapat menyebabkan
teramplifikasinya daerah lain dalam genom yang tidak dijadikan sasaran atau
tidak ada daerah genom yang teramplifikasi. Optimasi PCR diperlukan untuk
menghasilkan karakter yang diinginkan, yaitu optimasi suhu annealing DNA
dalam mesin PCR. Optimasi suhu annealing menjadi bagian yang paling
penting dalam proses amplifikasi (Roux 2003).
Suhu annealing yang terlalu rendah dan terlalu tinggi menyebabkan
primer tidak dapat melekat pada tempat yang spesifik sehingga hasil
amplifikasi DNA target tidak didapatkan (Ekasari 2011), pada amplifikasi
DNA pisang suhu annealing yang optimal yaitu suhu 48°C. Pada penelitian ini
optimasi suhu annealing dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu pada
suhu 48°C (Ekasari 2011) dan gradient suhu yaitu pada suhu 38°C, 39°C,
41°C, 42°C, 43°C, 44°C, 45°C, dan 46°C. Hasil amplifikasi terbaik yaitu pada
suhu annealing 45°C.
Penelitian ini mengamplifikasi daerah ITS DNA ribosomal pada
sebelas aksesi durian. Daerah ITS dapat diamplifikasi pada seluruh tanaman
hijau menggunakan pasangan primer yang sama (Baldwin et al. 1995), daerah
ITS dari DNA hasil ekstraksi dapat digunakan untuk mengidentifikasi species.
Pada kerabat durian (Bombaceae) yaitu pohon baobab (Adansonia sp)
daerah ITS pada tanaman yang dianalisis memiliki panjang 787bp. Sekuen
individu memiliki panjang antara 771-772bp (Baum et al 1998). Filogeni ITS
menunjukkan bahwa Adansonia digitata dan Adansonia kilima secara genetic
sama yaitu menunjukkan tetraploidy yang berevolusi (Pettigrew et al 2012).
Penelitian ini menggunakan empat jenis enzim restriksi yang
memotong daerah ITS, yaitu Alu1, Bsp1431, BsuR1, Eco471, Ade1 dan
25
Mph11301. Empat enzim menunjukkan hasil pemotongan, sedangkan dua
enzim tidak. Keempat enzim tersebut adalah Alu1, Bsp1431, BsuR1, dan
Eco471.
Enzim Alu1 memotong DNA menjadi dua fragmen pada seluruh aksesi
yaitu dengan ukuran 600bp dan 150bp. Hal ini menunjukkan bahwa enzim
Alu1 tidak memiliki situs yang spesifik pada daerah ITS aksesi durian yang
diteliti.
Pemotongan oleh enzim Bsp1431 memiliki 7 variasi ukuran pada
kesebelas aksesi durian yang diteliti. Enzim Bsp1431 memiliki situs
pemotongan yang spesifik pada ukuran 550bp dan 120bp. Ukuran pita 550bp
yaitu hanya pada aksesi nomor xb dan ukuran pita 120bp hanya ada pada
aksesi nomor x. Hal ini menunjukkan bahwa enzim Bsp1431 memiliki situs
pemotongan spesifik pada ukuran 550bp dan 120bp.
Enzim BsuR1 memiliki 6 variasi ukuran pemotongan. Ukuran yang
spesifik yaitu hanya pada aksesi nomor 1 dengan ukuran pita DNA 600bp,
sedangkan pemotongan oleh enzim Eco471 terdapat tiga variasi ukuran
pemotongan. Ukuran yang spesifik terdapat pada aksesi nomor 7 dengan
ukuran pita DNA 450bp.
Inkubasi menggunakan enzim Ade1 dan Mph11031 menunjukkan tidak
terjadi pemotongan, hal ini menunjukkan bahwa enzim tersebut tidak memiliki
situs pemotongan yang pada daerah ITS DNA Ribosomal kesebelas aksesi
durian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian 25 aksesi durian menunjukkan bahwa DNA genom 11
aksesi durian berhasil diamplifikasi menggunakan primer ITS L dan ITS 4.
Pemotongan menggunakan enzim Bsp1431 memiliki dua ukuran fragmen
spesifik yaitu 550bp dan 120bp. Enzim BsuR1 memiliki situs pemotongan
yang spesifik pada ukuran 600bp. Sedangkan enzim Eco471 memiliki situs
pemotongan yang spesifik pada ukuran 450bp.
Pada penelitian ini telah didapatkan sidik jari yaitu oleh pemotongan
menggunakan enzim Bsp1431 BsuR1 dan Eco471.
B. Saran
Untuk memperkuat adanya analisis sidik jari DNA lebih lanjut,
sebaiknya menggunakan lebih banyak aksesi durian dan enzim restriksi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Illustra Nucleon Phytopure Genomic DNA Ekstraction Kits
Product
Booklet.
Buckinghamshire.
Online
at
http://www.gelifesciences.com [diakses tanggal 3 Desember 2012]
Anuradha HJ, K Vijayan, CV Nair & A Manjula. 2013. A Novel and Efficient
Protocol for the Isolation of Genomic DNA from Mulberry (Morus L.).
Emirates Journal Food Agriculture 25 (2): 124-131
Arercrombie M.M. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Sutarmi, S dan Sugiri, N.
(penerjemah). Jakarta : Erlangga.
Aris M. 2011. Identifikasi, Patogenisitas Bakteri dan Pemanfaatan gen 16s-rrna
untuk deteksi penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut
(Kappaphycus alvarezii). (Disertasi). Bogor: Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Baldwin BG, Sanderson MJ, Porter JM, Wojciechowski MF, Campbell CS, &
Donoghue MJ (1995) The ITS Region of Nuclear Ribosomal DNA: A
Valuable Source of Evidence on Angiosperm Phylogeny. Annals of the
Missouri Botanical Garden 82: 247–277.
Baum DA, RL Small and JF Wendel. 1998. Biogeography and Floral Evolution
of Baobabs (Adansonia, Bombacaceae) as Inferred from Multiple Data
Sets. Systematic Biology 47(2): 181-207.
Bappenas. 2000. Durian (Bombaceae sp.). Jakarta. On line at
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/durian.pdf [diakses tanggal 10
Januari 2010].
Bertea CM, P Luciano, S Bossi, F Leoni, C Baiocchi, C Medana, CMM Azzolin,
G Temporale, MA Lombardozzi & ME Maffei. 2006. PCR and PCRRFLP of the 5S-rRNA-NTS Region and Salvanorin A Analyses for the
Rapid
and
Unequivocal
Determination
of
Salvia
divinorum.Phytochemistry 67: 371-378.
Chiang YC, MD Chen, GH Lai, HJ Chen, J Chao, WT Chang, MK Lin, YS
Chang, YM Chou, MS Lee & MS Lee. 2011. Rapid Identification of the
Medicinal Plant Taraxacum formosanum and Distinguishing of This
Plant from its Adulterants by Ribosomal DNA Internal Transcribed
Spacer (ITS) Based DNA Barcode. African Journal of Biotechnology
10(24): 4838-4843.
Dharma B, E Sudarmonowati, M Rahman dan ND Abbas. 2005. Metode Baru
dalam Isolasi DNA Durian dan Kerabatnya (Durio spp.) dalam Analisis
RAPD dengan Modifikasi Terhadap Prosedur CTAB. Dalam: Prosiding
Seminar Nasional dan Kongres Biologi XIII. Perhimpunan Biologi
Indonesia Cabang Yogyakarta dan Panitia Lustrum X Fakultas Biologi
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta, 16-17 September 2005. Hlm 5660.
27
28
Dixit A. 1998. A Simple and Rapid Procedure for Isolation of Amaranthus
DNA Suitable for Fingerprint Analysis. Plant Molecular Biology
Reporter (16):1-8
Doyle JJ & JL Doyle. 1990. A Rapid Total DNA Preparation Procedure for
Fresh Plant Tissue. Focus 12:13-15.
Ekasari TWD. 2011. Analisis Keanekaragaman Genetika Kultivar Pisang
Menggunakan Penanda PCR-RFLP pada Internal Transcribed Spacer
(ITS) DNA Ribosomal. (Skripsi). Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Fatchiyah, Estri Laras A, Sri Widyarti, & Sri Rahayu. 2011. Biologi Molekular
Prinsip Dasar Analis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Guzow-Krzeminska B, Gorniak M, Wegrzyn G. 2001. Molecular determination
Keys : Construction of Keys for Species Identification Based on
Restriction Fragment Length Polymorphism. Inter Arch Biosic 1:10571067.
Grunenwald H. Optimization of Polymerase Chain Reactions. Di Dalam: JMS
Bartlett and D Stirling (Eds). 2003. Methods in Molecular Biology: PCR
Protocol second edition. Totowa: Humana press. 89-99.
Hameed A, SA Malik, N Iqbal, R Arshad & S Farooq. 2004. A Rapid (100 min)
Method for Isolating High Yield and Quality DNA from Leaves, Roots
and Coleoptile of Wheat (Triticum aestivum L.) Suitable for Apoptotic
and Other Molecular Studies. International Journal Of Agriculture &
Biology 6(2):383–387
Init I, Al Foead, MY Fong, H Yamazaki, M Rohela, HS Yong, dan JW Mak.
2007. Restriction Enzyme Digestion Analysis of PCR-Amplified DNA of
Blastocystis hominis Isolates. Southeast Asian Jl Trop Med Public Health
36 (6): 991-997.
Kawata M, Y Matsumura, T Oikawa, M Kimizu, F Fukumoto & S Kuroda .
2003. Analysis of DNA Extraction Buffer Components from Plant Tissue
by Polymerase Chain Reaction. Analytical Biochemistry 318:314–317.
Krokene P, I Barnes, Brenda DW & Michael JW. 2004. A PCR-RFLP Based
Diagnostic Technique to Rapidly Identify Seiridium Species Causing
Cypress Canker. Mycologia 96(6): 1352-1354.
Maras M. 2008. An ITS DNA Sequence-Based Phylogenic Study of Some
Heracleum L. (Umbelliferae) Species From Turkey‟s Partial Flora.
Turkish Journal of Biochemistry 33 (4) ; 163–168.
Michiels A, WV den Ende, M Tucker, LV Riet & AV Laere. 2003. Extraction of
High-Quality Genomic DNA from Latex-Containing Plants. Analytical
Biochemistry 315:85–89.
29
Muladno. 2002. Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka Wirausaha
Muda.
Moyo M, SO Amoo, MW Bairu, JF Finnie, JV Staden. 2008. Optimising DNA
Isolation for Medicinal Plants. South African Journal of Botany 74:771–
775.
Nafsi NI. 2007. Analisis keanekaragaman varietas durian (Durio zibethinus
Murr) dengan marka mikrosatelit. (Skripsi). Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Nakamura H, Kaneko S & Yamaoka Y. 1998. PCR-SSCP Analysis of the
Ribosomal DNA ITS Region of the Willow Rust Fungi in Japan. Ann.
Phytopathol. Soc. Jpn. 64:102-109.
Novayandi A. 2004. Analisis Keanekaragaman Durian Lokal Serang
Berdasarkan Penanda Morfologi, Isozim, dan Gabungan MorfologiIsozim. (Tesis). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nwakanma DC, M Pillay, BE Okoli & A Tenkuano. 2003. PCR-RFLP of the
Ribosomal DNA Internal Transcribed Spacer (ITS) Provie Markers for
the A and B Genomes in Musa L. Theorical and Applied Genetics (DEU)
(1):154-159.
Orozco-Castillo C, Chalmers KJ, Waugh R, Powell W. 1994. Detection of
genetic diversity and selective gene introgression in coffee using RAPD
markers. Theor Appl Genet 87:934–940
Pandin DS. 2010. penanda DNA untuk Pemuliaan Tanaman Kelapa (Cocos
nucifera L). Perspektif 9(1): 21-35
Pettigrew JD, Karen LB, Adhil B, Eunice G, Ngalla J, Jean M, Emily W &
Claudia EV. 2012. Morphology, ploidy and molecular phylogenetics
reveal a new diploid species from Africa in the baobab genus Adansonia
(Malvaceae: Bombacoideae). Taxon 61 (6): 1240–1250
Porebski S, LG Bailey, & BR Baum. 1997. Modification of a CTAB DNA
Extraction Protocol for Plants Containing High Polysaccharide and
Polyphenol Components. Plant Molecular Biology Reporter 15 (1):8-15
Rao NK. 2004. Plant Genetic Resources : Advencing Conservation and Use
Through Biotechnology. African Journal of Biotechnology 3 (2):136145.
Rath P, G Rajaseger, CJ Gooh & PP Kumar. 1998 .Philogenetic Analysis Of
Dipterocarps Using Random Amplified Polymorphic DNA Markers.
Annals of Botany 82:61-65
Roux KH. 2009. Optimization and Troubleshooting in PCR. Cold Spring
Harbour Laboratory Press 4(4): 1-6
30
Roberts, R. J., and Macelis, D. 2001. REBASE-restriction enzymes and
methylases. Nucl. Acids Res. 29:268–269.
Ruwaida IP, E Yuniastuti & Supriyadi. 2009. Analisis Keragaman Tanaman
Durian Sukun (Durio zibethinus) Berdasarkan Penanda RAPD.
Bioteknologi 6 (2):96-105.
Santoso PJ. 2004. Morphological and molecular assesment of durian germplasm
in Malaysia. (Tesis). Malaysia: Universiti Putra Malaysia.
Santoso PJ, Ghizan BS, Norihan MS & Suhaimi N.2005. Phylogenetic
Relationships Amongst 10 Durio Species Based on PCR-RFLP Analysis
of Two Chloroplast Genes. Indonesian Journal of Agricultural Science
6(1): 20-27
Sastrapradja SD & MA Rifai. 1989. Mengenal sumber pangan nabati dan
sumber plasma nutfahnya. Bogor: Komisi Pelestarian Plasma Nutfah
Nasional dan Puslitbang Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Small RL, RC Cronn & JF Wendel. 2004. The use of nuclear genes for
phylogeny reconstruction in plants. Australian Systematic Botany.
17:145-170
Sobir, Dwi Guntoro, & Ima Septimayani. 2005. Analisis Keragaman Genetik
Enam Belas Aksesi Blewah (Cucumis melo L.) dengan Metode Random
Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Gakuryoku 11(2): 177-180
Steenis VCGGJ. 1992. Flora. Jakarta: Pt. Prodnya Paramita
Suman PSK, KS Ajit, MP Darokar & K Sushil. 1999. Rapid Isolation of DNA
from Dry and Fresh Samples of Plants Producing Large Amounts of
Secondary Metabolites and Essential Oils. Plant Molecular Biology
Reporter 17: 1–7
Tiwari PK & SC Lakhotia. 1991. Restriction Enzyme Digestion of
Heterochromatin in Drosophila nasuta. J.Biosci. 16(4): 187-197.
Uji T, M Siregar, Sunaryo & G Somaatmadja. 1998. Buah-buahan Bengkulu.
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI.
Uji T. 2005. Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durio
(Durio spp.) di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah 11 (1) : 28 – 33.
Vekemas X, H Oliver, B Bruno, F Bourlaye & B Jean-pierre. 1997. Use of PCRRFLP on Chloroplast DNA to Investigate Phylogenetic Relationships In
The Genus Phseolus. Biotechnol, Agron. Soc, Environ. (2) : 128-134.
Vicente MC, FA Guzman, J Engels & VR Rao. 2005. Genetic Characterization
and its use in Decision Making for the Conservation of Corp
Germaplasm. The Role Biotechnology 121-128.
31
Yunus, M. 2004. Marka Molekuler untuk Perbaikan Tanaman. Lokakarya Teknik
Dasar Molekuler untuk Pemuliaan Tanaman : Bogor 19-23 Juli.
32
Lampiran 1. Alat Penelitian
Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian disajikan dalam tabel berikut :
No
Nama Alat
1
Neraca Ohaus®
2
Microwave (SHARP)
3
Electrophoresis tools
4
Gel
documentation
alpha innotech USA
Gambar
33
5
Microcentrifuge
(Hettich Zentrifugen®)
6
PCR Bio-rad C-1000
Thermal Cycler
7
Freezer (Modena)
8
Mikropipet dan tip,
microtube 1,5 ml dan
rak microtube
34
Lampiran 2. Dokumentasi penelitian
Tahapan Penelitian PCR-RFLP DNA Ribosomal Durian
No.
Keterangan
Gambar
1.
Pengambilan daun tanaman
durian
2.
Isolasi dan purifikasi DNA
3.
Elektroforesis gel agaros
0,8% untuk melihat hasil
isolasi DNA
4.
Amplifikasi
menggunakan PCR
ITS
35
5.
Elektroforesis gel agaros 1%
untuk melihat hasil PCR
6.
Pemotongan dengan enzim
restriksi
7.
Elektroforesis gel agaros 2%
untuk
melihat
hasil
pemotongan dengan enzim
restriksi
8.
Analisis Keanekaragaman Genetik
36
37
38
Download