Aplikasi pestisda nabati Aplikasi Pestisida Nabati skala lapangan Aplikasi Pestisida Nabati Aplikasi Pestisida Nabati Page 95 Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan Sub Judul Kegiatan Pelaksana Kegiatan : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan HHBK FEMO : : : : Dr. Dra. Tati Rostiwati,M.Si Aplikasi Pestisida Nabati Skala Lapangan Aplikasi Pestisida Nabati Ir. Asmaliyah, M.Sc Sri Utami, SP, M.Si Nesti Andriyani ABSTRAK Salah satu kendala dalam keberhasilan pembangunan hutan tanaman adalah adanya serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit pada tanaman dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem, menurunnya pertumbuhan tanaman, menurunnya kualitas kayu, dan pada serangan yang berat akan mengganggu estetika tanaman serta dapat menyebabkan kematian tanaman. Oleh karena itu tindakan pengendalian sangat diperlukan untuk mengantisipasi agar serangan hama dan penyakit tidak sampai mengganggu pertumbuhan dan atau merugikan secara ekonomi. Tindakan pengendalian yang paling sering digunakan adalah menggunakan insektisida kimia. Namun untuk kondisi saat ini tindakan pengendalian dengan menggunakan insektisida kimia sudah tidak direkomendasikan lagi, kecuali pada kondisi tertentu. Salah satu alternatif insektisida lainnya yang relevan dengan kondisi saat ini adalah menggunakan insektisida nabati, yaitu insektisida yang berasal dari tumbuhan. Pada kegiatan penelitian ini, target jenis tanaman yang akan digunakan sampai tahun 2014 adalah rimau, puar, pinang, bintaro dan mindi. Pada tahun 2012 ini jenis yang digunakan adalah rimau (Toona sp.). Tujuan penelitian adalah untuk melihat efektivtas ekstrak dari 5 jenis tumbuhan tersebut sebagai pestisida dalam skala lapangan. Pada kegiatan penelitian ini akan dicari juga metode yang paling efektif dan efisiien untuk menghasilkan ekstrak yang toksik. Kata Kunci: Hutan tanaman, hama, penyakit, pestisida nabati, efektivitas, ekstrak, A. Latar Belakang Untuk mengantisipasi timbul dan berkembangnya gangguan pada tanaman maka diperlukan kegiatan pencegahan dan pengendalian. Kegiatan pencegahan dan pengendalian akan efektif apabila jenis pengganggunya telah diketahui. Kegiatan pencegahan dan pengendalian yang paling sering dilakukan umumnya menggunakan insektisida kimia, namun seiring berjalannya waktu penggunaan insektisida kimia ini banyak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk itu perlu dicari insektisida alternatif lainnya yang lebih ramah lingkungan tetapi cukup efektif untuk pengendalian hama. Salah satu alternatif yang dapat Aplikasi Pestisida Nabati Page 96 dilakukan adalah pengendalian dengan menggunakan insektisida nabati yang bahan aktifnya berasal dari tanaman. Penggunaan tumbuhan sebagai salah cara untuk melindungi tanaman dari berbagai gangguan sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang dulu, namun kearifan lokal ini semakin terdegradasi akibat masuknya insektisida kimia yang hasilnya memang sangat signifikan. Dengan banyaknya kerugian yang ditimbulkan akibat penggunaan insektisida kimia, maka penggunaan tumbuhan sebagai insektisida mulai dilirik lagi. Banyak hasil penelitian sebelumnya yang telah membuktikan adanya kandungan bahan aktif di dalam tumbuhan yang bersifat sebagai insektisida. walaupun sebagian besar masih dalam skala laboratorium, misalnya mimba, srikaya, akar tuba dan sebagainya. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh BPK Palembang juga menunjukan adanya potensi dari beberapa jenis tumbuhan sebagai insektisida atau pestisida, diantaranya adalah bintaro, pinang, puar, rimau dan mindi. Sebelum dimanfaatkan lebih luas lagi, potensi jenis-jenis tumbuhan ini perlu diverifikasi lagi dalam skala lapangan, karena laporan mengenai potensinya dalam skala lapangan masih minim sekali. Didasari hal inilah, maka mulai tahun 2012 sampai 2014 kegiatan penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana efektivitas kelima jenis tumbuhan tersebut dalam mengendalikan hama dan penyakit di lapangan. Selain itu dalam penelitian ini akan dilihat juga cara aplikasi yang paling efektif terhadap kelima jenis tumbuhan tersebut dalam mengendalikan serangan hama. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan teknik pengendalian hama yang efektif, efisien dan aman. Sedangkan sasaran dari penelitian ini adalah: a) Diketahuinya keefektifan dari kelima jenis ekstrak tumbuhan (rimau, puar, pinang, bintaro dan mindi) sebagai pestisida nabati dalam skala lapangan, b) Diketahuinya cara pembuatan ekstrak pestisida nabati yang paling efektif dan efisien, c) Diketahuinya cara aplikasi yang paling efektif dari kelima jenis ekstrak tumbuhan tersebut sebagai insektisida nabati dalam skala lapangan C. Metode Penelitian 1. Pengambilan Bahan Tanaman Kegiatan ini bertujuan untuk pengambilan bahan yang akan digunakan sebagai bahan ekstrak pembuatan insektisida. Bahan tanaman yang digunakan adalah rimau, mindi, honje, pinang dan bintaro. 2. Pembuatan Ekstrak Bagian tanaman yang digunakan yaitu daun (rimau, bintaro, honje, dan mindi dan pinang). Bagian dari tanaman yang telah dikeringanginkan selama satu minggu Aplikasi Pestisida Nabati Page 97 digiling hingga halus. Setelah itu dilakukan perendaman dalam pelarut metanol dan aquades dengan perbandingan 1 : 10 (w/v) selama 24 jam. Setelah 24 jam rendaman disaring dengan corong Buchner yang dialasi kertas saring. Selanjutnya pelarut diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator sampai dihasilkan ekstrak kasar. Ekstrak kasar ini digunakan untuk pengujian. Ekstrak kasar bisa disimpan dalam lemari es dengan suhu -40C hingga saat digunakan. Sedangkan ekstrak yang dihasilkan dengan menggunakan pelarut air setelah 24 jam langsung digunakan. 3. Pengendalian Hama pada Skala Lapangan Pada tahun ini, jenis ekstrak yang digunakan adalah ekstrak daun rimau yang dihasilkan dengan menggunakan pelarut metanol dan aquades. Kegiatan ini dilakukan di dua lokasi, yaitu di Desa Tungku Jaya, Kecamatan Sosoh Buay Rayap, Kabupaten OKU Induk dan di desa Pring, kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir (OI). Tahapan Kegiatan: a. Pembuatan plot OKU: plot dibuat pada tanaman jabon masyarakat yang terserang hama dan penyakit sebanyak 3 plot, masing-masing plot terdiri dari 100 tanaman. Setiap plot mewakili setiap perlakuan, yaitu ekstrak daun rimau dengan pelarut air (plot 1), ekstrak daun rimau dengan pelarut metanol (plot 2) dan kontrol (plot 3). OI: plot dibuat pada tanaman jabon masyarakat yang terserang hama dan penyakit sebanyak 9 plot dengan ukuran 30 x 15 m. Masing-masing plot tediri dari 50 tanaman. Perlakuan yang diterapkan adalah ekstrak daun rimau dengan pelarut air, ekstrak daun rimau dengan pelarut metanol dan kontrol, masingmasing perlakuan di ulang 3 kali. b. Pengamatan awal sebelum penyemprotan Sebelum perlakuan penyemprotan dilakukan pengumpulan data dengan parameter berupa jenis hama dan penyakit yang menyerang, persentase dan intensitas serangan masing-masing jenis hama dan penyakit. c. Perlakuan Penyemprotan Penyemprotan dilakukan satu hari setelah pengumpulan data awal. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari atau sore hari dengan menyemprotkan larutan ekstrak daun rimau ke seluruh bagian tanaman jabon sampai jenuh (sampai menetes). Konsentrasi yang digunakan adalah 2% (untuk ekstrak dengan pelarut metanol) dan 3% (untuk ekstrak dengan pelarut air). Penyemprotan menggunakan alat knapsack sprayer 15 liter. d. Pengumpulan data setelah penyemprotan Dua bulan setelah perlakuan penyemprotan, dilakukan evaluasi pada plot tersebut, dengan mengamati jenis hama dan penyakit yang menyerang, jumlah Aplikasi Pestisida Nabati Page 98 tanaman yang terserang, jumlah daun yang terserang per pohon dan melihat gejala yang timbul pada tanaman jabon yang terserang. Penghitungan jumlah tanaman yang terserang dan jumlah daun yang terserang per pohon digunakan untuk menghitung persentase serangan dan intensitas serangan hama dan penyakit. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Persentase serangan adalah: Jumlah tan aman yang terserang dalam suatu petak ukur PS x 100 % Jumlah seluruh tan aman dalam suatu petak ukur Dan untuk menghitung intensitas serangan atau tingkat kerusakan tanaman diperoleh dengan cara: IS = Jumlah daun yang terserang dalam suatu tanaman Jumlah seluruh daun dalam suatu tanaman x 100 % Untuk mengetehui status kerusakan pada tanaman tanaman akibat serangan hama dan penyakit dilakukan dengan melihat kriteria yang dibuat oleh Unterstenhofer, 1963 dalam Djunaedah, 1994, dengan sedikit modifikasi. Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan tabel dan grafik. D. Hasil Yang Dicapai 1. Pengambilan Bahan Tanaman Pengambilan atau eksplorasi bahan tanaman rimau dan mindi dilakukan di Desa Kubu Perahu, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat dan Kelurahan Bumi Agung, Kecamatan Dempo Utara, Kotamadya Pagaralam. Dua jenis tanaman ini kemudian dibuat ekstrak dengan menggunakan pelarut metanol dan air. Namun sampai saatnya dilakukan kegiatan pengendalian, ekstrak metanol mindi belum dievaporasi. 2. Jenis Hama dan Penyakit Jenis hama yang ditemukan menyerang tanaman jabon adalah: ulat daun dari jenis Parotis sp., ulat daun Deilephila hypothous, ulat kantong dan kepik dari famili pentatomidae. Ulat daun Parotis sp, menyerang daun jabon dengan cara memakan daging daun. Sebelum makan, ulat terlebih dahulu membuat lipatan daun, kemudian di dalam lipatan daun tersebut ulat melakukan aktivitas makan. Akibat selanjutnya daun menjadi rusak dan berlubang. Ulat daun D. Hypothous menyerang daun jabon dengan cara memakan seluruh bagian daun, akibat serangannya daun menajdi rusak berat dan berlobang besar. Ulat kantong memakan seluruh bagian daun, akibat serangannya daun menjadi berlubang. Sedangkan kepik menyerang daun jabon dengan menghisap cairan daun. Daun Aplikasi Pestisida Nabati Page 99 yang diserang terutama daun yang masih muda (daun di bagian atas atau pucuk). Akibat serangannya daun menjadi mengkerut, hitam dan selanjutnya gugur. Pada serangan berat khususnya pada tanaman yang masih sangat muda dapat menyebabkan kematian tanaman. 3. Persentase Serangan (PS) dan Intensitas Serangan (IS) Gambar 1. Grafik persentase serangan (PS) dan intensitas serangan (IS) sebelum penyemprotan dan setelah perlakuan penyemprotan di Kabupaten OKU Induk Gambar 1 menunjukkan bahwa tiga bulan setelah perlakuan penyemprotan, perlakuan ekstrak rimau dengan pelarut metanol cenderung lebih efektif dalam menekan serangan hama dan penyakit dibandingkan ekstrak rimau dengan pelarut air dan kontrol. Ekstrak rimau dengan pelarut metanol dapat menekan persentase serangan hama kepik sebesar 75,47% dan intensitas serangan sebesar 22,2%, intensitas serangan hama ulat pemakan daun sebesar 28,89%. Sedangkan terhadap serangan penyakit perlakuan ekstrak rimau dengan pelarut metanol dapat menekan intensitas serangan penyakit sebesar 23,1% dibandingkan kontrol dan 47,58% dibandingkan ekstrak rimau dengan pelarut air. Aplikasi Pestisida Nabati Page 100 Gambar 2. Grafik persentase serangan dan intensitas serangan hama dan penyakit sebelum penyemprotan dan setelah penyemprotan di kabupaten Ogan Ilir (OI) Gambar 2 menunjukkan bahwa ekstrak rimau dengan pelarut metanol paling efektif dalam menekan serangan hama kepik dibandingkan ekstrak rimau dengan pelarut air dan kontrol. Esktrak rimau dengan pelarut metanol dapat menekan persentase serangan hama kepik sebesar 79,64% dan intensitas serangan sebesar 18%. Sedangkan terhadap jenis serangan hama lainnya dan penyakit, perlakuan penyemprotan ekstrak rimau belum menunjukkan pengaruh yang nyata dibandingkan kontrol. E. KESIMPULAN 1. Ditemukan tiga jenis hama pemakan daun jabon, yaitu hama Parotis sp., Deilephilla hypothous dan ulat kabtong.serta satu jenis hama pengisap cairan daun yaitu kepik. 2. Ekstrak rimau dengan pelarut metanol paling efektif dalam menekan persentase serangan dan intenistas serangan Aplikasi Pestisida Nabati Page 101 Foto Kegiatan. Kepik dan bentuk kerusakannya Kegiatan penyemprotan di lapangan Aplikasi Pestisida Nabati Page 102