sri indah permatasari departemen kimia fakultas matematika

advertisement
PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Hg DAN As
PADA IKAN DENGAN METODE
ANALISIS PENGAKTIFAN NEUTRON
SRI INDAH PERMATASARI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
ABSTRAK
SRI INDAH PERMATASARI. Penentuan Kandungan Logam Hg dan As pada Ikan
dengan Metode Analisis Pengaktifan Neutron. Dibimbing oleh MUCHAMAD SRI
SAENI dan JUNE MELLAWATI.
Ikan merupakan salah satu sumber daya alam laut dan sumber protein yang
mudah diperoleh. Dengan pesatnya perkembangan industri di sekitar pesisir
menyebabkan terjadinya perubahan kualitas lingkungan. Limbah yang dihasilkan industri
mengandung logam berat yang mencemari perairan dan biota air seperti ikan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan metode analisis pengaktifan neutron
mengidentifikasi Hg dan As dalam ikan.
Sampel ikan yang diperoleh dari Perairan Gresik diaktivasi menggunakan neutron
sehingga menjadi isotop yang memancarkan sinar γ. Selanjutnya keberadaan isotop
tersebut diidentifikasi menggunakan spektrometer gamma yang telah dikalibrasi dengan
isotop multi energi 152Eu, 60Co, dan 137Cs. Konsentrasi Hg pada bagian daging dan jeroan
ikan masing-masing adalah 0,0578–0,6449 mg/kg bobot kering dan 0,0354–0,3270
mg/kg bobot kering. Pada ikan sembilang, kandungan Hg melebihi ambang batas yang
diperbolehkan. Konsentrasi As pada bagian daging dan jeroan ikan masing-masing adalah
1,3116–11,4314 mg/kg bobot kering dan 1,8867–14,8266 mg/kg bobot kering.
Kandungan As pada beberapa jenis ikan lebih tinggi dari ambang batas, kecuali pada ikan
bulu ayam dan gulamah.
ABSTRACT
SRI INDAH PERMATASARI. Determination of Hg and As Content on Fish by Neutron
Activation Analysis Method. Supervised by MUCHAMAD SRI SAENI and JUNE
MELLAWATI.
Fish is one of the natural sea resources and the source of protein that is easy to
obtain. Along with industry developments around the coastal have caused the change of
environment quality. Industrial waste contain heavy metals that pollute the aquatic and
the water organisms like fish. The aim of this research is to assess the ability of neutron
activation analysis to identify Hg and As in some fish.
Fish samples from Gresik waters were activated with neutron to became isotope
that emitted γ-ray. After that, the isotope was identified using gamma spectrometer that
had been calibrated using multienergy of 152Eu, 60Co, and 137Cs isotope. The concentration
of Hg in tissue and intestine were 0,0578–0,6449 mg/kg dry weight and 0,0354–0,3270
mg/kg dry weight, respectively. In sembilang, the content of Hg was higher than the
regulation. The concentration of As in tissue and intestine were 1,3116–11,4314 mg/kg
dry weight and 1,8867–14,8266 mg/kg dry weight, respectively. The content of As in
some fishes are higher than the regulation, except bulu ayam and gulamah fish.
PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Hg DAN As
PADA IKAN DENGAN METODE
ANALISIS PENGAKTIFAN NEUTRON
SRI INDAH PERMATASARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
Judul
: Penentuan Kandungan Logam Hg dan As pada Ikan dengan Metode Analisis
Pengaktifan Neutron
Nama : Sri Indah Permatasari
NIM : G01499073
Disetujui:
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, M.S.
NIP 130256339
Dr. June Mellawati, M. Si.
NIP 330002682
Diketahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP 131473999
Tanggal lulus :
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmatnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan
penelitian yang dilaksanakan mulai bulan Oktober 2003 sampai dengan Maret 2004 di
Laboratorium Sumber Daya Alam dan Laut Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi BATAN
Pasar Jum’at dengan judul Penentuan Kandungan Logam Hg dan As pada Ikan dengan
Metode Analisis Pengaktifan Neutron.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, M.S.
dan Dr. June Mellawati, M. Si. selaku pembimbing, Pak Suripto, Ibu Yumi, Pak Firdaus,
dan staf BATAN yang telah membantu kelancaran penelitian ini.
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan untuk kedua
orangtua (Bapak dan Ibu), Mba Puji, Tri, dan Nurul atas perhatian dan dukungannya.
Terima kasih untuk Ullie dan Chimoet atas persahabatannya, Ipo, Fenti, Ibe, Mas Heri,
Wawa, Masduki, Budi, Mba Wiwin dan teman-teman yang ikut mendukung penyelesaian
skripsi ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat.
Bogor, Juni 2006
Sri Indah Permatasari
2
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Januari 1982 sebagai anak kedua dari
empat bersaudara, anak pasangan dari Bapak Sutardi dan Ibu Purwati. Penulis merupakan
putri kedua dari empat bersaudara.
Pendidikan formal penulis sampai dengan tingkat SMU diselesaikan di Jakarta.
Pada tahun 1999 penulis lulus dari SMUN 47 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (UMPTN). Penulis memilih Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia
Lingkungan, Kimia Dasar I, dan Kimia Fisik untuk Program Studi D3 Analisis Kimia.
Tahun 2002 penulis melaksanakan praktik lapangan di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Juanda di bidang Biosistematika dan Genetika Mikroba.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.......................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................
viii
PENDAHULUAN ......................................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 1
Logam Berat...................................................................................................... 1
Bioakulmulasi Logam Berat ............................................................................. 2
Analisis Pengaktifan Neutron............................................................................ 3
Spektrometer Gamma........................................................................................ 4
BAHAN DAN METODE ........................................................................................... 5
Bahan dan Alat.................................................................................................. 5
Metode Penelitian.............................................................................................. 5
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................
Kandungan Hg ..................................................................................................
Kandungan As...................................................................................................
6
7
7
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................
Simpulan ..........................................................................................................
Saran..................................................................................................................
8
8
8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
9
LAMPIRAN................................................................................................................
11
viii2
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Hasil kalibrasi spektrometer gamma menggunakan standar multi energi
152
Eu, 60Co, dan 137Cs............................................................................................
6
2
Hasil uji kualitatif logam berat dalam contoh menggunakan metode APN .........
6
3
Konsentrasi beberapa unsur dalam standar Pepperbush (Nies No.1) ...................
7
4
Konsentrasi Hg (mg/kg bobot kering) dalam ikan Perairan Gresik .....................
7
5
Konsentrasi As (mg/kg bobot kering) dalam ikan Perairan Gresik......................
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Prinsip dasar analisis pengaktifan neutron ...........................................................
3
2
Skema perangkat spektrometer gamma................................................................
4
3
Sistem kriostat detektor Ge ..................................................................................
4
4
Kurva kalibrasi energi isotop multienergi
152
60
Eu, Co, dan
137
Cs .........................
6
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Data ikan yang dianalisis......................................................................................
12
2
Diagram alir prosedur kerja..................................................................................
12
3
Data parameter nuklir beberapa unsur yang dianalisis .........................................
13
4
Spektrum Hg pada ikan dengan menggunakan Analisis Pengaktifan
Neutron (APN) .....................................................................................................
14
5
Uji kuantitatif Hg dan As dalam ikan...................................................................
15
6
Konversi konsentrasi Hg dan As dalam ikan........................................................
15
7
Hasil analisis statistik Hg dalam daging ikan.......................................................
16
8
Hasil analisis statistik Hg dalam jeroan ikan........................................................
17
9
Spektrum As pada ikan dengan menggunakan Analisis Pengaktifan
Neutron (APN) .....................................................................................................
18
10 Hasil analisis statistik As dalam daging ikan .......................................................
19
11 Hasil analisis statistik As dalam jeroan ikan ........................................................
20
1
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara maritim yang
kaya akan sumber daya alam laut, salah
satunya ikan. Perairan Indonesia mempunyai
jenis ikan yang beragam. Selain ikan hias,
terdapat juga berbagai jenis ikan yang dapat
dikonsumsi oleh manusia. Ikan merupakan
salah satu sumber protein hewani yang
dibutuhkan
masyarakat,
lebih
mudah
diperoleh dan sifatnya yang lebih ekonomis
dibandingkan dengan bahan pangan hewani
lainnya. Ditinjau dari kandungan proteinnya,
ikan bermanfaat bagi peningkatan kualitas
manusia. Menurut Departemen Kesehatan
(1987), kandungan protein dalam ikan
dipandang sebagai agent of development bagi
pembangunan bangsa, karena protein berperan
dalam pembangunan struktur, mengatur
metabolisme dan daya tahan tubuh, serta
membantu pencerdasan manusia. Daging ikan
mengandung 13–20% protein dan lemaknya
banyak mengandung asam lemak tak jenuh
(Pramesti et al. 1996).
Pesatnya perkembangan industri di sekitar
perairan, menyebabkan terjadinya perubahan
mutu lingkungan. Industri yang didirikan di
sekitar perairan menghasilkan limbah yang
mencemari perairan dan biota air. Logamlogam berat dalam perairan paling banyak
berasal dari limbah industri, sebab senyawa
atau turunan logam berat sangat banyak
dimanfaatkan
oleh
berbagai
industri
(Hutagalung 1991). Adanya cemaran industri
berupa logam berat dapat terakumulasi dalam
tubuh makhluk hidup perairan dan selanjutnya
terakumulasi dalam tubuh manusia. Misalnya,
tragedi Minamata yang terjadi akibat pencemaran merkuri dari sebuah pabrik plastik di
Jepang menyebabkan kematian atau mencederai manusia yang memakan ikan dari
Teluk Minamata. Tragedi ini menyebabkan 43
orang meninggal dan 19 bayi mengalami cacat
tubuh karena saat ibu mereka mengandung
mengonsumsi ikan laut yang terkontaminasi
merkuri sebesar 5–20 ppm (Saeni 1989).
Logam tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari karena dapat dimanfaatkan untuk pertanian, kedokteran,
maupun industri. Akan tetapi, logam dapat
pula membahayakan kesehatan jika terdapat
dalam makanan maupun air dengan
konsentrasi yang berlebihan. Banyak kasus
akumulasi logam berat yang terjadi pada
makhluk hidup perairan yang mencapai kadar
letal. Berdasarkan hal tersebut, banyak
penelitian yang berfokus pada keberadaan
logam berat dalam perairan.
Umumnya, penentuan logam berat seperti
Hg dan As dilakukan dengan metode spektrofotometer serapan atom (AAS) (Yudhastuti et
al. 1999; Pramesti, et al.1996; Wattiheluw
1988). Metode ini memerlukan prosedur
penyiapan yang tidak sederhana dan contoh
yang dibutuhkan relatif banyak karena
kandungannya sangat kecil. Beberapa metode
yang dapat digunakan untuk penentuan logam
adalah metode polarografi, aktivasi neutron,
dan beberapa metode spektrometri (Abudarin
1994).
Berdasarkan hal tersebut, penentuan logam
beracun dari beberapa jenis ikan dilakukan
dengan menggunakan analisis pengaktifan
neutron (APN), karena dapat mengukur unsurunsur dalam kadar yang sangat rendah
(Susetyo 1988). Selain itu, metode ini
mempunyai kepekaan yang cukup tinggi,
bersifat tidak merusak, dapat menekan
kemungkinan terjadinya kontaminasi dan
kehilangan unsur sekecil mungkin serta dapat
menganalisis multiunsur secara serempak,
dengan waktu yang singkat. (Sari 2000; Fajri
2001).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kemampuan metode APN
mengidentifikasi adanya Hg dan As dalam
ikan laut. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang kemampuan
metode APN dalam identifikasi logam
beracun.
Hipotesis yang diajukan ialah metode APN
mampu menganalisis Hg dan As dalam tubuh
ikan yang diperoleh dari perairan sekitar
kawasan industri yang mengandung logam
beracun.
TINJAUAN PUSTAKA
Logam Berat
Berdasarkan densitasnya, logam dibedakan
menjadi logam ringan yang mempunyai
densitas < 5 g/cm3 dan logam berat yang
mempunyai densitas > 5 g/cm3. Logam berat
umumnya terdapat pada bagian pojok kanan
bawah pada susunan berkala, seperti unsurunsur berbahaya (Pb, Cd, Hg). Kebanyakan
dari logam-logam tersebut mempunyai
afinitas sangat besar terhadap belerang (Saeni
1989). Selain berada dalam bentuk ion logam
bebas, kompleks anorganik, dan pasangan ion,
logam juga dapat membentuk kompleks
dengan senyawa organik dan partikel koloid
(Johnston 1976). Umumnya, logam berat pada
kadar rendah sudah bersifat toksik pada
tumbuhan, hewan, dan manusia. Logam berat
2
ini akan terakumulasi di dalam tubuh dan
disalurkan sepanjang perjalanan rantai
makanan. Logam berat dalam perairan paling
banyak berasal dari limbah industri, sebab
turunan logam berat sangat banyak
dimanfaatkan oleh berbagai industri seperti
industri pengolahan logam dan pestisida
(Hutagalung 1991).
Dalam kondisi normal, beberapa jenis
logam ringan maupun logam berat berada
dalam jumlah yang sedikit dalam air. Menurut
Darmono (1995) beberapa logam ringan
tersebut bersifat esensial, misalnya kalsium
(Ca), magnesium (Mg) yang berguna untuk
pembentukan kutikula atau sisik pada ikan
dan udang. Logam berat seperti tembaga (Cu),
zink (Zn), dan mangan (Mn) sangat berguna
dalam pembentukan hemosianin dalam sistem
darah dan enzimatik pada hewan air tersebut.
Ada beberapa logam berat yang termasuk
unsur mikro yang tidak mempunyai fungsi
hayati dan bahkan sangat berbahaya serta
menyebabkan keracunan pada makhluk hidup,
misalnya timbel (Pb), merkuri (Hg), arsenik
(As), dan kadmium (Cd).
Hg (Merkuri)
Pada susunan berkala, merkuri adalah
unsur kimia dengan nomor atom 80, bobot
atom 200,6, dan densitas sebesar 13,5956
g/cm3. Merkuri merupakan satu-satunya
logam yang berbentuk cair dalam suhu kamar,
mempunyai titik beku paling rendah (-39 °C),
mudah
menguap,
mudah
membentuk
campuran dengan logam lain, dan bersifat
konduktor, sehingga banyak digunakan dalam
industri dan penelitian (Darmono 1995). Di
lingkungan perairan, merkuri biasanya
berbentuk senyawa anorganik. Senyawa
tersebut selanjutnya berubah menjadi senyawa
organik (ion metil merkuri = CH3Hg+) yang
mempunyai sifat lebih toksik. Ion metil
merkuri (CH3Hg+) akan merusak fungsi otak
dan melumpuhkan sistem koordinasi otot,
sehingga penderita akan lumpuh (Agustono et
al. 1995). Merkuri juga dapat merusak ginjal
dan hati dalam waktu retensi yang pendek
(Yudhastuti et al. 1999). Beberapa industri
yang menggunakan bahan yang mengandung
Hg di antaranya industri pestisida, batu bara
(Saeni 1989), pabrik alat-alat listrik, dan
pembuatan baterai (Sari 2000).
As (Arsenik)
Pada susunan berkala, arsenik adalah unsur
kimia dengan nomor atom 33, bobot atom
74,92, dan densitas sebesar 5,72 g/cm3.
Arsenik dapat digunakan dalam konduktor
listrik, tetapi tidak sebagus logam lain.
Arsenik merupakan unsur karsinogenik yang
hampir selalu ditemukan secara alamiah di
daerah pertambangan walaupun jumlahnya
sangat sedikit. Di lingkungan perairan, arsenik
dalam bentuk senyawa anorganik lebih toksik
daripada senyawa organik. Karena sifatnya
yang
sangat
beracun
dan
kurang
menguntungkan, logam ini tidak begitu
banyak kegunaannya seperti halnya logam
lain. Sebelum Perang Dunia II, digunakan
pestisida yang mengandung timbel arsenat,
Pb3(AsO4)2, natrium arsenit, Na3AsO3, dan
Paris Green, Cu3(AsO3)2 (Saeni 1989).
Arsenik dapat digunakan sebagai campuran
dalam insektisida, pembasmi gulma, bahan
pengawet kayu, dan pewarna kertas dinding
(Darmono 1995).
Bioakumulasi Logam Berat
Proses pengambilan logam oleh makhluk
hidup air (ikan) dapat dilakukan melalui 3
proses, yaitu melalui insang (permukaan
pernafasan), kulit (permukaan tubuh), dan
sistem pencernaan. Menurut Brian (1976),
makhluk hidup air mempunyai kemampuan
mengatur jumlah kandungan logam dalam
tubuhnya, namun jumlah logam yang dapat
diekskresikan sangat terbatas. Apabila jumlah
logam yang terserap lebih banyak dari batas
kemampuan untuk mengekskresikan logam,
maka logam tersebut akan terakumulasi di
dalam jaringan tubuhnya.
Distribusi dan akumulasi logam sangat
berbeda-beda untuk setiap organisme air. Hal
tersebut bergantung pada spesies, konsentrasi
logam dalam air, pH, fase pertumbuhan, dan
kemampuan untuk berpindah tempat.
Logam berat masuk ke dalam tubuh
manusia biasanya melalui mulut, yaitu
makanan yang terkontaminasi misalnya ikan
yang tercemar logam berat. Jalur penting
lainnya yang dapat dilalui oleh zat pencemar
adalah
melalui
saluran
pencernaan,
pernafasan, dan kulit (Saeni 1989).
Bioakumulasi logam berat dalam tubuh
ikan dapat terjadi dalam 2 cara, yaitu
kontaminasi langsung dan tidak langsung.
Pada kontaminasi langsung, ikan terkena
logam berat dalam makanan, masuk ke dalam
peredaran darah melalui insang dan kulit.
Pada kontaminasi tidak langsung, logam berat
yang terkandung dalam makanan masuk
melalui saluran pencernaan ke dalam
peredaran darah. Dari peredaran darah akan
3
β
Berkas neutron termal
-
Inti radioaktif
(A+1XZ)
Inti sasaran
(AXZ)
X
Inti majemuk
γ peluruhan
Inti stabil
(A+1XZ) atau (A+1XZ+1)
γ prompt
Gambar 1 Prinsip dasar analisis pengaktifan neutron (IAEA 1990)
disalurkan ke otak, hati, otot, dan ginjal
(Yudhastuti et al. 1999). Logam berat yang
dapat masuk lewat makanan berupa plankton
atau organisme kecil lainnya yang termakan
oleh ikan dan dapat juga berasal dari sedimen
atau lumpur dasar sungai.
Ikan
Ikan adalah hewan air yang selalu
bergerak. Kemampuan gerak yang cepat
menyebabkan ikan tidak banyak terpengaruh
oleh kondisi pencemaran logam dibandingkan
dengan makhluk hidup lainnya seperti
kepiting, udang, dan kerang (Darmono 1995).
Ikan yang hidup di laut lepas mempunyai
kebiasaan bermigrasi dari satu tempat ke
tempat yang lain untuk menghindarkan diri
dari pengaruh pencemaran. Kadar logam berat
dalam daging ikan umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan organ tubuh lainnya,
karena makanan masuk melalui insang atau
mulut kemudian ke dalam usus, dihancurkan
dan disebarkan ke seluruh tubuh ikan. Logam
berat yang terbawa oleh makanan juga turut
tersebar ke seluruh bagian tubuh (Diniah
1995). Makin tinggi kandungan logam berat
dalam air, makin tinggi pula kandungan logam
berat tersebut dalam tubuh ikan atau
organisme air dan logam tersebut dapat
bersifat makin beracun (van Esch 1997 dalam
Sanusi 1985).
Berdasarkan tempat hidupnya, ikan
dibedakan menjadi ikan pelagis dan ikan
demersal. Ikan pelagis adalah golongan ikan
yang hidup di permukaan atau di dekat
permukaan suatu perairan. Ikan demersal
adalah golongan ikan yang hidup di dasar
perairan, bisa berupa karang, pasir, lumpur,
berbatu, dan pasir berlumpur (Diniah 1995).
Analisis Pengaktifan Neutron
Definisi
Analisis pengaktifan neutron adalah salah
satu metode nuklir untuk menentukan
kandungan unsur (logam). Contoh diubah
menjadi radioaktif dengan cara disinari
dengan partikel neutron. Isotop radioaktif
yang terbentuk diidentifikasi jenis unsurnya
berdasarkan energi sinar γ yang dipancarkan.
Analisis pengaktifan neutron ditemukan oleh
ahli berkebangsaan Hongaria bernama George
Hevesy pada tahun 1936, ketika ia mencoba
menentukan pengotor disprosium dalam
contoh itrium dengan jalan menembaki contoh
tersebut dengan neutron (Susetyo 1988).
Prinsip Dasar
Analisis pengaktifan neutron didasarkan
pada analisis contoh yang telah diiradiasi
menggunakan sumber neutron. Inti atom
unsur-unsur yang berada dalam contoh
tersebut akan menangkap neutron dan menjadi
radioaktif (Gambar 1). Sinar γ yang
dipancarkan oleh unsur-unsur dalam contoh
tersebut dapat dianalisis menggunakan
spektrometri gamma. Analisis kualitatif
dilakukan berdasarkan besarnya energi yang
dipancarkan oleh sinar γ, sedangkan analisis
kuantitatif dilakukan dengan menentukan
intensitas masing-masing unsur (Susetyo
1998).
Reaksi yang paling sering terjadi dan
paling banyak digunakan dalam analisis
pengaktifan neutron adalah reaksi neutron-
4
gamma (n, γ), seperti dalam persamaan
berikut:
202
80
Hg +
75
33 As
+
1
0n
1
0n
203
80
Hg +
76
33 As
+
γ
detektor
Ge (Li)
penganalisis
salur ganda
penguat
HV
γ
PA
Umumnya, persamaan reaksi tersebut ditulis
dalam bentuk 202Hg (n, γ) 203Hg dan 75As (n,
γ) 76As (Skoog 1998).
Amp
penguat
awal
unit pengolahan
data
Kriostat
Spektrometer Gamma
Spektrometer gamma adalah instrumen
untuk mengidentifikasi sinar γ yang dipancarkan oleh unsur yang bersifat racun.
Tumbukan neutron dengan unsur-unsur di
dalam contoh akan menghasilkan unsur
beracun yang memancarkan sinar γ (Susetyo
1998)
Perangkat Spektrometer Gamma
Spektrometer gamma terdiri dari detektor
semikonduktor Ge, sumber tegangan tinggi,
penguat awal, penguat, penganalisis salur
ganda (multi channel analyzer), dan unit
pengolahan data (Gambar 2).
Penguat awal berfungsi untuk melakukan
amplifikasi awal terhadap pulsa luaran
detektor, pembentukan pulsa pendahuluan,
dan merubah muatan menjadi tegangan pada
pulsa luaran detektor. Penguat berfungsi untuk
mempertinggi pulsa dan memberikan bentuk
pulsa, sedangkan penganalisis salur ganda
adalah sebuah alat yang terdiri dari sebuah
unit atau lebih ADC, memori, layar
oscilloscope, unit pengolahan data, built in
amplifier, dan lain-lain.
Interaksi sinar γ dengan detektor akan
menghasilkan sinyal pulsa yang tingginya
sesuai dengan energi foton γ yang mengenai
detektor. Pulsa yang dihasilkan akan diperkuat
dan dibentuk dalam penguat awal kemudian
penguat. Selanjutnya pulsa yang telah
diperkuat tersebut dikirim ke alat yang dapat
memilah-milah pulsa menurut tingginya, yaitu
penganalisis salur ganda. Pulsa dengan tinggi
tertentu akan dicatat cacahnya dengan nomor
salur tertentu.
Gambar 2 Skema perangkat spektrometer
gamma
Detektor
Pada penggunaan spektrometer gamma
diperlukan detektor semikonduktor Ge yang
apabila dikenai sinar γ akan mengubah beda
potensial menimbulkan sinyal pulsa. Detektor
Ge dioperasikan pada suhu yang sangat
rendah. Biasanya alat ini didinginkan dengan
nitrogen cair yang mempunyai suhu 77 K.
Oleh karena itu, detektor Ge dimasukkan
dalam dewar nitrogen cair yang disebut
kriostat. Sistem kriostat detektor HP Ge
terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Sistem kriostat detektor Ge
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah 10 jenis
ikan laut yang berasal dari perairan Gresik
(Lampiran 1), standar referensi (SRM)
Pepperbush (Nies No. 1) dari International
Atomic Energy Agency (IAEA), standar
5
multienergi 152Eu, 60Co, dan 137Cs, serta bahan
penunjang seperti etanol, dan N2 cair.
Peralatan yang digunakan adalah fasilitas
iradiasi Reaktor Serbaguna GA Siwabessy,
P2TRR
Batan,
Serpong;
perangkat
spektrometer gamma yang dilengkapi dengan
kriostat model 7500 SL, detektor model GC
10%, penguat awal model 2002 CSL, penguat
spektroskopi model 452, sumber tegangan
tinggi (HV) model 426 1A, dan komputer.
Selain itu, digunakan juga alat penunjang
seperti neraca analitik, oven, mortar agat, dan
kantung polietilena.
salur puncak spektrum, menghasilkan kurva
kalibrasi energi yang linear. Kurva kalibrasi
energi tersebut digunakan untuk mengidentifikasi jenis unsur yang ada dalam contoh
sesuai energi yang ada.
Pengukuran kuantitatif. Konsentrasi
unsur dalam contoh dihitung dengan cara
membandingkan intensitas unsur dalam
contoh dengan standar yang sudah diketahui
konsentrasinya. Konsentrasi unsur dalam
contoh dapat dihitung berdasarkan rumus
Ic
Cc =
Persiapan Contoh dan Standar
Contoh ikan yang diperoleh dari perairan
Gresik dibersihkan dan dicuci kemudian
dipisahkan bagian daging dan jeroannya.
Contoh tersebut ditimbang bobot awalnya,
lalu dikeringkan dalam oven suhu 60 °C
selama ± 72 jam sampai bobot konstan dan
digerus sampai halus. Contoh dan standar
acuan Pepperbush (Nies No. 1) dari IAEA
masing-masing ditimbang sebanyak ± 0,5
gram kemudian dimasukkan ke dalam kantung
polietilena, ditutup rapat dan dibungkus
dengan kertas aluminium. Contoh dan standar
siap diaktivasi.
Proses Aktivasi Neutron pada Contoh dan
Standar
Contoh dan standar acuan yang telah
disiapkan diaktivasi di Reaktor GA
Siwabessy, P2TRR Batan, Serpong. Aktivasi
meng-gunakan neutron dengan fluks 1013 n
cm-2 detik-1 selama 15 menit. Setelah
diaktivasi, contoh dan standar acuan
didinginkan selama 3–7 hari hingga waktu
mati alat menunjukkan kurang dari 10%.
Diagram alir dari penelitian ini
diperlihatkan pada Lampiran 2.
Pencacahan
Pencacahan terdiri dari pengukuran
kualitatif dan kuantitatif dimaksudkan untuk
mengetahui jenis dan jumlah logam dalam
contoh.
Pengukuran kualitatif. Contoh dan
standar yang telah diaktivasi diukur
menggunakan spektrometer gamma. Sebelum
peralatan tersebut digunakan, alat dikalibrasi
dengan isotop multienergi 152Eu, 60Co, dan
137
Cs. Diperoleh energi γ dari setiap isotop,
yang kemudian dihubungkan dengan nomor
x Cs
Is
Metode Penelitian
Cc = konsentrasi logam dalam contoh (ppm)
Cs = konsentrasi logam dalam standar (ppm)
Ic = intensitas isotop logam dalam contoh
(cps)
Is = intensitas isotop logam dalam standar
(cps)
cps = cacah per detik (count per seconds)
Analisis Statistik
Data kandungan logam berat dari tiap-tiap
ikan dianalisis secara statistik menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL). Model
rancangan tersebut adalah
Yij
i
j
= μ + αi + εij
= 1,...,n
= 1,...,n
Yij
= kandungan logam dalam ikan
yang
dipengaruhi
oleh
pengulangan pengukuran ke–j
dan jenis ikan ke–i
= konsentrasi rata-rata logam dalam
contoh
= pengaruh jenis ikan ke–i
= pengaruh galat percobaan pada
ulangan ke–j dari jenis ikan ke–i
μ
αi
εij
Hipotesis yang akan diuji adalah
Ho : μ1 = μ2 = ... = μn = 0 (tidak ada
perbedaan nyata konsentrasi logam
dalam tiap-tiap jenis ikan)
H1 : μ1 ≠ μ2 ≠ ... ≠ μn (minimal ada satu jenis
ikan yang memberikan perbedaan
konsentrasi logam).
Uji lanjut Duncan (Mattjik et al. 2002)
Rp = rp x KTG / r
Rp
= wilayah nyata terkecil
6
rp
KTG
r
= wilayah nyata dari student
= kuadrat tengah galat
= ulangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil kalibrasi energi yang digunakan
untuk uji kualitatif logam dalam contoh
terlihat pada Tabel 1 dan kurva kalibrasi
energi terlihat pada Gambar 4.
Tabel 1 Hasil kalibrasi spektrometer gamma
menggunakan standar multienergi
152
Eu, 60Co, dan 137Cs
Sumber Energi (keV) No. salur
152
Eu
121.78
624
244.69
1269
344.29
1792
411.12
2144
443.89
2318
778.92
4079
867.38
4546
964.11
5052
1085.89
5695
1112.08
5832
1408
7390
137
Cs
661.66
3483
60
Co
1173.24
6191
1332.5
7035
Energi (keV)
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui
adanya hubungan antara nomor salur puncak
spektrum dengan energi γ yang linear. Makin
tinggi nomor salur puncak spektrum, makin
tinggi pula energi γ yang dipancarkan.
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
y = 0.1895x + 4.4311
R2 = 0.9999
0
2000
4000
6000
Nomor salur
Gambar 4 Kurva kalibrasi energi isotop
multienergi 152Eu, 60Co, dan 137Cs
Berdasarkan kurva kalibrasi energi yang linear
tersebut, maka dapat dilakukan uji kualitatif.
Hasil uji kualitatif logam berat beberapa
contoh dapat terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil uji kualitatif logam berat dalam
contoh dengan menggunakan metode
APN
Logam
Energi γ
No. salur
Isotop
berat
(keV)
203
1450
279.20
Hg
Hg
51
1665
320.08
Cr
Cr
76
As
As
2927
559.10
122
Sb
Sb
2954
564.24
86
5658
1076.6
Rb
Rb
59
Fe
Fe
5777
1099.25
65
Zn
Zn
5863
1115.55
60
6168
1173.24
Co
Co
47
Ca
Ca
6821
1297.09
24
Na
Na
7199
1368.60
Jenis logam berat yang ditemukan dalam
contoh ikan adalah Hg, Cr, As, Sb, Cs, Rb, Fe,
Zn, Ca, dan Na. Di antara unsur-unsur
tersebut, pada penelitian ini dibahas logam
beracun Hg dan As. Konsentrasi logam berat
dalam
contoh
dihitung
menggunakan
konsentrasi standar referensi Pepperbush
(Nies No. 1) seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Konsentrasi beberapa unsur dalam
standar Pepperbush (Nies No.1)
Konsentrasi
Intensitas
Unsur
(mg/kg)
(cps/g)
As
2.30
0.5496
Cd
6.70
0.0000
Cr
1.30
1.7169
Fe
205.00
1.0063
Hg
0.06
0.3810
Rb
75.00
3.6931
Na
106.00
0.1434
8000
Zn
340.00
8.8914
Cs
1.20
1.9630
Co
23.00
14.6474
Hasil uji kuantitatif menggunakan standar
acuan menghasilkan konsentrasi Hg dan As
seperti terlihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Kandungan Hg
Merkuri diukur sebagai 203Hg berdasarkan
reaksi 202Hg (n, γ) 203Hg pada energi γ 279.20
7
keV (81.46%) dengan waktu paruh 46.61 hari
(Lampiran 3). Spektrum Hg pada ikan dapat
terlihat pada Lampiran 4. Kisaran konsentrasi
Hg dalam daging ikan adalah 0.0578–0.6449
mg/kg bobot kering (Lampiran 5). Nilai ini
masih berada di bawah kadar maksimum Hg
untuk ikan dan hasil olahannya yang
ditetapkan oleh kebanyakan negara, yaitu
sebesar 0.5 mg/kg (Hasymi et al. 1993; Dinas
Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta 2004),
kecuali pada ikan sembilang, yakni sebesar
0.6449 mg/kg.
metabolisme ikan juga dapat mempengaruhi
jumlah kandungan logam dalam tubuhnya.
Makin besar ukuran ikan, kecepatan
metabolisme makin meningkat (Sjahrul 1999).
Hasil analisis sidik ragam Hg dalam
daging dan jeroan ikan menunjukkan
perbedaan yang nyata (Lampiran 7 dan 8). Uji
lanjut dengan Duncan menunjukkan bahwa
konsentrasi Hg pada ikan mujair laut,
sembilang, dan gulamah relatif lebih tinggi
dan berbeda nyata dibandingkan dengan jenis
ikan lainnya (Lampiran 5).
Tabel 4 Konsentrasi Hg (mg/kg bobot kering)
dalam ikan perairan Gresik
Ikan
Daging Jeroan
Bulu ayam
0.1833
0.0710
Tiga waja
0.1821
0.1373
Mujair laut
0.3020
0.0965
Sembilang
0.6449
0.1510
Lidah
0.1503
0.1190
Peperek
0.2461
0.0354
Japuh
0.0946
0.2848
Kerong-kerong
0.0578
0.0501
Belanak
0.0898
0.0480
Gulamah
0.3298
0.3270
Kandungan As
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kandungan Hg dalam daging dari kelompok
ikan demersal (ikan tiga waja, mujair laut,
sembilang, lidah, dan gulamah) lebih besar
dibandingkan dengan jenis ikan pelagis (ikan
bulu ayam, peperek, kerong-kerong, japuh dan
belanak). Logam merkuri mempunyai sifat
yang stabil dalam lingkungan sedimen,
sehingga kadar merkuri akan lebih banyak
masuk dalam tubuh jenis ikan demersal
daripada pelagis (Pramesti et al. 1996). WHO
(2003) menetapkan nilai toleransi asupan
maksimum Hg total per minggu adalah 1.6
μg/kg bb. Untuk bobot badan (bb) 60 kg,
asupan maksimum Hg sebesar 0.096
mg/minggu.
Berdasarkan
hasil
yang
diperoleh, maka asupan maksimum ikan segar
per minggu per orang yang direkomendasikan
adalah 0,9275–6,4865 kg (Lampiran 6).
Kandungan Hg di jeroan ikan sebesar
0.0354–0.3270 mg/kg bobot kering. Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
adanya
kecenderungan
bahwa
daging
ikan
mengandung Hg lebih besar daripada
jeroannya. Hanya sedikit informasi yang
menyebutkan bahwa Hg diekskresikan
melalui saluran pencernaan, dalam hal ini
jeroan, lebih banyak diekskresikan melalui
saluran permukaan (kulit). Berdasarkan hal
tersebut, kandungan Hg pada jeroan ikan lebih
kecil (Friberg et al. 1979). Kecepatan
Arsenik diukur sebagai 76As berdasarkan
reaksi 75As (n, γ) 76As pada energi γ 559.10
keV (44.60%) dengan waktu paruh 26.32 jam
(Lampiran 3). Spektrum As pada ikan dapat
terlihat pada Lampiran 9. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kandungan As pada
daging ikan perairan Gresik berkisar 1.3116–
11.4314 mg/kg bobot kering (Lampiran 5).
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993)
dalam Lestari (2003); Dinas Perikanan dan
Kelautan DKI Jakarta (2004), batas
maksimum As dalam ikan, yaitu 2 mg/kg.
Kandungan As beberapa ikan pelagis dan ikan
demersal lebih besar dibandingkan dengan
batas maksimum yang ada, kecuali pada ikan
bulu ayam dan gulamah (Tabel 5).
Tabel 5 Konsentrasi As (mg/kg bobot kering)
dalam ikan perairan Gresik
Ikan
Daging
Jeroan
Bulu ayam
1.3116
1.8867
Tiga waja
2.1457
2.4625
Mujair laut
3.0689
4.7520
Sembilang
3.5710
5.5402
Lidah
5.0025
6.9300
Peperek
7.3213
14.8266
Japuh
8.9450
10.4749
Kerong-kerong
11.4314
2.7886
Belanak
9.2296
9.8229
Gulamah
1.6978
2.7372
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan
kerong-kerong, japuh, dan belanak memiliki
kandungan As yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis ikan lainnya. Akumulasi logam
ke dalam tubuh ikan tidak hanya melalui
makanan, tetapi juga melalui interaksi
langsung dengan lingkungan perairan (melalui
kulit dan insang). Seperti diketahui, di daerah
Gresik terdapat beberapa industri yang
berpotensi menghasilkan limbah mengandung
As. Menurut Friberg et al. (1979), industri
pestisida
dan
herbisida,
berpotensi
8
melepaskan sejumlah As ke lingkungan
sekitarnya. Menurut Anonim (1994) dan BPS
(2001) dalam Mellawati (2004), beberapa
industri yang ada di sekitar Perairan Gresik,
yaitu industri pestisida, industri kayu lapis dan
papan tulis, serta industri gelas.
Nilai asupan maksimum As per hari adalah
3 x 10-4 mg/kg bb, artinya per 60 kg bobot
badan, maksimum asupan As yang
diperbolehkan adalah 0.018 mg/hari atau
0.126 mg/minggu. Berdasarkan hasil tersebut,
maka asupan maksimum ikan segar yang
diperbolehkan per minggu, per orang adalah
0.0431–0.5285 kg (Lampiran 6).
Berdasarkan sebarannya ke bagian tubuh
ikan, maka ada kecenderungan konsentrasi As
di bagian jeroan ikan lebih besar daripada
bagian daging, yaitu berkisar 1.8867–14.8266
mg/kg bobot kering, kecuali pada ikan
kerong-kerong. Organ target pada hewan
adalah hati dan ginjal. Selain itu, As lebih
banyak diekskresikan melalui ginjal, hanya
sebagian yang diekskresikan melalui feses,
sehingga konsentrasi As pada bagian tersebut
(jeroan) lebih tinggi daripada bagian lainnya
(Friberg et al. 1979). Menurut Connel 1995,
sebaran konsentrasi logam pada organ dan
jaringan ikan berturut-turut adalah hati dan
ginjal > insang > kepala > bagian lain, dengan
kata lain bahwa logam tersimpan lebih banyak
pada bagian jeroan daripada daging.
Menggunakan analisis sidik ragam
diketahui bahwa konsentrasi As dalam tiap
ikan (daging dan jeroan) berbeda nyata
(Lampiran 10 dan 11). Uji lanjut dengan
Duncan menunjukkan bahwa konsentrasi As
pada ikan bulu ayam, tiga waja, lidah,
peperek, japuh, kerong-kerong, belanak, dan
gulamah berbeda nyata.
Secara umum terlihat bahwa konsentrasi
As dalam ikan lebih besar dibandingkan
dengan Hg. Hal ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan, terutama kegiatan industri di
sekitar kawasan pengambilan contoh, seperti
industri kayu lapis dan pestisida. Menurut Sari
(2000), As dilepaskan oleh industri
insektisida, pembasmi gulma, dan bahan
pengawet kayu.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Metode Analisis Pengaktifan Neutron
(APN) dapat digunakan untuk analisis logam
Hg dan As dalam ikan.
Konsentrasi Hg pada daging dan jeroan
ikan yang diperoleh dari Perairan Gresik
masing-masing adalah 0.0578–0.6449 mg/kg
bobot kering dan 0.0354–0.3270 mg/kg bobot
kering, sedangkan konsentrasi As pada daging
dan jeroan ikan masing-masing adalah
1.3116–11.4314 mg/kg bobot kering dan
1.8867–14.8266 mg/kg bobot kering.
Pada ikan sembilang, kandungan Hg
melebihi ambang batas bila dibandingkan
dengan nilai maksimum kandungan logam
berat yang diperbolehkan pada ikan.
Kandungan As pada beberapa jenis ikan lebih
tinggi dari ambang batas yang diperbolehkan,
kecuali pada ikan bulu ayam dan gulamah.
Saran
Dapat dilakukan analisis logam berat untuk
bagian ikan yang lebih spesifik, misalnya hati,
ginjal, insang, dan organ lainnya, sehingga
dapat lebih jelas dilihat pengaruh distribusi
logam berat. Selain itu, dapat dilakukan
analisis pada organisme air lainnya seperti
bentos dan udang.
DAFTAR PUSTAKA
Abudarin. 1994. Pengaruh beberapa parameter
pada analisis spesiasi arsen dengan
gabungan
HPLC-AAS
[tesis].
Yogyakarta: Program Pascasarjana,
Universitas Gajah Mada.
Agustono et al. 1995. Deteksi logam berat
pada ikan yang tertangkap dari
beberapa sungai di kodya Surabaya
[laporan
penelitian].
Surabaya:
Fakultas
Kedokteran
Hewan,
Universitas Airlangga.
Brian
GW.
1976.
Heavy
Metals
Contamination in The Sea. Di dalam:
Johnson, editor. In Marine Pollution.
London: Academic Press.
Connel DW. 1995. Bioakumulasi Senyawa
Xenobiotik. Jakarta: UI-Press.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi
Makhluk Hidup. Jakarta: UI-Press.
Departemen Kesehatan RI. 1987. Seminar
manfaat ikan bagi pembangunan
sumber daya manusia. Jakarta:
Kantor
Menteri
Negara
Kependudukan dan Lingkungan
Hidup.
Dinas Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta.
2004.
http://www.terranet.or.id/goto_berita.
php?id=8886. [17 Mei 2004]
9
Diniah. 1995. Korelasi antara kandungan
logam berat Hg, Cd, dan Pb pada
beberapa ikan konsumsi dengan
tingkat pencemaran di Perairan Teluk
Jakarta [tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana,
Institut
Pertanian
Bogor.
Fajri NE. 2001. Analisis kandungan logam
berat Hg, Cd, dan Pb dalam air laut,
sedimen, dan tiram (Carassostrea
cucullata) di perairan pesisir
Kecamatan
Pedes,
Kabupaten
Karawang, Jawa Barat [tesis]. Bogor:
Program
Pascasarjana,
Institut
Pertanian Bogor.
Friberg L, Nordberg G, Vouk V. 1979.
Handbook on the Toxicology of
Metals. North Holland: Elsevier.
Hasymi A, Asmawi S, Yunita R. 1993.
Analisis kandungan logam berat
dalam daging ikan dan udang di
Perairan Alalak Sungai Barito
Kalimantan
Selatan
[laporan
penelitian]. Kalimantan Selatan:
Fakultas
Perikanan
Universitas
Lambung Mangkurat.
Hutagalung. 1991. Pencemaran Laut oleh
Logam
Berat.
Jakarta:
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Oseanologi LIPI.
IAEA. 1990. Practical Aspect of Operating a
Neutron
Activation
Analysis
Laboratory. Vienna: International
Atomic Energy Agency, IAEATecdoc-564.
Johnston R. 1976. Marine Pollution. London:
Academic Press.
Lestari E. 2003. Tingkat cemaran logam berat
beracun Hg, Cd, As pada ikan laut
dengan metode analisis aktivasi
neutron (AAN) [skripsi]. Jakarta:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Jakarta.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002.
Perancangan Percobaan dengan
Aplikasi SAS dan Minitab. Jilid I Ed.
ke-2. Bogor: IPB Press.
Mellawati J. 2004. Pencemaran lingkungan
oleh unsur radionuklida alam 238U,
232
Th dan 226Ra di sekitar kawasan
industri fosfat (kajian di Perairan
Pesisir Gresik) [disertasi]. Bogor :
Program
Pascasarjana,
Institut
Pertanian Bogor.
Pramesti R et al. 1996. Kajian logam berat
(merkuri) terhadap ikan konsumsi di
Perairan
Semarang
[laporan
penelitian]. Semarang: Fakultas Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro.
Saeni MS. 1989. Kimia lingkungan. Bogor:
PAU-Ilmu Hayat IPB.
Sanusi HS. 1985. Akumulasi logam berat Hg
dan Cd pada tubuh ikan bandeng
(Chanos chanos Forskal) [disertasi].
Bogor:
Program
Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Sari NME. 2000. Analisis tingkat kecemaran
logam berat dalam air sungai
Ciliwung dengan metode analisis
aktivasi neutron [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Sjahrul M. 1999. Studi konsentrasi Cd, Cu,
Fe, dan Pb dalam organ tubuh udang
windu (Penaeus monodon fabricius)
dan ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal). Bogor: Buletin Kimia
No.14 Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Skoog DA, Hoeler FJ, Nieman TA. 1998.
Principles of Instrumental Analysis.
Ed. ke-5. Florida: Harcourt Brace
College Publishers.
Susetyo W. 1998. Spektrometri Gamma dan
Penerapannya
dalam
Analisis
Aktivasi Neutron. Yogyakarta: UGM
Press.
Wattiheluw S. 1988. Kajian logam berat di
Perairan
Teluk
Baguala
dan
penyebaran akumulasinya di dalam
beberapa organ tubuh ikan [tesis].
Yogyakarta: Program Pascasarjana,
Universitas Gajah Mada.
Yudhastuti R, Sulistyorini L, Purnomo W.
1999. Pengaruh logam berat merkuri
(Hg) pada ikan mujair dan kesehatan
masyarakat pemakan ikan mujair di
Kotamadya
Surabaya
[laporan
penelitian].
Surabaya:
Fakultas
Kesehatan Masyarkat, Universitas
Airlangga.
LAMPIRAN
11
Lampiran 1 Data ikan yang dianalisis
Jenis ikan
Bulu ayam
Tiga waja
Mujair laut
Sembilang
Lidah
Peperek
Japuh
Kerong-kerong
Belanak
Gulamah
Nama latin
Thryssa seitrostris
Johnius dussumieri
Tilapia mosambicca
Canine catfish eet
Cygnoglossus lingua
Leiognathus splendens
Dussumieria actua
Therapon jarbua
Valamugih speigleri
Pseudociena amoyensis
Lampiran 2 Diagram alir prosedur kerja
Contoh
ikan
daging
Dicuci bersih
Dipisahkan
jeroan
Dikeringkan Oven 60 ˚C
hingga bobot konstan
Dihaluskan
Ditimbang ±
0,5 gram
Ditutup
rapat
Dimasukkan dalam
kantung polietilena
Diiradiasi dengan neutron
termal, fluks 1013 n cm-2 detik-1
selama 15 menit
Pendinginan
3-7 hari
Pencacahan (pengukuran)
dengan Spektrometer Gama
12
Lampiran 3 Data parameter nuklir beberapa unsur yang dianalisis
203
Hg
46.61 hari
279.20
Kelimpahan
isotop (%)
81.46
51
Cr
27.7 hari
320.08
10.08
50
76
As
2632 jam
559.10
44.60
75
563.23
1.20
657.05
6.17
1212.92
1.44
1216.08
3.42
1228.52
1.22
564.24
69.30
692.65
3.78
563.23
8.38
569.32
15.43
604.70
97.56
795.85
85.44
801.93
8.73
1365.15
3.04
18.66 hari
1076.60
8.78
85
44.5 hari
142.65
1.02
58
192.35
3.08
1099.25
56.50
1291.60
43.20
Isotop
122
Sb
134
Cs
86
Rb
59
Fe
Waktu paruh
2.70 hari
2.06 tahun
Energi (keV)
Reaksi
202
Hg (n, γ) 203Hg
Cr (n, γ) 51Cr
As (n, γ) 76As
121
Sb (n, γ) 122Sb
133
Cs (n, γ) 134Cs
Rb (n, γ) 86Rb
Fe (n, γ) 59Fe
65
243.9 hari
1115.55
50.70
64
47
4.54 hari
489.23
6.51
46
807.86
6.51
1297.09
74.00
1368.60
100.00
2754.00
99.94
Zn
Ca
24
Na
14.96 jam
Sumber : IAEA, 1990
Zn (n, γ) 65Zn
Ca (n, γ) 47Ca
23
Na (n, γ) 24Na
Hg
Lampiran 4 Spektrum Hg pada ikan dengan metode Analisis Pengaktifan Neutron (APN)
13
14
Lampiran 5 Uji kuantitatif Hg dan As dalam ikan
Penentuan konsentrasi Hg dan As dalam contoh dihitung berdasarkan rumus
Ic
Cc =
x Cs
Is
Contoh perhitungan
Konsentrasi Hg pada ikan bulu ayam ( Ic = 1.1641 cps/g):
Konsentrasi Hg =
1.1641cps / g
x 0.06 mg/kg
0.3810cps / g
= 0.1833 mg/kg
Konsentrasi As pada ikan bulu ayam ( Ic = 0.3134 cps/g):
Konsentrasi As =
0.3134cps / g
x 2.30 mg/kg
0.5496cps / g
= 1.3116 mg/kg
Lampiran 6 Konversi konsentrasi Hg dan As dalam ikan
Jenis ikan
Bulu ayam
Tiga waja
Mujair laut
Sembilang
Lidah
Peperek
Japuh
Kerong-kerong
Belanak
Gulamah
Kadar
air
(%)
81.82
80.76
83.05
83.95
83.43
81.36
81.72
74.45
83.07
82.21
Hg
mg/kg
bobot kering
0.1833
0.1821
0.3020
0.6449
0.1503
0.2461
0.0946
0.0578
0.0898
0.3298
As
mg/kg
bobot basah
0.0333
0.0350
0.0512
0.1035
0.0249
0.0459
0.0173
0.0148
0.0152
0.0587
Contoh perhitungan
Asupan maksimum ikan segar (Hg) pada ikan bulu ayam:
0.096mg
= 2.8829 kg
0.0333mg / kgbobotbasah
Asupan maksimum ikan segar (As) pada ikan bulu ayam:
0.018mg
= 0.0755 kg
0.2384mg / kgbobotbasah
mg/kg
bobot kering
1.3116
2.1457
3.0689
3.5710
5.0025
7.3213
8.9450
11.4314
9.2296
1.6978
mg/kg bobot
basah
0.2384
0.4128
0.5202
0.5731
0.8289
1.3647
1.6351
2.9207
1.5626
0.3020
15
Lampiran 7 Hasil analisis statistik Hg dalam daging ikan
(a). Analisis sidik ragam kadar Hg daging ikan
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F-hitung
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Perlakuan
9
0.7979
0.0886
20.1364**
Galat
20
0.0872
0.0044
Total
29
0.8851
Keterangan : ** F-hitung > F-tabel, menunjukkan beda nyata
F-tabel
5%
10%
2.393 3.457
(b). Perbandingan nilai tengah menggunakan uji Duncan
Perlakuan
Nilai
perbedaan
0.0012
0.1187
0.4616*
0.0330
0.0628
0.0887
0.1255
0.0935
0.1465*
0.1199
0.4628*
0.0318
0.0640
0.0875
0.1243
Perlakuan
Nilai
perbedaan
0.0923
0.1477*
0.3429*
0.1517*
0.0559
0.2074*
0.2442*
0.2122*
0.0278
0.4946*
0.3988*
0.5503*
0.5871*
0.5551*
0.3151*
Perlakuan
Nilai
perbedaan
0.0958
0.0557
0.0925
0.0605
0.1795*
0.1515*
0.1883*
0.1563*
0.0837
0.0368
0.0048
0.2352*
0.0320
0.0272
0.2400*
A-B
B-I
E-F
A-C
B-J
E-G
A-D
C-D
E-H
A-E
C-E
E-I
A-F
C-F
E-J
A-G
C-G
F-G
A-H
C-H
F-H
A-I
C-I
F-I
A-J
C-J
F-J
B-C
D-E
G-H
B-D
D-F
G-I
B-E
D-G
G-J
B-F
D-H
H-I
B-G
D-I
H-J
B-H
D-J
I-J
Keterangan :
Rp = nilai Duncan = 0.1299
* = nilai perbedaan > Rp, menunjukkan beda nyata
A = Bulu ayam; B = Tiga waja; C = Mujair laut; D = Sembilang; E = Lidah; F = Peperek;
G = Japuh; H = Kerong-kerong; I = Belanak; J = Gulamah
16
Lampiran 8 Hasil analisis statistik Hg dalam jeroan ikan
(a). Analisis sidik ragam kadar Hg jeroan ikan
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F-hitung
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Perlakuan
9
0.4707
0.0523
10.8958**
Galat
20
0.0971
0.0048
Total
29
0.5678
Keterangan : ** F-hitung > F-tabel, menunjukkan beda nyata
F-tabel
5%
10%
2.393 3.457
(b). Perbandingan nilai tengah menggunakan uji Duncan
Perlakuan
Nilai
perbedaan
0.0663
0.0255
0.0800
0.0409
0.0356
0.2138*
0.0209
0.0230
0.2560*
0.0408
0.0137
0.0254
0.1019
0.1475*
0.0872
Perlakuan
Nilai
perbedaan
0.0893
0.1897*
0.0545
0.0154
0.0611
0.1883*
0.0464
0.0485
0.2305*
0.0391
0.1156
0.1338
0.1009
0.1030
0.1760*
Perlakuan
Nilai
perbedaan
0.0765
0.1729*
0.0618
0.0639
0.2151*
0.2494*
0.0147
0.0126
0.2916*
0.2347*
0.2368*
0.0422
0.0021
0.2769*
0.2790*
A-B
B-I
E-F
A-C
B-J
E-G
A-D
C-D
E-H
A-E
C-E
E-I
A-F
C-F
E-J
A-G
C-G
F-G
A-H
C-H
F-H
A-I
C-I
F-I
A-J
C-J
F-J
B-C
D-E
G-H
B-D
D-F
G-I
B-E
D-G
G-J
B-F
D-H
H-I
B-G
D-I
H-J
B-H
D-J
I-J
Keterangan :
Rp = nilai Duncan = 0.1356
* = nilai perbedaan > Rp, menunjukkan beda nyata
A = Bulu ayam; B = Tiga waja; C = Mujair laut; D = Sembilang; E = Lidah; F = Peperek;
G = Japuh; H = Kerong-kerong; I = Belanak; J = Gulamah
As
Lampiran 9 Spektrum As pada ikan dengan metode Analisis Pengaktifan Neutron (APN)
17
18
Lampiran 10 Hasil analisis statistik As dalam daging ikan
(a). Analisis sidik ragam kadar As daging ikan
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F-hitung
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Perlakuan
9
351.7349
39.0816
25.6862**
Galat
20
30.4300
1.5215
Total
29
382.1649
Keterangan : ** F-hitung > F-tabel, menunjukkan beda nyata
F-tabel
5%
10%
2.393 3.457
(b). Perbandingan nilai tengah menggunakan uji Duncan
A-B
A-C
A-D
A-E
A-F
A-G
A-H
A-I
A-J
B-C
B-D
B-E
B-F
Nilai
perbedaan
0.8341
1.7573
2.2594
3.6909*
6.0097*
7.6334*
10.1198*
7.9180*
0.3862
0.9232
1.4253
2.8568*
5.1756*
B-G
B-H
6.7993*
9.2857*
Perlakuan
B-I
B-J
C-D
C-E
C-F
C-G
C-H
C-I
C-J
D-E
D-F
D-G
D-H
Nilai
perbedaan
7.0839*
0.4479
0.5021
1.9336
4.2524*
5.8761*
8.3625*
6.1607*
1.3711
1.4315
3.7503*
5.3740*
7.8604*
D-I
D-J
5.6586*
1.8732
Perlakuan
E-F
E-G
E-H
E-I
E-J
F-G
F-H
F-I
F-J
G-H
G-I
G-J
H-I
Nilai
perbedaan
2.3188
3.9425*
6.4289*
4.2271*
3.3047*
1.6237
4.1101*
1.9083
5.6235*
2.4864*
0.2846
7.2472*
2.2018
H-J
I-J
9.7336*
7.5318*
Perlakuan
Keterangan :
Rp = nilai Duncan = 2.4151
* = nilai perbedaan > Rp, menunjukkan beda nyata
A = Bulu ayam; B = Tiga waja; C = Mujair laut; D = Sembilang; E = Lidah; F = Peperek;
G = Japuh; H = Kerong-kerong; I = Belanak; J = Gulamah
19
Lampiran 11 Hasil analisis statistik As dalam jeroan ikan
(a). Analisis sidik ragam kadar As jeroan ikan
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F-hitung
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Perlakuan
9
495.2416
55.0268
26.5138**
Galat
20
41.5071
2.0754
Total
29
536.7487
Keterangan : ** F-hitung > F-tabel, menunjukkan beda nyata
F-tabel
5%
10%
2.393 3.457
(b). Perbandingan nilai tengah menggunakan uji Duncan
Perlakuan
A-B
A-C
A-D
A-E
A-F
A-G
A-H
A-I
A-J
B-C
B-D
B-E
B-F
B-G
B-H
Nilai
perbedaan
0.5758
2.8653*
3.6535*
5.0433*
12.9399*
8.5882*
0.9019
7.9362*
0.8505
2.2895
3.0777*
4.4675*
12.3641*
8.0124*
0.3261
Perlakuan
B-I
B-J
C-D
C-E
C-F
C-G
C-H
C-I
C-J
D-E
D-F
D-G
D-H
D-I
D-J
Nilai
perbedaan
7.3604*
0.2747
0.7882
2.1780
10.0746*
5.7229*
1.9634
5.0709*
2.0148
1.3898
9.2864*
4.9347*
2.7516
4.2827*
2.8030
Perlakuan
E-F
E-G
E-H
E-I
E-J
F-G
F-H
F-I
F-J
G-H
G-I
G-J
H-I
H-J
I-J
Nilai
perbedaan
7.8966*
3.5449*
4.1414*
2.8929*
4.1928*
4.3517*
12.0380*
5.0037*
12.0894*
7.6863*
0.6520
7.7377*
7.0343*
0.0514
7.0857*
Keterangan :
Rp = nilai Duncan = 2.8203
* = nilai perbedaan > Rp, menunjukkan beda nyata
A = Bulu ayam; B = Tiga waja; C = Mujair laut; D = Sembilang; E = Lidah; F = Peperek;
G = Japuh; H = Kerong-kerong; I = Belanak; J = Gulamah
Download