Pengelolaan Keuangan Negara.

advertisement
PENGERTIAN TTG KEUANGAN NEGARA
Ada 2 keuntungan mempelajari ttg pengertian hal yaitu:
1.Kita dpt membedakan hal yg satu terhadap hal yg lain.
2.Kita dpt memahami dan membahasnya lebih dlm ttg sesuatu hal tsb.
Dmk juga terhadap keuangan negara, Sebelum kita membahasnya lebih dalam
mk perlu terlebih dahulu diketahui ttg apa itu keuangan negara.
Mengenai pengertian keuangan negara dpt dilihat dr berbagai aspek
yaitu bisa dilihat dr berbagai aspek yaitu bisa dilihat dr aspek hukum atau bisa
juga dilihat dr aspek doktrin{pendapat}.
Dilihat dr aspek hukum mk pengertian K N dpt dilihat dr UU no.17 Thn 20003
dan UU no.20 Thn 2001.
Sdgkan dr aspek doktrin dpt dilihat dr pendapat bbrp sarjana yg diantaranya
adlh; mnrt M.Hadi dan Van der Kemp.
Mnrt UU no.17/2003 ttg K N adlh semua hak dan kewajiban negara yg
dpt dinilai dgn uang, serta sgl sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
Yg dpt dijadikan milik negara berhubung dgn pelaksanaan hak dan kewajiban
tsb.
Jk dilihat dr pengertian ini,berarti K N dpt dibagi 2 dimensi yi:
1.Dlm arti luas
2.Dlm arti sempit
K N dlm arti luas meliputi hak dan kewajiban negara yg dpt dinilai dgn uang
termasuk barang milik negara yg tdk tercakup dlm anggaran negara.
Sdgkan K N dlm arti sempit yi; hanya terbatas pd hak dan kewajiban negara
yg dpt dinilai dgn uang, termasuk barang milik negara yg tercantum dlm
anggaran negara utk tahun ybs.
Adapun tujuan yg dibedakan antara yg luas dan yg sempit tadi adalah
utk memudahkan suatu pemahaman agar pihak-pihak yang berwenang dapt
mengelola keuangan negara secara baik dan tidak melanggar hukum, sehingga
secara mendasar/prinsip keuangan negara itu dapat dilakukan dengan erbagai
pendekatan, yaitu :
1
1. Dari sisi objek, yang dimaksud keuangan negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yg dpt dinilai dgn uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yg
dipisahkan,serta sgl sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yg dpt
dijadikan milik negara berhubung dgn pelaksanaan hak dan kewajiban tsb.
2. Dari sisi subjek, yg dimaksud dgn K N adlh meliputi seluruh objek sbgm
tersebut diatas yg dimiliki negara dan /atau dikuasai oleh pemerintah
pusat,pem.daerah,perusahaan
negara/daerah,dan
badan
lain
yg
ada
kaitannya dgn K N.
3. Dr sisi proses, K N mencakup seluruh rangkaian kegiatan yg berkaitan dgn
pengelolaan objek sbgm tsb diatas mulai dr perumusan kebijakan dan
penganbilan keputusan sampai dgn pertanggungjawaban.
4. Dari sisi tujuan, K N meliputi seluruh kebijakan, kegiata, dan hubungan HK
yg berkaitan pemilikan dan/atau penguasaan objek sbgm tsb diatas dlm
rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2001 sebagai pengganti UU No.
30 Tahun 1999 tentang Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (UUPTPK) didalam penjelesannya menyebutkan bahwa Keuangan
Negara itu adalah seluruh harta kekeyaan negara, dalam bentuk apapun, yang
dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian
kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul, karena :
1. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban pejabat
lembaga negara, baik ditingkat pusat maupun di daerah.
2. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban badan
usaha milik negara/badan usaha milik daerah, yayasan, badan hukum, dan
perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian
dengan negara.
Setelah dipahami mengenai pengertian keuangan negara dari aspek
hukum, perlu kiranya dimengerti tentang pengertian keuangan negara menurut
pendapat beberapa sarjana, antara lain :
1. Menurut M. Hadi menyebutkan bahwa keuangan negara adalah semua hak
dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala
2
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanan hak dan kewajiban dimaksud.
2. Menurut Van Der Kemp menyebutkan bahwa keuangan negara adalah
semua hak yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu
(baik berupa uang ataupun barang) yang dapat dijadikan milik negara
berhubungan dengan hak-hak tersebut.
3. Menurut Jimly Asshidiqie menyebutkan bahwa keuangan negara itu adalah
semua kegiatan yang berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran yang
berkaitan dengan keuangan negara, hal mana dapat tercermin didalam UUD
1945 yaitu semua uang negara, masuk dan keluarnya, diperhitungkan
seluruhnya melalui anggaran pendapatan dan belanja negara. Tidak ada
uang lain yang termasuk pengertian uang negara di luar anggaran
pendapatan dan belanja negara. Sedangkan anggaran pendapatan dan
belanja negara itu sendiri memilik dua aspek, yaitu :
a. Anggapan pendapatan, dan
b. Anggaran pengeluaran (belanja negara).
Ruang Lingkup Keuangan Negara
Setelah memahami tentang pengertian keuangan negara, dan didalam
pengertian keuangan negara tersebut terdapat ruang lingkup dari keuangan
negara itu sendiri yang dapat dilihat dan dimulai dari pengertiannya terutama
jika dilihat dari aspek hukum sebagaimana yang ditentukan dalam UU No. 17
Tahun 2003 dan UU No. 20 Tahun 2001. Menurut UU No. 17 Tahun 2003 Ttg
Keuangan Negara, ada kalimat yang menyebutkan bahwa keuangan negara itu
adalah “semua hak dan kewajiban negara”. Tentu saja dalam hal ini yang
menjadi ruang lingkup keuangan negara itu adalah apa saja yang menjadi hak
dan kewajiban negara itu.
Adapun hak-hak negara itu adalah sebagaimana yang disebutkan
menurut Pasal 2 huruf g dari UU No. 17 Tahun 2003, yaitu :
1. Hak negara untuk memungut pajak dan pungutan-pungutan lainnya. Pajak
apa saja yang dibebankan kepada masyarakat yang dapat dijadikan
3
kewajiban bagi masyarakat itu sendiri, misalnya pajak ekspor, import, pajak
pendapatan, pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan dan lain
sebagainya.
2. Hak negara untuk menciptakan uang dan mengedarkannya. Dalam hal
tertentu demi menjaga keseimbangan antara kebutuhan akan nilai uang
dengan pengeluaran keuangan negara, kadangkala negara memerlukan
untuk menciptakan uang baru, untuk itu negara dapat melakukan untuk
menciptakan uang dalam bentuk apa saja sesuai dengan kebutuhan dan
mengedarkannya.
3. Hak melakukan pinjaman. Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis
moneter di Indonesia, dimana nilai rupiah sangat merosot tajam dan negara
memerlukan uang dalam mengatasi pengembalian utang, untuk itu negara
melakukan pinjaman kepada IMF guna mengatasi krisis moneter.
4. Hak menerima hasil keuntungan. Adanya kerja sama bagi hasil antara
pemerintah Indonesia dengan Jepang yaitu PT Inalum, kerja sama dengan
Amerika yaitu PT Freeport, dan lain sebagainya.
5. Hak menerima hasil dari Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah. Penghasilan yang diperoleh dari usaha perkebunan, minyak,
kelistrikan, jawatan umum, perbankan dan sebagainya.
6. Hak menerima kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum.
Berakhirnya kontrak-kontrak kerja sama antara pemerintah dengan
perusahaan-perusahaan pihak asing, dilakukannya proses nasionalisasi
terhadap perusahaan asing, dan sebagainya.
7. Hak menerima kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan
fasilitas yang diberikan pemerintah. Pinjaman yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan kepada bank-bank pemerintah, pinjaman mana
menguntungkan perusahaan, sehingga dari keuntungan tersebut sebagian
diberikan kepada pemerintah sesuai dengan kesepakatan.
Sedangkan kewajiban negara itu adalah :
1. Kewajiban untuk mengeluarkan uang dalam pelaksanaan proyek-proyek
pemerintah, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah.
4
Pembangunan proyek Tol Medan-Tebing Tinggi atau Medan-Binjai yang
dilaksanakan sampai tahun 2020, atau kewajiban memberikan bantuan
bencana banjir, tanah longsor, gempa, tsunami dan sebagainya.
2. Menyelenggarakan tugas negara demi kepentingan masyarakat. Perlunya
pembangunan jalan-jalan, pembangunan mesjid dan tempat-tempat ibadah
lainnya, dan sebagainya.
3. Membayar hak-hak tagihan pihak lain. Banyaknya kontrak-kontrak kerja
sama dengan pihak lain untuk pinjaman luar negeri misalnya dengan IMF,
IGGI dan sebagainya.
Selain dari ruang lingkup yang tercakup dalam UU No. 17 Tahun 2003,
ruang lingkup keuangan negara menurut UU No. 20 Tahun 2001 yang
menyebutkan bahwa keuangan negara itu ada yang dipisahkan dan ada yang
diurus langsung oleh pemerintah. Menurut Harun Al. Rasyid berpendapat
bahwa keuangan negara yang diurus langsung oleh pemerintah adalah
keuangan negara dalam arti sempit (APBN/APBD) sebab keuangan negara
yang dipisahkan pengelolaannya sudah mempunyai aturan tersendiri
sebagaimana halnya perusahaan-perusahaan yang memiliki undang-undang
tersendiri, misalnya perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum sebagai
BUMN, berlaku Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang
Perbankan, keuangan yang dikelola oleh perusahaan ini misalnya Bank
Indonesia, keuangan Bank Indonesia termasuk keuangan yang dipisahkan,
demikian juga BUMN-BUMN lainnya yang semuanya diatur dengan undangundang tersendiri.
Dikaitkan dengan pengelolaan keuangan negara yang dipisahkan di
BUMN terlihat bahwa UU No. 17 tahun 2003 terlihat telah menegaskan
bahwa uang negara yang dipisahkan pada BUMN secara yuridis normatif
termasuk dalam keuangan negara sebagaimana diatur pada Pasal 2 huruf g
yang menyatakan bahwa kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola
sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga (obligasi), piutang,
barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah.
5
Pasal 1 butir 10 UU No. 19/2003 tentang BUMN mendefinisikan
kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan yang berasal dari APBN
untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero dan/atau Perum serta
Perseroan Terbatas lainnya. Sumber kekayaan negara yang berasal dari APBN
menunjukkan bahwa uang negara tersebut harus dipertanggungjawaban
kepada rakyar sebagai uang negara bersumber dari APBN. BUMN hanya
sebatas mengelolanya tetapi sifat kekayaan negara yang bersumber dari APBN
kiranya tidak menghilangkan karakteristiknya sebagai uang negara, meskipun
dikelola oleh BUMN Persero.
Keterkaitan Keuangan Negara Dengan Tugas Instansi Dan Lembaga
Pemerintahan
Setelah memahami tentang ruang lingkup keuangan negara, ternyata
hak dan kewajiban negara yang mencakup keuangan negara tersebut sangat
kompleks dan luas sekali, sehingga dalam pelaksanaannya keuangan negara
itu dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dalam kaitannya dengan instansi
pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya. Harus dibedakan
kedudukan antara instansi pemerintah dan lembaga pemerintahan, yang
dimaksud instansi pemerintah dalam hal ini adalah mulai dari Presiden dan
instansi yang berada dibawahnya, sedangkan lembaga pemerintahan dalam hal
ini berkaitan dengan lembaga-lembaga tinggi negara, misalnya DPR, Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK) dan sebagainya.
Dalam hal keuangan negara yang berkaitan dengan instansi pemerintah
dimulai dari Pasal 4 UUD 1945 setelah di amandemen yang menyebutkan
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan sesuai
dengan Undang-Undang, sehingga dengan sendirinya presiden sebagai kepala
pemerintahan berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
memegang kekuasaan yang tertinggi dalam pengelolaan keuangan negara, dan
berhubung kekuasaan presiden sangat luas, maka kekuasaan presiden tersebut
dengan serta merta dikuasakan kepada instansi yang berada di bawahnya,
yaitu :
6
1. Kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal (pajak dan bea) dan
wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.
2. Kepada Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna
barang kementerian yang dipimpinnya.
3. Kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintahan daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
4. Tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara lain
mengeluarkan dan mengedarkan uang yang diatur dengan undang-undang.
5. Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai
tujuan negara.
6. Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan
negara setiap tahun instansi-instansi terkait menyusun APBN/APBD.
Untuk lebih jelasnya berkaitan dengan tugas dari Menteri Keuangan yang
berkaitan dengan keuangan negara dapat dilihat dari Pasal 9 UU No. 17 Tahun
2003 yang menjelaskan bahwa Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal
mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Menyusun kebijaksanaan fiskal (pajak dan bea) dalam kerangka ekonomi
makro (ekonomi makro adalah mempelajari persoalan ekonomi secara
nasional,
seperti,
pertumbuhan
ekonomi
negara,
deflasi,
inflasi,
pengangguran, kemiskinan dan sebagainya).
2. Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN.
3. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran.
4. Melakukan perjanjian internasional dibidang keuangan, misalnya kerjasama
pinjaman uang dengan IMF.
5. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan
dengan undang-undang, misalnya PBB, PPn, dan sebagainya.
6. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara.
7. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN.
8. Melaksanakan tugas-tugas lain dibidang fiskal berdasarkan ketentuan
undang-undang
7
Jika dilihat dari banyaknya tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Menteri
Keuangan ini, maka dapatlah dikatakan bahwa Menteri Keuangan sebagai
Kepala Keuangan (chief financial officer) dari pemerintah Republik Indonesia
dalam
arti
luas.
Sedangkan
tugas-tugas
dari
Menteri
lain
atau
pimpinan/pimpinan lembaga lain yang dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Menyusun anggaran kementerian kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya.
2. Menyusun dokumen pelaksanan anggaran.
3. Melaksanakan anggaran kementerian/lembaga yang dipimpinnya.
4. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak (PNPB) dan
menyetorkannya ke kas negara. Misalnya penerimaan yang bersumber dari
pengelolaan dana pemerintah, penerimaan dan pemanfatan sumber daya
alam, penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan negara yang dipisahkan,
penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah,
penerimaan berdasarkan putusan Pengadilan dan yang berasal dari
pengenaan denda administrasi, penerimaan berupa hibah yang merupakan
hak pemerintah, termasuk juga penerimaan kembali anggaran (sisa
anggaran rutin dan sisa anggaran pembangunan), penerimaan hasil
penjualan dan penyewaan barang/kekayaan negara, dan lain-lain yang diatur
dengan undang-undang.
5. Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian/lembaga negara yang dipimpinnya.
6. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian/lembaga
negara yang dipimpinnya.
Jika dilihat dari tugas-tugas Menteri/Pimpinan lembaga negara tersebut
yang boleh dikatakan sebagai pelaksana tugas dari keuangan negara, maka
Menteri/Pimpinan lembaga negara ini disebut dengan Kepala Operasional
Keuangan (chief operational officer) untuk bidang tertentu di pemerintahan.
Selain dari tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Menteri Keuangan dan
Menteri lain/Pimpinan Lembaga Negara lainnya dalam kaitannya dengan
keuangan
negara,
tidak
Gubernur/Bupati/Walikota,
kalah
meskipun
8
pentingnya
instansi
ini
adalah
bukan
tugas
merupakan
pemerintah pusat, namun instansi ini merupakan pemerintah dalam arti luas
yang tidak dapat dipisahkan dengan pemerintah pusat, sehingga instansi ini
juga berhak mengelola keuangan negara yang berada di daerah, dan instansi
ini sebagai wakil daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah. Sama halnya
dengan Menteri Keuangan sebagai Kepala Keuangan dan Menteri lainnya
sebagai Kepala Operasional, Gubernur juga demikian, dalam pelaksanaannya
secara operasional dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja yaitu dinas-dinas
dan pejabat-pejabat lain sebagai pengguna anggaran/barang daerah. Sehingga
dalam rangka pengelolaan keuangan daerah itu Gubernur sebagai kepala
pengelola keuangan daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD.
2. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.
3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan
dengan peraturan daerah, misalnya penetapan tentang biaya reklame, biaya
pemeliharaan ternak dalam skal besar, dan sebagainya.
4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.
5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
Sedangkan untuk Kepala Satuan Kerja dari perangkat daerah selaku
pejabat pengguna anggaran/barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.
2. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran.
3. Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.
4. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak.
5. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggungjawab satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya.
6. Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggungjawab
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.
7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya.
9
Pengelolaan Keuangan Negara.
Pada perkuliahan yang lalu cukup jelas keterkaitan antara keuangan
negara dengan instansi pemerintahan dan lembaga pemerintahan, yang perlu
dipahami adalah bagaimana instansi dan lembaga pemerintahan itu mengelola
keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pertangung jawaban, ke empat hal ini menjadi
pokok pembahasan nantinya.
Perencanaan Keuangan Negara
Pelaksanaan Keuangan Negara
Pengelolaan
Keuangan Negara
Pengawasan Keuangan Negara
Pertanggungjawaban Keuangan Negara
Bagi instansi dan lembaga pemerintahan dalam mengelola keuangan
negara ini sebelumnya perlu memperhatikan asas-asas yang berlaku dari
keuangan negara ini agar pelayanan terhadap masyarakat lebih optimal,
adapun asas-asas yang berlaku dari keuangan negara adalah :
1. Asas kesatuan, yaitu menghendaki agar semua pendapatan dan belanja
negara disajikan dalam satu dokumen anggaran
2. Asas universalis, yaitu mengharuskan agar setiap transaksi keuangan
ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran
3. Asas tahunan membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun
tertentu
4. Asas spesialitas, yaitu mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan
terinci secara jelas peruntukannya.
Asas-asas ini berlaku sebelum Undang-Undang Keuangan Negara
(UUKN) yaitu UU No. 17 Tahun 2003 lahir, setelah UUKN ini terbit asasasas inipun mengalami suatu perubahan yang terdapat didalam UUKN itu
sendiri, menjadi :
10
1. Asas akuntabilitas beroreientasi pada hasil adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan keuangan
negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku
2. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban pengelola keuangan negara
3. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian berdasarkan
kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan negara adalah asas yang
membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan negara
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan
dan rahasia negara
5. Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
adalah asas yang memberikan kebebasan bagi badan pemeriksa keuangan
untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara dengan tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun.
Sebelum UUKN
Asas Kesatuan
Asas Universalis
Asas Tahunan
Asas Spesialitas
Asas
Setelah UUKN
Asas Akuntabilitas
Asas Proporsionalitas
Asas Profesionalitas
Asas Keterbukaan
Asas Pemeriksaan Keuangan
Ketika dilakukan penggabungan terhadap asas-asas pengelolaan
keuangan negara, baik sebelum berlaku UUKN maupun pada saat berlaku
11
UUKN, ternyata cukup untuk membimbing pihak-pihak terkait dalam
pengelolan keuangan negara. Asas-asas pengelolaan keuangan negara bukan
merupakan kaidah hukum/norma hukum sehingga tidak memiliki kekuatan
hukum mengikat, kecuali kekuatan moral yang dapat dijadikan pedoman
dalam pengelolaan keuangan negara. Sekalipun demikian, pengelola
keuangan negara tidak boleh terlepas dari asas-asas pengelolaan keuangan
negara
agar
dapat
menghasilkan
pekerjaan
terbaik
sehingga tidak
menimbulkan kerugian negara.
Adapun pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah
dapat dikelompokkan dengan berbagai bentuk, diantaranya adalah :
A. Pengelolaan uang negara
Pengelolaan uang negara yang berada dalam tanggung jawab menteri
keuangan selaku bendahara umum negara merupakan bagian dari pengelolaan
keuangan negara. Pengertian uang negara adalah uang yang dikuasai oleh
bendahara umum negara yang meliputi rupiah dan valuta asing. Sementara itu
uang negara terdiri dari atas dalam uang kas negara dan uang pada bendahara
penerimaan
dan
bendahara
pengeluaran
kementerian
negara/lembaga
pemerintah non kementerian, dan lembaga negara.
Menteri keuangan selaku bendahara umum negara mengangkat kuasa
bendahara umum negara untuk melaksanakan sebagian wewenang bendahara
umum negara dan tugas kebendaharaan yang berkaitan dengan pengelolaan
uang dan surat berharga. Kuasa bendahara umum negara pusat dan kuasa
bendahara umum negara di daerah. wewenang bendahara umum negara dalam
pengelolaan uang negara yang dilaksanakan oleh kuasa bendahara umum
negara pusat meliputi :
1. Menerapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara
2. Menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka
pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran anggaran negara
3. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
anggaran negara
4. Menyimpan uang negara
12
5. Menempatkan uang negara
6. Mengelola/menatausahakan investasi melalui pembelian surat utang negara
7. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna
anggaran atas beban rekening kas umum negara.
8. Menyajikan informasi keuangan negara.
Pengelolan uang negara ini dapat lagi diperinci kedalam 3 (tiga) bagian,
yaitu :
a. Pengelolaan kas umum negara.
b. Pelaksanaan penerimaan negara oleh kementerian negara, lembaga non
kementerian, dan lembaga negara. Kemudian,
c. Pengelolaan uang persediaan untuk keperluan kementerian negara, lembaga
non kementerian, dan lembaga negara.
Perincian ini bertujuan untuk membedakan fungsinya agar pengelolaan
keuangan tetap terarah pada sasaran yang hendak dicapai.
Berkaitan dengan pengelolaan uang negara ini, terdapat suatu ketentuan
bahwa siapapun tidak diperkenankan atau dilarang melakukan penyitaan
terhadap :
1. Uang dan surat berharga milik negara baik yang berada pada instansi
pemerintah maupun pada pihak ketiga.
2. Uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara.
Larangan tersebut tidak bersifat mutlak karena dapat diterobos bila
seseorang dalam penunaian tugas memperoleh izin dari pengadilan dalam
melakukan upaya penyitaan untuk dijadikan suatu barang bukti dalam tindak
pidana. Sebagai contoh, kasus yang menimpa aparat kejaksaan agung atas
sangkaan penyuapan yang dilakukan artalytha suryani, komisi pemberantasan
korupsi melakukan penyitaan uang tersebut untuk dijadikan barang bukti
proses peradilan.
a. Pengelolaan kas umum negara
Uang negara merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keuangan
negara sehingga memerlukan pengelolaan yang tepat dengan berdasarkan
pada ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Uang negara yang disimpan dalam rekening kas umum negara agar
13
bendahara umum negara berwenang mengatur dan menyelenggarakan
rekening pemerintah sehingga dapat membuka rekening kas umum negara
pada bank sentral. Sebenarnya pembukaan rekening kas umum negara pada
bank sentral bertujuan agar uang negara tetap berada dalam perlindungan
hukum yang diberikan oleh bank sentral.
Disamping itu, dalam pelaksanaan operasional dan pengeluaran negara,
bendahara umum negara dapat pula membuka rekening penerimaan dan
rekening pengeluaran pada bank umum (lembaga keuangan lainnya), seperti
pada Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, dan bank lainnya.
Pembukaan rekening pada bank umum didasarkan pada pertimbangan
kepada asas kesatuan kas dan asas kesatuan perbendaharaan, serta
optimalisi pengelolaan kas. Rekening penerimaan digunakan untuk
menampung peneriman negara setiap hari. Oleh karena itu, saldo rekening
penerimaan setiap akhir kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening kas
umum negara pada bank sentral.
Rekening pengeluaran pada bank umum diisi dengan dana yang
bersumber dari rekening kas umum negara yang berada pada bank sentral.
Bila jumlah dana yang disediakan pada rekening pengeluaran, disesuaikan
dengan rencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang
telah ditetapkan dalam anggaran negara. Hal ini bertujuan agar kegiatan
yang tercantum dalam anggaran negara tidak mengalami kendala dalam
pembiayaannya.
Konsekuensi atas tersimpannya dana pada bank sentral, pemerintah pusat
memperoleh bunga dan/atau jasa giro. Jenis dana, tingkat bunga dan/atau
jasa giro terkait pelayanan yang diberikan oleh bank sentral ditetapkan
berdasarkan kesepakatan gubernur bank sentral dengan menteri keuangan,
kesepakatan yang dibuat itu tidak boleh merugikan salah satu pihak. Artinya
kedua belah pihak memperoleh manfaat.
Ketika uang negara tersimpan dalam bank umum, berarti pemerintah
pusat berhak menerima bunga dan/atau jasa giro atas dana yang telah
disimpan. Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh pemerintah pusat
didasarkan pada tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku.
14
Terhadap biaya berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank
umum didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada bank umum termaksud
Ketika pemerintah pusat menerima bunga dan/atau jasa giro, baik pada
bank sentral maupun bank umum merupakan pendapatan negara,
penerimaan itu termasuk kedalam kelompok penerimaan negara bukan
pajak. Sementara itu, biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan
oleh bank umum dibebankan pada belanja negara
b. Pelaksanaan penerimaan negara oleh kementerian negara, lembaga non
kementerian, dan lembaga negara.
Apabila bendahara umum negara memberikan persetujuan, berarti
menteri, pimpinan lembaga non kementerian, dan pimpinan lembaga negara
selaku pengguna anggaran negara dapat membuka rekening untuk
keperluan pelaksanaan penerimaan dilingkungannya. Penerimaan itu
tergolong kedalam penerimaan bukan pajak. Oleh karena itu, dibutuhkan
bendahara untuk menatausahakan penerimaan tersebut. Sebenarnya menteri
atau pimpinan lembaga non kementerian, dan pimpinan lembaga negara
wajib mengangkat bendahara untuk melaksanakan tugas itu dan
bertanggung jawab kepadanya.
Bendahara umum negara dapat
memerintahkan
agar dilakukan
pemindahbukuan dan/atau penutupan rekening yang telah dibuka oleh
menteri/pimpinan lembaga non kementerian dan pimpinan lembaga negara.
Pertimbangan yang mendasari agar dilakukan pemindahbukuan dan/atau
penutupan rekening tersebut adalah dalam rangka pengelolaan kas. Namum,
belum pernah ada pemindahbukuan dan/atau penutupan rekening yang
dilakukan oleh bendahara umum negara sampai saat ini.
c. Pengelolaan uang persediaan untuk keperluan kementerian negara, lembaga
non kementerian, dan lembaga negara
Selain rekening untuk pelaksanaan penerimaan, menteri/pimpinan
lembaga non kementerian dan pimpinan lembaga negara dapat pula
membuka
rekening
untuk
keperluan
pelaksanaan
pengeluaran
dilingkungannya. Namun, terlebih dahulu harus memperoleh persetujuan
dari menteri keuangan selaku bendahara umum negara. Ketika rekening
15
telah dibuka, berarti wajib mengangkat bendahara untuk mengelola uang
yang harus dipertanggung jawabkan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran
menteri/pimpinan lembaga non kementerian, dan pimpinan lembaga negara.
Pertanggung jawaban bendahara diberikan kepada atasannya maupun
terhadap badan pemeriksa keuangan.
Bendahara umum negara dapat memerintahkan agar dilakukan pemindah
bukuan
dan/atau
penutupan
rekening
yang
telah
dibuka
oleh
menteri/pimpinan lembaga non kementerian dan pimpinan lembaga negara.
Pertimbangan yang mendasari agar dilakukan pemindahbukuan dan/atau
penutupan rekening tersebut adalah dalam rangka pengelolaan kas. Namun,
belum pernah ada pemindahbukuan dan/atau penutupan rekening yang
dilakukan bendahara umun negara sampai saat ini.
B. Pengelolaan piutang dan utang negara
Piutang dan utang negara tidak terlepas dari pengelolaan keuangan
negara karena tergolong ke dalam pengertian keuangan negara. Dalam arti
piutang negara dan utang negara merupakan bagian dari keuangan negara
sehingga harus dikelola berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Hal ini didasarkan bahwa piutang dan utang negara dalam
kedudukan sebagai bagian dari hukum keuangan negara.
Dalam pengelolaan piutang dan utang negara, pengelola keuangan negara
tidak boleh menetapkan kebijakan yang bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya undang-undang
anggaran pendapatan dan belanja negara (anggaran negara). Ketika kebijakan
yang ditetapkan menyimpang atau bertentangan dengan anggaran negara yang
menimbulkan kerugian negara, berarti telah terjadi perbuatan melanggar
hukum. Sebenarnya pengelola keuangan negara hanya sekedar melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan
pengelolaan piutang dan utang negara agar tidak menimbulkan kerugian
negara. Untuk itu perlu dipahami hal-hal sebagai berikut :
1. Pengertian piutang negara
16
Piutang negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada
pemerintah pusat dan/atau hak pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan
uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah. Jadi,
piutang negara timbul karena :
1. Akibat perjanjian
2. Akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Akibat lainnya yang sah
Pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada
pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah
sesuai yang tercantum/ditetapkan dalam anggaran negara. Demikian pula
terhadap lembaga asing sesuai tercantum dalam anggaran negara. Sekalipun
pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman, ketika tidak tercantum
dalam anggaran negara atau dana yang tersedia tidak cukup, berarti
pemerintah pusat tidak boleh melakukannya. Jika pemerintah pusat tetap
melakukannya, walaupun telah diketahui bahwa tidak tercantum dalam
anggaran negara atau dana yang tersedia tidak cukup, berarti pemerintah
pusat telah melakukan perbuatan melanggar hukum.
Tata cara pemberian pinjaman atau hibah oleh pemerintah pusat wajib
berpedoman pada peraturan pemerintahan. Dalam arti pemerintah pusat
tidak boleh memberikan pinjaman atau hibah kepada pemerintah daerah,
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau lembaga asing
bila peraturan pemerintah tersebut tidak mengatur tata caraya. Hal ini dapat
menimbulkan kerugian negara akibat dari perbuatan pemerintah pusat,
sebaliknya menguntungkan pihak yang menerima pinjaman dan/atau hibah
tersebut.
Kemudian, pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan,
belanja, dan kekayaan negara wajib mengusahakan agar setiap piutang
negara
diselesaikan
seluruhnya
dan
tepat
waktu,
diupayakan
penyelesaiannya dilakukan menurut ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk memberi perlindungan
17
hukum terhadap piutang negara yang berada pada pemerintah daerah, badan
usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau lembaga asing.
Piutang negara jenis tertentu mempunya hak mendahulu sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Piutang negara jenis tertentu,
antara lain piutang pajak dan piutang yang diatur dalam undang-undang
tersendiri. Terhadap piutang negara jenis tertentu, penagihan dan
pembayaran harus didahulukan dari pada piutang yang bersifat keperdataan.
Penyelesaian piutang negara yang timbul sebagai akibat hubungan
keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali mengenai piutang
negara yang penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang.
Penyelesaian piutang negara sebagai bagian piutang yang tidak disepakati
adalah selisih antara jumlah tagihan piutang menurut pemerintah dengan
jumlah kewajiban yang diakui oleh debitur ditetapkan oleh :
1. Menteri keuangan, bila bagian piutang negara tidak disepakati tidak
lebih dari Rp. 10.000.000.000,00;
2. Presiden bila bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih dari Rp.
10.000.000.000,00 dampai dengan Rp. 100.000.000.000,00
3. Presiden setelah mendapat pendapat pertimbangan dewan perwakilan
rakyat bila bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih dari Rp.
100.000.000.000,00
Sementara itu, piutang negara dapat dihapuskan secara mutlak atau
bersyarat dari pembukuan, kecuali mengenai piutang negara yang cara
penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang. Penghapusan
piutang negara sepanjang menyangkut piutang pemerintah pusat ditetapkan
oleh :
1. Menteri keuangan, bila bagian piutang negara tidak disepakati tidak
lebih dari Rp. 10.000.000.000,00;
2. Presiden bila bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih dari Rp.
10.000.000.000,00 dampai dengan Rp. 100.000.000.000,00
3. Presiden setelah mendapat pendapat pertimbangan dewan perwakilan
rakyat bila bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih dari Rp.
100.000.000.000,00
18
Mengenai tata cara penyelesaian dan penghapusan piutang negara, diatur
dengan peraturan pemerintah. Dalam arti pemerintah berwenang mengatur
tata cara penyelesaian dan penghapusan piutang negara yang menjadi
pedoman untuk itu. Dengan demikian, tanpa peraturan pemerintah berarti
penyelesaian dan penghapusan piutang negara tidak dapat terselesaikan atau
terhapuskan.
2. Pengelolaan utang negara.
Pada hakikatnya, utang negara merupakan bagian dari pengelolaan
keuangan negara yang kedudukannya tidak berbeda dengan pengelolaan
piutang negara. Dalam arti utang negara harus dikelola secara benar dengan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar tidak
menimbulkan kesulitan dimasa depan. Utang negara adalah jumlah uang
yang wajib dibayar pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan uang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau berdasarkan
sebab lainnya yang sah.
Menteri keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama
menteri keuangan untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah
yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam anggaran negara. Kuasa yang oleh
pejabat
dari
menteri
keuangan
adalah
mandat
karena
tetap
mengatasnamakan menteri keuangan bukan atas nama penerima wewenang.
Disamping itu, harus terikat pada persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
anggaran negara agar perbuatan hukum yang dilakukan berada dalam
kategori perbuatan hukum yang sah. Misalnya, biaya berkenaan dengan
proses pengadaan utang atau hibah dibebankan pada anggaran negara.
Utang negara dan/atau hibah itu dapat secara langsung dipinjamkan
secara langsung kepada pemerintah daerah, badan usaha milik negara, atau
badan usaha milik daerah jika dibutuhkan pada saat itu. Bila
penggunaannya tidak dilakukan secara langsung digunakan, utang negara
atau hibah itu dimasukkan ke rekening kas umum negara. Hal ini bertujuan
19
agar tidak terjadi suatu perbuatan melanggar hukum yang menimbulkan
kerugian terhadap keuangan negara.
Selain harus terikat pada undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja negara, juga terikat pada peraturan pemerintah mengenai tata cara
pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah, baik yang berasal dari dalam
negeri maupun dari luarnegeri serta penerusan utang dan/atau hibah itu
kepada pemerintah derah, badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah. Pejabat yang telah memperoleh mandat dari menteri keuangan tidak
semudah untuk melaksanakan tugas karena terlebih dahulu harus
mengetahui substansi yang terkandung dalam peraturan pemerintah, pejabat
yang memperoleh tugas harus mengutamakan kejujuran dan penataanya
sehingga tugas yang diembanya terlaksana secara benar berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak tagih mengenai utang atas beban negara kadaluwarsa setelah lima
tahun sejak utang tersebut jatuh tempo pembayarannya,kecuali ditetapkan
lain oleh undang-undang. Dalam arti tidak selamanya hak tagih negara
berada dalam jangka waktu lima tahun karena undang-undang masih
membolehkan lebih dari lima tahun, misalnya tujuh atau sepuluh tahun. Bila
terdapat undang-undang yang mengatur lebih dari lima tahun bagi hak tagih
negara, berarti undang-undang itu merupakan ketentuan khusus terhadap
UUPN ( lex specialis derogat legi generalis ). Namun, kadaluwarsa tertunda
bila pihak yang berpiutang mengajukan tagihan kepada negara sebelum
berakhirnya masa kadaluwarsaanya.
Ketentuan mengenai jangka waktu kadaluwarsa terhadap hak tagih
mengenai beban negara tidak berlaku untuk bayaran kewajiban bunga dan
pokok pinjaman negara. Dalam arti bunga dan pokok pinjaman negara tidak
mengenal jangka waktu kadaluwarsaan, berarti negara masih memiliki hak
untuk menagihnya. Ketentuan ini sangat tidak relevan karena hak tagi telah
kadaluawarsa, tetapi negara masih berhak menerima pembayaran bunga
pokok pinjaman negara. Hal ini boleh terjadi ketika diperjanjikan dalam
bentuk tertulis, perjanjian yang dibuat oleh para pihak merupakan hukum
20
yang
berlaku
baginya
sehingga
ketentuan
dalam
undang-undang
terkesampingkan atau tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat.
C. Pengelolaan investasi
Negara sebagai badan hukum publik boleh melakukan perbuatan hukum dengan tujuan untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi rakyat indonesia sebagai konsekuensinya dianut tipe negara
kesejahteraan modern. Dalam perbuhungan hukum, negara wajib diwakili agar perbuatan yang
dilakukan dikategorikan sebagai perbuatan hukum, baik sebagai perbuatan hukum yang
diperbolehkan maupun perbuatan hukum yang tidak diperbolehkan. Perwakilan negara dalam
melakukan perbuatan hukum adalah presiden yang memegang kekuasaan pemerintahan negara.
Namun, kekuasan itu dimandatkan kepada menteri keuangan karena berada dalam ranah hukum
keuangan negara
Kewenangan yang dimandatkan oleh presiden kepada menteri keuangan adalah melakukan
perbuatan hukum berupa investasi pemerintah. Investasi pemerintah adalah penempatan
sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga
dan investasi langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.
Investasi itu tidak boleh berada diluar ranah hukum keuangan negara karena terkait dengan
kedaulatan rakyat yang dijelmakan dalam bentuk anggaran negara. Keterkaitannya, baik secara
langsung maupun tidak langsung ketika investasi menimbulkan kerugian berarti rakyat yang harus
menanggung kerugiannya
Sebagai kasus, mengenai penyaluran dana kepada sejumlah bank sebagai kebijakan pemerintah
pada masa orde baru, ternyata pengembaliannya mengalami kendala sehingga akibat yang
ditimbulkan merupakan tanggung jawab rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Dalam kasus ini
negara mengalami kerugian ratusan triliun rupiah yang harus ditanggung oleh rakyat dan hanya
dinikmati oleh pemilik bank yang mendapatkan bantuan likuiditas bank indonesia (BLBI). Ketika
pemerintah pusat berkehendak melakukan investasi, terlebih dahulu dilakukan pengkajian secara
mendalam mengenai kerugian dan keuntungan insvestasi tersebut.
1. Bentuk-bentuk investasi
Pemerintah pusat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial
dan/atau manfaat lainnya. Manfaat tersebut adalah tercapainya tujuan negara, yaitu mewujudkan
kedalian sosial untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pelaksanaan investasi pemerintah wajib
berpedoman pada peraturan pemerintah nomor 1 tahun 2008 tentang investasi pemerintah (PP
Invespem) sebagai amanat pasal 41 ayat (3) UUPN.
Investasi pemerintah dilakukan dalam bentuk saham, surat utang, dan investasi langsung berupa
pernyataan modal dan/atau pemberian pinjaman oleh badan investasi pemerintah untuk
membiayai kegiatan usaha. Penyertaan modal adalah bentuk investasi pemerintah pada badan
usaha dengan mendapatkan hak kepemilikan, termasuk pendirian perseroan terbatas. Kemudian,
pemberian pinjaman adalah bentuk investasi pemerintah pada badan usaha, badan layanan
umum, pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan badan layanan umum daerah dengan hak
memperoleh pengembalian berupa pokok pinjaman, bunga, dan biaya lainnya
Manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya yang dimaksud adalah
21
a. Keuntungan berupa deviden, bunga, dan pertumbuhan nilai perusahaan yang
mendapatkan nilai investasi pemerintah sejumlah tertentu dan jangka waktu
tertentu
b. Peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi sejumlah tertentu
dalam jangka watu tertentu
c. Peningkatan pemasukan pajak bagi negara sejumlah tertentu dalam jangka waktu
tertentu sebagai akibat langsung dari investasi yang bersangkutan
d. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam jangka waktu
tertentu sebagai akibat dari investasi yang bersangkutan
Sementara itu, investasi surat berharga meliputi investasi dengan cara pembelian saham, dan/atau
investasi dengan cara pembelian surat utang dengan maksud untuk mendapatkan manfaat
ekonomi. Manfaat ekonomi yang dimaksud adalah keuntungan berupa deviden, bunga, capital
gain, dan pertumbuhan nilai perusahaan yang mendapatkan investasi pemerintah sejumlah
tertentu dalam jangka waktu tertentu
Investasi langsung meliputi bidang infrastruktur dan bidang lainnya yang dapat dilakukan dengan
cara :
1. Kerjasama investasi antara badan investasi pemeintah dengan badan usaha
dan/atau badan layanan umum dengan pola kerja sama pemerintah dan swasta
(public private partnership)
2. Kerjasama investasi antara badan investasi pemerintah dengan badan usaha,
badan layanan umum, pemerintah provinsi/kabupaten/kota, badan layanan umum
daerah, dan atau badan hukum swasta (non public private partnership)
2 . Asas- asas pengelolaan investasi
Pengelolaan investasi pemerintah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan
keuangan negara sehingga pengelolaannya tidak boleh terlepas dari asas-asas yang terkandung
dalam pengelolaan keuangan negara. Selain itu terdapat pula asas-asas yang berlaku bagi
pengelolaan investasi pemerintah, tetapi tidak mengesampingkan asas-asas pengelolaan keuangan
negara sebagai sumber keberadaan asas-asas pengelolaan investasi pemerintah tersebut. Asasasas pengelolaan investasi pemerintah sebagaimana dimaksud dalam PP invespem adalah sebagai
berikut :
a. Asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dibidang
investasi pemerintah dilaksanakan oleh menteri keuangan, badan investasi
22
pemerintah, badan usaha, menteri teknis/pimpinan lembaga sesuai fungsi,
wewenang, dan tanggung jawab masing-masing
b. Asas kepastian hukum, yaitu investasi pemerintah harus dilaksanakan berdasarkan
hukum dan peraruran perundang-undangan yang berlaku
c. Asas efisiensi, yaitu investasi pemerintah diarahkan agara dana investasi digunakan
sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka
menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.
d. Asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan investasi pemerintah harus dapat
dipertanggung jawabkan kepada rakyat dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan
e. Asas kepastian nilai, yaitu investasi pemerintah harus didukung oleh adanya
ketepatan jumlah dan nilai investasi dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dana
dan divestasi serta penyusunan laporan keuangan pemerintah.
Dibertasi adalah penjualan surat berharga dan/atau kepemilikan pemerintah baik sebagian
maupun keseluruhan kepada pihak lain. Disamping itu, asas-asas pengelolaan investasi
pemerintah diatas berfungsi sebagai pelengkap asas-asas pengelolaan keuangan negara yang
berlaku secara umum. Hal ini dimaksudkan agar pengelolaan investasi pemerintah tidak
menyimpang dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang pada
akhirnya dapat menciptakan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum dalam pengelolaan
keuangan negara.
E . pengelolaan barang milik negara
Barang milik negara merupakan pula bagian yang tak terpisahkan dengan keuangan negara
sehingga memerlukan pengelolaan agar dapat dipergunakan semaksimal mugkin untuk
kepentingan negara dalam pencapaian tujuannya. Dalam hal ini, menteri keuangan mengatur
pengelolaan barang milik negara. Sementara itu, menteri/pimpinan lembaga non kementerian,
dan pimpinan lembaga non kemeterian, dan pimpinan lembaga negara hanya sebagai pengguna
barang bagi kepentingannya masing-masing. Kemudian, kepala kantor dalam lingkingan
kementerian negara, lembaga non kementerian, dan lembaga negara adalah kuasa pengguna
barang dalam lingkungan kantor yang bersangkutan.
Penggunaan barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib mengelola dan menatusahakan
barang milik negara yang berada dalam penguasaanya dengan sebaik-baiknya. Jika pengelolaan
barang milik negara tidak dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga menimbulkan kerugian bagi
negara, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib mempertanggungjawabkan
kerugian yang dialamioleh negara. Pertanggungjawaban itu seyogyanya dilakukan sebelum
berakhir masa jabatanya agar tanggung jawab tersebut tanpak secara tegas.
Barang milik negara yang diperlukan bari penyelenggaraan tugas pemerintahan negara tidak dapat
dipindahtangankan. Pemindahtanganan barang milik negara boleh dilakukan setelah memperoleh
23
persetujuan dari dewan perwakilan rakyat.pemindahtanganan barang milik negara kepada pihak
lain dilakukan dengan cara :
1. Dijual
2. Diperuntukkan
3. Dihibahkan; atau
4. Disertakan sebagai modal pemerintah
Persetujuan dewan perwakilan rakyat atas barang milik negara yang dipindahtangankan dilakukan
untuk :
1. Pemndahtanganan tanah dan/atau bangunan
2. Tanah dan/atau bangunan tidak termasuk tanah dan/atau bangunan yang :
a. Sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota
b. Harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah
disediakan dalam dokumen pelaksanaan anggaran
c. Diperuntukkan untuk pegawai negeri
d. Diperuntukkan bagi kepentingan umum
e. Dikuasi negara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan
jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis
3. Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan bernilai
lebih dari Rp. 100.000.000.000,00.
Sementara itu, pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang
bernilai sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 dilakukan setelah mendapat persetujuan menteri
keuangan. Kemudian, pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan
yang bernilai lebih dari Rp. 10.000.000.000,00 sampai dengan Rp. 100.000.000.000,00 dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari presiden. Hal ini bertujuan untuk meberikan kepastian hukum
ketika dilakukan pemindahtanganan barang milik negara kepada pihak lain.
Tatkala negara hendak menjual barang milik negara, harus dilakukan pula dengan cara tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penjualan barang milik
negara dilakukan dengan cara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu. Pengertian mengenai “hal-hal
tertentu” tidak jelas sehingga menimbulkan penafsiran kepentingan oleh pihak yang berminat
terhadap barang mikik negara tersebut. Seyogyanya terdapat penegasan terhadap ketentuan
mengenai “hal-hal tertentu” sebagaimana yang terdapat dalam pasal 48 ayat (1) UUPN
Lain halnya terhadap barang milik negara, berupa tanah yang dikuasai oleh pemerintah pusat,
harus disertifikasikan atas nama pemerintah republik indonesia yang bersangkutan. Sementara itu,
24
bangunan milik negara harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan
secara tertib. Kemudian, tanah dan bangunan milik negara yang tidak dimanfaatkan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan, wajib
diserahkan pemanfaatannya kepada menteri keuangan untuk kepentingan penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Dalam pengelolaan barang milik negara terhadap instrumen hukum agara barang milik negara
memperoleh perlindungan hukum. Instrumen hukum itu berupa larangan, antara lain :
a. Untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada
pemerintah pusat
b. Digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman
c. Penyitaan terhadap :
1. Barang bergerak milik negara baik yang berada pada instansi pemerintahan
maupun pada pihak ketiga
2. Barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara
3. Barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh negara yang diperlukan untuk
penyelenggaraan tugas pemerintahan
Perlindungan hukum terhadap barang milik negara maupun barang milik pihak ketiga oleh negara
merupakan bentuk bahwa indonesia adalah negara yang menganut tipe negara kesejahteraan
modern. Campur tangan negara bukan hanya kepentingan negara, melainkan termasuk pula
kepentingan warganya sebagai pemilik kedaulatan. Sekalipun ada perlindungan huku, tidak
berlaku mutlak karena dapat dikesampingkan bila hukum yang bersifat khusus menghendakinya.
25
Download