bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Termodinamika
2.1.1. Siklus Termodinamika
Siklus termodinamika merupakan suatu urutan proses yang berawal dan berakhir pada
keadaan yang sama. Pada akhir siklus, semua sifat akanmemiliki nilai yang sama dengan
kondisi awal. Dengan demikian maka dalam suatu siklus sistem tidak akan mengalami
perubahannetto. Contohnyauap yang bersirkulasi dalam suatu sistem pembangkit tenaga listrik
membentuk sebuah siklus.
Pada suatu keadaan tertentu, setiap sifat memiliki nilai tertentu yang dapat ditentukan
tanpa perlumengetahui bagaimana sistem dapat mencapai keadaan tersebut. Dengan demikian
perubahan nilai suatu sifat pada sistem akan berpindah dari suatu keadaan ke keadaan lain
sangat ditentukan oleh keadaan awal dan akhir
sertatidakdipengaruhi oleh langkah
perubahanyangterjadi. Perubahan tidak dipengaruhi olehsejarahdanrincian proses. Sebaliknya
apabila nilai suatu besaran tidak dipengaruhi oleh prosesantara dua keadaan, maka besaran
tersebut merupakan perubahan sifat.
2.1.2. Properti dan Proses
Properti suatu bahan adalah jumlah kuantitatif yangdapatdiukur atau di hitung untuk
mengetahui kondisi keadaan tertentu pada bahan. Properti ini misalnya massa, tekanan,
temperatur, volume, entalpi, dan entropi.
Proses adalah sebuah hal perlakuan yang terjadi untuk mengubah properti. Pada
termodinamika proses biasanya melibatkan transfer energi seperti : pemanasan, pendinginan,
penekanan (kompresi), pengembangan (ekspansi), pengadukan, atau pemompaan.
Proses-proses
yangmungkindigunakan
untukmerubahproperti
adalah
:
tekanan konstan (isobar), volume konstan (isovolum),temperaturekonstan (isotermal), adiabatic
(tidakada aliran panas), isentalpi (entalpi tetap), dan isentropi (entropi tetap). Proses
termodinamika biasanya digambarkan dalam sistem koordinat duaproperti,yaitu P-V diagram, Pv diagram, atau T-S diagram.
Proses yang berjalan pada satujenis properti tetap , disebut proses iso- diikuti nama properti-nya,
misalnya proses isobar (tekanan konstan), proses isovolum (volume konstan), proses isotermal
(temperatur konstan) dan lain-lain.
Suatu sistem disebut menjalani suatusiklus, apabila sistem tersebut menjalani
rangkaianbeberapa proses, dengan keadaan akhir sistem kembali ke keadaan awalnya.
2.1.3. Sifat Ekstensif Dan Intensif
Sifat termodinamika terbagi menjadi dua bagian, yaitu sifat ekstensif dan sifat intensif.
Sifat ekstensif yaitu jika nilai dari keseluruhan sistem merupakan penjumlahan dari nilai dari
setiap bagian yang menyusun sistem tersebut, contohnya yaitu massa, volume, dan energi. Sifat
ekstensif dipengaruhiolehukuransistem dandapat berubah menurut waktu. Sifat intensif
tidakdapat diakumulasikanseperti pada sifat ekstensif. Nilai sifat intensif tidak dipengaruhi oleh
ukuransistem
dan
dapat
berbeda.Dengandemikian
bervariasi
maka
disetiap
sifat
bagian
intensif
sistem
pada
waktu
merupakanfungsi
yang
posisi
danwaktusedangkansifatekstensif umumnya hanya merupakan fungsi waktu.Contohdari sifat
ekstensif yaitu volume spesifik, tekanan, dan temperature.
2.1.4. Volumespesifik
Volume spesifik (υ) adalah jumlah volume dalam satu kilogram massa suatu zat
(m3/kg) dan merupakan kebalikan dari densitas ๐žบ๐žบ dengan satuan SI yaitu kg/m3.
2.1.5. Tekanan
Tekanan adalah gaya normal (F) tegaklurus yangdiberikan oleh suatufluida persatuan
luas benda (A) yang terkena gaya tersebut.
ะ =
๐น๐น ๐‘๐‘
๐ด๐ด ๐‘š๐‘š 2
..........................................(2.1)
Tekanan sebenarnya atau aktual pada suatu posisi tertentu disebut dengan tekanan
absolut sedangka tekanan yang dibaca oleh suatu alat ukur disebut dengan tekanan gauge atau
tekanan vakum. Hubungan antara tekanan absolut. Tekanan atmosfer, tekanan gauge, dan
tekanan vakum ditunjukkan pada gambar 2.1
Gambar 2.1. Hubungan antara tekanan absolut, tekanan atmosfer, tekanan gauge, dan
tekanan vakum
(Michael J. Moran dan Howard N, Saphiro, 2006)
Dalam Termodinamika, tekanan p umumnya dinyatakan dalam harga absolut (tekanan
absolut/mutlak), maka dalam diktat ini simbol p menyatakan tekanan absolut dari sistem/zat.
Tekanan absolut tergantung pada tekanan pengukuran sistem, jadi :
1. Bilatekanan pengukuran( pressure gauge) sistem di bawah tekanan
atmosfir maka :
Tek absolut = Tek atmosfir - Tek pengukuran
๐‘๐‘๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž = ๐‘๐‘๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž − ๐‘๐‘๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘” ....................................(2.2)
2. Bila tekanan pengukuran (pressure gauge) sistem diatas tekanan atmosfir maka :
Tek absolut = Tek atmosfir +Tek pengukuran
2.1.6. Temperatur
๐‘๐‘๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž = ๐‘๐‘๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž + ๐‘๐‘๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘” ....................................(2.3)
Temperatur adalah ukuran panas-dinginnya dari suatu zat. Panas dinginnya suatuzat
berkaitandengan energi termal yangterkandungdalam zat tersebut. Makin besar energi
termalnya, makin besar temperaturnya.
Temperatur dari suatu benda menyatakan keadaan termal benda tersebut dan
kemampuan benda untukbertukar energi dengan benda lainyangbersentuhan dengan benda
tersebut.
Benda yang bersuhu tinggi akan memberikan energinya kepada benda yang bersuhu
rendah. Satuan untuktemperatur adalah Celcius (C) dan dapat diukur dengan menggunakan
termometer.
Temperatur absolut (T) adalah derajat diatas temperatur nol absolut yang dinyatakan
dengan satuan Kelvin (K).
T = t°C+273...................................................(2.3)
Konversi satuan pada temperatur
°F = 32 + (9/5 . °C)............................................(2.4)
2.1.7. Fase
Fase (phase) menggambarkan sejumlahmateri yanghomogen dalam komposisi kimia
maupun struktur fisiknya.Homogenitas dalam struktur fisik
berarti bahwa materi tersebut
seluruhnya berada dalam kondisi padat, cair, uap atau gas.
2.1.8. Sistem
Sistem adalah suatumassa ataudaerah yang dipilih, untukdijadikan obyek analisis. Atau
sistem adalah segala sesuatu yang ingin dipelajari.
Sistem Termodinamika ada tiga macam, yaitu :
1. Sistem tertutup
Dalam sistem tertutup massa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada massa
keluar dari sistem ataumasukkedalamsistem,tetapivolumenya bisa berubah.Yang dapat keluar
masuk sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau kerja. Atau dengan kata lain
sistem tertutup berisi materi yang
sama,
dimana perpindahanmassa melalui
batas
sistem tidak dimungkinkan.
Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana massa udara
didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah, dan energi panas masuk kedalam massa udara
didalam balon.
2. Sistem terbuka
Dalam sistem terbuka, energi dan masa dapat keluar sistem ataumasuk kedalam sistem
melewati batas sistem. Sebagian besar mesin-mesin konversi energi adalah sistem terbuka.
Sistem mesinmotor bakar adalah ruang didalam silinder mesin, dimana campuran bahan
bahanbakar danudara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem melalui knalpot.
Turbin gas, turbin uap, pesawat jet dan lain-lain adalah merupakan sistem termodinamika
terbuka, karena secara simultan ada energi dan massa keluarmasuk sistem tersebut.
3. Sistem terisolasi
Tidak ada pertukaran massa dan energi sistem dengan lingkungan. Atau dengan kata lain
sistem tidak terpengaruh sama sekali oleh lingkungan Misalnya: Tabung gas yang terisolasi.
2.1.9. BatasSistem
Batas sistem adalah batas antara sistem dengan lingkungannya. Dalamaplikasinya batas
sistem merupakan
bagian
dari sistem maupunlingkungannya, dan dapat tetap atau dapat
berubah posisi atau bergerak.
2.1.10 . Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem.
Gambar 2.2. Sistem termodinamika
2.1.11. Zat Murni
Zat murni (pure subtance) adalah sesuatu yang memiliki komposisi kimia yang sama
dan tetap. Zat murni dapat mucul dalam keadaan satu fase atau lebih, namun komposisi
kimianya harus sama dan tetap dalam setiap fasenya. Contohnya jika cairan air dan uap air
membentuk sistem berfase dua maka sistem tersebut dapat dianggap sebagai zat murni karena
setiap fase memiliki komposisi kimia yang sama.
2.1.12. Hukum Pertama Termodinamika
Hukum pertama termodinamika dikenal dengan prinsipkonservasi energi yang
menyatakan bahwa energi tidakdapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah
dari bentuk satu kebentuk yang lainnya.
Dari gambar 2.3 kita dapatmelihat bentukperubahan dari energi dimana energi potensial
sebagian akan berubah menjadi energi kinetik. Pada saat sebuah batu dengan massa m akan
dijatuhkan dari suatu tebing, benda tersebut memilikienergi potensial sebesar 10 kJ dan sesaat
setelah dijatuhkan hingga mencapaisisa energinya yaitu sebesar 3 kJ berubah menjadi energi
kinetik.
Gambar 2.3 Konservasi energi
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles,1994)
2.2
Perubahan Fase pada Zat Murni
Air dapat berada pada keadaan campuran antara cair dan uap, contohnya yaitu pada
boiler dan kondenser dari suatu sistem pembangkit listrik tenaga uap. Dibawah ini akan
dijelaskan secara lebih rinci mengenai perubahan fase pada zat murni, contohnya air.
2.2.1
Cair Tekan (Compressed Liqud)
Fluida air pada 20 oC dan tekanan 1 atm. Pada kondisi ini, air berada pada fase cair
tekan karena temperatur dari air tersebut masihdibawah temperatur saturasi air pada saat
tekanan 1 atm. Kemudian kalor mulaiditambahkan kedalam air sehingga terjadi kenaikkan
temperatur. Seiringdengan kenaikan temperatur tersebut maka air secara perlahan berekspansi
dan volume spesifiknya meningkat. Karena ekspansi ini maka piston juga secara perlahan mulai
bergeraknaik. Tekanan didalam silinder konstan selama proses karena didasarkan pada tekanan
atmosfer dari luar dan berat dari torak.
Gambar 2.4. Air pada fase cair tekan (compressed liquid)
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
2.2.2 Cair Jenuh (Saturation Liquid)
Dengan semakinbertambahnya jumlah kalor yang dimasukkan kedalam silinder maka
temperatur akan naik hingga mencapai 100 oC. Pada titik ini airmasih dalam fase cair, tetapi
sedikit saja ada penambahan kalor maka sebagian dari air tersebut akan berubah menjadi uap.
Kondisi ini disebut dengan cair jenuh (saturation liquid). Kondisi cair jenuh (saturation liquid)
dapat ditunjukkan seperti digambarkan pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Air pada fase cair jenuh (saturated liquid)
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
2.2.3. Campuran Air-Uap (Liquid-Vapor Mixture)
Saat pendidihan berlangsung, tidakterjadi kenaikan temperatur sampai cairanseluruhnya
berubahmenjadi uap. Temperatur akan tetapkonstan selama proses perubahan fase jika
temperatur juga dijaga konstan. Pada proses ini volume fluida didalam silinder meningkat
karena perubahan fase yangterjadi, volume spesifikuaplebihbesar daripada cairan. Sehingga
menyebabkan torak terdorong keatas.
Gambar 2.6. Campuran air dan uap
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
2.2.4 Uap jenuh (Saturated vapor)
Jika kalorterus ditambahkan,maka prosespenguapan akan terus berlangsung sampai
seluruh cairan berubah menjadi uap, seperti ditunjukkan pada gambar 2.7. Sedangkan jika
sedikit saja terjadi pengurangan kalor maka akan menyebabkan uap terkondensasi.
.
Gambar 2.7. Uap jenuh (saturated vapor)
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
2.2.5. Uap Panas Lanjut ( Superheated Vapor)
Setelah fluida didalam silinder dalam kondisi uap jenuh maka jika kalor kembali
ditambahkan dan tekanan dijaga konstan pada 1 atm, temperatur uap akan meningkat seperti
ditunjukkan pada gambar2.8. Kondisi tersebut dinamakan uap
panas lanjut (
superheatedvapor) karena temperatur uap didalam silinder diatas temperatur saturasi dari uap
pada tekanan 1 atm yaitu 100oC.
Gambar 2.8 Uap panas lanjut (superheated vapor)
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
Proses diatas digambarkan pada suatudiagramT-v seperti terlihat pada gambar 2.9.
Gambar 2.9. Diagram T-v pemanasan air pada tekanan konstan
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
2.3 Diagram Proses Perubahan Fase
Variasi properti selama proses perubahan fase akan lebih jelas jika menggunakan diagram
properti, dibawah ini ada beberapa diagram yang menjelaskan perubahan fase tersebut
diantaranya diagram T-v, P-v, dan P-T untuk air.
2.3.1 Diagram T-v
Proses perubahan fase pada air pada tekanan 1 atm telah dijelaskan sebelumnya dan
digambarkan pada gambar 2.9. Selanjutnya akan dijelaskan proses tersebut tetapi pada tekanan
yang berbeda.
Untuk itumaka kita harus menambah bebanpada bagian atas torak sehingga tekanan
pada bagian dalam silinder mencapai tekanan 1 Mpa. Pada tekanan tersebut, volume spesifiknya
lebih kecildibandingkan pada saat tekanan 1 atm. Proses perubahan fasenya sama seperti yang
telah ditunjukkan pada gambar 2.9 tetapi air mulai mendidih pada temperatur yang lebih tinggi
yaitu 179,9oC.Selainitu garishorizontal yangmenghubungkan antara titikcair jenuh dan uap
jenuh menjadi lebih pendek dibandingkan pada tekanan 1 atm.
Gambar 2.10. Diagram T-v untuk proses perubahan fase pada beberapa variasi tekanan
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
Jika beban pada torak terus ditambahkan sehingga tekanan makinmeningkat maka pada
diagram tersebut akan mencapai suatu titik pada tekanan 22,06 Mpa seperti ditunjukkan pada
gambar 2.10. Titik ini disebut titikkritis yang didefinisikan sebagai titik dimana cair jenuh dan
uapjenuh memiliki nilai yang sama. Titikini terjadi pada temperatur 373,95oC dengan nilai
volume spesifik sebesar 0,003106 m3/kg.
2.3.2 Diagram P-T
Gambar2.11
disebut
dengan
menunjukkan
diagram
fase
diagram
dimana
P-T
ketiga
pada
fase
air.
yaitu
Diagram
cair,
padat,
ini
dan
sering
uap
biasanya ada pada diagram ini dan masing masing dibatasi oleh tiga buah garis.
Garis sublimasi memisahkan daerah padat dan uap, garis penguapan memisahkan
daerah cair dan uap, dan garis peleburan atau pencairan memisahkan daerah padat
dan cair. Ketiga garis ini bertemu pada triple point, dimana ketiga fase yang ada
berada pada kondisi setimbang. Garis penguapan berakhir pada titik kritis karena
tidak ada perbedaan yang terjadi antara cair dan uap diatas titik kritis ini.
Gambar 2.11. Diagram P-T
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
2.3.3 Diagram P-v
Bentuk umum dari diagram P-v pada air mirip dengan diagram T-v tetapi garis
temperatur konstan memiliki kecenderungan garis menurun.
Gambar 2.12. Diagram P-V
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
2.4 Tabel Properti
Properti dari suatuzat biasanya ditampilkan dalam bentuktabel. Properti termodinamika
dapat diukur dengan mudah, tetapi ada yang tidak bisa langsung melainkan harus dihitung
terlebihdahulu.
Untukmasing-masingzat,properti
satutabel.Pemisahantabel
tersebut
termodinamika
dipersiapkan
untuk
ditampilkan
lebihdari
masing-masing
daerah
sepertisuperheated vapor, compressed liquid serta saturated.
2.4.1. Entalpi
Jika kita melihat tabel maka kita akan menemukan dua buah properti baru
diantaranya
yaituentalpi
(h)
dan
entropi
(s).
Entalpi
merupakan
properti
baru
yang digunakan untuk menyatakan kombinasi antara u+P v yang dinyatakan dalam
persamaan :
โ„Ž = ๐‘ข๐‘ข + ๐‘ƒ๐‘ƒ๐‘ƒ๐‘ƒ....................................................(2.5)
atau
2.4.2. Keadaan cair jenuh dan uap jenuh
๐ป๐ป = ๐‘ˆ๐‘ˆ + ๐‘ƒ๐‘ƒ๐‘ƒ๐‘ƒ...................................................(2.6)
Properti dari cair jenuh danuapjenuh pada air dapat dilihat pada tabel lampiran 1dan
lampiran 2. Kedua tabel tersebut memberikan informasi yang sama, perbedaannya pada tabel
lampiran 1 diurutkan berdasarkan temperatur sedangkan pada tabel lampiran 2 diurutkan
berdasarkan tekanan. Penggunaan tabel lampiran 1 ditunjukkan pada gambar 2.13.
Gambar 2.13. Contoh tabel A-4
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
Subscript f digunakan untuk properti pada cair jenuh dan subscript g digunakan untuk
properti pada uap jenuh. Sedangkan subscript fg digunakan untuk menyatakan selisih antara cair
jenuh dan uap jenuh.
Vf = Volume spesifik pada cair jenuh
Vg = Volume spesifik pada uap jenuh
Vfg= Selisih antara Vgdan Vf
2.4.3. Keadaan campuran air dan uap
Selama proses penguapan, air terdiri dari dua bagian yaitu cair dan uap yang disebut
dengan campuran. Untuk menganalisa campuran ini maka kita harus mengetahui perbandingan
antara massa air dan massa uap yang disebut dengan kualitas (x) yang dinyatakan dalam
persamaan
๐‘ฅ๐‘ฅ =
๐‘š๐‘š ๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข
๐‘š๐‘š
......................................................(2.7)
m = mcair + muap = mf + mg..................................(2.8)
Kualitas memiliki nilai dari nol sampai dengansatu, pada keadaan cair jenuh x = 0 dan
pada keadaan uap jenuhx = 1. Meskipun didefinisikan sebagainilai perbandingan, kualitas
sering kali diberikan dalam bentuk persentase. Untukmenghitung nilai
x dapat juga
dilakukandengan menggunakan perbandingan dari volume dari campuran. Volume total
campuran adalah jumlah volume fase cair dan uap.
V = Vcair + Vuap.............................................(2.9)
Jika dibagi dengan massa total campuran m maka diperoleh volume spesifik ratarata
(๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž ).
๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž =
๐‘‰๐‘‰
๐‘š๐‘š
=
๐‘‰๐‘‰๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘
๐‘š๐‘š
+
๐‘‰๐‘‰๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข
๐‘š๐‘š
...................................(2.10)
Karena fase cair adalah cair jenuh dan fase uap jenuh, ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ = ๐‘š๐‘š๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘“๐‘“ dan , ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข =
๐‘š๐‘š๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘”๐‘” jadi,
๐‘š๐‘š ๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘
๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž = ๏ฟฝ
๐‘š๐‘š
๏ฟฝ ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘“๐‘“ + ๏ฟฝ
๐‘š๐‘š ๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข
๐‘š๐‘š
๏ฟฝ ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘”๐‘” ................................(2.11)
Kualitas didefinisikan sebagai, x = ๐‘š๐‘š๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข /๐‘š๐‘š dan ๐‘š๐‘š๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ /๐‘š๐‘š =1 – x , sehingga apabila
disubstitusikan kepersamaan diatas, akan diperoleh :
๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž = (1 − ๐‘ฅ๐‘ฅ)๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘“๐‘“ + ๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘”๐‘” ......................................(2.12)
๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž = ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘“๐‘“ + ๐‘ฅ๐‘ฅ๏ฟฝ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘”๐‘” − ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘“๐‘“ ๏ฟฝ = ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘“๐‘“ + ๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“ ...........................(2.13)
Dan didapatkan persamaan untuk kualitas uap,
๐‘ฅ๐‘ฅ =
๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž −๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘“๐‘“
๐‘ฃ๐‘ฃ๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“
...............................................(2.14)
Berdasarkan persamaan ini, kualitas dapat dihubungkan dengan suatu garis horizontal
pada diagram P-v atau T-v seperti ditunjukkan pada gambar 2.14.
Gambar 2.14. Kualitas uap air
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
Analisa yang telah diberikan diatas dapat digunakan untuk energi dalam (u) dan entalpi
(h)yang akan menghasilkan persamaan dibawah ini
๐‘ข๐‘ข๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž = ๐‘ข๐‘ข๐‘“๐‘“ + ๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘ข๐‘ข๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“ ............................................(2.15)
โ„Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž = โ„Ž๐‘“๐‘“ + ๐‘ฅ๐‘ฅโ„Ž๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“ ............................................(2.16)
Semua hasil persamaan dapat dirangkum dalam suatu persamaan umum, yaitu
2.4.4. Keadaan Uap Panas Lanjut
๐‘ฆ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž = ๐‘ฆ๐‘ฆ๐‘“๐‘“ + ๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘ฆ๐‘ฆ๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“ ............................................(2.17)
Daerah ini terletak pada bagian kanan dari garis uap jenuh dan pada bagian atas
temperatur titik kritis. Dengan membandingkan dengan uap jenuh maka uap panas lanjut
memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :
1. Tekanan lebih rendah ( P < Psat pada T yang sama)
2. Temperatur lebih tinggi (T > Tsat pada P yang sama)
3. Volume spesifik lebih tinggi (v > vg pada P atau T yang sama)
4. Energi dalam lebih tinggi (u > ug pada P atau T yang sama)
5. Entalpi lebih tinggi ( h > hg pada P atau T yang sama)
2.4.5 Keadaan Cair Tekan
Tabel cair tekan formatnya sama dengan tabel uap panas lanjut. Hanya saja
pada umumnya tabel cair tekan memiliki variasi tekanan yang besar. Dengan membandingkan
dengan uap jenuh maka cair tekan memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :
1. Tekanan lebih tinggi (P > Psat pada T yang sama)
2. Temperatur lebih rendah ( T < Tsat pada P yang sama)
3. Volume spesifik lebih rendah ( v < vg pada P atau T yang sama)
4. Energi dalam lebih rendah (u < ug pada P atau T yang sama)
5. Entalpi lebih rendah (h < hg pada P atau T yang sama)
2.5. Analisis Energi
2.5.1. Bentuk Energi
Energi dapat terdiri dari berbagai bentukseperti termal, mekanik, kinetik, potensial,
listrik, magnetik, kimia, dan nuklir yangkeseluruhannya merupakan energi total Edari sistem.
Total energi dari sistem dalam unit massa dinotasikan dengan e dan dinyatakan sebagai :
E
e = ......................................................(2.18)
m
Energi kinetik merupakan bentuk energi makrospik yang berhubungan dengan gerakan
dan disimbolkan dengan EK. Ketika seluruh bagian dari suatu sistem bergerak dengan
kecepatan yang sama, energi kinetik dinyatakan sebagai :
1
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ = 2 ๐‘š๐‘š๐‘ฃ๐‘ฃ 2 ..............................................(2.19)
Dimana v menyatakan kecepatan dari suatu sistem yang relatif terhadap referensi yang
tetap. Sedangkan energi yang berhubungan dengan elevasi atau ketinggian disebut dengan
energi potensial yang dinyatakan sebagai :
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ = ๐‘š๐‘š๐‘š๐‘š๐‘š๐‘š (๐พ๐พ๐พ๐พ)............................................(2.20)
Dimana g adalah percepatan gravitasi dan z adalah elevasi dari titik tengah gravitasi.
Total energi dari suatu sistem terdiri dari energi kinetik,energi potensial dan energi dalam yang
dinyatakan dengan :
1
2.5.2 Kerja Aliran
๐ธ๐ธ = ๐‘ˆ๐‘ˆ + ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ + ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ = ๐‘ˆ๐‘ˆ + 2 ๐‘š๐‘š๐‘‰๐‘‰ 2 + ๐‘š๐‘š๐‘š๐‘š๐‘š๐‘š........................(2.21)
Kerja yang diperlukan untuk
mendorong
suatu
massa fluida untukmasuk atau
keluar dalam suatu volume atur disebut kerja aliran atau energi aliran. Untuk mendapatkan
hubungan pada suatu
kerja aliran maka digunakan skema seperti terlihat pada gambar 2.15.
Fluida mengalir dan memberikan gaya kepada torak khayalan untuk masuk kedalam volume
atur. Jika tekanan fluida adalah P dan luas permukaan dari fluida adalah A, maka gaya yang
diberikan oleh fluida pada torak khayalan adalah :
F = P.A....................................................(2.22)
Untukmendorongfluida masukkedalam volume atur, maka gaya akan menyebabkan
torakkhayal akan bergeraksejauh L. Jadi kerja yangdilakukan untuk mendorong fluida masuk
kedalam sistem adalah:
Wflow = FL = PAL = PV.......................................(2.23)
Kerja aliran per unit massa diperoleh dengan cara membagi persamaan tersebut dengan
massa dari fluida tersebut, sehingga didapatkan :
๐‘Š๐‘Š๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“ = ๐‘ƒ๐‘ƒ๐‘ƒ๐‘ƒ...................................................(2.24)
wflow = P v
Gambar 2.15. Skema untuk kerja aliran
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
2.5.3. Total Energi pada Fluida yang Mengalir
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa total energi dari suatu sistem terdiri
dari
energi
kinetik,
energi
potensial
dan
energi
dalam
yang
dinyatakan dalam unit massa yaitu dengan :
1
๐‘’๐‘’ = ๐‘ˆ๐‘ˆ + ๐‘’๐‘’๐‘’๐‘’ + ๐‘’๐‘’๐‘’๐‘’ = ๐‘ˆ๐‘ˆ + 2 ๐‘‰๐‘‰ 2 + ๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”............................(2.25)
Persamaan diatas merupakan persamaan untuk fluida yang tidak mengalir (non flowing
fluid), sedangkan total energi untuk fluida yang mengalir (flowing fluid) yang dinotasikan
dengan θ perunit massa yaitu :
๐œƒ๐œƒ = ๐‘ค๐‘ค๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“๐‘“ + ๐‘’๐‘’ = ๐‘ƒ๐‘ƒ๐‘ƒ๐‘ƒ + (๐‘ข๐‘ข + ๐‘’๐‘’๐‘’๐‘’ + ๐‘’๐‘’๐‘’๐‘’)..........................(2.26)
2.5.4. Analisis Energi pada Sistem Aliran Steady
Sejumlah besar peralatan seperti turbin, kompresor dan nosel dioperasikan
dalam
jangka
waktuyanglama
dan
pada
kondisi
yangrelatif
tetap.
Peralatan
tersebut diklasifikasikan kedalam peralatan aliran stedi yang didefinisikan sebagai
proses mengalirnya suatu fluida yang melewati volume atur secara steady.
Selama proses aliran stedi tidak ada sifat intensif atauekstensif yang ada didalam
volume atur yang berubah terhadap waktu. Jadi volume (๐‘ฃ๐‘ฃ), massa (๐‘š๐‘š), dan total energi (E)
pada volume atur tetap konstan.
Gambar 2.16. Massa dan energi didalam volume atur konstan pada kondisi aliran steady
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
Sifat-sifat fluida pada bagian inlet dan outlet konstan selama proses aliran steady. Kalor
dan kerja yang berinteraksi antara sistem aliran steady dan lingkungan sekitarnya juga tidak
berubah terhadap waktu. Keseimbangan massa untuk sistem aliran steady diberikan pada
persamaan berikut,
∑๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– แน = ∑๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ แน...............................................(2.27)
Selama proses aliran steady, total energi yang terdapat pada volume atur konstan
(๐ธ๐ธ๐‘๐‘๐‘๐‘ = ๐‘˜๐‘˜๐‘˜๐‘˜๐‘˜๐‘˜๐‘˜๐‘˜๐‘˜๐‘˜๐‘˜๐‘˜๐‘˜๐‘˜) dan tidak ada perubahan total energi pada volume atur (๐ธ๐ธ๐‘๐‘๐‘๐‘ = 0). Jadi jumlah
energi yang masuk kedalam volume atur dalam berbagai bentuk (oleh kalor, kerja dan massa)
harus sama dengan jumlah energi yang keluar. Sehingga keseimbangan energinya menjadi,
................(2.28)
Atau
É๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–
Rate of net energy transfer by
heat, work, and mass
=
É๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ ..........................................(2.29)
Rate of net energy transfer by
heat, work, and mass
dan jika dijelaskan lagi energi yang ditransfer oleh kalor, kerja dan massa maka persamaanya dapat
ditulis menjadi,
๐‘„๐‘„๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– + แบ†๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– + ∑๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– แน๐œƒ๐œƒ = ๐‘„๐‘„๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ + แบ†๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ + ∑๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ แน๐œƒ๐œƒ.......................(2.30)
1
Karena energi pada fluida yang mengalir per unit massa adalah ๐œƒ๐œƒ = โ„Ž + 2 ๐‘‰๐‘‰ 2 + ๐‘”๐‘”๐‘”๐‘” maka,
1
1
๐‘„๐‘„๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– + แบ†๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– + ๏ฟฝ แน(โ„Ž + ๐‘‰๐‘‰ 2 + ๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”) = ๐‘„๐‘„๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ + แบ†๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ + ๏ฟฝ แนโ„Ž + ๐‘‰๐‘‰ 2 + ๐‘”๐‘”๐‘”๐‘” (2.31
2
2
๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–
๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ
Jika perpindahan energi bersih melalui kalor (Q) dan kerja (แบ†) yang melewati batas volume atur,
maka persamaanya menjadi,
1
1
๐‘„๐‘„ − แบ† = ∑๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ แน(โ„Ž + 2 ๐‘‰๐‘‰ 2 + ๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”) − ∑๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– แนโ„Ž + 2 ๐‘‰๐‘‰ 2 + ๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”.............(2.32)
jika perpindahan energi yang melewati volume atur yaitu yang masuk kedalam volume atur
dinotasikan dengan subscript 1 dan yang keluar dari volum atur dinotasikan dengan subscript 2
maka persamaanya menjadi,
๐‘„๐‘„ − แบ† = แน ๏ฟฝโ„Ž2 − โ„Ž1 +
๐‘ฃ๐‘ฃ2 2 −๐‘ฃ๐‘ฃ1 2
2
+ ๐‘”๐‘”(๐‘ง๐‘ง2 − ๐‘ง๐‘ง1 )๏ฟฝ.................(2.33)
jika persamaanya dibagi dengan ๐‘š๐‘šmaka keseimbangan energi per unit massa
๐‘ž๐‘ž − ๐‘ค๐‘ค = โ„Ž2 − โ„Ž1 +
Dimana :
q
๐‘ฃ๐‘ฃ2 2 −๐‘ฃ๐‘ฃ1 2
2
+ ๐‘”๐‘”(๐‘ง๐‘ง2 − ๐‘ง๐‘ง1 )................(2.34)
= laju perpindahan kalor antara volume atur dan lingkungan. Jika volume kontrol
kehilangan kalor maka q bernilai negatif. Jika volume atur terisolasi dengan
sempurna (adiabatik) maka q = 0
w
= kerja. Jika tidak ada kerja pada sistem maka w = 0
Δh = โ„Ž2 − โ„Ž1 .Merupakan perubahan entalpi pada fluida dapat ditentukan dengan mudah
dengan cara melihat nilai entalpi pada sisi inlet dan outlet dari tabel.
Δek =
๐‘ฃ๐‘ฃ2 2 −๐‘ฃ๐‘ฃ1 2
2
. Perubahan energi kinetik. Selisih kecepatan 45 m/s dapat disamakan
dengan energi kinetik sebesar 1 kJ, sangat kecil bila dibandingkan dengan selisih
nilai entalpi. Jadi jika energi kinetik yang memiliki selisih kecepatan yang rendah
maka energi ini dapat diabaikan. Akan tetapi jika selisih kecepatannya tinggi akan
menyebabkan kenaikkan energi kinetik yang besar
Δep = ๐‘”๐‘”(๐‘ง๐‘ง2 − ๐‘ง๐‘ง1 ) . Perubahan energi potensial sebesar 1 kJ sama dengan perbedaan
ketinggian sebesar 102 m. Perbedaan ketinggian antara sisi inlet dan outlet pada
peralatan industri seperti turbin dan kompresor dibawah nilai ini, maka energi
potensialnya dapat diabaikan
2.6. Entropi
2.6.1. Definisi Entropi
Sifat ataukeadaan perilakupartikel dinyatakandalam besaran entropi, entropi ini
didefinisikan sebagai bentuk ketidakteraturan perilaku partikel dalam sistem. Entropi
didasarkan pada perubahan setiap keadaan yang dialami partikel dari keadaan awal hingga
keadaan akhirnya.
Semakin tinggi entropi suatu sistem, semakin tidak teratur pula sistem tersebut.Sistem
menjadi lebih rumit, kompleks dan sulit diprediksi. Untuk mengetahui konsepketeraturan,mulamula kita perlumembahas hukum kedua termodinamika yangdikenal sebagai ketidaksamaan
Clausius dan dapat diterapkan pada setiap siklus tanpa memperhatikan dari benda mana siklus
itumendapatkan
energi ataukemana siklus itumelepaskan energi melaluiperpindahan kalor.
Ketidaksamaan Clausius mendasari dua hal yangdigunakan untukmenganalisissistem
tertutupdanvolume atur berdasarkan hukum kedua termodinamika yaitusifat entropi dan neraca
entropi.Ketidaksamaan Clausiusmenyatakan bahwa:
๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ
โˆฎ ๏ฟฝ ๐‘‡๐‘‡ ๏ฟฝ = −๐œŽ๐œŽ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘  ............................................(2.35)
๐‘๐‘
Dimana ๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ mewakili perpindahan kalor pada batas system selama terjadinya siklus,
T adalah temperatur absolut pada daerah tersebut. Subskrip b menunjukkan bahwa integral
dihitung pada daerah batas sistem yang mengalami siklus. Integral dilakukan pada semua
bagian dari batas tersebut dan siklus secara keseluruhan. Sedangkan ๐œŽ๐œŽ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘  dapat mewakili
tingkat ketidaksamaan atau nilai entropi yang dalam pembahasan selanjutnya menggunakan
simbol S. Nilai ๐œŽ๐œŽ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘  positif pada saat terjadi ireversibilitas internal, nol saat tidak adanya
irreversibilitas internal, dan tidak mungkin bernilai negatif.
๐œŽ๐œŽ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘  = 0 tidak ada ireversibilitas internal dalam sistem
๐œŽ๐œŽ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘  > 0 timbul ireversibilitas internal dalam sistem
๐œŽ๐œŽ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘  < 0 tidak mungkin
Jadi ๐œŽ๐œŽ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘  merupakan ukuran dari efek yang ditimbulkan oleh ireversibilitas pada
saat sistem menjalani suatu siklus. Kesamaan dan ketidaksamaan memiliki penjabaran yang
sama seperti pada pernyataan Kelvin-Plank, yaitu kesamaan muncul pada saat tidak adanya
ireversibilitas internal ketika sistem mengalami siklus, sedangkan ketidaksamaan akan terjadi
pada saat sistem mengalami ireversibilitas internal.
2.6.2. Penggunaan Persamaan T dS
Dengan mengambil simbol S yang menunjukkan
suatu
sifat yang disebut entropi,
maka perubahan entropi dapat dituliskan sebagai :
๐‘†๐‘†2 = ๐‘†๐‘†1
2 ๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ
= ๏ฟฝ∫1
๐‘‡๐‘‡
๏ฟฝ
๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ
.............................................(2.36)
Dimana “int rev” menunjukkan bahwa integrasi tersebut dilakukan untuk setiapproses
reversibel internal yangmenghubungkandua keadaan.Persamaan tersebut merupakan didefinisi
dari perubahan entropi. Dalam bentuk diferensial, persamaan diatas dapat dituliskan menjadi,
Atau
๐‘‘๐‘‘๐‘‘๐‘‘ =
๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ
๐‘‡๐‘‡ ๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ
...............................................(2.37)
(๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ)๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ = ๐‘‡๐‘‡ ๐‘‘๐‘‘๐‘‘๐‘‘.............................................(2.38)
Dimana ๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ๐›ฟ adalah jumlah kalor yang masuk atau keluar dari sebuah sistem, dSadalah
perubahan entropi sistem, dan T adalah temperaturnya.
2.6.3. Penggunaan Diagram Entropi
Padasaat hukum kedua termodinamika diterapkan, diagram ini sangat membantu
untukmenentukan lokasi dankeadaan dan menggambarkan proses pada diagram dimana
koordinatnya adalah nilai entropi. Diagram dengan salah satu sumbu koordinat berupa entropi
yangseringdigunakan adalah diagram temperatur-entropi (T-s) dan diagram entalpi-entropi (hs).
1. Diagram T-s
Bentuk umum dari diagram temperatur-entropi dapat dilihat pada gambar 2. 17.Pada
daerah uappanas lanjut dalam diagram T-s, garis-garis entalpi spesifik konstan hampir
membentuk garis lurus pada saat tekanan berkurang. Keadaan ini dirunjukkan pada daerah
terarsir pada gambar 2.17. Untuk keadaan pada daerah ini, entalpi ditentukan hanya dengan
temperatur. Variasi tekanan antara beberapa keadaan tidak berpengaruh besar.
Pada daerah uappanas lanjut dalam diagram T-s, garis-garis entalpi spesifik konstan
hampir membentuk garis lurus pada saat tekanan berkurang. Keadaan ini dirunjukkan pada
daerah terarsir pada gambar 2.17. Untuk keadaan pada daerah ini, entalpi ditentukan hanya
dengan temperatur. Variasi tekanan antara beberapa keadaan tidak berpengaruh besar.
Gambar 2.17. Diagram temperatur-entropi
(Michael J. Moran dan Howard N. Shapiro, 2006)
2. Diagram H-s
Diagram entalpi-entropi ini disebut juga dengan diagram Mollier, seperti tampakpada
gambar 2.18.
Gambar 2.18. Diagram entalpi-entropi
(Michael J. Moran dan Howard N. Shapiro, 2006)
Garis-garis kualitas konstan ditunjukkan pada daerah campuran dua fase cair-uap.
Grafik ini digunakan untuk mendapatkan nilai sifat pada keadaan uap panas lanjut dan untuk
campuran dua fase cairuap. Data cairan umumnya jarangtersedia. Pada daerah uappanas lanjut,
garis temperatur konstan mendekati horizontal pada saat tekanan berkurang yang ditunjukkan
pada daerah terarsir pada gambar 2.18.
2.7 Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Pembangkit listrik tenaga uap merupakan salah satu dari jenis pembangkit,
dimana
pembangkit
sumber
energi
sehingga
akan
ini
memanfaatkan
untukmenggerakan
dihasilkan
tenaga
uapyang
turbin
listrik.
dihasilkan
dansekaligus
Sistem
oleh
boiler
memutar
pembangkit
tenaga
sebagai
generator
uapyang
sederhana terdiri dari empat komponen utama yaitu boiler, turbin uap, kondenser
danpompa kondensat.Skemapembangkitlistriktenagauapdapat ditunjukkan pada gambar
berikut. Pompa digunakan untuk mengkompres air sampai tekanan operasi boiler. Air memasuki
boiler sebagai cairan kompresi dan akan menjadi uap superheated.
Gambar 2.19. Skema pembangkit listrik tenaga uap
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
Uap superheated kemudian akan memasuki turbin untuk diekspansi secara isentropik
dan akan menghasilkan kerja untuk memutar shaft yang terhubung dengan generator listrik
sehingga dapat dihasilkan listrik. Tekanan dan temperatur uap akan turun dan masuk ke
kondenser, dan kemudian dicairkan pada tekanan konstan didalam kondenser dan akan
meninggalkan kondenser sebagai cairan jenuh yang akan masuk pompa.
2.8. SiklusIdeal Turbin Uap
Siklus ideal yangmendasarisiklus kerja dari suatupembangkit daya uap adalah siklus
Rankine. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara ditinjau dari fluida kerjanya
yangmengalami
evaporasi
dan
perubahanfase
kondensasi.
Perbedaan
selama
lainnya
siklus
secara
pada
termodinamika
saat
siklus
uap
dibandingkan dengan siklus gas adalah bahwa perpindahan kalor pada siklus uap dapat terjadi
secara isotermal.
Proses perpindahan kalor yang sama dengan proses perpindahan kalor pada siklus
Carnot dapat dicapai pada daerah uap basah dimana perubahan enalpi fluida kerja akan
menghasilkan penguapan atau kondensasi, tetapi tidak pada perubahan temperatur.
Gambar 2.20. Siklus Rankine Sederhana
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
Temperatur hanya diatur oleh tekanan uap fluida. Kerja pompa pada siklusRankine
untukmenaikkan tekanan fluida kerjadalam fase cair akan jauh lebih
kecil dibandingkan
dengan pemampatanuntukcampuran uap dalam tekanan yang samapadasiklusCarnot.
Siklus Rankine ideal terdiri dari 4 tahapan proses :
1 -2 Kompresi isentropik dengan pompa.
2 -3 Penambahan panas dalam boiler secara isobar
3 - 4 Ekspansi isentropik pada turbin.
4 -1 Pelepasanpanas pada kondenser secara isobardan isotermal
Air masuk pompa pada kondisi 1 sebagai cairan jenuh (saturated liquid) dan
dikompresi sampai tekanan operasi boiler. Temperatur air akan meningkat selama kompresi
isentropik karena menurunnya volume spesifik air. Air memasuki boiler sebagai cairan
terkompresi (compressed liquid) pada kondisi 2 dan akan menjadi uap saturated pada kondisi
3. Dimana panas diberikan oleh boiler ke air pada tekanan yang tetap. Boiler dan seluruh
bagian yang menghasilkan steam ini disebut sebagai steam generator. Uap saturated pada
kondisi 3 kemudian akan memasuki turbin untuk diekspansi secara isentropik dan akan
menghasilkan kerja untuk memutar shaft yang terhubung dengan generator listrik sehingga
dapat dihasilkan listrik. Tekanan dan temperatur dari steam akan turun selama prosesini
menuju keadaan 4 dimana steam akan masuk kondenser dan biasanya sudah berupa uap
jenuh. Steam ini akan dicairkan pada tekanan konstan didalam kondenser dan akan
meninggalkan kondenser sebagai cairan jenuh yang akan masuk pompa untuk melengkapi
siklus ini.
2.9 Siklus Rankine Reheat Ideal
Pada siklus Rankine reheat ideal terjadi 2 kali proses ekspansi. Pada ekspansi pertama
(high-pressure turbine), uap diekspansikan secara isentropic ke tekanan medium dan dikirimkan
kembali ke boiler untuk dipanaskan kembali dengan tekanan konstan. Lalu pada proses ekspansi
ke kedua (low-pressure turbine) uap diekspansikan secara isentropic ke tekanan kondenser.
Maka total panas yang masuk ke boiler dan total kerja turbin pada siklus reheat dapat ditentukan
dengan:
๐‘ž๐‘ž๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– = ๐‘ž๐‘ž๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ + ๐‘ž๐‘ž๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ โ„Ž๐‘’๐‘’๐‘’๐‘’๐‘’๐‘’ = (โ„Ž3 − โ„Ž2 ) + (โ„Ž4 − โ„Ž5 )…………….(2.39)
Dan
๐‘ค๐‘ค๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก ,๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ = ๐‘ค๐‘ค๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก ,1 + ๐‘ค๐‘ค๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก ,2 = (โ„Ž3 − โ„Ž4 ) + (โ„Ž5 − โ„Ž6 )…………….(2.40)
Gambar 2.21. Siklus Rankine Reheat
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
Penggunaan dari pada reheat tunggal pada pembangkit listrik modern menaikkan
efisiensi siklus menjadi 4 sampai 5 persen dengan cara meningkatkan suhu rata-rata uap yang
ditransferkan kembali.
Siklus reheat diperkenalkan pada pertengahan tahun 1920, tapi kemudian ditinggalkan
pada tahun1930an karena tingkat kesulitan yang tinggi dalam pengoperasiannya. Karena
kenaikan tekanan boiler yang stabil seiring berkembangnya waktu maka siklus reheat tunggal
kembali diperkenalkan pada tahun 1940 an dan reheat ganda pada awal tahun 1950an.
Suhu pada proses reheat sama dengan suhu inlet turbin. Tekanan maksimum proses
reheat adalah seperempat tekanan maksimum siklus. Contohnya tekanan optimum reheat pada
siklus dengan tekanan boiler 12 MPa adalah 3 MPa.
2.10. Siklus Rankine Regeneratif Ideal
Salah satu cara untuk menaikkan efisiensi siklus adalah dengan meningkatkan suhu air
(feedwater) sebelum masuk ke dalam boiler.Salah satu cara menaikkan suhu ini adalah dengan
mengirimkan panas ke feedwater dari uap ekspansi turbin yang dialirkan kembali sebagian yang
disebut dengan proses regenerasi.
Proses regenerasi pada pembangkit tenaga uap didapatkan dari ekstraksi uap dari turbin
pada titik atau stages tertentu. Uap ini digunakan untuk memanaskan feedwater. Alat untuk
memanaskan feedwater pada regenerasi disebut dengan feedwater heater.
Proses regenerasi tidak hanya berfungsi untuk menaikkan efisiensi siklus, tapi juga dapat
melakukan proses deaerasi (membuang kandungan gas pada air) pada feedwater yang akan
mencegah korosi pada boiler.
2.10.1 Open Feedwater Heaters
Open Feedwater Heaters pada dasarnya adalah mixing chambers, dimana uap hasil
ekstraksi dari turbin dicampur dengan feedwater. Skema dari pembangkit listrik tenaga uap
dengan satu open feedwater heater dan diagram T-s ditunjukkan oleh gambar 2.22 berikut ini
Gambar 2.22. Siklus Rankine Regeneratif dengan Open Feedwater Heater
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
Pada siklus regeneratif Rankine ideal, uap masuk ke turbin pada tekanan boiler (kondisi
5) dan diekspansikan secara isentropic ke tekanan medium (kondisi 6). Beberapa uap akan
diekstraksi dan dikirim kembali ke feedwater heater, sementara uap yang tersisa diekspansikan
lanjut secara isentropic ke tekanan kondenser (kondisi 7). Air kondensasi yang juga disebut
dengan feedwater dipompakan kembali ke feedwater heater, dimana disana akan dicampur
dengan uap ekstraksi dari turbin. Fraksi dari uap ekstraksi meninggalkan heater sebagai uap
saturasi pada tekanan heater (kondisi 3). Pompa kedua meningkatkan tekanan air hingga
mencapai tekanan boiler (kondisi 4). Siklus berakhir dengan dipanaskan air pada boiler hingga
kondisi masuk turbin (kondisi 5).
Untuk setiap 1 kg uap yang meninggalkan boiler, y kg diekspansikan terpisah di dalam
turbin dan diekstraksikan pada kondisi 6. Sisa (1-y) kg diekspansikan ke tekanan kondenser.
Oleh karena itu Flow rate pada setiap komponen berbeda. Jika flow rate boiler adalah แน, maka
(1-y)m melewati kondenser. Panas dan kerja pada siklus rankine regeneratif dengan satu
feedwater heater dapat dicari dengan :
๐‘ž๐‘ž๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– = โ„Ž5 − โ„Ž4 …………………………….(2.41)
๐‘ž๐‘ž๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ = (1 − ๐‘ฆ๐‘ฆ)(โ„Ž7 − โ„Ž1 )……………………….(2.42)
๐‘ค๐‘ค๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก ,๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ = (โ„Ž5 − โ„Ž6 ) + (1 − ๐‘ฆ๐‘ฆ)(โ„Ž6 − โ„Ž7 )……………..(2.43)
Dimana:
๐‘ค๐‘ค๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ ,๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– = (1 − ๐‘ฆ๐‘ฆ)๐‘ค๐‘ค๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ ,๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– + ๐‘ค๐‘ค๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ ,๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ …………….(2.44)
๐‘ฆ๐‘ฆ = แน6 /แน5 ……………………………..(2.45)
๐‘ค๐‘ค๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ ,๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– = ๐‘ฃ๐‘ฃ1 (๐‘๐‘2 − ๐‘๐‘1 )……………………....(2.46)
2.10.2. Closed Feedwater Heaters
๐‘ค๐‘ค๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ ,๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– = ๐‘ฃ๐‘ฃ3 (๐‘๐‘4 − ๐‘๐‘3 )……………………....(2.47)
Tipe feedwater heater lainnya yang biasa digunakan adalahClosed Feedwater Heaters,
dimana panas yang ditransfer dari uap ekstraksi ke feedwater tanpa dicampur terlebih dahulu..
Kedua aliran dapat berada pada tekanan yang berbeda karena mereka tidak bercampur. Skema
dari pembangkit listrik tenaga uap dengan satu closed feedwater heater dan diagram T-s dari
siklus ditunjukkan oleh gambar 2.23 berikut ini :
Gambar 2.23. Siklus Rankine Regeneratif dengan Closed Feedwater Heater
(Yunus A. Cengel dan Michael A. Boles, 1994)
Pada Closed Feedwater Heater yang ideal, feedwater dipanaskan hingga suhu keluar
dari uap ekstraksi, dimana idealnya meninggalkan heater sebagai cairan jenuh pada tekanan
ekstraksi. Pada sistem pembangkit tenaga actual, feedwater meninggalkan heater dibawah suhu
keluar dari uap ekstraksi karena perbedaan suhu beberapa derajad diperlukan untuk efektifitas
perpindahan panas.
Uap kondensasi baik yang dipompakan ke aliran feedwater maupun dikembalikan lagi
ke heater lainnya atau ke kondenser disebut dengan trap. Trap dapat membuat cairan
dipompakan ke tekanan yang lebih rendah.
2.11. Analisis Energi Pada Sistem Pembangkit Listrik
Perpindahan kalor yang tidak dapat dihindari antara komponen pembangkit da
sekelilingnya diabaikan untuk memudahkan analisis. Perubahan energykinetik dan
potensialjuga diabaikan. Setiap komponen dianggap beroperasi padakondisi tunak (steady).
Dengan menggunakan prinsip konservasi massa dan konservasi energi bersama-sama dengan
idealisasi tersebut maka akan dikembangkan persamaan untuk perpindahan energi pada masingmasing komponen pembangkit.
1. Pompa
Kondensat cair yang meninggalkan kondenser pada kondisi 1 dipompa dari kondenser
kedalam boiler sehingga tekanannya naik. Dengan menggunakan volume atur disekitar pompa
dan mengasumsikan tidak ada perpindahan kalor disekitarnya, kesetimbangan laju massa dan
energi adalah
๐‘ž๐‘ž − ๐‘ค๐‘ค = โ„Ž1 − โ„Ž2 +
๐‘‰๐‘‰21 −๐‘‰๐‘‰22
2
+ ๐‘”๐‘”(๐‘ง๐‘ง1 − ๐‘ง๐‘ง2 )......................(2.48)
Atau :
2. Boiler
๐‘ค๐‘ค๐‘๐‘ = โ„Ž2 − โ„Ž1 ..............................................(2.49)
Fluida kerja meninggalkan pompa pada kondisi 2 yang disebut dengan pemanas air
umpan sampai jenuh dan diuapkan di dalam boiler. Dengan menggunakan volume atur yang
melingkupi tabung boiler dan drum yang mengalirkan air-pengisian dan kondisi 2 ke kondisi 3,
kesetimbangan laju massa dan energi menghasilkan
๐‘ž๐‘ž๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– = โ„Ž3 − โ„Ž2 .............................................(2.50)
Dimana ๐‘ž๐‘ž๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– adalahlaju perpindahan kalor dari sumber energi ke dalam fluida kerja per unit
massa yang melalui boiler.
3. Turbin
Di dalam turbin terjadi pelepasan energi untuk menggerakkan beban (generator dan
kompresor). Uap yang disuplai dari boiler akan berekspansisehingga tekanannya naik dan
mampu mendorong tingkat sudu turbin.
Uap dari boiler pada kondisi 3, yang berada pada temperatur dan tekanan yang sudah
dinaikkan, berekspansi melalui turbin untuk menghasilkan kerja dan kemudian dibuang ke
kondenser pada kondisi 4 dengan tekanan yang relatif rendah. Dengan mengabaikan
perpindahan kalor dengan sekelilingnya, kesetimbangan laju energi dan massa untuk volume
atur di sekitar turbin pada kondisi tunak menjadi :
4. Kondenser
๐‘ค๐‘ค๐‘ก๐‘ก = โ„Ž3 − โ„Ž4 ............................................(2.51)
Dalam kondenser terjadi perpindahan kalor dari uap ke air pendingin yang mengalir
dalam aliran yang terpisah. Uap terkondensasi dan temperatur air pendingin meningkat. Pada
kondisi tunak, kesetimbangan laju masa dan energi untuk volume atur yang melingkupi bagian
kondensasi dan penukar kalor adalah :
๐‘ž๐‘ž๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ = โ„Ž4 − โ„Ž1 .............................................(2.52)
Dimana ๐‘ž๐‘ž๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ merupakan laju perpindahan energi dari fluida kerja ke air pendingin per
unit massa fluida kerja yang melalui kondenser
Efesiensi termal mengukur seberapa banyak energi yang masuk kedalam fluida kerja
yang masuk kedalam boiler yang dikonversi menjadi keluaran kerja netto.
๐œ‚๐œ‚๐œ‚๐œ‚โ„Ž =
๐‘ค๐‘ค ๐‘ก๐‘ก −๐‘ค๐‘ค ๐‘๐‘
๐‘ž๐‘ž ๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–
=
(โ„Ž 3 −โ„Ž 4 )−(โ„Ž 2 −โ„Ž 1 )
(โ„Ž 3 −โ„Ž 2 )
..............................(2.53)
2.12. Analisa Overall Efficiency
Analisis overall efficiency adalah efisiensi keseluruhan suatu sistem PLTU
yang
merupakan
perbandingan
antara
energi
yangdimasukkan
kedalam
sistem
yaitu berupa energi yang berasal dari bahan bakar dengan energi yang dihasilkan
oleh
sistem
berupa
daya
listrikyangdihasilkanoleh
generator
dan
dinyatakan
dalam persamaan.
๐œ‚๐œ‚๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ =
๐‘Š๐‘Š๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”
๐‘„๐‘„๐‘๐‘๐‘๐‘ โ„Ž ๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž ๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘
........................................(2.54)
Dimana kerja yang dihasilkan oleh generator merupakan daya listrik aktual yang
dihasilkan oleh sistem dimana
๐‘Š๐‘Š๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘”๐‘” = ๐‘‰๐‘‰. ๐ด๐ด.......................................(2.55)
Sedangkan jumlah energi bahan bakar yang dimasukkan ke dalam sistem PLTU yaitu
๐‘„๐‘„๐‘๐‘๐‘๐‘ โ„Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž ๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ = แน๐‘๐‘๐‘๐‘ โ„Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž ๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐ป๐ป๐ป๐ป.........................(2.56)
Dimana HV (Heating Value) adalah nilai kalor bahan bakar yang digunakan untuk
SPTU ini.
2.13. Analisa Jumlah Penggunaan Bahan Bakar
Pada boiler jumlah penggunaan bahan bakar yang digunakan berdasarkan jumlah panas
yang dibutuhkan untuk mengubah air yang masuk kedalam boiler menjadi uap panas
superheated yang akan di masukkan ke turbin. Proses pembentukan uapair dari fase cair
menjadi uap melalui proses yang disebut panas sensibel dan panas laten. Panas
sensibel ialah panas yang menyebabkan terjadinya kenaikan/ penurunan temperatur
namun phasa (wujud) tidak berubah. Sedangkanpanas laten ialah panas yang
diperlukan untuk mengubah phasa (wujud) benda namun temperaturnya tetap.
Untuk mengetahui panas yang dibutuhkan untuk mengubah air menjadi uap dalam
boiler dapat dicari dengan rumus berikut :
๐‘„๐‘„๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก = ๐‘„๐‘„1 + ๐‘„๐‘„2 + ๐‘„๐‘„3 ................................(2.57)
๐‘„๐‘„1 = แน. ๐ถ๐ถ๐ถ๐ถ. ๐›ฅ๐›ฅ๐›ฅ๐›ฅ1 ....................................(2.58)
๐‘„๐‘„2 = แน. ๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘๐‘ ๐‘™๐‘™๐‘™๐‘™๐‘™๐‘™๐‘™๐‘™๐‘™๐‘™...............................(2.59)
๐‘„๐‘„3 = แน. ๐ถ๐ถ๐ถ๐ถ. ๐›ฅ๐›ฅ๐›ฅ๐›ฅ2 ....................................(2.60)
Dimana :
Q
= Jumlah panas yang dibutuhkan, kJ/kg
แน
= Flow rate air/uap jenuh, ton/hr
Cp
= Heat Capacity
๐›ฅ๐›ฅ๐›ฅ๐›ฅ1 = Selisih temperatur air dan air jenuh pada boiler
๐›ฅ๐›ฅ๐›ฅ๐›ฅ2 = Selisih temperatur uap jenuh dan uap superheated pada boiler
2.14REFPROP
Refprop adalah akronim dari Reference Fluid Properties. Program ini dikembangkan
oleh National Institute of Standards and Technology (NIST) yang berfungsi untuk
menghitung sifat termodinamika dari fluida dan campurannya. Sifat –sifat termodinamika ini
dapat ditampilkan dalam bentuk table dan diplot secara grafik.
Gambar 2.24.Refprop
Data Refprop berdasarkan data akurat dari fluida murni dan campurannya yang
tersedia pada saat ini. Refprop menerapkan tiga model untuk sifat termodinamika fluida
murni: Persamaan energi Helmholtz, Persamaan Benedict-Webb-Rubin yang dimodifikasi dan
Extended corresponding states (ECS) yang dimodifikasi.
Pada software Refprop ini terdapat berbagai macam jenis fluida yang bisa
tersedia.Mulai dari fluida murni sampai fluida dengan campuran. Untuk menentukan fluida
yang ingin digunakan kita tinggal memilih di menu substance. Pada menu substance ini juga
tersedia informasi mengenai fluida yang digunakan dan kita juga dapat mengetahui jenis
fluida dengan cara memasukkan beberapa sifat atau properties yang diketaui.Gambar
2.Berikut ini merupakan tampilan menu substance.
Gambar 2.25Menu Substance
Hasil perhitungan dari sifat termodinamika pada refprop ini dapat ditampilkan dalam
table. Pada refprop table yang tersedia:Saturation Tables, Isoproperty Tables, Specified State
Points Tables, Single Point Saturation Tables, danSaturation Point (bubble and dew points at
same composition) Tables. Dengan memasukkan parameter-parameter fluida yang
diinginkan, maka akan didapatkan fluid properties dari fluida. Pada gambar 2.26 berikut ini
ditampilkan contoh table saturasi dari fluida air dari suhu 00C – 4600C .
Gambar 2.26Saturation Table of water
Properties atau sifat fluida dapat juga di tampilkan dalam diagram. Diagram yang
tersedia adalah:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Temperature vs. Entropy
Temperature vs. Enthalpy
Temperature vs. Density
Pressure vs. Enthalpy
Pressure vs. Density
Pressure vs. Volume
Pressure vs. Temperature
Compressibility Factor vs. Pressure
Enthalpy vs. Entropy
Isochoric Heat Capacity vs. Temperature
Isobaric Heat Capacity vs. Temperature
Speed of Sound vs. Temperature
Exergy vs. Enthalpy
Isothermal Compressibility vs. Temperature
Viscosity vs. Temperature
Thermal Conductivity vs. Temperature
Temperature vs. Composition (for binary mixtures only)
Pressure vs. Composition (for binary mixtures only)
Dengan cara memasukkan parameter-parameter fluida yang diinginkan, maka akan
didapatkan diagram yang diinginkan. Pada gambar 2.27 berikut ini akan ditampilkan contoh
diagram T-S dari fluida air.
Gambar 2.27 Diagram T-S Air
2.15SteamTab
SteamTab adalah perangkat lunak yang menyediakan data akurat dari daftar lengkap
sifat termodinamika dan fisik untuk air dan uap. SteamTab mengadopsi formulasi disetujui
oleh International Association for the Properties of Water and Steam (IAPWS): The IAPWS
Formulation of Ordinary Water for General and Scientific Use (IAPWS-95). Persamaan yang
digunakan adalah persamaan Helmholtz energy bebas f. Persamaan ini tidak memilik dimensi
dengan bentuk φ=f/(RT) dan dibedakan menjadi dua bagian yaitu gas ideal (φo) dan residual
(φr), maka :
..............................(2.61)
Dimana δ=ρ/ρc dan τ = Tc/T
Bagian gas ideal dari persamaan Helmholtz energy bebas didapatkan dari persamaan
umtuk heat capacity isobaric spesifik di perasmaan gas ideal yang dikembangkan oleh J.R.
Cooper yaitu:
………………(2.62)
Untuk bagian residual ideal dari persamaan Helmholtz energy bebas adalah sebagai
berikut :
..(2.63)
Dengan :
Gambar 2.28 ChemicaLogic SteamTab Companion
SteamTab dirancang untuk memudahkan mengakses nilai property dan uap air.
SteamTab dapat mengevaluasi properties dari air dan uapdalam berbagai kondisi (suhu
190oK - 5000K ; tekanan 0 – 100.000 bar). Dengan menggunakan SteamTab dimungkinkan
pemeriksaan scenario dan desain untuk optimasi dalam skala besar.SteamTab juga dapat
digunakan untuk menghasilkan grafik Mollier dan table uap sesuai kebutuhan.
Fungsi SteamTab dibagi menjadi tiga kategori:
•
Fungsi untuk uap, cair atau dua sifat fase jenuh (2 fungsi)
Kedua fungsi menghitung uap, cair dan dua-sifat fase dari tiga titik sampai titik kritis.
Disini dapatdipilih suhu atau tekanan sebagai variabel independen. Fungsi untuk uap,cair
dan dua sifat fase jenuh ditunjukkan oleh gambar 2. berikut ini:
Gambar 2.29 Fungsi untuk fase uap,cair dan campuran
•
Fungsi untuk superheated uap atau sifat cairan subcooled (9 fungsi)
Fungsi dalam kategori ini menyediakanalat untuk menetukansifat konstan pada
proses. Tergantung pada pilihan variabel independen, dapat dimodelkan isentropik,
isenthalpic, volume konstan, atau proses energi internal konstan.Fungsi untuk
superheated uap atau sifat cairan subcooled ditunjukkan oleh gambar 2.30 berikut ini
Gambar 2.30 Fase Superheated dan Subcooled
•
Fungsi untuk properti uap konstan (8 fungsi)
Fungsi dalam kategori ini memberikan akses ke properti uapdasar yang bukan
merupakan fungsi temperatur atau tekanan, seperti: berat molekul, sifat kritis. Fungsi
untuk fase uap konstan ditunjukkan oleh gambar 2.31 berikut ini
Gambar 2.31 Fase uap konstan
2.16Computer Aided Thermodynamic Tables 2(CATT2)
Computer Aided Thermodynamic Tables 2(CATT2) adalah software yang memuat
berbagai macam table termodinamika yang biasanya terdapat pada buku referensi. Dengan
menggunakan software ini tidak diperlukan lagi interpolasi untuk mencari harga sifat
temodinamik di table.Hanya dengan memasukkan nilai sifat yang ingin di evaluasi, kemudian
akan didapatkan sifat-sifat lain yang ingin diketahui.
Gambar 2.32Computer Aided Thermodynamic Tables 2(CATT2)
Dalam pengoperasian software ini,dibutuhkan parameter-parameter untuk menentukan
sifat fluida yang ingin dicari. Parameter tersebut dapat berupa suhu, tekanan,enthalpy, atau
entropi. Biasanya Cuma dibutuhkan dua buah parameter untuk mengetahui sifat selanjutnya.
Contohnya dengan memasukkan nilai suhu dan tekanan dari fluida maka akan diketahui
entalpi dan entropinya. Gambar 2.33 berikut menunjukkan tabel general properties.
Gambar 2.33 Tabel General Properties
Layar softwareCATT2terbagi 2 bagian yaitu bagian atas dan bawah.Pada bagian atas
menampilkan nilai sifat yang terakhir dievaluasi dan posisi dari nilai tersebut secara
grafik.Pada bagian atas menunjukkan diagram T-S dan posisi dari nilai sifat suatu fluida.
Gambra 2.34 berikut menunjukkan diagram T-s yang ditampilkan software.
Pada bagian bawah berisikan halaman data yang memuat semua nilai sifat fluida yang
dievaluasi. Di Halaman data tersebut akan ditampilkan dengan table sifat-sifat fluida yang
ingin dievaluasi. Gambar 2. Berikut ini akan menunjukkan tampilan data dari pada CATT2:
Gambar 2.34 Diagram T-S
Pada bagian bawah,layar akan menunjukkan tabel hasil data yang diperoleh. Dari tabel
tersebut akan didapatkan suhu,tekanan,entalpi,entropi dan sifat fisik ari pada fluida tersebut.
Gambar 2.35 berikut akan menunjukkan tampilan data dari CATT2.
Gambar 2.35 Tampilan data CATT2
Pada softwareCATT2 ini terdapat berbagai macam fluida yang dapat dianalisis. Jenis
fluida yang tersedia di CATT2 ini adalah air, refrigerant,cryogenic, udara, gas ideal, air
bertekanan, psycometric .Untuk memilih jenis fluida yang ingin dicari dapat dilihat di bagian
bawah layar software. Disitu dapat dilihat berbagai macam fluida.Dengan mengklik jenis
fluida yang diinginkan ,maka software akan menganalisis sifat dari fluida tersebut setelah
dimasukkan parameter yang ingin dicari.Gamabar 2. 36 berikut menampilkan jenis fluida
yang ada pada CATT2.
Gambar 2.36 Fluida pada CATT2
Download