View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
Membangun Negara
Hukum Indonesia
Sanksi Pelanggaran Hak Cipta
Undang-undang Republik Indonesia No. 19 Taliun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta dan pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang beriaku.
PROF. DR. AMINUDDIN ILMAR, S.H., M.H.
Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2)
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima rnilyar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Penerbit:
Phinatama Media
I
Kata Pengantar
Membangun Negara Hukum Indonesia
Hak Cipta © Prof. Dr. Aminuddin llmar, S.H., M.H. AM rights reserved.
Hak cipta dilindungi undang-undang.
P
uji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan hidayahNya sehingga saya
dapat merampungkan buku yangadadihadapan pembaca
meskipun merupakan kumpulan tulisan yang tersebar dengan
topik tulisan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, saya menyadari
bahwa tentu saja didalam buku ini nantinya akan dijumpai adanya
perulangan konsepsi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan
dalam merangkai sebuah gagasan pemikiran besar yang saya
sebut dengan membangun negara hukum Indonesia.
Mengapa saya sampai kepada sebuah gagasan besar
pemikiran seperti tersebut di atas, tidak lain oleh karena dalam
praktik kehidupan berbangsa dan bernegara kita terdapat begitu
banyak anomali yang terjadi khususnya yang berkenaan dengan
pelaksanaan konsepsi bernegara hukum Indonesia. Saya melihat
bahwa konsepsi bernegara hukum yang kita anut tidak akan
mungkin dapat berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan
dasar dari negara hukum itu yakni, bagaimana mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera kalau tidak
dilandasi oleh sebuah konsepsi negara hukum yang jelas untuk
dapat dijadikan sebagai pijakan dasar dan alat ukur, apakah dalam
proses bernegara tersebut sudah sesuai dengan kehendak kita
bersama sebagai rakyat dan juga subjek pemilik negara.
Penults:
Prof. Dr. Aminuddin llmar, S.H., M.H.
Kata Sambutan:
Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, S.H., M.SL, M.H.
Desain sampul & isi:
Bagus Sabrang MCA
Penerbit:
Phinatama Media
Alamat Penerbit:
Perum. Dosen Unhas Tamalanrea Jl. Perintis Kemederkaan Km.io
Blok N Baru No. 2 Makassar
Telp. 0411-583266, Fax. 0411-8110397
e-mail: [email protected]
Cetakan I, 2014
ISBN 978-602-71326-0-3
v
r
ka dasar pengembangan dan pembangunan hukum nasional
guna dapat mewujudkan adanya suatu sistem hukum nasional.
Pentingnya membangun konsepsi negara hukum Indonesia
tidak lain dimaksudkan untuk memberi dasar pada pengelolaan
kehidupan berbangsa dan bemegara secara baik dan benar. Agar
di dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bemegara
kita terdapat aturan main yang jelas baik untuk penyelenggara
negara maupun warga masyarakat sehingga tidak terwujud adanya perbuatan atau tindakan penyelenggara negara yang
se-wenang-wenang terhadap warga masyarakat dan sebaliknya
tidak terwujud pula adanya tindakan atau perbuatan anarkhis
dari warga masyarakat.
Menggagas sebuah bangunan konsepsi negara hukum Indonesia tidaklah mudah untuk dilakukan.apatah lagi kalau hal itu
tidak dilakukan sama sekali sehingga dapat berimpilikasi kepada
proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bemegara
yang tidak pas. Dalam arti, terjadi anomali dalam berbagai tindakan dan atau perbuatan para penyelenggara negara bahkan
dapat pula terjadi pembentukan hukum secara parsial alias
tarn-bal sulam yang biasnya kita tidak akan pemah
mendapatkan suatu pengaturan hukum yang sinkron dan
harmonis baik untuk tingkatan pengaturan secara vertikal
maupun secara horizontal. Terlalu banyak norma pengaturan
hukum yang kita buat saling bertumpang tindih atau saling
menafikan (antinomie) sehingga akibatnya pula akan
berpengaruh pada proses penegakan hukum yang kita
lakukan.
Untuk itu, apa yang tergagas dan tersaji dalam buku ini
san-gatlah membantu kita untuk dapat memahami betapa
penting dan mendesaknya membangun sebuah konsepsi negara
hukum Indonesia agar kita dapat menjalani proses berbangsa
dan ber-negara ini secara aman dan damai oleh karena kita
telah memX
■■■■ MEMBAMOUNNEOARA HUKUM INDONESIA
punyai sebuah bangunan negara hukum Indonesia yang dapat
menjadi pilar dalam kehidupan berbangsa dan bemegara Indonesia. Semoga melalui pembacaan kita terhadap buku ini dapat
merangsang cara berpikir dan dapat memahami akan arti pentingnya sebuah konsepsi bemegara hukum Indonesia.
Wassalam.
Makassar, 10 September 2014
MEMBANGUN NEGARA HUKUM INDONESIA
xi
Daftar Isi
Kata Pengantar ..................................................................
v
Kata Sambutan
Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, S.H.,M.SL,M.H .......................
ix
Prolog
Membangun Konsepsi Negara Hukum Indonesia ............
i
1. Konsep Pembangunan Hukum Indonesia .....................
1. Pengantar.................................................................
2. Pembangunan Hukum ............................................
3. Jenis Pengembanan Hukum ....................................
7
7
9
12
2- Evaluasi Pembangunan Hukum Nasional ......................
1. Pendahuluan ...........................................................
2. Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Hukum ..........
3. Beberapa Masalah Pokok Dalam Pembangunan
Hukum .....................................................................
17
17
19
25
3. Pengembangan Hukum Ekonomi Indonesia .................
1. Pendahuluan .............................................................
2. Konsep Hukum Ekonomi .........................................
3. Ruang Lingkup Hukum Ekonomi ..............................
4. Penutup .....................................................................
29
29
32
34
35
4. Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah ...........................................................................
1. Konsep dan Istilah ....................................................
2. Tiga Dimensi Akuntabilitas .......................................
37
37
39
5. Penyalahgunaan Wewenang dalam Perbuatan
Korupsi.........................................................................
41
6. Hubungan Pusat - Daerah dan Konstalasi Demokrasi
di Indonesia.................................................................
1. Pendahuluan.............................................................
2. Kedudukan Pemerintah dan Pemerintah Daerah....
3. Penyalahgunaan Wewenang ..................................
4. Penutup ....................................................................
45
45
48
51
55
7. Hubungan Pemerintah Daerah dengan DPRD...............
57
8. Kedudukan DPD dalam Tatanan Ketatanegaraan Indonesia
1. Pendahuluan ............................................................
2. Kedudukan DPD .......................................................
3. Upaya Amendemen UUD.........................................
4. Simpulan ................................. .-...............................
9. Penataan Hukum dan Otonomi Daerah .......................
xii
65
65
68
70
72
73
10. Kepala Daerah Bermasalah karena Sistem atau Integritas
11. Optimalisasi Peran DPD: Upaya Alternatif dalam Menyiasati
Keterbatasan Wewenang DPD ....................................
85
1. Pendahuluan...........................................................
85
2. Optimalisasi Peran..................................................
88
3. Upaya Alternatif ...................................................
91
4. Simpulan...................................................... , ........
93
MEMBANGUN NEOARA HUKUM INDONESIA ■■ xiii
79
12. Perubahan Paradigma Birokrasi di Indonesia...............
1. Pendahuluan .............................................................
2. Tantangan Birokrasi Indonesia .................................
3. Birokrasi Adaptif .......................................................
4. Penutup ....................................................................
95
95
97
99
103
13. Peran Birokrasi dalam Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Oaerah ..............................................................
1. Pendahuluan ............................................................
2. A/lenuju Peran birokrasi yang Participatory Governance
.................................................................................. 108
3. Perubahan Paradigma Peran birokrasi ...................
4. Penutup ........................................... . .....................
105
105
110
115
14. Penerapan Prinsip Demokrasi dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan di Indonesia ...........................................
117
15. Kampanye yang Melelahkan........................................
1. Tawaran Politik .........................................................
2. Memilih Jalan Baru...................................................
125
126
128
16. Kebijakan Pengaturan Investasi Set elan Berlakunya
Otonomi Daerah ..........................................................
1. Pendahuluan .............................................................
2. Konsep Otonomi Daerah ..........................................
3. Kerangka Pengaturan Investasi ................................
4. Kewenangan Penyelenggaraan Investasi..................
5. Penutup.....................................................................
129
129
132
136
138
140
17. Pengembangan Investasi dalam Era Otonomi
Daerah ..........................................................................
1. Peran BPPMD Dalam Pelayanan Investasi ................
2. Kewenangan BPPMD Dalam Pengelolaan Investasi
.................................................................................. 148
Xiv
■■■■ MEMBAMGUN NEOARA HUKUM INDONESIA
141
144
18. Pokok-pokok Pikiran terhadap RUU Pengelolaan
Kekayaan Negara ........................................................
1. Pendahuluan ............................................................
2. Perspektif Pengelolaan kekayaan negara .................
3. Demokratis...............................................................
4. Berkeadilan ..............................................................
5. Berkelanjutan ..........................................................
19. Rekruitmen Ideal Aparatur Penegak Hukum ...............
1. Pendahuluan............................................................
2. Kebijakan Pengembangan SDM Aparatur ...............
3. Isu Strategis, Tantangan dan Peluang .....................
4. Peluang Sumber Daya Aparatur Penegak Hukum
Ke Depan.................................................................
5. Penutup ....................................................................
155
155
157
158
159
160
163
163
166
168
172
173
20. Aspek Hukum Dalam Pelayanan Bisnis dan Investasi
di Indonesia .................................................................
1. Hakikat Pemberian Pelayanan .................................
2. Makna Pelayanan Investasi ......................................
3. Evaluasi Standar Pelayanan Investasi......................
4. Penutup ...................................................................
175
178
180
182
186
21. Analisis Hukum Fungsi dan Tugas Sekertariat Kabinet
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
di Indonesia..................................................................
1. Pendahuluan............................................................
2. Penegasan Fungsi dan Tugas Sekertariat Kabinet
189
189
191
3. Penutup ...................................................................
196
22. Kajian Hukum Perubahan Nama Bank Sulsel
menjadi Bank Sulselbar...............................................
1. Pendahuluan...........................................................
2. Kedudukan Peraturan Daerah ................................
3. Kesimpulan ..........................................................
197
197
199
201
MEMBANGUN NEOARA HUKUM INOONESIA Hi H
XV
23. Memahami Konsep Kunci dalam Hukum
Administrasi di Indonesia ............................................
1. Pendahuluan .............................................................
2. Konsep Wewenang ..................................................
3. Konsep Ermessen .......................................... ; ........
203
203
204
206
24. Tanggapan Kritis terhadap Renstra DPR Rl .................
1. Pendahuluan .............................................................
2. Problem yang Harus Diurai .......................................
3. Penutup ...................................................................
207
207
209
212
25. Kedudukan Hukum Keuangan Negara dalam BUMN
1. Pendahuluan .............................................................
2. Pemahaman Keliru ....................................................
3. Penutup ...................................................................
213
213
215
221
26. Peran dan Fungsi Partai Politik dalam Politik
Bemegara ....................................................................
1. Pendahuluan .............................................................
2. Peran Partai Politik Dalam Proses Politik
...........
3. Pergeseran Peran dan Fungsi Partai Politik
di Indonesia ............................................................
4. Kesimpulan...............................................................
234
235
Epilog
Merumuskan Konsep Negara Hukum Indonesia ...............
Pendahuluan .................................................................
a. Konsep Negara Hukum Dalam Artian Rechtstaat......
b. Konsep Negara Hukum Dalam Artian Rufe of Law.__
237
237
242
250
Daftar Pustaka ...................................................................
265
XVi
■■§■ MEMBANGUN NEGARA HUKUM INDONESIA
223
223
225
Prolog
Membangun Konsepsi Negara
Hukum Indonesia
M
encermati apa yang terjadi belakangan ini
khususnya yang berkenaan dengan terjadinya
kerusuhan di dalam persidangan MK mencerminkan
terjadinya degra-dasi kesadaran bemegara hukum Indonesia oleh
sebagian besar anggota masyarakat kita. Konsepsi bemegara
hukum Indonesia tidaklah bisa berjalan dengan sendirinya
hanya dengan meng-aturnya secara formal dalam konstitusi
negara sebagaimana dia-tur dalam UUD NRI Tahun 1945 bahwa
Indonesia adalah negara hukum. Dibutuhkan adanya
pemahaman yang utuh dan tidak parsial seperti apa konsepsi
bemegara hukum itu khususnya konsepsi bemegara hukum
Indonesia.
Selama ini pemahaman sebahagian besar orang terhadap
konsepsi negara hukum hanyalah diwamai dengan hadimya
sejumlah
peraturan
hukum
berupa
peraturan
perundang-undangan yang dibuat dan diberlakukan oleh
pemerintah selaku organ negara. Konsepsi negara hukum
dipahami dan dimaknai hanya dengan melihat begitu
banyaknya pengaturan dan penegakan hukum yang dilakukan
oleh pemerintah.
1
Padahal konsepsi sebuah negara hukum tidak hanya
ditandai dengan adanya instrumen hukum melalui berbagai
peraturan hukum yang dibuat dan diciptakan untuk itu serta
penegakan hukum agar aturan hukum itu dapat ditaati oleh warga
masyarakat, akan tetapi konsepsi negara hukum memberikan
kerangka landasan pengaturan terhadap konsepsi bernegara yang
tidak hanya berkenaan dengan adanya pembatasan terhadap
tindakan atau perbuatan pemerintah selaku organ negara namun
berkenaan pula dengan pengaturan yang sekaligus menjadi
sarana perlin-dungan hukum bagi warga negara dari tindakan
atau perbuatan pemerintah yang menyalahgunakan wewenang .
atau berbuat sewenang-wenang.
Dalam kepustakaan hukum tata negara dikenal adanya dua
konsepsi bernegara hukum yakni, konsepsi negara hukum dalam
artian "rechtsstaat" dan konsepsi negara hukum dalam artian
"rule of law". Bagi sebagian besar orangmemahami kedua konsep
bernegara hukum itu tidak ada perbedaan substansial sehingga
penggunaan atau pemakaian kedua konsepsi tersebut adalah
sama saja. Namun, kalau dicermati melalui pembacaan literatur
yang berkenaan dengan kedua konsepsi tersebut maka terdapat
perbedaan yang nyata baik dari sejarah yang melatarbelakangi
lahirnya kedua konsepsi tersebut maupun sistem hukum yang
menopang kedua konsepsi tersebut.
Konsepsi negara hukum dalam artian "rechtsstaat"
di-lahirkan dari sebuah proses revolusi yakni, revolusi Perancis
dengan tiga tuntutan utamanya liberte, egalite dan fratemite.
Konsep yang terbangun daii proses tersebut adalah adanya tuntutan untuk melakukan pembatasan terhadap kekuasaan negara
yang dicerminkan melalui tindakan atau perbuatan raja yang
sewenang-wenang (otoriter). Bagaimana membatasi kekuasaan
raja sehingga tidak lagi bisa berbuat sewenang-wenang adanya.
Oleh karena itu, dfmajukanlah konsep pembagian dan pemisa2
han kekuasaan (distribution and separation of power) yang
inti-nya adalah, bagaimana membatasi kekuasaan dengan
melalui pembatasan tindakan atau perbuatan pemerintah agar
tidak lagi sewenang-wenang adanya. Sedangkan, sistem hukum
yang menopangnya adalah sistem hukum sipil (civil law system)
yang ciri dan karakteristiknya adalah bersifat administratip.
Konsepsi negara hukum dalam artian "rule of law" terbangun dari sebuah proses yang evolusioner sifatnya. Konsep ini
mengalami perkembangan tahap demi tahap sampai memperoleh
kematangannya melalui sebuah proses yang panjang di Inggris
yang memberi pada penekanan supremasi hukum (supremacy
of law), kesamaan di depan hukum (equality before the law) dan
konstitusi harus memberi jaminan dasar pada hak asasi manusia
(contitution based on human rights). Intinya adalah bagaimana
meniaga agar hak asasi manusia jangan sampai terlanggar yang
dilandasi pada konsep "privacy right". Sedangkan, sistem hukum
yang menopangnya adalah common law system (anglo saxon)
yang ciri dan karakteristiknya adalah bersifat judisial.
Dari uraian tersebut di atas, jelas terdapat perbedaan
konsepsi negara hukum dalam artian "rechtsstaat" dengan
konsepsi negara hukum dalam artian "rule of law". Dengan kata
lain, terdapat perbedaan paradigma konsep diantara keduanya
sehingga tidak mungkin dapat mempersamakannya kedua konsep
tersebut. Meskipun, kita mengetahui bahwa arahnya adalah
sama yakni, sama-sama memberikan periindungan terhadap
adanya tindakan atau perbuatan yang sewenang-wenang yang
dilakukan oleh pemerintah atau penguasa. Namun, dari
asal-muasalnya, ciri dan karakteristiknya sangatlah berbeda
sehingga dalam penerapannya tentunya jelas akan berbeda pula.
Bagaimana dengan konsepsi bernegara hukum Indonesia
seperti apa konsep negara hukum yang akan dibangun dan
dikem-bangkan? Sebab dalam konstitusi atau UUD NRITahun 1945
hanya
HM MEMBANOUN NEGARA HUKUM INDONESIA
MEMBAN6UH KONSePSI NEOARA HUKUM INDONESIA WM IB
3
disebutkan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Tidak
disebutkan dan dijelaskan bahwa konsepsi negara hukum yang
dianut adalah konsepsi negara hukum dalam artian "rechtsstaat"
ataukah "rule of law". Apakah memang bisa menyatukan kedua
konsep negara hukum itu sehingga kita bisa memberi penegasan
bahwa konsep negara hukum Indonesia adalah menganut kedua
konsep bernegara hukum itu yakni, baik konsep 'rechtsstaat"
maupun konsep "rule of law".
Sebagai bahan perbandingan dalam ilmu kimia dikenal
adanya zat kimia yang bisa saling bersenyawa dan akan
melahirkan suatu unsur atau zat kimia baru. Namun, adapula zat
kimia yang tidak bisa saling bersenyawa dan hanya bersifat emulsi
(bertahan pada masing-masing unsurnya) saja sehingga tidak
memungkinkan lahirnya unsur atau zat kimia baru seperti; air
dengan minyak. Begitu pula, halnya dengan konsepsi negara
hukum dalam artian "rechtsstaat" dan "rule of law" apakah akan
terjadi proses senyawa sehingga melahirkan konsepsi negara
hukum baru ataukah hanya bersifat emulsi saja yakni, tetap
bersandar pada kedua konsep negara hukum tersebut.
Pertanyaan dasarnya kemudian adalah seperti apa konsepsi
bernegara hukum Indonesia yangakan dibangun dan
dikembang-kan? Apakah tetap berpijak kepada kedua konsepsi
tersebut yang jelas berbeda asal-muasal, ciri dan karakteristiknya
sehingga akan berbeda pula dalam penerapan konsepsi tersebut?
Bagaimana paradigma konsepsi bernegara hukum Indonesia dan
seperti apa tolok-ukurnya sehingga jelas bisa menjadi acuan
dalam pengem-bangan konsepsi bernegara hukum Indonesia.
Selama hal tersebut di atas, belum dituntaskan dan
diberi-kan pijakan yang jelas tentang seperti apa konsepsi
bernegara hukum Indonesia maka kedudukan negara hukum
Indonesia menjadi tidak jelas pula. Apalagi kalau dikaitkan dengan
adanya kebijakan pembangunan hukum nasional yang diharapkan
akan
4
MM
MEMBANGUN NEGARA HUKUM INDONESIA
melahirkan sebuah sistem hukum nasional. Bagaimana mungkin
akan melahirkan sebuah kebijakan pembangunan hukum kalau
landasan atau topangan untuk itu tidaklah jelas adanya yakni,
ke-beradaan konsepsi bernegara hukum Indonesia seperti apa,
paradigma bagaimana dan tolok-ukurnya seperti apa.
Kesemuanya itu harus dijelaskan dan ditegaskan sehingga
memberikan kerangka landasan konsepsi bernegara hukum
Indonesia secara utuh dan komprehensip.
Hukum adalah sebuah instrumen atau sarana untuk
meng-hasilkan suatu tujuan yang hendak dicapai. Dikaitkan
dengan konsepsi bernegara hukum maka hukum haruslah menjadi
instrumen atau sarana yang efektip untuk mencapai tujuan
bernegara hukum. Bagaimana menciptakan atau mewujudkan
hukum sebagai instrumen atau sarana yang efektip untuk
mencapai tujuan bernegara hukum tentunya tidak terlepas dari
kebijakan pembangunan hukum yang dilakukan guna melahirkan
atau mewujudkan sebuah sistem hukum yang utuh dan
komprehensip.
Pembentukan hukum melalui sebuah proses politik sehingga penting pula dilihat politik hukum yang menyertainya
dalam setiap pembentukan hukum yang dilakukan. Oleh karena
itu, hukum tidaklah berdiri dan bekerja sendiri namun selalu
terkait dengan aspek lainnya seperti; aspek politik dan aspek
ekonomi.Aspek politik berkenaan dengan pengelolaankekuasaan
negara sehingga pilihan sistem politik yang dianut akan sangat
berpe-ngaruh kepada praktik pengelolaan kekuasaan negara.
Sedangkan, aspek ekonomi berkenaan dengan bagaimana
mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pilihan sistem ekonomi
yang dianut apakah sistem ekonomi liberal yang mengedepankan
persai-ngan bebas (kompetisi), ataukah sistem ekonomi sosialis
yang mengedepankan peran sentral negara untuk mengatur dan
menjalankannya, dan ataukah sistem ekonomi campuran (mix
eco-nomy system) yang katanya berbagai pakar tidak
MEMBANGUN KONSEPSI NEGARA HUKUM INDONESIA ■■ Wtt
5
juga liberal tapi tidak juga sosialis. Bagaimana dengan sistem ekonomi
kerakyatan apakah juga termasuk kedalam tiga sistem ekonomi tersebut
ataukah
menjadi
sistem
ekonomi
baru
yang
mengedepankan
kepentingan dan kebutuhan rakyat?
Meminjam istilah yang dikembangkan oleh Syahrul Yasin Limpo
(2013) yang memberi penekanan bahwa yang terpen-ting sebenarnya
11
adalah welfare society dan bukan welfare state dengan bertumpu kepada
konsep pemerintahan "strong good governance" tentu menjadi relevan
Konsep Pembangunan
Hukum Indonesia
untuk menjadikan hukum se-bagai instrumen atau sarana yang efektip
guna
mencapai
tujuan
bemegara
hukum
yakni,
terwujudnya
kesejahteraan masyarakat secara adil dan makmur yang ditopang oleh
sebuah pemerintahan yang kuat berdasarkan tata kelola pemerintahan
yang baik pula (good governance).
Kata kunci untuk membangun konsepsi bernegara hukum
Indonesia haruslah diawali atau dimulai dengan terlebih dahulu
menegaskan seperti apa bangunan konsepsi negara hukum Indonesia itu
dengan meletakkan dalam sebuah kerangka kebi-jakan pembangunan
hukum nasional yang tentunya akan dapat melahirkan sebuah sistem
hukun nasional pula. Kalau proses itu dilakukan tentunya akan menjadi
sebuah pijakan yang jelas baik dari sisi paradigma bernegara hukum
1. Pengantar
P
eran hukum dalam era perkembangan masyarakat sekarang
khususnya pada era perkembangan tekno-logi informasi dan
sedang berlangsung dianggap semakin penting keberadaannya
maupun tolok-ukur konsepsi negara hukum Indonesia sehingga segala
oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang mendambakan hukum
praktik pengelolaan kekuasaan negara yang selama ini menjadi bias atau
untuk lebih berperan dalam melakukan penertiban terhadap berbagai
menyimpang dapat diperbaiki melalui penataan sistem hukum yang
permasalahan yang berkaitan dengan penerapan atau penegakan
dibuat dan disepakati bersama.
hukum ("rechtstoepassing" atau "law enforcement") dalam masyarakat.
Permasalahan mendasar menurut pengamatan penulis terletak kepada
konsepsi
pembangunan
hukum
Indonesia
khususnya
terhadap
penguasaan konsep dan teori hukum yang belum memadai dan tidak
terciptanya suatu pemahaman yang benar tentang peran dan fungsi
hukum dalam masyarakat.
Hukum
seringkali
ditinggalkan
dan
bahkan
dinafikan
manakala masyarakat beranggapan bahwa apa yang menjadi
6
MM
INDONESIA
MEMBANOUN NEGARA HUKUM
7
tujuan masyarakat sudah tercapai dan atau bahkan lebih ironis lagi
2. Pembangunan Hukum
hukum tidak lagi dibutuhkan ketika suatu masalah sudah dapat
Pelaksanaan pembangunan hukum khususnya pembangunan
dipecahkan meialui musyawarah. Padahal, secara hakiki kehidupan
hukum Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan pengembanan
masyarakat memerlukan seperangkat aturan hukum yang selalu dapat
ilmu hukum yang dilakukan selama ini. Konsep pengembanan ilmu
menjaga ketertiban dan lebih jauh lagi memberikan kepastian hukum,
hukum itu sendiri berasal dari istilah yang dikembangkan di Belanda
kemanfaatan
dan
yakni, "rechtsbeoefening" dan "rechtsbedrijven" yang sangat erat
kemanfaatan maupun keadilan hukum hanya dapat diwujudkan meialui
kaitannya dengan persoalan bagaimana membangun hukum yang akan
hukum yang ditetapkan secara sadar untuk mengatur dan mengarahkan
diberlakukan kepada masyarakat. Kegiatan pembangunan hukum
perilaku warga masyarakat menuju kehidupan yang tertib dan adil.
khususnya pembangunan hukum nasional yang dilakukan tidak berdiri
Pentingnya keberadaan hukum dalam mengatur dan mengarahkan
sendiri akan tetapi berkaitan erat dengan pembangunan dibidang lainnya
masyarakat tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan persoalan tujuan
seperti, pembangunan dibidang politik, ekonomi, sosial dan budaya serta
hukum
pertahanan dan keamanan. Dari interaksi diantara berbagai faktor
itu
dan
sendiri
keadilan.
yakni,
Masalah
ketertiban,
menciptakan
ketertiban
kepastian
dalam
hidup
bermasyarakat. Dalam kepustakaan dijelaskan bahwa tujuan hukum
tersebut diharapkan dapat terbentuk suatu sistem hukum nasional.
menurut Radbruch (2000:5) tidak lain ditujukan untuk menciptakan
kedamaian meialui kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.
Dalam kepustakaan dibedakan pengembanan ilmu hukum atas
dua aspek pengembanan yakni, pengembanan ilmu hukum secara
Salah satu permasalahan yang seringkali dihadapi dalam
teoritis dan pengembanan ilmu hukum secara praktis. Pengembanan
penerapan atau penegakan hukum dalam masyarakat adalah terjadinya
ilmu hukum secara teoritis adalah suatu kegiatan akal budi atau olah
pertentangan norma ("antinomie") antara hukum yang diberlakukan
pikir untuk memperoleh penguasaan secara intelektual tentang hukum.
dengan hukum yang diterima oleh masyarakat. Dipandang dari sudut
Dengan kata lain, pengembanan hukum secara teoritis adalah
tertentu hukum merupakan suatu jenis kaidah sosial diantara berbagai
pemahaman tentang hukum secara ilmiah meialui pengkajian secara
kaidah sosial lainnya. Walaupun demikian, hukum tidak serta merta
metodis-sistematis, logis dan rasional. Sedangkan pengembanan ilmu
dimasukkan dalam kajian ilmu-ilmu sosial oleh karena ilmu hukum
hukum secara praktis dapat diartikan sebagai kegiatan yang berkenaan
berkaitan erat dengan persoalan penilaian tingkah laku masyarakat.
dengan hal bagaimana mewujudkan hukum dalam kenyataan ("das
Sehingga hukum tidak serta merta pula hanya dapat dikaji dari sudut
sein")
pandang ilmu sosial akan tetapi hukum juga mempunyai karakter
pembentukan
tersendiri yang membedakannya dengan karakter ilmu sosial. Dengan
("rechtstoepassing")-
kata lain, hukum tidak hanya bisa dikaji berdasar ilmu sosial saja tetapi
kehidupan
masyarakat
hukum
Umumnya
secara
("rechtsvorming")
ilmuan
hukum
konkrit
meialui
dan
penerapan
sependapat
bahwa
kegiatan
hukum
terdapat
juga harus dikaji secara normatif yang berkenaan dengan persoalan
hubunganyangerat antara pembangunan hukum nasional dengan
penilaian.
pengembanan ilmu hukum, baik secara teoritis maupun secara
8
■■■■
MEMBANOUN NEGARA HUKUM INDONESIA
KONSEP PEMBANGUNAN DI INDONESIA
9
'machtsstaat'. Dalam Konstitusi RISTahun 1949, ide negara hukum itu
bahkan tegas dicantumkan. Demikian pula dalam UUDS Tahun 1950,
kembali rumusan bahwa Indonesia adalah negara hukum dicantumkan
dengan tegas. Oleh karena itu, dalam Perubahan Ketiga tahun 2001
terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ketentuan
mengenai ini kembali dicantumkan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang
berbunyi: "Negara Indonesia adalah Negara Hukum". Kiranya, cita negara
Daftair Pustaka
hukum yang mengandung 12 ciri seperti uraian di atas itulah ketentuan
Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu
sebaiknya kita pahami. Menurut pendapat saya dengan melihat uraian di
atas dapat memberikan gambaran ideal kepada kita dan pentingnya
merumuskan bangunan konsepsi negara hukum Indonesia seperti apa
Abdul Gaff ar Karim etal., Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah Di
Indonesia. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003.
yang akan dibangun dan dikembangkan sehingga dapat menjadi pilar
dalam proses berbangsa dan bemegara. Hanya dengan merumuskan
bangunan konsepsi negara hukum Indonesia yang jelas dan tegas kita
Agus Dvviyanto, dkk., Reformasi Birokrasi Publik Di Indonesia, Pusat
Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 2002.
dapat memberikan pemahaman yang utuh bagaimana pelaksanaan
konsepsi negara hukum Indonesia seharusnya. Dengan kata lain, melalui
perumusan konsepsi negara hukum Indonesia maka tentunya kita
mempunyai patokan yang jelas dan tegas dalam bemegara hukum.
_____________ ,
Mewujudkan
Good
Governance
Melalui
Pelayanan
Publik, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 2005.
AmbarTeguh Sulistiyarini dan Rosidah, Manajemen Sumber Daya
Manusia (konsep), teori dan pengembangan dalam
konteks organisasi publik, Graha llmu,Yogyakarta, 2003.
Aminuddin llmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Prenada
Media, Jakarta, 20004
------------------ —, Kewenangan Pengelolaan Investasi Dalam
Kerangka
Otonomi Daerah, Jurnal
Meritokrasi, Volume 1 Nomor 1, Makassar, 2002.
------------------- , Konstruksi Teori dan Metode kajian llmu Hukum,
Hasanuddin University Press, 2009
264 MBM
MEMBANGUH NEGARA HUKUM INDONI - IA
265
------------------- , Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN,
Kencana, Jakarta, 2012.
-------------------- ,HukumTata Pemerintahan, Identitas, 2013
Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2005.
----------------------------------------- , Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, PT. Reflka Aditama, Bandung, 2005.
B. Simorangkir, et al., Otonomi atau Federalisme: Dampaknya Terhadap
Perekonomian, Sinar Harapan, Jakarta, 2000.
Dennis Rondinelli, et al, Decentralization and Development: Policy
Implementation in Developing Countries, Sage Publication,
California, 1988.
Dessler Garry, Human Resources Management, PT. Prenhalindo
Jakarta, 1997D.H.M.Meuwissen,VijfStellingenOverRechtsfilosofie,Ar$Aequi, 1979Erman Rajaguguk, Indonesianisasi Saham Bina Aksara, Jakarta 1985.
Faustino Cardosa Gomez, Manajemen Sumber Daya Manusia Andi
Offset., Yogyakarta, 1997.
Guy Benveniste, Birokrasi, Rajawali Press, Jakarta, 1991.
Bagir Manan, DPR.DPD dan MPR Dalam UUD 1945 Baru, FH-UII Press,
Yogyakarta, Cetakan III, 2005.
--------------- , Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Ull
Yogyakarta, 2002.
Press,
Bambang Wahyudi, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM),
Cetakan Ketiga, Bandung, 2002.
Bambang Yudoyono, Otonomi Daerah, Sinar Harapan, Jakarta, 2003.
Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur llmu Hukum, mandar
Maju, Bandung, 1999.
Hamid S.Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Disertasi,
Ul, Jakarta, 1990.
Hetifa Sj. Sumarto, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta, 2003.
H.LA Hart, The Concept of Law, Clarendom Press, Oxford, 1988.
Indra J. Piliang et al., Otonomi Daerah : Evaluasi dan Proyeksi, Yayasan
Harkat Bangsa, Jakarta, 2003.
Ismail Suny dan Rudioro Rochmat, Tinjauan dan Pembahasan UUPMA
dan Kredit LN, Pradnya Paramita, Jakarta, 1967.
Cushway Barry, The Fast-Track BMA Series, Human Resources
Managemen, PT. Elex Media Computindo Gramedia,
Jakarta, 1996.
Jan Gijssels and Mark van Hoecke, Wat is Rechtsteorie, Tjeenk
Willink-Zwollw, 1982.
Dagenkamp., JTh., Inleiding Economisch Recht, Groningen, 1984
Jimly Asshidiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran
Kekuasaan Dalam UUD 1945, Ull Press, Yogyakarta, 2004.
David Beetham, Birokrasi, Bumi Aksara, Jakarta, 1990.
David Osborne dan Peter Plastrik, Banishing Bureaucracy: The Five
StrategiesFor Reinventing Government, Perseus Books,
1997.
266 M^l
MEMBANGUN NEGARA HUKUM INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
■■■1267
------------------ , Cita Negara Hukum Indonesia Kontemporer,
Orasi llmiah, Fakultas Hukum, Universitas Sriwijaya,
Palembang, 2004.
------------------- , Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Reformasi, Bhuana llmu Populer, Jakarta, 2007.
John Alder, Constitutional and Administrative Law, Macmillan,
London, 1989
Lord Lloyd Hamstead and M.D.A Freeman, Lloyd's Introduction to
Jurisprudence, ELBS Edition, 1986.
J.W. Harris, Law and Legal Science, Ciarendom Press, Oxford,
1979M. Ryass Rasyid, dkk., Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan,
Kerjasama Pusat Pengkajian Etika Politik dan
Pemerintahan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
-------------------- , et al., Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
--------------------- , Makna Pemerintahan: Tinjauan Dari Segi Etika
dan Kepemimpinan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta,
2002.
Moeljarto Tjokrowinoto, et al., Birokrasi Dalam Polemik, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2001.
Moerdiono, et al., Birokrasi dan Administrasi Pembangunan, Sinar
Harapan, Jakarta, 1993.
P. de Haan, et al., Bestuursecht in de Sociale Rehtstaat, Kluwer
Deventer, 1986 P.P Craig, Administrative Law, London
& Maxwell, 1994.
--------------------- 1 Bestuursrecht in de Sociale Rechtstaat, KluwerDeventer, 1986.
Peter M.BIau dan Marshall W.Meyer, Birokrasi Dalam Masyarakat
Modern, Ul-Press, Jakarta, 1987.
Philip Shuchman, Cohen and Cohen's Reading In Jurisprudence
and Legal Philosophy, Boston-Toronto, 1979.
Priyo Budi Santoso, Birokrasi Pemerintah Orde Baru, Rajawali
Press, Jakarta, 1993.
P. van Dijk, et al., Van Apeldoorn's Inleiding tot de Studie van Het
Nederlandse Recht,Tjeenk Willink-Zwolle, 1985.
Richard Posner, Economic Analysis of Law, Boston, 1972.
M. Sornarajah, The International Law on Foreign Investment, FDI
Cambridge, 1994.
------------------ 1 The Economic Approach to Law, Texas Law
Review, 1975.
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT.
Cunung Agung, Jakarta, 2000.
----------------- ,The Problem of Jurisprudence, Harvard University
Press, 1990.
Marihot T. Efendi Hariadja, Manajemen Sumber Daya Manusia,
PT. Grafindo, Jakarta, 2002.
Martin Albrow, Birokrasi, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1989.
Moekijat, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, CV.
MandarMaju, Bandung, 1995.
Rust Booney.The Pattern of Government, Pitman Paper Books,
London, 1989.
Ryaas Rasyid, et al., Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan
Daerah, Fokusmedia, Bandung, 2003.
268 IB Hi MeMBANGUN NEOARA HUKUM INDONESIA
DARAR PUSTAKA MM269
Satjipto
Rahardjo, Pendidikan Hukum Sebagai
Pendidikan Manusia, Centa Publishing, Yogyakarta,
2009.
Sheldon S.Steinberg dan David LAustern, Government, Ethics
and Managers, Rosda Karya, Bandung, 1998.
Suara Pembaruan, Otonomi atau federalisme, Jakarta, 2000.
Sumantoro, Hukum Ekonomi, Ul Press, Jakarta, 1986.
Sunaryati Hartono, Pengertian dan Ruang Lingkup
Hukum Ekonomi Indonesia, BPHN, Jakarta, 1979.
T. Mulya Lubis, Hukum dan Ekonomi, Sinar Harapan, Jakarta,
1987
Utrecht,
Pengantar Hukum Administrasi Negara
Indonesia, Ichtiar, Jakarta, 1962.
270 HI1H MEMBANQUN NEGARA HUKUM INDONESIA
Download