Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 25 ISSN : 2355-6404 KARAKTERISASI FRAGMEN GEN 18S rRNA POKEA (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) DI SUNGAI POHARA KECAMATAN SAMPARA KABUPATEN KONAWE (Characterization of 18S rRNA Gene Fragmen from Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) in the Pohara River Sampara District Konawe Regency) Muzuni1,2*, Dwi Arinto Adi1,2, dan Satriani Syarif2 1 2 Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari Laboratorium Biologi FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari e-mail :[email protected] ABSTRACT This study aims to characterize sequences of 18S rRNA gene fragment from Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) and its role in differentiated Pokea with other Bivalvia. The method used is a series of PCR (Polymerase Chain Reaction) reaction used to determine the sequence of 18S rRNA gene fragments Pokea. Analysis of the data using program NCBI (National Center for Biotechnology Information), Clustal X, Phydit (Phylogenetik editor), and TreeViewX for characterization 18S rRNA gene sequence to construct a phylogenetik tree of Pokea. The results showed that character of 18S rRNA gene fragments Pokea, namely: size 827 bp, including the family Corbicullidae because it has the closest kinship with Corbicula fluminea, as well as having restriction enzyme sites XhoI, PstI, BamHI, and DraI. Keywords: Morphology, characterization, 18S rRNA gene, Pokea (Batissa Violacea celebensis Martens, 1897). dikonsumsi PENDAHULUAN Provinsi masyarakat karena Tenggara mengandung gizi yang tinggi terutama memiliki beberapa sungai besar maupun protein. Selain itu, kerang dapat pula sungai kecil yang sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan perhiasan yang kebutuhan air bersih, irigasi, pembangkit mempunyai listrik, dan untuk berbagai kebutuhan Cangkangnya, lainnya. Sungai Pohara merupakan salah tertentu, dapat dijadikan pupuk, makanan satu sungai yang terdapat di Sulawesi tambahan unggas, dan pembuatan cat, serta Tenggara. Masyarakat yang bermukim di kapur (Nadia, 2011). daerah Sulawesi oleh Sungai Pohara nilai ekonomis setelah melalui penting. proses menggunakan Bivalvia yang hidup di Sungai sungai tersebut sebagai sumber mata Pohara berasal dari family Corbicullidae pencaharian dan salah satunya adalah dengan jenis Batissa violacea celebensis menangkap Martens, kerang di sungai lalu menjualnya (Nafsal, 2008). Kerang (Bivalvia) adalah salah satu jenis makanan yang banyak 1897. Masyarakat mengenalnya dengan Berdasarkan informasi sebutan setempat Pokea. LIPI-Cibinong dalam Bahtiar (2005) bahwa pokea ini Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe 26 merupakan hewan endemik di Sulawesi organisme secara morfologi. Penelitian ini Tenggara sedangkan di sungai lain yang dapat menjelaskan karakteristik fragmen ada di Sulawesi Tenggara belum ada gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea informasi ditemukannya organisme ini. celebensis Martens, 1897) yang diperoleh Penelitian karakter dari Sungai Pohara Kecamatan Sampara morfologi dan fenotip pada Pokea (Batissa Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi violacea celebensis Martens, 1897) telah Tenggara. Karakteristik ini dapat dijadikan banyak dilakukan (Bahtiar, 2005; Nafsal, sebagai pembeda dengan organisme yang 2008; lain. Renel, mengenai 2001), mengidentifikasi namun suatu untuk organisme menggunakan teknik molekuler belum banyak dilakukan. molekuler telah Beberapa dikembangkan teknik METODE PENELITIAN Alat dan Bahan untuk Alat yang digunakan dalam melacak adanya urutan DNA spesifik dari penelitian ini adalah organisme tertentu, contohnya penggunaan sentrifugator, vortex, set elektroforesis, urutan gen 18S rRNA untuk menentukan mesin PCR, waterbath, tabung eppendorff, hubungan kekerabatan suatu organisme inkubator, dengan photoforesis, yang lain melalui pohon filogenetik. micropipet, tip, timbangan erlemeyer, analitik, hotplate, spektrofotometer, spatula, alu dan mortar. Gen 18S rRNA sering digunakan Bahan yang digunakan dalam untuk studi filogenetik karena mempunyai penelitian adalah pokea (Batissa violacea daerah yang conserve (tidak berubah dari celebensis Martens, 1897) yang diambil satu organisme ke organisme yang lain). dari Sungai Pohara Kecamatan Sampara Daerah conserve dan unik dapat digunakan Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi untuk pencirian organisme bersangkutan Tenggara, buffer CTAB, primer, master sehingga menjadi urutan tanda tangan mix, agarose, PCI (Phenol-Chlorofom- (signature sequence). Data basa penyandi Isoamyl Alcohol), pasir kuarsa, ethidium gen 18S rRNA memungkinkan untuk bromide, TAE (Tris-acetic EDTA) 1X, digunakan dalam mengkontruksi pohon etanol 70 %, etanol absolut, aquadest, filogenetik RNAse, dan loading dye. yang menunjukkan nenek moyang dan kekerabatan suatu organisme (Suwanto, 2011). Penelitian secara molekuler dapat menjadi pelengkap atau alternatif untuk mengidentifikasi Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 27 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe Prosedur Kerja 2 x volume etanol absolut lalu diinkubasi Isolasi DNA selama 2 jam. Setelah 2 jam suspensi Ektraksi violacea DNA Pokea celebensis menggunakan kemudian disentrifugasi kembali selama 20 Martens,1897) menit pada 10.000 rpm suhu 40C sehingga (Cetyl pellet DNA diperoleh. Selanjutnya pellet Trimetyl Ammonium Bromide) (Sambrook DNA dicuci dengan 0,5 ml ethanol 70 %, et al., 1989). Sebelum dilakukan ekstraksi, lalu terlebih dahulu buffer lisis disiapkan dalam 20 μl H2O. Untuk menghilangkan dengan kebutuhan sesuai jumlah sampel RNA, larutan ditambahkan 100 μg/μl yang yang RNAse, lalu diinkubasi pada suhu 370C diambil dari kaki Pokea terlebih dahulu selama 12 jam. Larutan DNA selanjutnya ditimbang disimpan pada suhu -40C. akan metode (Batissa CTAB diekstraksi. sebanyak Sampel 0,1-0,2 gr dan dikeringkan kemudian dilarutkan dipotong kecil-kecil, lalu digerus dengan bantuan pasir kuarsa. Sampel dimasukkan ke dalam eppendorff 1,5 ml diinkubasi selama 30 menit dengan suhu 65oC dan dibolak-balik setiap 5 menit. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam es selama 5 menit lalu disentrifugasi pada 10.000 rpm selama 10 menit. Supernatan lalu dimasukkan ke dalam eppendorff baru ukuran 1,5 ml dan ditambahkan 1 x volume PCI (PhenolChlorofom-Isoamyl Alcohol) yang berfungsi memisahkan kontaminan seperti protein dan senyawa - senyawa organik Selanjutnya suspensi disentrifugasi pada 10.000 rpm, suhu 40C selama 10 Supernatan elektroforesis diambil ditambahkan dengan 0,1 volume sodium spektofotometer, alat spektrofotometer. Elektroforesis DNA hasil isolasi berfungsi untuk mengetahui apakah DNA utuh atau terdegradasi. Spektrofotometer pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm berfungsi untuk mengetahui apakah DNA murni atau terkontaminasi. Panjang gelombang yang digunakan untuk mengetahui kandungan DNA/RNA menggunakan spektrofotometri UV adalah 260 nm, sedangkan untuk kandungan protein menggunakan spektrofotometri UV dengan panjang gelombang 280 nm. Kualitas dan dipindahkan dalam eppendorff 1,5 ml lalu dan sedangkan kuantitas DNA diukur dengan mengetahui dengan DNA. menit. Kualitas DNA dapat diukur dengan dan ditambahkan 600 μl buffer lisis. Sampel diambil Uji Kualitas dan Kuantitas DNA DNA ditetapkan berdasarkan nilai rasio A260/A280 sekitar 1,8 - 2,0. Kuantitas DNA ditetapkan asetat 3 M pH 5,2 kemudian ditambahkan Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 28 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe berdasarkan asumsi bahwa 1 DO = 50 Reaksi Amplifikasi dan Elektroforesis μg/ml DNA utas ganda dengan rumus: dilakukan dalam bak berisi es. Sebanyak [DNA] = A260 x 50 μg/ml x FP 1,5 μl 50 μg/ml FP DNA contoh (konsentrasi 100 ng/μl), 1 μl primer forward (konsentrasi 10 Keterangan : A260 Persiapan PCR untuk amplifikasi = Konsentrasi DNA = Absorbansi pada panjang gelombang 260 nm = Konstanta untuk DNA = Faktor pengenceran μM), 1 μl primer reverse (konsentrasi 10 μM), 1,5 μl dH2O dan 5 μl master mix 2x yang terdiri dari H2O, 10 x Stoffel Buffer, dNTP, MgCl2, dan enzim Taq DNA Polymerase, dimasukkan dalam eppendorff Desain Primer Primer spesifik yang digunakan ukuran 0,5 ml. Campuran kemudian dalam penelitian ini adalah bagian dari divortex dan disentrifugasi, urutan 18S rRNA beberapa Bivalvia, dimasukkan ke dalam mesin PCR. lalu yakni: Anodonta cygnea (AM774476); Reaksi PCR dilakukan sebanyak 35 Psilunio littoralis (AF120536); Anodonta cardium siklus yang terdiri dari 2 stage. Stage 1 complanata dilakukan sebanyak 5 siklus yang terdiri lamarckii dari 3 step, yaitu: denaturasi selama 1 (AM774478). Urutan-urutan DNA tersebut menit pada suhu 940C, annealing selama diperoleh dari bank data gen (Genebank). 30 menit pada suhu 600C, dan extension Selanjutnya tersebut selama 90 menit pada suhu 720C. Stage 2 menggunakan dilakukan sebanyak 30 siklus yang terdiri Program BioEdit versi 7.0.9. Daerah yang dari 3 step, yaitu: denaturasi selama 1 terkonservasi merupakan daerah spesifik menit pada suhu 940C, annealing selama yang dimiliki oleh gen tersebut sehingga 30 menit pada suhu 550C, dan extension dapat digunakan sebagai primer spesifik. selama 90 menit pada suhu 720C. sp. (AY579090); (AF120537); (AF117738); disejajarkan Lampsilis Elliptio Neotrigonia seluruh dengan urutan Hasil Primer yang digunakan dalam penelitian amplifikasi selanjutnya ini adalah primer Anodr-F (5’-GAC ACG dielektroforesis dengan agarose 1 % (0,3 g GGG AGG TAG TGA CG-3’) dan primer agarose, 30 ml TAE 1x dan 7,5 μl etidium Anodr-R (5’-CCA CCC ACC GAA TCA bromida) pada voltase konstan 100 volt AGA AA-3’). Perkiraan jumlah urutan dan fragmen gen 18S rRNA yang akan divisualisasikan di atas UV transiluminator terbentuk adalah 821 bp (base pair). kemudian dilakukan pemotretan dengan 80 A photoforesis. Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 selama 30 menit lalu 29 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe Pengurutan DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Pengurutan DNA hasil amplifikasi menggunakan alat DNA sequencer Isolasi DNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) ABI Pada Prism 377. Pengurutan dilakukan dengan tahap ini sampel yang metode Sanger, menggunakan terminator digunakan terdiri dari 4 ulangan. Setelah dye berupa fluorescent dye rhodamin diisolasi DNA kemudian dielektroforesis (PRISM reaction dyedoaxy terminator untuk mengetahui apakah isolasi berhasil cycle Setelah atau tidak. Keberhasilan proses isolasi mendapatkan hasil pengurutan, urutan dilihat berdasarkan ada atau tidaknya pita sequencing kemudian kit). disejajarkan dengan DNA hasil elektroforesis. Elektroforesis juga berfungsi untuk mengetahui apakah menggunakan program NCBI blast. DNA hasil isolasi utuh atau terdegradasi. Analisis Data Hasil elektroforesis memperlihatkan Identifikasi urutan dilakukan dengan Analisis kesejajaran nukleotida pita DNA utuh (Gambar 1) hanya pada analisis. ulangan 2 dan 4, sedangkan pada ulangan 1 beberapa lokal (local dan 3 tidak terlihat. DNA utuh alignment) hasil pengurutan DNA dengan terkonsentrasi pada ujung sedikit di bawah data yang ada di GeneBank dilakukan sumur. Pemendekan yang ada di sepanjang dengan program BLAST (Basic Local sumur bagian tengah menunjukkan DNA Alignment Search Tools) yang disediakan yang mengalami degradasi. Degradasi NCBI (National Center for Biotechnology DNA dapat terjadi karena adanya DNA Information) yang terpotong-potong akibat pemipetan melalui http://www. al., sampel berulang-ulang atau penempatan 2010 ; Mursyidin et al., 2012). Data urutan DNA dalam suhu kamar terlalu lama. gen dengan DNA mengalami degradasi juga bisa program Clustal X (Hidayat et al., 2008). disebabkan oleh karena DNA mengalami Konstruksi pembekuan ncbi.nlm.nih.gov/blast 18S rRNA pohon (Muzuni disejajarkan filogenetik et dengan berulang-kali, pengenceran metode neighbour-joining menggunakan atau kontaminasi nuklease selama proses program ekstraksi DNA (Lester, 2011). Phydit (phylogenetik tree) (Sembiring et al., 2008). Analisis situs retriksi menggunakan program NEBcutter 2.0 (Muzuni et al., 2010). Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 30 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe DNA utuh DNA terdegradasi RNA terdegradasi Gambar 1. Hasil elektroforesis DNA. 1, 2, 3 dan 4 menunjukkan 4 ulangan. RNA terdegradasi selanjutnya. Pengenceran DNA yaitu hasil tampak pada bagian bawah sumur di setiap ekstraksi DNA yang didapatkan dicampur ulangan. Untuk menghilangkan RNA, aquabides. Perbandingan antara DNA dan sebelum pengukuran kualitas dan kuantitas aquabides disesuaikan dengan besarnya DNA ditambahkan pengenceran. Pengenceran dilakukan agar RNAse sehingga dapat memberikan hasil mendapatkan konsentrasi yang seragam elektroforesis yang bersih dari RNA pada untuk digunakan dalam analisis PCR. proses sampel yang telah nomor 2 elektroforesis selanjutnya. Kuantitas DNA didasarkan pada Penambahan RNAse hanya diberikan pada nilai konsentrasi DNA, dimana konsentrasi sampel nomor 2 karena hanya pada sampel DNA nomor 2 pita DNA utuh terlihat tebal dan konsentrasi DNA (μg/ml) = Absorbansi jelas. (260) didapatkan dengan rumus x Faktor konversi DNA (50 μg/ml) x Faktor pengenceran (pembacaan 1 pada Pengukuran Kualitas Dan Kuantitas DNA 260 nm setara dengan 50 μg/ml DNA untai ganda). Tingkat kemurnian DNA yang Pengukuran kualitas dan kuantitas DNA diperlukan untuk mengetahui baik untuk digunakan dalam proses amplifikasi dengan PCR, jika nilai rasio kualitas DNA, sehingga dapat ditentukan yang pengenceran yang diperlukan untuk proses (Suharsono, 2005 ; Sambrook et al., 1989) Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 didapatkan adalah 1,8-2,0 31 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe Tabel 1. Hasil spektrofotometer pada sampel nomor 2 No Perlakuan Sampel 1 Sampel Pokea Absorbansi pada panjang gelombang () 260 280 0,274 Konsentrasi (μg /ml) Kemurnian (260/280) 2740 1,9291 0,142 Hasil spektrofotometer pada Tabel M 1 2 3 4 1 menunjukkan kualitas DNA adalah 1,9291, hal ini mengindikasikan DNA tergolong murni dan bisa digunakan pada 2000 pb tahap selanjutnya yaitu amplifikasi DNA. 1000 pb DNA adalah 2740 μg/ml, 1650 pb 850 pb Konsentrasi setelah perhitungan maka DNA diencerkan dengan konsentrasi akhir 100 µg/ml volume 20 μl, menggunakan 0,7299 μl dan aquabides 19,270 μl untuk proses amplifikasi PCR. Nilai dari volume akhir pengenceran 20 µg/ml dipilih karena Gambar 2. Hasil PCR. M = Marker 1 kb leader; 1, 2, 3 dan 4 menunjukkan 4 ulangan dianggap jumlah yang sesuai agar DNA Pada tahap ini digunakan banyak stok yang digunakan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit sehingga dapat ulangan dengan komposisi DNA yang berbeda-beda untuk mencari komposisi menghemat stok DNA yang ada. DNA tepat agar proses PCR selanjutnya lebih maksimal. DNA dalam Amplifikasi DNA Hasil PCR kemudian dielektroforesis untuk melihat pita DNA yang terbentuk. Pada tahap ini ada 4 ulangan dari 1 sampel yang sama (nomor 2) dengan komposisi DNA yang berbeda-beda. Ulangan 1 jumlah DNA yang digunakan yang sebanyak proses PCR terdiri dari dua jenis yaitu: (1) DNA target yang akan diamplifikasi kembali, (2) DNA non target (Kennedy, 2011). Hasil visualisasi PCR menunjukkan tidak terbentuk pita DNA pada ulangan 2, sedangkan pada ulangan 1, 3 dan 4 0,5 μl, ulangan 2 jumlah DNA yang terbentuk pita DNA yang mengindikasikan sebanyak 1 μl, ulangan 3 komposisi PCR berhasil melipatgandakan digunakan jumlah DNA yang digunakan sebanyak 1,5 DNA. Ulangan 1 hanya menghasilkan μl, dan ulangan 4 jumlah DNA yang DNA target atau DNA yang diinginkan, digunakan sebanyak 2 μl (Gambar 2). sedangkan Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 pada ulangan 3 dan 4 32 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe membentuk pita DNA non target dan DNA forward dan ujung reverse menggunakan target. Hal ini menunjukkan jumlah DNA primer Anodr-F dan Anodr-R. 0,5 μl komposisi yang tepat untuk mendapatkan hasil PCR yang maksimal. Primer yang digunakan dalam penelitian ini sengaja dirancang agar berukuran kecil DNA target berukuran sekitar 850 yaitu berukuran 20 nukleotida, karena bp, hal ini sesuai dengan perkiraan jumlah primer yang memiliki urutan yang pendek yang akan dihasilkan oleh primer forward lebih mudah diamplifikasi. Kespesifikan dan primer reverse. Sedangkan DNA non primer tidak akan meningkat jika panjang target berukuran sekitar 12.000 bp yang primer lebih dari 30 nukleotida. Primer merupakan DNA genom. Komposisi DNA yang tidak spesifik dapat menyebabkan 1,5 μl dan 2 μl merupakan komposisi yang teramplifikasinya daerah lain dalam genom menghasilkan DNA non target berupa yang tidak dijadikan target atau sebaliknya DNA genom, hal ini menunjukkan jumlah tidak ada daerah pada genom yang tersebut bukan komposisi yang tepat untuk teramplifikasi. mendapatkan hasil PCR yang maksimal Hasil pengurutan fragmen gen 18S untuk Pokea (Batissa violacea celebensis rRNA menggunakan mesin sequencer Martens, 1897). berupa dendogram yang memperlihatkan Banyaknya DNA yang grafik nukleotida. Nukleotida diwakili digunakan akan menentukan hasil akhir warna yang berbeda-beda. Nukleotida G dari proses amplifikasi. Jika DNA target diwakili oleh warna hitam, nukleotida C yang digunakan terlalu sedikit maka DNA diwakili oleh warna biru, nukleotida T yang bahkan diwakili oleh warna merah dan nukleotida teramplifikasi, A diwakili oleh warna hijau. Setelah diolah dihasilkan kemungkinan tidak target sedikit sedangkan apabila terlalu banyak DNA menggunakan program Bioedit dapat target maka akan diperoleh lebih banyak diketahui bahwa urutan gen 18S rRNA DNA yang tidak diinginkan (Yuwono, yang diurutkan dari arah forward memiliki 2006; Kennedy, 2011). 688 nukleotida sedangkan dari arah reverse memiliki 677 nukleotida (data Pengurutan Fragmen DNA tidak ditunjukkan). Pengurutan fragmen gen 18S rRNA dilakukan dari dua arah, arah ujung Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe 33 Gambar 3. Urutan gen 18S rRNA parsial Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897). Urutan fragmen gen 18S rRNA dari Pokea secara masih harus diolah kembali menggunakan BLAST analisis contig menggunakan program Analisis Bioedit untuk mengetahui urutan DNA penyejajaran (alignment) dengan database yang terbaca dari dua arah (forward dan urutan gen 18S rRNA yang terdapat pada reverse). Setelah diolah lebih lanjut, GeneBank. diketahui bahwa fragmen gen 18S rRNA BLAST akan memproses penyejajaran Pokea berukuran 827 bp (Gambar 3). urutan gen 18S rRNA yang dimasukkan. Sebagai pembanding, gen 18S rRNA full Analisis dengan menggunakan program ini length bp dilakukan untuk mengetahui kesesuaian (Itskovich et al., 2007 ; Soltis et al., 2001). antara urutan basa yang didapatkan dengan Fragmen gen 18S rRNA Pokea urutan yang terdapat dalam bank data gen. berukuran sekitar 1.800 dalam online pada menggunakan situs yang Secara genebank dilakukan otomatis program NCBI. yakni program penelitian ini berada pada bagian tengah Hasil blast menggunakan NCBI gen 18S rRNA, yaitu daerah yang diapit tidak ditemukan adanya urutan gen 18S oleh primer Anodr-F dan Anodr-R yang rRNA yang memiliki presentase identitas kemiripan hingga 100% dengan Pokea. berukuran 827 bp. Beberapa urutan gen 18S rRNA yang Analisis Filogenetik Berdasarkan Urutan Fragmen Gen 18S rRNA Urutan fragmen gen 18S rRNA Pokea Martens, terdapat di NCBI mempunyai identitas kemiripan hanya berkisar 93% sampai dengan 99% (data tidak ditunjukkan). Hal (Batissa violacea celebensis ini menunjukkan bahwa belum tersedianya 1897) selanjutnya dianalisis urutan fragmen gen 18S rRNA Pokea di Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 34 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe GeneBank. Persentase identitas kemiripan neighbour-joining dengan 1000x replikasi. teratas ditempati oleh Corbicula fluminea. Berdasarkan Gambar 4, terlihat Pokea Hal ini menandakan Urutan gen 18S rRNA berada pada clade X dengan 4 spesies Pokea apabila dilihat dari hasil blast lainnya memiliki hubungan kekerabatan dengan Corbicula fluminea, Hemidonax pictus, Corbicula fluminea. Artica, dan Ruditapes variegatus. Clade ini Pengolahan data otomatis menggunakan berkaitan dengan dilakukan software yang skala 0,1. Diantaranya mempunyai nilai kepercayaan 100 % yang menunjukkan Clade X ini adalah pohon kelompok yang stabil. Menurut Felsenstein filogenetik. Pada penelitian ini digunakan (1985) dalam Bahagiawati (2010) clade 3 program yaitu NCBI, Clustal X, Phydit yang memiliki nilai bootstrap atau nilai (Phylogenetik editor), dan TreeViewX. kepercayaan Metode dikatakan sebagai clade yang benar-benar yang pembuatan pada digunakan untuk mengkontruksi pohon filogenetik adalah 95% atau lebih dapat stabil. Gambar 4. Pohon filogeni yang menunjukkan hubungan kekerabatan antara Pokea (Batissa violacea celebensis martens,1897) dengan spesies Bivalvia atas dasar urutan gen 18S rRNA. Angka pada percabangan mengindikasikan nilai bootstrap (%) berdasarkan alogaritma neighbour-joining dengan 1000x replikasi. Skala mengindikasikan subtitusi 1 per 10 nukleotida pada urutan gen. Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 35 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe Pokea terlihat memiliki hubungan kekerabatan paling bootstrap ini bisa meningkat apabila dekat dengan Batissa violacea celebensis Martens, 1897 dengan tingkat dibandingkan dengan genus yang sama kepercayaan 71 %. Hal ini menandakan yaitu genus Batissa dari spesies lain. Pokea clade Batissa violacea celebensis belum dan stabil mengalami morfologi dan perubahan dalam pengambilan sampel atau hubungan kekerabatan replikasi menggunakan metode neighbour- keduanya berada dalam famili yang sama joining. Tingkat kepercayaan atau nilai yaitu Corbicullidae namun berbeda genus. Tabel menggunakan software clustal X dan Corbicula fluminea dan 2. Spesies Batissa violacea celebencis (Bvc) Corbicula fluminea (Cf) masih bisa Hubungan similaritas dan nukleotida difference dari clade Batissa violacea celebencis Bvc Cf A Rv 6/827 7/827 dari taksonomi segi memiliki yang dekat; Urutan fragmen gen 18S rRNA Hp 8/827 fluminea Phydit (Phylogenetik editor). Pokea setelah diamplifikasi berdasarkan primer --- Corbicula 24/827 Anodr-F dan Anodr-R serta dikonstruksi pohon filogenetiknya dapat dijadikan pembeda dengan organisme yang Artica (A) Ruditapes variegates (Rv) Hemidonax pictus (Hp) 99.27 --- 9/827 10/827 28/827 99.15 98.91 --- 3/827 23/827 18S 99.03 98.79 99.64 --- 24/827 membandingkan Pokea dengan Bivalvia 97.1 96.61 97.22 97.1 --- lain atau Bivalvia lain. Urutan fragmen gen lain rRNA sampai dapat digunakan tingkat genus, untuk untuk mengetahui hubungan kekerabatan Pokea antara dengan organisme lain. Namun dalam Batissa violacea celebensis dan Corbicula penelitian ini hanya dibandingkan sampai fluminea juga didukung dari hasil analisis ke tingkat famili, hal ini disebabkan belum similaritas. tersedianya urutan gen 18S rRNA Pokea Hubungan kekerabatan Diantara kelima spesies 3, genus Batissa di dalam GeneBank. Hasil menunjukkan urutan nukleotida gen 18S analisis restriksi urutan fragmen gen 18S rRNA celebensis rRNA Pokea menggunakan NEBcutter Martens,1897 dan Corbicula fluminea dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan memiliki hasil amplifikasi urutan fragmen gen 18S Bivalvia tersebut Batissa pada violacea kemiripan Tabel tertinggi dengan indeks similaritas sebesar 99.27 % dengan rRNA perbedaan 6 nukleotida dari 827 basa yang berdasarkan primer Anodr-F dan Anodr-R, diperbandingkan. urutan gen ini dikenali oleh banyak enzim Analisis ini Pokea setelah diamplifikasi restriksi, diantaranya yang biasa digunakan Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 36 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe di laboratorium adalah XhoI, PstI, BamHI, berhasil diisolasi sehingga dapat digunakan dan DraI. Enzim-enzim ini merupakan sebagai pembeda dengan bivalvia lain pada salah satu karakter yang dimiliki oleh daerah yang setara. fragmen gen 18S rRNA pokea yang Gambar 5. Enzim restriksi umum pada fragmen gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) yaitu: XhoI, PstI, BamHI, dan DraI (kotak) dengan menggunakan program NEBcutter. Gen 18S rRNA berperanan dalam sedangkan fragmen bivalvia lain yang membedakan Pokea (Batissa violacea digunakan sebagai pembanding adalah gen celebensis Martens, 1897) dengan Bivalvia 18S rRNA bivalvia lain yang diperoleh lain. dari Berdasarkan hasil penelitian GeneBank yang sejajar dengan menunjukkan bahwa fragmen gen 18S fragmen gen 18S rRNA pokea. Oleh rRNA untuk karena fragmen gen 18S rRNA pokea membedakan pokea dengan bivalvia lain diperoleh dengan menggunakan metode (Gambar yang PCR, maka dapat dijelaskan bahwa metode digunakan sebagai acuan pembeda adalah PCR dapat digunakan untuk memperoleh fragmen gen 18S rRNA pokea yang fragmen DNA yang dapat membedakan dibatasi oleh primer Anodr-F dan Anodr-R, satu organisme dengan organisme lain. dapat 4 juga dan digunakan 5). Fragmen Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik fragmen gen 18S rRNA Pokea adalah: memiliki ukuran 827 bp, termasuk dalam family Corbicullidae karena Pokea dan Corbicula fluminea mempunyai paling hubungan dekat kekerabatan dengan tingkat kepercayaan 71% dan perbedaan 6 nukleotida dari 827 basa diperbandingkan, serta mempunyai situs enzim restriksi XhoI, yang PstI, BamHI, dan DraI. 2. Gen 18S rRNA berperan dalam membedakan spesies Pokea dengan Bivalvia spesies lain. Saran Saran dalam penelitian ini adalah dilakukan penelitian lanjutan dengan mengkarakterisasi gen 18S rRNA Pokea (Batissa 1897) violacea hingga celebensis ke tingkat Martens, spesies menggunakan daerah ITS. DAFTAR PUSTAKA Bahagiawati, Utami, W., D., dan Buchori, D. 2010. Pengelompokkan dan Struktur Populasi Parasitoid Telur Trichogrammatoidea armigera pada Telur Helicoverpa armigera pada Jagung Berdasarkan Karakter Molekuler, J. Entomologi, 7(1):5465. 37 Bahtiar. 2005. Keberadaan Populasi Pokea (Batissa Violacea Celebensis Martens, 1897) pada Berbagai Daerah yang Berbeda pada Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe. Tesis Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor. Hidayat, T., Kusumawaty, D., Yati, D., D., Muchtar, A., dan Mariana, D. 2008. Analisis Filogenetik Molekuler pada Phyllanthus niruri L. (Euphorbiaceae) menggunakan Urutan Basa DNA Internal Transcribed Spacer (ITS). Jurusan Biologi Fakultas Matemateka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung. Itskovich, V., Belikov, S., Efremova, S., Masuda, Y., Perez, T., Alivon, E., Borchiellini, C., and Boury, N. 2007. Phylogenetic Relationship Between Freshwater and marine Haplosclerida (Porifera, Demospongiae) based on the Full Length 18S rRNA and Partial COXI Gene Sequences, Porifera Researches Biodeversity, Rusia. Kennedy, N. 2011. PCR Troubleshooting and Optimization. Caister Academic Press, USA. Lester, J. 2011. Troubleshooting Poor Quality Template, http://www.bio.cam.ac.uk /pflgroup/DNA_Facility/Quality.ht ml, Diakses pada tanggal 01 Juni 2012. Mursyidin, D., H. 2012. Kekerabatan Filogenetik 15 Jenis Durian (Duri spp.) Berdasarkan Analisis Bioinformatik Gen 5.8S rRNA dan ITS Region. BIOSCIENTIAE, 9(1):45-54. Muzuni, Soepandi, D., Suharsono, U. W., Suharsono. 2010. Isolasi dan Pengklonan Fragmen cDNA Gen Penyandi H+-ATPase Membran Plasma dari Melastoma malabathricum L. J. Agron. Indonesia, 38(1): 67-74. Nadia, L. A. R. 2011. Kumpulan Jurnal Internasional : Bivalvia, Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014 Karakterisasi Fragmen Gen 18S rRNA Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe Gastropoda, dan Echinodermata. Program Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Nafsal, A. 2008. Distribusi dan Kepadatan Kerang Pokea (Batissa Violacea Celebensis Martens, 1897) Secara Spasial dan Temporal di Perairan Sungai Pohara Sulawesi Tenggara. Skripsi, Universitas Halu Oleo, Kendari. Renel, K. 2001. Studi Kepadatan dan Distribusi Kerang Pokea (Curbicula spp) pada Desa Andadowi Kecamatan Bondoala. Skripsi, Universitas Halu Oleo, Kendari. Sambrook, J., Fritsch, E.F., and Maniatis, T. 1989. Molecular Cloning: a laboratory manual. 2nd ed. Cold Spring Harbor, NY. 38 Sembiring, L., Susilawati, L., dan Suhartanti, D. 2008. Seleksi, Karakterisasi, dan Identifikasi Bakteri Pendegradasi 2(thiocyanomethylthio) benzothiazole (TCMTB). Biota, 13(3): 126-131. Soltis, E., D., Soltis, S., P., Doyle, J., J. 2001 Molecular Systematics of Plants II; DNA Sequencing. Kluwer Academic Publisher, New York. Suharsono, S. 2005. Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik Pengklonan Gen dan Pengurutan DNA. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB, Bogor. Suwanto, A. 2011. Keanekaragaman Hayati Mikroorganisme. Jurusan Biologi FMIPA IPB, Bogor. Yuwono, T. 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction, ANDI OFFSET, Yogyakarta. Muzuni et. al, Biowallacea Vol. 1 (1) : Hal. 25-38, April 2014