sejarah persi

advertisement
SEJARAH PERSI
“Hospital Management and Administration Workshop” ke-I tahun 1968
yang diadakan di Bandung disadari bersama diantara peserta dan
penyelenggara bahwa peningkatan kemampuan di bidang manajemen
dan administrasi rumah sakit perlu diupayakan terus menerus.
Sementara itu dikalangan pengelola rumah sakit terutama rumah sakit
pemerintah makin dirasakan kurangnya kemampuan manajemen dan
administrasi rumah sakit dibandingkan dengan kemajuan yang telah
dicapai negara lain, bahwa ilmu pengetahuan tentang manajemen dan
administrasi rumah sakit sudah berkembang begitu maju.
Pada tahun 1968 Pemerintah DKI Jakarta memulai kerja sama dengan
beberapa rumah sakit swasta di Jakarta, untuk lebih mengintensifkan
pelayanan kepada masyarakat, baik yang mampu maupun yang tidak
mampu, dengan sistem pembiayaan yang mampu membayar yang
kurang mampu. Kondisi ini mendorong keinginan untuk berhimpun
diantara rumah sakit, baik rumah sakit milik swasta maupun milik
pemerintah, sehingga lahirlah Ikatan Rumah Sakit Jakarta Metropolitan
(IRSJAM) dengan surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta pada tahun
1973.
Kemudian ditunjang dengan kesepakatan 3 (tiga) rumah sakit
pendidikan besar yaitu : RS Dr. Hasan Sadikin Bandung, RS Dr Cipto
Mangunkusumo, RS Dr. Soetomo Surabaya untuk menyelenggarakan
pertemuan berkala antar pimpinan rumah sakit pendidikan pada tanggal
30 Juni 1974 di RS Dr. Soetomo Surabaya. Dalam pertemuan tersebut
juga disepakati terbentuknya Himpunan Rumah Sakit Pendidikan
Indonesia (HIRSPI), setelah dibahas lebih lanjut maka Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga dapat disahkan tanggal 28 Pebruari 1978
di RS Karyadi Semarang.
1
Sebagai Pengurus pertama tersusun :
Ketua
: Prof. Dr. Rukmono (RS Cipto Mangunkusumo)
Sekretaris
: Dr. Soeraryo Darsono (RS Kariadi)
Bendahara
: Dr. Zuchradi (RS Hasan Sadikin)
Anggota
: Dr. Z. Rasyid (RS Dr. Pirngadi)
Dr. Samsir Daili (RSUP Padang)
Dr. Soejoto Martoatmodjo (RS Dr. Soetomo)
Dr. Winsy Warouw (RS Gunung Wenang)
Pada setiap pertemuan baik resmi maupun tidak resmi selalu
dipergunakan pula untuk saling mengisi dengan berkonsultasi tentang
perkembangan perumahsakitan di Indonesia. Undangan dari
Internasional Hospital Federation Congress di Tokyo, tanggal 24-27 Mei
1977, pada waktu itu Delegasi Indonesia diajak untuk membentuk Asian
Hospital Federation, namun delegasi Indonesia tidak dapat berbuat
banyak karena wadah internal Indonesia belum ada. Delegasi Indonesia
pada waktu itu dapat disebutkan beberapa nama antara lain ;
1. Dr. Amino Gondohutomo (RS Pusat Pertamina)
2. Dr. Soedarso ( RS Pelni Petamburan)
3. Dr. Lukas Hakim (RS Sumber Waras)
4. Dr. R.A. Yusuf (RSPAD Gatot Subroto)
5. Dr. Zuchrardi (RS Hasan Sadikin)
6. Dr. Soeraryo Darsono (RS Dr. Kariadi)
Pemerintahpun menyadari bahwa perlu suatu wadah organisasi
perumahsakitan di Indonesia, maka Direktur Jenderal Pelayanan
Kesehatan dengan surat nomor 751/Yankes/I.0/77 tanggal 19 September
1977 menganjurkan kepada rumah sakit-rumah sakit untuk membentuk
suatu wadah organisasi nasional bagi seluruh rumah sakit di Indonesia.
Kemudian Kepala Direktorat Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI
tanggal 7 Januari 1978 mengundang rumah sakit-rumah sakit, dan pada
pertemuan tersebut terbentuklah Panitia Lima yang terdiri atas wakil
Ikatan Rumah Sakit Propinsi yang telah ada. Panitia Lima ditambah
dengan Direktur Rumah Sakit Pendidikan Dokter yang lain menjadi
Panitia Pendiri Organisasi Nasional Rumah Sakit Seluruh Indonesia,
kemudian pada rapat tangal 4-5 Pebruari 1978 di Bandung, memilih Dr.
2
Soeraryo Darsono sebagai Ketua Panitia dan menyusun Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga. Akhirnya pada rapat Panitia Pendiri
tanggal 9 Maret 1978 di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta
tersusunlah calon Pengurus Pusat dan beberapa perubahan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tercantum nama
wadah organisasi ini adalah Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia disingkat PERSI. Seluruh rancangan beserta perubahannya
akhirnya dapat disetujui pada rapat pleno Panitia Pendiri tanggal 11
April 1978, jam 20.00 Wib. Selanjutnya disahkan oleh Notaris pada
tanggal 12 April 1978 dan Pengurus Pertama dilantik oleh Bapak
Menteri Kesehatan Republik Indonesia tanggal 15 April 1978.
Dengan berdirinya Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) sebagai satu-satunya organisasi perumahsakitan seluruh
Indonesia maka HIRSPI melebur ke dalam PERSI, menjadi Departemen
Pendidikan PERSI.
Susunan Pengurus PERSI Pertama ini diketuai oleh Dr. Soeraryo
Darsono dengan Sekretaris Jenderal Dr. Amino Gondohutomo.
Disamping menyusun kepengurusan dan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, Panitia Pendiri juga berupaya membentuk cabangcabang PERSI sebagai kelengkapan organisasi. Pada tahun 1979 berhasil
dibentuk 14 cabang, masing-masing adalah ;
1. Sulawesi Utara,
2. Kalimantan Timur,
3. Irian Jaya,
4. Bali dan Nusa Tenggara,
5. Jawa Tmur,
6. D.I Yogyakarta,
7. Jawa Barat,
8. Sumatera Barat,
9. Sumatera Utara,
10. DKI Jakarta (IRSJAM),
11. Maluku,
12. Sulawesi Selatan dan Tenggara,
3
13. Jawa Tengah dan
14. Kalimantan Selatan.
Musyawarah Nasional (Munas) yang kemudian istilah ini diganti
menjadi Kongres, yang pertama diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
16-19 November 1980, dihadiri oleh 17 cabang seluruh Indonesia.
Ada (3) tiga komisi yang dibentuk pada waktu itu yaitu :
Komisi I
: Membahas mengenai organisasi, utamanya membahas
konsolidasi dan perubahan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
Komisi II : Membahas program PERSI
Komisi III : Membahas kepentingan anggota misalnya mengenai
tarif, akreditasi dan penambahan anggota.
Seperti lazimnya maka pada Kongres ke-I ini disahkan Pengurus PERSI
hasil Kongres yang dipilih melalui formatur dimana formatur dengan
suara terbanyak menjadi Ketua Umum, dan juga pengesahan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Dengan segala dedikasi dan kemauan keras dari pengurus dan para
anggotanya, akhirnya PERSI dapat melaksanakan konsolidasi dan
pengembangan organisasi baik secara nasional maupun internasional.
Program-program dibentuk dan dikaji tahun demi tahun serta kerja
sama antar instansi dikembangkan sehingga aspirasi PERSI dapat
diterima banyak kalangan.
Guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran dengan cakrawala para
angggota maka dalam setiap Kongres dan Rapat Kerja PERSI
diselenggarakan kegiatan ilmiah, seminar-seminar maupun pelatihanpelatihan, dan dibuka kesempatan untuk dapat mengikuti kegiatan
perumahsakitan diluar negeri.
Dengan segala jerih payah yang telah dilaksanakan, PERSI saat ini sudah
dapat lebih memantapkan dirinya ; PERSI Cabang sudah ada disetiap
propinsi, Sekretariat Tetap telah dipunyai dan sarana komunikasi cukup
4
memadai, serta anggotanya telah mencapai lebih 1000 rumah sakit dari
segala jenis kegiatan maupun kepemilikannya.
Untuk kepentingan anggota, PERSI juga mengusulkan dan disetujui oleh
Pemerintah/Departemen Kesehatan dulunya suatu Direktorat Khusus
Rumah Sakit Swasta kemudian berubah menjadi Direktorat Medik dan
Gigi Spesialistik dan saat ini menjadi Direktorat Bina Uapaya Kesehatan
Rujukan.
Hasil lain yang dapat dicapai adalah :
 Pemasyarakatan cross subsidy sebagai salah satu cara pembiayaan
kesehatan.
 Usulan penjabaran Fungsi Sosial Rumah Sakit.
 Tersusunnya Etika Rumah Sakit beserta program implementasinya.
 Penyebaran konsep ”hospital without wall” sehingga Rumah Sakit
juga dapat menjangkau pelayanan primer.
 Peningkatan tingkat kesadaran mutu layanan dan manajemen
rumah sakit, utamanya diantara para pengelola rumah sakit.
 Pembentukan jalur-jalur penyelesaian perselisihan atau beda
penafsiran tentang hal-hal tertentu misalnya soal pajak, tarif, tenaga
kerja dan lain-lain.
Ditingkat internasional PERSI juga mulai diperhitungkan antara lain :
 PERSI pernah menjabat President Asian Hospital Federation (AHF)
oleh Dr. Sumardi Katgopranoto tahun 1988 dan Dr. Adib A. Yahya,
MARS tahun 2009.
 Kongres Internasional Hospital Federation tahun 1992 di Madrid,
tahun 2003 di San Fransisco California – USA, dan tahun 2009 di
Rio de Janeiro-Brazil menetapkan Dr. Samsi Jacobalis, Dr.
Hermansyur Kartowisastro, dan Dr. Muki Reksoprodjo, SpOG
sebagai anggota “Council of Management” IHF.
 Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI (saat
itu dijabat oleh Dr. Broto Wasisto, MPH) diminta untuk berbicara
didepan sidang Pleno Kongres IHF mewakili negara berkembang.
Dengan para wakil rakyat (Komisi yang membidangi kesehatan di DPR)
PERSI juga sangat akrab, diundang untuk melakukan dengar pendapat
5
umum antar DPR R.I dengan PERSI termasuk pada waktu pembahasan
tentang UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, UU No. 16 tahun
2001 tentang Yayasan, UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan
pembahasan lain yang berkaitan dengan perumahsakitan.
Pada tahun 1988 Ketua PERSI Dr. Padmo Hoedojo, MHA diangkat
menjadi anggota MPR R.I mewakili PERSI.
Mengingat bahwa Pemerintah Republik Indonesia menganut sistem
terbuka dan global maka PERSI tidak ada pilihan lain kecuali juga harus
mewakili visi global pula (APEC, GATT, GATS, WTO) hal ini tidak lain
adalah upaya peningkatan mutu, baik layanan maupun sumber daya
manusia. Namun demikian tantangan secara nasional masih cukup
banyak, bagaimana agar pemerataan pelayanan rumah sakit dapat
dicapai, bagaimana sistem pembiayaan yang baik dapat direalisasikan,
bagaimana agar program-program pengembangan rumah sakit dapat
sinkron dengan program disiplin lain, semua itu masih memerlukan
waktu, dedikasi dan tenaga yang tidak sedikit, belum lagi masalah
teknologi dan mobilitas penduduk yang semakin meningkat.
Bencana alam tsunami yang melanda Aceh dan Nias –Sumatera Utara,
PERSI juga berperan mengorganisasi bantuan obat-obatan, alat
kesehatan, dan tenaga kesehatan juga rumah sakit sebagai rujukan.
Demikianlah keberadaan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) sejak berdirinya sampai dengan sekarang ini.
----------------------------Ditulis dan disadur oleh Dr. Soebaryo Mangunwidodo & Partua Sitompul▄
6
VISI DAN MISI PERSI
1
VISI
 PERSI sebagai organisasi perumahsakitan yang handal dan
mampu menjadi induk dan tumpuan bagi rumah sakit di
Indonesia.
1.1
MISI
 Memperjuangkan kepentingan anggota PERSI ke seluruh jajaran
yang terkait : pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
 Membentuk dan mengembangkan networking antara anggota
dengan information technology.
 Meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan rumah sakit
menuju masyarakat sehat.
 Melakukan aliansi strategis yang meningkatkan mutu anggota
PERSI dan saling menguntungkan.
 Mendorong rumah sakit di Indonesia dalam meningkatkan mutu
hingga setaraf dengan rumah sakit di Asia Pasifik
-----------------------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI tahun 2003.▄
7
8
ANGGARAN DASAR PERSI
MUKADIMAH
Menyadari :
1. Bahwa rumah sakit adalah suatu lembaga dalam mata rantai sistem
kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan
untuk seluruh masyarakat.
2. Bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan
derajat yang setinggi - tingginya.
3. Bahwa kebijakan Pemerintah tentang sistem rujukan memerlukan
kerjasama yang serasi antara rumah – rumah sakit di Indonesia.
4. Bahwa dalam masa pembangunan nasional berencana Rumah Sakit
Seluruh Indonesia wajib secara aktif berpartisipasi sebesar –
besarnya pada usaha Pemerintah untuk mencapai masyarakat
sejahtera adil dan makmur.
Maka Panitia Pendiri Organisasi Nasional Rumah Sakit Indonesia yang
dibentuk di Rumah Sakit Umum Dokter Hasan Sadikin di Bandung pada
tanggal 4 Pebruari 1978, bersepakat untuk mendirikan Perhimpunan
Rumah Sakit yang bersifat profesional dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga sebagai berikut :
ANGGARAN DASAR
PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA
BAB I
KETENTUAN UMUM
9
Pasal 1
Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang telah
ditentukan dan diatur oleh peraturan perundang-undangan negara
Republik Indonesia.
BAB II
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN ORGANISASI
Pasal 2
1. Organisasi ini disebut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
dengan nama singkatan PERSI dan didirikan pada tanggal 11 April
1978 di Jakarta, untuk waktu yang tidak ditentukan.
2. Organisasi ini merupakan satu-satunya perhimpunan bagi semua
rumah sakit di Indonesia dan berkedudukan di Ibukota Negara
dengan cabang-cabang di seluruh Indonesia.
BAB III
ASAS, DAN TUJUAN
Pasal 3
PERSI berasaskan Pancasila.
Pasal 4
Tujuan
1. Menghimpun dan mewakili rumah-rumah sakit di Indonesia dengan
menghormati kedaulatan masing-masing.
2. Menyukseskan program Pemerintah dalam bidang kesehatan pada
umumnya dan rumah sakit pada khususnya dalam kaitannya dengan
pengembangan Sistem Kesehatan Nasional.
3. Menyempurnakan pengelolaan rumah sakit demi peningkatan
pelayanan bagi masyarakat.
4. Memperjuangkan kepentingan rumah sakit sebagai suatu lembaga.
10
Pasal 5
Usaha
Untuk mencapai tujuan organisasi berusaha :
1. Menggalang dan mempererat hubungan antar rumah sakit anggota.
2. Membina hubungan dengan Pemerintah dan Badan-badan lainnya.
3. Mengadakan program pendidikan didalam bidang pengelolaan
rumah sakit dan usaha usaha lain yang bersangkutan dengan
masalah rumah sakit.
4. Sebagai wadah tunggal mengadakan hubungan dengan badan –
badan di luar negeri dalam bidang perumahsakitan di Indonesia.
5. Mengadakan kegiatan lain yang dipandang perlu untuk mencapai
tujuan organisasi.
BAB IV
ORGANISASI
Pasal 6
Keanggotaan
Anggota PERSI terdiri dari :
1. Kategori A : adalah rumah sakit yang telah diakui oleh Pemerintah
dan diwakili oleh Direktur/pimpinan rumah sakit atau pejabat
rumah sakit yang diberi wewenang olehnya.
2. Kategori B : adalah Rumah Bersalin atau Klinik 24 jam atau Lembaga
pelayanan kesehatan yang sejenisnya.
3. Kategori C : adalah perorangan yang mempunyai minat dalam
perumahsakitan.
4. Ketentuan lebih lanjut tentang keanggotaan akan ditetapkan dengan
Peraturan Organisasi.
Pasal 7
Daerah
Di tiap daerah tingkat I hanya dapat didirikan satu PERSI Daerah.
11
Pasal 8
Susunan Pengurus
1. Pengurus PERSI terdiri dari Pengurus Pusat di Ibukota Negara,
Pengurus Daerah di Tingkat Propinsi, dan bila diperlukan dapat
dibentuk Pengurus Cabang di Tingkat Kabupaten atau Kota.
2. Anggota ex officio dalam kepengurusan PERSI Pusat terdiri dari para
Ketua Asosiasi Rumah Sakit atau Perhimpunan Rumah Sakit yang
bersifat khusus.
3. Pengurus mempunyai masa jabatan lamanya 3 (tiga) tahun.
4. Susunan Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan Ketentuan
pembentukan Pengurus Cabang di Tingkat Kabupaten atau Kota dan
yang termasuk Anggota Ex-Officio ditetapkan dengan Peraturan
Organisasi.
Pasal 9
Rapat-rapat
Rapat PERSI terdiri dari :
1. Kongres yang merupkan Badan Legislatif tertinggi dalam organisasi.
2. Rapat Kerja merupakan rapat antara Pengurus Pusat dengan
Pengurus Daerah.
3. Rapat Pengurus Pusat
4. Rapat Anggota PERSI Daerah.
5. Rapat Pengurus Daerah.
Pasal 10
Dewan Penyantun
Untuk mengembangkan organisasi perlu dibentuk Dewan Penyantun
Pasal 11
Badan-badan Etik Rumah Sakit Indonesia
Guna pembinaan dan penanganan yang menyangkut permasalahan Kode
Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI), perlu dibentuk Badan-badan
Etik Rumah Sakit di tiap tingkat dalam jajaran organisasi PERSI, sebagai
berikut :
12
a. Di tingkat PERSI Pusat ; dibentuk Majelis Kehormatan Etik Rumah
Sakit Indonesia Pusat, disingkat MAKERSI Pusat.
b. Di tingkat PERSI Daerah ; dibentuk Majelis Kehormatan Etik
Rumah Sakit Indonesia Daerah, disingkat MAKERSI Daerah.
c. Di tingkat Rumah Sakit ; dibentuk Komite Etik Rumah Sakit
Indonesia, disingkat KERSI.
BAB V
KEUANGAN
Pasal 12
Sumber Keuangan
Keuangan organisasi diperoleh dari :
1. Uang pangkal ;
2. Uang iuran ;
3. Sumbangan dan pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB VI
LAIN – LAIN
Pasal 13
Perubahan Anggaran Dasar
1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat diputuskan dalam Kongres.
2. Usul perubahan Anggaran Dasar harus sudah dibahas pada rapat
kerja sebelumnya, yang diedarkan kepada Daerah sekurangkurangnya 3 bulan sebelum masa Kongres.
3. Usul perubahan Anggaran Dasar dapat diajukan oleh Pengurus
Pusat/Pengurus Daerah.
Pasal 14
Pembubaran Organisasi
1. Organisasi hanya dapat dibubarkan oleh Kongres yang khusus
diadakan untuk maksud tersebut.
13
2. Sesudah pembubaran organisasi, segala hak milik organisasi
diserahkan kepada badan atau perkumpulan yang ditetapkan oleh
rapat pembubaran tersebut.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Penutup
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar akan diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga, sepanjang tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar.
2. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga akan diatur dan diputuskan dalam rapat Pengurus
Pusat yang kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan
Organisasi.
-----------------------------Anggaran Dasar ini sudah dirubah susuai dengan Keputusan Kongres PERSI ke-
XI tahun 2009
▄
14
ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Kedudukan Sekretariat
Sekretariat Jenderal PERSI berkedudukan di Ibukota Negara.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
Macam Anggota
Anggota PERSI seperti yang disebut pada pasal 6 ayat 2 Anggaran Dasar
terdiri dari :
1. Kategori A : adalah rumah sakit yang telah diakui oleh Pemerintah
dan diwakili oleh Direktur/pimpinan rumah sakit atau pejabat
rumah sakit yang diberi wewenang olehnya.
2. Kategori B : adalah Rumah Bersalin atau Klinik 24 jam atau Lembaga
pelayanan kesehatan yang sejenisnya.
3. Kategori C : adalah perorangan yang mempunyai minat dalam
perumahsakitan
Pasal 3
Penerimaan Anggota
Untuk dapat diterima menjadi anggota PERSI, Rumah Sakit yang
memenuhi persyaratan termaktub pada pasal 6 ayat 2 Anggaran Dasar
mengajukan permintaan tertulis kepada Pengurus Daerah dan kemudian
disahkan oleh Pengurus Pusat.
15
Pasal 4
Pemberhentian dan Rehabilitasi Anggota
1. Pemberhentian anggota atas permintaan sendiri dilakukan secara
tertulis.
2. Pemberhentian sementara terhadap anggota oleh Pengurus Daerah
dapat dilakukan karena yang bersangkutan membuat pelanggaran
berat terhadap ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga
dan dilaporkan oleh Pengurus Daerah kepada Pengurus Pusat.
3. Keputusan pemberhentian dan rehabilitasi anggota hanya dapat
dilakukan dalam Kongres setelah anggota yang bersangkutan diberi
kesempatan untuk membela diri.
Pasal 5
Hak dan kewajiban Anggota
1. Hak Anggota
1.1 Anggota Kategori A : berhak memilih dan dipilih sebagai
Anggota Pengurus Daerah maupun Pengurus Pusat.
1.2 Anggota Kategori B dan Kategori C : berhak mengikuti
pertemuan dan kegiatan organisasi tanpa hak suara, hak memilih
dan dipilih sebagai Anggota Pengurus.
1.3 Setiap anggota berhak untuk membela diri.
1.4 Setiap anggota berhak mendapat perlindungan dan pembelaan
dari organisasi.
2. Kewajiban Anggota
2.1 Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
Keputusan - keputusan serta menjunjung tinggi nama organisasi.
2.2 Membayar uang pangkal dan uang iuran yang besarnya
ditentukan oleh Pengurus Daerah.
2.3 Membantu Pengurus dalam tiap usaha organisasi.
16
BAB III
Pasal 6
Susunan Pengurus Pusat
1. Pengurus Pusat mencerminkan semua jenis rumah sakit.
2. Ketua Umum dipilih oleh kongres.
3. Ketua Umum terpilih adalah sebagai Ketua Formatur, dan bersama 2
(dua) Formatur lain yang dipilih oleh Kongres menyusun Pengurus
Pusat PERSI.
4. Pengurus Pusat terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Jenderal,
Bendahara, dan Ketua-ketua Kompartemen.
5. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, dan
Bendahara.
Pasal 7
Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Pusat
1. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Pusat :
1.1 Melaksanakan Keputusan Kongres, menyusun kebijaksanaan dan
mengambil keputusan organisasi sesuai dengan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
1.2 Menyusun, melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan rencana
kerja.
1.3 Mewakili organisasi keluar dan kedalam.
1.4 Melaksanakan pengelolaan organisasi dan semua ketentuan tata
laksananya.
1.5 Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
Kongres bersama-sama dengan Panitia Penyelenggara Kongres.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Umum :
2.1. Memimpin dan mengarahkan segala kegiatan Pengurus Pusat.
2.2. Dalam hal Ketua Umum berhalangan, maka tugas dan tanggung
jawab Ketua Umum dilimpahkan kepada Sekretaris Jenderal.
2.3. Dalam keadaan darurat dimana Ketua Umum dan Sekretaris
Jenderal bersama-sama tidak berfungsi lagi, maka Ketua Dewan
Penyantun melaksanakan pimpinan sementara organisasi,
sampai diadakan Kongres Luar Biasa.
17
3. Tugas dan Tanggung Jawab Sekretaris Jenderal :
3.1. Menyelenggarakan tata laksana semua ketentuan organisasi
Pengurus Pusat.
3.2. Membantu dan mengawasi pelaksanaan kongres.
3.3. Dalam hal Sekretaris Jenderal berhalangan maka tugas Sekretaris
Jenderal dirangkap oleh Ketua Umum.
4. Tugas dan Tanggung Jawab Bendahara :
4.1. Mengelola perbendaharaan dan keuangan organisasi.
5. Tugas dan Tanggung Jawab Ketua-ketua Kompartemen :
5.1. Memimpin kompartemen masing-masing sebagai badan
pelaksana organisasi.
Pasal 8
Kewajiban dan Kewenangan Pengurus Pusat
1. Pengurus Pusat bertanggung jawab kepada Kongres.
2. Pengurus Pusat berkewajiban mengusahakan tercapainya tujuan dan
usaha organisasi dan memelihara kekayaan organisasi sebaikbaiknya.
3. Pengurus Pusat harus bertindak sesuai Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
4. Pengurus Pusat berwenang melakukan segala tindakan, baik yang
menyangkut pengurusan maupun yang mengenai hak milik
organisasi, kecuali untuk ;
Mengasingkan hak atas, atau memberatkan barang-barang tak
bergerak milik organisasi.
Membuat pinjaman atas tanggungan organisasi atau melakukan
pembayaran di atas Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) atau
dalam mata uang asing yang setara dengan nilai tersebut.
Mengikat
organisasi sebagai
penanggung, menggadaikan,
menfiduciakan ataupun dengan cara apapun menjaminkan
barang-barang tidak bergerak milik organisasi.
5. Untuk hal-hal tersebut di atas sebagaimana disebutkan pada pasal 8
ayat 4.1, 4.2, dan 4.3 Pengurus Pusat harus mendapat persetujuan
dari Kongres.
18
6. Untuk tindakan-tindakan tertentu kecuali yang tersebut pada pasal 8
ayat 4.1, 4.2, dan 4.3 Pengurus Pusat berwenang untuk mengangkat
seorang pemegang kuasa atau lebih dengan memberikan surat kuasa
khusus.
Pasal 9
Pengurus Daerah
1. Dalam tiap daerah tingkat I dapat didirikan satu Daerah saja yang
disahkan oleh Pengurus Pusat untuk dukukuhkan dalam Kongres.
2. Setiap Daerah mempunyai hak suara berdasarkan jumlah anggota,
yaitu sampai 10 anggota mendapat 1 suara, dengan maksimum 5
suara untuk setiap daerah.
3. Setiap Daerah dapat mengeluarkan Peraturan Daerah yang mengatur
rumah tangganya sendiri selama tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan serta
melaporkan kepada Pengurus Pusat.
Pasal 10
Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Daerah
1. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Daerah :
1.1. Memimpin organisasi dalam masing-masing Propinsi dan
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Pengurus Pusat.
1.2. Menyusun melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan rencana
kerja Daerah kepada Anggota dan Pengurus Pusat.
1.3. Melaporkan susunan Pengurus Daerah dan setiap ada
perubahan.
1.4. Mengumpulkan uang pangkal dan uang iuran dari anggota dan
menyetorkan 25% dari uang tersebut kepada Pengurus PERSI
Pusat.
2. Pengurus Daerah berhak memberhentikan untuk sementara
anggotanya dan melaporkan kepada Pengurus Pusat.
19
BAB IV
Pasal 11
Kongres
1. Kongres diadakan sekali dalam 3 (tiga) tahun dengan cara :
1.1 Laporan dan pertanggungjawaban Pengurus Pusat.
1.2 Pemilihan dan Pelantikan Ketua Umum melalui Formatur.
1.3 Menyusun rencana kerja Pengurus Pusat yang baru.
1.4 Membahas dan memutuskan hal-hal lain yang dianggap perlu
2. Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan
Peninjau serta dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah ditambah satu jumlah daerah dan setengah ditambah satu
jumlah suara.
3. Jika quorum tidak tercapai maka rapat diskors paling lama 1 x 24 jam
dan rapat berikutnya dianggap sah setelah skorsing.
4. Keputusan Kongres diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat.
5. Dalam hal tidak tercapai keputusan melalui musyawarah dan
mufakat, maka keputusan diambil atas dasar suara terbanyak.
Pasal 12
Kongres Luar Biasa
1. Kongres Luar Biasa diadakan atas desakan/usul sekurang-kurangnya
75% jumlah daerah dan 75% jumlah suara.
2. Kongres Luar Biasa diadakan kalau timbul keadaan darurat.
Pasal 13
Tata Tertib Kongres
1. Kongres dan Kongres Luar Biasa diadakan atas dasar tata tertib yang
disahkan oleh Kongres.
2. Tempat kongres yang akan datang ditentukan oleh kongres
sebelumnya.
3. Selesai Kongres, keuangan Kongres harus diperiksa oleh Panitia
Verifikasi sebagai pertanggungjawaban Kongres.
20
BAB V
DEWAN PENYANTUN
Pasal 14
Anggota
Dewan Penyantun PERSI terdiri dari para pendiri PERSI, mantan Ketua
Umum serta perorangan lain yang diangkat oleh Pengurus Pusat atas
nama Kongres.
Pasal 15
Tugas Pokok
Tugas pokok
Organisasi.
Dewan
Penyantun
adalah
ikut
mengembangkan
Pasal 16
Susunan Dewan
Dewan beranggotakan sedikitnya 3 (tiga) orang, sebanyak-banyaknya 5
(lima) orang.
Pasal 17
Tata Laksana Dewan
1. Tata laksana dalam Dewan dapat diatur sendiri, asalkan tidak
bertentangan dengan isi dan makna Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
2. Dalam keadaan darurat dimana pada waktu yang bersamaan Ketua
Umum dan Sekretaris Jenderal tidak berfungsi lagi, maka Ketua
Dewan memimpin sementara organisasi sampai Kongres Luar Biasa
yang akan dilaksanakan selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga)
bulan.
3. Dalam keadaan demikian seperti tersebut dalam ayat 2 diatas,
pimpinan sementara organisasi tidak boleh mengambil keputusan
yang bersifat principal.
21
BAB VII
BADAN-BADAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA
Pasal 18
Organisasi
1. Di tingkat PERSI Pusat dibentuk Majelis Kehormatan Etik Rumah
Sakit Indonesia (MAKERSI) Pusat, yang merupakan badan otonom,
berkewajiban menetapkan strategi/kebijaksanaan dan garis-garis
besar program pembinaan KODERSI secara nasional.
2. Di tingkat PERSI Daerah dibentuk Majelis Kehormatan Etik Rumah
Sakit Indonesia (MAKERSI) Daerah, yang merupakan badan
otonom, berkewajiban untuk menjabarkan strategi/kebijaksanaan
dan program nasional mengenai KODERSI di tingkat wilayah dan
PERSI Daerah yang bersangkutan, serta mengkoordinasikan
pelaksanaannya di rumah-rumah sakit yang berada diwilayahnya.
3. Di tingkat Rumah Sakit dibentuk Komite Etik Rumah Sakit
Indonesia (KERSI), yang merupakan badan otonom, berkewajiban
membantu Pimpinan Rumah Sakit yang bersangkutan.
Pasal 19
Pemilihan Ketua, Tanggung Jawab, dan Susunan Anggota
1. Ketua MAKERSI Pusat, dipilih dalam Kongres PERSI, untuk selama
Kepengurusan PERSI Pusat, dan bertanggung jawab kepada Kongres
PERSI. Ketua terpilih menyusun anggotanya yang sekurangkurangnya harus terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua,
seorang Sekretaris, dan 2 (dua) orang Anggota, dengan jumlah
seluruhnya paling banyak 9 (sembilan) orang.
2. Ketua MAKERSI Daerah, dipilih dalam Rapat Pleno anggota PERSI
Daerah, untuk selama Kepengurusan PERSI Daerah, dan
bertanggung jawab kepada Rapat Pleno PERSI Daerah. Ketua
terpilih menyusun anggotanya yang sekurang-kurangnya harus
terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris,
dan 2 (dua) orang Anggota, dengan jumlah paling banyak 7 (tujuh)
orang.
22
3. Ketua dan Anggota KERSI dipilih dan diangkat oleh
Direktur/Pimpinan Rumah Sakit, untuk selama masa bakti tertentu.
KERSI sekurang-kurangnya harus terdiri dari seorang Ketua, seorang
Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan 2 (dua) orang Anggota, dengan
jumlah seluruhnya paling banyak 7 (tujuh) orang.
4. Bilamana diperlukan, Keanggotaan MAKERSI Pusat, MAKERSI
Daerah, maupun KERSI dapat ditambah dengan 2 (dua) orang
Anggota tidak tetap, yang penunjukannya didasarkan kepada
keahlian yang diperlukan dalam menghadapi sesuatu masalah yang
tengah ditangani. Selama menangani kasus tersebut anggota tidak
tetap memiliki kewajiban dan hak yang sama dengan anggota tetap.
Anggota tidak tetap berakhir setelah penanganan kasus yang
bersangkutan dianggap selesai.
5. Keanggotaan Badan-badan Etik Rumah Sakit, sedikitnya harus
mewakili profesi-profesi Manajemen Rumah Sakit, Kedokteran,
Keperawatan, Hukum Kesehatan, dan lain-lain.
Pasal 20
Persyaratan Anggota
Untuk dapat dipilih atau ditunjuk sebagai Anggota Badan Etik Rumah
Sakit, sebaiknya memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
a. Berjiwa Pancasila.
b. Memiliki kepribadian, integritas, dan kredibilitas sosial dan
profesional yang tinggi.
c. Memiliki kepekaan dan responsif terhadap perkembangan sosial,
lingkungan, nilai-nilai moral dan kemanusiaan, serta perkembangan
keilmuan, dan teknologi.
d. Memiliki
kepedulian
dan
pengalaman
dalam
bidang
perumahsakitan, yang meliputi berbagai bidang profesi. Khusus
keanggotaan MAKERSI Pusat dan MAKERSI Daerah, sekurangkurangnya harus memiliki pengalaman 5 (lima) tahun sebagai
Pimpinan atau jabatan lainnya yang berkaitan dengan manejemen
rumah sakit.
e. Keanggotaan MAKERSI Pusat dan MAKERSI Daerah, tidak
dibenarkan merangkap jabatan dalam kepengurusan struktural
PERSI yang setingkat ; ialah jabatan sebagai Ketua, Wakil Ketua,
23
f.
Sekretaris, Bendahara, dan jabatan-jabatan struktural lainnya dalam
kepengurusan PERSI yang setingkat. Tidak termasuk jabatan sebagai
Penasehat atau kelompok kerja. Untuk keanggotaan KERSI, tidak
dibenarkan merangkap dengan jabatan-jabatan struktural di Rumah
Sakit.
Pimpinan Rumah Sakit yang kebetulan duduk sebagai Anggota
Badan Etik Rumah Sakit, apabila Rumah Sakit yang dipimpinnya
atau dirinya terlibat atau diadukan maka ia tidak boleh
diikutsertakan dalam sidang-sidang Badan Etik Rumah Sakit yang
membahas permasalahan tersebut.
Pasal 21
Petunjuk Pelaksanaan KODERSI
Segala sesuatu mengenai KODERSI yang belum di atur dalam ART, akan
di atur lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia.
BAB VII
Pasal 22
Rapat – rapat
1. Rapat kerja tahunan membicarakan pelaksanaan program kerja dan
masalah-masalah baru yang timbul.
2. Rapat Pengurus Pusat diadakan sekurang-kurangnya dua kali
setahun.
3. Rapat Anggota PERSI Daerah diadakan sekurang-kurangnya satu
kali setahun.
4. Rapat Pengurus Daerah diadakan menurut kebutuhan.
BAB VIII
Pasal 23
Sumber Keuangan
24
1. Uang pangkal dan uang iuran.
2. Sumbangan dan pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat yang
diusahakan oleh Pengurus Pusat maupun Pengurus Daerah.
BAB IX
Pasal 24
Lain –lain
1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya
dapat diputuskan oleh Kongres dengan disetujui oleh 2/3 (dua per
tiga) jumlah suara yang hadir.
1.1 Pembubaran organisasi hanya dapat di lakukan Kongres yang
khusus diadakan untuk maksud tersebut.
1.2 Undangan untuk Kongres Pembubaran Organisasi ini diadakan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum Kongres tersebut
dilaksanakan.
BAB X
Pasal 25
Penutup
1. Perbedaan penafsiran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
akan diselesaikan oleh Pengurus Pusat untuk kemudian disahkan
oleh Kongres.
2. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga akan diatur dan diputuskan dalam rapat Pengurus
Pusat yang kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan
Organisasi.
-----------------------------Anggaran Rumah Tangga ini sudah dirubah sesuai dengan Keputusan Kongres
PERSI ke-XI Tahun 2009
▄
25
26
KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA
MUKADIMAH
Bahwa lembaga perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang sebagai
bagian dari sejarah peradaban umat manusia, yang bersumber pada
kemurnian rasa kasih sayang, kesadaran sosial dan naluri untuk saling
tolong menolong di antara sesama, serta semangat keagamaan yang
tinggi dalam kehidupan umat manusia.
Bahwa sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia, serta
perkembangan tatanan sosio-budaya masyarakat, dan sejalan pula
dengan kemajuan ilmu dan teknologi khususnya dalam bidang
kedokteran dan kesehatan, rumah sakit telah berkembang menjadi suatu
lembaga berupa suatu “unit sosio ekonomi” yang majemuk.
Bahwa perumahsakitan di Indonesia, sesuai dengan perjalanan
sejarahnya telah memiliki jati diri yang khas, ialah dengan mengakarnya
azas perumahsakitan Indonesia kepada azas Pancasila dan Undangundang dasar 1945, sebagai falsafah bangsa dan negara Republik
Indonesia.
Bahwa dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan diperlukan
upaya mempertahankan kemurnian nilai-nilai dasar perumahsakitan
Indonesia.
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, serta didorong oleh niat suci dan
keinginan luhur, demi tercapainya :
1. Masyarakat Indonesia yang sehat, adil dan makmur, merata material
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
2. Pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya,
khususnya dalam bidang kesehatan.
27
Rumah sakit di Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), mempersembahkan Kode Etik Rumah
Sakit Indonesia (KODERSI), yang memuat rangkuman nilai-nilai dan
norma-norma perumahsakitan guna dijadikan pedoman bagi semua
pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan perumahsakitan di Indonesia.
BAB I
Kewajiban Umum Rumah Sakit
Pasal 1
Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
(KODERSI)
Pasal 2
Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap
semua kejadian di rumah sakit.
Pasal 3
Rumah sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu
secara berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya.
Pasal 4
Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip baik medik maupun
non medik secara baik.
Pasal 5
Rumah sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan.
BAB II
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
28
Pasal 6
Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik
masyarakat dan berusaha agar pelayanannya menjangkau di luar rumah
sakit.
Pasal 7
Rumah sakit harus senantiasa menyesuaikan kebijakan pelayanannya
pada harapan dan kebutuhan masyarakat setempat.
Pasal 8
Rumah Sakit dalam menjalankan operasionalnya bertanggung jawab
terhadap lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang merugikan
masyarakat
BAB III
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pasien
Pasal 9
Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
Pasal 10
Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien, dan
tindakan apa yang hendak dilakukan.
Pasal 11
Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent)
sebelum melakukan tindakan medik.
Pasal 12
Rumah sakit berkewajiban melindungi pasien dari penyalahgunaan
teknologi kedokteran.
29
BAB IV
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pimpinan, Staf, dan Karyawan
Pasal 13
Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya
senantiasa mematuhi etika profesi masing-masing.
Pasal 14
Rumah sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat, dan
tenaga lainnya berdasarkan nilai, norma, dan standar ketenagaan.
Pasal 15
Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik
antara seluruh tenaga di rumah sakit dapat terpelihara.
Pasal 16
Rumah sakit harus memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah
sakit untuk meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta
keterampilannya.
Pasal 17
Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan
dilakukan berdasarkan standar profesi yang berlaku.
Pasal 18
Rumah sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan
menjaga keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB V
Hubungan Rumah Sakit Dengan Lembaga Terkait
30
Pasal 19
Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik dengan pemilik
berdasarkan nilai-nilai, dan etika yang berlaku di masyarakat Indonesia.
Pasal 20
Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik antar rumah sakit
dan menghindarkan persaingan yang tidak sehat.
Pasal 21
Rumah sakit harus menggalang kerjasama yang baik dengan instansi
atau badan lain yang bergerak di bidang kesehatan.
Pasal 22
Rumah sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan tenaga
kesehatan dan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran dan kesehatan.
BAB VI
Lain-lain
Pasal 23
Rumah sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat
informatif, tidak komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak
berlebihan, dan berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.
------------------------------
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) ini telah direvisi dan disahkan
pada Kongres PERSI ke-VIII tahun 2000 di Jakarta
▄
31
32
PENJELASAN
KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA
UMUM
Peristiwa sejarah menunjukkan bahwa peradaban umat manusia
memunculkan kepermukaan berbagai sistem tingkah laku sosial yang
menghablur dalam bentuk lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kesadaran
umum dan kecerdasan lahir batin persekutuan hidup ini pada
hakikatnya telah memicu kepedulian sosial yang bersumber pada
kemurnian akhlak insani yang pada gilirannya menggugah tanggung
jawab bersama atas nasib sesama manusia yang ditimpa musibah. Bahkan
telah menjadi buah mulut bahwa hanya di dalam peradaban yang
progresif nampak mencolok keyakinan warga masyarakat perlu
meningkatkan kewajiban berdasarkan amal ibadah menyelenggarakan
kesejahteraan umum.
Kesejahteraan umum tercakup di dalamnya pelayanan medik, termasuk
bedah pada hakikatnya muncul lebih awal dalam sejarah peradaban
manusia dari pada pelayanan rumah sakit dan lembaga-lembaga sosial
lainnya yang menyediakan berbagai kemudahan pengobatan dan
perawatan pasien.
Kisah pertumbuhan dan perkembangan rumah sakit dimana-mana
disambut sebagai keunggulan peradaban manusia atas berbarisme pada
umumnya, altruisme atas egoisme, malah perilaku watak gotong royong
atas individualisme khususnya. Penyelenggaraan rumah-rumah sakit
sampai dengan saat ini pada dasarnya berlangsung sebagai akibat getaran
jiwa insani yang luhur yakni kasih sayang yang sejati. Kendatipun
pergaulan
hidup
senantiasa
mengalami
perubahan
yang
berkesinambungan, watak dan budi pekerti manusia boleh dibilang
sepanjang masa relatif tetap sama.
33
Perumahsakitan di Indonesia memiliki sejarah yang khas dalam
kaitannya dengan sejarah bangsa Indonesia. Keterlibatannya secara
langsung dalam pergerakan bangsa Indonesia dalam upaya
membebaskan diri dari cengkeraman penjajahan, yang telah
membuahkan momentum penting yaitu “kebangkitan nasional” yang
telah dijadikan tonggak sejarah bangsa Indonesia dalam menggalang
kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang bermottokan “satu Nusa,
satu Bangsa dan satu Bahasa”, telah mewarnai jati diri perumahsakitan
Indonesia. Latar belakang kemajemukan dan keanekaragaman sosial
ekonomi dan kebudayaan telah dapat dicairkan, dan digantikan oleh
semangat yang dilambangkan sebagai “Bhineka Tunggal Ika” ; semua ini
telah mendasari seluruh peri kehidupan, termasuk perkembangan
perumahsakitan di Indonesia. Selanjutnya juga keterlibatan
perumahsakitan beserta para tenaga kesehatannya dalam perjuangan
kemerdekaan bangsa Indonesia, sehingga tercapainya Indonesia
Merdeka dan berdirinya “Negara Republik Indonesia, yang berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945”, telah pula turut mewarnai jati diri
perumahsakitan Indonesia. Semua ini harus dijadikan modal dalam
menghadapi masa depan bangsa Indonesia yang penuh tantangan, yang
diwujudkan dalam “Pembangunan Nasional” termasuk di dalamnya
“Pembangunan Kesehatan Nasional”, khususnya pembangunan
perumahsakitan Indonesia.
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) sebagai lembaga
lahan pengembangan dan pengabdian profesi dalam bidang
perumahsakitan yang telah didirikan pada tanggal 11 April 1978 di
Jakarta, merupakan mitra pemerintah yang bertujuan turut
menyukseskan program pemerintah dalam pembangunan bidang
kesehatan pada umumnya dan perumahsakitan pada khususnya. Salah
satunya adalah dengan mempersembahkan Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia (KODERSI) yang memuat rangkuman nilai-nilai dan normanorma perumahsakitan Indonesia untuk dijadikan pedoman dan
pegangan bagi segenap insan perumahsakitan yang secara langsung
maupun tidak langsung terlibat dan berkepentingan dengan
penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia.
34
Nilai-nilai yang terkandung dalam KODERSI ini merupakan nilai-nilai
etik yang identik dengan nilai-nilai akhlak atau moral, yang mutlak
diperlukan guna melandasi dan menunjang berlakunya nilai-nilai atau
kaidah-kaidah lainnya dalam bidang perumahsakitan, seperti
perundang-undangan, hukum dan sebagainya, guna tercapainya
pemberian pelayanan kesehatan oleh rumah sakit, yang baik, bermutu
dan profesional.
Pasal 1
Pengertian rumah sakit disini adalah sarana kesehatan sebagai kesatuan
sosial ekonomi, bukan merupakan kompilasi dari kode etik profesi
penyelenggara pelayanan kesehatan, namun mengandung unsur dari
etika profesi masing-masing penyelenggara, baik yang diselenggarakan
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan tanggung jawab rumah sakit disini ialah :
a. Tanggung jawab umum.
b. Tanggung jawab khusus yang meliputi tanggung jawab hukum, etik
dan tata tertib atau disiplin.
Tanggung jawab umum rumah sakit merupakan kewajiban pimpinan
rumah sakit menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahanpermasalahan peristiwa, kejadian dan keadaan di rumah sakit. Tanggung
jawab khusus muncul jika ada anggapan bahwa rumah sakit telah
melanggar kaidah-kaidah, baik dalam bidang hukum, etik, maupun tata
tertib atau disiplin.
Pasal 3
Pelayanan yang baik dan bermutu secara berkesinambungan pada
dasarnya merupakan penyelenggaraan pelayanan secara menyeluruh,
yang satu dengan yang lain terkait erat sedemikian rupa, sehingga
terlaksana pelayanan rumah sakit, yang :
 Setiap saat siap memberikan layanan.
 Beranjak dari pendirian dan pandangan bahwa manusia adalah suatu
kesatuan psiko-sosio-somatik.
35





Memberi layanan kepada pasien selaku konsumen yang dewasa dan
mengakui serta menghormati sepenuhnya hak-haknya.
Menjamin diberikannya mutu pelayanan teknik medik yang
menunjukkan kemampuan dan ketrampilan. Dan sehubungan
dengan itu perlu dilakukan berbagai tindakan pengawasan dan
pengamanannya.
Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan yang manusiawi dan
dilakukan dengan dedikasi tinggi serta penuh kehati-hatian.
Diselenggarakan sebagai sebuah lembaga sosial ekonomi untuk
kepentingan seluruh rakyat yang pada hakikatnya merupakan
sumber pembiayaan proses pelayanan rumah sakit dan oleh karena
itu tidak diperkenankan mendahulukan dan mengutamakan hal
ikhwal yang menyangkut biaya dari layanan, khususnya dalam
menghadapi kasus gawat darurat
Harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Pasal 4
Rumah sakit wajib menjaga dan melindungi kerahasiaan catatan dan
rekaman medik serta keterangan-keterangan non medik pasien lainnya.
Hal ini erat kaitannya dengan hak menengok dan hak milik data medik
pasien.
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Upaya kesehatan yang nampaknya semakin meluas saja daya jangkaunya
dengan tidak hanya menitikberatkan pada upaya penyembuhan pasien,
melainkan secara berangsur-angsur berkembang kearah keterpaduan
upaya kesehatan yang menyeluruh, pada hakikatnya adalah akibat dari
pengertian kesehatan yang di anut. Saat ini kesehatan tidak lagi
diartikan sebagai ketidakhadiran sakit yang perlu mendapatkan
perhatian penanggulangannya, melainkan mencakup juga peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan, disamping
upaya penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan dan sumber dayanya,
36
termasuk rumah sakit harus dilakukan secara terpadu, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat. Upaya ini telah memunculkan
kepermukaan apa yang disebut rumah-rumah sakit tanpa dinding
(hospitals without walls). Dengan demikian rumah sakit harus lebih
membuka diri terhadap upaya-upaya sosio ekonomi masyarakat.
Pasal 7
Kebijaksanaan pelayanan rumah sakit harus senantiasa berorientasi
kepada kebutuhan masyarakat setempat, dengan memperhatikan antara
lain tingkat sosial ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan, budaya
masyarakat, komposisi penduduk, pola penyakit, dan sebagainya.
Pasal 8
Sebuah rumah sakit dalam operasionalisasinya banyak menggunakan
bahan-bahan maupun dapat menghasilkan bahan-bahan berupa limbah
yang dapat mencemari lingkungan, menimbulkan gangguan,
mengancam dan bahkan membahayakan kehidupan manusia, baik itu
berupa unsur-unsur fisik, biologik, kimia, dan sebagainya. Untuk ini dari
fihak penyelenggara dan manajemen rumah sakit dituntut untuk
menyediakan dan memelihara secara terus menerus sarana maupun
prasarana yang bertujuan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
yang dapat mengancam dan membahayakan kehidupan manusia.
Pasal 9
Hak-hak asasi pasien adalah hak-hak yang sangat fundamental yang
dimiliki pasien sebagai seorang mahluk Tuhan, terutama yang dimaksud
dalam pasal ini menyangkut hak-hak yang berkaitan dengan pelayanan
rumah sakit, yang dalam hal ini ada dua hak dasar pasien, yaitu :
1. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan asuhan
keperawatan yang bermutu, sesuai dengan standar profesi
kedokteran dan standar profesi keperawatan.
2. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
Dari kedua hak dasar ini dapat diturunkan hak-hak pasien lainnya
seperti
hak
untuk
memperoleh
informasi
mengenai
kesehatan/penyakitnya, hak untuk memilih rumah sakit, hak untuk
37
memilih dokter, hak untuk meminta pendapat dokter lain (sebagai
second opinion), hak atas privacy dan atas kerahasiaan pribadinya, hak
untuk menyetujui atau menolak tindakan atau pengobatan yang akan
dilakukan oleh dokter, dan lain-lain, kecuali yang dianggap
bertentangan dengan undang-undang, dengan nilai-nilai agama, moral
dan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti tindakan “eutanasia”, aborsi
tanpa indikasi medik dan lain sebagainya tidak bisa dibenarkan.
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Dengan kata lain pasien mempunyai hak untuk tidak diobati dan
dirawat tanpa persetujuannya.
Pasal 12
Sebagai akibat kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran, telah menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan yang
harus dipikul oleh pasien sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan,
sehingga semua ini memerlukan pengawasan dan pengendalian agar
penerapan ilmu dan teknologi kedokteran di rumah sakit benar-benar
sesuai dengan persyaratan profesi. Penyimpangan ataupun
penyalahgunaan teknologi kedokteran di rumah sakit bisa terjadi sebagai
akibat ketidaktahuan, ketidakmampuan, atau mungkin pula karena
kesengajaan dengan tujuan agar mendapat imbalan yang lebih banyak,
baik untuk kepentingan pribadi (dokter) sebagai pelaku pemberi
pelayanan, untuk mendapat honor lebih banyak, maupun untuk
peningkatan pendapatan rumah sakit. Namun apapun alasannya
perbuatan demikian merupakan perbuatan yang tidak terpuji, dan
merupakan pelanggaran KODERSI maupun KODEKI, yang tidak boleh
terjadi di sebuah rumah sakit. Adalah menjadi kewajiban manajemen
rumah sakit untuk dapat mencegah terjadinya penyimpangan maupun
penyalahgunaan teknologi kedokteran yang merugikan pasien. Maka
untuk ini rumah sakit harus memiliki standar pelayanan medik yang
baku yang wajib untuk ditaati oleh semua staf rumah sakit. Standar ini
38
harus senantiasa dipantau, bila perlu setiap saat dapat dirubah dan
disesuaikan dengan perkembangan baru. Dengan demikian kwalitas
pelayanan yang baik dapat terjamin, dan perhitungan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pasien selaku pengguna jasa pelayanan rumah sakit
dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 13
Tugas penting rumah sakit ialah membina iklim manajerial yang
kondusif bagi pendidikan dan pelatihan kepribadian karyawan. Hal ini
pada dasarnya menandai corak pelayanan rumah sakit sebagai satu
kesatuan, baik dalam hubungan internal maupun eksternal, satu dan lain
dalam upaya rumah sakit memproteksi kepentingan pasien khususnya
dan khalayak ramai umumnya. Dalam hal memenuhi kewajiban rumah
sakit terhadap pimpinan rumah sakit, maka sebagai fihak rumah sakit
bertindak pemilik rumah sakit atau wakilnya. Sedangkan dalam hal
memenuhi kewajiban rumah sakit terhadap staf dan karyawan, maka
yang bertindak sebagai fihak rumah sakit adalah pimpinan/direktur
rumah sakit.
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Ciri-ciri rumah sakit modern adalah, selain padat karya juga semakin
padat modal, padat teknologi bahkan padat perubahan dan penyesuaian
sehingga unsur sumber daya manusia senantiasa perlu diprogram demi
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Pasal 17
Pimpinan rumah sakit harus tetap memantau agar penyelenggaraan
pelayanan dilakukan menurut standar profesi dengan tolak ukur
39
objektif. Dengan demikian belum cukup bahwa penyelenggara
pelayanan telah memberikan jasa-jasanya secara habis-habisan dengan
tekad dan itikad baik, melainkan wajib melakukannya menurut standar
seorang penyelenggara profesi yang melaksanakan tugasnya dengan
kelayakan, sedemikian rupa seperti hal itu dilaksanakan oleh setiap
penyelenggara profesi dalam situasi dan kondisi yang serupa.
Pasal 18
Kewajiban rumah sakit untuk memberi kesejahteraan kepada karyawan
dan menjaga keselamatan kerja, pada hakikatnya adalah merupakan
penerapan manajemen sumber daya manusia dalam organisasi rumah
sakit secara profesional, handal, adil dan bijak, serta memperlakukan
para karyawan rumah sakit sesuai dengan harkat, derajat dan
martabatnya sebagai manusia. Yang menyangkut kesejahteraan
karyawan, antara lain berupa penetapan upah/imbalan materi yang
memadai sesuai dengan prestasi yang diberikan oleh masing-masing
karyawan kepada rumah sakit, pemberian berbagai jaminan dan atau
tunjangan sosial, tunjangan-tunjangan khusus sesuai dengan profesi yang
dimilikinya dan tugas pekerjaannya, yang antara lain tugas pekerjaan
yang mengandung risiko, membahayakan bagi keselamatan dirinya dan
atau mengancam kesehatannya. Pemberian kesempatan untuk
memperoleh kemajuan, juga merupakan bagian dari kesejahteraan
karyawan yang harus menjadi perhatian manajemen rumah sakit.
Sementara yang menyangkut keselamatan kerja adalah merupakan
penerapan berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
mengenai ketenaga-kerjaan khususnya yang menyangkut keselamatan
dan kesehatan kerja di rumah sakit. Sebagaimana kita ketahui bahwa di
rumah sakit sangat banyak faktor-faktor yang membahayakan, baik itu
berupa faktor mekanik yang dapat menimbulkan kecelakaan pada
karyawan, faktor-faktor biologik, fisik, kimia dan sebagainya yang dapat
mengancam kesehatan para karyawan. Semua ini merupakan kewajiban
manajemen rumah sakit untuk melakukan pencegahannya liwat
berbagai cara.
40
Pasal 19
Dalam menyelenggarakan kegiatan sehari-hari, rumah sakit harus
berhubungan dengan khalayak (publik) internal pada satu pihak dan
khalayak eksternal pada lain pihak. Adalah kewajiban pimpinan rumah
sakit menjaga keselarasan hubungan dengan khalayak-khalayak ini
berdasarkan nilai-nilai dan etika yang berlaku dalam masyarakat. Pada
hakikatnya pemilik rumah sakit disini adalah pemilik yuridis rumah
sakit dan harus berbentuk badan hukum. Guna memelihara hubungan
baik yang dilandasi profesionalisme antara pemilik rumah sakit sebagai
badan hukum dengan rumah sakit sebagai “unit sosio ekonomi” perlu
dibentuk satu badan independen ialah Dewan Penyantun atau Dewan
Pembina, yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki
berbagai latar belakang profesi, dan yang bertugas menyusun berbagai
kebijaksanaan dalam hal pengelolaan rumah sakit tersebut. Berbagai
peluang mengenai kemungkinan adanya pertentangan kepentingan
(conflict of interest) dalam kolusi, korupsi, croinisme, dan nepotisme
harus dapat dicegah sedini mungkin, dengan menciptakan pembagian
kewenangan dan saling mengontrol yang proporsional diantara unsurunsur pemilik rumah sakit, dewan penyantun/ dewan pembina dan
pimpinan eksekutif dari rumah sakit, liwat penerapan prinsip-prinsip
manajemen yang obyektif dan profesional. Berbagai persyaratan dan
kriteria personalia/keanggotaan dari badan-badan yang memiliki pemilik
rumah sakit, dewan penyantun/dewan pembina dan pimpinan eksekutif
harus ditetapkan secara ketat, juga masa baktinya perlu dibatasi guna
mencegah terjadinya ekses-ekses yang tidak dikehendaki
Pasal 20
Memelihara hubungan baik antar rumah sakit, harus senantiasa
diupayakan, antara lain dengan mencegah adanya persaingan yang tidak
sehat, mengadakan kerja sama dan koordinasi yang saling
menguntungkan dalam hal pelayanan, pemanfaatan bersama peralatan
dan fasilitas, maupun sumber daya manusia, pendidikan dan latihan staf
dan karyawan, dan lain-lain. Semua ini bisa dilakukan dalam wadah dan
koordinasi dari PERSI sebagai organisasi profesi perumahsakitan.
41
Pasal 21
Pada dasarnya pelayanan kesehatan diselenggarakan secara berjenjang
dari upaya kesehatan dasar sampai upaya rujukan yang lebih canggih,
sehingga kerja sama antara rumah sakit dengan badan-badan lain yang
bergerak dalam bidang kesehatan termasuk badan-badan usaha bidang
kesehatan perlu digalang dengan tetap berpegang pada etika/norma yang
berlaku.
Pasal 22
Sudah sejak permulaan dalam sejarahnya, rumah sakit selain merupakan
sarana pelayanan kesehatan, juga berfungsi dan digunakan sebagai
sarana atau lahan pendidikan tenaga-tenaga kesehatan dan sebagai
tempat penelitian bidang kesehatan. Pendidikan dan latihan tenagatenaga kesehatan harus diartikan sebagai upaya kelanjutan dan
kesinambungan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan penelitian
bidang kesehatan harus diartikan sebagai upaya untuk memperbaiki dan
peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Adanya kegiatan
pendidikan, latihan dan penelitian di rumah sakit tidak boleh berakibat
menurunnya mutu dan efisiensi pelayanan, sehingga merugikan fihak
penderita. Porsi dan bobot kegiatan pendidikan latihan dan penelitian di
rumah sakit sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya
tersedianya sarana dan fasilitas, sumber daya manusia, orientasi program
rumah sakit, serta adanya afiliasi dengan lembaga-lembaga pendidikan
dan penelitian.
Pasal 23
Dalam pelayanan kesehatan konsep “pemasaran” (marketing)
nampaknya lebih berkonotasi negatif dari pada positif, karena
membangkitkan pemikiran ke arah promosi periklanan dan penjualan
(sales), padahal saripati pemasaran adalah komunikasi. Dengan demikian
promosi sebagai alat pemasaran rumah sakit dapat dilakukan dan lebih
merupakan penyuluhan yang bersifat informatif, edukatif, preskriptif
dan preparatif bagi khalayak ramai umumnya dan pasien khususnya.
42
Informatif :
Edukatif
:
Preskriptif :
Preparatif :
memberikan pengetahuan mengenai hal ikhwal yang ada
relevansinya dengan berbagai pelayanan dan program
rumah sakit yang efektif bagi pasien/konsumen.
memperluas cakrawala khalayak ramai tentang berbagai
fungsi dan Program rumah sakit, penyelenggaraan
kegiatan upaya kesehatan, meliputi perbekalan
kesehatan di rumah sakit yang bersangkutan.
pemberian petunjuk-petunjuk kepada khalayak ramai
umumnya dan pasien khususnya tentang peran pencari
pelayanan kesehatan dalam proses diagnosis dan terapi.
membantu pasien/keluarga pasien dalam proses
pengambilan keputusan.
Kesemuanya ini harus diberikan secara kongkret dan berdasarkan Kode
Etik Rumah Sakit Indonesia.
------------------------------
Penjelasan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia ini telah direvisi dan disahkan
pada Kongres PERSI ke-VIII tahun 2000 di Jakarta
▄
43
44
PETUNJUK PELAKSANAAN
KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Umum
PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA (PERSI)
adalah merupakan organisasi perumahsakitan di Indonesia, yang ide
pembentukannya mulai dicetuskan pada tanggal 4 Februari 1973 di RS
Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, sedang pendiriannya telah
diresmikan pada tanggal 11 April 1978 di Jakarta. Sejak awal
pendiriannya telah dirasakan perlunya PERSI sebagai organisasi
perumahsakitan di Indonesia untuk memiliki Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia untuk dijadikan sebagai “Landasan Moral” dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan perumahsakitan di Indonesia. Hal ini
penting mengingat, bahwa rumah sakit sebagai suatu lembaga
kemanusiaan yang memiliki nilai dan martabat luhur, seyogyanya lebih
mengutamakan nilai-nilai moral dan tidak hanya berpijak pada nilainilai formal semata, karena nilai formal atau nilai hukum itu sendiri
baru akan bermanfaat bila dilandasi nilai moral.
Bahwa dalam perjalanannya KODERSI telah mengalami berbagai
perbaikan dan penyempurnaan. Sesuai dengan perkembangan dan
tantangan yang dihadapinya, maka KODERSI yang baru telah diterima
dan disyahkan dalam Kongres VI PERSI tahun 1993 di Jakarta.
Perubahan dan perkembangan yang cepat dalam bidang perumahsakitan
di Indonesia, telah kembali menuntut perbaikan dan penyempurnaan
dari KODERSI, maka dalam Rapat Kerja PERSI tanggal 15 – 17 Maret
1999 di Jakarta telah disepakati konsep hasil perbaikan/penyempurnaan
dari KODERSI untuk disyahkan dalam Kongres VIII PERSI di Jakarta.
45
Agar supaya KODERSI benar-benar dapat dan mudah dihayati dan
diamalkan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan perumahsakitan di
Indonesia perlu disusun Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK).
Pasal 2
Maksud dan Tujuan
1.
2.
Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) KODERSI ini dimaksudkan untuk
mempersatukan persepsi serta mempersamakan berbagai langkah
dan tindakan dalam hal pemahaman dan penerapan KODERSI
disemua rumah sakit di Indonesia.
JUKLAK KODERSI ini disusun untuk tujuan agar KODERSI benarbenar dapat dihayati dan dipakai sebagai pedoman dan petunjuk
bagi insan-insan perumah sakitan dalam penyelengaraan dan
pengelolaan rumah sakit di Indonesia.
BAB II
LATAR BELAKANG KODERSI,
BATASAN, PENGERTIAN DAN PEMAHAMANNYA
Pasal 3
Etik, Kode Etik
1. Etik adalah norma-norma akhlak atau moral yang berlaku dalam
kehidupan manusia bermasyarakat.
2. Kode Etik adalah rangkuman norma-norma ahklak yang
dikodifikasikan oleh kelompok profesi tertentu dan diberlakukan
secara khusus dikalangan para anggota kelompok tersebut.
Pasal 4
Kode Etik Rumah Sakit di Indonesia (KODERSI)
KODERSI merupakan rangkuman norma-norma akhlak yang telah
dikodifikasikan oleh PERSI sebagai organisasi profesi bidang
perumahsakitan, yang pengertiannya dapat dipandang dari dua sisi,
ialah:
46
1. Merupakan kewajiban-kewajiban moral yang harus ditaati oleh
setiap rumah sakit (sebagai suatu lembaga) di Indonesia.
2. Merupakan rangkuman nilai-nilai moral mengenai perumahsakitan
Indonesia guna dijadikan pegangan dan pedoman bagi insan-insan
perumahsakitan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan rumah
sakit di Indonesia.
Pasal 5
Rumah Sakit sebagai “Unit Sosio- Ekonomi “ dan Nilai Dasar
Rumah Sakit
1. Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan adalah merupakan
“Unit Sosio-Ekonomi, yang harus mengutamakan tugas kemanusiaan
dan mendahulukan fungsi sosialnya, bukan bertujuan mencari
keuntungan semata.
2. Sebagai “Unit Sosio-Ekonomi”, Rumah Sakit harus memiliki nilainilai dasar rumah sakit, sebagaimana yang diuraikan dalam
Mukadimah KODERSI, dan dalam menjalankan tugasnya harus
senantiasa berpedoman dan berpegang teguh kepada KODERSI.
Pasal 6
Insan – Insan Perumahsakitan
1. Insan-insan perumahsakitan adalah mereka yang terlibat dalam
kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit.
2. insan–insan perumahsakitan wajib memahami, mendalami dan
menghayati serta mampu mengamalkan KODERSI secara utuh dan
konsekwen.
3. Insan-insan perumahsakitan terdiri dari beberapa kelompok, ialah :
a. Pendiri/Pemilik Rumah sakit, baik perorangan maupun satu
badan hukum yang menyediakan modal, mempunyai gagasan
atau ide, serta menentukan misi dan falsafah rumah sakit.
b. Dewan Panyantun atau Dewan Pembina (Governing Board)
rumah sakit, yang terdiri dari tokoh–tokoh masyarakat dengan
latar belakang berbagai profesi, serta memliki kepedulian
mengenai kesejahteraan masyarakat khususnya dalam bidang
perumahsakitan, dan tanpa maksud mencari keuntungan pribadi,
47
bersedia mengabdikan diri untuk kepentingan rumah sakit.
Dewan ini bertugas menyusun berbagai kebijakan sesuai dengan
falsafah dan misi rumah sakit yang telah dan ditentukan pemilik
rumah sakit, serta mengadakan pengawasan dan supervisi
mengenai kebijakan dan pelaksanaan kebijakan dari Pemilik dan
Pimpinan Eksekutif Rumah Sakit.
c. Pimpinan Eksekutif, adalah pemimpin yang bertanggung jawab
dalam hal pengelolaan dan operasional pelayanan rumah sakit,
dengan dibantu olef staf karyawan rumah sakit yang terdiri dari
tenaga kesehatan dan non kesehatan.
d. Staf Medik dan Staf Keperawatan adalah tenaga-tenaga profesi
medik dan keperawatan yang bertugas dan bertanggung jawab
dalam hal pelayanan medik dan keperawatan.
Kejujuran, keterbukaan, idealisme dan profesionalisme adalah
merupakan sifat – sifat yang harus dimiliki dan harus mewarnai insaninsan perumahsakitan, sesuai dengan status, kedudukan dan wawasan
tanggung jawab masing-masing.
Pasal 7
Organisasi & Manajemen Rumah Sakit
1. Manajemen Rumah Sakit merupakan ciri dari sumber kehidupan,
dan sumber dinamikanya Rumah Sakit sebagai suatu organisasi.
Organisasi dan manajemen rumah sakit dilandasi oleh nilai-nilai
dasar rumah sakit serta berpedoman kepada KODERSI, dalam
mengatur kehidupan dan dinamikanya guna mampu menampilkan
kepribadian rumah sakit yang baik dan mapan.
2. Sebagai suatu lembaga, rumah sakit merupakan suatu organisasi
dengan manajemennya yang sangat multikompleks, dimana banyak
mengandung
kekhususan, berbagai kerawanan dan berbagai
peluang untuk terjadinya benturan kepentingan. Oleh karenanya
rumah sakit memerlukan pengorganisasian dan manajemen yang
benar-benar mapan dan profesional. Adalah merupakan tanggung
jawab PERSI untuk menegakkan dan senantiasa membina dan
memelihara etika, standar dan nilai berbagai profesi di rumah sakit,
sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi kesehatan dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat banyak.
48
Pasal 8
Akreditasi Rumah Sakit
1. Akreditasi Rumah Sakit adalah kegiatan penilaian oleh badan
independen yang dibentuk khusus untuk tujuan ini, mengenai
seberapa jauh suatu rumah sakit telah memenuhi berbagai
persyaratan dan berbagai standar sebagaimana yang telah ditetapkan
oleh lembaga yang berwenang.
2. Adalah merupakan tugas dan kewajiban PERSI sebagai organisasi
perumah sakitan untuk bersama-sama dengan organisasi-organisasi
profesi kesehatan, berperan aktif dalam kegiatan akreditasi rumah
sakit, dan membawa KODERSI untuk dijadikan bagian dari
instrumen akreditasi rumah sakit.
BAB III
TATALAKSANA KODERSI
Pasal 9
Inti dan Pola Pembinaan KODERSI di Rumah Sakit
1. Pembinaan KODERSI di rumah sakit lebih merupakan upaya-upaya
preventif, persuasif, edukatif, dan korektif terhadap kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari norma-norma sebagaimana yang
termuat dalam KODERSI.
2. Pembinaan KODERSI diarahkan kepada dua sisi :
a. Pembinaan terhadap rumah sakit sebagai suatu lembaga, lewat
Manajemen rumah sakit.
b. Pembinaan terhadap insan-insan rumah sakit dilaksanakan
secara komprehensif dan berkelanjutan.
Pasal 10
Peran Badan - Badan Etik Rumah Sakit Indonesia Dalam Pelaksanaan
KODERSI di Rumah Sakit
1. Badan – badan Etik Rumah Sakit Indonesia untuk ditingkat Pusat
dan Daerah dinamakan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit
49
Indonesia (MAKERSI) dan untuk ditingkat Rumah Sakit dinamakan
Komite Etik Rumah Sakit Indonesia (KERSI).
2. MAKERSI Pusat dan MAKERSI Daerah adalah merupakan
perangkat Organisasi PERSI.
3. KERSI di Rumah Sakit sepenuhnya merupakan perangkat Organisasi
Rumah Sakit, bukan dibentuk oleh PERSI melainkan dibentuk oleh
Pemilik atau Pimpinan Rumah Sakit, dan sepenuhnya bertanggung
jawab kepada fihak yang mengangkatnya, hanya secara fungsional
pembinaannya dilakukan oleh MAKERSI Daerah.
Pasal 11
Pembinaan KODERSI di Rumah Sakit
KERSI merupakan pemeran utama dan ujung tombak dalam hal
penerapan KODERSI di rumah sakit, yang mempunyai peran dan
tanggung jawab sebagai berikut :
1. Pembinaan terhadap rumah sakit sebagai suatu lembaga, lewat
manajemen rumah sakit. Bila manajemen rumah sakit merupakan
sumber kehidupan dan sumber dinamika rumah sakit, maka KERSI
harus berfungsi sebagai “nurani-nya” yang berkewajiban untuk
senantiasa memberikan tuntunan agar aktifitas dan proses
manajemen rumah sakit selalu berada dalam batas-batas rambu
moral sebagaimana yang telah disepakati, sehingga dapat
menampilkan rumah sakit sebagai suatu lembaga “sosio–ekonomi“
yang berkepribadian baik dan mapan.
2. Pembinaan terhadap insan-insan rumah sakit secara komprehensif
dan berkelanjutan, agar setiap insan rumah sakit mampu menghayati
dan mengamalkan KODERSI sesuai dengan peran dan tanggung
jawab masing-masing di rumah sakit.
3. Memberi saran, nasihat dan pertimbangan kepada Pimpinan dan
Pemilik Rumah Sakit agar setiap langkah kebijakan dan
keputusannya tidak menyimpang dari nilai-nilai KODERSI.
4. Dalam hal yang menyangkut atau melibatkan tenaga profesi di
rumah sakit, KERSI wajib mengadakan koordinasi dan kerjasama
yang baik dengan kelompok profesi di rumah sakit, tanpa
mengurangi kemandirian dari profesi tersebut.
50
5. Hubungan dengan MAKERSI Daerah, merupakan hubungan
fungsional, ialah :
a. KERSI dapat meminta saran, pendapat atau nasehat dari
MAKERSI Daerah dalam hal menghadapi keraguan atau
kesulitan .
b. KERSI wajib memberikan laporan kepada MAKERSI Daerah
mengenai pelaksanaan KODERSI di rumah sakit.
Pasal 12
Peran, Kewajiban dan Tanggung Jawab MAKERSI Daerah
MAKERSI Daerah mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab
sebagai berikut :
1. Melakukan Pembinaan dan mengkoordinasikan KERSI di rumahrumah sakit yang berada di wilayah dari PERSI Daerah yang
bersangkutan, sesuai dengan program dan kebijaksanaan yang telah
ditetapkan oleh MAKERSI Pusat.
2. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan mengenai segala
sesuatu yang menyangkut KODERSI kepada Pengurus PERSI Daerah
yang bersangkutan.
3. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan organisasi-organisasi
profesi kesehatan lainnya, khususnya dengan badan-badan etik dari
organisasi profesi yang bersangkutan ditingkat wilayah.
4. Dalam hal menghadapi masalah yang tidak bisa diselesaikan di
tingkat Daerah, dapat meminta saran, pendapat atau nasehat dari
MAKERSI Pusat.
Pasal 13
Peran, kewajiban dan Tanggung Jawab MAKERSI Pusat
MAKERSI Pusat mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab
sebagai berikut :
1. Menyusun dan menetapkan kebijakan dan garis-garis besar program
pembinaan KODERSI secara nasional.
2. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan mengenai segala
sesuatu yang menyangkut KODERSI kepada Pengurus PERSI Pusat.
51
3. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan organisasi–organisasi
profesi. Kesehatan lainnya, khususnya dengan badan–badan etik dari
organisasi profesi yang bersangkutan di tingkat nasional.
4. MAKERSI Pusat berkewajiban menampung dan menyelesaikan
berbagai permasalahan yang diajukan oleh MAKERSI Daerah yang
tidak bisa diselesaikan di tingkat Daerah.
BAB IV
PENUTUP
Pasal 14
1. Hal – hal yang belum tercantum dalam Petunjuk Pelaksanaan
KODERSI ini dapat diputuskan oleh MAKERSI Pusat, dengan
ketentuan tidak boleh bertentangan dengan Petunjuk Pelaksanaan
ini dan atau dengan berbagai ketentuan lainnya dari PERSI.
2. Dengan demikian diharapkan pemahaman, penghayatan dan
pengamalan KODERSI di rumah sakit akan membawa hasil,
sehingga pengabdian perumahsakitan di Indonesia akan terus
meningkat.
Petunjuk Pelaksanaan KODERSI ini mulai berlaku sejak tanggal
diputuskan dan hanya dapat diperbaiki dan diubah dalam Rapat Kerja
atau Kongres PERSI.
-----------------------------Petunjuk Pelaksanaan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia ini disahkan pada
Kongres PERSI -VIII tahun 2000 di Jakarta ▄
52
TATA TERTIB RAPAT KERJA PERSI
Pasal 1
Dasar
1. Anggaran Dasar PERSI Bab IV tentang Organisasi dan Anggaran
Rumah Tangga PERSI, Pasal 22 tentang Rapat-Rapat.
2. Keputusan Kongres PERSI yang baru diadakan sebelumnya
Pasal 2
Tujuan
1. Mengevaluasi keputusan Kongres PERSI yang baru diadakan
sebelumnya.
2. Membahas masalah-masalah dan menetapkannya untuk diputuskan
dalam Kongres PERSI yang akan diadakan.
3. Menentukan calon tuan rumah penyelenggara Rapat Kerja PERSI
dan Kongres PERSI berikutnya.
Pasal 3
Peserta
1. Pengurus PERSI Pusat
2. Makersi Pusat
3. Utusan PERSI Daerah dan Makersi Daerah berdasarkan surat
mandat.
4. Peninjau/Undangan.
Pasal 4
Persidangan
1. Rapat Kerja PERSI dapat terdiri Sidang Pleno dan Sidang Komisi.
2. Sidang dibuka oleh Ketua Umum PERSI selanjutnya sidang dipimpin
oleh Sekretaris Jenderal PERSI sebagai Ketua Sidang.
3. Ketua Sidang dibantu oleh seorang Sekretaris yang dipilih dari
peserta sidang.
53
4. Pembahasan materi persidangan dibantu oleh nara sumber.
Pasal 5
Materi Sidang
Topik bahasan pada dasarnya sebagaimana yang telah ditentukan dalam
susunan acara, namun peserta sidang dapat mengusulkan materi
tambahan sebelum acara Rapat Kerja disahkan.
Pasal 6
Mekanisme Sidang
1. Setiap peserta diharapkan dapat menjaga efisiensi pemakaian waktu,
baik dalam memberi pandangan, masukan maupun dalam bertanya.
2. Sifat diskusi adalah curah pendapat sehingga memperkaya dan
mempertajam sesuatu materi atau pemikiran.
3. Ketua dan Sekretaris sidang mengatur arus pembicaraan dan
menyimpulkan sedapatnya satu-persatu materi-materi yang
disepakati, serta menjaga efisiensi waktu yang dipergunakan agar
semua materi dapat terselesaikan, termasuk waktu yang
dipergunakan pembicara dalam presentasi.
Pasal 7
Rumusan
1. Perumusan hasil Rapat Kerja, disusun oleh Ketua dan Sekretaris
sidang yang dibantu Nara Sumber.
2. Perumusan hasil Rapat Kerja PERSI dibacakan oleh Sekretaris
Jenderal Pengurus Pusat PERSI.
Pasal 8
Penutup
Rapat Kerja PERSI ditutup oleh Ketua Umum Pengurus Pusat PERSI
--------------------------------Keputusan Kongres IX Tahun 2003.▄
54
TATA CARA PENYELENGGARAAN
RAPAT KERJA PERSI
Pasal 1
Penyelenggaraan
1. Rapat Kerja PERSI diselenggarakan oleh PERSI Daerah.
2. PERSI Daerah yang berminat sebagai penyelenggara Rapat Kerja
PERSI mengajukan sebagai calon dalam Rapat Kerja PERSI untuk
selanjutnya diputuskan dalam Kongres PERSI.
Pasal 2
Biaya
Biaya penyelenggaraan Rapat Kerja PERSI ditanggung oleh tuan rumah
penyelenggara (PERSI Daerah)
Pasal 3
Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat Rapat Kerja PERSI ditentukan bersama oleh PERSI
Pusat dan PERSI Daerah (tuan rumah penyelenggara).
Pasal 4
Acara
Acara Rapat Kerja PERSI :
a. Sidang organisasi
b. Dapat diadakan Sidang Ilmiah bilamana
penyelenggara menginginkan.
c. Pameran, bilamana memungkinkan diadakan.
PERSI
Daerah
55
Pasal 5
Peserta
1. Peserta Sidang Organisasi tidak dipungut biaya, terdiri dari :
a. Pengurus PERSI Pusat dan Makersi Pusat
b. Utusan PERSI Daerah dan Makersi Daerah
c. Peninjau/Undangan
2. Bila ada Sidang Ilmiah, dikenakan biaya pendaftaran yang besarnya
ditentukan oleh Panitia Penyelenggara (PERSI Daerah
Penyelenggara). Utusan PERSI Pusat dibebaskan biaya pendaftaran
dan PERSI Daerah masing-masing untuk 1 (satu) orang dibebaskan
biaya pendaftaran.
Pasal 6
Materi
1.
2.
Materi Sidang Organisasi disusun oleh PERSI Pusat.
Materi Sidang Ilmiah disusun bersama oleh PERSI Daerah
Penyelenggara dan PERSI Pusat.
Pasal 7
Panitia
1. Steering Committee untuk Sidang Organisasi ditentukan oleh PERSI
Pusat.
2. Steering Committee untuk Sidang Ilmiah ditentukan bersama oleh
PERSI Pusat dan PERSI Daerah Penyelenggara.
3. Panitia Penyelenggara Rapat Kerja PERSI disusun oleh PERSI
Daerah Penyelenggara dan disahkan oleh PERSI Pusat.
4. Panitia penyelenggara Rapat Kerja PERSI diharuskan membuka
rekening
panitia
yang
diperuntukan
untuk
kegiatan
penyelenggaraan Rapat Kerja PERSI. Rekening panitia ditutup
setelah selesai pertanggungjawaban keuangan penyelenggaraan
Rapat Kerja PERSI.
56
Pasal 8
Sisa Hasil Usaha
Bila terdapat sisa hasil usaha dari penyelenggaraan Rapat Kerja PERSI :
75% untuk PERSI Daerah Penyelenggara, dan 25% untuk PERSI Pusat
(teknis dimusyawarahkan)
---------------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003.
▄
57
58
TATA TERTIB KONGRES PERSI
Pasal 1
Dasar
1. Anggaran Dasar PERSI Bab IV tentang Organisasi
2. Anggaran Rumah Tangga PERSI Bab III tentang Pengurus Pusat dan
Bab IV Tentang Kongres dan tata Tertib Kongres.
3. Keputusan Kongres yang baru diadakan sebelumnya.
4. Hasil Rapat Kerja PERSI yang baru diadakan sebelumnya.
Pasal 2
Tujuan
1. Menindaklanjuti hasil Rapat Kerja PERSI yang baru diadakan
sebelumnya.
2. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat PERSI
3. Menilai Pertanggungjawaban MAKERSI Pusat
4. Memilih dan melantik Ketua Umum untuk selanjutnya bersama 2
(dua) orang Formatur terpilih menyusun Pengurus PERSI Pusat.
5. Memilih dan melantik Ketua Makersi Pusat untuk selanjutnya
menyusun anggotanya.
6. Menyusun dan menetapkan point-point yang menjadi program kerja
Pengurus Pusat dan Makersi Pusat.
7. Membahas dan memutuskan hal-hal yang dianggap perlu.
Pasal 3
Peserta
1. Pengurus PERSI Pusat
2. Makersi Pusat
3. Utusan PERSI Daerah dan Makersi Daerah berdasarkan surat
mandat.
4. Peninjau/Undangan
59
Pasal 4
Hak Bicara dan Hak Suara
1. Pengurus PERSI Pusat, Makersi Pusat dan Peninjau mempunyai hak
bicara tetapi tidak mempunyai hak suara.
2. Utusan PERSI Daerah mempunyai hak bicara dan hak suara.
3. Jumlah suara utusan PERSI Daerah ditentukan berdasarkan jumlah
anggotanya (ART, pasal 9 ayat 2)
a. setiap 10 anggota memiliki 1 suara.
b. Jumlah suara maksimum 5 suara dan minimum 1 suara.
Pasal 5
Persidangan
1.
2.
3.
Kongres terdiri dari Sidang Pleno dan Sidang Komisi.
Sidang Komisi terbagi atas Komisi Organisasi dan Komisi Program.
Setiap Komisi mempunyai nara sumber.
Pasal 6
Korum dan Pimpinan Sidang
1. Kongres dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah ditambah satu jumlah Daerah dan setengah ditambah satu
jumlah suara (ART, pasal 11 ayat 2).
2. Jika korum tidak tercapai maka sidang diskors paling lama 1 x 24 jam
dan sidang dianggap sah setelah skorsing (ART, pasal 11 ayat 3).
3. Pembukaan, penetapan tata tertib, acara dan pemilihan Ketua Sidang
dan Sekretaris Sidang dipimpin oleh Ketua Panitia Kongres.
4. Pimpinan Sidang (sidang pleno dan sidang komisi) dipilih oleh
utusan Daerah melalui musyawarah dan mufakat, terdiri dari ketua
dan sekretaris.
5. Apabila penilaian pertanggungjawaban Pengurus Pusat PERSI dan
Makersi Pusat selesai dan dapat diterima, maka Pengurus Pusat dan
Makersi Pusat dinyatakan demisioner dan selanjutnya mempunyai
status sebagai peninjau.
60
Pasal 7
Pemilihan Pengurus
1. Pemilihan Ketua Umum (ART, Pasal 11 ayat 1) dan Ketua Makersi
Pusat (ART, Pasal 20 ayat 1) dilakukan melalui formatur.
2. Ketua Umum demisioner bila bersedia dapat menjadi calon formatur
3. Jumlah formatur adalah maksimum 3 orang.
4. Calon formatur diusulkan oleh utusan Daerah.
5. Kriteria calon Ketua Umum :
a. Mempunyai kemampuan visioner dalam organisasi.
b. Mempunyai kemampuan dalam kepemimpinan.
c. Bersedia tidak merangkap jabatan sebagai Ketua Organisasi
profesi kesehatan lainnya bilamana terpilih.
d. Sedapat mungkin pernah menjadi Pengurus PERSI
e. Pimpinan Rumah Sakit (Direktur atau Kepala Rumah Sakit) atau
pernah menjabat Pimpinan Rumah Sakit (Direktur atau Kepala
Rumah Sakit) dan diberi wewenang oleh rumah sakitnya.
6. Kriteria calon Makersi Pusat
a. Mempunyai kemampuan visioner dalam organisasi
b. Mempunyai pengalaman dalam memimpin rumah sakit.
c. Sedapat mungkin pernah menjadi Pengurus PERSI atau Makersi.
7. Pemilihan dilakukan secara bebas dan rahasia berdasarkan suara
terbanyak.
Pasal 8
Keputusan
1. Keputusan Kongres dilakukan secara musyawarah dan mufakat
(ART, pasal 11 ayat 4).
2. Jika musyawarah dan mufakat tidak tercapai, keputusan diambil
melalui suara terbanyak (ART, pasal 11 ayat 5)
--------------------------------------Keputusan Kongres IX Tahun 2003.▄
61
62
TATA CARA PENYELENGGARAAN
KONGRES PERSI
Pasal 1
Penyelenggaraan
1. Kongres PERSI diselenggarakan oleh PERSI Daerah.
2. PERSI Daerah yang berminat sebagai penyelenggara Kongres PERSI,
mengajukan sebagai calon dalam rapat Kerja PERSI untuk
selanjutnya diputuskan dalam Kongres PERSI.
Pasal 2
Biaya
Biaya penyelenggaraan Kongres PERSI ditanggung oleh tuan rumah
penyelenggara (PERSI Daerah)
Pasal 3
Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat Kongres PERSI ditentukan bersama oleh PERSI Pusat
dan PERSI Daerah (tuan rumah penyelenggara).
Acara Kongres PERSI :
1. Sidang organisasi
2. Sidang Ilmiah
3. Pameran
Pasal 4
Acara
Pasal 5
Peserta
1. Peserta Sidang Organisasi tidak dipungut biaya, terdiri dari :
63
a. Pengurus PERSI Pusat dan Makersi Pusat
b. Utusan PERSI Daerah dan Makersi Daerah
c. Peninjau/Undangan
2. Biaya perjalanan dan akomodasi penginapan ditanggung oleh
peserta, Panitia dapat menyediakan transportasi lokal.
3. Peserta Sidang Ilmiah, dikenakan biaya pendaftaran yang besarnya
ditentukan oleh Panitia Penyelenggara (PERSI Daerah
Penyelenggara). Utusan PERSI Pusat dibebaskan biaya pendaftaran
dan PERSI Daerah masing-masing untuk 1 (satu) orang dibebaskan
biaya pendaftaran.
4. Peserta Pameran adalah para perusahaan
Pasal 6
Materi
1.
2.
Materi Sidang Organisasi disusun oleh PERSI Pusat.
Materi Sidang Ilmiah disusun bersama oleh PERSI Daerah
Penyelenggara dan PERSI Pusat.
Pasal 7
Panitia
1. Steering Committee untuk Sidang Organisasi ditentukan oleh PERSI
Pusat.
2. Steering Committee untuk Sidang Ilmiah ditentukan bersama oleh
PERSI Pusat dan PERSI Daerah Penyelenggara.
3. Panitia Penyelenggara Kongres PERSI disusun oleh PERSI Daerah
Penyelenggara dan disahkan oleh PERSI Pusat.
4. Panitia penyelenggara Kongres PERSI diharuskan membuka
rekening
panitia
yang
diperuntukan
untuk
kegiataan
penyelenggaraan Kongres PERSI. Rekening panitia ditutup setelah
selesai pertanggungjawaban keuangan penyelenggaraan Kongres
PERSI.
64
Pasal 8
Sisa Hasil Usaha
Bila terdapat sisa hasil usaha dari penyelenggaraan Kongres PERSI : 75%
untuk PERSI Daerah Penyelenggara, dan 25% untuk PERSI Pusat
(teknis dimusyawarahkan)
-----------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003.▄
65
66
TATA CARA PEMBENTUKAN
PENGURUS PERSI PUSAT
Pasal 1
Susunan Pengurus
Pengurus Pusat terdiri dari : Ketua Umum, Sekretaris Jenderal,
Bendahara, dan Ketua-ketua Kompartemen (AD Pasal 8)
Pasal 2
Masa Jabatan
Masa jabatan Pengurus lamanya 3 (tiga) tahun (AD Pasal 8)
Pasal 3
Pemilihan
Ketua Umum dipilih dalam Kongres PERSI melalui formatur.
Pasal 4
Pelantikan
1. Ketua Umum dilantik dalam Kongres PERSI oleh Ketua Sidang.
2. Ketua Umum terpilih selaku Ketua Formatur bersama 2 (dua)
Formatur yang dipilih oleh Kongres menyusun Kepengurusan PERSI
Pusat.
Pasal 5
Pengesahan
Pengurus Pusat PERSI disahkan dengan Surat Keputusan Pengurus Pusat
yang ditandatangani Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal, ditembusi
kepada masing-masing Ketua PERSI Daerah dan Ketua Makersi Pusat.
67
Pasal 6
Pertanggungjawaban
Pengurus Pusat PERSI bertanggung jawab pada Kongres PERSI.
----------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003. ▄
68
TATA CARA PEMBENTUKAN
MAKERSI PUSAT
Pasal 1
Fungsi dan Tugas
Makersi Pusat merupakan badan otonom, berfungsi sebagai Penasehat
Pengurus PERSI Pusat, serta berkewajiban menetapkan strategi dan
kebijaksanaan dan garis-garis besar program pembinaan KODERSI
secara nasional.
Pasal 2
Susunan Anggota
1. Susunan Makersi Pusat sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dan
maksimal 9 (sembilan) orang (ART, pasal 19)
2. Susunan Makersi Pusat terdiri dari : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
dan Anggota (ART, pasal 19).
Pasal 3
Pemilihan
Ketua Makersi Pusat dipilih dalam Kongres PERSI melalui formatur.
Pasal 4
Pelantikan
Ketua Makersi Pusat terpilih dilantik dalam Kongres PERSI oleh Ketua
Sidang.
69
Pasal 5
Masa Jabatan
Ketua terpilih menyusun anggotanya untuk selama masa kepengurusan
PERSI Pusat.
Pasal 6
Persyaratan Anggota
Anggota Makersi Pusat harus mewakili profesi-profesi ; Manajemen
Rumah Sakit, Kedokteran, Keperawatan, Hukum Kesehatan, dan profesi
lainnya.
Pasal 7
Pengesahan
Susunan Makersi Pusat disahkan dengan Surat Keputusan Makersi Pusat
yang ditandatangani Ketua dan Sekretaris, ditembusi kepada Ketua
Umum PERSI Pusat dan masing-masing Ketua PERSI Daerah, dan
Makersi Daerah.
Pasal 8
Pembiayaan
Biaya-biaya yang diperlukan dalam kegiatan Makersi Pusat menjadi
tanggung jawab PERSI Pusat.
Pasal 9
Pertanggungjawaban
Makersi Pusat bertanggung jawab kepada Kongres PERSI
-------------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003.
▄
70
TATA CARA PEMBENTUKAN
PENGURUS PERSI DAERAH
Pasal 1
Susunan Pengurus
Pengurus Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari : Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, dan Bendahara (AD Pasal 8)
Pasal 2
Masa Jabatan
Masa jabatan Pengurus lamanya 3 (tiga) tahun (AD Pasal 8)
Pasal 3
Pemilihan
1. Ketua dapat dipilih secara aklamasi atau melalui formatur dalam
rapat pleno anggota PERSI Daerah.
2. Ketua terpilih selanjutnya menyusun Kepengurusan PERSI Daerah.
Pasal 4
Pengesahan
Susunan lengkap Pengurus PERSI Daerah disampaikan kepada PERSI
Pusat untuk disahkan dengan Surat Keputusan Pengurus Pusat yang
ditandatangani Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal, ditembusi kepada
masing-masing Ketua PERSI Daerah.
Pasal 5
Pelantikan
Pengurus PERSI Daerah dilantik oleh Ketua Umum PERSI Pusat.
71
Pasal 6
Pertanggungjawaban
Pengurus PERSI Daerah bertanggung jawab dalam rapat pleno anggota
PERSI Daerah.
-------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003. ▄
72
TATA CARA PEMBENTUKAN
MAKERSI DAERAH
Pasal 1
Fungsi dan Tugas
Makersi (Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit) Daerah merupakan
badan otonom, berfungsi sebagai Penasehat Pengurus PERSI Daerah,
serta berkewajiban menjabarkan strategi dan kebijaksanaan program
nasional mengenai KODERSI di tingkat wilayah atau PERSI Daerah
serta mengkoordinasikan pelaksanaannya di rumah-rumah sakit yang
berada di wilayahnya.
Pasal 2
Susunan Anggota
3. Susunan Makersi Daerah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dan
maksimal 7 (tujuh) orang (ART, pasal 19)
4. Susunan Makersi Daerah terdiri dari : Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, dan Anggota (ART, pasal 19).
Pasal 3
Pemilihan
Ketua Makersi Daerah dapat dipilih melalui aklamasi atau melalui
formatur dalam rapat pleno anggota PERSI Daerah.
Pasal 4
Masa Jabatan
Ketua terpilih menyusun anggotanya untuk selama masa kepengurusan
PERSI Daerah.
73
Pasal 5
Pengesahan
Susunan lengkap Makersi Daerah disampaikan kepada Makersi Pusat
untuk disahkan dengan Surat Keputusan Makersi Pusat yang
ditandatangani Ketua dan Sekretaris, ditembusi kepada Ketua Umum
PERSI Pusat dan masing-masing Ketua Makersi Daerah.
Pasal 6
Persyaratan
Anggota Makersi Daerah harus mewakili profesi-profesi ; Manajemen
Rumah Sakit, Kedokteran, Keperawatan, Hukum Kesehatan, dan profesi
lainnya.
Pasal 7
Pelantikan
Pelantikan Makersi Daerah bersamaan dengan pelantikan Pengurus
PERSI Daerah oleh Ketua Umum PERSI Pusat.
Pasal 8
Pembiayaan
Biaya-biaya yang diperlukan dalam kegiatan Makersi Daerah menjadi
tanggung jawab PERSI Daerah.
Pasal 9
Pertanggungjawaban
Makersi Daerah bertanggung jawab dalam rapat pleno anggota PERSI
Daerah.
-----------------------------------Keputusan Kongres IX PERSI Tahun 2003. ▄
74
TATA LAKSANA PELANTIKAN
PENGURUS PERSI DAN MAKERSI
DAERAH
1. KELENGKAPAN
a. Bendera Merah Putih (disiapkan)
b. Bendera PERSI (disiapkan Pusat)
c. Surat Keputusan (disiapkan Pusat)
d. Lafal Pelantikan (disiapkan Pusat)
e. Piagam Pelantikan (disiapkan Pusat)
f. Pin (disiapkan Pusat
g. Jas / Jaket PERSI (disiapkan Pusat & Daerah)
2. PERSONIL UPACARA
a. MC : dari Daerah
b. Yang melantik : Ketua Umum PERSI bila berhalangan Sekretaris
Jenderal PERSI atau yang ditunjuk mewakili.
Undangan sebagai Pendamping dari PERSI Pusat :
- Sekretaris Jenderal PERSI, atau
- Ketua Kompartemen Organisasi, atau
- Kepala Sekretariat, atau
- Anggota Kompartemen lain
c. Yang dilantik : Pengurus Daerah (lengkap)
d. Undangan :
- Seluruh anggota rumah sakit PERSI Daerah
- Organisasi Profesi
- Unsur Dinas Kesehatan
- Unsur Pemerintah Daerah
- Unsur lain yang terkait
75
3. PELAKSANAAN PELANTIKAN
a. Pembukaan oleh MC
b. Pembacaan Surat Keputusan oleh Pendamping dari PERSI Pusat
Catatan :
Pada saat dibacakan SK, anggota Pengurus Daerah yang
disebutkan namanya maju ke mimbar (tempat pelantikan)
c. Pernyataan Pelantikan oleh Ketua Umum PERSI.
d. Penyematan Pin kepada Ketua PERSI Daerah yang dilantik
e. Pemberian selamat kepada Pengurus Daerah yang dilantik.
f. Sambutan :
- Ketua PERSI Daerah
- Unsur Pemerintah Daerah
- Ketua Umum PERSI
g. Doa
h. Penutup : MC
4. ACARA TAMBAHAN
Dapat diadakan :
a. Seminar
b. Pertemuan Anggota
c. Hiburan
d. Dan lain-lain
-------------------------Keputusan PP. PERSI Nomor : 50A Tahun 2008▄
76
SERAGAM PERSI
Warna
: Biru Tua
Pria/Wanita
: Jas
Simbol PERSI bordiran dengan bentuk ukuran standard ditempel pada
dada sebelah kiri.
Yang diseragamkan hanya bagian atas, untuk bagian bawah warna
menyesuaikan (Pria ; celana panjang, Wanita ; rok).
PERSI Pusat
IRSJAM
PERSI Daerah
-------------------------Keputusan Kongres –VIII PERSI tahun 2000▄
77
78
ATRIBUT DAN LAMBANG PERSI
Pasal 1
Atribut
Atribut yang dimiliki oleh PERSI Pusat dan PERSI Daerah adalah
1. Cap / Stempel
2. Bendera
Pasal 2
Cap / Stempel PERSI Pusat
1. Bulat berbentuk lingkaran berdiameter 2,5 (dua koma lima) cm.
2. Dalam lingkaran ada tulisan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia.
3. Antara tulisan Perhimpunan Rumah Sakit – Seluruh Indonesia
terdapat lambang bintang lima dalam lingkaran.
4. Palang bagian tengah dasar HIJAU dengan tulisan PERSI warna
putih.
Pasal 3
Cap / Stempel PERSI Daerah
1. Bulat berbentuk lingkaran berdiameter 3 (tiga) cm.
2. Dalam lingkaran ada tulisan Perhimpunan RS Seluruh Indonesia dan
nama PERSI Daerah, kecuali PERSI Cabang DKI Jakarta (IRSJAM)
dengan tulisan Ikatan Rumah Sakit Jakarta Metropolitan.
3. Antara tulisan Perhimpunan RS Seluruh Indonesia – Nama PERSI
Daerah terdapat lambang bintang lima dalam lingkaran, kecuali
untuk PERSI Daerah DKI Jakarta (IRSJAM, antara tulisan Ikatan
Rumah Sakit – Jakarta Metropolitan terdapat lambang bintang lima
dalam lingkaran.
4. Palang bagian dasar HIJAU dengan tulisan PERSI warna putih,
kecuali untuk PERSI Daerah DKI Jakarta (IRSJAM) palang bagian
dasar HIJAU dengan lambang Monas warna putih.
79
Pasal 4
Bendera
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Panjang berukuran 1 (satu) meter
Lebar berukuran 1,5 (satu setengah) meter
Warna dasar adalah Putih
Lambang PERSI : bulat berbentuk lingkaran
Dalam lingkaran ada tulisan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia
Antara tulisan Perhimpunan Rumah Sakit – Seluruh Indonesia
terdapat lambang bintang lima dalam lingkaran.
Palang bagian tengah dasar hijau dengan tulisan PERSI warna putih.
Lambang PERSI berada di tengah
Lambang PERSI Daerah bila diinginkan lebih kecil, pada pojok kiri
atas.
Nama PERSI Daerah ditulis centring pada bagian bawah.
Pasal 4
Penggunaan
1. Cap PERSI digunakan untuk administrasi dan melengkapi dokumen
yang diperlukan.
2. Bendera PERSI digunakan pada setiap Kongres PERSI dipasang
sebagai kelengkapan dalam penyelenggaraan upacara organisasi
Cap / Stempel
PERSI Pusat
contoh Cap / Stempel
PERSI Daerah
Cap / Stempel
IRSJAM
80
PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA
(INDONESIAN HOSPITAL ASSOCIATION)
Bendera PERSI Pusat
PERSI DAERAH DKI JAKARTA
( IRSJAM )
Bendera PERSI Daerah DKI JAKARTA (IRSJAM)
81
Logo
Daerah
PERSI DAERAH ………..
Benderah PERSI Daerah
--------------------------------Keputusan Kongres V PERSI tahun 1990▄
82
MARS PERSI
83
--------------------------------Keputusan PP. PERSI Nomor 82 tahun 2008▄
84
PEDOMAN PEMBERIAN
PENGHARGAAN PERSI
PENDAHULUAN
Di dalam perkembangan negara dan bangsa Indonesia, perumahsakitan
telah membuktikan peran aktifnya. Demikian pula dalam masa
pembangunan bangsa saat ini, dan diharapkan pula untuk masa
mendatang, peran profesi ini akan tetap menonjol. Peran ini diharapkan
tidak hanya bersifat peran kearah kesejahteraan masyarakat yang sangat
erat kaitannya dengan konsep dan pelaksanaan profesi bidang
perumahsakitan, tetapi bahkan lebih dari itu, perumahsakitan di
Indonesia telah menunjukkan kemampuannya dalam mempelopori
perjuangan bangsa dalam hampir setiap segi kehidupannya. Kita kenal
beberapa tokoh perumahsakitan dalam perjuangan ini, oleh karena itu
untuk menghargai setiap karya dan kepeloporan perumahsakitan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara juga dalam pengembangan
organisasi rumah sakit sendiri, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia telah menetapkan beberapa nama tokoh dibidang
perumahsakitan dari negara kita sebagai nama Penghargaan
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. Penghargaan ini
diberikan kepada Rumah Sakit (Anggota PERSI), Lembaga/Instansi,
Pengurus atau mantan Pengurus PERSI Pusat/Daerah, PERSI Daerah
dan masyarakat yang telah membuktikan prestasi dan pengabdiannya
dalam pengembangan rumah sakit serta peningkatan mutu rumah sakit
dan peningkatan pelayanan rumah sakit kepada masyarakat,
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dibidang perumahsakitan
dan pengembangan organisasi PERSI.
Sebagai pedoman dalam pemberian penghargaan Perhimpunan Rumah
Sakit Indonesia ini, maka disusun petunjuk sebagai berikut :
85
BAB I
PENGERTIAN
Pasal 1
Pengertian dan Batasan
1. Tanda penghargaan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) adalah penghargaan yang diberikan sebagai pengakuan dan
penghormatan atas prestasi yang ditentukan berdasarkan penilaian
oleh Tim Penilai yang dibentuk oleh Pengurus PERSI Pusat.
2. Tanda penghargaan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) diberikan kepada Rumah Sakit (Anggota PERSI),
Lembaga/Instansi, Pengurus atau mantan Pengurus PERSI
Pusat/Daerah, PERSI Daerah dan masyarakat yang telah
membuktikan prestasi dan pengabdiannya dalam pengembangan
perumahsakitan serta peningkatan mutu rumah sakit dan
peningkatan pelayanan rumah sakit kepada masyarakat,
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
teknologi
dibidang
perumahsaitan dan pengembangan organisasi PERSI.
3. Tanda penghargaan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) dilaksanakan pemberiannya pada saat Kongres PERSI.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Tujuan Pemberian Penghargaan
1. Memberikan pengakuan dan penghargaan atas jasa rumah sakit
(Anggota PERSI) dan tokoh masyarakat/lembaga/Instansi terhadap
pengembangan perumahsakitan di Indonesia.
2. Mendorong rumah sakit (Anggota PERSI) untuk selalu
meningkatkan prestasi dan pengabdiannya.
86
BAB III
JENIS PENGHARGAAN
Pasal 3
Jenis Tanda Penghargaan
1. Tanda penghargaan PARAMAKARYA PARAMA HUSADA,
merupakan penghargaan tertinggi PERSI yang diberikan kepada
tokoh masyarakat/lembaga/ instansi atas perhatian yang besar serta
prakarsa dalam pengembangan upaya dibidang perumahsakitan pada
umumnya dan rumah sakit pada khususnya.
2. Tanda penghargaan PARAMAKARYA DHARMARTHA HUSADA,
merupakan penghargaan tertinggi PERSI yang diberikan kepada
Rumah Sakit Anggota PERSI yang telah menunjukkan prestasi
kemasyarakatan yang menonjol dalam pengamalan pelayanan.
3. Tanda penghargaan PARAMAKARYA SATYA HUSADA,
merupakan penghargaan tertinggi PERSI yang diberikan kepada
Pengurus atau mantan Pengurus PERSI Pusat/Daerah, yang berjasa
dalam mengembangkan organisasi PERSI.
4. Tanda penghargaan PARAMAKARYA ADIKA HUSADA,
merupakan penghargaan tertinggi PERSI yang diberikan kepada
PERSI Daerah telah berjasa mengembangkan organisasinya,
meningkatkan profesionalisme manajemen rumah sakit anggotanya,
dan bekerjasama dengan instansi terkait lainnya dalam memberikan
pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam bidang pelayanan
kesehatan.
Pasal 4
Bentuk Penghargaan
Bentuk Penghargaan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) :
1. Penghargaan PARAMAKARYA PARAMA HUSADA diberikan
dalam bentuk : Piagam dan Medali Emas.
2. Penghargaan PARAMAKARYA DHARMARTHA HUSADA
diberikan dalam bentuk : Piagam dan Pataka.
87
3. Penghargaan PARAMAKARYA SATYA HUSADA diberikan dalam
bentuk : Piagam dan Medali Emas
4. Penghargaan PARAMAKARYA ADIKA HUSADA diberikan dalam
bentuk : Piagam dan Pataka
BAB IV
TATA LAKSANA PEMILIHAN CALON PENERIMA
DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN
Pasal 5
Tata Laksana Pemilihan Penerima Penghargaan
1. Pemilihan calon penerima penghargaan PERSI, PERSI Pusat
membentuk Panitia Pemilihan yang terdiri dari unsur-unsur :
a. Dewan Penyantun : Ketua dan Sekretaris
b.Makersi Pusat : Ketua dan Sekretaris
c. Pengurus Pusat PERSI : (Ketua, Sekjen, Bendahara dan Ketuaketua Kompartemen)
d.Tokoh lain yang ditunjuk.
Dengan susunan Panitia terdiri dari : Ketua, Sekretaris dan Anggota
2. Panitia pemilihan calon penerima Penghargaan PERSI, dibentuk
satu tahun menjelang Kongres.
3. Kriteria untuk pemilihan penerima penghargaan yang menjadi
pegangan Panitia antara lain adalah :
a. Penerima Penghargaan PARAMAKARYA PARAMA HUSADA :
i. Tokoh masyarakat/lembaga/instansi
ii. Memberi perhatian yang besar untuk pengembangan upaya
dibidang perumahsakitan.
iii. Memprakarsai suatu upaya besar yang mendorong
pengembangan rumah sakit/perumahsakitan.
iv. Memperlihatkan jasa dan bantuannya yang besar dalam
upaya pengembangan rumah sakit/perumahsakitan
b. Penerima Penghargaan PARAMAKARYA DHARMARTHA
HUSADA
i. Rumah Sakit Anggota PERSI, telah membuktikan secara
nyata prestasinya dalam mengabdikan ilmu dan kemampuan
88
profesinya bagi pembangunan kesehatan pada umumnya dan
dunia perumahsakitan pada khususnya.
ii. Telah membuktikan kesetiannya terhadap perumahsakitan,
etika rumah sakit.
iii. Membantu program pemerintah secara nyata dibidang
kesehatan dan juga membantu pelayanan bagi masyarakat
yang kurang mampu.
c. Penerima Penghargaan PARAMAKARYA SATYA HUSADA :
i. Pengurus atau mantan Pengurus PERSI Pusat/Daerah.
ii. Mencurahkan perhatiannya yang besar pada upaya
memperkuat dan mengembangkan organisasi PERSI, baik
meningkatkan peran dan citra PERSI dalam pembangunan
kesehatan maupun memperkuat pengelolaan organisasi.
iii. Mempelihatkan hasil-hasil nyata dari (ii) diatas.
iv. Menjunjung tinggi nilai profesi dan kode etik rumah sakit.
v. Pernah menjadi Pengurus Pusat ataupun Pengurus Daerah
minimal 1 periode kepengurusan.
d. Penerima Penghargaan PARAMAKARYA ADIKA HUSADA :
i. PERSI Daerah
ii. Diberikan kepada PERSI Daerah yang telah berjasa
mengembangkan organisasi, meningkatkan profesionalisme
manajemen rumah sakit, dan bekerja sama dengan Instansi
lain dalam memberikan pengabdian kepada masyarakat
khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan
4. Selanjutnya Pengurus PERSI Daerah dan Pengurus PERSI Pusat
memasukkan nama-nama calon penerima Tanda Penghargaan,
sebagai usulan, dilampiri dengan data lengkap mengenai calon yang
diusulkan (curriculim vitae dan prestasi yang diperlihatkan).
5. Panitia menelaah calon-calon yang diusulkan dan menetapkan
penerima penghargaan.
6. Pengurus PERSI Pusat menerbitkan Surat Keputusan untuk tiap
penerima penghargaan dan mempersiapkan tanda penghargaan yang
dimaksud.
89
Pasal 6
Pemberian Tanda Penghargaan
1. Tanda Penghargaan PERSI diberikan kepada penerima penghargaan
pada upacara pembukaan Kongres PERSI.
2. Upacara pemberian Tanda Penghargaan dimaksud dalam ayat 1
dilakukan dalam urutan acara
a. Pembacaan Surat Keputusan Pengurus PERSI Pusat.
b. Pembacaan riwayat hidup dan prestasi menonjol dari penerima
penghargaan.
c. Penyampaian Piagam Penghargaan dan Tanda Penghargaan
3. Biaya transport bagi penerima penghargaan dari tempat asalnya ke
tempat upacara ditanggung oleh PERSI Pusat.
BAB V
PENUTUP
Pasal 7
Pedoman Tata Cara Pemberian Tanda Penghargaan PERSI ini
dimaksudkan untuk menyeragamkan pelaksanaan pemberian
penghargaan PERSI. Untuk itu diminta perhatian bagi seluruh jajaran
PERSI untuk menegakkan pelaksanaannya secara tertib.
----------------------------------------------Keputusan Kongres VIII PERSI Tahun 2000
▄
90
TATA CARA PENGELOLAAN SURAT
MENYURAT PERSI
Pasal 1
Pendahuluan
1. Proses surat menyurat dan dokumentasi merupakan hal penting
dalam kegiatan organisasi. PERSI sebagai organisasi Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia perlu mempunyai sistem
pengelolaan surat menyurat serta dokumentasi yang baik sehingga
perkembangannya dari waktu ke waktu dapat diikiuti dengan
cermat meskipun kepengurusan berganti setiap 3 tahun sekali.
2. PERSI saat ini telah mempunyai cabang di setiap propinsi sehinga
untuk memperjelas perkembangan organisasi baik Pusat maupun
Daerah, maka dalam pengelolaan surat menyurat dan dokumentasi
ini dianut sistem wilayah dan instansi yang akan tercermin pada
code surat menyurat yang bersangkutan.
Pasal 2
Tujuan
1. Mempermudah penyimpanan, penanganan lebih lanjut ataupun
pembuatan tanggapan/jawaban secara cepat dan tepat.
2. Meningkatkan efisiensi penanganan surat menyurat.
3. Membantu perkembangan organisasi PERSI.
Pasal 3
Kode Surat dan Dokumen
1. Kode surat dan dokumen dijabarkan oleh masing-masing PERSI
Pusat maupun PERSI Daerah dalam Petunjuk Penggunaan file
PERSI.
2. Sebagai contoh penggunaan file Surat Keluar di PERSI Pusat sebagai
berikut ;
91
Surat ditujukan kepada PERSI Daerah Sumatera Utara, surat ini
adalah surat keluar ke-30 dan kedua kalinya tentang hal yang sama,
dikeluarkan pada bulan Juni 1998, maka nomor surat tersebut
menjadi : 30/02/1A2/PP.PERSI/VI/1998.
Keterangan :
30 = nomor urut surat keluar
02 = surat dikirim kedua kalinya tentang hal yang sama dan
kealamat yang sama
1A2 = kode file PERSI Cabang Sumatera Utara
PP.PERSI = kode PERSI Pusat
VI = bulan surat dikeluarkan
1998 = tahun surat dikeluarkan
3. Sebagai contoh penggunaan file Surat Masuk di PERSI Pusat
Surat datang dari Departemen Kesehatan. Surat ini adalah surat ke10 yang masuk pada bulan Juli 1998, maka agenda surat tersebut
menjadi : : 10/01/2D1/VII/1998.
Keterangan :
10 = nomor urut surat masuk
01 = identitas surat baru pertama kali diterima
2D1 = kode file Departemen Kesehatan
VII = surat diterima bulan Juli
1998 = surat diterima tahun 1998
Pasal 4
Proses Pengelolaan Surat/Dokumen
1. Surat Masuk
a. Surat yang masuk setelah dipelajari identitas dan sasaran serta
isinya diagendakan pada buku agenda surat masuk dengan
dibubuhi nomor agenda sebagai contoh dalam III.2. Hal ini
dilakukan oleh agendaris.
b. Setelah diagendakan surat diteruskan kepada Kepala Sekretariat
untuk diteliti dan diteruskan kepada yang bersangkutan.
c. Ketua/Sekretaris PERSI setelah mempelajari surat tersebut dapat
1) Memerintahkan Kepala Sekretariat untuk mengarsipkannya,
atau
2) Mempersiapkan jawabannya, atau
92
3) Mengedarkannya.
d. Pengarsipan dilakukan dengan tata cara arsip sebagaimana yang
dijelaskan dalam V berikut.
e. Persiapan jawaban/edaran disampaikan kepada Ketua atau
Sekretaris
untuk
persetujuan/koreksinya
dan
setelah
memperoleh persetujuan dilaksanakan proses lebih lanjut.
2. Surat Keluar
a. Surat keluar dapat berupa tanggapan/tindak lanjut surat masuk,
dapat pula merupakan proses tersendiri.
b. Dalam kedua hal tersebut nomor surat diberikan dengan cara
seperti pada contoh III.2.
c. Setelah konsep dibuat, disetujui oleh Ketua atau Sekretaris dan
telah menjadi surat yang telah final prosesnya dikirimkan
dengan sasarannya.
d. Sebelum dikirim diekspedisikan
 Ekspedisi pos
 Ekspedisi melalui kurir
e. Surat yang dikirim dengan pos, tanda bukti berupa resi,
pos/stempel pos, sedangkan yang melalui kurir adalah nama dan
tanda tangan yang menerima surat tersebut disertai dengan
catatan tanggal penerimaannya.
Pasal 5
Pengarsipan
1. Pengarsipan berdasarkan pada kode surat dan dokumen yang
terdapat pada Petunjuk Penggunaan File PERSI yang disusun oleh
PERSI maupun PERSI Daerah.
2. masing-masing kode surat dan dokumen akan memperoleh box yang
mewadahi surat-surat yang bersangkutan.
3. pengambilan berkas dari arsip harus melalui cara pengisian formulir
yang tersedia. Formulir ini akan ditinggalkan pada map yang
bersangkutan setelah berkas/surat kembali bon pinjaman
dimusnahkan.
93
Pasal 5
Penutup
Dengan ditentukannya tata cara pengelolaan surat/dokumen ini maka
memudahkan Sekretariat dalam mengelola surat/dokumen PERSI secara
tertib sesuai dengan yang diharapkan.
---------------------------------------Keputusan PP.PERSI No. 14 Tahun 1991
▄
94
SISTEM PENGELOLAAN
KEUANGAN PERSI
Pasal 1
Pendahuluan
1.
2.
3.
4.
5.
Keuangan/kekayaan hakekatnya adalah hal milik dan harta amanah,
milik Perhimpunan Rumah Seluruh Indonesia (PERSI)
Sistem pengelolaan keuangan yang ditetapkan Pengurus PERSI
sebagai penerima amanah yang harus dipertanggungjawabkan,
bukan saja secara organisatoris, tetapi kepada anggota maupun
kepada Allah SWT.
Pengertian pengelolaan keuangan adalah meliputi ; usaha
penggalian dana, pengumpulan, penyimpanan, penggunaan,
pengawasan, pengendalian dan pertanggungjawaban, sehingga
seluruh pengeluaran dilakukan terencana, terpadu dan terkendali
secara efektif dan efisien.
Dalam keadaan tertentu hal-hal yang belum tercantum dalam sistem
ini dapat diambil kebijakan khusus, namun tetap merupakan
kebijakan kolegial yang mengutamakan kepentingan organisasi dan
dapat dipertanggungjawabkan secara organisatoris.
Berikut ini adalah penjabaran mekanisme dan petunjuk teknis,
sistem pengelolaan keuangan yang ditetapkan PERSI.
Pasal 2
Sumber Dana
1. Sebagian iuran anggota (prosentase) yang diterima dari PERSI
Daerah.
2. Sumbangan dari perusahaan/pengusaha/donatur.
3. Sisa hasil usaha kegiatan penyelenggaraan seminar, pelatihan,
kongres,d an sebagainya.
4. Usaha-usaha lain yang syah dan halal serta tidak mengikat.
95
Pasal 3
Laporan Keuangan
1. Pada tiap awal periode kepengurusan harus dibuatkan posisi neraca
awal.
2. Pada tiap akhir tahun, Ketua dan Bendahara melakukan kas dan
stock opname serta melakukan penyelesaian sesuai dengan
ketentuan yang ada.
3. Pada tiap akhir periode kepengurusan, harus dibuat laporan
pertanggungjawaban keuangan selama periode berjalan.
Pasal 4
Uraian Tugas Bidang Keuangan
1. Ketua
a. Bersama
Bendahara memberikan persetujuan dengan
menandatangani bukti-bukti penerimaan uang maupun
pengeluaran uang yang berkaitan dengan transaksi yang terjadi
di PERSI.
b. Menandatangani cek dan urusan bank lainnya bersama dengan
Bendahara.
2. Sekretaris Jenderal
a. Bersama
Bendahara memberikan persetujuan dengan
menandatangani bukti-bukti penerimaan uang maupun
pengeluaran uang yang berkaitan dengan transaksi yang terjadi
di PERSI, jika Ketua berhalangan.
b. Bersama bendahara menandatangani cek, jika ketua
berhalangan.
3. Bendahara
a. Mengkoordinir penyusunan anggaran penerimaan dan
pengeluaran rutin PERSI.
b. Mengkoordinir penggalian sumber-sumber penerimaan,
menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
c. Mengkoordinir pembukuan transaksi dan penyusunan laporan
keuangan.
96
d. Mengotorisasi pengeluaran uang dalam jumlah tertentu bersama
Ketua atau Sekretaris Jenderal.
e. Menandatangani cek, giro dan deposito bersama Ketua atau
Sekretaris Jenderal.
f. Melakukan kas opname.
g. Bendahara dapat dibantu oleh Staf
4. Staf Administrasi Keuangan dan Pembukuan
a. Membuat bukti-bukti intern baik penerimaan maupun
pengeluaran dengan didukung dari bukti/dokumen pengeluaran
yang diterima dari Sekretariat, Kompartemen/Bidang Makersi,
dan panitia khusus lainnya.
b. Membukukan semua transaksi dilengkapi dengan pendukung
yang sah dan benar.
c. Menerima bukti-bukti transaksi dan meneliti bukti-bukti yang
telah dibukukan.
d. Menandatangani semua bukti yang telah dibukukan.
e. Menyusun laporan keuangan
f. Tugas lain yang diberikan oleh bendahara.
5. Staf Kasir dan Verifikasi
a. Menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang yang sah.
b. Meneliti kebenaran perhitungan dan keabsahan bukti yang akan
dibayarkan/diterima serta meminta/menerima bukti-bukti yang
sah dan benar.
c. Menyerahkan bukti-bukti yang telah dibayar kepada Bendahara.
d. Menandatangani bukti-bukti yang telah dibayar/diterima.
e. Menyelenggarakan buku kas/bank.
f. Melakukan kas/stock opname.
g. Tugas lain yang diberikan Bendahara.
6. Pemegang Kas Kecil (Dana Taktis)
a. Memegang uang kas untuk keperluan rutin operasional
sekretariat yang harus dilakukan secara kas.
b. Jumlah kas kecil ditetapkan nilai nominal tertentu dan ditinjau
kembali sesuai ketentuan.
c. Pemegang kas kecil/dana taktis mengajukan droping sesuai
bukti-bukti yang telah dikeluarkan dan pos/rekening yang
bersangkutan.
97
d. Pada waktu tertentu dilakukan kas opname.
Pasal 4
Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas/Bank
1. Dokumen-dokumen yang digunakan :
a. BTKB = Bukti Penerimaan Kas dan Bank
b. BKKB = Bukti Pengeluaran Kas dan Bank
c. DP = Dokumen pendukung
d. Kwitansi
2. Prosedur
a. BTKB dibuat rangkap 3 (tiga). Lembar Pertama untuk yang
bersangkutan (penyetor uang). Lembar Kedua untuk pembukuan
dan Lembar Ketiga untuk kasir. Setiap penerimaan kas/bank
harus dibuatkan kuitansi dan ditandatangani oleh Bendahara dan
Ketua atau Sekretaris Jenderal serta dilengkapi dengan DP.
b. BKKB dibuat rangkap 3 (tiga). Lembar Pertama untuk
pembukuan. Lembar Kedua untuk yang bersangkutan (penerima
dana). Lembar Ketiga untuk kasir. Setiap pengeluaran kas/bank
dilampiri dokumen pendukung (DP) asli yang telah diketahui
oleh pihak-pihak yang berhak otorisasi pengeluaran.
c. Cek/Giro bank ditandatangani minimal 2 (dua) orang dari
bendahara dan Ketua atau Sekretaris Jenderal.
Pasal 5
Narasi Sistimatika Perkiraan Keuangan
Kode Perkiraan
A. Aktiva = 1
1. Aktiva Lancar = 11
 Kas = 111
 Bank = 112
 Bon Sementara = 113
 Piutang = 114
 Deposito = 115
2. Aktiva tetap = 12
 Kendaraan = 121
98
 Peralatan perlengkapan = 122
 Peralatan kantor = 123
3. Aktiva lain-lain = 13
B. Pasiva = 2
1. Utang lancar = 21
2. Utang lain-lain = 22
3. Saldo usaha/dana (tahun berjalan) = 23
4. Modal = 24
C. Penerimaan = 3
Sebagai contoh di PERSI Pusat
1. PERSI Daerah = 31
 D.I Aceh = 31.1
 Sumatera Utara = 31.2
 Sumatera Barat = 31.3
 Jambi = 31.4
 Riau = 31.5
 Bengkulu = 31.6
 Lampung = 31.7
 DKI Jakarta = 31.8
 Jawa Barat = 31.9
 Jawa Tengah = 31.10
 D.I Yogyakarta = 31.11
 Jawa Tengah = 31.12
 Jawa Timur = 31.13
 Bali = 31.14
 NTB = 31.15
 NTT = 31.16
 Banten = 31.17
 Kalimantan Barat = 31.18
 Kalimantan Tengah = 31.19
 Kalimantan Selatan = 31.20
 Kalimantan Timur = 31.21
 Sulawesi Utara = 31.22
 Sulawesi tengah = 31.23
99
 Sulawesi Selatan = 31.24
 Sulawesi Tenggara = 31.25
 Maluku = 31.26
 Irian Jaya = 31.27
 Kepulauan Bangka Belitung = 31.28
 Kepulauan Riau = 31.29
2. Perusahaan/Pengusaha/Donatur
3. SHU (dari Seminar, Pelatihan, Kongres, dan lain-lain)
4. Lain-lain (bunga deposito, jasa giro, dan lain-lain)
D. Pengeluaran = 4
Sebagai contoh di PERSI Pusat
1. Kompartemen = 41
2. Sekretariat
 Peralatan kantor = 42.1
 ATK/surat menyurat = 42.2
 Seragam pengurus = 42.3
 Foto copy = 42.4
 Insentif petugas = 42.5
 Transportasi & konsumsi rapat = 42.6
 Telpon, listrik, PAM, internet = 42.7
 Rupa-rupa biaya = 42.8
3. LP3 PERSI = 43
4. Makersi = 44
5. Lain-lain (biaya administrasi bank, pajak, pajak jasa giro, dll) =
45
Pasal 6
Pedoman Pengadaan Barang
1. Setiap pengeluaran dilakukan berdasarkan mata anggaran yang ada
dalam RAB yang telah disyahkan.
2. Distribusi dan otonomi pengadaan barang/jasa, didesentralisasikan
dengan penanggung jawab.
3. Penunjukan leveransir tetap berorientasi pada kualitas dan harga
yang paling menguntungkan. Artinya dalam kualitas yang sama
dipilih yang termurah.
100
4. Untuk penghematan diusahakan bekerjasama dengan leveransir
yang bersedia dibayar 50% dan bersedia menerima kembali sisa
barang yang tidak terpakai.
5. Kebutuhan barang inventaris harus ditempuh yang menguntungkan
antara membeli dan menyewa.
6. Pembelian barang/jasa harus dengan harga neto.
7. Apabila pengadaan barang/jasa diperlukan tender dengan
pertimbangan nilai yang akan dikeluarkan, maka perlu dibuat
kontrak dan SPK (Surat Perintah Kerja) oleh Bendahara, diketahui
Ketua/yang mewakili. Keputusan diusahakan dilaksanakan secara
kolegial dari unsur-unsur terkait.
Pasal 7
Prosedur Pengadaan dan Penerimaan Barang
1. Untuk mengatur tata cara pengadaan dan penerimaan barang/jasa
keperluan masing-masing bidang, perlu dibentuk tim.
a. Penunjukan Leveransir. Ketua, Sekretaris Jenderal dan
Bendahara bersama-sama memilih dan menunjuk leveransir
yang bonafid, dapat menyediakan barang yang bermutu dengan
harga khusus/kompetitif serta bersedia menerima kembali sisa
barang yang tidak terpakai habis.
b. Dokumen-dokumen yang digunakan :
 OP : ordir pembelian
 FR : faktur
 LPB : laporan penerimaan barang
 BPD : bukti permohonan dana
 SPK : surat perintah kerja (yang bersifa jasa)
Dokumen-dokumen tersebut merupakan dokumen pendukung
dalam prosedur pengeluaran kas/bank.
2. Prosedur
a. Setiap kompartemen yang membutuhkan barang menyiapkan
OP rangkap 3 (tiga) dan ditandatangani oleh Ketua
Kompartemen yang bersangkutan.
 OP lembar ke-1 dikirimkan kepada leveransir yang telah
ditunjuk.
101
OP leveransir ke-2 dan FR diserahkan kepada bagian
penerimaan/gudang.
 OP lembar ke-3 disimpan sementara.
b. Bagian penerimaan/gudang menerima barang dan FR dari
leveransir, dicocokkan dengan OP lembar ke-2 kemudian
menyiapkan LPB rangkap 3 (tiga).
 LPB lembar ke-1 diserahkan kepada Bendahara.
 LPB lembar ke-2 dan FR diserahkan kepada Kompartemen
yang bersangkutan.
 LPB lembar ke-3 dan OP lembar ke-2 diarsipkan menurut
nomornya dan kartu gudang dicatat.
c. Kompartemen/Bdang yang bersangkutan menerima LPB lembar
ke-2 dan FR dari bagian penerimaan/gudang. Diperiksa dan
dicocokkan dengan OP lembar ke-3 dan menyiapkan serta
menandatangani BPD rangkap 2 (dua) kemudian OP lembar ke3, FR dan BPD rangkap 2 (dua) diserahkan kepada Bendahara.
d. Surat perintah kerja dapat dikeluarkan apabila pemesanan
berupa jasa/pelayanan dan dilaporkan dalam Berita Acara

--------------------------------------Keputusan PP.PERSI No. 4a Tahun 2001▄
102
KERANGKA STATUTA RUMAH SAKIT
(HOSPITAL BYLAWS)
STATUTA
RUMAH SAKIT ”XYZ”
BAGIAN PERTAMA : UMUM
BAB I
MUKADIMAH
Mukadimah memberi gambaran mengenai sejarah RS ”XYZ” sejak saat
sebelum didirikan, falsafah dan ideologi serta sistem nilai para pendiri,
untuk apa ia didirikan (reason for being), tahap-tahap dalam
perkembangannya, masa pasang surut yang pernah dialami, dan apa
harapan untuk masa depan.
BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal ini adalah glosari yang memuat penjelasan tentang istilah-istilah
dan konsep-konsep yang digunakan dalam Statuta.
BAB III
JATIDIRI
Pasal …s/d …
Pasal-pasal dalam Bab ini memuat tentang jatidiri RS “XYZ”: Nama,
jenis dan kelas, lokasi, tanggal didirikan, pemilik, akte pendirian oleh
103
Notaris, bentuk badan hukum, izin dari yang
hymne dan atribut penting lain, dan sebagainya.
berwenang,
logo,
BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN STATUTA
Pasal…s/d …
Pasal-pasal dalam Bab ini memuat ; Pedoman dasar dan pernyataan
tentang tugas, kewenangan, hubungan fungsional dan tanggung jawab
bagi organ-organ utama yang berkedudukan puncak di rumah sakit ;
Menjadi bingkai atau rambu-rambu yang di dalam cakupannya pihakpihak yang bertanggung jawab menjalankan corporate governance dan
clinical governance melakukan itu sesuai dengan kaidah dan ketentuan
hukum dan keprofesian dalam menjaga dan meningkatkan mutu
layanan kepada pasien ; Sebagai perangkat hukum internal yang sampai
batas-batas tertentu mengakui kemandirian profesi medis untuk
mengatur dan mendisiplinkan sendiri anggotanya ; Memberi landasan
hukum yang pasti bagi para klinisi untuk mengambil keputusan klinis
dan menjalankan tindakan pada pasien sesuai dengan ijin yang diberikan
kepadanya ; Sebagai perangkat hukum internal untuk mencegah dan
menyelesaikan konflik antara para profesional atau kelompok-kelompok
profesi yang bekerja di rumah sakit ; Memberi kepastian dan
perlindungan hukum bagi pasien bahwa haknya dihormati dan ia akan
mendapat layanan yang profesional dan bermutu tinggi.
BAB V
LANDASAN HUKUM UNTUK PENYUSUNAN STATUTA
Pasal …s/d …
UU No: 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, UU tentang PT, UU
tentang Perlindungan Konsumen, UU tentang Yayasan, Produk-produk
hukum Depkes, Perda, AD dan ART Perkumpulan/Yayasan/Perjan/PT
104
yang menjadi pemilik rumah sakit, dan produk-produk hukum lain
yang relevan dicantumkan sebagai dasar hukum menyusun Statuta.
BAB VI
ASAS DAN TUJUAN RS ”XYZ”
Pasal … s/d …
Dalam Bab ini diuraikan secara lebih rinci daripada dalam
MUKADIMAH tentang asas-asas dan tujuan (goal) umum serta tujuan
khusus RS ”XYZ”. Dalam Bab tentang ASAS DAN TUJUAN inilah
terutama dimuat tentang Core Contents dan Local Specifics.
Core content adalah nilai-nilai fundamental yang dianut secara universal
dalam menjalankan profesi pelayanan kesehatan, seperti asas-asas etika
medis, asas-asas profesionalisme (kompetensi, efikasi, aman bagi pasien),
pelayanan yang bermutu (quality, efficiency, equity), akuntabilitas, dan
sebagainya. Local specifics adalah hal-hal yang khusus berlaku dalam
lingkungan rumah sakit tertentu, misalnya : rumah sakit dengan latar
belakang agama tertentu berbeda dengan rumah sakit milik pemodal
yang bertujuan laba.
BAB VII
VISI DAN MISI
Pasal … s/d …
Substansi Bab ini adalah rumusan tentang Visi dan Misi RS ”XYZ”.
BAB V III
FUNGSI DAN KEGIATAN
105
Pasal …s/d …
Dalam Bab ini diuraikan tentang fungsi dan kegiatan-kegiatan RS
”XYZ” untuk mempraktekkan ASAS-ASAS dan mencapai TUJUAN
seperti yang disebut dalam BAB VI.
BAB IX
PENGORGANISASIAN
Pasal …s/d …
Dalam Bab ini diuraikan tentang kekhususan organisasi pada tingkat
puncak, yaitu tentang keberadaan organ Wakil Pemilik, Direksi, dan
Staf Klinik. Tiga organ ini adalah ‘tritunggal’ yang harus secara
intregatif memantapkan organisasi rumah sakit (Falsafah ‘a threelegged stool’ atau ‘tiga tungku sejerangan’).
Pasal…:
Dewan
Penyantun/Pengawas/Komisaris/
Pengurus
Harian/Organ Pengurus Yayasan (pilih
sesuai dengan bentuk
badan hukum Pemilik) adalah organ yang berfungsi,
berwenang, dan bertanggung jawab menentukan kebijakan
umum rumah sakit, menyiapkan dan menentukan Direksi,
menjaga mutu
layanan profesional kepada publik,
dan
melakukan
pengendalian serta pengawasan terhadap
manajemen rumah sakit secara keseluruhan.
Pasal…: Direksi adalah pimpinan eksekutif puncak yang bertugas,
bewenang, dan bertanggung jawab menjalankan corporate
governance di RS “XYZ”.
Pasal...:
Staf Klinik adalah para profesional yang bertugas,
berwenang, dan bertanggung jawab melaksanakan clininical
governance dan asuhan klinis (clinical care) di RS “XYZ”.
Pasal…: Tiga pengemban kewenangan seperti tersebut pada Pasal..,
Pasal.. , dan Pasal.. di atas secara bersama-sama bertanggung
jawab atas pelaksanaan corporate governance dan clinical
governance secara terpadu, efisien, dan efektif untuk
menghasilkan layanan dan asuhan klinis yang profesional,
aman, dan memenuhi kepuasan pasien.
106
Pasal…: Uraian jabatan dan hal-hal lain menyangkut Wakil Pemilik
dan Direksi dijabarkan pada Bagian Kedua tentang Statuta
Korporat. Uraian jabatan dan hal-hal lain menyangkut Staf
Klinik dijabarkan pada Bagian Ketiga tentang Statuta Staf
Klinik.
Pasal….: Struktur organisasi RS “XYZ” dan uraian jabatan untuk staf
menengah ke bawah dan para pelaksana ditetapkan oleh
Direksi setelah mendapat persetujuan Wakil Pemilik.
BAB X
MANAJEMEN
Pasal …s/d …
Dalam Bab ini diuraikan tentang struktur manajemen RS “XYZ” yang
terdiri atas Corporate Governance dan Clinical Governance yang keduaduanya berfokus pada pasien (patient-centered).
Pasal…: Direksi bertanggung jawab (accountable) tentang Corporate
Governance dan Clinical Governance. Staf Klinik bertanggung
jawab (accountable) tentang Clinical Governance.
BAGIAN KEDUA : STATUTA KORPORAT
BAB XI
ORGAN WAKIL PEMILIK
(D. PENYANTUN/PENGAWAS/KOMISARIS, dsb)
Pasal … s/d …
Bab ini a.l memuat: Syarat-syarat menjadi anggota, jumlah anggota,
prosedur
pemilihan dan pengangkatan, pengorganisasian (Ketua,
sekretaris, dsb), lama masa bakti,
syarat-syarat dan prosedur
pemberhentian, peraturan tata tertib, syarat-syarat dan frekuensi
rapat, prosedur mengambil keputusan, uraian tugas-tanggung jawab-
107
wenang-kewajiban-hak Organ Wakil Pemilik (lihat tentang uraian
kewajiban dan tanggung jawab Governing Body).
BAB XII
DIREKSI RUMAH SAKIT
Pasal …s/d …
Bab ini a.l. .memuat tentang: Syarat-syarat untuk menjadi Direktur
Utama dan anggota Direksi, komposisi dan jumlah anggota Direksi,
Prosedur perekrutan calon, fit and proper test, lama masa bakti,
pengangkatan dan pemberhentian, uraian tugas-tanggung jawabwenang-kewajiban-hak (lihat tentang uraian tentang CEO), hubungan
fungsional dengan Wakil Pemilik dan Staf Klinik.
BAGIAN KETIGA : STATUTA STAF KLINIK
BAB XIII
KOMITE KLINIK
Pasal … s/d …
Bab ini memuat Pasal-Pasal tentang: Definisi Komite Klinik (KK),
Tujuan KK, Uraian tugas dan tanggung jawab KK, Uraian tentang
hubungan fungsional dan hubungan akuntabilitas dengan Direksi dan
Wakil Pemilik, Kedudukan KK dalam organisasi rumah sakit (sebaiknya
setara dengan Direksi, ingat konsep ‘tritunggal’ dalam manajemen
rumah sakit), Susunan organisasi KK, Sub-Chapter (Medik,
Keperawatan, dan Penunjang Medik), susunan dan tugas Panitia atau
Sub-Komite, Prosedur pemilihan Ketua KK, Prosedur penetapan
petugas dan anggota KK
yang
lain,
Masa bakti Ketua dan
pengurus/anggota KK yang lain, Pengangkatan dan pemberhentian
Ketua KK oleh Wakil Pemilik, Tata Tertib KK.
108
BAB XIV
STAF MEDIK FUNGSIONAL (SMF)
Pasal … s/d …
Bab ini memuat tentang: Definisi SMF, Klasifikasi SMF, Tugas dan
kewajiban umum SMF, Pengorganisasian SMF, Pemilihan Ketua SMF,
Masa bakti Ketua SMF, Persyaratan penerimaan SMF, Persyaratan
tentang pemberian clinical previleges, Pengangkatan ulang SMF dan
penilaian ulang tentang clinical previleges, Peer Review terhadap SMF,
Kewajibaan dan tanggung jawab khusus SMF adalah: menghadiri
pertemuan-pertemuan rutin yang diselenggarakan KK, memelihara
rekam medik secara akurat dan lengkap sesuai dengan ketentuan,
memeriksa semua pasien pada waktu masuk rawat dan mencatat
diagnosis pra-bedah,
kewajiban
konsultasi sesuai ketentuan,
menerapkan informed consent oleh pasien, kewajiban mengirim
jaringan yang diangkat pada waktu operasi untuk pemeriksaan patologi,
kewajiban SMF untuk memberikan instruksinya secara tertulis.
Akhirnya, sanksi terhadap pelanggaran oleh SMF.
BAGIAN KEEMPAT: PENUTUP
BAB XIV
Pasal … s/d …
Bab PENUTUP ini memuat hal-hal yang belum diatur dalam Bab-bab
sebelumnya. Pasal terakhir : Statuta ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di: ………….
Pada tanggal : ………….
KETUA DEWAN ………….RS “XYZ”
Ttd.
(...................................................)
--------------------------------Keputusan PP.PERSI No. 29 Tahun 2003▄
109
110
PEDOMAN
ETIKA PROMOSI RUMAH SAKIT
I.
PENDAHULUAN
Promosi rumah sakit saat ini masih dirasakan “tabu” karena kata promosi
tersebut dikonotasikan dengan arti membujuk serta mengarahkan
seseorang agar mengunjungi rumah sakit tertentu. Padalah sebagaimana
yang telah kita ketahui, promosi merupakan salah satu media yang
sangat baik bila promosi tersebut tersebut sesuai dengan kondisi
sesungguhnya rumah sakit tersebut, jujur, informatif, mendidik, dan
dapat membuat seseorang lebih jelas dan memahami tentang pelayanan
kesehatan yang akan mereka dapatkan.
Di sisi lain Indonesia sudah dijadikan ajang promosi bagi rumah sakit
dari negara lain. Selain menerapkan kampanye periklanan di Indonesia,
rumah sakit tersebut juga melakukan beragam cara berkomunikasi
melalui kegiatan-kegiatan kehumasan (public relations) dan lini bawah
(below the line) secara gencar dan berkelanjutan, untuk memdapatkan
sebanyak mungkin konsumen di Indonesia.
Berubahnya nilai-nilai secara global dan masuknya negara kita ke alam
persaingan global, mengharuskan kita merubah paradigma tentang
rumah sakit. Saat ini, rumah sakit tidak bisa lagi kita pandang hanya
sebagai institusi sosial belaka, tetapi sudah menjadi institusi yang bersifat
sosio-ekonomis.
Dengan paradigma baru ini maka kaidah-kadiah bisnis juga berlaku bagi
“industri” rumah sakit, tanpa harus meninggalkan jatidiri rumah sakit
sebagai institusi sosial yang sarat dengan norma, moral dan etika.
Saat ini, di Indonesia belum ada pedoman pengiklanan yang jelas bagi
rumah sakit sementara kebutuhan akan pedoman pengiklanan tersebut
111
sangat diperlukan agar rumah sakit-rumah sakit di Indonesia mampu
bersaing dengan pelayanan rumah sakit luar negeri. Oleh karena itu,
sudah saatnya rumah sakit di Indonesia berpromosi agar masyarakat kita
mendapatkan informasi yang cukup mengenai jenis pelayanan maupun
fasilitas yang ada di sebuah rumah sakit.
Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan membutuhkan
media promosi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Namun pelayanan rumah sakit merupakan jenis pelayanan
yang unik dan berbeda bila dibandingkan dengan bidang jasa pelayanan
yang lainnya. Pedoman etik yang jelas sangat diperlukan dalam
melakukan promosi bagi rumah sakit sehingga pedoman etik yang dibuat
dapat menjadi acuran bagi rumah sakit dalam melakukan promosi. Saat
ini, di Indonesia belum ada pedoman promosi yang jelas bagi rumah
sakit, sementara kebutuhan akan pedoman promosi tersebut sangat
diperlukan agar rumah sakit-rumah sakit di Indonesia mampu bersaing
dengan pelayanan rumah sakit luar negeri.
Dengan demikian, dirasakan perlu untuk menyusun satu pedoman yang
bersifat self regulating, sehingga komunitas rumah sakit dapat mengatur
dirinya sendiri. Dengan sifat self regulating ini, beberapa hal perlu
dicatat : Kepentingan rumah sakit/anggota PERSI untuk melakukan
promosi menjadi terlindungi. Masyarakatpun terlindungi terhadap
promosi yang “menyesatkan”.
II.
PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan promosi rumah sakit adalah salah satu bentuk
dari pemasaran rumah sakit (Hospital Marketing), dengan cara
penyebarluasan informasi tentang jasa pelayanan rumah sakit serta
kondisi rumah sakit itu sendiri secara jujur, mendidik, informatif dan
dapat membuat seseorang memahami tentang pelayanan kesehatan yang
akan didapatkannya.
112
III.
DASAR HUKUM
1. Undang-undang perlindungan konsumen no. 8 tahun 1999.
2. Perundang-undangan RI yang mengacu kepada “Tata Krama dan
Tata Cara Periklanan Indonesia yang Disempurnakan” 19 Agustus
1996 berbunyi “Jasa-jasa pengobatan dan perawatan, termasuk
klinik-klinik spesialis tidak boleh diiklankan, kecuali merupakan
pengumuman tentang buka, tutup, dan pindah praktek, sesuai
dengan Kode Etik Profesi masing-masing.
3. KODERSI 2001, Bab VI, Lain-lain, Pasal 23 ; Rumah Sakit dalam
melakukan promosi pemasaran harus bersifat informatif, tidak
komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan, dan
berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia. Dengan penjelasan
sebagai berikut : Dalam pelayanan kesehatan konsep “pemasaran”
(marketing) nampaknya lebih berkonotasi negatif dari pada positif,
karena membangkitkan pemikiran ke arah promosi periklanan dan
penjualan (sales), padahal saripati pemasaran adalah komunikasi.
Dengan demikian promosi sebagai alat pemasaran rumah sakit dapat
dilakukan dan lebih merupakan penyuluhan yang bersifat
informatif, edukatif, preskriptif dan preparatif bagi khalayak ramai
umumnya dan pasien khususnya.
4. Keputusan Rapat Kerja Nasional MAKERSI tanggal 23 Juli 2005 di
Semarang.
IV.
TUJUAN
Mewujudkan pedoman promosi rumah sakit sesuai dengan tata cara dan
tata krama periklanan Indonesia yang berlandaskan kepada Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) untuk ditaati dan dilaksanakan oleh
seluruh rumah sakit yang berada di wilayah Republik Indonesia.
113
V.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
ASAS UMUM
Promosi harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku.
Promosi tidak boleh menyinggung perasaan dan merendahkan
martabat negara, agama, tata susila, adat, budaya, suku, dan
golongan.
Promosi harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat.
Promosi yang dilakukan harus tetap memiliki tanggung jawab
sosial ;
a)
layanan yang ditawarkan harus profesional dan bermutu.
Setiap institusi/ pelaku layanan kesehatan harus selalu
mengacu kepada etika profesi dan etika rumah sakit, serta
bekerja sesuai pedoman dan standar layanan yang ada.
b)
Tarif layanan yang ditawarkan wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan serta memperhatikan ketentuan
yang ada.
c)
Layanan yang ditawarkan harus merata dan ditujukan
kepada seluruh anggota masyarakat.
d)
Layanan yang ditawarkan harus mampu memberikan rasa
aman dan nyaman bagi pengguna layanan.
Promosi layanan kesehatan adalah fundamental, yang mengacu
kepada :
a)
Falsafah promosi, setiap institusi/pelaku layanan kesehatan
harus berada pada koridor kompetisi yang sehat.
b)
Misi promosi, tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan
pengguna jasa (yang sekaligus akan meningkatkan
pendapatan), akan tetapi juga harus sejalan dengan manfaat
sosialnya.
c)
Sistem promosi, bukan hanya menjual, tetapi sekaligus akan
meningkatkan pengetahuan anggota masyarakat untuk
memilih bentuk layanan kesehatan yang paling tepat bagi
dirinya.
Secara umum promosi harus bersifat :
Informatif :
memberikan pengetahuan mengenai hal ihwal
yang ada relevansinya dengan berbagai
114
Edukatif :
Preskriptif :
Preparatif :
pelayanan dan program rumah sakit yang efektif
bagi pasien / konsumen.
memperluas cakrawala khalayak ramai tentang
berbagai fungsi dan Program rumah sakit,
penyelenggaraan
Pemberian petunjuk-petunjuk kepada khalayak
ramai umumnya dan pasien khususnya tentang
peran pencari pelayanan kesehatan dalam proses
diagnosis dan terapi
membantu pasien/keluarga pasien dalam proses
pengambilan keputusan
Kesemuanya ini harus diberikan secara kongkret dan berdasarkan
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.
Penjelasan :
1.
Promosi harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku
(a) Jujur.
Promosi tidak boleh menyesatkan, antara lain dengan
memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui dan
memberikan janji yang berlebihan.
(b) Bertanggung jawab.
Promosi tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan dan
merugikan masyarakat.
(c) Bobot tanggung jawab menurut peran pelaku.
Setiap komponen pemasar, pengiklan, perusahaan
periklanan, dan media periklanan mempunyai tanggung
jawab menurut peran dan bobot keterlibatan masing-masing
dalam penciptaan dan penyebaran pesan-pesan promosi.
Pengiklan ; bertanggung jawab atas benarnya informasi
tentang produk yang diberikan kepada perusahaan
periklanan. Termasuk ikut memberi arah, batasan dan
masukan pada pesan iklan, sehingga tidak terjadi janji yang
berlebihan (‘overclaim’) atas kemampuan nyata produk.
115
(d)
2.
3.
Tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. Promosi
harus mematuhi semua Undang-undang dan peraturan yang
berlaku.
(e) Tidak bertentangan dengan kode etik profesi. Promosi yang
mengandung kaitan dengan profesi tertentu harus mematuhi
kode etik profesi tersebut.
(f) Isi promosi : kebenaran atas pernyataan atau janji mengenai
suatu produk harus dapat dipertanggungjawabkan.
Promosi tidak boleh menyinggung perasaan dan / atau
merendahkan martabat negara, agama, tata susila, adat, budaya,
suku, dan golongan.
(1) Tidak menyinggung perasaan :
a)
Promosi harus berselera baik dan pantas.
b)
Promosi harus menggunakan bahasa yang baik dan
peristilahan yang tepat.
(2) Agama / Kepercayaan
Promosi tidak boleh merendahkan dan/atau mencemoohkan
agama / kepercayaan.
(3) Tata susila, adat dan budaya :
Promosi tidak boleh melanggar norma-norma tata susila,
adapt, dan budaya bangsa.
(4) Suku dan golongan :
Promosi tidak boleh menyinggung atau mempertentangkan
suku / golongan.
(5) Pahlawan, monument, dan lambang-lambang kenegaraan :
Promosi tidak boleh menggunakan pahlawan, monument,
dan lambang-lambang kenegaraan secara tidak layak.
Promosi harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat
(1) Penggunaan kata-kata yang berlebihan
Promosi tidak boleh menggunakan kata-kata “ter”, “paling”,
“nomor satu” dan atau sejenisnya tanpa menjelaskan dalam
hal apa keunggulannya itu, dan harus dapat membuktikan
sumber-sumber otentik pernyataan tersebut.
Perbandingan langsung :
116
a)
(2)
(3)
Promosi tidak dibenarkan mengadakan perbandingan
langsung dengan menampilkan merek dan atau produk
pesaing.
b)
Perbandingan tidak langsung harus didasarkan pada
kriteria yang tidak menyesatkan konsumen.
Merendahkan :
Promosi tidak boleh secara langsung ataupun tidak langsung
merendahkan produk-produk lain.
Peniruan.
Promosi tidak boleh meniru iklan lain sedemikian rupa,
sehingga
menimbulkan
kesan
yang
akan/dapat
membingungkan atau menyesatkan konsumen. Peniruan
tersebut meliuputi merek dagang, logo, komposisi huruf dan
gambar serta slogan.
VI.
1.
2.
3.
Harus selalu tetap mencerminkan jatidiri rumah sakit sebagai
institusi yang memiliki tanggung jawab sosial.
Penampilan tenaga profesi.
Dokter, ahli farmasi, tenaga medis, dan paramedis lain atau
atribut-atribut profesinya tidak boleh digunakan untuk
mengiklankan jasa pelayanan kesehatan/rumah sakit dan alat-alat
kesehatan.
Menghargai hak-hak pasien sebagai pelanggan.
VII.
1.
ASAS KHUSUS
MEDIA PROMOSI
Promosi dilakukan di dalam rumah sakit.
Untuk masyarakat pengunjung rumah sakit :
a)
Brosur / leaflet ;
b)
Buku saku ;
c)
TV/Home Video ;
d)
Majalah dinding ;
117
CCTV ;
CD ;
Spanduk ;
Umbul-umbul ;
Seminar untuk awam ;
Ceramah/pertemuan ;
Poster ;
Audiovisual ;
Majalah rumah sakit ;
Pameran ;
Gathering pasien ;
Kemasan produk (paket melahirkan & mendapatkan tas
bayi).
Promosi dilakukan diluar rumah sakit.
a)
Media cetak ;
b)
Kegiatan sosial ;
c)
Website ;
d)
Pameran perdagangan ;
e)
Press release ;
f)
Advertensi ;
g)
Billboard ;
h)
Telepon, sms, e-mail, direct mail .
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
2.
VIII. MATERI DAN BENTUK PROMOSI
1.
Yang Boleh Dilakukan
(1) Menyampaikan informasi tentang :
a)
Letak rumah sakit ;
b)
Jenis dan kapasitas rumah sakit ;
c)
Kemudahan-kemudahan yang dapat diperoleh terkait
dengan pelayanan rumah sakit ;
d)
Fasilitas pelayanan yang dimiliki dengan sarana
pendukung/penunjangnya ;
e)
Kualitas dan mutu pelayanan yang telah dicapai seperti

Telah mengikuti dan lulus akreditasi.
118
(2)

Telah mendapatkan sertifikat ISO, dll.

Telah mendapatkan award dalam pelayanan.
Informasi diberikan dalam bentuk :
a)
Wawancara untuk cover story oleh media cetak dapat
diberikan penjelasan bersifat informasi dan edukasi
tentang jenis pelayanan yang dapat diberikan, sejarah
rumah sakit, fasilitas, lokasi, dan cara menghubungi
rumah sakit tersebut (alamat, nomot telepon, fax, email, website, dll) dapat disertakan foto peralatan foto
fasilitas kamar rawat inap, fasilitas rawat jalan, fasilitas
OK, foto ruangan, foto direktur, foto tampak depan
rumah sakit.
b)
Leaflet dan brosur (di rumah sakit, seminar, tidak di
tempat umum) :

penjelasan tentang biaya harus jelas dan harus
disebutkan biaya tersebut mencakup jenis
pelayanan apa saja.

Harga dapat ditulis tetapi tidak membandingkan
dengan harga sebelumnya. Bila memang lebih
murah maka dapat ditulis harga khusus.

Dapat pula menyebutkan nama dan keahlian
dokter serta jam praktek.

Bila ada penjelasan yang lebih detail dapat ditulis
: Untuk keterangan lebih lanjut, anda dapat
menghubungi petugas rumah sakit.
c)
Siaran radio atau televisi, dapat mengumumkan
kegiatan seminar atau melakukan talk show dengan
ketentuan dokter hanya menyampaikan masalah teknis
medis dan humas rumah sakit / petugas yang ditunjuk
dapat mempromosikan fasilitas dan sarana rumah sakit.
d)
Melalui kegiatan sosial misalnya pemberian bantuan
pengobatan, bantuan tenaga kersehatan, bantuan
makanan atau bantuan uang.
e)
Website yang dibuat dengan tampilan yang menarik.
f)
Pameran perdagangan, misalnya pameran Audiovisual,
lab gratis, spanduk, ceramah, poster.
119
Press Release  peliputan event, press conference.
Advertensi :

Iklan tentang corporal.

Iklan tentang produk.

Advertorial  tanpa menulis nama dokter, jam
praktek dokter dan pengalaman dokter.
Billboard  hanya berupa petunjuk arah.
i)
j)
Telepon, sms, e-mail, direct mail  hanya untuk
relasi, pasien dan mantan pasien.
Lain-lain :
a)
Program khusus potongan harga, namun tidak dari
rumah sakit. Misalnya dengan menggunakan kartu
kredit bank tertentu biaya lebih murah 5%.
b)
Rumah sakit dapat menjadi sponsor kegiatan, jalan
sehat dll.
g)
h)
(3)
2.
Yang Tidak Boleh Dilakukan.
(1) Materi informasi yang disampaikan sebagai berikut :
a)
Bila belum terbukti kebenarannya (belum evidencebased).
b)
Membandingkan dengan institusi lain
c)
Pernyataan yang bersifat memuji diri sendiri
(laudatory) misalnya : hanya satu-satunya, yang
pertama, terbaik dan pernyataan lain yang sejenis.
d)
Membujuk misalnya dengan kalimat seperti diskon 5
kali berobat, 1 kali gratis.
e)
Mencantumkan prestasi dan reputasi dokter misalnya
sudah berpengalaman sekian tahun dan mempunyai
reputasi internasional, baru pulang belajar di luar
negeri, dlsb.
f)
Menjanjikan hasil pelayanan / pengobatan.
g)
Menyesatkan pasien dengan pernyataan yang tidak
sesuai dengan kenyataan.
h)
Menggunakan referensi dari organisasi kesehatan/
RS/dokter pribadi, misalnya : di rumah sakit kami telah
120
(2)
3.
digunakan alat tertentu untuk 100 kasus dengan
keberhasilan 90%.
Bentuk informasi yang disampaikan berupa :
a)
Testimoni pasien ;
b)
Larangan periklanan yang sudah berlaku secara umum;
c)
Praktek percaloan ;
d)
Mengiklankan rumah sakit di radio / TV / Bioskop ;
e)
Memasang iklan pada brosur supermarket, buku cerita,
dsb ;
f)
Melakukan promosi door to door, di jalan raya,
trenpat-tempat umum, transportasi umum seperti
membagikan brosur, booklet, leaflet, kemasan produk,
bahan audiovisual, sampel produk, dan presentasi
penjualan ;
g)
Melakukan Talk Show yang didampingi oleh
perusahaan obat ;
h)
Promosi alat kesehatan yang ada di rumah sakit.
Hal-Hal Lain :
(1) RS luar negeri berpromosi dengan pembicara dokter luar
negeri tanpa kerjasama dengan IDI, PERSI, DEPKES,
Instansi terkait, tidak diperkenankan hal ini untuk
melindungi masyarakat.
(2) Agensi rumah sakit asing bila ingin berpromosi di Indonesia
harus bekerja sama dengan sepengetahuan organisasi profesi
dan PERSI.
(3) Pembuatan film disekitar rumah sakit ;
a)
personil rumah sakit tidak terlibat
b)
nama rumah sakit hanya dicantumkan pada bagian
akhir film.
IX.
PENYELENGGARA/ PELAKSANA PROMOSI
Promosi rumah sakit dapat diselenggarakan oleh :
1.
Pihak rumah sakit sendiri
121
2.
Perusahaan periklanan
3.
Pihak-pihak lain
dengan tetap mengacu kepada pedoman ini.
X.
1.
2.
PENGAWASAN & PEMBINAAN
Dilakukan oleh ; Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan
PERSI.
MAKERSI secara khusus melakukan pemantauan dalam
pelaksanaan sehari-hari.
XI.
PELANGGARAN
Pelanggaran terhadap pedoman ini akan diberikan sanksi etik berupa :
1.
Teguran lisan/maupun tertulis oleh MAKERSI
2.
Informasi kepada masyarakat lewat media masa
3.
Rekomendasi kepada yang berwenang untuk meninjau kembali
ijin rumah sakit.
XII. PENUTUP
Etika merupakan hal yang bersifat dinamis dan tidak statis. Etika selalu
dipengaruhi oleh perkembangan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta
perkembangan ilmu dan teknologi. Demikian pula yang terjadi pada
etika promosi rumah sakit, sehingga tidak tertutup kemungkinan
pedoman etika promosi rumah sakit ini berubah sesuai dengan
kebutuhan serta perkembangan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
evaluasi secara berkala terhadap pedoman etika promosi rumah sakit, ini
sangat diperlukan agar tetap sesuai dengan kebutuhan penyedia dan
pengguna pelayanan kesehatan. Apabila di kemudian hari diperlukan
adanya perubahan atau ditemukan adanya hal-hal yang perlu diperbaiki
dalam pedoman etika promosi rumah sakit ini, akan dikeluarkan
kebijakan atau petunjuk oleh MAKERSI.
---------------------------------------------Keputusan PP.PERSI Nomor 47 Tahun 2006▄
122
KOMITE KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT
PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) melalui
keputusan Rapat Kerja di Surabaya Maret 2005, mendirikan KKP-RS
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada tanggal 1 Juni 2005,
dengan Pelindung Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan, dan dengan jumlah anggota lebih dari 30 orang pakar yang
berasal dari lingkungan Depkes, RS Pemerintah dan Swasta, serta dari
berbagai organisasi a.l. IDI, PDGI, PPNI, IBI, ISFI, KARS, Fakultas
Kedokteran, Konsil Kedokteran Indonesia, Yayasan Pemberdayaan
Konsumen Indonesia, Mantan anggota DPR, dan sebagainya.
KKP-RS mempunyai Visi Misi sebagai berikut :
Visi :
Meningkatnya Keselamatan Pasien dan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit.
Misi : - Mengangkat secara nasional fokus Keselamatan Pasien
- Mendorong terbentuknya kepemimpinan dan budaya
Rumah Sakit yang mencakup Keselamatan Pasien dan
Peningkatan Mutu Pelayanan.
- Mengembangkan Standar Pedoman Keselamatan Pasien
berbasis riset dan pengetahuan.
- Bekerja sama dengan berbagai Lembaga yang bertujuan
meningkatkan Keselamatan Pasien dan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit.
Program 7 Langkah Keselamatan Pasien, yaitu :
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
A. Bagi Rumah Sakit :
 Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang mejabarkan apa
yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden,
123



bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan
dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan
keluarga
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan
peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden
Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang
terjadi di rumah sakit
Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien
B. Bagi Unit/Tim :
 Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana
ada insiden
 Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat
secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat
2.
PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Anda.
Langkah penerapan :
A. Untuk Rumah Sakit :
 Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung
jawab atas Keselamatan Pasien
 Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi motor penggerak dalam gerakan
Keselamatan Pasien
 Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat
Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
 Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf
rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur
efektivitasnya
124
B. Untuk Unit/Tim :
 Nominasikan motor penggerak dalam Tim anda sendiri untuk
memimpin gerakan Keselamatan Pasien
 Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat
bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
 Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
 Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen
risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup
dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan Staf
 Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan
risiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit
 Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara
proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien
B. Untuk Unit/Tim :
 Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan
isu-isu Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik
kepada manajemen yang terkait
 Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit
 Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk
menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkahlangkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut
 Pastikan penilaian-penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai
masukan ke proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit
125
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Pastikan staf Anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian /
insiden, serta Rumah Sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
 Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke
dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke KKPRS-PERSI
B. Untuk Unit/Tim :
 Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah
dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan
pelajaran yang penting
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
 Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas
menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka tentang insiden
dengan para pasien dan keluarganya
 Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang
benar dan jelas bilamana terjadi insiden
 Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf
agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya
B. Untuk Unit/Tim :
 Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan
pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden
 Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga
bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka
informasi yang jelas dan benar secara tepat
 Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati
kepada pasien dan keluarganya
126
6.
BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG
KESELAMATAN PASIEN
Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
 Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab
 Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA)
atau Failure-mode, Effect and Criticality Analysis /FMECA atau
metoda analisis lain, yang harus mencakup semua insiden yang
telah terjadi dan minimum satu kali per tahun untuk proses
resiko tinggi.
B. Untuk Unit/Tim :
 Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis
insiden
 Identifikasi unit/bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM
KESELAMATAN PASIEN
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
 Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta
analisis, untuk menentukan solusi setempat
 Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem
(struktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau
127



kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin
keselamatan pasien.
Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan
Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang
diambil atas insiden yang dilaporkan
B. Untuk Unit/Tim :
 Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman
 Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan
pastikan pelaksanaannya
 Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak
lanjut tentang insiden yang dilaporkan
LOGO KKP RS
Keterangan :
o Bentuk lingkaran adalah bentuk penyederhanaan dari ”Manusia”
yang sedang memeluk, berarti menjaga melindungi, memperhatikan.
- Warna hijau memberikan kesan ”safety” serta kenyamanan dengan
harapan masyarakat merasakannya ketika melihat logo ini.
128
PANDUAN NASIONAL
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga
untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan
keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient
safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green
productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan
hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah
penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui
kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena
itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan
dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk
menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates kirakira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no
harm). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit menjadi
semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan
- KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan
prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga
profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam
terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
129
Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan
laporan yang mengagetkan banyak pihak : “TO ERR IS HUMAN” ,
Building a Safer Health System. Laporan itu mengemukakan penelitian
di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York. Di Utah dan
Colorado ditemukan KTD (Adverse Event) sebesar 2,9 %, dimana 6,6 %
diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7
% dengan angka kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada
pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per
tahun berkisar 44.000 – 98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun
2004, mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai
Negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD
dengan rentang 3,2 – 16,6 %. Dengan data-data tersebut, berbagai negara
segera melakukan penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan
Pasien.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera
(Near miss) masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan
tuduhan “mal praktek”, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian
akhir. Dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit
maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia telah mengambil
inisiatif membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS). Komite tersebut telah aktif melaksanakan langkah langkah
persiapan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dengan
mengembangkan laboratorium program keselamatan pasien rumah sakit.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit perlu dilakukan.
Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan
keselamatan pasien tersebut. Buku Panduan Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit yang terutama berisi Standar Keselamatan Pasien
Rumah Sakit dan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit diharapkan dapat membantu rumah sakit dalam melaksanakan
kegiatannya. Buku Panduan ini rencananya akan dilengkapi dengan
Instrumen Penilaian yang akan dimasukkan di dalam program akreditasi
rumah sakit.
130
1.2. Tujuan disusunnya Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit adalah :
Tujuan Umum :
Memberikan informasi dan acuan bagi pusat, propinsi dan rumah sakit
dalam melaksanakan program keselamatan pasien rumah sakit.
Tujuan Khusus :
1. Terlaksananya program keselamatan pasien rumah sakit secara
sistematis dan terarah.
2. Terlaksananya pencatatan insiden di rumah sakit dan pelaporannya.
3. Sebagai acuan penyusunan instrumen akreditasi rumah sakit.
4. Sebagai acuan bagi pusat, propinsi dan kabupaten/kota dalam
melakukan pembinaan rumah sakit.
BAB II
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Mengapa Keselamatan Pasien ?
Sejak awal tahun 1900 Institusi rumah sakit selalu meningkatkan
mutu pada 3 (tiga) elemen yaitu struktur, proses dan outcome dengan
bermacam-macam konsep dasar, program regulasi yang berwenang
misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit,
penerapan Quality Assurance, Total Quality Management, Countinuos
Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit
Medis, Indikator Klinis, Clinical Governance, ISO, dan lain sebagainya.
Harus diakui program-program tersebut telah meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit baik pada aspek struktur, proses maupun output
dan outcome. Namun harus diakui, pada pelayanan yang telah
berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir
dengan tuntutan hukum. Oleh sebab itu perlu program untuk lebih
memperbaiki proses pelayanan, karena KTD sebagian dapat merupakan
kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah
131
melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan
pasien berdasarkan hak-nya. Program tersebut yang kemudian dikenal
dengan istilah keselamatan pasien (patient safety). Dengan
meningkatnya keselamatan pasien rumah sakit diharapkan kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Selain itu
keselamatan pasien juga dapat mengurangi KTD, yang selain berdampak
terhadap peningkatan biaya pelayanan juga dapat membawa rumah
sakit ke arena blamming, menimbulkan konflik antara dokter/petugas
kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis, tuntutan dan
proses hukum, tuduhan malpraktek, blow-up ke mass media yang
akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan rumah sakit,
selain itu rumah sakit dan dokter bersusah payah melindungi dirinya
dengan asuransi, pengacara dsb. Tetapi pada akhirnya tidak ada pihak
yang menang, bahkan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan rumah sakit.
Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.
Tujuan :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
132
Istilah-istilah dalam Keselamatan Pasien Rumah Sakit :
Lihat lampiran : Glosarium Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
BAB III
STANDAR
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang
perlu ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan
standar keselamatan pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi
rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya.
Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu
pada ”Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint
Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA,
tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan
di Indonesia.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
1.
2.
3.
4.
Hak pasien
Mendidik pasien dan keluarga
Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
133
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Standar I.
Hak pasien
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur
untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan.
Standar II.
Mendidik pasien dan keluarga
Standar :
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan.
Karena itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik
pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien
dan keluarga dapat :
1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti
134
4).
5).
6).
7).
Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Standar III.
Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar :
Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah
sakit.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi
antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa
hambatan, aman dan efektif.
Standar IV.
Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien
Standar :
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
135
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
4.1. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
4.2. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
yang antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi,
manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait
dengan semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif
melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4.4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang
diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Standar V.
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit ”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau
mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien.
136
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta
meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria :
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis
Kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris
Cedera” (Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’
(Adverse event).
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam
program keselamatan pasien.
5.4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas
untuk keperluan analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan
jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris
Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau
kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme
untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar
unit dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan
pendekatan antar disiplin.
5.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
dalam kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan
137
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupan sumber daya tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk
rencana tindak lanjut dan implementasinya.
Standar VI.
Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi
untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelas
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
6.1. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan
dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
6.2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan
pasien dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi
pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
6.3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Standar VII.
Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai
keselamatan pasien
Standar :
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.
138
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang
hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada
BAB IV
TUJUH LANGKAH
MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Mengacu kepada standar keselamatan pasien pada bab III, maka
rumah sakit harus mendesign (merancang) proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak
Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan
tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan,
kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain
yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ” Tujuh Langkah
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh
langkah keselamatan pasien rumah sakit tersebut.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah
sebagai berikut :
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
139
Langkah penerapan:
A. Bagi Rumah Sakit :
 Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang mejabarkan apa
yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden,
bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan
dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan
keluarga
 Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan
peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden
 Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang
terjadi di rumah sakit.
 Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.
B. Bagi Unit/Tim :
 Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana
ada insiden
 Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat
secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat.
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang
Keselamatan Pasien di rumah sakit anda.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
 Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang
bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien
 Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang
dapat diandalkan untuk menjadi ”penggerak” dalam gerakan
Keselamatan Pasien
140
Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat
Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah
sakit
 Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan
staf rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan
diukur efektivitasnya.
B. Untuk Unit/Tim :
 Nominasikan ”penggerak” dalam tim anda sendiri untuk
memimpin Gerakan Keselamatan Pasien
 Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta
manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan
Keselamatan Pasien
 Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan
insiden.

3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
 Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam
manajemen risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal
tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan
Pasien dan Staf
 Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem
pengelolaan
risiko
yang
dapat
dimonitor
oleh
Direksi/Pimpinan rumah sakit
 Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat
secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
B. Untuk Unit/Tim :
 Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk
mendiskusikan
isu-isu
Keselamatan
Pasien
guna
memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait
141



Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam
proses asesmen risiko rumah sakit
Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk
menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah
langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko
tersebut
Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai
masukan ke proses asesmen dan pencatatan risiko rumah
sakit.
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Pastikan staf Anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/
insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS).
Langkah penerapan :
A. Untuk Rumah Sakit :
 Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke
dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke KPPRS PERSI.
B. Untuk Unit/Tim :
 Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara
aktif melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden
yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan :
A. Untuk Rumah Sakit :
 Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas
menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka tentang insiden
dengan para pasien dan keluarganya
142
Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi
yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden
 Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada
staf agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
B. Untuk Unit/Tim :
 Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan
pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden
 Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga
bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka
informasi yang jelas dan benar secara tepat
 Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati
kepada pasien dan keluarganya.

6. BELAJAR
DAN
BERBAGI
PENGALAMAN
TENTANG
KESELAMATAN PASIEN
Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
 Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan
kajian insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab
 Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas
kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) atau Failure Modes and Effects Analysis
(FMEA) atau metoda analisis lain, yang harus mencakup
semua insiden yang telah terjadi dan minimum satu kali per
tahun untuk proses risiko tinggi.
B. Untuk Unit/Tim :
 Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis
insiden
 Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena
dampak di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut
secara lebih luas.
143
7. CEGAH
CEDERA
MELALUI
IMPLEMENTASI
SISTEM
KESELAMATAN PASIEN
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
 Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit
serta analisis, untuk menentukan solusi setempat
 Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem
(struktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau
kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang
menjamin keselamatan pasien.
 Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan
 Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS PERSI
 Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang
diambil atas insiden yang dilaporkan
B. Untuk Unit/Tim :
 Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara
untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih
aman.
 Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda
dan pastikan pelaksanaannya.
 Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak
lanjut tentang insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan
yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh
langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap
rumah sakit.
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan
tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan
144
paling mudah dilaksanakan di rumah sakit. Bila langkah-langkah ini
berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan.
Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik rumah sakit dapat
menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.
BAB V
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
A. Di Rumah Sakit
1. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit, dengan susunan organisasi sebagai berikut : Ketua : dokter,
Anggota : dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya
2. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan
dan pelaporan internal tentang insiden
3. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia
4. Rumah sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah
sakit dan menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakit.
5. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan
medis berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai
tempat pelatihan standar-standar yang baru dikembangkan.
B. Di Propinsi/Kabupaten/kota
1. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit
- rumah sakit di wilayahnya
2. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya
dukungan anggaran terkait dengan program keselamatan pasien
rumah sakit
3. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit..
145
C. Di Pusat
1. Membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit dibawah
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia.
2. Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
3. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien
ke Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah
dan rumah sakit pendidikan dengan jejaring pendidikan
4. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan
pasien.
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Di Rumah Sakit
1. Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait
dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian
Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang
sudah disediakan oleh rumah sakit.
2. Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian
terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang sudah
disediakan oleh rumah sakit.
3. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar
penyebab masalah semua kejadian yang dilaporkan oleh unit
kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan
Pasien Rumah Sakit merekomendasikan solusi pemecahan dan
mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan
rumah sakit
5. Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi
masalah ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar
masalah yang bersifat rahasia.
146
B. Di Propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah menerima produkproduk dari Komite Keselamatan Rumah Sakit
C. Di Pusat
1. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
merekapitulasi laporan dari rumah sakit dan menjaga
kerahasiannya.
2. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan analisis
hasil analisis yang telah dilakukan oleh rumah sakit.
3. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan analisis
laporan insiden.bekerja sama dengan rumah sakit pendidikan
dan rumah sakit yang ditunjuk sebagai laboratorium uji coba
keselamatan pasien rumah sakit.
4. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan sosialisasi
hasil analisis dan solusi masalah ke Dinas Kesehatan Propinsi dan
PERSI Daerah, rumah sakit terkait dan rumah sakit lainnya.
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI
A. Di Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada
unit kerja-unit kerja di rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan
keselamatan pasien di unit kerja
B. Di Propinsi
Dnas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit
di wilayah kerjanya.
147
C. Di Pusat
1. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di
rumah sakit - rumah sakit
2. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahun satu
kali.
BAB VIII
PENUTUP
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan di rumah sakit maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien
rumah sakit sangatlah penting. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi
penekanan / penurunan insiden sehingga dapat lebih meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit di Indonesia. Program
Keselamatan Pasien merupakan never ending proses, karena itu
diperlukan budaya termasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia
melaksanakan program keselamatan pasien secara berkesinambungan
dan berkelanjutan.
GLOSARIUM
No
1
Istilah
Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient
safety)
Definisi / Penjelasan
Suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
Hal ini termasuk: asesmen risiko;
identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko
pasien;
pelaporan dan analisis
insiden; kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi
solusi
untuk
meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh
148
2
Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD)
(Adverse event)
3
KTD yang tidak dapat
dicegah (Unpreventable
adverse event)
Kejadian Nyaris Cedera
(KNC) (Near miss)
4
kesalahan akibat melaksanakan
suatu
tindakan
atau
tidak
mengambil
tindakan
yang
seharusnya diambil.
Suatu
kejadian
yang
tidak
diharapkan yang mengakibatkan
cedera pasien akibat melaksanakan
suatu
tindakan
atau
tidak
mengambil
tindakan
yang
seharusnya diambil, dan bukan
karena
penyakit dasarnya atau
kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis
atau bukan kesalahan medis karena
tidak dapat dicegah.
Suatu KTD akibat komplikasi yang
tidak
dapat
dicegah dengan
pengetahuan yang mutakhir.
Suatu
kesalahan
akibat
melaksanakan
suatu
tindakan
(commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak
terjadi, karena ”keberuntungan”
(mis., pasien terima suatu obat
kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat), karena ”pencegahan”
(suatu obat dgn overdosis lethal
akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya
sebelum obat diberikan), atau
”peringanan” (suatu obat dgn
overdosis
lethal
diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan
antidotenya).
149
5
Kesalahan Medis
(Medical errors)
6
Insiden Keselamatan
Pasien (Patient Safety
Incident)
7
Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
8
Analisis Akar Masalah
(Root Cause Analysis)
9
Manajemen Risiko (Risk
Management)
Kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien. Kesalahan
termasuk
gagal
melaksanakan
sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah
untuk mencapai tujuannya. Dapat
akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil
(omission).
Setiap kejadian yang tidak disengaja
dan tidak diharapkan, yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien.
Suatu
sistem
untuk
mendokumentasikan insiden yang
tidak
disengaja
dan
tidak
diharapkan,
yang
dapat
mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien.
Sistem ini juga mendokumentasikan
kejadian-kejadian
yang
tidak
konsisten dengan operasional rutin
rumah sakit atau asuhan pasien.
Suatu proses terstruktur untuk
mengidentifikasi faktor penyebab
atau faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya penyimpangan
kinerja, termasuk KTD.
Dalam
hubungan-nya
dengan
operasional rumah sakit, istilah
manajemen risiko dikaitkan kepada
aktivitas perlindungan diri yang
berarti mencegah ancaman yang
150
10
Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)
nyata atau berpotensi nyata
terhadap kerugian keuangan akibat
kecelakaan, cedera atau malpraktik
medis.
Suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian
yang sangat tidak diharapkan atau
tidak dapat diterima seperti : operasi
pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait
dengan keseriusan cedera yang
terjadi (mis. Amputasi pada kaki
yang salah, dsb) sehingga pecarian
fakta
terhadap
kejadian
ini
mengungkapkan adanya masalah
yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.
------------------------------------------Keputusan PP.PERSI No. 31 Tahun 2007▄
151
INSTITUT MANAJEMEN RUMAH SAKIT
(IMRS) PERSI
Pada rapat Pengurus Pusat PERSI tanggal 2 Juli 1991, sepakat
membentuk LP2 (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan) PERSI,
dengan susunan pengurus :
Ketua
: dr. H. Poernomo Sidi
Wakil Ketua : dr. Ingerani, SKM
Sekretaris
: dr. Darwis Hartono, MHA
Anggota
: dr. Dady Tirtono
Tujuan dan Misi dibentuk LP2 PERSI :
1. Melaksanakan kegiatan PERSI secara profesional dan mandiri, serta
mampu memberikan citra yang positif kepada PERSI.
2. Membantu Pemerintah dalam upaya pengembangan kualitas tenaga
profesional rumah sakit melalui proses pelatihan, sertifikasi, dan
penyebaran informasi.
Pada Tahun 1996 LP2 PERSI berubah menjadi LP3 (Lembaga
Pengkajian, Pendidikan danPengembangan) PERSI. Kemudian pada
tahun 2003 LP3 PERSI berubah menjadi IMRS (Institut Manajemen
Rumah Sakit) PERSI.
LOGO IMRS PERSI
Keterangan :
- Menggunakan warna hijau, hitam, dan putih (disamakan dengan
warna logo PERSI agar tetap menjadi satu kesatuan)
- Menggunakan bentuk atap mempunyai arti bahwa IMRS merupakan
tempat yang memberikan jasa layanan pendidikan, pelatihan, dan
konsultansi manajemen rumah sakit yang praktikal dan tepat guna.
------------------------------------------Keputusan PP.PERSI No. 65 Tahun 2008▄
152
YANG PERNAH MENERIMA
PENGHARGAAN PERSI
PARAMAKARYA PARAMA HUSADA
1. Ali Sadikin (2000)
2. Drs. H. Abdillah Ak, MBA (2006)
3. H. Masfuk, SH (2009)
PARAMAKARYA DHARMARTA HUSADA
1. RS Sumber Waras (2000)
2. RS Pelni Petamburan (2000)
3. RS Cipto Mangunkusumo (2000)
4. RS TNI AL Mintohardjo (2000)
5. RS FK UKI (2000)
6. RS Jakarta (2000)
7. RS St. Carolus (2000)
8. RSUD Dr. Abdul Moeloek (2000)
9. RS Islam Faisal Makassar (2000)
10. RSUD Prof. Dr. WZ. Johannes Kupang (2000)
11. RSUD Atambua (2000)
12. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (2006)
13. RSUD Merauke (2006)
14. Siloam Hospital Lippo Karawaci (2006)
15. RS Al Islam Bandung (2006)
16. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (2009)
PARAMAKARYA SATYA HUSADA
1. Dr. Suraryo Darsono (1993)
2. Dr. Zurachdi (1993)
3. Dr. Sudarso (1993)
4. Dr. Herman Susilo (1993)
5. Dr. Amino Gondohutomo (1993)
6. J. Guwandi, SH (1996)
153
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Dr. Padmo Hoedojo, MHA (1996)
Dr. Hidayat Hardjoprawito (1996)
Dr. Sumardi Katgopranoto (1996)
Dr. Sugiat AS, SKM (1996)
Dr. H. Iman Hilman, MPH (1996)
Prof. Dr. Karjadi Wirjoatmodjo (1996)
Dr. Soebaryo Mangunwidodo (1996)
Dr. Robert Imam Sutedja (1996)
Dr. Gading Hakim (1996)
Dr. A. Mariono (2000)
Prof. Dr. Sulaiman Sastrawinata, SpOG (2000)
Dr. Bing Juanda (2000)
Dr. Nico A. Lumenta, MM (2000)
Dr. Koesno Martoatmodjo, SpA, MM (2000)
Dr. Samsi Jacobalis, SpB (2000)
Dr. Achmad Sujudi, MHA (2000)
Dr. A.W. Boediarso, SKM, MBA (2006)
Dr. Hermansyur Kartowisastro, SpB-KBD (2006)
Soemaryono Rahardjo, SE, MBA (2006)
Dr. I Gusti Lanang M. Rudiartha, MHA (2006)
Dr. Farid W. Husain, SpB-KBD (2006)
Partua Sitompul, Skom (2009)
Dr. Kesuma Halim, MSc (2009)
Dr. Widorini Sunarjo, MARS (2009)
Dr. Sri Endarini, MPH (2009)
PARAMAKARYA ADIKA HUSADA
4. PERSI DKI Jakarta (1996)
5. PERSI Jawa Timur (1996)
6. PERSI D.I. Yogyakarta (1996)
7. PERSI Jawa Barat (2000)
8. PERSI Bali (2000)
9. PERSI Jawa Tengah (2006)
10. PERSI Sumatera Selatan (2006)
11. PERSI Sumatera Utara (2006)
12. PERSI Sulawesi Selatan (2006)
154
13. PERSI Daerah Kalimantan Timur (2009)
▄
PANITIA PENDIRI PERSI
Ketua
: Dr. Suraryo Darsono
Anggota
: Dr. Amino Gondohutomo
Prof. Dr. Rukmono
Dr. Soedarto
Dr. Zuchradi
Dr. Edi Wibowo
Dr. Soejoto
Dr. Winsy Warouw
Dr. Irsan Radjamin
Dr. Zainal Rasjid
Dr. Ny. Sri Tadjuddin Cholid
Dr. Sjamsir Daili▄
155
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERSI
PERIODE 1980 – 1982
(Hasil Kongres I, 16 s/d 20 November 1980 di Jakarta)
Ketua Umum
:
Dr. Amino Gondohutomo (Kepala RS Pusat
Pertamina, Jakarta)
Ketua
:
Prof. Dr. Rukmono (Direktur RS Cipto
Mangunkusumo, Jakarta)
Sekretaris Jenderal :
Dr. Samsi Jacobalis (Kepala RSPAD Gatot
Soebroto, Jakarta)
Bendahara
:
Dr. Soebaryo Mangunwidodo (RS Sumber
Waras, Jakarta)
Anggota
:
3 Wakil dari Sumatera
6 Wakil dari Jawa
1 Wakil dari Kalimantan
2 Wakil dari Sulawesi
1 Wakil dari Maluku
1 Wakil dari Irian Jaya
1 Wakil dari Bali ▄
156
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERSI
PERIODE 1983 – 1985
(Hasil Kongres Luar Biasa, 27 s/d 29 Mei 1983 di Ambarawa, Semarang)
Ketua Umum
:
Ketua Eksekutif
:
Sekretaris Jenderal :
Bendahara
:
Dr. Soejoto Martoatmodjo (RS Dr. Soetomo,
Surabaya)
Dr. Amino Gondohutomo (Biro Kesehatan
Pertamina, Jakarta)
Dr. Samsi Jacobalis (RSPAD Gatot Soebroto,
Jakarta)
Dr. Soebaryo Mangunwidodo (RS Sumber
Waras, Jakarta)
Kompartemen-kompartemen
 Hukum dan Perundang-undangan :
Prof. Dr. Rukmono (RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta)
 Organisasi/Hubungan Luar-Dalam Negeri :
Dr. Budihartono (RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta)
 Khusus/Swasta :
Dr. Winarso Soemardjo (RS Jakarta)
 Umum/Logistik/Hospex :
Dr. Sumardi Katgopranoto (RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta)
157
Dr. Otto Maulana (RSAL Mintohardjo, Jakarta)
 Riset/Pengembangan dan Penerbitan :
Dr. Rizal Sini (RSB Bunda, Jakarta)
Dr. Wartomo Priosembodo (RS Sanatorium Dharmawangsa, Jakarta)
▄
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERSI
PERIODE 1985 – 1987
(Hasil Kongres III, 12 s/d 16 Mei 1985 di Jakarta)
Pelindung
Penasehat
Ketua Kehormatan
Ketua
Sekretaris Jenderal
Bendahara
: Dr. H. Muhammad Isa (Dirjend. Pelayanan
Medik Depkes R.I)
: Dr. H. Amino Gondohutomo (Presiden AHF)
Prof. Dr. Rukmono (Direktur RS Cipto
Mangunkusumo, Jakarta)
: Dr. Amino Gondohutomo (Presiden Asian
Hospital Federation)
: Dr. Sumardi Katgopranoto (RSPAD Gatot
Soebroto, Jakarta)
: Dr. H. Sugiat AS, SKM (RS Islam, Jakarta)
: Dr. Soebaryo Mangunwidodo (RS Sumber
Waras, Jakarta)
Kompartemen-kompartemen
 Organisasi/Hubungan Luar – Dalam Negeri :
Dr. Budihartono, MHA (RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta)
Dr. H. Hernawan (RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta)
 Hukum dan Perundang-undangan :
J. Guwandi, SH (RS Husada, Jakarta)
 Litbang/Pendidikan/Penerbitan :
158
Dr. Padmo Hoedojo, MHA (RS Persahabatan, Jakarta)
Dr. FX Suwandi (RSAL Mintohardjo, Jakarta)
 Umum/Logistik/Hospex :
Dr. Robert Imam Sutedja (RS Sumber Waras, Jakarta)
 Khusus/Swasta :
Dr. H. Tajuddin (RS Sumber Waras, Jakarta)
Anggota ex officio : Ketua IRSJAM ▄
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERSI
PERIODE 1988 – 1990
(Hasil Kongres IV, 19 s/d 23 Juni 1988 di Jakarta)
Pelindung
:
Penasehat
:
Ketua Umum
:
Sekretaris Jenderal :
Bendahara
:
Dr. Brotowasisto, MPH (Dirjend. Pelayanan
Medik Depkes R.I)
Dr. H. Sumardi Katgopranoto (RSPAD Gatot
Soebroto, Jakarta)
Dr. Samsi Jacobalis (RS Husada, Jakarta)
Dr. Karjadi Wirjoatmodjo (RS Dr. Soetomo,
Surabaya)
Dr. Padmo Hoedojo, MHA (RS Persahabatan,
Jakarta)
Dr. Nico A. Lumenta (RS PGI Cikini, Jakarta)
Dr. Soebaryo Mangunwidodo (RS Sumber
Waras, Jakarta)
Kompartemen-kompartemen
 Organisasi/Hubungan Luar – Dalam Negeri :
Dr. H. Hernawan (RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta)
 Hukum dan Perundang-undangan :
J. Guwandi, SH (RS Husada, Jakarta)
 Litbang/Pendidikan/Penerbitan :
Dr. H. Poernomo Sidi (RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta)
159
Dr. Anwar Jusuf (RS Persahabatan, Jakarta)
 Umum/Logistik/Hospex :
Dr. Robert Imam Sutedja (RS Sumber Waras, Jakarta)
 Khusus/Swasta :
Dr. PAW. Pattinama, SKM (RS PGI Cikini, Jakarta)
Anggota ex officio :
Ketua IRSJAM
Ketua PERSI Cabang Jawa Timur
Wakil-wakil wilayah ▄
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERSI
PERIODE 1990 – 1993
(Hasil Kongres V, 25 s/d 28 November 1990 di Jakarta)
: Dr. Brotowasisto, MPH (Dirjend. Pelayanan Medik
Depkes R.I)
Penasehat
: Dr. H. Sumardi Katgopranoto (RSPAD Gatot
Soebroto, Jakarta)
Dr. Samsi Jacobalis (RS Husada, Jakarta)
Dr. Karjadi Wirjoatmodjo (RS Dr. Soetomo,
Surabaya)
Dr. Padmo Hoedojo, MHA (RS Persahabatan,
Jakarta)
Ketua Umum
: Dr. Hidajat Hardjoprawito (RS Cipto
Mangunkusumo, Jakarta)
Sekretaris Jenderal : Dr. Nico A. Lumenta (RS PGI Cikini, Jakarta)
Bendahara
: Dr. Soebaryo Mangunwidodo (RS Sumber Waras,
Jakarta)
Pelindung
Kompartemen-kompartemen
 Organisasi :
Dr. H. Hernawan (RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta)
 Hukum dan Perundang-undangan :
J. Guwandi, SH (RS Husada, Jakarta)
160
 Penelitian dan Pengembangan :
Dr. H. Poernomo Sidi (RS Jakarta)
Dr. Darwis Hartono, MHA (Ditjen. Pelayanan Medik. Depkes. R.I)
 Umum :
Dr. Robert Imam Sutedja (RS Sumber Waras, Jakarta)
 Khusus :
Dr. Sismadi Partodimulyo, MBA (RS Sukmul, Jakarta)
Anggota ex officio : Ketua IRSJAM
SUSUNAN MAJELIS ETIK RS INDONESIA
Ketua
Anggota
: Dr. Samsi Jacobalis
: Prof. Dr. Rukmono
Dr. Iman Hilman, MPH
Dr. Sugiat AS, SKM
Dr. Sumardi Katgopranoto
Dr. Guno Samekto ▄
161
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERSI
PERIODE 1993 – 1996
(Hasil Kongres VI, 21 s/d 25 November 1993 di Jakarta)
Pelindung
Penasehat:
Ketua Umum
:
Direktur Jenderal Pelayanan Medik Depkes R.I)
Dr. Hidajat Hardjoprawito (Sekretaris Jenderal
Depkes. R.I)
Dr. A.W. Boediarso, SKM (Direktur Kesehatan AD)
Dr. Padmo Hoedojo, MHA (RS Persahabatan,
Jakarta)
Dr. Tadjudin, DSPD (RS Fatmawati, Jakarta)
: Dr. Samsi Jakarta (RS Islam, Jakarta)
Ketua Eksekutif : Dr. Koesno Martoatmodjo, DSA (RSAB Harapan
Kita, Jakarta)
Sekretaris Jenderal : Dr. Nico A. Lumenta, MM (RS Mediros, Jakarta)
Bendahara
: Dr. Ingerani, SKM (RS Tarakan, Jakarta)
Kompartemen-kompartemen
 Organisasi :
Dr. Soebaryo Mangunwidodo (RS Sumber Waras, Jakarta)
Dr. H. Hernawan, DSA (RS Pelni Petamburan, Jakarta)
 Hukum dan Perundang-undangan :
162




Dr. H.A. Sanoesi Tambunan, DSPD (RS Islam Jakarta)
J. Guwandi, SH (RS Husada, Jakarta)
Penelitian dan Pengembangan :
Dr. Achmad Harjadi, MSc (RS Pasar Rebo, Jakarta)
Dr. Sudinarjati Radjak (RS MH. Thamrin, Jakarta)
Umum :
Dr. Robert Imam Sutedja (RS Sumber Waras, Jakarta)
Dr. Emmy Salman, MPH (RS Puri Cinere, Jakarta)
Khusus :
Dr. Sismadi Partodimulyo, MBA (RS Sukmul, Jakarta)
Dr. H. Poernomo Sidi (RSB Mugi Rahayu, Jakarta)
Pelayanan Kesehatan Masyarakat :
Dr. Yudanarso Dawud, DSP, MHA (RS Persahabatan, Jakarta)
Dr. A. Mariono (RS Atmajaya, Jakarta)
Anggota ex officio : Ketua IRSJAM
SUSUNAN MAJELIS ETIK RS INDONESIA
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Anggota
: Dr. Sugiat AS, SKM
: Prof. Dr. Rukmono
: Dr. Iman Hilman, MPH
: Dr. Guno Samekto
Prof. Dr. Sulaiman Sastrawinata ▄
163
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERSI
PERIODE 1996 – 2000
(Hasil Kongres VII, 24 s/d 28 November 1996 di Jakarta)
Pelindung
:
Direktur Jenderal Pelayanan Medik Depkes R.I
Penasehat
:
Dr. Hidajat Hardjoprawito
Dr. Sumardi Katgopranoto
Ketua Umum
:
Ketua Eksekutif
:
Dr. A.W. Boediarso, SKM, MBA (RS Sunter
Agung, Jakarta)
Dr. Jan Takasihaeng, DGS, MBA (RS FK UKI,
Jakarta)
Dr. Achmad Hardiman, DSJ, MARS
(Departemen Kesehatan)
Dr. Ingerani, SKM (Departemen Kesehatan)
Sekretaris Jenderal :
Bendahara
:
Kompartemen-kompartemen
 Hubungan Internasional :
Dr. Samsi Jacobalis, DSB (RS Islam, Jakarta)
Dr. Nico A. Lumenta, MM (RS Mediros, Jakarta)
Dr. Sugiat AS, SKM (RS Islam, Jakarta)
Dr. Padmo Hoedojo, DSB, MHA (RS Persahabatan, Jakarta)
 Organisasi & Manajemen :
Dr. Soebaryo Mangunwidodo (RS Sumber Waras, Jakarta)
164
Dr. Hadisudjono S, DSM (RS MMC, Jakarta)
Dr. H. Hernawan, DSA, MM (RS Pelni Petamburan, Jakarta)
 Mutu & Akreditasi :
Dr. H.A. Sanoesi Tambunan, DSPD (RS Islam Jakarta)
Dr. Robby Tandiari, DSR (RS MMC, Jakarta)
Dr. Nico A. Lumenta, MM (RS Mediros, Jakarta)
Dr. Luwiharsih, MSc (Departemen Kesehatan)
Ny. Rokiah, SKM, MHA (RS Persahabatan, Jakarta)
 Pelayanan Kesehatan Masyarakat :
Dr. Yudanarso Dawud, DSP, MHA (RS Persahabatan, Jakarta)
Dr. Muki Reksoprodjo (RS MMC, Jakarta)
Dr. Mangantar Marpaung, MSc (RS FK UKI, Jakarta)
Dr. Robby Tandiari, DSR (RS MMC, Jakarta)
 Hukum & Pembelaan Anggota :
J. Guwandi, SH (RS Pluit, Jakarta)
Dr. Herkutanto, SpF, SH (RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta)
Faiq Bahfen, SH (Departemen Kesehatan)
 Umum :
Dr. Robert Imam Sutedja (RS Sumber Waras, Jakarta)
Dr. Emmy Salman, MPH (RS Puri Cinere, Jakarta)
Dr. Imelda Emilia Dharma, MARS (RS Mitra Keluarga, Jakarta)
 Perpajakan & Asuransi :
DR. Dr. Salamun, DSM (RS Kepolisian Pusat, Jakarta)
Soemaryono Rahardjo, SE (RS Islam, Jakarta)
Dr. Hinarto Satryana, MSc (RS Sint Carolus, Jakarta)
Dr. Hartono (RS Pondok Indah, Jakarta)
Anggota ex officio : Ketua IRSJAM
SUSUNAN MAKERSI PUSAT
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Anggota
: Dr. Iman Hilman, MPH
: Prof. Dr. Sulaiman Sastrawinata
: Prof. DR. Dr. M. Ahmad Djojosugito, MHA
: Dr. A. Mariono
165
Dr. Soeraryo Darsono
Sr. Lismidar, SKM
Drs. F. Tengker, SH CN
LEMBAGA PENGKAJIAN, PENDIDIKAN & PENGEMBANGAN PERSI
Direktur
Sekretaris
Bendahara
Anggota
: Dr. Koesno Martoatmodjo, DSA, MM
: Dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
: Dra. Suharsini, MM
: Dr. Riwayat Suyono, MARS
Dr. Suprijanto Riyadi, PhD
Dr. Achmad Harjadi, MSc
Dr. Robert Imam Sutedja
Dr. Kayanti HS
Dr. Dedeh Choesnan ▄
166
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERSI
PERIODE 2000 – 2003
(Hasil Kongres VIII, 5 s/d 7 November 2000 di Jakarta)
Pelindung
: Direktur Jenderal Pelayanan Medik Depkes R.I
Penyantun
: Dr. Padmo Hoedojo, SpB, MHA
Prof. DR. Dr. Karyadi Wirjoatmodjo, SpAn
Dr. Sugiat AS, SKM
Penasehat
: Dr. Hidajat Hardjoprawito
Dr. A.W. Boediarso, SKM, MBA
Ketua Umum
: Dr. Hermansyur Kartowisastro, SpBD
Sekretaris Jenderal
: Dr. Muki Reksoprodjo, SpOG
Bendahara
: Soemaryono Rahardjo, SE, MBA
Kompartemen-kompartemen
 Hubungan Internasional :
Dr. Samsi Jacobalis, SpB
Dr. Hadisudjono Sastrosatomo, SpM, MM
Dr. Mgs. Johan T. Saleh, MSc
 Organisasi & Manajemen :
Dr. M. Natsir Nugroho, SpOG, MKes
167
Dr. H. Hernawan, SpA, MM
Dr. Farid Husain, SpB
Dr. Wawang S. Sukarya, SpOG, MARS
 Mutu & Akreditasi :
Dr. Nico A. Lumenta, MM
Dr. A. Hardiman, SpKJ, MARS
Ny. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA
 Pelayanan Kesehatan Masyarakat & Kesehatan Lingkungan:
Dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
Dr. Atikah M. Zaki, MARS
Dr. Kesuma Halim, MSc
 Hukum & Pembelaan Anggota :
Dr. Herkutanto, SpF, SH
Faiq Bahfen, SH
Dr. Sri Endarini, MPH
 Umum :
Dr. Robert Imam Sutedja
Dr. Tjandra Y. Aditama, SpP, MARS
Dr. Grace Frelita, MARS
 Perpajakan & Asuransi :
Dr. Sri Rachmani, MMR
Dr. Robby Tandiari, SpR
Dr. Widyo S. Budiman, SpPK, MM
Anggota ex officio :
Ketua IRSJAM
Ketua ARSADA
Ketua IRSPI
Ketua As. RS BUMN
Ketua PERDHAKI
Ketua As. RS TNI/POLRI
Ketua ARSSI
Ketua MUKISI
Ketua PELKESI
168
SUSUNAN MAKERSI PUSAT
Ketua
: Dr. Iman Hilman, MPH
Wakil Ketua
: Prof. Dr. Sulaiman Sastrawinata
Sekretaris
: Dr. A. Mariono
Anggota
: Prof. DR. Dr. M. Ahmad Djojosugito, MHA
Prof. DR. Dr. Karjadi Wirjoatmodjo
Dr. A.W. Boediarso, SKM, MBA
Dr. Ahmad Sanoesi Tambunan, SpPD
Drs. F. Tengker, SH CN
Achir Yani S. Hamid, DNSc
LEMBAGA PENGKAJIAN PENDIDIKAN & PENGEMBANGAN PERSI
Direktur
: Dr. Koesno Martoatmodjo, SpA, MM
Sekretaris
: Maria Indrijani Widjaja, SKM
Anggota
: Dr. M. Sulaeman, SpA, MM, MKes
Dr. Santoso Soeroso, SpA, MARS ▄
169
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERSI
PERIODE 2003 – 2006
(Hasil Kongres IX, 2 s/d 4 Oktober 2003 di Jakarta)
Pelindung
: Direktur Jenderal Pelayanan Medik Depkes R.I
Penyantun
: Prof. Dr. Karyadi Wirjoatmodjo, SpAn
Dr. A.W. Boediarso, SKM, MBA
Dr. Iman Hilman, MPH, SpR
DR. Dr. Padmo Hoedojo, SpB, MHA
Dr. H.Ahmad Sanoesi T, SpPD.KR
Penasehat
: Dr. Hermansyur Kartowisastro, SpBD
Dr. Sudarso
Dr. Umar Wahid, SpP
Ketua Umum
: Dr. Adib A. Yahya, MARS
Sekretaris Jenderal
: Dr. Mgs. Johan T. Saleh, MSc
Bendahara
: Soemaryono Rahardjo, SE, MBA
Kompartemen-kompartemen
 Hubungan Internasional :
Dr. Hermansyur Kartowisastro, SpBD
170
Dr. Muki Reksoprodjo, SpOG
Dr. Untung S. Sutardjo, MKes
Dr. Agung P. Sutiyoso, SpBO, MM, MARS
 Komunikasi Organisasi :
Dr. M. Natsir Nugroho, SpOG, MKes
Dr. Wawang S. Sukarya, SpOG, MARS
Dr. Santoso Soeroso, SpA, MARS
Dr. Budhi Setiawan, SpP, MARS
 Mutu & Akreditasi :
Dr. Nico A. Lumenta, MM
Dr. Sutopo, SpB, SpBT, MARS
DR. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA
 Hukum & Perundang-undangan :
DR. Dr. Herkutanto, SpF, SH
H.M. Ali Taher Parasong, SH, MHum
 Umum & Humas :
Dr. Robert Imam Sutedja
Dr. Tjandra Y. Aditama, SpP(K), MARS
Erlina PM, SE, MM, MIPRA
 Perpajakan & Asuransi :
Dr. Sri Rachmani S, MKes
Dr. Grace Frelita, MM
Drs. H. Syarifuddin UH, MM
 Ketenagakerjaan :
Dr. Siswanto, SpM
Dr. Andry, MM
Dr. Ni’matullah Mansur, MARS
Hadi Pranowo, SE, MM
 Penelitian & Pengembangan :
Dr. Sutoto, MKes
Dr. Hardi Yusa, SpOG, MARS
Dr. Hanna Permana Subanegara, MARS
Delstin Donda, SKp, MM
Anggota ex officio :
Ketua ARSADA
Ketua IRSPI
171
Ketua As. RS BUMN
Ketua PERDHAKI
Ketua As. RS TNI/POLRI
Ketua ARSSI
Ketua MUKISI
Ketua PELKESI
SUSUNAN MAKERSI PUSAT
Ketua
Sekretaris
Anggota
: Dr. Samsi Jacobalis
: Dr. Ma’mur Sjafei, SpU
: Prof. Dr. Sambas Wiradisuria, SpA(K)
Dr. Ahmad Sanoesi Tambunan, SpPD
Dr. Sintak Gunawan, MA
Dr. Budiono Soehendro, SpB, KBD
KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Ketua
: Dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM
Wakil Ketua I : Dr. Mgs. Johan T. Saleh, MSc
Wakil Ketua II : Dr. Boedihartono, MHA
Sekretaris I
Sekretaris II
: DR. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA
: Dr. Luwiharsih, MSc
Bidang Kajian Keselamatan Pasien :
Koordinator
: Dr. Alex Papilaya, DTPH
Wakil Koordinator
: DR. Dr. Herkutanto, SpF, SH
Dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
Bidang Program Keselamatan Pasien :
Koordinator
: Dr. Muki Reksoprodjo, SpOG
Wakil Koordinator
: Dr. Grace Frelita, MM
Dr. H.M. Natsir Nugroho, SpOG, MKes
Bidang Pendidikan dan Pelatihan :
Koordinator
: Dr. Robby Tandiari, SpRad
Wakil Koordinator
: Dr. Sutoto, MKes
172
Anggota :
Dr. Adib A. Yahya, MARS
Dr. Samsi Jacobalis, SpB
Dr. Farid Husain, SpBD
Dr. G. Pandu Setiawan, SpKJ
Dr. Iwan Dwiprahasto, MMedSc, PhD
Dr. Hermansyur Kartowisastro, SpBD
INSTITUT MANAJEMEN RUMAH SAKIT PERSI
Direktur
Dr. Budhi HW Utoyo, MARS
Kepala Divisi Konsultasi Manajemen
Dr. Santoso Soeroso, SpA, MARS
Kepala Divisi Pendidikan
Dr. Sutoto, MKes
Kepala Divisi Pelatihan dan Pengembangan SDM
DR. Rokiah K, SKM, MHA
Kepala Divisi Sertifikasi
Drs. Heru Kusumanto, SKM, MM
Anggota
Dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
Dr. Supriyantoro, SpP(K), MARS
DR. Dr. Bambang Darwono, SpB, SpBO ▄
173
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERSI
PERIODE 2006 – 2009
(Hasil Kongres X, 22 s/d 25 Nopember 2006 di Jakarta)
Pelindung
: Direktur Jenderal Pelayanan Medik Depkes R.I
Penasehat
: Dr. Samsi Jacobalis, SpB
Dr. Hermansyur Kartowisastro, SpBD
Dr. Umar Wahid, SpP
Ketua Umum
: Dr. Adib A. Yahya, MARS
Sekretaris Jenderal
: Dr. M. Natsir Nugroho, SpOG, MKes
Bendahara
: Soemaryono Rahardjo, SE, MBA
Kompartemen-kompartemen
 Komunikasi Organisasi :
Dr. Mgs. Johan T. Saleh, MSc
Dr. Mus Aida, MARS
Drg. Edi Sumarwanto, MM
 Hukum & Advokasi :
DR. Dr. Herkutanto, SpF, SH, FACLM
Dr. Budi Sampurna, SpF, SH
Riati Anggriani, SH, MARS
 Penelitian & Pengembangan :
DR. Dr. Sutoto, MKes
174
Drs. Heru Kusumanto, SKM, MM
DR. Drg. Ronnie Rivany, MSc
 Umum & Humas :
Dr. Robert Imam Sutedja
Dr. Andry, MM
Mardalena, S.Sos, MARS
 Hubungan Internasional :
Dr. Santoso Soeroso, SpA, MARS
Dr. Muki Reksoprodjo, SpOG
Dr. Agung P. Sutiyoso, SpBO, MM, MARS
 Mutu & Akreditasi :
Dr. Supriyantoro, SpP, MARS
Dr. Nico A. Lumenta, MM
Dr. Luwiharsih, MSc
Dr. Grace Frelita, MM
Dr. Paulus Kangean, MSc
Widaningsih, SKp, MKep
Dr. Arjaty W. Daud, MARS
 Perpajakan & Asuransi :
Drs. Syarifuddin UH, MM
Drs. S. Eko Priyono, MM
Dr. Chandra Rahardja
 Ketenagakerjaan :
Dr. Adji Suprajitno, SpPD
Dr. Soekirman Soekin, SpTHT, MKes
Zulnasri, SE, MSi
 Pengabdian Masyarakat :
Dr. Sri Rachmani, MKes
Dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
Dr. Marius Widjajarta, SE
Dr. H. Nur Abadi
 Keperawatan :
DR. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA
Misparsih, SKp, MKes
175
Linda Amiyanti, SKp, MKes
Prayetni, SKp, MKes
 Kefarmasian :
Founny Meutia, S.Si, Apt, MSc
Yani Takarianti, SSi, Apt
Drs. T. Bahdar J. Hamid, Apt, M.Pharm
 Sarana & Prasarana :
Ir. Tugijono, MKes
Afiyanto Kurniawan
Anggota ex officio :
Ketua ARSADA
Ketua IRSPI
Ketua As. RS BUMN
Ketua PERDHAKI
Ketua As. RS TNI/POLRI
Ketua ARSSI
Ketua MUKISI
Ketua PELKESI
SUSUNAN MAKERSI PUSAT
Ketua
Sekretaris
Anggota
: Dr. H. Ahmad Sanoesi T, SpPD
: Dr. Sintak Gunawan, MA
: Dr. Samsi Jacobalis, SpB
Dr. Iman Hilman, MPH, SpRad
Prof. Dra. Elly Nurachmah, DNSc
Dr. Anwar Wasdi, SpS
H. Jamaluddin Ahmad, Psi
KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Ketua
: Dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM
Wakil Ketua I : Dr. Mgs. Johan T. Saleh, MSc
Wakil Ketua II : Dr. Boedihartono, MHA
Sekretaris I
: DR. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA
176
Sekretaris II
: Dr. Luwiharsih, MSc
Bidang Kajian Keselamatan Pasien :
Koordinator
: Dr. Alex Papilaya, DTPH
Wakil Koordinator
: DR. Dr. Herkutanto, SpF, SH
Dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
Prof. DR. Wila Chandrawila S, SH
Dr. Arjaty W. Daud, MARS
Dr. Purnamawati, SpA(K)
Drs. Masrial Mahyudin, Apt, MM
Bidang Komunikasi Keselamatan Pasien :
Koordinator
: Dr. Muki Reksoprodjo, SpOG
Wakil Koordinator
: Dr. Grace Frelita, MM
Dr. H.M. Natsir Nugroho, SpOG, MKes
Bidang Pendidikan dan Pelatihan :
Koordinator
: Dr. Robby Tandiari, SpRad
Wakil Koordinator
: DR. Dr. Sutoto, Mkes
Dr. May Hizrani, MARS
Dr. Andry, MM
Bidang Pelaporan Insiden :
Koordinator
: Dr. Arjaty W. Daud, MARS
Wakil Koordinator
: Prof. Dr. Budi Sampurna, SpF, SH
Dr. Zainal Abidin
Dr. Samhari Baswedan, MPH
Dr. Mus Aida, MARS
Dr. Sri Handono
Dr. Tri Hestywiyastoeti, SpM
Anggota :
Dr. Adib A. Yahya, MARS
Dr. Samsi Jacobalis, SpB
Dr. Farid Husain, SpBD
Dr. G. Pandu Setiawan, SpKJ
Dr. Iwan Dwiprahasto, MMedSc, PhD
177
Dr. Hermansyur Kartowisastro, SpBD
Dr. H. Ahmad Sanoesi Tambunan, SpPD
Dr. Koesno Martoatmodjo, SpA, MM
Dr. Marius Widjajarta, SE
Dr. Hanna Permana Subanegara, MARS
Dr. Buddy HW Utoyo, MARS
Dr. Robert Imam Sutedja
M. Ali Taher Parasong, SH, MHum
Johanna Kawonal, SMIP, CV.RN
Rumondang Panjaitan, SKp, MKes
Dr. Tjandra Y. Aditama, SpP, MARS
Dr. Guntur Bambang Hamurwono, SpM
Dr. Untung S. Suseno, Mkes
Dr. Budi Sampurna, SpF, SH
Laurensia Lawintono, MSc
Drg. Edi Sumarwanto, MM
DR. Dr. Ingerani, SKM
Dr. Ratna Rosita, MPHM
Dr. Saidi
INSTITUT MANAJEMEN RUMAH SAKIT PERSI
Direktur
Dr. Mgs. Johan T. Saleh, MSc
Kepala Divisi Konsultasi Manajemen
Dr. Santoso Soeroso, SpA, MARS
Kepala Divisi Pendidikan
DR. Dr. Sutoto, MKes
Kepala Divisi Pelatihan dan Pengembangan SDM
DR. Rokiah K, SKM, MHA
Kepala Divisi Sertifikasi
Drs. Heru Kusumanto, SKM, MM
Anggota
Dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
Dr. Supriyantoro, SpP(K), MARS
178
DR. Drg. Ronnie Rivany, MSc ▄
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERSI
PERIODE 2009 – 2012
(Hasil Kongres XI, 28 s/d 31 Oktober 2009 di Jakarta)
KETUA UMUM
: Dr. dr. Sutoto, MKes
SEKRETARIS JENDERAL
: dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
BENDAHARA
: Soemaryono Rahardjo,SE, MBA
DEWAN PEMBINA :
dr. Supriyantoro, SpP, MARS
(Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan R.I)
DEWAN PENYANTUN :
dr. Samsi Jacobalis, SpB
dr. Adib A. Yahya, MARS
dr. Umar Wahid, SpP
dr. M. Natsir Nugroho, SpOG, MKes
DEWAN PAKAR :
Prof. dr. Laksno Trisnantoro, MSc, PhD
Prof. dr. Amal Sjaaf, PhD
Prof. dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH, PhD
Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SpF, SH, MSi
Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, PhD
Prof. dr. Budi Sampurna, SpF, SH
ANGGOTA EX OFFICIO :
Ketua ARSADA
Ketua ARSPI
Ketua As. TNI/POLRI
179
Ketua As. RS BUMN
Ketua PERDHAKI
Ketua PELKESI
Ketua MUKISI
Ketua ARSSI
Ketua ARVI
1. KETUA KOMPARTEMEN ORGANISASI : dr. Kuntjoro Adi
Purjanto, MKes
a. Divisi Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga :
 dr. Mus Aida, MARS
 drg. Edi Sumarwanto, MM
 dr. Lilik Sri Rahayuningsih, MARS
b. Divisi Humas dan Informasi :
 dr. Robert Imam Sutedja, MIPRA
 Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt, MARS
 Mardalena, Ssos, MARS
 drg. Nailufar, MARS
c. Divisi Hubungan Internasional :
 dr. Muki Reksoprodjo, SpOG
 Dr. dr. Abidin Wijanarko, SpPD, KHOM
d. Divisi Disaster :
 Prof. Dr. dr. Idrus Paturusi, SpBO
 dr. Boediono Soehendro, SpBD, KBD
 dr. H.M. Rizal Chaidir, SpBO(K), FICS, MMR
 dr. Nur Abadi, MM, Msi
 dr. H. Denny P. Machmud, SpTHT
 Prof. dr. Respati Surtanto, SpOT
e. Divisi HSR (Hospital Social Responsibility)
 dr. Sri Rachmani, MKes, MHKes
 dr. Marius Widjajarta, SE
 dr. Daniel Budi Wibowo, MKes
 dr. Retno Dewi, MARS
180
2. KETUA KOMPARTEMEN HUKUM dan PERUNDANGUNDANGAN : Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpF, SH, LLM
a. Divisi Hukum, Advokasi dan Mediasi :
 Riati Angriani, SH, MARS
 dr. Wresti Indriari, MM
 dr. Sugeng E. Suryat, MSc
b. Divisi Pajak :
 Drs. Syarifuddin UH, MM
 Drs. S. Eko Prijono, MM
 Yosen Danum, SE, MM
c. Divisi Akuntansi dan Keuangan :
 Hikmati Syaifi, SE
 Drs. Chamdani Tauchid, MM, MKes, MBA
 Drs. Widartoyo, Msi, Ak, CPA
 Drs. Wartono, MSi, Ak, CPA
d. Divisi Ketenagakerjaan dan Remunerasi :
 dr. dr. Faisal Baraas, SpJP
 Mochamad Mufied, SH, SE, MARS
 dr. Nanang W. Astarto, SpOG(K), MARS
 dr. Sandra Dewi, MARS
3. KETUA KOMPARTEMEN PENELITIAN dan PENGEMBANGAN :
dr. Mgs. Johan T. Saleh, MSc
a. Divisi Akreditasi Nasional :
 dr. Kemas M. Akib, SpRad, MARS
 dr. Judiwan Maswar, MARS
 drg. Susy Setiawati, MARS
 Widaningsih, SKp, MKep
b. Divisi Akreditasi Internasional :
 dr. Grace Frelita, MM
 dr. Ayi Djembarsari
 dr. Andry, MM, MHKes
c. Divisi Manajemen Mutu :
181





dr. Luwiharsih, MSc
dr. Sri Hartini, SpPK
dr. Tjahyono Kuntjoro, MSc, Phd
dr. Hanevi Djasri, MARS
dr. R. Heru Aryadi, MPH
d. Divisi Manajemen Risiko dan Asuransi :
 dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes
 dr. Arjaty W. Daud, MARS
 dr. Vinna Nancy Tobing, SpP, FCCP, MARS
 dr. Yulianto, SpOG
4. KETUA KOMPARTEMEN UUMUM : dr. Djoti Atmodjo, SpA,
MARS
a. Divisi Analisis Kebijakan :
 Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS
 dr. Chairudin Yunus, SpKL, MKes
 dr. Yvone Palijama, SpRad
b. Divisi Keperawatan Rumah Sakit :
 Dr. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA
 Linda Amiyanti, SKep, MKes
 Harif Fadillah, SH, SKep
 Kemala Rita, SKp, MARS
c. Divisi Farmasi Rumah Sakit :
 Drs. Masrial Mahyudin, Apt, MM
 Drs. Wahyudi U’un Hidayat, Apt, MSc
 Dra. Yulia Trisna, Apt, MPharm
d. Divisi Manajemen Klinis dan Pengendalian Infeksi :
 dr. Tri Hesty Widyastoeti, SpM
 dr. Latre Buntaran, SpMK
 dr. Harjanto, SpB, FINACS
 dr. Agus Prayitno, SpTHT, MARS
e. Divisi HTA (Health Technology Assesment) :
 dr. Santoso Soeroso, SpA, MARS
 Prof. dr. Sudigdo Sastro Asmoro, SpA
182


Prof. dr. HR. Eddy Rahardjo, SpAn, KIC
dr. Jusuf Saleh Bazed, SpU
5. KETUA KOMPARTEMEN KHUSUS : dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro,
MM
a. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit :
 Dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM
b. Komite PERSI Award :
 dr. H. Makentur JN. Mamahit, SpOG, MARS
 Didin Syaefudin, SKep, MARS
c. Komite Green Hospital :
 drg. Hendro Harry Tjahjono, MSc
 dr. Lia Pertakusuma, SpPK
d. Komite Case mix/Ina DRG :
 Dr. Roniie Rivany, drg, MSc
e. Komite Penerbitan :
 Dr. dr. Imam Rasidi, SpOG(K)Onk.
 dr. Doddy Ranuhardy, SpPD, KHOM
f.
Komite Pengembangan Kinerja Rumah Sakit :
 dr. Hana Permana S, MARS
 dr. Enrico Aditya Rinaldi
g. Komite Pengembangan dan Konsultan Klinik Medis :
 dr. Hanny Rono Sulistyo, SpOG(K)
 dr. Kautsar Boesoirie, SpM, MM
h. Istitut Manajemen Rumah Sakit :
 dr. A. Hardiman, SpKJ, MARS
MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA :
Ketua
: dr. Abdullah Cholil, SpTHT, MPH
Sekretaris
: dr. Sintak Gunawan, MA
Anggota
: dr. H.A. Sanoesi Tambunan, SpPD
dr. Samsi Jacobalis, SpB
Prof. Dra. Elly Nurachmah, DNSc
Dr. Faiq Bahfen, SH, MHum
183
Drs. Agoes Soelistiyo Dunda ▄
184
Download