Fibusi(JoV) Vol.1 No.3, Desember 2013 PENGARUH SUHU ANNEALING LAPISAN AKTIF POLIMER P3HT:PCBM TERHADAP UNJUK KERJA SEL SURYA POLIMER YANG DITUMBUHKAN DI ATAS SUBSTRAT GELAS Z. R. Pratiwi1), E. S. Rosa2), D. Rusdiana1)* dan Shobih2)* 1 Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2 Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI [email protected], [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Pengaruh Suhu Annealing Lapisan Aktif Polimer P3HT:PCBM Terhadap Unjuk Kerja Sel Surya Polimer Yang Ditumbuhkan Di Atas Substrat Gelas Pada penelitian ini telah dilakukan pendekatan untuk meningkatkan unjuk kerja sel surya polimer P3HT:PCBM dengan melakukan kontrol terhadap morfologi melalui annealing lapisan aktif. Proses annealing terhadap lapisan aktif sebagai kontrol morfologi diduga mempengaruhi unjuk kerja sel surya polimer karena akan memperbaiki homogenitas dari lapisan aktif polimer. Sel surya dibuat dengan menggunakan bahan polimer sebagai lapisan aktif semikonduktor organik. Polimer yang digunakan adalah poly(3-heksiltiofen) atau P3HT yang berfungsi sebagai donor elektron, dan [6,6]-fenil C61 asam butirat metil ester atau PCBM sebagai akseptor elektron. Kedua material dibuat dalam struktur bulk-heterojunction film tipis menggunakan teknik spin coating. Dalam penelitian ini, annealing telah dilakukan dengan variasi suhu 120 C dan 150 C. Hasil SEM menunjukan bahwa kenaikan suhu annealing mempengaruhi struktur morfologi sampel dimana permukaan lapisan aktif menjadi lebih halus dan homogen. Disamping itu transmitansi minimum kedua sampel terjadi pada rentang panjang gelombang 450-700 nm , dimana sampel 150 C memiliki transmitansi yang lebih rendah dibandingkan sampel 120 C. Sebagai hasil karakterisasi listrik, diperoleh nilai parameter untuk sampel 120 C dan 150 C dimana daya maksimum, fill faktor, dan efisiensi, masing-masing adalah , 8,66 x 105 W dan 9,39 x 105 W, 0,301 dan 0,342, dan 0,028 % dan 0,003 %. Kata kunci : Sel surya polimer, lapisan aktif, P3HT:PCBM, annealing, bulkheterojunction. ABSTRACT The Influence Of Annealing Temperature Of The Polymer Active Layer P3HT:PCBM To The Performance Of Polymer Solar Cells on Glass Substrates In this work, the approach has been taken to improve the performance of polymer solar cells based on P3HT:PCBM with controlling the morphology through annealing. Penulis Penanggungjawab 2 Z. R. Pratiwi, dkk, -Pengaruh Suhu Annealing… Annealing proccess as the control of the morphology is thought to affect the performance of polymer solar cells because it will improve the homogenity of the active layer of polymer. Solar cell is made using the polymer materials as the active layer of organic semiconductor. The polymer that it used is a poly(3-hexylthiophene) or P3HT which serves as an electron donor, and [6,6]-phenyl-c61-butyric acid methyl ester or PCBM as an electron acceptor. Both materials are made in bulk heterojunction structure of thin film technology using spin coating techique. In this work, annealing of active layer has been done with variation temperatures 1200 C and 150o C . SEM results showed that the increase of annealing temperature affects the morphology surface structure of the sample whre the active layer becomes more smooth and homogeneous. Despitefully, the minimum transmittance of both samples occur over a range of wavelengths 450 700nm , where the sample 150o C has a lower transmitance than the sample 1200 C . As a result of electric characterization, it is gotten the parameter values obtained for the sample 1200 C and 150o C , and where the maximum power, fill factor, and efficiency, each of them are 8,66 10 5 W and 9,39 10 5 W , 0,301and 0,342 , and 0,028% and 0,003 %. Keywords : Polymer Solar Cells, An active layer, P3HT:PCBM, annealing, bulkheterojunction. Kebutuhan akan energi yang terus meningkat memaksa manusia untuk mencari sumber-sumber energi terbarukan. Sampai saat ini sebagian besar sumber energi berasal dari fosil yang ketersediannya semakin berkurang. Energi surya atau energi matahari merupakan salah satu sumber energi alternatif yang berpotensi menyediakan kebutuhan konsumsi energi dalam waktu yang cukup lama. Jumlahnya yang banyak atau cenderung bersifat melimpah memberi peluang untuk menjadi sasaran sumber energi terbarukan yang harus terus dikembangkan. Sel surya juga memiliki kelebihan menjadi sumber energi yang praktis mengingat tidak membutuhkan transmisi karena dapat dipasang secara modular di setiap lokasi yang membutuhkan (Yuliarto, 2012). Perkembangan industri pembuat modul sel surya di dunia sangat meningkat tajam (46%) dari tahun 2000 dan mencapai 1200 MW pada tahun 2004 dan terus berkembang sampai 30 tahun ke depan dan pada tahun 2020 diharapkan bisa menghasilkan daya 200 GW (Bahtiar, A. Aprillia, A. dan Fitrilawati., 2011). Sampai saat ini terdapat beberapa teknologi pembuatan sel surya yang sedang dikembangkan oleh para peneliti salah satunya sel surya organik. Sel surya jenis ini memanfaatkan bahan organik yang bersifat seperti semikonduktor (Wang, Y. Wei, W. Liu, X. Ge, Y., 2011). Sel surya organik memiliki potensi untuk diproduksi dengan biaya yang lebih murah, proses yang lebih mudah, dan dapat dikembangkan dengan substrat fleksibel/plastik sehingga lebih ringan dan kompatibel jika dipasang di setiap tempat yang terkena sinar matahari (Wang, Y. Wei, W. Liu, X. Ge, Y., 2011). Sel surya organik baru dikembangkan selama hampir satu dekade terakhir dengan tingkat efisiensi yang masih rendah jika dibandingkan dengan sel surya lainnya (Mozer, A. J. and Sariciftci, N. S. 2005). Sehingga sampai saat ini sel surya organik masih berada pada tahap riset agar mampu bersaing dengan sel surya generasi lainnya. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan eksistensi agar tetap dikembangkan kedalam berbagai aplikasi sel surya. Salah satu sel surya organik adalah sel surya berbasis polimer. Sel surya FibusiJoV Vol.1 No.3, Desember 2013 polimer merupakan sel surya dengan menggunakan dua material polimer sebagai lapisan aktif dimana polimer tersebut berfungsi menyerap cahaya matahari dan membangkitkan elektron pada saat cahaya matahari mengenai permukaan sel surya (Krebs, 2010). Elektron tersebut kemudian akan mengalir melewati sepasang elektroda yaitu alumunium (Al) sebagai katoda yang ada dibawahnya dan menuju ke anoda transparan di atasnya menghasilkan arus listrik. Lapisan aktif dibentuk oleh dua material polimer menjadi struktur bulkheterojunction dengan cara dicampur sehingga terbentuk komposit film (Gunes, S., Neugebaueur, H., Saricfitci, N. S., 2007). Struktur sel surya polimer secara umum dapat dilihat pada Gambar-1 berikut. 5 Al P3HT:PCBM PEDOT:PSS ITO substrat: Gelas Gambar 1. Struktur sel surya polimer Material polimer yang digunakan adalah P3HT atau poly(3-hexylthiophene) merupakan turunan polythiophene sebagai donor elektron dan dicampur dengan PCBM atau [6,6]-phenyl-c61-butyric acid methyl ester turunan poly(p-phenylene vinylene) (Grossiord, N. Kroon, M. J. Andriessen, R. Blom, P. W. M., 2012). Kedua material tersebut mempunyai band gap yang rendah (1,9 – 2,2 eV) dibandingkan material inorganik, memiliki daya penyerapan yang tinggi di daerah sinar tampak, dan cenderung bersifat stabil sehingga sering digunakan dalam banyak penelitian (Rosa, E.S. Shobih, dan Pratiwi, Z. R., 2012). Salah satu usaha untuk meningkatkan kinerja sel surya adalah dengan melakukan kontrol terhadap morfologi berupa proses annealing lapisan aktif pada variasi suhu yang berbeda (Huang, Y. Liao, Y. Li, S. Wu, M. Chen, 3 C. Su, W., 2007). Annealing pada lapisan aktif diduga mampu mempengaruhi mobilitas muatan sehingga dengan annealing dari lapisan aktif mampu membentuk keteraturan dalam polimer yang akan berhubungan dengan mobilitas pengisian muatan yang semakin tinggi (Krebs, 2008). Pada penelitian ini akan difokuskan pada pembuatan sel surya polimer berbasis organik semikonduktor P3HT:PCBM dengan meninjau pengaruh dari variasi suhu annealing lapisan aktif menggunakan struktur bulk-heterojunction. METODE Pembuatan sel surya polimer dimulai dengan persiapan substrat. substrat yang digunakan slide gelas berukuran 25mm 25mm 1,1mm dan ketebalan 0 120 C dan memiliki (yang sudah dilapisi oleh ITO) produksi Aldrich. ITO di atas substrat gelas dipola untuk menghindari terjadinya short circuits ketika divais dalam sel surya dikontakan satu dengan lainnya. Gambar 2. Diagram alir prosedur penelitian sel surya polimer P3HT:PCBM Masker ITO dikerjakan pada pada bagian yang tidak akan dihilangkan menggunakan adhesive tape sedangkan bagian yang akan dihilangkan dicelupkan 4 Z. R. Pratiwi, dkk, -Pengaruh Suhu Annealing… ke dalam HCl 50% selama 15 menit. Kemudian sampel dicelupkan ke dalam NaHCO 3 selama 3 menit dan air selama 3 menit. Setelah itu sampel dikeringkan dengan melepas masker dari sampel lalu cleaning ultrasonic menggunakan air, IPA (isopropyl alcohol), dan aceton selama 10 menit. Di atas lapisan ITO kemudian dilapiskan pasta PEDOT:PSS menggunakan teknik screen printing. Lapisan kemudian dipanaskan di dalam oven vakum pada temperatur 120 ºC selama 60 menit. PEDOT:PSS digunakan sebagai hole transporter dan exciton blocker, dan mencegah difusi ITO ke dalam polimer lapisan aktif. kemudian di atas lapisan PEDOT:PSS ditumbuhkan kembali lapisan aktif polimer P3HT:PCBM. Sebanyak 200mg P3HT dilarutkan kedalam 10ml klorobenzen dan diaduk sampai larutan homogen, dan juga 200mg . PCBM dilarutkan kedalam 10ml klorobenzen diaduk sampai larutan homogen. Dengan menggunakan plastik pipet, kedua larutan tersebut dicampurkan kedalam satu botol dan diaduk sampai homogen. Proses pelapisan menggunakan teknik spin coating pada kecepatan putar 600rpm selama 30 detik dengan luas aktif area 2,6 cm2. Selanjutnya lapisan polimer dibiarkan semalam di dalam lingkungan nitrogen. Setelah itu dilakukan proses annealing lapisan aktif pada suhu 120o C dan 150o C menggunakan oven vakum. kemudian dideposisikan kontak metal Al. Pelapisan kontak Al dilakukan dengan teknik evaporasi termal. Kemudian kapsulasi dilakukan dengan menutup permukaan atas sel dengan kaca menggunakan sealant sebagai media perekatnya dan kemudian dipanaskan pada temperatur 120 ºC selama 10 menit. Untuk mengetahui karakteristik I-V dari sel surya polimer, maka dilakukan pengukuran dengan menyinari sel menggunakan sumber cahaya lampu Xenon pada radiasi cahaya 60 mW/cm2 dan suhu 25 ºC. Selain itu dilakukan juga karakterisasi SEM untuk mendapatkan citra morfologi lapisan aktif dan UV-Vis untuk mendapatkan karakteristik optik lapisan aktif sel surya polimer. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.Karakteristik Morfologi Sampel yang di-annealing pada suhu yang berbeda menunjukan morfologi permukaan yang berbeda. Sampel yang di150o C annealing pada memiliki permukaan yang lebih homogen dibandingkan dengan yang di-annealing selama 120o C . Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya lembah dan puncak di sekitar permukaan. Pada gambar 3.a, tampak adanya beberapa daerah berwarna lebih gelap (lembah) dan membatasi daerah yang berwarna lebih terang (bukit) sehingga daerah lebih terang akan terlihat seperti clusters di sekitar permukaan sampel. Sedangkan pada gambar 3.b, sampel yang di-annealing selama 150o C , sudah tidak terlihat adanya clusters sehingga dapat dikatakan bahwa permukaan pada sampel ini lebih seragam atau homogen. Gambar 3. Hasil SEM permukaan lapisan akitf yang di-annealing pada (a) 1200 C dan (b) 1500 C . Ketika diberikan perlakuan annealing, lapisan aktif sel surya akan mengalami perubahan bentuk struktur FibusiJoV Vol.1 No.3, Desember 2013 dimana mekanismenya mengacu pada dua evolusi yaitu kristalisasi P3HT dan agregasi PCBM. Evolusi ini mengarah pada segregasi fase skala nano sehingga terbentuk sistem bi-continuous pada lapisan aktif. Ketika annealing di atas suhu gelas transisinya (suhu gelas transisi untuk P3HT sekitar 110o C ) (Krebs, 2008), molekul-molekul P3HT dan PCBM akan bebas bergerak di dalam film. Saat itu, P3HT akan mengalami relaksasi dan proses penyusunan dirinya kembali (self-ordering) sehingga jaringan antar rantai dari P3HT akan tumbuh menjadi fibril kristal yang lebih teratur dengan mobilitas hole yang tinggi. Fibril kristal P3HT tumbuh membesar di dalam komposit film dan lebih cepat dibandingkan PCBM (Thompson, B. C., Frechet, J. M., 2008). konsekuensinya, akan terjadi difusi molekul dari PCBM menuju P3HT sehingga akan menghambat agregasi PCBM yang tinggi dalam skala nano ketika suhunya dinaikkan (Lu, Y. Wang, Y. Feng, Z. Ning, Y. Liu, X. Lu, Y., Hou, Y., 2012). Disamping itu, Yunzhang Lu dan kawan-kawan (2012) menunjukan evolusi agregasi PCBM lebih rinci. Berdasarkan hasil penelitiannya, ketika diberi perlakuan panas sekitar 100o C , pada lapisan aktif P3HT/PCBM akan timbul suatu daerah kecil atau clusters yang dikelilingi sebuah cahaya atau halo. Kemudian dengan peningkatan suhu, clusters akan yang tampak akan semakin membesar. Ketika suhunya dinaikkan secara bertahap sampai 200 0 C , terjadi perubahan warna yang signifikan yang menyatakan bahwa P3HT dan PCBM telah mencapai titik lelehnya. Yunzhang dalam penelitiannya menyebutkan bahwa clusters yang tumbuh membesar disebabkan oleh agregasi PCBM. perlakuan annealing pada suhu yang tinggi menyebabkan molekul PCBM lebih cepat berdifusi ke dalam bulk film menghasilkan formasi PCBM ke dalam clusters. 5 2.Karakteristik Optik Karakteristik optik pada gambar 4. digambarkan Gambar 4. Grafik transmitansi lapisan aktif sel surya polimer P3HT:PCBM terhadap panjang gelombang. Berdasarkan gambar 4 diperoleh transmitansi minimum yaitu pada panjang gelombang sekitarc. Hal tersebut menunjukan bahwa pada panjang gelombang tersebut terjadi penyerapan maksimum sehingga transmitansi kedua sampel berada pada titik miminumnya yaitu 10% untuk annealing lapisan aktif 120o C dan 15% untuk 150o C . P3HT dan PCBM sebagai material lapisan aktif memiliki band-gap masing-masing sekitar 1,9eV 2,4eV dan (www.sigmaaldrich.com). Dengan besar band-gap tersebut maka penyerapan energi foton yang maksimum digunakan untuk membangkitkan exciton berada pada panjang gelombang sekitar 518nm dan 621nm . Kedua panjang gelombang tersebut yang dihitung menggunakan persamaan Planck berada diantara panjang gelombang yang diasumsikan menjadi batas transmitansi minimum pada grafik. Hal tersebut menunjukan bahwa sel surya polimer yang dibuat dalam penelitian ini efektif menyerap foton pada panjang gelombang sinar tampak. Selain itu, grafik transmitansi menunjukan transmitansi sampel yang diannealing pada 1500 C lebih landai 6 Z. R. Pratiwi, dkk, -Pengaruh Suhu Annealing… dibandingkan sampel dengan annealing 1200 C . Sehingga sampel yang diannealing 1500 C menyerap foton lebih efektif dibandingkan dengan sampel yang di-annealing 1200 C . Hal ini berkaitan dengan pengaruh annealing seperti yang dipaparkan pada karakterisasi morfologi. Struktur morfologi yang terbentuk setelah annealing mempengaruhi sifat optik dari lapisan aktif kedua sampel sel surya polimer. Sampel yang di-annealing 1500 C memiliki permukaan yang lebih homogrn dibandingkan dengan sampel yang diannealing 1200 C . Suhu annealing menyebabkan homogenitas yang berbeda dimana semakin homogen kekristalan rantai di dalam film maka semakin banyak interface yang terbentuk sehingga meningkatkan arus foton di dalam film (Benanti, T. L. Venkataraman, D., 2006). Maka dari itu sampel 1500 C memiliki sifat optik yang lebih baik daripada sampel 1200 C dimana transmitansinya lebih rendah sekaligus menunjukan absorbsi yang tinggi. Daerah absorbsi yang tinggi terjadi pada panjang gelombang 450 700nm yang merupakan daerah cahaya tampak (Ge, 2009). 3.Karakteristik Listrik Sel Surya Polimer Karakteristik listrik digambarkan pada grafik arus terhadap tegangan. Gambar 5. Grafik hubungan arus terhadap tegangan untuk sel surya yang di-annealing pada 1200 C dan 1500 C Tabel 1. Parameter terukur sel surya polimer Parameter 1200 C 1500 C 0,306V 0,428V V maks i maks Voc i sc R shunt 2,83 10 5 A 2,193 10 5 A 0,510V 0,551V 5,655 10 5 A 4,978 10 5 A 6,16 10 4 8,24 10 4 Berdasarkan data terukur tersebut maka diperoleh variabel yang menjadi parameter unjuk kerja sel surya polimer. Berikut parameter kedua sampel disajikan kedalam bentuk tabel. Tabel 2. Parameter unjuk kerja sel surya polimer Parameter 1200 C 1500 C P 8,66 10 5 W 9,39 10 5 W 0,342 FF 0,301 0,0028 0,003 Dari tabel 2. terlihat bahwa parameter yang dihasilkan oleh sampel yang di annealing selama 1500 C lebih besar dibandingkan dengan sampel yang di annealing selama 1200 C . Parameter daya maksimum, efisiensi dan fill faktor menunjukan hasil yang berbanding lurus dengan kenaikan suhu annealing. Daya merupakan besarnya energi persatuan waktu. Daya input cahaya yang dikenakan pada sampel menggambarkan jumlah foton yang datang. Dengan meningkatnya jumlah foton persatuan waktu, peluang pembentukan exciton pada donor (P3HT) semakin meningkat. Semakin banyak exciton yang terbentuk, maka semakin banyak exciton yang berdifusi dan melakukan migrasi yang akhirnya berdisosiasi menjadi pasangan elektron- FibusiJoV Vol.1 No.3, Desember 2013 hole (Chotimah. Triyana, K. Kartini, I., 2012). Namun parameter kedua sampel yang dihasilkan masih mengerucut pada efisiensi yang rendah. Hal tersebut diduga oleh proses degradasi yang terjadi sangat cepat. Sel surya polimer sangat rentan terhadap degradasi. Waktu hidup sel surya polimer paling lama adalah 10000 jam atau sekitar satu tahun (Krebs, C. F., 2010). Proses degradasi melibatkan oksigen yang kemudian akan berikatan dengan karbon paling ujung dari rantai alkil thiophene (Putnam, 2010). Kemudian ikatan tersebut membentuk reaksi yang secara tidak langsung akan menganggu konjugasi dari backbone P3HT (Grossiord, N. Kroon, M. J. Andriessen, R. Blom, P. W. M., 2012). Selain itu kondisi lingkungan disekitar sampel yang lembab juga menyebabkan penetrasi molekul bebas dari lingkungan ke dalam sampel. Dalam penelitian ini, degradasi sampel sel surya bisa jadi disebabkan karena terjadinya difusi alumunium sebagai elektroda ke dalam lapisan aktif. Jika hal ini terjadi, sistem bicontinuous yang terbentuk antara dua material P3HT dan PCBM tidak akan memberikan keefektifan terhadap mobilitas muatan dalam sistem. Sehingga kemungkinan lainnya yang akan terjadi adalah kebocoran arus dan tingginya resistansi dari piranti (Xiaoyin, X. Ju, H., Lee, E., 2010). Namun disamping rendahnya nilai parameter yang dihasilkan, suhu annealing tetap memberikan kontribusi terhadap peningkatan unjuk kerja dimana diperlihatkan dengan besar daya maksimum, fill faktor dan efisiensi untuk sampel dengan annealing 1500 C yang lebih besar dibandingkan dengan annealing 1200 C . Menurut Kim (2007), hal ini disebabkan oleh interdifusi antara P3HT dan PCBM keluar matriks polimer untuk membentuk sistem bi-continuous antar rantai setelah annealing P3HT/PCBM film komposit, mengakibatkan peningkatan mobilitas pembawa muatan di lapisan aktif. 7 Dengan demikian, parameter unjuk kerja sel surya polimer akan terpengaruh oleh kondisi annealing. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Variasi suhu annealing mempengaruhi struktur morfologi permukaan lapisan aktif dimana lapisan aktif yang di-annealing pada 1500 C lebih halus dan homogen dibandingkan dengan sel surya yang di-annealing pada 120o C . 2. Variasi suhu annealing mempengaruhi transmitansi lapisan aktif dimana transmitansi lapisan aktif yang di-annealing pada 1500 C lebih rendah dibandingkan dengan sel surya yang di-annealing pada 1200 C . 3. Variasi suhu annealing lapisan aktif mempengaruhi parameter unjuk kerja dimana sel surya polimer dengan annealing lapisan aktif pada 1500 C lebih baik dibandingkan dengan annealing pada 1200 C dimana daya maksimum, fill faktor, dan efisiensi masing-masing adalah 9,39 10 5 W dan 8,66 10 5 W , 0,342 dan 0,301, dan 0,003% dan 0,028% . DAFTAR PUSTAKA Bahtiar, A. Aprillia, A. dan Fitrilawati. (2011). “Sel Surya Polimer: State of Art dan Progres penelitiannya Di Universitas Padjadjaran.” Jurnal Material dan Energi Indonesia, 01, (01), 7-14. Benanti, T. L. Venkataraman, D. (2006). Organic Solar Cells: An Overview Focusing on Active Layer Morphology. Photosynthesis Research, 87, 73-81. Chotimah. Triyana, K. Kartini, I. (2012). “Efek Intensitas Cahaya terhadap Efisiensi Konversi Daya Sel Surya Organik Bulk Heterojunction 8 Z. R. Pratiwi, dkk, -Pengaruh Suhu Annealing… Berbasis Poly(3-hexylthiophene) dan Phenyl C61 Butyric Acid Methylester.” Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng dan DIY, 68-72. Ge, W. (2009). “An Overview on P3HT:PCBM, The Most Efficient Organic Solar Cell Material So Far.” Solid State Physics, Spring 2009. Grossiord, N. Kroon, M. J. Andriessen, R. Blom, P. W. M. (2012). “Degradation Mechanisms in Organic Photovoltaic Devices.” Organic Electronics, 13, 432-456. Gunes, S. Neugebaueur, H. and Saricfitci, N. S. (2007). “Conjugated-Polymer Based Organic Solar Cells.” Chemical Reviews, 107, (4), 13241338. Huang, Y. Liao, Y. Li, S. Wu, M. Chen, C. Su, W. (2007). “Study of the Effect of Annealing Process on the Performance of P3HT/PCBM Photovoltaic Devices Using Scanning-Probe Microscopy.” Solar Energy Materials & Solar Cells, 93, 888-892. [Online], Tersedia: http://www.elsevier.com/locate/sol met. Kasiram, M. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. UIN Malang Press. Kingsley, J. W. Green, A. Lidzey, D.G. (2009). “Fabrication and Optimization of P3HT:PCBM Organic Photovoltaic Devices.” SPIE, 7416, 1-9 Krebs, C. F. (2010). Polymeric Solar Cells : Materials, Design, Manufacture. Lancaster, PA : Destech Publications. Inggris. [Online], tersedia: http:// http://books.google.co.id/books?id= KWemN5vnWlMC&printsec=front cover&dq=frederik+Krebs&hl=id& sa=X&ei=YE4QUpOyI4m0rAfz7Y GgBQ&redir_esc=y#v=onepage&q =frederik%20Krebs&f=false Krebs, C. F. (2008). Polymer Photovoltaik A Practical Approach. United States of America: SPIE. Lu, Y. Wang, Y. Feng, Z. Ning, Y. Liu, X. Lu, Y. and Hou, Y. (2012). “Temperature-dependent Morphology Evolution of P3HT:PCBM Blend Solar Cells During Annealing Process.” Synthetic Metals, 162, 2039-2046. [online], tersedia: http://dx.doi.org/j.synthmet.2012.10 .2012.com Mozer, A. J. and Sariciftci, N. S. (2005). Conjugated Polymer Photovoltaic Devices and Materials. Linz for Organic Solar Cells (LIOS), Physical Chemistry, Johannes Kepler University Linzz, Altenbergerstr, 69, 568-577 Putnam, D. (2010). “Investigation of Degradation in Polythiophenefullerene Based Solar Cells.” [Online], tersedia: http://lib.dr.iastate.edu/etd Rosa, E.S. Shobih, dan Pratiwi, Z. R. (2012). “Sel Surya Polimer Berbasis P3HT/PCBM.” Proceeding Seminar Ilmu Pengetahuan Teknik “Teknologi Untuk Mendukung Pembangunan Nasional “. LIPI, 48-51. Thompson, B. C. And Frechet, J. M. (2008). “Polymer-Fullerene Composite Solar Cells.” Organic Solar Cells, 47, 58-77. [Online], tersedia: http:// www.10.1002/anie.200702506. Wang, Y. Wei, W. Liu, X. Ge, Y. (2011). “Research Progress On Polymer Heterojunction Solar Cells.” Solar Energy Materials & Solar Cells, 98, 129-145. [Online], tersedia: FibusiJoV Vol.1 No.3, Desember 2013 http://www.elsevier.com/locate/sol met Xiaoyin, X. Ju, H. and Lee, E. (2010). Band Gap Enhancment by Covalent Interactions in P3HT/PCBM Photovoltaik Heterojunction.” Journal of the Korean Physical Society, 57, (1), 144-148. Yuliarto, B. (2011). Solar Sel, Sumber Energi Terbarukan Masa Depan. [Online], tersedia: http://www.esdm.go.id/legislasidan-publikasi.html (3 Agustus 2012) 9