Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Pendekatan

advertisement
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif
Teknik Jigsaw Pada Siswa Kelas VI SDN Babadan 1 Kabupaten Ngawi
Oleh:
Supini, SPd
Guru SDN Babadan 1 Kabupaten Ngawi
ABSTRAK
Penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan
Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw Pada Siswa Kelas VI SDN Babadan 1
Kabupaten Ngawi dimaksudkan 1) untuk mengetahui peningkatan proses
pembelajaran matematika pada siswa Kelas VI SDN Babadan 1, Kabupaten
Ngawi Tahun Pelajaran 2015/2016, dengan pendekatan Kooperatif Teknik
Jigsaw, 2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika pada siswa
kelas VI SDN Babadan 1 Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2015/2016, dengan
Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan hasil
penelitian dan pengamatan, serta pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1)
Pembelajaran dengan pendekatan kooperatif Teknik Jigsaw dapat meningkatkan
proses pembelajaran matematika pada siswa Kelas VI SDN Babadan 1,
Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dibuktikan dengan
terjadinya peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan antara Pra
Tindak, siklus I, dan siklus II. Pada Pra Tindak baru mencapai 58%, Siklus I naik
menjadi 63,00%, sedangkan pada Siklus II naik lagi menjadi 81,25%, 2)
Pembelajaran dengan pendekatan kooperatif Teknik Jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pada siswa Kelas VI SDN Babadan 1 Kecamatan
Ngrambe, Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat
dibuktikan dengan terjadinya peningkatan perolehan nilai rata-rata pada Pra
Tindak adalah 65, Siklus I adalah 71, sedangkan Siklus II adalah 80. Sedangkan
untuk ketuntasan belajar pada Pra Tindak 62%, Siklus I 69%, dan Siklus II
92,31%.
Kata Kunci: Hasil belajar, Matematika, Kooperatif Teknik Jigsaw.
A. PENDAHULUAN
Pelajaran matematika merupakan
ilmu dasar yang menjadi alat untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang lain.
(Antonius,
2006:1).
Untuk
itu
penguasaan
terhadap
matematika
mutlak diperlukan dan konsep-konsep
matematika harus dipahami secara betul
dan benar sejak dini. Hal ini disebabkan
karena
konsep-konsep
dalam
matematika merupakan suatu rangkaian
yang saling terkait. Salah satu konsep
disusun berdasarkan konsep-konsep
sebelumnya dan akan menjadi dasar
bagi konsep-konsep yang selanjutnya,
sehingga pemahaman yang salah
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
190
terhadap suatu konsep, akan berakibat
pada kesalah pahaman terhadap
konsep-konsep
selanjutnya.
Pemahaman yang benar terhadap
konsep-konsep matematika sangat
diperlukan, karena konsep-konsep
tersebut juga akan dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Subarinah (2006:1)
bahwa matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari struktur
yang abstrak dan pola hubungan yang
ada di dalamnya. Untuk memahami
stuktur yang abstrak dan pola hubungan
yang terjadi , diperlukan suatu kegiatan
yang kongkret untuk memudahkan
pemahaman terhadap struktur dan pola
hubungan
yang
terjadi
dalam
matematika. Belajar matematika harus
melalui suatu proses yang bertahap dari
konsep yang sederhana ke konsep yang
lebih komplek. Obyek matematika
bersifat abstrak, sehingga belajar
matematika memerlukan daya nalar
yang tinggi. Untuk itu belajar
matematika
perlu
mengawali
pembelajaran dengan hal-hal yang
bersifat kongkrit. Setiap konsep
matematika dapat dipahami dengan
baik jika pertama-tama disajikan dalam
bentuk kongkrit dengan menggunakan
media yang tepat dalam pembelajaran.
Didalam standar isi Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidika
(KTSP:2006)
dicantumkan tujuan mata pelajaran
matematika, antara lain: 1) memahami
konsep
matematika,
menjelaskan
keterkaitan
antar
konsep
dan
mengaplikasikan konsep secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah; 2) menggunakan
penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan
matematika;
3)
memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan
mamahami
masalah,
merancang
model
matematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi
yang
diperoleh;
4)
mengkomunikasikan gagasan dengan
simbul, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau
masalah; 5) memiliki sifat menghargai
kegunaan suatu matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin
tahu, perhatian dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Berdasarkan
hasil
observasi
sebelumnya, kenyataan di sekolah
menunjukkan bahwa masih banyak
siswa yang masih kesulitan dalam
menyelesaikan pelajaran matematika,
terutama pada materi Menentukan nilai
pecahan dari suatu bilangan atau
kuantitas tertentu yang hasilnya masih
rendah..
Rendahnya prestasi belajar ini
disebabkan oleh beberapa hal antara
lain: 1) kegiatan pembelajaran terlalu
banyak menggunakan metode ceramah,
sehingga aktifitas siswa yang muncul
pada pembelajaran cenderung pasif; 2)
dalam penanaman konsep tidak
memakai alat peraga dan kegiatan tidak
bisa mengaktifkan siswa sehingga
siswa hanya pasif dan tidak ada
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
191
dorongan untuk semangat belajar; 3)
dalam pengelolaan kelas kurang baik,
sebab dengan kehendak anak-anak
sendiri mereka memilih teman duduk
antara yang pandai dengan yang pandai
juga, sehingga mereka yang lambat
tetap saja tidak ada perkembangan; 4)
penjelasan yang diberikan guru secara
klasikal tidak dapat dipahami siswa
secara merata, hanya siswa-siswa
berkemampuan di atas rata-rata yang
cepat memahami pelajaran melalui
penjelasan secara klasikal; bahasa yang
digunakan
oleh
guru
dalam
menjelaskan materi sulit dipahami oleh
siswa, sehingga banyak siswa kurang
dapat
memahami
materi
yang
diajarkan; 5) tidak adanya kondisi yang
memungkinkan siswa untuk bertanya
kepada temannya mengenai konsep
yang belum dimengerti, karena siswa
tidak dikondisikan bekerja secara
kelompok, siswa bekerja secara
individu. Pada hal dengan bekerja
secara
kelompok
siswa
akan
berinteraksi dengan anggota kelompok,
sehingga siswa yang belum paham
dengan penjelasan guru akan dapat
lebih paham dan mengerti dengan
penjelasan dari sebayanya. Tentunya,
jika dibiarkan kondisi semacam ini
dapat menyebabkan siswa takut atau
tidak senang terhadap pelajaran
matematika, sehingga berdampak pada
hasil ulangan nilainya selalu rendah dan
tidak memenuhi kriteria Ketuntasan
belajar yang telah ditentukan.
Untuk mengatasi masalah di atas
maka peneliti mencoba mencari solusi
melalui penelitian tindakan kelas
dengan ”Pendekatan Kooperatif
Teknik Jigsaw”, dimana melalui
kegiatan ini diharapkan interaksi antara
guru dan siswa, antar siswa dengan
siswa muncul suasana yang baru dan
menggairahkan, baik melalui diskusi
kelompok, bertanya jawab, maupun
menyampaikan
informasi
kepada
sesama teman dapat berjalan secara
efektif dan efisien sehingga pada
akhirnya
diharapkan
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, baik
aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotornya.
Berdasarkan uraian di atas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini
adalah: 1) Apakah penggunaan
Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw
dapat
meningkatkan
proses
pembelajaran matematika pada siswa
kelas VI SDN Babadan 1 Kabupaten
Ngawi Tahun Pelajaran 2015/2016? 2)
Apakah
penggunaan
Pendekatan
Kooperatif Teknik Jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar matematika
pada siswa Kelas VI SDN Babadan 1
Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran
2015/2016?
Adapun Tujuan yang akan
dicapai dalam penelitan ini adalah: 1)
Untuk mengetahui peningkatan proses
pembelajaran matematika pada siswa
Kelas VI SDN Babadan 1, Kabupaten
Ngawi Tahun Pelajaran 2015/2016,
dengan pendekatan Kooperatif Teknik
Jigsaw.
2)
Untuk
mengetahui
peningkatan hasil belajar matematika
pada siswa Kelas VI SDN Babadan 1
Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
192
2015/2016,
dengan
Pendekatan
Kooperatif Teknik Jigsaw.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat Bagi Siswa, guru
maupun
Sekolah.
Bagi
siswa
bermanfaat untuk meningkatkan hasil
belajar dan motivasi siswa dalam
pembelajaran matematika di kelas. Bagi
Guru bermanfaat untuk memperbaiki
proses
pembelajaran
matematika
melalui pendekatan yang inovatif dan
meningkatkan motivasi belajar siswa.,
dan sebagai langkah evaluasi diri (self
evaluation) mengenai teknik yang
digunakan dalam proses pembelajaran
matematika di kelas. Sedangkan bagi
Sekolah/Lembaga, hasil penelitian
dapat dipakai sebagai acuan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah,
khususnya
dalam
pembelajaran matematika.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar. (Sujana,
1992).
Sedangkan
Soedijarto
menyatakan hasil belajar adalah:
“Tingkat penguasaan yang dicapai oleh
pelajar dalam mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan
pendidikan
yang
ditempuh”
(Soedidjarto,
1993).
Tingkat
penguasaan yang dicapai oleh ini
merupakan ukuran kemampuan yang
dinyatakan dalam bentuk perolehan
“Skor” belajar. Purwadarminta dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia
menyatakan bahawa: “ Hasil belajar
adalah
penguasaan
pengetahuan
keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan
oleh nilai tes, atau angka yang
diberikan
guru”
(Purwadarminta,
1989).
Dari beberapa definisi mengenai
hasil belajar yang telah dikemukakan
oleh para ahli di atas, hasil belajar
mengandung pengertian sebagai suatu
kemampuan siswa dalam menyerap
pengetahuan yang telah diberikan
kepadanya yang diukur melalui suatu
evaluasi.
Hasil belajar tidak mutlak berupa
nilai saja, akan tetapi dapat pula berupa
perubahan atau peningkatan sikap,
kebiasaan, pengetahuan, keuletan,
ketabahan, penalaran, kedisiplinan,
keterampilan, dan sebagainya yang
menuju pada perubahan posistif.
Prestasi
belajar
menunjukkan
kemampuan siswa yang sebenarnya
telah mengalami proses pengalihan
ilmu pengetahuan dari seorang yang
dapat dikatakan dewasa atau memiliki
pengetahuan
kurang
walaupun
sebenarnya prestasi ini bersifat sesaat
saja, tetapi sudah dapat dikatakan
bahwa siswa tersebut benar-benar
memiliki ilmu pada materi atau bahasan
tertentu. Jadi dengan adanya prestasi
belajar orang dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat menangkap,
memahami, memiliki materi pelajaran
tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat
menentukan strategi belajar mengajar
yang lebih baik. Demikian pula dengan
adanya prestasi belajar, pihak sekolah
dan pihak lain memerlukan. Dengan
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
193
demikian dapat memberikan motivasi
seperlunya.
2. Pelajaran matematika
Pelajaran matematika merupakan
ilmu dasar yang menjadi alat untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang lain.
(Antonius,
2006:1).
Untuk
itu
penguasaan
terhadap
matematika
mutlak diperlukan dan konsep-konsep
matematika harus dipahami secara betul
dan benar sejak dini. Hal ini disebabkan
karena
konsep-konsep
dalam
matematika merupakan suatu rangkaian
yang saling terkait. Salah satu konsep
disusun berdasarkan konsep-konsep
sebelumnya dan akan menjadi dasar
bagi konsep-konsep yang selanjutnya,
sehingga pemahaman yang salah
terhadap suatu konsep, akan berakibat
pada kesalah pahaman terhadap
konsep-konsep
selanjutnya.
Pemahaman yang benar terhadap
konsep-konsep matematika sangat
diperlukan, karena konsep-konsep
tersebut juga akan dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut
Subarinah
(2006:1)
bahwa matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari struktur
yang abstrak dan pola hubungan yang
ada di dalamnya. Untuk memahami
stuktur yang abstrak dan pola hubungan
yang terjadi , diperlukan suatu kegiatan
yang kongkret untuk memudahkan
pemahaman terhadap struktur dan pola
hubungan
yang
terjadi
dalam
matematika. Belajar matematika harus
melalui suatu proses yang bertahap dari
konsep yang sederhana ke konsep yang
lebih komplek. Obyek matematika
bersifat abstrak, sehingga belajar
matematika memerlukan daya nalar
yang tinggi. Untuk itu belajar
matematika
perlu
mengawali
pembelajaran dengan hal-hal yang
bersifat kongkrit. Setiap konsep
matematika dapat dipahami dengan
baik jika pertama-tama disajikan dalam
bentuk kongkrit dengan menggunakan
media yang tepat dalam pembelajaran.
Hal ini sependapat dengan Russefendi
(1992:141) yang menyatakan bahwa
alat peraga adalah alat untuk
menerangkan atau mewujudkan konsep
matematika sehingga materi pelajaran
yang disajikan mudah dipahami oleh
siswa.
Didalam standar isi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidika (KTSP:2006)
dicantumkan tujuan mata pelajaran
matematika, antara lain: 1) memahami
konsep
matematika,
menjelaskan
keterkaitan
antar
konsep
dan
mengaplikasikan konsep secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah; 2) menggunakan
penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan
matematika;
3)
memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan
mamahami
masalah,
merancang
model
matematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi
yang
diperoleh;
4)
mengkomunikasikan gagasan dengan
simbul, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau
masalah; 5) memiliki sifat menghargai
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
194
kegunaan suatu matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin
tahu, perhatian dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Salah
satu
ciri
pengajaran
matematika yang disebutkan oleh
Kramer Klas (1978) adalah bahwa
untuk menimbulkan minat belajar
matematika, program pengajaran harus
kaya dengan teknik-teknik motivasi.
Selain itu, dalam pembelajaran
matematika SD, guru juga harus
memperhatikan obyek belajar (siswa),
hubungannya
dengan
tahap
pertumbuhan kecerdasannya (Gagne).
Dalam analisis hirarkhis setiap obyek
belajar, periode perkembangan anak
usia SD adalah periode operasional
konkrit (7-8 hingga 11-12 tahun). Ciri
utama kecakapan berpikir periode ini
adalah munculnya kecakapan berpikir
logis namun masih membutuhkan
adanya referensi benda-benda konkrit.
Operasional mentalnya sudah sangat
tidak bergantung lagi pada subyektifitas
(intuisi) dan keegoannya, melainkan
sudah mulai tunduk dengan hukumhukum logis.
3. Pembelajaran Kooperatif
Abdurrahman
dan
Bintoro
memberi batasan model pembelajaran
kooperatif sebagai pembelajaran yang
secara
sadar
dan
sistematis
mengembangkan interaksi yang silih
asah, silih asih, dan silih asuh antar
sesama siswa sebagai latihan hidup
dalam masyarakat nyata (Nurhadi dan
Senduk, 2003: 60).
Ahli lain menyebutkan bahwa
pembelajaran
kooperatif
adalah
pembelajaran dengan menggunakan
kelompok kecil sedemikian sehingga
siswa
bekerja
bersama
untuk
memaksimalkan pembelajaran mereka
dan antara mereka (Johnson & Johnson
1989).
Dari dua pendapat di atas dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
kooperatif
adalah
pembelajaran
dengan menggunakan kelompok kecil
sedemikian
sehingga
dapat
meningkatkan peran serta siswa,
memfasilitasi
siswa
dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok,
serta memberikan kesempatan kepada
para siswa untuk berinteraksi dan
belajar.
Teknik Jigsaw
Teknik Jigsaw adalah pembelajar
an yang berupa permainan antar
kelompok, serupa dengan pertukaran
kelompok dengan kelompok dimana
setiap siswa ditugasi mengajarkan
pengetahuan baru yang diperoleh dari
hasil diskusi kelompok untuk diajarkan
kepada siswa lain pada kelompok lain.
Ini merupakan alternatif menarik bila
ada materi belajar yang bisa
disegmentasikan atau dibagi-bagi dan
bila bagian-bagiannya harus diajarkan
secara
berurutan.
Tiap
siswa
mempelajari sesuatu yang berbeda
dengan lainnya yang bila digabungkan
dengan materi yang dipelajari oleh
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
195
siswa lain membentuk kumpulan II. Masing-masing siklus terdiri dari 3
pengetahuan atau keterampilan yang jam pelajaran (1 kali pertemuan).
padu (Melvin L. Silberman: 2004 : Siklus I
192).
Sasaran penelitian adalah siswa
Kelas VI SDN Babadan 1 Kecamatan
Ngrambe Kabupaten Ngawi sebanyak
C. METODE PENELITIAN
13 anak.
1. Rancangan Penelitian
Materi pembelajaran adalah Operasi
Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Hitung Bilangan Bulat.
SDN Babadan 1 Kecamatan Ngrambe Langkah-langkah kegiatan terdiri
Kabupaten Ngawi. Jumlah rombongan dari:
belajar sebanyak 6 kelas, kelas I sampai Planning (perencanaan)
Kelas VI dengan jumlah murid
Sebelum melaksanakan tindakan,
keseluruhan 62 siswa pada tahun peneliti menyiapkan: Silabus dan RPP,
pelajaran 2015/2016.
Materi dan alat peraga, Alat evaluasi,
Subyek di dalam penelitian ini Lembar pengamatan guru dan siswa,
adalah siswa Kelas VI SDN Babadan 1 Lembar kuesioner.
Kecamatan
Ngrambe
Kabupaten Acting (pelaksanaan)
Ngawi, pada semester genap tahun Pada pelaksanaan tindakan ini, peneliti
pelajaran 2015/2016 dengan jumlah menggunakan model Jigsaw dengan
siswa 13 anak.
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru
mengajukan
beberapa
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 5
pertanyaan kepada siswa dengan
bulan, mulai bulan Februari 2016
tujuan untuk menjajaki pemikiran
sampai dengan bulan Juni 2016.
dan pengetahuan yang dimiliki
oleh siswa.
Perencanaan Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan 2. Siswa
secara
berkelompok
tektik Penelitian Tindakan Kelas
(kelompok 3) diberi kesempatan
(PTK). Yang dimaksud dengan PTK
yang cukup dalam membahas
adalah sebuah penelitian yang pada
jawaban sesuai materi.
dasarnya berangkat dari persolan 3. Siswa diberi tugas membahas
pembelajaran di dalam kelas. Untuk
materi, mendalami materi hingga
menghadapi atau memperbaiki masalah
menguasai materi yang telah
dalam pembelajaran tersebut maka
dibahas, serta diberi waktu yang
dilakukanlah Penetian Tindakan Kelas.
cukup.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini 4. Kemudian
siswa
membentuk
menggunakan sistem siklus. Menurut
kelompok Jigsaw (kelompok 5)
rencana penelitian ini dilaksanakan
dan masing-masing siswa disuruh
dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus
mengajarkan materi yang sudah
dikuasai pada kelompok 3 untuk
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
196
disampaikan atau ditransfer kepada
kelompok baru yaitu kelompok 5.
Setelah selesai, siswa disuruh
kembali ke tempat masing-masing,
guru mencatat dan menyeleksi
pendapat siswa.
5. Guru
menyajikan
poin-poin
pembelajaran utama yang akan
diajarkan dan siswa menjelaskan
kesesuaian jawaban mereka dengan
poin-poin tersebut.
Tahapan pengajaran untuk siklus
I dan II dilakukan sama namun dan
materi yang sama tetapi masalahnya
berbeda. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengadakan
pengamatan
untuk
mengetahui tingkat keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran matematika.
Pengamatan ini dilakukan untuk
menumbuhkan dan mendorong siswa
untuk aktif dan kreatif dalam berpikir
kritis melalui presentasi, mengkritik,
menanggapi, bertanya, dan menjawab
pertanyaan
selama
PTK,
serta
meningkatkan prestasi dan hasil
belajarnya.
Observing (pengamatan)
Guru bersama-sama kolabolator
mengamati jalannya proses kelompok,
menjaring data menggunakan lembar
observasi kegiatan guru dan siswa,
catatan lapangan, serta lembar evaluasi.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui
perubahan sikap siswa maupun kinerja
guru.
Reflecting (refleksi)
Guru
bersama
kolaborator
mendiskusikan hasil pengamatan yang
diperoleh untuk menentukan langkahlangkah
perbaikan
pada
siklus
berikutnya
atas
temuan
yang
menyebabkan kesulitan pada siklus
yang telah dilaksanakan.
Pengumpulan Data dan Analisis Data
Lembar Observasi Kegiatan Proses
Pembelajaran
Lembar observasi digunakan
untuk mengamati proses pembelajaran
dengan pendekatan Kooperatif Teknik
Jigsaw,
menggunakan
teknik
pengajaran langsung, juga untuk
mengamati perubahan yang terjadi pada
siswa setiap siklus.
Untuk mengetahui tingkat proses
pembelajaran maka caranya adalah
jumlah skor perolehan dibagi skor
maksimal yaitu 80 dan dikalikan 100.
Lembar Soal Post - Test
Pos-test diberikan kepada siswa
dalam bentuk tes tulis pada siklus I dan
II dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan
kemampuan
siswa
dalam
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
teknik
pengajaran terarah sesuai dengan materi
yang diajarkan. Untuk mengetahui nilai
rata-rata hasil pos-tent dengan rumus:
Rata-rata hasil belajar
siswa = Jumlah Skor semua Siswa
Jumlah siswa
Lembar Kuesioner
Lembar kuesioner ini diisi oleh
siswa secara individu dan tidak
mempengaruhi nilai siswa dengan
tujuan
untuk
mengetahui
perkembangan sikap dari Pra tindak
sampai paska PTK.
Tahapan Pengajaran Setiap Siklus
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
197
Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan model siklus yang
terdiri dari siklus I dan siklus II.
Pada Siklus I guru melakukan
tahapan permainan Jigsaw
yang
meliputi:
1. Guru
mengajukan
beberapa
pertanyaan kepada siswa dengan
tujuan untuk menjajaki pemikiran
dan pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa.
2. Siswa
secara
berkelompok
(kelompok 3) diberi kesempatan
yang cukup dalam membahas
jawaban sesuai materi.
3. Siswa diberi tugas membahas materi
dan mendalami materi hingga
menguasai materi yang telah
dibahas, serta diberi waktu yang
cukup.
4. Siswa membentuk kelompok Jigsaw
(kelompok 5) dan masing-masing
siswa disuruh mengajarkan materi
yang sudah dikuasai pada kelompok
3 untuk disampaikan atau ditransfer
kepada kelompok baru yaitu
kelompok 5.
5. Setelah selesai siswa disuruh
kembali ke tempat masing-masing
dan guru mencatat dan menyeleksi
pendapat siswa.
6. Guru
menyajikan
poin-poin
pembelajaran utama yang akan
diajarkan dan siswa menjelaskan
kesesuaian jawaban mereka dengan
poin-poin tersebut.
Tahapan pengajaran untuk siklus
I dan II dilakukan sama namun dengan
materi yang berbeda. Kegiatan ini
dilakukan
dengan
mengadakan
pengamatan untuk mengetahui tingkat
keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran matematika. Pengamatan
ini dilakukan untuk menumbuhkan dan
mendorong siswa untuk aktif dan
kreatif dalam berpikir kritis melalui
presentasi, mengkritik, menanggapi,
bertanya, dan menjawab pertanyaan
selama PTK, serta meningkatkan
prestasi dan hasil belajarnya.
Indikator Keberhasilan
1. Prosen pembelajaran dikatakan
berhasil apabila telah mencapaai
kategori sangat baik.
2. Ada dua kategori ketuntasan
belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan
petunjuk pelaksanaan belajar
mengajar, yaitu seorang siswa telah
tuntas belajar bila telah mencapai
skor 65% atau nilai 65, dan kelas
disebut tuntas belajar bila di kelas
tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih dari
atau sama dengan 65%
D. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Siklus I
Hasil pretest yang dilakukan
terhadap siswa, didapatkan data awal
terlihat hasil perolehan penguasaan
materi pembelajaran seperti pada tabel
berikut:
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
198
Tabel 1 : Prestasi belajar Pratindak
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Nama Siswa
Kiki Wiyoko
Dicky Setyawan
Erla Indah P
Fatkhu R
M.Farhan H
Muh.Setiaji
Wahyu Aditya
Amidah R.
Agung W.A
Bayu A.S
Renalda E.P
Rico W.Y.
Rendi Trio R.
Jumlah
Rata-rata
Prosentase Ketuntasan
Keterangan:
T : Tuntas
BT : Belum Tuntas
Dari paparan data di atas terlihat
bahwa kemampuan siswa terhadap
penguasaan materi sebelum diterapkan
pembelajaran dengan teknik Jigsaw,
nilai rata-ratanya belum memuaskan.
Hasil pelaksanaan pembelajaran pada
pra tindak baru memperoleh nilai ratarata sebesar 65. Dari 13 siswa kelas VI
yang sudah dinyatakan tuntas atau
telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal
(KKM)
atau
telah
memperoleh nilai lebih besar atau
sama dengan 65 adalah 8 siswa, dan
apabila dipresentase baru mencapai
62%. Hal ini berarti belum memenuhi
ketentuan yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini yaitu 85%.
Perencanaan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan pada siklus I
adalah:
a) Menyusun silabus.
Nilai Siklus I
70
70
50
50
80
70
50
70
50
60
70
70
80
840
65
Ketuntasan
T
T
TT
TT
T
T
TT
T
TT
TT
T
T
T
T= 8
TT=5
62%
b) Membuat rencana pembelajaran
atau skenario pembelajaran dengan
pendekatan
Kooperatif
teknik
Jigsaw sesuai materi yang diajarkan.
c) Membuat instrument penelitian:
lembar observasi, kuesioner, dan
pretest.
d) Membuat lembar kerja sesuai
materi.
Pelaksanaan ( Acting )
Kegiatan dalam tahap ini
adalah
menyajikan
materi
pembelajaran sesuai rencana yang
disusun yaitu Menentukan nilai
pecahan dari suatu bilangan atau
kuantitas tertentu melalui pembelajaran
dengan pendekatan Kooperatif teknik
Jigsaw.
Pengamatan ( Observing )
Pada saat pengamatan dilakukan,
peneliti dan kolaborator mencatat
kejadian-kejadian melalui pendekatan
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
199
kooperatif teknik Jigsaw. Adapun hasil berikut:
pengamatan terhadap siswa sebagai
Tabel 2 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Pada Siklus I
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
No.Jenis kegiatan guru / siswa yang diamati
Peranan guru sebagai fasilitator
Belajar melalui pengalaman langsung
Kebermaknaan pengalaman belajar
Prakarsa siswa
Keragaman kegiatan
Keterlibatan mental siswa
Keragaman media belajar
Perhatian terhadap kebutuhan
Jumlah skor
Skor perolehan
7
6
5
5
7
6
6
7
50 = 63 %
Jumlah skor yang diperoleh dari 63% yang berarti data ini menunjukkan
hasil pengamatan tercapai 50, jika tingkat proses pembelajaran pada siklus
diprosentasekan maka tingkat proses I tergolong rendah
pembelajaran
pada siklus I tercapai
Tabel 3 : Prestasi belajar Siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Nama Siswa
Kiki Wiyoko
Dicky Setyawan
Erla Indah P
Fatkhu R
M.Farhan H
Muh.Setiaji
Wahyu Aditya
Amidah R.
Agung W.A
Bayu A.S
Renalda E.P
Rico W.Y.
Rendi Trio R.
Jumlah
Rata-rata
Prosentase Ketuntasan
Nilai
Siklus I
80
70
60
60
80
70
60
80
60
70
80
70
80
920
71
Ketuntasan
T
T
TT
TT
T
T
TT
T
TT
T
T
T
T
T= 9
TT=4
69,00%
Keterangan:
1. T : Tuntas
2. BT : Belum Tuntas
Dari paparan data di atas terlihat
bahwa kemampuan siswa terhadap
penguasaan materi setelah diterapkan
pembelajaran dengan teknik Jigsaw,
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
200
rata-ratanya
sudah
menunjukkan
peningkatan, namun belum memuas
kan. Hasil pelaksanaan pembelajaran
pada siklus I memperoleh nilai ratarata sebesar 71. Dari 13 siswa kelas VI
yang sudah dinyatakan tuntas atau
telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) atau telah memper
oleh nilai lebih besar atau sama dengan
65 adalah 9
siswa, dan apabila
dipresentase baru mencapai 69%.
Hal ini berarti belum memenuhi
ketentuan yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini yaitu 85%, sedangkan
yang memperoleh nilai di bawah 65
adalah 4 anak, apabila dipresentase
masih terdapat 31% siswa yang belum
tuntas belajar.
Refleksi ( Reflecting )
Berdasarkan
hasil
refleksi,
lembar observasi oleh pengamat dan
lembar
penilaian
kemampuan
penguasaan
materi pembelajaran
tentang perpangkatan, setelah siklus I
ini berakhir, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Siswa sudah cukup baik dalam
kerja kelompok namun masih
perlu ditingkatkan lagi.
2. Dalam diskusi untuk memecahkan
masalah dalam menyelesaikan
tugas siswa, sudah cukup baik dan
perlu ditingkatkan lagi agar lebih
sempurna.
3. Pemahaman tentang perpangkatan
sudah ada peningkatan untuk
masing-masing siswa, namun
masih perlu ditingkatkan lagi.
4. Hasil jawaban siswa sudah ada
peningkatan walaupun belum
memenuhi taraf serafnya.
5. Dalam penerapan teknik Jigsaw,
hendaknya guru sering memberi
dorongan pada anak untuk
bertanya.
Siklus II
Pada siklus II, proses pembel
ajaran sama dengan siklus I namun
dengan indikator atau materinya
berbeda.
Perencanaan ( Planning )
Dalam perencanaan, kegiatannya sama
dengan siklus I, yaitu:
a. Membuat rencana pembelajaran
dengan materi Menentukan nilai
pecahan dari suatu bilangan atau
kuantitas tertentu
b. Memberi penjelasan dan contoh
latihan, menyampaikan hasil dikusi
kelompok 3 kepada anggota
kelompok 5.
c. Menjelaskan kembali tentang apa
yang harus dikerjakan siswa.
d. Melakukan penjelasan tentang
pengisian test dan penjelasan lain
yang mengarah pada peningkatan
belajar siswa.
Pelaksanaan (Acting)
Kegiatan dalam tahap ini adalah
peneliti
menyajikan
materi
pembelajaran sesuai dengan rencana
yang telah disusun, yaitu Menentukan
nilai pecahan dari suatu bilangan atau
kuantitas tertentu melalui teknik
Jigsaw.
Pengamatan (Observing)
Pada
saat
tindakan
ini
dilaksanakan, peneliti dan kolaborator
melakukan
pengamatan
kegiatan
pengajaran dengan materi Menentukan
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
201
nilai pecahan dari suatu bilangan atau
kuantitas tertentu melalui pendekatan
kooperatif teknik Jigsaw. Adapun hasil
pengamatan terhadap kadar keaktifan
siswa tertera pada tabel berikut ini !
Tabel 4 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Pada Siklus II
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis kegiatan guru / siswa yang diamati
Peranan guru sebagai fasilitator
Belajar melalui pengalaman langsung
Kebermaknaan pengalaman belajar
Prakarsa siswa
Keragaman kegiatan
Keterlibatan mental siswa
Keragaman media belajar
Perhatian terhadap kebutuhan
Jumlah skor
Skor perolehan
8
9
7
7
8
9
8
9
65 = 81,25
Dari data di atas terlihat bahwa menunjukkan adanya peningkatan dari
hasil pengamatan pada siklus II siklus I yaitu dari 63,00% menjadi
kegiatan yang dilakukan memperoleh 81,25%.
skor sebesar 65. Jika diprosentasekan
Selanjutnya hasil postest pada
maka proses pembelajaran dengan siklus II sudah menunjukkan adanya
pendekatan kooperatif teknik Jigsaw kemajuan dibandingkan sebelumnya.
mencapai 81,25%. Hal ini berarti Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai
kualitas proses pembelajaran pada berikut:
siklus II ini tergolong baik dan sudah
Tabel 5 : Prestasi belajar Siklus II
No
Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kiki Wiyoko
Dicky Setyawan
Erla Indah P
Fatkhu R
M.Farhan H
Muh.Setiaji
Wahyu Aditya
Amidah R.
Agung W.A
Bayu A.S
Renalda E.P
Rico W.Y.
Rendi Trio R.
Jumlah
Rata-rata
Prosentase Ketuntasan
Nilai
Siklus I
90
80
60
70
90
80
70
90
70
80
90
80
90
1040
80
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
Ketuntasan
T
T
TT
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T= 12
TT=1
92,31%
202
Keterangan:
1. T : Tuntas
2. BT : Belum Tuntas
Dari paparan data di atas terlihat
bahwa kemampuan siswa terhadap
penguasaan materi setelah diterapkan
pembelajaran dengan
pendekatan
Koperatif Teknik Jigsaw, rata-ratanya
sudah menunjukkan peningkatan,
namun belum memuaskan. Hasil
pelaksanaan pembelajaran pada siklus
II memperoleh nilai rata-rata sebesar
80. Dari 13 siswa kelas VI yang sudah
dinyatakan tuntas memperoleh nilai di
atas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) atau telah memperoleh nilai
lebih besar atau sama dengan 65
adalah 12
siswa, dan apabila
dipresentase baru mencapai 92,31%.
Hal ini berarti pada pelaksanaan siklus
II ini telah memenuhi ketentuan yang
telah ditetapkan dalam penelitian ini
yaitu
85%,
sedangkan
yang
memperoleh nilai di bawah 65 adalah 1
anak, apabila dipresentase masih
terdapat 7,69% siswa yang belum
tuntas belajar. Dengan peningkatan
yang cukup signifikan dari sebelum
tindakan dan sesudah tindakan dengan
menggunakan pendekatan Kooperatif
Teknik
Jigsaw, hal ini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika
dengan
pendekatan
Kooperatif Teknik
Jigsaw, sangat
efektif dalam meningkatkan keaktifan
siswa dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika Kelas VI
SDN Babadan 1 Kecamatan Ngrambe,
Kabupaten Ngawi.
Refleksi ( Reflekting )
Berdasarkan hasil refleksi lembar
observasi keaktifan guru dan siswa
oleh pengamat dan lembar penilaian
kemampuan- kemampuan penguasaan
materi pembelajaran tentang operasi
Hitung Bilangan Bulat, setelah siklus
II ini berakhir maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Siswa
sudah
terlihat
dalam
keaktifan
melaksanakan
tugas
dengan ditandai nilainya yang
bertambah sehingga bisa mencapai
di atas rata-rata.
b. Siswa pun sudah kelihatan lebih
senang dalam belajar matematika
dan terbiasa berdiskusi untuk
memecahkan
masalah,
namun
masih perlu dipertahankan dengan
prestasinya itu.
c. Siswa pun sudah tidak takut lagi
untuk bertanya pada guru bila
menemukan masalah yang sulit.
d. Siswa sudah tidak takut lagi untuk
mengerjakan tugas di papan tulis.
2. Pembahasan
Pembelajaran
matematika
menggunakan pendekatan kooperatif
teknik Jigsaw dapat meningkatkan
proses pembelajaran Matematika pada
siswa Kelas VI SDN Babadan 1
Kecamatan
Ngrambe,
Kabupaten
Ngawi tahun pelajaran 2015/2016.
Sebagai bukti untuk memperjelas
keberhasilan PTK ini dapat kita lihat
data dan grafik perbandingan antara
proses pembelajaran sebelum tindakan
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
203
atau Pra tindak dan sesudah tindakan seperti dalam tabel berikut:
Tabel 6 Perbandingan Proses Pembelajaran Matematika pada Pra Tindak, siklus I,
dan Siklus II
No.
Pra Tindak
siklus I
siklus II
1.
58%
63%
81,25%
Dari data tersebut dapat digambarkan dalam diagram batang sebagaimana di
bawah ini :
Grafik Perbandingan Proses Pembelajaran Matematika Melalui
Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw pada Siswa Kelas VI SDN
Babadan 1 pada Pra Tindak, siklus I, dan Siklus II
100
80
60
40
20
0
Pra tindak
Siklus I
Siklus II
Proses
Pembelajaran
Pembelajaran
matematika
Sebagai bukti untuk memperjelas
menggunakan pendekatan kooperatif keberhasilan PTK ini dapat kita lihat
teknik Jigsaw dapat meningkatkan data dan grafik perbandingan antara
hasil belajar Matematika pada siswa hasil pembelajaran sebelum tindakan
Kelas VI SDN Babadan 1 Kecamatan atau Pra tindak dan sesudah tindakan
Ngrambe, Kabupaten Ngawi tahun seperti dalam tabel berikut:
pelajaran 2015/2016”
Tabel 7 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Selama Pra Tindak, Siklus I, Dan Siklus II
Nilai
1. Rata-rata
2. Ketuntasan
Pra Tindak
65
62%
siklus I
71
69%
siklus II
80
92,31%
Dari data tersebut dapat digambarkan dalam diagram batang sebagaimana di
bawah ini :
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
204
Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata dan Ketuntasan Belajar Matematika
Siswa Kelas VI SDN Babadan 1 Dalam Penerapan Pendekatan Kooperatif
Teknik Jigsaw Selama Pra Tindak, siklus I, dan Siklus II
100
80
60
Pra Tindak
40
Siklus I
20
Siklus II
0
Rata-Rata
Ketuntasan
Belajar
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pembelajaran dengan pendekatan
kooperatif Teknik Jigsaw dapat
meningkatkan proses pembelajaran
matematika pada siswa Kelas VI
SDN Babadan 1, Kabupaten Ngawi
Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini
dapat dibuktikan dengan terjadinya
peningkatan yang cukup signifikan
bila dibandingkan antara Pra
Tindak, siklus I, dan siklus II. Pada
Pra Tindak baru mencapai 58%,
Siklus I naik menjadi 63,00%,
sedangkan pada Siklus II naik lagi
menjadi 81,25%
2. Pembelajaran dengan pendekatan
kooperatif Teknik Jigsaw dapat
meningkatkan
hasil
belajar
matematika pada siswa Kelas VI
SDN Babadan 1 Kecamatan
Ngrambe, Kabupaten Ngawi Tahun
Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat
dibuktikan
dengan
terjadinya
peningkatan perolehan nilai rata-rata
siswa dan ketuntasan belajar siswa
yang
cukup
signifikan
bila
dibandingkan antara Pra Tindak,
siklus I, dan siklus II. Nilai Ratarata pada Pra Tindak adalah 65,
Siklus I adalah 71, sedangkan Siklus
II adalah 80. Sedangkan untuk
ketuntasan belajar pada Pra Tindak
62%, Siklus I 69%, dan Siklus II
92,31%.
Saran
1. Bagi Siswa :
Diharapkan dengan permainan
teknik Jigsaw, siswa mampu
menemukan cara-cara yang tepat
untuk menyelesaikan tugas dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran
dan
bisa
meningkatkan
kreativitasnya.
2. Bagi guru :
Diharapkan dengan pendekatan
kooperatif teknik jigsaw, akan
menambah wawasan tentang modelmodel pembelajaran karena dengan
adanya model-model pembelajaran
yang luas, guru bisa memilih untuk
dapat
menentukan
teknik
pembelajaran yang tepat, bermutu,
dan dapat memberikan hasil yang
maksimal.
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
205
3. Bagi pihak sekolah:
Sebagai bahan masukan dan acuan
serta bahan pertimbangan untuk
memberikan pembinaan selanjutnya
dalam rangka mengoptimalkan
kegiatan
pembelajaran
yang
berkualitas.
Melvin L. Silberman, “Active Learning
101 Cara Belajar Siswa Aktif
Bandung Nuansa dan Nusa
Media”, 2004.
DAFTAR PUSTAKA
Nana, Sudjana. 1992. Penelitian Hasil
Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung:
PT
Remaja
Rosdakarya.
Anomious,
“Petunjuk Pelaksanaan
Penilaian Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan”,
1987.
Anomious, “Interaksi Belajar Mengajar
Jakarta Departemen Pndidikan
Nasional Direktorat Jendral
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah, Direktorat Tenaga
Kependidikan”, 2003.
Ibrahim R. Dr. M. A., “Pengembangan
Inovasi
dan
Kurikulum
Universitas Terbuka Jakarta”,
1991.
Johnson DW & Johnson RT,
“Cooperation and Competition
Theory and Research Edima
MN
Interaction
Book
Company”, 1989.
Kramer
Klas,
“Ciri
Pengajaran
Matematika”, 1973.
Muhibbin, Syach. 1995. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Jakarta: Erlangga.
Purwadarminta, 1989. Kamus Besar
bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat bahasa.
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan
yang Relevan dan Bermutu.
Jakarta: Balai Pustaka.
Sardiman A. M.,
“Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar
(Rajawali Pers Jakarta)”, 1987.
TIM Mahir, “Belajar dan Bermain
Matematika untuk SD / MI
Kelas
VI
berdasarkan
Kurikulum
2004
cetakan
Malang. Diterbitkan atas kerja
sama
Dinas
Pendidikan
Kabupaten Ngawi dengan
Penerbit Universitas Negeri
Malang”, 2005
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
206
Download