KEBIASAAN AKTIVITAS FISIK PASIEN DIABETES MELLITUS

advertisement
Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Mellitus… (Abidah Nur, Veny Wilya, Raisuli Ramadhan)
KEBIASAAN AKTIVITAS FISIK PASIEN DIABETES
MELLITUS TERHADAP KADAR GULA DARAH DI RUMAH
SAKIT UMUM dr. FAUZIAH BIREUEN
Abidah Nur, Veny Wilya, Raisuli Ramadhan
Loka Litbang Biomedis Aceh
Jl. Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Lr. Tgk. Dilangga No. 9 Lambaro,
Aceh Besar 0651-8070189, 0651-8070289,
Email : [email protected]
ABSTRAK
Latihan fisik merupakan salah satu pilar penatalaksaan diebets melitus. Latihan fisik
teratur bersifat aerobic pada penderita diabetes dapat memperbaiki sensitivitas
insulin dan menurunkan penyakit kardiovaskular. Penelitian merupakan analisis
lanjut dari penelitian Riset Pembinaan Kesehatan tahun 2014. Penelitian dilakukan
di Rumah Sakit Umum dr.Fauziah Bireuen dengan jumlah subjek 37 pasien dengan
diabetes dan 48 pasien non diabetes. Data dianalisis secara bivariat menggunakan
uji korelasi. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah
puasa pasien DM dengan aktivitas fisik dan olah raga. Pada pasien non DM
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah
puasa dengan aktivitas fisik. Namun terdapat hubungan yang signifikan antara
kadar gula darah puasa dengan olah raga. Korelasi antara olahraga dan kadar gula
darah berada pada rentang sedang dengan arah korelasi negatif. Dianjurkan bagi
pasien non DM agar dapat melakukan olahraga secara teratur dan
berkesinambungan untuk mencegah timbulnya penyakit diabetes melitus.
Kata kunci : glukosa darah, diabetes, aktivitas fisik
ABSTRACT
One of diabetes mellitus management is physical activity. Aerobic physical activity
for diabetes mellitus improve insulin sensitivity and decrease cardiovascular disease.
The research was the further analysis of Riset Pembinaan Kesehatan 2014. The study
was conducted at the General Hospital of Bireuen dr.Fauziah by the number of
subjects 37 patients with diabetes and 48 nondiabetic patients. Data analyze using a
correlation test. There was no significant correlation between fasting blood glucose
with physical activity and exercise on diabetic patient. There was no significant
correlation between fasting blood glucose and physical activity on nondiabetic
patient. But, there was a significant correlation between fasting blood glucose and
sport. Correlation between exercise and blood glucose is medium and negative
direction. Non-diabetic patient is recommended to exercise routine and regularly to
prevent diabetes mellitus.
Keyword : blood glucose, diabetes, physical activity
41
SEL Vol. 3 No. 2 November 2016: 41-48
PENDAHULUAN
Penyakit
diabetes
mellitus
ditandai dengan tingginya kadar
glukosa darah sewaktu puasa dan/atau
2 jam post prandial. Diagnosa diabetes
ditegakkan bila kadar glukosa darah
sewaktu lebih dari 200 mg/dL dan
glukosa darah puasa diatas 126 mg/dL.
Kebiasaan melakukan aktivitas fisik
dan olahraga akan mempengaruhi
kadar gula darah. Pada pasien diabetes
melitus, aktivitas sedentary harus
dihindari seperti menonton televisi,
menggunakan internet, dan duduk
santai. Peningkatan aktivitas fisik
tinggi seperti jalan cepat, bersepeda,
dan olah otot dianjurkan.1
Latihan fisik
teratur bersifat
aerobic pada penderita diabetes dapat
memperbaiki sensitivitas insulin dan
menurunkan risiko cardiovascular.
Jalan kaki, bersepeda santai, jogging,
dan berenang merupakan latihan yang
bersifat aerobic. Frekuensi latihan
dilakukan minimal 3-4 kali per
minggu. Latihan fisik secara teratur
dapat menurunkan kadar HbA1c.
Anjuran dokter kepada pasien dengan
pre diabetes dan dengan kadar glukosa
normal untuk meningkatkan latihan
fisik masing-masing sebesar 59,1%
dan 24,2%.1,2 Klasifikasi aktivitas fisik
ringan, sedang, dan berat mengacu
pada Riskesdas 2013.3
Hariyanto dalam penelitiannya
menyebutkan hanya terdapat 2 pasien
DM yang melakukan aktivitas fisik
sedang memiliki kadar glukosa darah
normal.4 Penelitian di Denpasar
menunjukkan hasil bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara
aktivitas fisik dengan kadar gula
darah.5 Penyerapan glukosa untuk
pembentukan
otot
lebih
baik
dibanding lemak. Pembentukan otot
dapat dilakukan dengan aktivitas
fisik.6 Aktivitas fisik dan kadar
glukosa darah memiliki korelasi
negatif, yang artinya semakin tinggi
42
aktivitas fisik semakin rendah kadar
glukosa darah.7 Namun penelitian oleh
Haryanto melaporkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik dengan kadar gula
darah.4 Senada dengan penelitian
Martha yang menyatakan tidak ada
hubungan yang bermakna antara
kurang olah raga dengan kejadian
diabetes melitus.8 Perbedaan beberapa
hasil penelitian dapat disebabkan oleh
variasi jumlah sampel, analisis data,
dan kategori aktivitas fisik. Oleh sebab
itu, dilakukan kembali analisis data
penelitian Riset Pembinaan Kesehatan
tahun 2014 untuk mengetahui
hubungan aktifitas fisik dengan kadar
glukosa darah.
BAHAN DAN METODE
Penelitian merupakan analisis
lanjut data Riset Pembinaan Kesehatan
tahun 2014 dengan memilih variabel
aktiviyas fisik dan olahraga. Penelitian
dilakukan di Rumah Sakit Umum
dr.Fauziah Bireuen. Populasi adalah
semua pasien yang berobat di rumah
sakit. Subjek penelitian berjumlah 37
pasien dengan diabetes dan 48 pasien
non diabetes. Variabel aktivitas fisik
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
ringan, sedang, dan berat. Definisi
operasional aktifitas fisik mengacu
pada Riakesdas 2014. Variabel
olahraga dibagi menjadi tiga kategori
yaitu tidak pernah, kurang dari 3 kali
per minggu, dan lebih atau sama
dengan 30 menit (3 kali per minggu).
Data dianalisis secara bivariat
menggunakan uji korelasi.
Penelitian
sudah
mendapat
persetujuan Komisi Etik dari Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan dengan judul “Pola
Konsumsi Mayarakat Aceh dan
Hubungannya
dengan
Penyakit
Diabetes Mellitus di RSUD dr.
Fauziah Bireuen” ketua Pelaksana
Abidah
Nur,
S.Gz
nomor
Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Mellitus… (Abidah Nur, Veny Wilya, Raisuli Ramadhan)
LB.02.01/5.2/KE.643/2013
pada
tanggal 31 Desember 2013.
Tulisan ini lebih fokus pada
aktivitas fisisk dan olah raga. Aktivitas
fisik dan olahraga adalah bagian dari
variabel dalam penelitian Pola
Konsumsi Mayarakat Aceh dan
Hubungannya
dengan
Penyakit
Diabetes Mellitus
Fauziah Bireuen.
di
RSUD
dr.
HASIL
Penelitian yang dilakukan di
Bireuen menunjukkan karakteristik
responden yang bervariasi. Hal ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Karakteristik penderita diabetes melitus dan non diabetes melitus yan
menjadi responden dalam penelitian Pola Konsumsi Mayarakat Aceh dan
Hubungannya dengan Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr. Fauziah
Bireuen.
Responden
No.
Karakteristik responden
Pasien DM (%)
Pasien non DM (%)
1.
Jenis kelamin
- Laki-laki
19 (51,4)
12 (25,0)
- Perempuan
18 (48,6)
36 (75,0)
2.
Umur
- Dewasa
20 (54,1)
14 (29,2)
- Lanjut usia (>46 tahun)
17 (45,9)
34 (70,8)
3.
Pendidikan
- Tinggi
16 (43,2)
32 (66,7)
- Rendah
21 (56,8)
16 (33,3)
4
Pekerjaan
- PNS
8 (21,6)
14 (29,2)
- Swasta
20 (54,1)
21 (43,8)
- Tidak bekerja
9 (24,3)
13 (27,1)
5
Aktivitas
- Ringan
11 (29,7)
8 (16,7)
- Sedang
18 (48,6)
35 (72,9)
- Berat
8 (21,6)
5 (10,4)
6
Olah raga
- 30 menit (>3x/mgg)
11 (29,7)
6 (12,5)
- <3x/mgg
10 (27,0)
21 (43,8)
- Tidak pernah
16 (43,2)
21 (43,8)
*) Sumber : Data primer Penelitian Pola Konsumsi Mayarakat Aceh dan
Hubungannya dengan Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr. Fauziah
Bireuen.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada
pasien DM, perbandingan persentase
laki-laki dan perempuan hampir sama.
Demikian juga dengan persentase usia,
antara dewasa dan lanjut usia tidak
jauh berbeda. Pasien DM sebagian
besar besar berpendidikan rendah,
berwiswasta, mempunyai kebiasaan
beraktivitas sedang, dan tidak pernah
melakukan olahraga. Pasien non DM,
sebagian besar berjenis kelamin
perempuan,
berusia
lanjut,
43
SEL Vol. 3 No. 2 November 2016: 41-48
berpendidikan tinggi, berwiswasta,
dan mempunyai aktivitas fisik sedang.
Di tinjau dari segi olahraga, persentase
olahraga kurang dari 3 kali seminggu
Tabel 2. Deskriptif
sebanding dengan responden yang
tidak olahraga.
Hasil
penelitian
mengenai
deskripsi kadar glukosa darah puasa
pasein DM dan non DM dapat dilihat
pada tabel 2.
kadar glukosa darah puasa pasien DM dan non DM pada
penelitian penelitian Pola Konsumsi Mayarakat Aceh dan Hubungannya
dengan Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr. Fauziah Bireuen
No. Kadar glukosa darah (n)
Range
Minimum
Maksimun
Rata-rata
1
Diabetes (37)
490
110
600
265,43
2
Non Diabetes (48)
71
44
115
83,75
*) Sumber : Data primer Penelitian Pola Konsumsi Mayarakat Aceh dan
Hubungannya dengan Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr. Fauziah
Bireuen
Tabel 2 menunjukkan kadar
glukosa darah minimum pasien DM
dan non DM masih normal, sedang
kadar maksimum pasien DM sangat
tinggi. Rata-rata kadar glukosa darah
untuk pasien DM tergolong masih
tinggi atau tidak terkontrol.
Hasil korelasi antara karakteristik
responden, aktivitas fisik, dan
olahraga dengan kadar glukosa darah
dapat dilihat dalam tabel 3.
Tabel 3. Korelasi antara karakteristik responden, aktivitas, dan olah raga dengan
kadar glukosa darah puasa pada penelitian penelitian Pola Konsumsi
Mayarakat Aceh dan Hubungannya dengan Penyakit Diabetes Mellitus di
RSUD dr. Fauziah Bireuen
No.
Korelasi KGD Puasa
Koefisien korelasi
P
Pasien DM
1
Jenis kelamin
-0,063
0,709
2
Umur
0,260
0,121
3.
Pendidikan
-0,195
0,247
4.
Pekerjaan
0,146
0,388
5.
IMT
-0,202
0,232
6.
Aktivitas fisik
-0,050
0,771
7.
Olah raga
0,043
0,799
-0,005
0,972
Pasien non DM
1
44
Jenis kelamin
Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Mellitus… (Abidah Nur, Veny Wilya, Raisuli Ramadhan)
2
Umur
0,488
0,000
3.
Pendidikan
-0,273
0,060
4.
Pekerjaan
-0,158
0,283
5.
IMT
0,195
0,184
6.
Aktivitas fisik
-0,064
0,663
7.
Olah raga
-0,333
0,021
*) Sumber : Data primer Penelitian Pola Konsumsi Mayarakat Aceh dan
Hubungannya dengan Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr. Fauziah
Bireuen
Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan,
IMT, aktivitas fisik, dan olahraga
dengan kadar glukosa darah pada
pasien DM. Pada pasien non DM,
terdapat hubungan yang signifikan
antara umur dan olahraga dengan
kadar glukosa darah. Sedangkan antara
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
IMT, dan aktivitas fisik tidak
berhubungan secara signifikan dengan
kadar glukosa darah.
PEMBAHASAN
Responden yang dijadikan subjek
penelitian terdiri dari pasien DM dan
non DM yang berobat di Rumah Sakit
Umum dr.Fauziah Bireuen. Hasil
penelitian menyebutkan sebagian
besar pasien DM adalah laki-laki.
Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Martaram
yang menyebutkan pasien diabetes
lebih banyak perempuan.9 Ditinjau
dari segi umur, pasien diabetes
sebagian besar berusia di bawah 46
tahun dan termasuk dalam kategori
dewasa. Salah satu faktor risiko DM
adalah pertambahan usia. Umumnya di
Eropa penderita DM berusia 50-60
tahun.
Beberapa
penelitian
menyebutkan sebagian besar penderita
DM berusia 45 tahun ke atas.10,11,12
Penelitian ini menunjukkan adanya
pergeseran umur timbulnya penyakit
DM. DM dapat terjadi pada umur yang
lebih muda, yaitu 46 tahun ke bawah.
Individu berumur 20-59 tahun berisiko
DM 8,7%.13
Pasien DM sebagian besar
menempuh pendidikan terakhir tingkat
menengah. Senada dengan penelitian
Gandini yang menyebutkan terdapat
64% pasien DM dengan pendidikan
menengah ke bawah.14 Hal ini
berkaitan dengan tingkat pemahaman
seseorang terhadap penyakit yang
diderita dan penanggulangannya.
Pradana melaporkan sebagian besar
pasien DM dengan pendidikan rendah
tidak
patuh
terhadap
terapi
15
farmakologis DM.
Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar pasien DM melakukan
aktivitas sedang dan tidak pernah olah
raga. Kadar glukosa darah pada pasien
DM juga ditemukan sebagian besar
tidak terkontrol. Pasien dengan kadar
glukosa darah terkontrol hanya 1
orang, melakukan aktivitas ringan dan
olah raga kurang dari 3 kali seminggu.
Minimal kadar glukosa darah
puasa pada pasien DM adalah 110
mg/dL. Kadar minimal masih dalam
kategori normal untuk range kadar
glukosa darah puasa. Namun nilai
maksimal kadar glukosa darah puasa
pasien DM tinggi. Rata-rata kadar
glukosa darah pasien DM 265 mg/dL
dan tergolong dalam kategori tinggi.
Pasien DM dengan kadar glukosa
45
SEL Vol. 3 No. 2 November 2016: 41-48
darah yang tinggi akan sangat berisiko
terhadap penyakit komplikasi DM
seperti gangguan saraf, mata, ulkus,
dan ginjal.
Pasien non DM menunjukkan
bahwa kadar glukosa darah puasa
masih dalam keadaan normal. Nilai
maksimum kadar glukosa darah puasa
tergolong dalam pra diabetes (100-125
mg/dl). Namun rata-rata kadara
glukosa darah puasa masih dalam
rentang normal. Pasien non DM
dengan kadar glukosa darah rentang
100-125 mg/dL berisiko terkena DM
bila tidak menjaga pola makan dan
aktivitas fisik.13
Penelitian
ini
menunjukkan
hubungan yang tidak signifikan antara
kadar glukosa darah pasien DM
dengan
jenis
kelamin,
umur,
pendidikan, pekerjaan, IMT, akivitas
fisik, dan olah raga. Hubungan yang
tidak signifikan antara variabel bebas
dengan kadar glukosa darah pada
pasein DM, kemungkinan disebabkan
oleh jumlah respoden yang sedikit atau
faktor lain sebagai faktor risiko
penyakit DM. Berlawanan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Ramadhanisa yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna
antara aktivitas fisik dengan kadar
HbA1c pada pasien DM.16 Kadar
HbA1c menunjukkan rata-rata kadar
glukosa darah dalam 2-3 bulan
terakhir.
Pada pasien non DM terdapat
hubungan yang signifikan antara umur
dan olahraga dengan kadar glukosa
darah puasa. Korelasi antara umur dan
olahraga dengan kadar glukosa darah
tergolong sedang dengan arah masingmasing positif dan negatif. Hasil uji
korelasi
menunjukkan
semakin
bertambah umur seseorang maka
semakin tinggi juga kadar glukosa
darah. Sebaliknya, semakin berat
olahraga yang dilakukan maka kadar
gula
darah
semakin
menurun.
46
Olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah olahraga yang
dilakukan selama 3 kali dalam
seminggu selama 30 menit secara
rutin. Beberapa penelitian melaporkan
adanya hubungan yang signifikan
antara olahraga dengan olahraga17,18
Olah raga yang kurang menyebabkan
makanan yang masuk ke tubuh tidak
dibakar melainkan ditimbun sebagai
lemak dalam tubuh.19 Penimbunan
lemak tubuh dalam waktu yang lama
akan mengakibatkan obesitas. Orang
dewasa
dengan
obesitas
akan
mempunyai risiko diabetes 24 kali
lebih besar.20
KESIMPULAN
Tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan, IMT, aktivitas
fisik, dan olahraga dengan kada
glukosa darah pada pasien DM. Pada
pasien non DM, terdapat hubungan
yang signifikan antara umur dan
olahraga dengan kadar glukosa darah.
Sedangkan antara jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, IMT, dan
aktivitas fisik tidak berhubungan
secara signifikan dengan kadar
glukosa darah.
SARAN
Penurunan kadar glukosa darah pada
pasien non DM menunjukkan adanya
pengaruh olahraga terhadap penurunan
kadar
glukosa
darah.
Dengan
demikian, olahraga 3 kali seminggu
selama 30 menit dapat dijadikan salah
satu cara untuk mencegah timbulnya
DM.
UCAPAN TERIMKASIH
Terimakasih
penulis
hanturkan
terutama kepada penyandang dana,
yaitu Riset Pembinaan Kesehatan
tahun 2014, Kepala Loka Litbang
Biomedis Aceh, pihak Rumah Sakit
Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Mellitus… (Abidah Nur, Veny Wilya, Raisuli Ramadhan)
Umum dr.Fauziah Bireuen, pasien
yang telah berpartisipasi dalam
penelitian dan teman-teman yang telah
membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Budhiarta,
dkk.
Konsensus
pengelolaan dan pencegahan
diabetes mellitus tipe 2 di
Indonesia. PB PERKENI. 2006.
2. American Diabetes Association.
Diabetes care. The Journal of
Clinical and Applied Research
and Education. 2015:Volume 38,
Supplement 1.
3. Balitbangkes. Riset Kesehatan
Dasar 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementerian
Kesehahatan.
Jakarta. 2013.
4. Hariyanto F. [Skripsi] Hubungan
aktivitas fisik dengan kadar gula
darah puasa pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Cilegon
Tahun 2013. Pogram Studi
Pendidikan Dokter. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2013.
5. Darmaja K. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Peningkatan
Kadar Gula Darah pada Pasien
Lansia dengan Diabetes Mellitus
di Persatuan Werdatama Republik
Indonesia Cabang Kota Denpasar.
Jurnal Dunia Kesehatan. 4(2). Pp
65-74.
6. National Institute of Diabetes and
Digestive
and
Kidney
Disease.Why I need to know
about physical activity ang
diabetes. 2014.
7. Paramitha
GM.
[Naskah
publikasi] Hubungan aktivitas
fisik dengan kadar gula darah
pada pasien diabetes mellits tipe 2
di Rmah Sakit mum Daerah
Karanganyar.
Fakultas
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2014.
Martha A. [Tesis] Analisis Faktorfaktor Risiko yang Berhubungan
dengan Penyakit Diabetes Melitus
pada Perusahaan X. Program
Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Universitas Indonesia. DEPOK.
2012.
Jelantik IGMG. Hubungan faktor
risiko umur, jenis kelamin,
kegemukan,
dan
hipertensi
dengan kejadian diabetes mellitus
tipe II di wilayah kerja Puskesmas
Mataram.Media
Bina
Ilmiah.2014;8:1.pp39-44.
Fatimah RN. Diabetes Melitus
tipe
2.
Journal
Majority.
2015;4(5).pp93-101.
Trisnawati SK. Setyorogo. Faktor
risiko kejadian diabetes mellitus
tipe 2 di Puskesmas Kecamatan
Cengkareng Jakarta Barat tahun
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
2013;5(1).pp6-11.
Azrimaidaliza. Asupan zat gizi
dan
penyakit
diabetes
mellitus.Jurnal
Kesehatan
Masyarakat.2011;6(1).pp.36-41.
Muchid A, dkk. Phamaceutical
care untuk penyakit diabetes
mellitus. Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat
Kesehatan
Departemen
Kesehatan RI. 2005.
Gandini ALA. Pranggono E.Ropi
H. Pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan, perilaku, dan gula
darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2. Jurnal Husada
Mahakam. 2015;3(9).pp452-521.
Pradana
IPA.
Hubungan
karakteristik
pasien
dengan
tingkat
kepatuhan
dalam
menjalani
terrapin
diabetes
mellitus di Puskesmas Tembuku 1
47
SEL Vol. 3 No. 2 November 2016: 41-48
Kabupaten Bangli Bali 2015. I
Sain Medis;8(1).pp1-5.
16. Ramadhanisa A, Laasati TA,
Mayasari D. Hubungan Aktivitas
Fisik
dengan Kadar HbA1c
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Laboratorium Patologi Klinik
RSUD Dr.H. Abdul Moeloek
Bandar
Lampung.
Medical
Journal of Lampung University.
2013;2(4).pp44-51.
17. Lande NPGA, Mewo Y, Paruntu
M. Perbandingan kadar glukosa
sebelum dan sesudah aktivitas
fisik insentitas berat. Jurnal eBiomedik. 2015;3(1).pp20-24.
48
18. Sugiyarti, Meikawati W. Salawati
T. Hubungan Ketaatan Diet dan
Kebiasaan
Olahraga
dengan
Kadar Gula Darah pada Pasien
Diabetes Mellitus yang Berobat di
Puskesmas
Ngembal
Kulon
Kabupaten
Kudus.
Jurnal
Kesehatan Masyarakat Indonesia.
2011;7(1).pp 51-58.
19. Kementerian Kesehatan. Petunjuk
Teknis Pengukuran Faktor Risiko
Diabetes Mellitus. 2010.
20. Sri
K.Obesitas
dan
Penatalaksanaan Program Diit.
Semarang : PAM Gizi Depkes RI
Semarang, 1996.p.1-4.
Download