PETROLOGI FASIES SENTRAL BATUAN GUNUNG API PARE-PARE

advertisement
PROSIDING 20 12©
Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Perkapalan
Sipil
PETROLOGI FASIES SENTRAL BATUAN GUNUNG API PARE-PARE
Ulva Ria Irfan & Budiman
Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea – Makassar, 90245
Telp./Fax: 0411-580202
e-mail : [email protected]
Abstrak
Pada Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, terdapat penyebaran
batuan vulkanik di Sulawesi Selatan yang berarah Utara ke Selatan. Penjajaran gunung api
dikontrol oleh sesar Walanae. Salah satu produk dari aktivitas vulkanik adalah batuan yang
berstruktur aliran dan breksi piroklastik yang merupakan ciri dari Formasi Batuan
Gunungapi Pare-Pare, Batuan gunungapi Pare-Pare menyusun Kotamadya Pare-Pare,
bagian Utara Kabupaten Pinrang, bagian Timur Kabupaten sidrap dan Bagian Selatan
Kabupaten Barru. Penyebaran batuan vulkanik di daerah Lumpue terdiri dari batuan
agglomerate dan Batuan trakit memperlihatkan struktur columnar joint, shetting joint,
vesicular dan scoria. Kehadiran agglomerate dengan fragmen yang berbentuk globular dan
sortasi yang sangat jelek menunjukkan bahwa terbentuknya di dekat volcanic vent. Batuan
trakit porfiri membentuk struktur flow banding yang semi rectangular dan dapat
diinterpretasikan menyusun kubah lava. Batuan autoklastik tersingkap pada bagian atas, juga
menunjukkan produk vulkanik yang serupa dengan batuan agglomerate dan trakit.
Berdasarkan himpunan batuan agglomerate, trakit dan breksi autoklastik serta struktur dan
tekstur yang menunjukkan bahwa daerah Lumpue merupakan fasies sentral gunung api ParePare.
Kata kunci: petrologi, fasies sentral, gunung api Pare-Pare
PENDAHULUAN
Penyebaran batuan produk gunung api di Sulawesi Selatan tersingkap berarah utara – selatan. Berdasarkan seri
batuan vulkanik dapat dibedakan dari selatan ke utara yaitu vulkanik Baturape, Lompobattang, Cindako, Camba
(fasies vulkanik), Soppeng dan Pare-Pare (Yuwono, et.al., 1987). Arah penyebaran batuan vulkanik dikontrol oleh
sistem sesar Walanae Barat dan Walanae Timur (van Leeuwen, 1981). Pada Peta Geologi Lembar Pangkajene
dan Watampone Bagian Barat (Sukamto, 1982), terdapat penyebaran batuan gunung api Pare-Pare (Tppv).
Penyebaran batuan gunung api Pare-Pare menutupi Kotamadya Pare-Pare, bagian Utara Kabupaten Pinrang,
bagian Timur Kabupaten sidrap dan Bagian Selatan Kabupaten Barru (Kaharuddin, 2009). Batuan gunung api
yang tersebar pada kelompok batuan gunung api Pare-Pare berupa aliran dan lava dan breksi piroklastik yang
terdiri dari tufa lapilli, breksi vulkanik, setempat terdapat sisipan lava yang bersifat trakit-andesit (Sukamto,
1982; Yuwono, et.al., 1987).
Gunung api merupakan tempat keluarnya magma dan gas di permukaan bumi dengan melontarkan material
vulkanik dan membentuk morfologi suatu bukit atau gunung. Morfologi gunung api pada umumnya berbentuk
kerucut, lereng yang simetris dan mengecil ke arah kaki gunung. Di daerah Pare-Pare dan sekitarnya tidak
ditemukan lagi bentuk morfologi gunung api, meskipun batuan yang menyusun daerah Pare-Pare adalah produk
dari letusan gunung api. Menurut Vessel (2001), gunung api yang bentuknya tidak ideal disebut gunung api purba
yang telah mengalami ledakan yang besar dan proses erosi. Ledakan yang besar biasanya menghasilkan suatu
kaldera yang bentuknya melingkar. Namun di daerah Pare-Pare dan sekitarnya juga belum ditemukan lokasi
kalderanya. Beberapa metode dapat dilakukan untuk menentukan lokasi kaldera yaitu dengan analisis
geomorfologi, stratigrafi batuan gunung api, vulkanologi fisik, struktur geologi serta petrologi-geokimia
(Bronto, 2006) dan data seismik (Nemmeth et.al., 2001).
Petrologi pada zona sentral merupakan bagian dari riset paleovulkanik Pare-Pare yang difokuskan pada analisis
petrologi fisik dan analisis petrografis. Pengamatan dan pengambilan sampel batuan dilakukan di sepanjang
tebing pantai Lumpue yang terdapat singkapan batuan vulkanik Pare-Pare. Analisis petrologi meliputi identifikasi
faktor-faktor geologi dan hubungannya dengan pembentukan batuan-batuan pada fasies sentral. Identifikasi dan
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Geologi
TG9 - 1
ISBN : 978-979-127255-0-6
Petrologi Fasies Sentral Batuan…
Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
Ulva Ria Irfan & Budiman
Perkapalan
Sipil
analisis ciri fisik dan struktur batuan dapat menuntun ke arah pemahaman tentang proses vulkanisme yang
membentuk Gunung api Pare-Pare.
LOKASI DAERAH PENELITIAN
Lokasi penelitian secara administratif termasuk dalam wilayah Daerah Lumpue Kecamatan Bacukiki Barat
Kotamadya Pare-Pare Propinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1). Letak secara geografis pada koordinat 119° 36'
50" - 119° 37' 50" Bujur Timur dan 03° 3' 40" – 04° 02' 40" Lintang Selatan (LS). Daerah penelitian termasuk
dalam Lembar Pare - Pare , nomor 2011 – 63 Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000 edisi I tahun 1991.
Daerah Lumpue dapat dicapai dengan menggunakan transportasi darat dari Makassar menuju Kotamadya Pare Pare menggunakan kendaraan beroda empat yang ditempuh sekitar 3,5 jam perjalanan.
Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mencakup analisis citra landsat, geomorfologi dan petrologi batuan gunung api berdasarkan data
lapangan dan data laboratorium. Lokasi penelitian lapangan dilakukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
yaitu pada pantai Lumpue. Analisis geologi dan litologi dilakukan pada batuan yang tersingkap. Pada setiap
batuan yang tersingkap dilakukan identifikasi karakteristik fisik, pengukuran ketebalan lapisan batuan,
pengukuran arah dan kemiringan batuan. Selain itu dilakukan pula pengukuran data untuk menentukan struktur
geologi dan menganalisis aspek geomorfologi.
Pada setiap lapisan batuan dilakukan pengambilan contoh batuan yang dikhususkan pada batuan yang masih
segar. Jika terdapat struktur dan tekstur tertentu, maka dilakukan pengambilan contoh dengan mengikuti pola
struktur dan tekstur tersebut.
Sampel batuan yang telah diperoleh dari lapangan kemudian dipreparasi dalam bentuk sayatan tipis (thin section)
yang akan digunakan untuk menganalis batuan secara mikroskopis atau petrografis. Preparasi dan analisis
petrografis dilakukan pada Laboratorium Petrografi Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin. Analisis
petrografis bertujuan untuk mengidentifikasi mineral penyusun batuan dan menganalisis tekstur batuan. Jenis
litologi yang didapatkan kemudian dikelompokkan berdasarkan hubungan antara analisis petrologi di lapangan
dan analisis petrografis.
BATUAN VULKANIK LUMPUE
Analisis petrologi produk aktivitas vulkanik Pare-Pare membedakan batuan berdasarkan sifat fisik dan struktur
batuan di lapangan. Berdasarkan analisis petrologi di daerah Lumpue terdiri dari batuan Agglomerat, Trakit dan
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Geologi
TG9 - 2
Volume 6 : Desember 2012
PROSIDING 20 12©
Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Perkapalan
Sipil
Breksi autoklastik. Penyebaran batuan tersingkap di sepanjang Pantai Lumpue yang berarah utara – Selatan pada
morfologi pedataran dan tebing pantai.
Agglomerat
Batuan agglomerat tersingkap setempat mendasari pantai Lumpue sepanjang ± 100 m. Akumulasi material
vulkanik yang dominan oleh blok dan bomb membentuk fragmen dan matriks pada batuan aglomerat. Fragmen
dan matriks agglomerat berupa monolitologi yang tersusun oleh lava bersifat trakitik. Aliran lava melingkupi
fragmen dan matriks dan berlaku sebagai semen. Ukuran butir fragmen antara 5 – 75 cm yang menunjukkan
bahwa tingkat sortasi yang jelek. Bentuk butiran fragmen globular (Gambar 2a) yang disebabkan oleh viskositas
magma yang relatif besar. Matriks berukuran 1 – 4 cm dengan bentuk butir rounded – subangular dan bersifat
trakitik.
Gambar 2. a. Fragmen Batuan Agglomerate berbentuk Globular
b. Batuan Agglomerate Terbreksiasi akibat Pengaruh Struktur
Pengaruh struktur sesar juga terlihat pada singkapan agglomerate yang dicirikan oleh berubahnya ukuran fragmen
menjadi lebih halus (2 – 5 cm) dan sortasi yang seragam (Gambar 2b). Pada fragmen yang berukuran besar
terdapat struktur slickenslide yang diakibatkan adanya pergeseran batuan. Bentuk fragmen yang globular dan
sortasi yang jelek dapat menggambarkan bahwa tempat terendapkannya tidak jauh dari pusat erupsi.
Terendapkannya batuan agglomerat menunjukan bahwa pembentukannya dekat atau pada volcanic vent.
Trakit Porfiri
Batuan trakit porfiri memperlihatkan pola penyebaran setempat membentuk bukit kecil dengan ketinggian sekitar
25 mdpl. Kondisi singkapan batuan trakit porfiri sudah mengalami pelapukan atau perubahan bentuk fisik
diakibatkan pengaruh dari abrasi air laut.
Kenampakan lapangan batuan trakit porfiri berwarna abu - abu dan dalam keadaan lapuk abu – abu kecoklatan.
Tekstur tersusun oleh mineral yang berukuran besar (0,5 – 1,5 cm) yang tertanam pada massa dasar. Fenokris
berupa mineral feldspar dengan bentuk eu-subhedral. Struktur batuan massif yang berselingan batuan yang
berstruktur vesicular. Trakit berstruktur scoriaceous mempunyai lubang akibat keluarnya gas yang diameternya
berukuran hingga 30 cm.
Batuan beku trakit yang tersingkap pada daerah Lumpue ini merupakan tipe batuan vulkanik dan termasuk dalam
batuan beku ekstrusif. Proses pembentukan singkapan batuan trakit ini berupa lelehan, sehingga menyebabkan
lava yang keluar dan membeku memperlihatkan adanya kesan perlapisan pada singkapan batuan beku trakit pada
daerah penelitian.
Pada proses pembentukannya, batuan beku trakit pada daerah Lumpue ini juga mempunyai hubungan dengan
pembentukan singkapan batuan lain yang proses pembentukannya masih dipengaruhi oleh lava yang membentuk
batuan trakit pada daerah Lumpue ini. Lava yang keluar membentuk batuan Autoklastik, dimana material yang
membentuk batuan ini merupakan hasil dari lava, Biasanya dijumpai sebagai breksi vulkanik autoklastik yaitu
bentuk fragmentasi padat karena letusan gas-gas yang ada di dalamnya karena oleh penghancuran lava. Jadi
material ini merupakan gesekan penghancuran lava sebagai hasil dari perkembangan lanjut dari pembekuan.
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Geologi
TG9 - 3
ISBN : 978-979-127255-0-6
Petrologi Fasies Sentral Batuan…
Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
Ulva Ria Irfan & Budiman
Perkapalan
Sipil
Trakit porfiri vesicular, lava trakit mempunyai viskositas yang tinggi, sehingga penyebarannya tidak begitu luas
dibandingkan dengan lava basalt. Ditemukan setempat-setempat, tersusun oleh sanidin yang menunjukkan tipe
alkalin. Bentuk yang membundar menunjukkan sinter silicious, batuan pumish.
a
b
c
d
Gambar 3. Kenampakan Lapangan Batuan Trakit Porfiri yang Berstruktur FlowBanded Rebah (a), Flow-Banded Tegak (b), Vesicular (c) dan
Scoriacous (d)
Breksi Autoklastik
Penyebaran batuan breksi autoklastik tersingkap pada daerah Lumpue, Pekkae dan Tonrangeng. Kedudukan
batuan secara umum berarah relatif barat laut – selatan menenggara. Kenampakan lapangan batuan berwarna
coklat keabu-abuan, warna lapuk hitam kecoklatan, memiliki tekstur klastik kasar, ukuran butir bongkah hingga
pasir kasar, dengan bentuk material angular - subangular, bersortasi buruk, dengan kemas terbuka. Batuan ini
tersusun oleh komponen yang terdiri atas fragmen, matriks, dan semen berupa ash vulkanik (Gambar 4).
Gambar 4. Kenampakan Singkapan Breksi Autoklstik
ANALISIS PETROGRAFIS
Berdasarkan analisis petrografis batuan vulkanik berwarna coklat dengan warna interferensi abu - abu kehitaman.
Tekstur kristalinitas hipokristalin, hal ini dapat dilihat dari kenampakan mikroskopis batuan yang tersusun atas
sebagian kristal dan sebagian lainnya berupa massa dasar, granularitas porfiritik (porfiroafanitik) yang dapat
dilihat dari kenampakan sayatan tipis yang memperlihatkan adanya mineral sulung atau fenokris terdapat pada
massa dasar yang afanitik. Fabric yang terdiri dari bentuk subhedral – anhedral yang terlihat dari bidang batas
kristal yang bervariasi, kombinasi dari bentuk baik sampai bidang batas jelek tidak teratur. Relasi inequigranular
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Geologi
TG9 - 4
Volume 6 : Desember 2012
PROSIDING 20 12©
Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Perkapalan
Sipil
yang dapat dilihat dari ukuran butir dari kristal-kristal penyusun batuan yang tidak sama besar, ukuran mineral
0,06 mm – 0.5 mm. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu Mineral orthoklas (10 - 20%), sanidin (10 - 20%),
biotit (7 - 25%), kuarsa (5 - 10%) dan massa dasar gelas (20 - 50%).
Gambar 5. Fotomikroskopis Batuan Trakit Porfiri Massif (a) dan Trakit Vesicular (b)
Diinterpretasikan bahwa proses pembentukannya batuan ini diawali dari proses naiknya magma dari perut bumi
yakni dari dapur magma akibat adanya arus konveksi. Sebelum mencapai permukaan bumi, magma mengalami
berbagai macam proses yang dimulai dari proses pemisahan magma homogen dalam fraksi-fraksi dengan
komposisi yang berbeda. Adapun proses pemisahan magma yang terjadi terbagi menjadi dua yaitu diferensiasi
kristalisasi yang melibatkan pemisahan kristal yang terbentuk lebih awal dengan cairan magma dan diferensiasi
gravitasi yakni pemisahan antara magma yang memiliki kandungan silika rendah (magma basa) dengan magma
yang tinggi kandungan silikanya (magma asam), kemudian terjadi proses asimilasi yang menyebabkan komposisi
magma cenderung bersifat asam dan dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma membentuk mineral-mineral
sesuai dengan bowen’s reaction series yang diawali dengan pembentukan mineral Hornblende pada suhu 800900˚C kemudian dilanjutkan dengan pembentukan mineral plagioklas yaitu jenis Oligoklas 700-800˚C. Setelah
itu, pada suhu kira-kira 600-700˚C terbentuklah mineral K-Feldspar yaitu jenis ortoklas dan Sanidin. Seiring
berlangsungnya proses kristalisasi mineral, suhu magma-pun kian menurun. Ketika suhu magma mencapai 500600˚C maka terbentuk mineral Kuarsa pada suhu 375 ˚C. Selanjutnya, pada fase terakhir terjadi perubahan suhu
magma yang relatif sangat cepat sehingga tidak memungkinkan untuk membentuk kristal yang sempurna, maka
terbentuklah massa dasar gelas. Proses kristalisasi mineral yang berlangsung dalam kondisi temperatur dan waktu
yang relatif cepat ini menyebabkan tekstur bersifat porfiroafanitik.
DISKUSI
Aliran magma yang tidak homogen menyebabkan terbentuknya struktur aliran lava yang berlapis. Dalam
perjalanannya ke permukaan terjadi perbedaan komposisi, kandungan volatile, kekentatalan dan kristalisasi.
Magma yang kandungan volatilnya kecil dan tingkat kristalisasi yang besar membentuk batuan trakit yang
berstruktur massif, sedangkan yang kandungan volatilnya tinggi membentuk struktur yang vesicular. Trakit yang
berstruktur massif dicirikan oleh tekstur porfiritik dengan fenokris yang berukuran besar (1,5 – 2 mm) dan
memperlihatkan kesejajaran. Mineral yang terbentuk pada tahap awal kristalisasi membentuk fenokris yang terdiri
dari mineral sanidin dan biotit, sedangkan massa dasar berbentuk glass. Mineral biotit pada umumnya berbentuk
sub-anhedral yang disebabkan oleh korosi massa dasar dan proses sekunder oleh larutan hidrotermal yang
dicirikan oleh terbentuknya mineral klorit pada bagian belahan dari mineral biotit. Mineral sanidin berbentuk
subhedral dengan kembaran polisintetik tidak sempurna, sebagian terdapat eksolusi dengan mineral kuarsa. Pada
mineral sanidin terlihat pula tekstur yang khas pada batuan vulkanik yaitu ophitic. Mineral feldspar yang
berukuran kecil dan terbentuk pada tahap awal kristalisasi dilingkupi oleh mineral sanidin yang berukuran besar.
analisis petrografi juga memperlihatkan tingkat pelapukan ± 25 % dan yang mengalami pelapukan pada tahap
awal adalah mineral biotit. Trakit yang berstruktur vesicular didominasi oleh mineral biotit yang berukuran kecil
(0,2 – 0,5 mm) dan memperlihatkan kesejajaran dengan aliran lava.
Batuan Gunung api Parepare terdiri dari tufa lapilli dan breksi volkanik, setempat dengan sisipan lava bersifat
trakit-andesit. Pengamatan petrografi menunjukkan tufa bersifat tufa gelas, pumice dan litik. Struktur silang siur
dan sisa tumbuhan (arang), sedang di bagian selatan (Barru utara) ditemukan struktur slumping dan convolute
lamination. Di beberapa tempat terutama di bagian selatan terdapat endapan pumice dalam bentuk tras. Dan di
daerah pantai Lumpue ditemukan bekas kaldera yang tersusun oleh lava dan breksi volkanik trakitik. Kedudukan
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Geologi
TG9 - 5
ISBN : 978-979-127255-0-6
Petrologi Fasies Sentral Batuan…
Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
Ulva Ria Irfan & Budiman
Perkapalan
Sipil
lapisan batuan gunung api Parepare sudah tidak teratur yaitu arah utara – selatan, barat – timur dengan kemiringan
antara 5 - 15o. Umur batuan gunung api Parepare yaitu Pliosen.
Pada fasies sentral ini terdapat lava bercampur dengan ignimbrite, breksi autoklastik dan volcanic neck. Lava
trakitik terdapat di sekitar ketiga volcanic neck, kebanyakan menunjukkan perlapisan atau layer akibat
pendinginan (gambar 2) dan pelepasan gas – gas secara bertahap. Bentuk layer – layer ini sudah tidak teratur
arahnya akibat pengaruh dinamika letusan. Pada bagian atas aliran lava, sebagian tertutupi oleh endapan
ignimbrite dengan berbagai ukuran fragmen kasar dan halus dan umumnya tersusun oleh fragmen pumis.
Ignimbrite menutupi seluruh daerah fasies sentral. Di beberapa tempat terdapat gejala altrasi seperti di daerah
Alitta dan Massepe serta endapan gypsum di daerah Allekuang sebagai akibat pengaruh altrasi hidrotemal.
Fasies sentral dicirikan antara lain adanya kubah lava, intrusi dangkal berupa vulkanik neck, radial dike, sill,
crypto dome, tubuh pluton bertekstur glass, porfiritik, hingga faneritik halus, batuan alterasi hidrotermal, batuan
meta sedimen-metamorf, dan breksi autoklastik. Menurut Yuwono, et.al., 1987, batuan vulkanik pare-pare berasal
dari stratovulkanik yang tersusun oleh lava flow dan breksi piroklastik. Karakteristik petrologi batuan vulkanik
dapat menggambarkan bahwa erupsi vulkanik Pare-Pare termasuk dalam erupsi yang high-explosive, hal ini juga
digambarkan oleh Nemmeth at.al., 2001, bahwa erupsi yang termasuk high explosive dapat menyebabkan
lontaran material besar dan kekosongan dapur magma, yang akhirnya membentuk kaldera runtuhan. Menurut
Yuwono, et.al., 1987, batuan vulkanik Pare-Pare berasal dari stratovulkanik yang tersusun oleh lava flow dan
breksi piroklastik. Komposisi kimia lava bersifat intermedit hingga asam yang berbantuk dike dan plug.
Berdasarkan K-Ar dating menunjukkan umur 6.50-4.25 ma atau Miosen – Pliosen. Menurut Yuwono et.al., 1987,
vulkanik Pare-Pare terbentuk akibat metasomatisme mantel atas dari subduksi pra-Miosen Tengah yang ditandai
dengan hadirnya vulkanik kaya potassium. Mineral yang kaya potassium seperti biotit ditemukan pada batuan
trakit porfiri yang berstruktur massif, bahkan sebagai penyusun utama pada batuan trakit yang berstruktur
vesicular.
SIMPULAN
1.
2.
3.
Batuan gunung api Pare-Pare pada facies sentral terdiri dari agglomerate, trakit porfiri dan breksi autoklastik
yang terbentuk dari aliran lava dan breksi piroklastik.
Struktur batuan menunjukkan fasies sentral yaitu flow-banded, flow laminated, vesicular dan scoriacous.
Komposisi magma yang bersifat trakitik membentuk fragmen batuan trakit pada aglomerat dan breksi
dengan bentuk yang globular menunjukkan bahwa terendapkan pada daerah dekat dengan vent-volcanic.
DAFTAR PUSTAKA
Best, M.,G., & Christiansen, E.,H., (2001), Igneous Petrology, Department of Geology Bringham Young
University, USA, Blackwell Science: 271-275.
Bronto, S., (2006), Fasies Gunungapi dan Aplikasinya, Jurnal Geologi Indonesia, Volume 1,
http:/www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/Jurnal 20060201.pdf.
Djuri, dkk., (1998), Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Palopo, Sulawesi Selatan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Direktorat Jendral Pertambangan Umum dan Energi, Bandung.
Fisher, R.,V., & H.,U., Schmincke, (1984), Pyroclastic Rocks, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Germany.
Hatch, F.,H., Wells, A.,K., & Wells, M..K., (1983), Petrology of the Igneous Rocks, Rewritten Thirteenth Edition,
Boston, Sydney, Wellington, London Allen & Unwin: 247-253.
Isnawan, D., & Bronto, S., (1997), Penentuan Sumber Erupsi Batuan Gunungapi Tersier dan Implikasinya
terhadap Bahan Tambang, Prosiding PIT IAGI XXVI, Jakarta.
Kaharuddin, (2009), Studi Litofasies Batuan Gunungapi Parepare, Prosiding Hasil Penelitian Fakultas Teknik,
Fakultas Tekinik UNHAS, Makassar.
Mcphie, J., dkk., (1993), Volcanic Textures, Centre for Ore Deposit and Exploration Studies, University of
Tasmania.
Priadi, B., Bellon, H., Maury, R.C., Volve, M., Soeria-Atmadja, R., & Philppet, J.,C., (1994), Magmatic Evolution
in Sulawesi in Light of New 40K – 40Ar Age Data, Makalah PIT IAGI XXIII, Jakarta.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Geologi
TG9 - 6
Volume 6 : Desember 2012
PROSIDING 20 12©
Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Perkapalan
Sipil
Priadi, B., Soeria-Atmadja, R., Maury, R.,C., Bellon, H., & Volve, M., (1997), The Occurrence of Back Arc
Magmatism in Sulawesi : Geochemical Constraints on Geodynamic Reconstruction, Prosiding PIT IAGI
XXVI, Jakarta.
Pribadi, A., dkk., (2007), Mekanisme Erupsi Ignimbrit Kaldera Meninjau, Sumatera Barat, Jurnal Geologi
Indonesia, Volume 2 No 1 Maret 2007.
Sirajuddin, H., dkk., (2011), Menguak Keberadaan Kaldera Gunungapi Tersier Kota Pangkajene Kabupaten
Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan, Prosiding PIT IAGI XXXVI 2011, Makassar.
Williams, H., Turner, F & Gilbert C.,M., (1982), Petrography an Introduction to the Study of Rocks in Thin
Section, Second Edition, W.H. Freeman and Company, New York 267-271.
Yuwono, S.,Y., (1994), Produk Volkanik Pare-Pare (Sulawesi Selatan), Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung.
Volume 6 : Desember 2012
Group Teknik Geologi
TG9 - 7
ISBN : 978-979-127255-0-6
Petrologi Fasies Sentral Batuan…
Arsitektur
Elektro
ISBN : 978-979-127255-0-6
Geologi
Mesin
Group Teknik Geologi
TG9 - 8
Ulva Ria Irfan & Budiman
Perkapalan
Sipil
Volume 6 : Desember 2012
Download