BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN SEBAGAI PEMBENTUKAN

advertisement
BAB IV
ANALISIS PEMBIASAAN SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER
SISWA-SISWI MIS NGALIAN TIRTO PEKALONGAN
A. Analisis Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan Siswa-siswi MIS
Ngalian Tirto Pekalongan di Madrasah.
Berdasarkan beberapa paparan hasil wawancara yang ada pada BAB
III mengenai Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan di MIS Ngalian Tirto
Pekalongan dapat dianalisis bahwa pembiasaan-pembiasaan yang telah
dilaksanakan di Madrasah Salafiyah Ngalian Tirto meliputi beberapa hal baik
di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembiasaan-pembiasaan tersebut
diantaranya adalah:
1. Membaca do’a sebelum dan sesudah memulai kegiatan belajar
Dari keterangan hasil wawancara dapat dianalisis bahwa kegiatan
do’a pagi merupakan salah satu pembiasaan yang dilakukan di Madrasah
Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian Tirto. Do’a ini meliputi asma’ul khusna, do’a
belajar, doa untuk guru dan orang tua dan sholawat nariyah. Kegiatan do’a
pagi ini dilakukan sebelum anak-anak memasuki kelasnya masing-masing.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menanamkan nilai-nilai
religius pada diri anak. Selain itu, dengan adanya pembiasaan do’a pagi ini
anak akan terlatih lebih disiplin, karena harus datang sebelum kegiatan
do’a pagi dan baris sesuai dengan kelasnya masing-masing.
54
55
Selain kegiatan do’a pagi yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah
Salafiyah Ngalian Tirto juga dilakukan kegiatan do’a sebelum pulang. Hal
ini seperti yang telah dipaparkapkan oleh Bapak Musbikhin S.Pd.I.
Tujuan dari do’a setelah belajar dan sebelum pulang ini sama dengan
kegiatan do’a pagi yaitu untuk menanamkan nilai-niai religius pada diri
anak. Selain itu anak lebih bisa tertib saat pulang.
Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhammad Fadlilah
dan Lilif Mualifatu Khorida dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini” yang menyatakan bahwa penerapan metode
pembiasaan
dapat
dilakukan
dengan
membiasakan
anak
untuk
mengerjakan hal-hal positif dalam keseharian mereka. Dalam menerapkan
metode pembiasaan, seorang guru dapat mengajarkan beberapa hal,
misalnya berdoa sebelum dan sesudah makan, makan dengan adab makan
yang baik, selalu mengucap dan menjawab salam, menghormati guru dan
menyayangi teman, berdoa, bangun pagi, mau antri dengan temannya,
melaksanakan
pembiasaan-pembiasaan
mencuci
sebelum
makan,
membuang sampah pada tempatnya, meletakkan sepatu di tempat sepatu,
mengembalikan permainan sesuai dengan tempatnya setelah permainan,
dan pembiasaan buang air kecil di kamar mandi. 1
1
Muhammad Fadlilah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hlm. 177.
56
2. Melakukan sholat berjamaah
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara dapat
dianalisis bahwa kegiatan sholat berjamaah merupakan salah satu
pembiasaan yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian
Tirto. Kegiatan sholat berjamaah ini meliputi kegiatan sholat dhuha
berjamaah dan sholat Dzuhur jamaah. Dengan adanya pembiasaan sholat
jamaah ini sedikit demi sedikit anak akan memiliki kesadaran untuk
melaksanakan sholat jamaah secara mandiri.
Kegiatan sholat jamaah ini memberikan nilai manfaat yang banyak
pada anak. Adapun nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan dalam
pembiasaan ini adalah nilai-nilai religius anak. Selain itu juga ingin
ditanamkan nilai-nilai kebersamaan dan kedisiplinan pada anak.
Hal ini diperkuat oleh pendapatnya E. Mulyasa dalam bukunya
yang berjudul “Manajamen Pendidikan Karakter” yang menyatakan bahwa
membiasakan anak shalat, lebih-lebih dilakukan secara berjamaah itu
penting. Dalam kehidupan sehari-sehari pembiasaan itu merupakan hal
sangat penting. Karena banyak dijumpai orang berbuat dan berperilaku
hanya karena kebiasaan semata-mata. Pembiasaan dapat mendorong
mempercepat perilaku, dan tanpa pembiasaan hidup seseorang akan
berjalan lamban, sebab sebelum melakukan sesuatu harus memikirkan
terlebih dahulu apa yang akan dilakukannya. 2
2
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 166.
57
3. Mengucapkan salam dan perkataan yang baik
Berdasarkan keterangan hasil wawancara dapat dianalisis bahwa
mengucapkan salam merupakan salah satu pembiasaan yang dilakukan di
Madrasah Ibtidaiyah Ngalian Tirto. Begitu juga dengan membiasakan anak
untuk berkata yang baik. Dalam ucapan salam mengandung do’a yang
ditujukan kepada orang yang yang diberi salam, begitu juga dengan orang
yang menjawab salam mereka juga mendoakan orang yang telah
memberikan salam. Dari pembiasaan salam ini akan terjadi hubungan yang
baik antara orang yang memberi salam dan orang yang diberi salam.
Dengan adanya hubungan yang baik antar sesama warga sekolah ini maka
akan tercipta lingkungan sekolah yang baik pula. Lingkungan sekolah
yang baik akan lebih memudahkan sekolah dalam membentuk karakter
siswa.
Membiasakan anak dalam berkata yang baik dan sopan juga tidak
kalah pentingnya untuk dilakukan. Sebab perkataan yang baik dan sopan
bisa dijadikan indikasi dalam melihat karakter seseorang. Pembiasaan
berkata yang baik dan sopan yang ada di MIS Ngalian Tirto ini dimulai
dari hal-hal yang sederhana, seperti cara menjawab panggilan, cara
meminta tolong kepada teman sebayanya, dan lain sebagainya.
Pembiasaan mengucapkan salam dan berkata baik ini dilakukan
sebagai upaya mendidik kepribadian anak untuk menjadi orang baik yang
dimulai dari ucapan/cara berbicara. Adapun nilai-niai yang ingin
ditanamkan dalam pembiasaan ini adalah nilai-nilai religius. Dengan
58
tertanamnya nilai-nilai religius ini diharapkan menjadi manusia yang
berakhlakul karimah.
4. Menjaga Kebersihan lingkungan sekolah
Berdasarkan keterangan hasil wawancara dapat dianalisis bahwa
salah pembiasaan yang dilaksanakan di MI Salafiyah Tirto adalah
membiasakan para peserta didik untuk menjaga kebersihan lingkungan
sekolah. Pembiasaan ini juga berlaku bagi warga sekolah yang lain.
Menjaga kebersihan lingkungan sekolah ini dianggap sangat penting
karena merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung
kegiatan belajar. Dengan adanya lingkungan sekolah yang bersih
diharapkan peserta didik akan nyaman dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
Ada beberapa cara yang diterapkan di MI Salafiyah Tirto agar
siswa
daapat
menjaga
kebersihan
lingkungan
sekolah.
Pertama,
menyediakan tempat sampah yang memadai. Kedua, guru memberikan
keteladanan dalam menjaga kebersihan agar siswa mampu meniru dan
menjadi kebiasan sehari-hari. Ketiga, menempelkan beberapa slogan
kebersihan. Keempat, mengadakan lomba kebersihan kelas untuk
merangsang para siswa dalam menjaga kebersihan sekolah. Kelima,
memberikan punishment kepada siswa yang melanggar. Adapun nilai-nilai
karakter yang ingin ditanamkan dalam kegiatan ini adalah peduli
lingkungan dan tanggung jawab.
59
5. Membiasakan berdiskusi ketika pembelajaran di kelas
Berdasarkan hasil wawancara dapat dianalisis bahwa kegiatan
diskusi merupakan salah pembiasaan yang diterapkan ketika pembelajaran
dilaksanakan. Sangat bermanfaat untuk dilakukakan di sekolah. Sejak dini
anak-anak dilatih untuk bisa mengungkapkan pendapatnya dengan cara
yang baik dan percaya diri. Dari kegiatan diskusi ini anak juga dilatih
untuk bisa menghargai pendapat orang lain. Secara umum kegiatan diskusi
ini dibagi menjadi; pertama, kegiatan diskusi yang berkaitan dengan
pembelajaran sekolah. Kedua, kegiatan diskusi yang tidak berkaitan
dengan pembelajaran sekolah, seperti diskusi tentang kegiatan outbound,
kegiatan Maulid Nabi dan lain sebagainya. Adapun nilai-nilai karakter
yang ingin ditanamkan adalah toleransi, percaya diri, dan demokratis.
6. Mengisi kotak infaq
Berdasarkan pernyataaan tersebut dapat dianalisis bahwa kegiatan
infaq merupakan salah satu pembiasaan yang dilaksanakan di MI Salafiyah
Ngalian. Kegiatan infaq ini dilaksanakan seminggu sekali yakni pada hari
kamis. Kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran para siswa akan
kepeduliaanya kepada orang lain. Ada beberapa cara yang digunakan oleh
sekolah dalam menumbuhkan kesadaran siswa untuk melakukan infaq.
Pertama, memberikan pengertian, pemahaman dan motivasi akan
pentingnya infaq serta keutamaan-keutamaan bagi orang yang mau
menginfaqkan hartanya. Kedua, menyediakan kotak infaq setiap hari
kamis yang diletakkah di depan gerbang sekolah. Ketiga, melakukan
60
koordinasi kepada ketua kelas yang didampingi oleh wali kelas untuk
mengumpulkan infaq per kelas. Adapun nilai-nilai karakter yang ingin
ditanamkan dalam pembiasaan ini adalah peduli sosial.
B. Analisis Karakter-karakter yang diharapkan pada Siswa-siswi MIS
Ngalian Tirto Pekalongan
Berdasarkan beberapa paparan hasil wawancara yang ada pada BAB
III mengenai karakter-karakter yang diharapkan pada siswa-siswi MIS
Ngalian Tirto Pekalongan dapat dianalisis bahwa pembiasaan-pembiasaan
yang telah dilakukan di MIS Ngalian Tirto ini mempunyai beberapa tujuantujuan yang ingin dicapai dalam membentuk karakter siswa. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Abdul Wakhid dapat dianalisis bahwa,
dengan adanya pembiasaan-pembiasan yang telah dilaksanakan disekolah ini
akan tertanam nilai-nilai karakter. Adapun karakter-karakter yang diharapkan
pada siswa-siswi MIS Ngalian adalah sebagai berikut:
1) Religius
2) Toleransi
3) Percaya diri
4) Bersahabat/komunikatif
5) Tanggung jawab
6) Demokratis
7) Peduli lingkungan
8) Peduli sosial
61
C. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter
Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan
Berdasarkan beberapa paparan hasil wawancara yang ada pada BAB
III mengenai factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter siswasiswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan dapat dianalisis bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan karakter siswa-siswi di MIS Ngalian Tirto
terbagi menjadi dua yaitu: faktor endogen dan faktor eksogen.
1. Faktor Endogen
Faktor endogen adalah faktor yang berasal dari dalam individu
siswa itu sendiri yang dapat mempengaruhi karakter siswa-siswi MIS
Ngalian Tirto. Berdasarkan keterangan hasil wawancara dengan Ibu Ella
Maryana, S.Pd.I dapat dianalisis bahwa pembawaan yang khas pada diri
seseorang berpengaruh pada pembentukan karakter seseorang. Karena
anak yang terlahir ke dunia telah diberikan potensi yang berbeda-beda.
Hal ini deperkuat oleh Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa dalam
bukunya yang berjudul “Pendidikan Karakter di Sekolah” yang
menyatakan bahwa
proses pembentukan karakter pada seseorang
dipengaruhi oleh faktor-faktor khas yang ada dalam diri orang
yang
bersangkutan yag sering disebut faktor endogen dan oleh lingkungan atau
yang sering disebut faktor eksogen, dan antara keduanya terjadi interaksi.
Jadi pendidikan karakter dalam arti luas pada dasarnya adalah menyiapkan
lingkungan pembelajaran yang memungkinkan interaksi diantara faktor
khas yang ada dalam diri seseorang dan lingkungannya memberikan
62
kontribusi maksimal untuk menguatkan dan mengembangkan kebajikan
yang ada dalam diri orang yang bersangkutan.3
2. Faktor Eksogen
Faktor eksogen adalah faktor yang berasal dari luar individu siswa
tersebut yang dapat mempengaruhi karakter siswa-siswi MIS Ngalian
Tirto. Dalam hal ini pengaruh dari lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.
a. Lingkungan keluarga
Adanya pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan
karakter anak MIS Ngalian Tirto ini diungkapkan oleh Ibu Ella
Maryana. Berdasarkan keterangan hasil wawancara bersama Ibu Ella
Maryana dapat dianalisis bahwa keluarga mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap pembentukan karakter anak.
Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Tim Pakar
Yayasan Jati Diri Bangsa dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan
Karakter di Sekolah” yang menyatakan bahwa keluarga adalah
komunitas pertama yang menjadi tempat bagi seseorang, sejak usia
dini, belajar konsep baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar
dan salah. Dengan kata lain, di keluargalah seseorang, sejak dia sadar
lingkungan, belajar tata nilai yang diyakini seseorang akan tercermin
3
Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa, Pendidikan Karakter di Sekolah (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2011), hlm. 44.
63
dalam karakternya, di keluargalah proses pendidikan karakter
seharusnya berawal.4
b. Lingkungan sekolah/pendidikan
Adanya pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan
karakter anak ini telah ditegaskan oleh Bapak Musbikhin S.Pd.I.
Berdasarkan keterangan beliau dapat dianalisis bahwa sekolah
mempunyai pengaruh terhadap pembentukan karakter siswa karena
lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga,
dimana anak banyak menghabiskan waktunya untuk belajar.
Lingkungan sekolah akan berpengaruh terhadap pembentukan
karakter anak. Karena sekolah merupakan sarana pendidikan bagi
anak dan sebagai penetralisasi terhadap pengaruh-pengaruh negatif
dari luar.
Hal senada ditegaskan juga oleh slamet Iman santoso, yang
menyatakan bahwa pembinaan watak adalah tugas utama pendidikan.5
Sekolah mempunyai tugas dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi
pendidikan.
Sekolah
tidak
hanya
berkewajiban
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang baik, namun melaksanakan
pendidikan yang baik yang berorientasi dalam pembentukan manusia
yang berakhlakul karimah.
4
5
Ibid., hal. 48.
Ibid., hal. 47.
64
c. Lingkungan masyarakat
Adanya
pengaruh
lingkungan
masyarakat
terhadap
pembentukan karakter anak telah diungkapkan oleh Ibu Endang
Susilowati. Berdasarkan keterangan beliau dapat dianalisis bahwa
lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang penuh dengan
berbagai macam aktivitas, yang secara tidak langsung mampu
mempengaruhi pembentukan karakter anak. Lingkungan masyarakat
yang baik akan berpengaruh baik terhadap pembentukan karakter
anak, dan sebaliknya lingkungan yang tidak baik juga akan
berpengaruh tidak baik terhadap pembentukan karakter anak.
Download