LAPORAN PENULISAN BUKU AJAR SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI OLEH: DR. JUHRIAH, M.Si DR. HJ. SRI SUHADIYAH, M.Agr DR. ELIS TAMBARU, M.Si DR. A. MASNIAWATI, M.Si, S.Si Dibiayai oleh Dana BOPTN Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan No: 1042/UN4.12/PP.13/2014 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN SEPTEMBER 2014 i ii iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk, inayah dan hidayahNya sehingga penulisan buku ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi ini dapat diselesaikan. Buku ajar ini disusun sebagai bahan acuan dalam mata kuliah Sistematika Tumbuhan Tinggi, merupakan rangkuman berbagai sumber pustaka. Tumbuhan yang termasuk Divisio Spermatophyta sangat beragam, dalam buku ajar ini hanya menjelaskan beberapa contoh tumbuhan yang mewakili beberapa kelas anggota Divisio Spermatophyta yang ada di alam maupun yang telah punah. Buku ajar ini juga dilengkapi dengan berbagai sistem klasifikasi, sumber data untuk Sistematika dan juga hal yang berkaitan dengan penamaan (tatanama) tumbuhan Mudah-mudahan buku ajar ini dapat membantu mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaran dan bermanfaat untuk pengembangan bidang ilmu Sistematika Tumbuhan TInggi. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan buku ajar ini, untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan buku ajar ini di masa datang. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada DIKTI yang mendanai penulisan buku ajar ini melalui Dana BOPTN Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan No: 1042/UN4.12/PP.13/2014. Semoga buku ajar ini bermanfaat dan menjadi salah satu sarana pembelajaran Sistematika Tumbuhan Tinggi. Makasssar, September 2014 Penulis iv DAFTAR ISI Halaman i Halaman sampul Halaman Pengesahan ii Surat Pernyataan iii Kata Pengantar iv Daftar Isi v BAB I. PENDAHULUAN 1 I.1. Profil Lulusan Program Studi 1 I.2. Kompetensi lulusan 1 I.3. Analisis Kebutuhan Pembelajaran 3 I.4. Garis Besar rencana Pembelajaran (GBRP) 4 BAB II. RUANG LINGKUP SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI 8 DAN SISTEM KLASIFIKASI II.1. Pendahuluan 8 II.2. Pengertian Dan Ruang Lingkup Sistematika Tumbuhan Tinggi 8 II.3. Fase Perkembangan Sistematika Tumbuhan 10 II.4. Relevansi Dengan Lapangan dan Hubungannya Dengan ilmu lain. 11 II.5. Sistem Klasifikasi Tumbuhan 13 II.6. Tugas Untuk Mahassiwa 20 BAB III. SUMBER INFORMASI BAGI SISTEMATIKA TUMBUHAN 21 III.1. Pendahuluan 21 III. 2. Sumber Data Sistematika Tumbuhan 21 III.3. Informasi Struktur 21 III.4. Informasi Kimia 26 III.5. Informasi Kromosom 31 III.6. informasi Sistem Penangkaran 34 III.7.Tugas Untuk Mahassiwa 36 BAB IV. IDENTIFIKASI DAN TATA NAMA TUMBUHAN 38 IV.1. Pendahuluan 38 IV.2. Pengertian dan cara Identifikasi Tumbuhan 38 IV.3. Tatanama Tumbuhan 43 IV.4. Tugas Untuk Mahasiswa 53 v BAB V. DIVISIO SPERMATOPHYTASUB DIVISIO GYMNOSPERMAE 54 V.1. Pendahuluan 54 V.2. Diviso Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji) 54 V.3. Sub Dividio Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji terbuka) 55 V.4.Tugas Untuk Mahassiwa 70 BAB VI. SUB DIVISIO ANGIOSPERMAE CLASSIS DICOTYLEDONEAE SUB CLASSIS MONOCLAMIDAE (APETALAE) 71 VI.1. Pendahuluan 71 VI.2. Anak Divisi (Sub Divisio) Angiospermae 71 VI.3. Anak Kelas (Sub Classis)Monoclamidae (Apetalae) 71 VI.4.Tugas Untuk Mahassiwa 100 BAB VII. SUB CLASSIS DIALYPETALAE 101 VII.1. Pendahuluan 101 VII.2. Sub Classis Dialypetalae 101 VII.3.Tugas Untuk Mahassiwa 139 BAB VIII. SUB CLASSIS SYMPETALAE 140 VIII.1. Pendahuluan 140 VIII.2. SUB CLASSIS SYMPETALAE 140 VIII.3.Tugas Untuk Mahassiwa 156 BAB IX. CLASSIS MONOCOTYLEDONEAE 157 IX.1. Pendahuluan 157 IX .2. Kelas (Classis) Monocotyledoneae 157 IX.3.Tugas Untuk Mahassiwa 184 DAFTAR PUSTAKA 185 vi BAB I PENDAHULUAN I.1. Profil Lulusan Program Studi: Membina dan menghasilkan lulusan yang cerdas, terampil, berwawasan luas, dan berbudaya sehingga bisa bersaing dan mampu menghadapi persaingan secara global. I.2. Kompetensi lulusan: Kompetensi utama (U): 1. Mampu dalam pemahaman tentang pengetahuan dasar biologi dan ilmu pengetahuan alam. 2. Mampu menerapkan perinsip–perinsip dasar biologi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati yang berkelanjutan serta dalam mempertahankan keragaman hayati flora dan fauna. 3. Mampu menguasai, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dasar biologi yang dimilikinya secara profesional dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat/industri. 4. Mampu mengoperasikan peralatan laboratorium biologi dan bioteknologi atau yang relevan dan menjadi periset handal sesuai dengan bidang keahliannya 5. Mampu menguasai, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dasar biologi yang dimilikinya secara profesional dalam kegiatan produktif serta pelayanan kepada masyarakat, industri dan kesehatan 6. Mampu mendayagunakan potensi biota laut dan sumberdaya alam laut lainnya pada berbagai bidang untuk kesejahteraan masyarakat. Kompetensi Pendukung (P) 1. Mampu bersaing dan unggul sebagai ilmuwan yang profesional, serta bersifat terbuka dan tanggap terhadap kemajuan ipteks secara global. 2. Mampu membuat tulisan karya ilmiah; penguasaan bahasa Inggeris; serta penguasaan software dan hardware komputer. 3. Mampu mendayagunakan potensi mahluk hidup dan sumberdaya alam lainnya pada berbagai bidang untuk kesejahteraan masyarakat. 1 Kompetensi lainnya (L) 1. Mampu mengamalkan nilai moral, bersikap, dan berperilaku dalam berkarya dibidang keahliannya maupun dalam bermasyarakat. 2. Mampu mengembangkan diri dan pemikiran berdasarkan wawasan dan budaya bahari. 2 I.3. Analisis Kebutuhan Pembelajaran Mata kuliah Taksonomi Tumbuhan II adalah mata kuliah dengan bobot 3 SKS dengan kode 336H413, merupakan mata kuliah Program Studi Biologi yang termasuk dalam kelompok mata kuliah keahlian dan ketrampilan, disajikan pada semester genap tahun kedua (Semester 4). Mata kuliah ini wajib bagi seluruh mahasiswa jurusan Biologi FMIPA UNHAS. Mahasiswa yang akan mengambil mata kuliah ini disyaratkan telah mengikuti antara lain Struktur & Perkembangan Tumbuhan I (SPT I) dan Sistematika Tumbuhan Rendah Mata kuliah ini sangat penting diketahui oleh mahasiswa yang akan mengaplikasikan ilmu tersebut pasca kuliah yang akan bergelut dibidang biologi, pertanian, farmasi, pemuliaan tumbuhan ataupun biokimia, sehingga penguasaan terhadap ilmu ini perlu dimiliki oleh seorang mahasiswa. Identifikasi, tatanama dan klasifikasi tumbuhan Spermatophyta merupakan inti (ruang lingkup) mata kuliah ini. Spermatophyta mencakup semua tumbuhan berbiji ataupun berbunga dengan jumlah jenis yang sangat banyak, merupakan tumbuhan sumber kehidupan manusia baik untuk pangan, sandang dan papan, tersebar di segala penjuru dengan berbagai kondisi iklim, hidup baik di darat ataupun di perairan. Salah satu komponen dalam proses komunikasi dalam pembelajaran yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran adalah sumber dan media informasi. Buku ajar ini disusun dan diharapkan menjadi salah satu sumber informasi, menjadi salah satu sarana pembelajaran dan menjadi acuan bagi dosen maupun mahasiswa peserta mata kuliah Sistematika Tumbuhan Tinggi sehingga menunjang tercapainya tujuan metode pembelajaran Student Center Learning. Diharapkan dengan adanya buku ajar ini dapat membantu menambah wawasan dan penguasaan mahasiswa tentang Sistematika Tumbuhan Tinggi. 3 GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP) MAMA MATAKULIAH NOMOR KODE/SKS SEMESTER Komptensi utama Kompetensi Pendukung Kompetensi Lainnya SASARAN PEMBELAJARAN : SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI : 336H413/3 : GENAP : Mampu memahami prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan alam (1) Mampu memahami struktur, klasifikasi dan dan manfaat ekonomi serta aspek anatomi dan fisiologis pada hewan dan tumbuhan (2) Mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar biologi dalam pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian lingkungan serta pendayagunaan sumberdaya hayati secara berkelanjutan (3) Mampu menguasai, mengembangkan dan menerapkan dasar biologi yang dimilikinya secara professional dan kegiatan produktif serta pelayanan kepada masyarakat, industri dan kesehatan (5) : Mampu bersaing dan unggul sebagai ilmuan yang professional serta bersikap tanggap terhadap kemajuan iptek secara global (1) Mampu mendayagunakan potensi makhluk hidup dan sumberdaya alam lainnya pada berbagai bidang untuk kesejahteraan masyarakat (3) : Mampu mengamalkan nilai moral, bersikap dan berprilaku dalam berkarya dibidang keahliannya dalam masyarakat : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa akan dapat mengaplikasikan ilmu Sistematika Tumbuhan (identifikasi, klasifikasi dan penamaan) tumbuhan Spermatophyta dalam praktek. 4 MINGGU KE MATERI PEMBELAJARAN 1s/d 2 - Kontrak kuliah - Pembentukan kelompok - Ruang lingkup Sistematika Tumbuhan Tinggi. - Pengertian dan sasaran - Fase Perkembangan sistematika Tumbuhan - Relevansi dengan lapangan dan hubungannya dengan ilmu lain - Macam-macam sistem klasifikasi Sumber informasi bagi Sistematika Tumbuhan Tinggi: - Informasi struktur tumbuhan - Informasi kimiawi - Informasi kromosom - Informasi sist. Penangkaran. Identifikasi dan tatanama tumbuhan: - Pengertian identifikasi - Identifikasi tumbuhan yang belum dan sudah dikenal dunia ilmu pengetahuan -Nama biasa dan nama ilmiah 3 s/d 4 5 BENTUK PEMBELAJA RAN (RAGAM METODE SCL) Teaching learning, diskusi KOMPETENSI AKHIR SESI PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBO T NILAI Mahasiswa mampu: Menjelaskan tentang ruang lingkup Sistematika Tumbuhan Tinggi dan sistem klasifikasi - Ketepatan menjelaskan tentang ruang lingkup Sistematika Tumbuhan Tinggi dan sistem klasifikasi 10% - Teaching learning - collaborative learning Mahasiswa mampu: - Menjelaskan tentang berbagai pengetahuan sebagai sumber informasi bagi Sistematika Tumbuhan 10% - Teaching learning - collaborative learning Mahasiswa mampu Menjelaskan: - Pengertian identifikasi - Langkah dentifikasi tumbuhan yang belum dan sudah dikenal dunia ilmu pengetahuan -Nama biasa dan nama ilmiah -Azas tatanama tumbuhan -Ketepatan menjelaskan tentang sumber-sumber informasi -Kerjasama tim, kedisiplinan dan ketelitian - Ketepatan menjelaskan tentang pengertian dan langkah identifikasi serta tatanama tumbuhan -Kerjasama tim, kedisiplinan dan ketelitian 5 5% 6 s/d 7 -Azas tatanama tumbuhan Identifikasi, klasifikasi dan penamaan Spermatophyta dan Sub Divisi Gymnospermae - Kelas Pteridospermae - Kelas Gynkoinae - Kelas Cycadinae - Kelas Coniferinae - Kelas Gnetinae 8 9 10 s/d 11 - Teaching learning - collaborative learning - Contextual instruction -presentasi tgs - praktikum Mahasiswa mampu: -Menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi Gymnospermae - Ketepatan menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi Gymnospermae -Kerjasama tim, kedisiplinan dan ketelitian 15% UJIAN TENGAH SEMESTER Identifikasi, klasifikasi dan penamaan Dicotyledoneae sub clas Apetalae: - Ordo Urticales - Ordo Piperales - Ordo Polygonales - Ordo Caryophyllales - Ordo Euphorbiales Identifikasi, klasifikasi dan penamaan Sub Classis Dialypetalae: - Ordo Ranales - Ordo Rosales - Ordo Myrtales - Ordo Brassicales - Ordo Parietales - Ordo Malvales - Teaching learning - collaborative learning - Contextual instruction - presentasi tgs - praktikum Mahasiswa mampu: Menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi Clas Dikotil sub clas Apetalae - - Ketepatan menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi Clas Dikotil sub clas Apetalae - Kerjasama tim, kedisiplinan dan ketelitian 15% - Teaching learning - collaborative learning - Contextual instruction - presentasi tgs - praktikum Mahasiswa mampu: -Menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi tumbuhan dari Sub Classis Sympetalae -Ketepatan menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi tumbuhan dari Sub Classis Sympetalae -Kerjasama tim, kedisiplinan dan ketelitian 15% 6 12 13 s/d 15 - Ordo Graniales - Ordo Rutales - Ordo Sapindales - Ordo Apiales Identifikasi, klasifikasi dan penamaan Sub Classis Sympetalae - Ordo Asterales - Ordo Rubiales - Ordo Apocynales - Ordo Solanales - Ordo Cucurbitales Identifikasi, klasifikasi dan penamaan Classis Monokotil - Ordo Alismatales - Ordo Bromeliales - Ordo Liliales - Ordo Cyperales - Ordo Poales - Ordo Zingiberales - Ordo Arecales - Ordo Pandanales - Ordo Orchidales - Teaching learning - collaborative learning - Contextual instruction - presentasi tgs - praktikum Mahasiswa mampu -Menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi sub classis Sympetalae - Ketepatan menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi sub classis Sympetalae - Kerjasama tim, kedisiplinan dan ketelitian 15% - Teaching learning - collaborative learning - Contextual instruction - presentasi tgs - praktikum Mahasiswa mampu: Menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi Classis Monokotil - Ketepatan menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi Classis Monokotil - Kerjasama tim, kedisiplinan dan ketelitian 15% 16 UJIAN AKHIR SEMESTER DOSEN PENGASUH MATA KULIAH SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI: 1. Dr .Juhriah, M.Si. 2. Dr. Sri Suhadiyah, M.Agr 3. Dr. Elis Tambaru, M.Si 4. Dr. A. Masniawati, S.Si, M.Si 7 BAB II RUANG LINGKUP SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI DAN SISTEM KLASIFIKASI II.1. PENDAHULUAN: SASARAN PEMBELAJARAN: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang ruang lingkup Sistematika Tumbuhan Tinggi dan Sistem klasifikasi STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning, II.2. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI Sistematika tumbuhan adalah ilmu yang berkaitan sangat erat dengan taksonomi tumbuhan. Sistematika tumbuhan lebih banyak mempelajari hubungan tumbuhan dengan proses evolusinya, namun dalam mata kuliah Sistematika Tumbuhan Tinggi ini ruang lingkupnya mencakup identifikasi, tatanama dan klasifikasi objek yaitu tumbuhan Divisio Spermatophyta. Sistematika ataupun taksonomi tumbuhan adalah salah satu cabang ilmu yang telah dipelajari sejak jaman purba, karena manusia purba waktu itu telah mengelompokkan beratus-ratus tumbuhan disekitar mereka misalnya untuk pangan, obat-obatan, tanaman serat, dan lain-lain. Setelah manusia berkembang menjadi kelompok-kelompok suku dengan masing-masing bahasanya dan telah dikenalnya bahasa tulisan, maka hasil pengelompokan tumbuhan yang mereka buat menjadi tercatat. Adanya catatan tersebut dan bertambahnya pengetahuan mereka maka ilmu tentang tumbuhan bertambah banyak dari generasi ke generasi berikutnya. Pengelompokan secara sederhana berdasarkan kegunaan dan bahayanya (tumbuhan beracun) ini, merupakan awal dari ilmu taksonomi dan sistematika tumbuhan saat ini. Ilmu ini berkembang menjadi ilmu yang sangat kompleks dengan memperhatikan prihal pengelompokan alami dan memberi nama pada setiap kelompok. Para ilmuan yang berkecimpung dalam bidang biokimia, ekologi, fisiologi tentang tumbuhan selalu membutuhkan nama tumbuhan yang digunakannya. Oleh karena itu 8 taksonomi dan sistematika tumbuhan akan selalu berguna bagi para ilmuan yang mengkaji tumbuhan sesuai kebutuhannya. Taksonomi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari keanekaragaman tumbuhan baik identifikasinya, namanya, klasifikasi dan evolusinya. Taksonomi berasal dari kata Yunani yaitu taxis yang berarti susunan, dan nomos yang berarti hukum. Kata takson (jamak= taksa) diartikan sebagai kesatuan kelompok seperti divisi, kelas, ordo, famili genus, spesies dan lain-lain. Taksonomi tumbuhan dapat pula didefinisikan sebagai studi dan pertelaan dalam hal variasi tumbuhan, penelitian tentang sebab dan konsekuensi dari variasi dan memanipulasi data-datanya sehingga didapatkan sistem klasifikasi, karena itulah taksonomi tumbuhan sering juga disebut sistematika tumbuhan. Pada kenyataannya kedua istilah tersebut biasa dianggap sinonim, akan tetapi bebarapa ilmuan menganggap bahwa sistematika tumbuhan mempunyai pengertian yang lebih luas semenatar ilmuan lain berpendapat sebaliknya. Klasifikasi tumbuhan adalah penempatan tumbuhan dalam kelompok-kelompok yang mempunyai persamaan karakter dan ditata dalam suatu sistem. Setiap spesies tumbuhan yang mirip satu sama lain ditempatkan pada satu genus. Setiap genus yang mirip satu sama lain ditempatkan dalam satu famili, demikian seterusnya. Klasifikasi ini akan menghasilkan hierarki yang berurutan atau kategori seperti : spesies, genus, famili, ordo, dan seterusnya. Identifikasi atau determinasi adalah pengenalan beberapa ciri tumbuhan seperti bunga, buah, daun dan batang suatu spesies dan membandingkannya dengan spesies tumbuhan yang ciri-cirinya telah diketahui. Jika tumbuhan yang dibandingkan dengan spesies yang telah diketahui tersebut walaupun memang mirif tetapi tidak sama berarti itu adalah spesies yang lain. Tata nama adalah aturan pemberian nama tumbuhan di dalam taksa dengan sistem yang telah diatur dalam International Code of Botanical Nomenclature (ICBN) = Kode Internasional TatanamaTumbuhan (KITT) Sasaran mempelajari Sistematika/Taksonomi Tumbuhan Tinggi: a. Mempelajari tumbuhan disuatu daerah atau di dunia mengenai macamnya, namanya, perbedaan dan persamaannya, tempat tumbuhnya, serta hubungannya dengan penelitian botani lainnya 9 b. Mengunpulkan pengetahuan untuk menyusun suatu publikasi berupa flora, manual, monografi dan sebagainya. c. Mempelajari sistem klasifikasi yang logis dan universal d. Mempelajari evolusi berbagai jenis tumbuhan 2.3. FASE PERKEMBANGAN SISTEMATIKA/TAKSONOMI TUMBUHAN a. Fase eksplorasi dan penemuan Ilmu ini pada awalnya timbul karena adanya inventarisasi tumbuhan di dunia. Aktivitas ini dimulai sejak jaman purba, akan tetapi aktivitas paling menonjol sekitar tahun 1400 yaitu saat orang-orang Eropa Barat mengadakan pelayaran menjelajahi pulau-pulau di berbagai penjuru dunia untuk mendapatkan bahan rempah. Puncak kegiatan eksplorasi botani terjadi pada akhir tahun 1800, walaupun kegiatan tersebut masih dilakukan orang sampai saat ini terutama di daerah tropika. Material yang didapatkan dari hasil ekspedisi awal ini telah dikirim kepada para ahli botani di Eropa untuk diteliti dan diberi nama. Pada akhir tahun 1700 sampai awal tahun 1800, para ahli botani dibanjiri oleh material tumbuhan yang ditemukan untuk diteliti. Tumbuhan koleksi tersebut kemudian di-pres dan dikeringkan yang selanjutnya disebut sebagai herbarium. Para ahli botani kemudian saling tukar menukar herbarium untuk diteliti lebih intensif dan beberapa dari herbarium tersebut dikumpulkan pada pusat herbarium termashur. Pada akhir tahun 1800 banyak terdapat pusat penelitian botani yang telah mantap baik di Eropa maupun di Amerika Utara. Herbarium yang dimilikinya bertambah dengan pesat yang berasal dari berbagai daerah di dunia. Pada fase ini banyak spesies tumbuhan yang telah diteliti, diberi nama, dan diklasifikasikan dalam genera atau famili untuk yang pertama kalinya. Flora atau tumbuhan yang berasal dari suatu daerah dapat diketahui dari hasil penelitian herbarium. b. Fase sintesis Klasifikasi pada fase ini dilakukan berdasarkan data morfologi dan antomi, yang dilihat dari herbarium atau di laboratorium. Para ahli botani pada fase ini melakukan pengamatan dan penelitian yang lebih mendalam tentang ciri-ciri tiap taksa. Taksonomi/sistematika dengan klasifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi dan anatomi ini biasa disebut Taksonomi/sistematika klasik. Masa berlangsungnya fase sintesis ini dimulai pada akhir tahun 1800 hingga sekarang. 10 c. Fase penelitian/ Taksonomi Penelitian/ Biosistematika Taksonomi yang klasifikasinya berdasarkan pada penelitian. Biosistematika dapat pula dikatakan sebagai studi taksonomi organisme dilihat dari segi populasinya bukan dari segi individunya, serta penelitian proses evolusi yang terjadi di alam dari populasi tersebut. Bidang-bidang yang diteliti untuk maksud tersebut meliputi bidang genetika, sitologi dan aspek ekologi dari suatu populasi di lapangan atau di kebun poercobaan. Penelitian demikian saat ini masih dilakukan orang terus menerus terutama di Eropa Barat, Amerika Utara, Rusia, Australia, Selandia Baru dan Jepang. Penelitian proses evolusi dari suatu populasi dapat dilihat dari adanya kemungkinan terjadinya proses hibridisaasi dari populasi tersebut secara alami. Apabila proses hibridisasi ini terjadi, maka pada akhirnya akan dijumpai yang menyimpang dari induknya. Berbagai macam informasi yang didapat dari hasil penelitian spesies-spesies dari suatu populasi di dalam hal kandungan unsur kimia, bentuk sel, jumlah kromosom,, morfologi dan lain-lain akan melengkapi perbendaharaan pengetahuan mengenai spesiesspesies tersebut, dan dapat pula dilihat apakah diantara spesies-spesies tersebut ada hubungan satu dengan lainnya terutama bagi spesies-spesies yang berasal dari satu genus Fase penelitian ini didasarkan pada kombinasi data yang digunakan untuk menginterpretasikan evolusi atau keeratan keluarga (phylogeni), dimulai sejak timbulnya teori evolusi dari Charles Darwin pada pertengahan abad XIX hingga sekarang. Disamping itu dengan banyaknya penelitian dan majunya teknologi, maka saat ini telah timbul berbagai cabang ilmu taksonomi seperti kemotaksonomi, yaitu taksonomi yang didasarkan pada data kimianya. Sitotaksonomi yaitu taksonomi yang didasarkan pada data kromosomnya. Taksonomi numerik yaitu taksonomi yang didasarkan pada data numeriknya dan untuk pelaksanaannya digunakan komputer. II.4. RELEVANSI DENGAN LAPANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN ILMU LAIN Pada saat ini ilmu tentang identifikasi, pemberian nama dan klasifikasi tumbuhan merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan di lapangan. Pada bidang pertanian, terutama bagi pemulia tanaman yang akan meningkatkan potensi ekonomi suatu jenis tanaman, memerlukan tumbuhan liar yang dianggap paling dekat hubungan kekeluargaannnya dengan jenis tumbuhan tersebut diatas. Tumbuhan liar mempunyai beberapa sifat unggul yang diperlukan oleh para pemulia tanaman untuk memperbaiki mutu tanamannya. Sifat11 sifat tersebut antara lain: ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, ketahanan terhadap keasaman tanah, umur yang relatif lebih pendek dan sebagainya. Kesemuanya ini dapat dilakukan oleh taksonomi dengan jalan eksplorasi. Aktifitas para ahli taksonomi merupakan dasar dari semua ilmu biologi lain karena ilmu taksonomi erat kaitannya dengan pelaksaan inventarisasi tumbuhan, identifikasi, pemberian nama dan klasifikasinya. Para ahli taksonomi mempunyai tanggungjawab yang berat kepada masyarakat ilmu-ilmu lainnya, karena harus dapat menyajikan nama dan klasifikasi yang benar atas tumbuhan yang dibutuhkan orang. Nama dan klasifikasi tumbuhan besar manfaatnya bagi mereka yang mepelajari ilmu ekologi, kimia, pemuliaan tanaman, farmakologi, hortikultura, kehutanan dan lain-lain. Manusia berkomunikasi antara satu dengan lainnya untuk mengemukakan masalah tumbuhan. Hal ini dengan sendirinya membutuhkan nama tumbuhan tersebut agar mudah dimengerti. Pemberian nama tersebut merupakan tugas para ahli taksonomi. Nama umumnya diberikan dalam bentuk nama ilmiah karena nama lokal atau nama daerah sangat bervariasi. Nama ilmiah tumbuhan kadang-kadang sulit dimengerti dan kurang menarik bagi orang awam, namun demikian nama ilmiah sudah diakui secara international karena proses pemberian nama atau perubahan nama tidak dapat dilakukan dengan cara sembarangan, tetapi harus mengikuti aturan yang berlaku secara internasional pula. Klasifikasi berubah dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan banyaknya penemuan-penemuan baru. oleh karena itu banyak juga nama tumbuhan yang lama diubah menjadi nama baru. Klasifikasi khusus untuk tanaman budidaya sulit dibuat karena masih banyak variasinya. Informasi tumbuhan liar yang erat hubungannnya dengan tanaman budidaya perlu dikemukakan agar suatu saat mungkin diperlukan bagi pengembangan tanaman budidaya. Inventarisasi tumbuhan di daerah tropika sangat diperlukan dan hal ini merupakan tantangan bagi ahli taksonomi sebelum ekosistemnya rusak sebagai akibat perkembangan daerah pertanian dan pemukiman. Banyak tumbuhan hutan hujan tropis yang belum diketahui nama dan klasifikasinya telah musnah karena peningkatan kebutuhan dan aktifitas manusia. Hilangnya spesies-spesies tersebut maka hilang pula kemungkinan dan kesempatan untuk memperbaiki mutu salah satu tanaman budidaya yang ada sekarang. Taksonomi/sistematika tergantung pada banyak ilmu lain, demikian juga sebaliknya ilmu-ilmu lain banyak tergantung pada ilmu taksonomi/sistematika seperti: 12 Morfologi yaitu ilmu yang mempelajari struktur luar organ vegetatif dan reproduktif tumbuhan, memegang peranan penting dalam penggolongan taksa atau klasifikasi tumbuhan. Anatomi yaitu ilmu yang meliputi sitologi, histologi struktur vegetatif dan reproduktif tumbuhan , banyak membantu dalam menentukan golongan tumbuhan. Embriologi yang mempelajari perkembangan sel telur sampai pembuahan pada tumbuhan. Ilmu ini juga banyak membantu dalam menentukan derajat keeratan kekeluargaan taksa tumbuhan. Genetika ilmu yang mempelajari sifat-sifat yang diturunkan, letak faktor sifat, kromosom dan lain-lain. Ilmu ini membantu dalam menentukan penggolongan taksa. Fisiologi atau ilmu faal banyak membantu dalam menentukan taksa tumbuhan. Evolusi mempelajari perkembangan organism dari yang paling sederhana sampai yang modern/kompleks. Palaeobotani ilmu tentang tumbuhan purba yang pada saat sekarang telah punah. Fosil-fosil yang didapatkan dapat membantu para ahli untuk menghubungkan kekeluargaan dengan tumbuhan yang hidup sekarang. Ekologi ilmu yang mempelajari hubungan antara tumbuhan dan berbagai faktor lingkungan tempat tumbuhnya seperti tanah, iklim, organisme hidup serta modifikasi bentuk dan fungsi yang memungkinkan tumbuhan menyesuaikan dengan keadaan lingkungan. Fitogeografi yaitu ilmu tentang penyebaran tumbuhan di dunia. Berdasarkan sejarah populasi tumbuhan, asal dan penyebarannya dapatlah ditarik kesimpulan tentang keeratan pertalian kekeluargaannya. Palinologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang spora dan tepung sari. Ini sangat membantu dalam penggolongan taksa tumbuhan berdasarkan tanda-tanda yang ada pada spora maupun tepung sari. II.5. SISTEM KLASIFIKASI TUMBUHAN Pada saat ini klasifikasi tumbuhan di dunia masih terus mengalami perubahan berdasarkan pada penemuan-penemuan baru. Klasifikasi tersebut antara lain dibuat oleh Robert Torne (1976), dari Amerika, Armen Takhtajan (1969) dari Rusia dan Arthur Cronquist (1968) dari Amerika. Ketiga ahli tersebut membuat klasifikasi tumbuhan mengikuti sistem yang dibuat oleh Bessey. Sistem klasifikasi tumbuhan berdasarkan sejarah perkembangannya dapat dikelompokkan dalam empat golongan yaitu berdasarkan bentuk, buatan, alami dan phylogenetik. Disamping keempat golongan ini, bagi manusia prasejarah dan para tabib menggolongkan tumbuhan berdasar pada penggunaannya. Beberapa contoh klasifikasi dari keempat golongan tersebut adalah: 13 a. Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Sistem klasifikasi berdasar bentuk adalah sistem klasifikasi berdasarkan pada keadaan, sifat atau bentuk yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebagai contoh Theophrastus dalam bukunya Historia Plantarum membangi tumbuhan berdasarkan : Sifat : pohon, perdu, semak Umur : setahun, dua tahun, tahunan Bunga majemuk : terbatas, tidak terbatas Perlekatan tajuk bunga: polypetalus, gamopetalus b. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Buatan Sistem klasifikasi berdasarkan sistem buatan adalah klasifikasi berdasar pada bentuk organ kelamin tumbuhan. Sistem ini dibuat oleh C. Linnaeus dengan maksud untuk memudahkan identifkasi tumbuhan yang diamati. Sistem ini pertama kali dimuat dalam buku Hortus uplandicus (1732) yang kemudian diperluas pada buku Genera Plantarum (1737). Pada sistem ini Linnaeus membagi tumbuhan dalam 24 klas berdasar jumlah dan panjang benang sari (stamen) sebagai berikut: 1. Klas Monandria. Benang sari satu. Contoh pada genus Lemna, Scirpus 2. Klas Diandria. Benang sari dua. Contoh pada genus veronica, Salvia 3. Klas Triandria. Benang sari tiga. Contoh pada genus iris, Sisyrinchium 4. Klas Tetra Andria. Benang sari empat. Contoh pada genus Mentha, Ulmus dan Cornus 5. Klas Pentandria. Benang sari lima. Contoh pada genus Primula 6. Klas Hexandria. Benang sari enam. Contoh pada genus Myosotis 7. Klas Heptandria. Benang sari tujuh. Contoh pada genus Aesculus 8. Klas Oktandria. Benang sari delapan. Contoh pada genus Fagopyrum 9. Klas Enneandria. Benang sari sembilan. Contoh pada genus Rheum,Ranunculus 10. Klas Decandria. Benang sari sepuluh. Contoh pada genus Acer, Kalmia 11. Klas Dodecandria. Benang sari sebelas sampai sembilan belas. Contoh pada genus Euphorbia 12. Klas Icosandria. Benang saridua belas atau lebih dan episepalus. Contoh pada genus Rosa, Rubus 13. Klas Polyandria. Benang sari 20 atau lebih dan melekat pada sumbu. Contoh pada genus Tilia, Papaver dan Nymphaea 14. Klas Didynamia. Benang sari didynamous. Contoh pada genus Linaria, Linnaea 14 15. Klas Tetradynamia. Contoh pada semua anggota Cruciferae 16. Klas Monodelphia. Contoh pada anggota familia Malvaceae dan Graniaceae 17. Klas Diadelphia, Contoh pada genus Lathyrus, Trifolium 18. Klas Polyadelphia. Contoh pada genus Hypericum 19. Klas Syngenesia. Contoh pada genus Lobella , Viola dan anggota familia Compositae 20. Klas Gynandria. Gynoecium dan Androecium bersatu. Contoh pada anggota familia Orchidaceae 21. Klas Monoecia. Berumah satu. Contoh pada genus Typha, Quercus dan Thuja 22. Klas Dioecia. Berumah dua. Contoh pada genus Salix, Urtica 23. Klas Polygamia. Contoh pada genus Empetrum dan beberapa anggota family Compositae 24. Klas Cryptogamia . \contoh pada semua anggota ganggang, fungi, lumut dan pakupakuan. 3. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Alami Pada akhir abad ke XIX, pengetahuan tentang tumbuhan semakin banyak. Para ilmuan saat itu menganggap bahwa di alam selain mempunyai organ kelamin tertentu seperti yang dikemukakan oleh Linnaeus, ternyata mempunyai hubungan yang erat diantara mereka. Kemajuan pengetahuan saat ini terutama pengetahuan tentang pelukisan organ-organ tumbuhan dan fungsinya. Beberapa contoh klasifikasi berdasarkan sistem alami yang popular adalah: a. Sistem klasifikasi de Jussieu, yang tertera pada buku Exposition d’un nouvel orde de plant (1774) b. Sistem klasifikasi de Candolle yang tertera pada buku Produrmus systematis Naturalis regni vegetabilis (1800) c. Sistem klasifikasi Bentham dan Hooker, yang tertera pada buku Genera Plantarum (1862-1883) A. Sistem klasifikasi de Jussieu dengan bagan: Acotyledons (tidak berbiji, tidak berbunga) Monocotyledons a. Hypogynous b. Perigynous 15 c. Epigynous Dicotyledons 1. Apetalae (tidak berpetal) a. Hypoginous b. Perigynous c. Epigynous 2. Monopetalae (petal berlekatan jadi satu) a. Hypogynous b. Perigynous c. Epigynous dengan benangsari lepas d. Epiginous dengan benangsari berlekatan. 3. Polypetalae (petal lepas) a. Hypogynous b. Perigynous c. Epigynous 4. Diclines irregulares (unisexual, tidak bercorolla) B. Sistem klasifikasi de Candolle dengan bagan sebagai berikut: Vasculares (dengan sistem pembuluh) A. Exogenae (dengan pertumbuhan keluar/dengan kambium, dicot). 1. Diplochorydeae (dengan calyx dan corolla) a. Thalmiflorae (chloripetalous dan hypogynous) b. Calyciflorae (chloripetalous dan peri atau epigynous atau sympetalous dan epigynous) c. Corolliflorae (sympetalous dan hypogynous) 2. Monoclamydeae (hanya bercalyx) B. Endopgenae (dengan pertumbuhan kedalam tanpa kambium). Cellulares (tanpa sistem pembuluh) C. Sistem klasifikasi Bentham dan Hooker dengan bagan : Dicotyledons 1- Polypetalae (corolla tidak berlekatan) a.Thalamiflorae (benangsari hypogynous dan biasanya banyak, tidak mempunyai cawan). 16 b. Disciflorae (benangsari hupogynous dan mempunyai cawan). c. Calyciflorae (benangsari perigynous atau epigynous, bakal buah kebanyakan inferior) 2. Gamopetalae (corolla terbagi-bagi sebagian atau seluruhnya berlekatan). a. Inferae (bakal buah inferior) b.Heteromerae (bakal buah superior, androecium 1 atau 2, karpel kebanyakan lebih dari 2) c. Bicarpellattae (bakal buah superior, androecium 1, karpel 2) 3. Monochlamydeae (bunga apetalous) Curvembryeae (embrio terputar,ovule kebanyakan 1) Multiovulatae aquaticae (beberapa biji, tumbuh di air) Multiovulatae terrestres Microembryeae (embrio kecil di dalam endosperm) Daphnales (ovary berkarpel tunggal, ovule tunggal) Achlamydosporeae (bakal buah biasanya inferior, unilocular, ovule 1 - 3) Unisexuales (bunga unisexual) Gymnospermae Monocotyledons Miscropermae (bakal buah inferior, biji kecil) Epigynae (bakal buah biasanya inferior, biji besar) Coronarieae .(bakal buah superior, perianth berwarna) Calycineae (bakal buah superior, perianth berwarna hijau) Nudiflorae (perianth kebanyakan tidak ada, biji albuminous) Apocarpae (putik lebih dari 1 dan terang), Glumaceae (perianth tereduksi, brachtea bersisik dan menyolok 4. Klasifikasi berdasarkan phylogeny. Pada abad ke XIX sejak tercetusnya teori evolusi oleh Darwin, para ilmuan menganggap bahwa organisme hidup yang ada saat ini adalah keturunan organisme masa lalu melalui proses evolusi. Oleh karena itu untuk menyusun klasifikasi tumbuhan mereka memasukkan unsur keturunan dan hubungan kekeluargaan antara tumbuhan satu dengan tumbuhan lainnya. Beberapa sistem klasifikasi yang popular berdasarkan sistem phylogeny adalah: 17 a. Sistem klasifikasi A.W. Eichler yang tertera pada buku Bluthendiagram Construirt und erlautet (1875-1878) dengan bagan: Cryptogamae A. Thallophyters 1. Cyanophyceae. 2. Chlorophyceae. 3. Rhodophyceae. B. Bryophytes. 1. Hepaticeae. 2. Musci. C. Pteridophytes. 1. Equisetineae. 2. Lycopodineae. 3. Filicinae. Phanerogamae A. Angiospermae: Monocotyledonneae, Dicotyledoneae. B. Gymnospermae. b. Sistem klasifikasi Adolph Engler dan Karl Prantl, yang tertera pada buku Die Naturlichen phflanzenfamilien (1887-1889), dengan bagan sebagai berikut: Myxothallophyta Euthallophyta Embryophyta asiphonogama 1. Bryophyta 2. Pteridophyta Embryophyta siphonogama 1. Gymnospermae 2. Angiospermae: a. Monocotyledoneae b. Dicotyledoneae bl. Archychlamydeae (tanpa perinth/hanya calyx/ calyx dan petal lepas: - chorypetalae - apetalae b2. Metachlamydeae (dengan calyx dan petal coalescent). 18 c. Sistem klasifikasi Richard Von Wettstein, yang tertera pada buku Handbuch der Systematichen Botanik (1935). Dengan bagan : Schizophyta Monodophyta Myxophyta Conjugatophyta Bacillariophyta Phaeophyta Rhodophyta Euthallophyta Cormophyta 1. Archegoniatae a. Bryophyta b. Pteridophyta 2. Anthophyta: a. Gymnos pe rmae b. Angiospermae bl. Dicotyledoneae: Choripetalae - Monochlamydeae - Dialypetalae Sympetalae b2. Monocotyledoneae d. Sistem klasifikasi Charles E. Bessey tyercatat dalam buku Evolution and Classification (1894) Ilmu taksonomi/sistematika tumbuhan mengalami banyak perubahan cepat semenjak digunakannya berbagai teknik biologi molekular dalam berbagai kajiannya. Pengelompokan spesies ke dalam berbagai takson sering kali berubah-ubah tergantung dari sistem klasifikasinya. Berdasarkan kesepakatan Internasional nama-nama takson tumbuhan berturut-turut dari yang besar ke yang kecil adalah: divisio (divisi), classis (kelas), ordo (bangsa). 19 Familia (suku), tribus (rumpun), genus (marga), series (seri), species (jenis), varietas (varitas), forma (bentuk). Jika setiap bagian yang lebih kecil pada setiap takson itu diaebut dengan istilah yang sama dengan diberi awalan Sub (anak), maka seluruh tumbuhan dapat memiliki duapuluh lima takson sebagai berikut: Regnum = Dunia Genus = marga Sub regnum = anak dunia subgenus = anak marga Division = divisi sectio = seksi Subdivisio = anak divisi subsectio = anak seksi Classis = kelas series = seri Subclassis = anak kelas subseries = anak seri Ordo = bangsa species = jenis Subordo = anak bangsa subspecies = anak jenis Familia = suku varietas = varitas Subfamilia = anak suku subvarietas = anak varitas Tribus = rumpun forma = bentuk Subtribus = anak rumpun subforma = anak bentuk Individuum = individu Menurut kesepakatan internasional, istilah-istilah untuk menyebut masing-masing takson bagi tumbuhan itu tempatnya tidak boleh diubah, sehingga masing-masing istilah itu sekaligus menunjukkan kedudukan atau tingkat dalam hierarki takson tumbuhan artinya menunjukkan kategorinya dalam system klasifikasi. II.5. TUGAS UNTUK MAHASISWA Mahasiswa diharuskan membuat makalah tentang sistem klasifikasi dengan membaca dari sumber-sumber buku literatur, materi bahan ajar atau penelusuran melalui internet. 20 BAB III SUMBER INFORMASI BAGI SISTEMATIKA TUMBUHAN III.1. PENDAHULUAN: SASARAN PEMBELAJARAN: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang ruang lingkup Sistematika Tumbuhan Tinggi dan Sistem klasifikasi STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning, III.2.SUMBER DATA SISTEMATIKA TUMBUHAN Data untuk klasifikasi tumbuhan telah mencakup bidang-bidang studi yang jauh lebih luas dibandingkan dengan sistem klasifikasi alami. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya penelitian-penelitian yang mencakup berbagai macam cabang ilmu biologi. Pada saat ini telah banyak diketemukan teknologi baru untuk memperoleh data yang sangat diperlukan oleh para ahli taksonomi. Data seperti: jumlah kromosom, bentuk tepung sari, bentuk stomata, unsur yang terbentuk dari proses metabolisme sekunder, rangkaian asam amino dalam protein, dan Iain-lain yang memerlukan alat dan dana khusus, Informasi yang penting untuk setiap ahli taksonomi adalah berbeda-beda. DAVIS dan HEYWOOD (1936) mengemukakan yang penting adalah: morfologi dan anatomi, sitologi dan fitokimia. BENSON (1962) mengemukakan yang penting adalah: studi herbarium, observasi lapangan, morfologi secara mikroskopis, paleobotani, biogeografi, kimia, ekologi dan sitogenetik. SNEATH dan SOKAL (1973) mengemukakan yang penting adalah : anatomi dan morfologi, fisiologi dan kimia, ekologi dan geografi. Pada buku ajar ini dikemukakan beberapa sumber informasi/data bagi sistematika tumbuahan seperti: Informasi struktur, informasi kimia, informasi kromosom dan informasi sistem penangkaran III.3. INFORMASI STRUKTUR Struktur tumbuhan meliputi: morfologi dan anatomi, reproduksi dan vegetatif, tumbuhan saat ini dan fosil (neobotany dan paleobotany), perkembangan dan kematangan. Secara garis besar struktur tumbuhan yang sering digunakan orang untuk menyusun klasifikasi tumbuhan adalah sebagai berikut: a. Struktur Reproduktif dan Vegetatif Tumbuhan Struktur reproduksi dan vegetatif adalah informasi tertua yang digunakan para ahli 21 taksonomi untuk mengklasifikasikan tumbuhan hingga saat ini. Berbagai macam bentuk variasi karangan bunga, daun penumpu, dasar bunga. hypanthium, calyx, corolla, benang sari, bakal buah, buah, dan Iain-lain merupakan ciri-ciri yang berharga bagi ahli taksonomi untuk mengklasifikasikan antara satu dan lain kelompok tumbuhan berbunga. Pada kunci identifikasi dari taksa suatu flora, ciri-ciri bunga merupakan ciri terpenting dibandingkan dengan ciri-ciri lainnya. Berdasakan cir-ciri bunga, dapatlah dikelompokan ciri-ciri taksa secara umum ; artinya ciri suatu taksa membutuhkan beberapa ciri-ciri bunga tertentu, sedangkan taksa yang lain membutuhkan ciri-ciri lainnya. Sebagai contoh : pada famili Ranunculaceae, ciriciri daun penumpu, kelopak dan mahkota adalah ciri-ciri utama untuk membedakan taksa dibawahnya. Pada famili-famili lain seperti Asteraceae (Compositae) dan Poaceae (Graminae) adalah : karangan bunga, daun penumpu dan tipe bunga. Pada familia Fabaceae adalah benang sari dan dinding buah; pada familia Scrophulariaceae dan Lamiaceae adalah corolla dan benang sari; Pada klasifikasi tumbuhan dalam skala besar, ciri-ciri buah dan biji kurang besar peranannya, kecuali hanya untuk beberapa taksa. Pada famili Carryophyllaceae, biji merupakan ciri penting untuk membedakan tribe dan generanya, sedangkan pada familia lainnya tidak. Pada tumbuhan tingkat tinggi, ciri-ciri vegetatifnya lebih banyak mirip antara satu dengan lainnya, Pada tumbuhan yang tidak ada hubungannya, misalnya tumbuhan berbentuk pohon, herba dan semak; daun majemuk menyirip, menjari dan lain-lain. Sebagai contoh: daun pada genus Acer dan Plotanus sangat mirip bentuknya padahal kedua genus tersebut berasal dari famili yang sangat jauh hubungannya. Banyak sekali ciri vegetatif yang mirip satu dengan lainnya padahal berasal dari taksa yang sangat jauh berbeda. Oleh karena itu ciri-ciri vegetatif dipergunakan seperlunya saja, dan biasanya digunakan sebagai ciri kelompok, misalnya: berbentuk herba, berbentuk pohon dan Iainlain. Ciri-ciri bentuk tum-buhan biasanya konstan dalam satu genus atau familia, meskipun ada yang tidak. Familia Cruciferae seluruh anggotanya berbentuk herba, sedangkan familia Compositae anggotanya ada yang berkayu dan ada yang berbentuk herba. Familia atau genera yang anggotanya sebagian dari daerah tropika dan sebagian lagi dari daerah subtropika biasanya ada yang berkayu dan ada yang berbentuk herba. Struktur vegetatif lain yang sering digunakan dalam klasifikasi tumbuhan antara lain: .bentuk batang, bentuk daun, tulang daun, dan tepi daun. Bentuk batang yang menyimpang dari bentuk umum, yaitu berupa struktur yang berada di bawah permukaan 22 tanah, sering digunakan sebagai ciri khusus suatu taksa. Daun mempunyai nilai yang cukup tinggi dalam klasifikasi tumbuhan. Beberapa anggota tumbuhan berbunga tidak mempunyai daun, sedang anggota yang lain mempunyai daun dengan berbagai bentuk. Daun yang dari satu tangkai daun hanya terdiri dari satu helai daun disebut sebagai daun tunggal, sedangkan yang lebih dari satu helai daun disebut daun majemuk. Pada beberapa taksa, daun tidak mempunyai tangkai daun dan untuk daun yang demikian ini disebut daun duduk atau sessila. Pada buku tempat tangkai daun melekat kadang-kadang terdapat bentuk tambahan yang mirip daun atau selaput dan disebut daun penumpu atau stipula. Bentuk stipula bervariasi. Pada beberapa tumbuhan seperti rerumputan atau tetekian, bagian pangkal daun melebar dan menyelimuti batang yang disebut pelepah. Ada rerumputan, pada tempat pertautan antara pelepah dan helai daun, terdapat bentuk lidah daun atau ligula. Bentuk daun majemuk untuk berbagai spesies tumbuhan sangat bervariasi Daun yang melekat pada batang biasanya dalam kedudukan tertentu yaitu : (1) berseling atau alternate, (2) berhadapan atau opposite, dan (3) melingkar atau whorled, bila dalam satu buku terdapat lebih dari tiga helai daun. Walaupun secara keseluruhan ukuran helai daun kemungkinan di pengaruhi oleh 23 faktor lingkungan, bentuk daun atau helai daun sering digunakan sebagai ciri bagi spesies tumbuhan. Secara umum bentuk daun, bentuk ujung dan pangkal daun sebagai berikut . . Setiap spesies tumbuhan mempunyai bentuk tepi daun yang berbeda-beda, meskipun ada juga beberapa yang mempunyai bentuk tepi daun yang sama. Variasi struktur vegetatif pada tumbuhan memang tidak sebanyak struktur reproduktifnya, sehingga didalam klasifikasi tumbuhan tidak begitu besar peranannya. Akan tetapi ada juga kekecualiannya misal pada genus Ulmus, bunga dan buahnya tidak banyak variasinya sehingga pembagian spesiesnya sangat tergantung pada bentuk daunnya; demikian juga pada genus Quercus, dan Betula. b. Struktur Anatomi Penggunaan ciri-ciri anatomi tumbuhan dalam taksonomi baru berjalan lebih kurang 100 tahun, setelah diketemukannya mikroskop berkekuatan tinggi. Penelitian dengan penggunaan mikroskup ini menjadi lebih jelas dan meyakinkan, terutama pada ciriciri yang meragukan apabila dilihat dengan mata telanjang. Revolusi penggunaan anatomi tumbuhan untuk klasifikasi berjalan selama lebih kurang 30 tahun. Prinsip-prinsip struktur anatomi dapat digunakan untuk klasifikasi adalah: (1) bentuk anatomi mempunyai kaitan si-fat dengan ciri-ciri lainnya, (2) ciri-ciri anatomi harus di kombinasikan dengan ciri-ciri lainnya, (3) ciri-ciri anatomi condong bermanfaat untuk klasifikasi katagori besar dan kurang bermanfaat bagi katagori di bawah genus. Sejak tahun 1930 telah dilakukan penelitian dan diketahui bahwa evaluasi pada tumbuhan berbunga terjadinya cenderung khusus pada xylem sekundernya Tumbuhan berbunga yang tidak berpembuluh dianggap lebih primitif. Gambaran perkembangan pembuluh kayu, digabungkan dengan ciri-ciri morfologi lain, digunakan 24 untuk menguji hipotesa keeratan kekeluargaan (philogeni) diantara tumbuhan berbunga. Pada familia Euphorbiaceae untuk semua anggotanya, dicirikan oleh adanya pembuluh lateks, walaupun bentuknya mirip kaktus, sedangkan pada famili Cactaceae tidak. Pada pengamatan anatomi daun Acer dan Platonus yang secara morfo logi sangat mirip, ternyata bentuk anatominya sangat jauh berbeda. Variasi pola rambut epidermal atau "trikhoma" mungkin juga dapat digunakan sebagai ciri klasifikasi pada tingkat spesies - genus - familia. Pada familia Combretaceae didapatkan informasi bahwa anatomi trikhoma besar sekali kegunaannya untuk klasifikasi pada semua tingkat dari familia sampai spesies bahkan sampai varietas. Hasilnya dapat memperbaiki klasifikasi khususnya tribe dalam familia dan subgenus dalam genus Combretum. Penelitian beberapa spesies dari genus Vernonia, didapatkan informasi bahwa struktur trikhoma berbeda-beda dalam hal besarnya, bentuknya dan kumpulan sel yang membentuk rambutnya. Pada familia Compositae dan beberapa familia lainnya, trikhoma mempunyai nilai yang cukup tinggi untuk menganalisa beberapa bentuk hibrida yang belum diketahui. Pada familia Graminae yang bunganya mengalami reduksi sangat besar, sehingga sulit untuk diidentifikasi berdasar ciri-ciri morfologinya, maka identifikasi dapat dilakukan berdasar struktur anatomi dan sitologinya. Ciri-ciri seperti: susunan schlerenchyma, susunan serta bentuk ikatan pembuluh, perbedaan panjang pendek sel-sel epidermal, bentuk dan penyebaran silikat, serta bentuk trikhoma, berperanan sangat penting untuk meninjau kembali klasiflkasi familia Graminae dari subfamilia sampai spesies. Salah satu 25 contoh, spesies Vulpiella termis dan Vulpia alopecorus tadinya dianggap sinonim, akan tetapi setelah dilihat anatominya secara mikroskopik ternyata tidak sama. Diantara bentuk khusus pada tumbuhan yang sering digunakan sebagai dasar klasifikasi adalah bentuk sel penjaga atau guard cell dan sel tetangga atau subsidiary cell pada stomata. Diduga salah satu ciri yang sangat membedakan subklas dari monokotil adalah kedudukan kedua sel tersebut di atas.. Terdapat 31 bentuk pola kedua sel tersebut yang terdapat pada tumbuhan berpembuluh secara keseluruhan termasuk Pteridophyta, perbedaan tipe-tipe tersebut umumnya bervariasi pada katagori besar. Pada familia Acanthaceae, stomatanya anomacytic. Diantara familia Combretaceae, stomata pada subfamilia Strephonnematoideae adalah paracytic, sedangkan pada subfamilia Combretoidae adalah anomocytic. Pada suatu tumbuhan kadang-kadang dijumpai lebih dari satu bentuk stomata. Pada genus Streptocarpus dari familia Gesneriaceae, stomata pada kotiledonnya berupa anomocytic. Pada genus Lippia nodiflora dari familia Verbenaceae, dalam satu daun terdapat bentuk stomata anomocytic, anisocytic, diacytic, dan paracytic. III.4 INFORMASI KIMIA Kemotaksonomi tumbuhan, kemosistematik, taksonomi kimia tumbuhan, sistematik kimia tumbuhan atau fitokimla adalah nama yang diberikan untuk ilmu taksonomi tumbuhan yang didasarkan pada kandungan unsur kimianya . Ilmu ini berkembang dengan cepat, yang menggambarkan penggunaan unsur kimia yang terkandung dalam tumbuhan sebagai bahan untuk memlengkapi klasifikasi tumbuhan. Ilmu ini baru timbul sebagai ilmu yang menonjol sejak lebih kurang tahun 1960, dengan dua buah pemikiran: (1) ilmu kemotaksonomi yang me-rupakan pembaharuan dari ilmu 26 yang sudah ada, (2) kandungan unsur kimia adalah merupakan sifat dasar dari tumbuhan, dan kandungan tersebut terdapat pada organ-organ tertentu. Kandungan unsur kimia tidak terlepas dari uraian morfologi dan sitologi, sehingga datanya menjadi lebih penting dalam klasifikasi tumbuhan. Asal mula timbulnya ilmu kemotaksonomi dimulai pada saat manusia mengetahui bahwa berbagai tumbuhan mempunyai kegunaan tertentu bagi manusia misalnya untuk obat, racun, stimulan, pemyedap, gula, dan sebagainya, belumlah diketahui unsur apa yang terkandung didalamnya. Pencarian tumbuhan liar yang mungkin mempunyai nilai penting sebagai sumber bahan obat-obatan masih dilakukan oleh manusia. Sebelum manusia menemukan tanaman obat-obatan, manusia purba telah mencoba-coba mencari tumbuhan sebagai bahan makanan, banyak sekali tanaman sebagai sumber karbohidrat (Graminae), sumber protein (Leguminosae), dan Iain-lain. Warna tumbuhan adalah menggambarkan salah satu ciri morfologi atau kandungan kimia tertentu, sedangkan bentuk kristal yang terdapat dalam tumbuhan menggambarkan salah satu ciri anatomi atau kandungan kimia tertentu. Beberapa warna dapat digunakan sebagai dasar penduga adanya sesuatu atau kombinasi dari beberapa molekul yang berbeda-beda, sedangkan kristal atau bentuk lain, tidak hanya berva-riasi dalam hal unsur kimianya (kalsium oksalat, kalsium karbonat, pati, silikat, dan Iain-lain), tetapi juga berva-riasi dalam hal struktur fisiknya. Perbedaan bentuk seperti halnya butir-butir pati, silikat dan kalsium karbonat dijum-pai dalam sel-sel tumbuhan, pada umumnya berharga digunakan sebagai sumber informasi bagi taksonomi tumbuhan. Sebagai contoh, pada familia Graminae dijumpai duapuluh bentuk silikat, sedangkan kalsium karbonat yang berbentuk seperti jarum dijumpai hanya sangat sedikit pada tumbuhan dikotil, kecuali familia Rubiaceae dan Onagraceae. lebih kurang empat belas bentuk butir pati dapat dijumpai pada tumbuhan berbu-nga dan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi semua tingkat taksa. Rasa dan bau dari tumbuhan tidak saja dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kegunaannya seperti untuk pangan, obat atau kosmetika bagi manusia, tetapi juga dapat menarik bagi hewan atau patogen tertentu. Pada tahun terakhir ini banyak perhatian difokuskan pada "ko-evolusi" antara hewan dan tumbuhan, terutama kesukaan hewan akan tumbuhan tertentu sebagai sumber makanannya. Fenomena ini banyak ditunjukan oleh serangga, yaitu spesies serangga yang hanya senang makan satu spesies tumbuhan saja. Misalnya larva dari kupu-kupu Danaidae senang makan tumbuhan dari familia Asclepiadaceae, ulat sutera senang makan daun 27 murbei dan Iain-lain. Demikian pula banyak contoh mamalia herbivora atau molusca yang makan spesies tumbuhan tertentu, beberapa serangga melaksanakan polinasi pada tumbuhan tertentu. Penyakit cendawan tertentu hanya menyerang spesies tumbuhan tertentu pula, dan Para ahli hortikultura pada abad ini berhasil mengembangkan beberapa spesies tumbuhan dari taksa yang berlainan, misal pohon "pear" dan "apel" ; Laburnum dan cytisus, dan semuanya ini diduga karena menyangkut masalah kandungan unsur kimia. Perkembangan ilmu kemotaksonomi berjalan dengan cepat hal ini mungkin disebabkan oleh tiga sebab utama, yaitu: (1) adanya perkembangan beberapa teknik baru seperti adanya perkembangan berbagai bentuk khromatografi atau elektroforesis yang dapat menganalisa produk-produk tumbuhan dengan cepat dan sederhana, (2) realisasi dibalik kejadian-kejadian yang terjadi berdasar pengalaman orang di alam, menyebabkan diketemukannya berbagai unsur kimia penting diantara beberapa taksa, (3) timbulnya banyak pendapat yang menganggap bahwa unsur-unsur kimia pada tumbuhan banyak yang dapat digunakan sebagai dasar klasifikasi tumbuhan. Senyawa-senyawa kimia yang berguna bagi taksonomi tumbuhan dapat dikelompokan dalam tiga katagori besar yaitu: (1) hasil metabolisme primer, (2) hasil metabolisme sekunder, dan (3) semantida. Hasil metabolisme primer adalah senyawa hasil metabolisme utama pada tumbuhan, dan kebanyakan dari senyawa tersebut terdapat pada sebagian besar tumbuhan. Sebagai contoh: Asam akonitik (dari genus Aconitum) atau asam sitrik (dari genus Cytrus), berperan dalam "Siklus Krebs" (asam trikarboksilat) terdapat pada semua organisme hidup. Ada tidaknya beberapa senyawa dalam tumbuhan tidak berpengaruh dalam taksonomi tumbuhan, misalnya asam amino, gula dan lain-lain. Dalam beberapa kasus, jumlah dari hasil metabolisme primer sangat bervariasi diantara taksa, dan data ini dapat digunakan sebagai dasar taksonomi tumbuhan. Hasil metabolisme sekunder adalah hasil ikatan yang tidak dijumpai pada semua tumbuhan. Oleh karena taksonomi/sistematika itu senyawa ini dapat digunakan sebagai dasar tumbuhan. Senyawa hasil metabolisme sekunder yang sangat terkenal dan dapat digunakan sebagai dasar klasifikasi tumbuhan antara lain adalah: alkaloid, fenolik, glukosin, asam amino tertentu, terpen, minyak lilin, dan karbohidrat tertentu. Semantida adalah molekul-molekul pembawa sifat, yang terdiri dari: DNA yang merupakan semantida primer, RNA yang merupakan semantida sekunder, dan protein merupakan semantida tersier. 28 Penggunaan data senyawa kimia untuk taksonomi tumbuhan banyak ditunjukan oleh molekul mikro khususnya dari tingkat genus ke bawah, sedangkan molekul makro banyak membantu untuk menentukan keeratan kekeluargaan pada tingkat di atas genus. Ciri-ciri yang digunakan dalam kemotaksonomi, seperti halnya ciri-ciri yang lain, dapat digunakan pada semua tingkat hirarki taksonomi, walaupun kadang-kadang ada kelemahan-nya juga. Misalnya: pada suatu spesies tanaman hias, ada yang berbunga putih, merah, kuning, biru dan Iain-lain, padahal mereka dalam satu spesies dan hal ini sulit untuk dideteksi; sedangkan pada genus lain warna bunga adalah salah satu dasar untuk membedakan spesies. Tragopogon porrifolius adalah spesies tumbuhan yang bunganya berwarna ungu, sedangkan T. pratensis mempunyai bunga berwarna kuning; Silene alba adalah spesies tumbuhan yang bunganya berwarna putih, sedangkan S. dioica mempunyai bunga berwarna merah; Medigago sativa mempunyai mahkota berwarna ungu, sedangkan M. falcate mempunyai mahkota berwarna kuning; Endimion nonscirpus mempunyai kepala sari berwarna krem, sedangkan E. hispanicus mempunyai kepala sari berwarna biru; kesemua kelompok spesies tersebut di atas mempunyai hubungan antara satu dengan lainnya dalam kelompok, warna bunganya atau kepala sarinya berbeda, dan warna ini merupakan ciri pembeda yang penting. Semua kelompok hasil metabolisme sekunder yang digunakan oleh para ahli kemotaksonomi, yang paling penting adalah senyawa fenolat. Bentuk senyawa ini merupakan senyawa bebas dengan senyawa dasar berupa fenol (C6H5OH). Senyawa fenolat yang terpenting untuk taksonomi tumbuhan adalah flavonoids, yang relatif mempunyai inti sederhana Biasanya senyawa fenolat mempunyai bentuk yang berbeda-beda pada beberapa spesies, beberapa diantaranya tersebar luas dalam banyak spesies, dan ada juga yang sangat jarang dijumpai, sehingga pola dan kombinasinya mempunyai nilai yang cukup tinggi untuk dijadikan dasar klasifikasi dari batas ordo ke bawah. Salah satu contoh penggunaan dalam taksonomi tumbuhan berdasar hasil metabolisme sekunder adalah melihat adanya pigmen tertentu. Kebanyakan dari warna merah, biru dan warna yang mendekati keduanya pada bunga atau organ-organ lainnya, menandakan adanya senyawa anthocyanidin, yang merupakan bentuk perkembangan dari flavonoid, malvidin keseluruhan bentuk senyawa ini disebut anthocyanin. Kombinasi antara bentuk anthocyanidin dan bentuk gula yang melekat padanya menyebabkan terjadinya berbagai bentuk anthocyanin, yang terdapat pada hampir seluruh famili tumbuhan, anthocyanin tidak ada, hanya pada beberapa familia dikoliledoneae yang 29 fungsinya diambil alih oleh senyawa betacyanin. Senyawa ini berbeda dengan anthocyanidin karena adanya nitrogen hetero-siklik yang mengandung cincin aromatik, dan merupakan hasil metabolisme yang berbeda dari anthocyanidin; contohnya adalah Betanidin terdapat pada Beta vulgaris. Betacyanin-betacyanin yang berhubungan sangat rapat disebut betaxanthin, berupa pigmen berwarna kuning, sedang-kan betacyaninbetacyanin yang hubungannya tidak rapat (longgar) disebut anthoxanthin, yang terdapat pada sebagian besar tumbuhan. Secara elektroforesis telah dideterminasi variasi dari allozyme yang sangat berpengaruh dalam biologi populasi dan genetika. Kebanyakan dari data yang ada sangat membantu pada tingkat populasi, subspesies, spesies, atau kadang-kadang genera. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang biologi molekuler, sistematika juga mengembangkan cabang ilmu baru yaitu sistematika molekuler. Sistematika molekuler merupakan disiplin ilmu yang mengklasifikasikan organisme-organisme ke dalam taksa-taksa tertentu berdasarkan kemiripan (similaritas) dan ketidakmiripan (disimilaritas) karakter asam nukleat (DNA dan RNA) dan protein yang dimiliki organisme tersebut. Cabang ilmu ini berkembang mengingat data morfologi saja tidak cukup kuat untuk menjadi satu-satunya dasar klasifikasi, karena organisme yang berkerabat jauh juga dapat memiliki morfologi yang serupa sebagai akibat adanya proses adaptasi maupun evolusi. Penggunaan data-data molekuler sebagai penunjang data morfologi diharapkan akan dapat menjadi dasar yang lebih kuat dalam penentuan klasifikasi. Sistematik molekuler juga memudahkan ilmuwan untuk mengetahui seberapa banyak perubahan yang terjadi akibat proses evolusi dan hubungan antara beberapa spesies yang tidak memiliki kemiripan morfologi. Perubahan molekuler yang terjadi tersebut juga dapat digunakan untuk mengekplorasi filogeni dari organisme yang akan diteliti. Data karakter molekuler yang dapat digunakan pada sistematik molekuler secara garis besar dapat dibedakan menjadi data karakter protein dan asam nukleat (DNA dan RNA). Data molekuler yang paling sering digunakan pada sistematik molekuler tanaman antara lain isozyme, allozyme, sekuen DNA, DNA restriction sites, microsatelit, RAPD, dan AFLP. Data sekuen DNA merupakan salah satu data molekuler yang paling sering 30 digunakan dalam sistematika molekuler tanaman.DNA memiliki struktur untai ganda sehingga relatif lebih stabil dibandingkan dengan RNA, sehingga lebih memudahkan pada tahap isolasi. Data sekuen DNA pada dasarnya merujuk pada urutan basa nitrogen pada sekuen tertentu (A = adenine, C = sitosin, G = guanine, dan T = timin). Pada tanaman, data sekuen DNA yang dapat digunakan adalah yang berasal dari DNA yang terdapat pada inti sel (nDNA), kloroplas (cpDNA), dan mitokondria (mtDNA). Contoh penelitian pemanfaatan molekuler ataupun gabungan dengan data lainnya dalam sistematika Tumbuhan sebagai berikut: Keragaman Genetik Beberapa Kultivar Tanaman Mangga Berdasarkan Penanda Molekuler Mikrosatelit, Keanekaragaman Padi (Oryza sativa L.) Berdasar Karakteristik Botani Morfologi dan Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA), Analisis Keragaman Genetik Tanaman Jarak Pagar Lokal (Jatropha curcas L.) Berdasarkan Penanda Molekuler Random Amplified Polymorphic DNA. Keragaman genetik jagung lokal Sulawesi Selatan berdasarkan marka molekuler Simple Sequence Repaet. Kekerabatan jagung lokal Tana Toraja dan jagung asal CIMMYT berdasarkan marka Simple Sequence Repaet, dan lain-lain. Secara teori, teknik hibridisasi DNA dan RNA telah di-terapkan pada sistematika tumbuhan karena semua organisme mengandung komponen atau bahan campuran ini III.5. INFORMASI KROMOSOM Data kromosom dapat dilihat dari dua sudut pandangan bila digunakan untuk kepentingan klasifikasi, yaitu: (1) dilihat dari segi anatomi, jumlah kromosom sama pentingnya dengan jumlah dinding buah, dan dilihat dari bentuk morfologi, kromosom dapat digambarkan seperti halnya menggambar bentuk permukaan daun atau mahkota bunga, atau bentuk senyawa fenol yang dikandung oleh tumbuhan; (2) jumlah kromosom dan homolognya secara luas akan menggambarkan ciri yang khas pada saat meiosis, yang merupakan bagian dari proses yang mengatur tingkat fertilitas dan sifat-sifat keturunannya serta variasi bentuk populasinya. Pandangan yang kedua lebih penting apabila digunakan untuk studi biosistematik atau filogenetik. Kromosom mengandung gen yang merupakan sumber informasi genetik dan dinyatakan/terekspresi pada fenotipiknya. Taksonomi yang didasarkan pada data kromosom ini disebut sebagai sitotaksonomi. Data kromosom yang berperan untuk taksonomi ini adalah meliputi: jumlah kromosom, struktur kromosom dan sifat kromosom a. Jumlah Kromosom Jumlah kromosom pada setiap sel pada semua individu dari setiap spesies adalah 31 konstan. Pentingnya jumlah kromosom dalam taksonomi merupakan hasil dari serentetan penelitian. Diantara spesies yang mempunyai hubungan rapat (dalam satu genus) kadangkadang mempunyai jumlah kromosom berbeda, dan hal ini merupakan dasar dari fenomena yang disebut poliploidy; misal pada genus Festica, terdapat spesies dengan 2n = 14, 28, 42, 56 dan 70, dan untuk itu dikatakan sebagai diploid, tetraploid, heksaploid, oktoploid dan dekoploid, dengan jumlah n=7; jumlah dasar tersebut kadang-kadang disebut sebagai jumlah dasar kromosom (X), yang menggambarkan genome atau sifat dasar yang dimiliki oleh tumbuhan. Jumlah dasar kromosom kadang-kadang mudah diketahui tetapi kadang-kadang hanya bisa ditaksir atau diambil kesimpulannya saja. Misal pada genus Pandanus, semua spesiesnya mempunyai kromosom 2n = 60, jumlah dasar kromosomnya dapat 5, 6, 10, 15, atau 30. Sedangkan perhitungan kromosom pada spesies Freycinetra yang merupakan kerabat dekat dengan Pandanus dari familia Pandanaceae adalah 2n = 30. Oleh karena itu jumlah dasar kromosom pada Pandanus diperkirakan 5 atau 15, bukan 6, 10, atau 30, karena diperkirakan jumlah kromosom yang digambarkan oleh organ sporofitik adalah sama dengan jumlah rangkaiannya. Masalah yang terdapat pada familia Pandanaceae ini kadang-kadang cukup memusingkan, karena spesies nenek moyangnya yang diploid (2X) saat ini telah musnah. Jumlah dasar kromosom pada Angiospermae berkisar antara n = 2 pada Haplopappus gracilis (Compositae) sampai n = 132 pada Poa littoroa (Gramineae). akan tetapi sebagian besar anggota Angiospermae jumlah kromosom dasarnya n = 7 dan n = 12. Kelompok organisme yang jumlah kromosomnya mempunyai tingkat-tingkat poliploid, dikenal sebagai kelompok organisme yang mempunyai seri poliploid. Contohcontoh pada beberapa spesies Aster jumlah kromosomnya n = 9, 18, atau 27. Tipe poliploidi yang saat ini dikenal sebagai aneuploidi adalah poliploid yang jumlah kromosomnya bukan merupakan kelipatan sepasang kromosom, tetapi dari kromosom tunggal atau kromosom sederhana. Pada genus Vicia jumlah kromosom-nya 2n = 10, 12, 14, 24 dan 28, yang tersusun dalam kelompok pada tingkat diploid dan tetraploid. Demikian pula pada genus Crepis, jumlah kromosomnya 2n = 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 22, 24, 42, 44, 66, 88 dan sebagainya, tersusun agak berkelompok (tidak berpasanganpasangan).. Banyak kejadian kehilangan atau penambahan kromosom. Suatu diploid yang mendapatkan tambahan satu kromosom disebut trisomlk, yang kehilangan satu kromosom disebut sebagai monosomik, dan diploid yang normal disebut disomik. Jumlah kromosom umumnya digunakan untuk membahas ciri-ciri dari spesies, 32 tetapi untuk ini belum seluruhnya terpenuhi. Setiap familia tumbuhan umumnya mempunyai anggota dengan jumlah kromosom yang sangat bervariasi, kecuali beberapa familia seperti Pinaceae, semua anggotanya mempunyai jumlah kromosom disekitar 2n = 24. Variasi jumlah kromosom pada tingkat familia dari seluruh tumbuhan berbunga telah dikemukakan bahwa jumlah dasar kromosom dari Angiospermae adalah X = 7. Demikian pula klasifikasi tumbuhan yang dibuat oleh Cronquist juga mengemukakan bahwa jumlah dasar kromosom bagi seluruh familia tumbuhan adalah X = 7, kecuali beberapa klas dan subklas, seperti Caryophillidae,, X = 9. Selain itu dengan dijumpainya benyak diploid (2X) pada semua subklas, dapatlah disimpulkan bahwa awal dari proses evolusi pada tumbuhan berbunga adalah pada tingkat diploid. Jumlah kromosom seringkali berguna untuk membedakan anggota tumbuhan dalam satu familia pada tingkat tribe dan genera. Pada famili Ranunculaceae, kebanyakan generanya mempunyai kromosom dasar XXX = 8, akan tetapi ada beberapa genera yang mempunyai kromosom dasar X = 7, dan untuk kasus ini akan dibedakan dalam tribe yang berbeda. Demikian pula pada familia ini dijumpai genus yang kromosom dasarnya X = 9, dan XX = 13, sehingga genus tersebut harus ditempatkan pada tribe yang berbeda lagi. Pada familia Poaceae, perbedaan sub familia, tribe dan genera dapat dilakukan dengan melihat jumlah dasar kromosomnya, misal: Pada sub familia Bambusoideae XX = 12; sedangkan subfamili Poideae X = 7; pada tribe Glyccerieae X = 10 dan pada genus Molcus x = 5. Variasi jumlah kromosom interspesifik adalah merupakan salah satu sumber terkaya diantara data sitologi yang bermanfaat bagi para ahli taksonomi. Data yang terpenting adalah jumlah dasar yang kemudian dapat menurunkan berbagai macam bentuk aneuploid dan poliploid. Pada tumbuhan rumput dari genus Vulpia terdapat spesies yang diploid (2n = 28) dan heksaploid (2n = 42). Genus ini kemudian dibagi dalam lima seksi: Tiga seksi berupa diploid, satu seksi (monachne) berupa diploid dan tetraploid, sedang seksi terakhir (Vulpia) mencakup tiga tingkat ploidi. Pada seksi Monachne hanya terdiri dari tiga spesies, dua diantaranya diploid, dan satu tetradiploid. Salah satu spesies yang diploid dan yang tetraploid mempunyai hubungan yang sangat rapat sehingga sering dianggap sebagai satu spesies. Perbedaan antara diploid dan tetraploid dapat dilihat pada pola kedudukan bakal buah yang tertutup bulu-bulu halus, dan bila spesies itu tumbuh pada keadaan ekologi atau geografi yang berbeda, orang akan dapat melihat bahwa kedua spesies tersebut adalah berbeda. Pada seksi Vulpia terdapat tiga spesies yang diploid, dua spesies yang tetraploid dan lima spesies yang heksaploid. Dua spesies yang tetraploid sangat mirip 33 satu dengan lainnya, tetapi menunjukkan perbedaan bila tumbuh pada tempat yang berbeda. Genus Vicia mempunyai anggota spesies dengan jumlah kromosom yang berbedabeda yaitu 2n= 10, 12, 14, 24, dan 28. Spesies yang banyak adalah dengan 2n = 12 dan 14, sedangkan yang lainnya lebih sedikit. Spesies yang tetraploid dengan 2n = 24 kelihatannya diturunkan dari induk diploid 2n = 12, sedangkan yang 2n = 28 diturunkan dari induk diploid 2n = 14. Pada umumnya setiap spesies tumbuhan dicirikan oleh jumlah kromosom dasarnya, sehingga dapat menambah ciri-ciri lainnya dalam taksonomi. b. Struktur Kromosom Struktur kromosom yang paling penting adalah po-sisi sentromer dan perbandingan panjang lengari setiap kromosom pada genome. Aspek-aspek struktur kromosom ditambah besarnya kromosom dan jumlah kromosom secara keseluruhan, merupakan data yang sangat berguna untuk semua tingkat hirarki taksonomi Pentingnya ukuran atau besarnya kromosom te-lah diuji untuk membedakan tribe pada familia Ranunculaceae. Paling terkenal adalah dalam mempelajari beberapa genus tumbuhan monokotil seperti Yucca, Agave dan tumbuhan sejenisnya. Tumbuhan tersebut adalah tumbuhan yang berdaun sangat panjang dan kuat, berbentuk roset, tumbuh sangat lama dalam bentuk vegetatif, dan kemudian baru keluar bunga. Setekah tumbuhan tersebut berbiji kemudian akan mati atau akan melewatkan hidupnya dalam bentuk vegetatif lagi untuk beberapa tahun sebelum berbunga kembali. Luzula dan beberapa tumbuhan lainnya mempunyai bunga dengan bakal buah di atas, sedangkan Agave dan beberapa tumbuhan lainnya mempunyai bunga dengan bakal buah di bawah. . c. Sifat Kromosom Sifat pasangan-pasangan kromosom dan kemudian pemisahannya pada saat meiosis. Bukan saja sifat pasangan ini yang akan menceritakan fertilitas tumbuhan, akan tetapi juga perbandingan derajat homolog antar genome dari satu kromosom dan kromosom lainnya. Studi pasangan kromosom mempunyai arti sa-ngat penting pada studi sitogenetik, terutama peranan dari pasangan kromosom ini pada hereditas. Informasi taksonomi dapat pula dilakukan dengan mempe-lajari mekanisme meiosis; misalnya: meiosis pada familia Juncaceae dan Cyperaceae yang mempunyai kromosom kecil dan sentromernya tidak terpusat, harus dipertimbangkan secara terbalik. Pengusutan terjadinya meiosis yang 34 terbalik pada hewan, menunjukkan bahwa fenomena ini tidak selalu ada hubungannya dengan sentromer yang tidak terpusat. Akan tetapi fakta ini justru menunjukkan adanya heterozygositas; oleh karena itu pada saat meiosis sesuatu yang dilihat adalah pasanganpasangan yang tidak mirip dengan genome. Perbedaan yang mungkin terjadinya sering disebabkan oleh adanya duplikasi, defisiensi, inversi dan translokasi dari materi kromosom, dan gambaran meiosis biasanya merupakan fakta penyusunan kembali secara sekasama materi kromosom tersebut. Beberapa spesies tumbuhan terkenal bersifat heterozigot secara terus menerus untuk beberapa translokasi, dengan menunjukkan adanya formasi multivalen pada saat meiosis. Pada genus Oenothera semua spesiesnya adalah diploid dengan 2n = 14. Banyak dari spesies ini menunjukkan adanya proses meiosis yang normal, tetapi pada subgenus Oenothera spesies-spesiesnya bersifat heterozigot dengan adanya translokasi yang meliputi berbagai macam kromosom sehingga pada saat meiosis akan terbentuk multivalen kromosom. III.6. INFORMASI DARI SISTEM PENANGKAPAN Sistem penangkaran atau breeding system tumbuhan didefinisikan sebagai cara, pola dan tingkat terjadinya penangkaran antara tumbuhan dengan tumbuhan lain pada taksa yang berbeda atau yang sama. Pe-nangkar dalam atau inbreeder adalah tumbuhan yang sebagian besar atau secara keseluruhan dihasilkan dari proses penyer-bukan sendiri; Penangkar luar atau outbreeder adalah tumbuhan yang dihasilkan dari proses penyerbukan silang dialam. Pandangan yang mengemukakan bahwa sistem penangkaran penting bagi taksonomi adalah karena: (1) tingkat penangkaran antar tumbuhan (interbereeding) secara luas dapat menen-tukan pola variasi tumbuhan dan kemudian dapat diberi batas-an taksanya; (2) pengetahuan tentang sistem penangkaran seringkali dapat membantu untuk lebih mendalami masalah taksonomi yang kompleks, meskipun sering tidak dapat memecahkan masalah secara sempurna; (3) studi sistem penangkaran sering sangat penting untuk menelusuri seluk beluk proses evolusi atau taksa. Sampai pada tingkat mana sistem penangkaran dapat menentukan pola variasi tumbuhan, adalah berdasar argumentasi melalui dua tahap : 1. Perbandingan terjadinya penangkaran dalam (inbreeding) dan penangkaran luar (outbreeding) yang menghasilkan bebe-rapa spesies tumbuhan, umum dikenal sebagai terjadinya variasi diantara populasi. Spesies yang dihasilkan dari penangkaran luar, tiap 35 populasinya bervariasi akan tetapi agak mirip satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya pertukaran gen antar populasi. Spesies yang dihasilkan dari penangkaran dalam cenderung menunjukkan bentuk populasi yang relatif seragam, walaupun antara populasinya sangat berbeda satu dengan lainnya pada jarak yang sangat dekat, karena pertukaran gen antar mereka sangat sedikit atau tidak terjadi sama sekali. 2. Bila suatu takson mengalami proses penangkaran dengan takson lain, maka kadangkadang keturunannya mempunyai bentuk fenotip yang tidak begitu berbeda dengan kedua induknya, dengan kata lain hibridanya mempunyai bentuk kabur antara kedua induknya. Faktor yang mengatur jumlah rekombinasi per unit waktu 1. Panjangnya generasi Faktor yang mengatur jumlah rekombinasi per generasi. 2. Jumlah kromosom 3. Frekwensi dari penyerbukan silang 4. Barier sterilitas post sigotik 5. Sistem penangkaran 6. Sistem penyerbukan 7. Potensi untuk melakukan penyebaran 8. Besarnya populasi 9. Mekanisme isolasi eksternal dan kemampuan mencegah penyerbukan silang Spesies yang ideal dalam taksonomi adalah spesies yang tidak ada masalah taksonomi, merupakan suatu kesatuan yang terpisah dari kesatuan lainnya, tidak mengalami perubahan fenotip, dan mudah dibedakan dengan spesies lainnya. Banyak spesies yang diturunkan dari isolasi genetik spesies lain, yang dengan sendirinya merupakan hasil dari proses penangkaran luar. Spesies ini adalah hasil dari perkawinan penangkaan luar, akan tetapi bukan merupakan hi-brida, misal beberapa anggota famili Fabaceae dan Apiaceae seperti Sedium, Campanula dan Allium. III.7. TUGAS UNTUK MAHASISWA Buatlah ringkasan tulisan tentang pemanfaatan data kimia dan data molekuler dalam Sistematika Tumbuhan dengan menggunakan berbagai sumber literature. 36 BAB IV IDENTIFIKASI DAN TATA NAMA TUMBUHAN IV.1. PENDAHULUAN: SASARAN PEMBELAJARAN: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sistem identifikasi dan tatanama tumbuhan STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning, IV.2. IDENTIFIKASI Tugas utama taksonomi/sistematika tumbuhan selain penggolongan atau klasifikasi, juga tidak kalah pentingnya adalah identifikasi atau pengenalan. Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas (jati diri) suatu tumbuhan yang tidak lain adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Selain istilah identifikasi sering juga digunakan istilah determinasi (dari bahasa Belanda determinatie = penentuan). Seseorang yang menemukan benda yang tidak dikenalnya, maka pasti akan muncul pertanyaan benda apakah ini? Demikian pula halnya jika seseorang menghadapi tumbuhan yang tidak dikenalnya, maka akan muncul pula pertanyaan tumbuhan apakah ini? Pertanyaan tersebut muncul karena umbuhan yang ada di bumi ini sangat beragam. Hal ini menandakan bahwa yang ingin diketahuinya lebih dulu adalah identitas tumbuhan itu, yang berarti pula bahwa yang pertama harus dilakukan oleh siapapun yang tidak atau belum mengenal tumbuhan yang dia hadapi adalah berusaha mengenali atau melakukan identifikasi terhadap tumbuhan tersebut. Keanekaragaman tumbuhan yang ada dipermukaan bumi menyebabkan ada diantaranya yang telah kita kenal namun masih banyak juga yang belum kita kenal. Tumbuhan yang telah kita kenal mungkin juga telah dikenal orang lain tetapi mungkin juga orang lain belum mengenalnya. Sebaliknya juga dapat terjadi, kita belum mengenal tumbuhan tersebut tapi orang lain sudah mengenalnya. Namun dapat juga terjadi tumbuhan yang tidak kita kenal ternyata itu juga tidak dikenal oleh siapapun artinya belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka setiap orang yang akan mengidentifikasi suatu tumbuhan selalu menghadapi dua kemungkinan yaitu: 38 a. Tumbuhan yang diidentifikasi belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, artinya belum ada nama ilmiahnya, demikian juga kategorinya. b. Tumbuhan yang akan diidentifkasi sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, artinya sudah ditentukan namanya dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. a. Identifikasi Tumbuhan yang Belum Dikenal Oleh Dunia Ilmu Pengetahuan Kehidupan manusia sebagian besar bergantung pada tumbuhan karena itu sejak dahulu kala manusia telah melakukan pengenalan tumbuhan dan semakin banyak yang ia kenal semakin dirasakan pula perlunya untuk mengadakan penggolongan atau klasifikasinya. Masalah identifikasi ini bukan suatu yang baru, yang relatif baru adalah kesepakatan intemasional menuju ke keseragaman dalam pemberian nama, yang secara eksplisit kemudian disebut sebagai nama ilmiah. Untuk klasifikasinya pun diharapkan, agar dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu dengan menerapkan sistem filogenetik. Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas spesimen (bahan) yang nil, baik spesimen yang masih hidup maupun yang telah diawetkan, biasanya dengan cara dikeringkan atau dalam bejana yang berisi cairan pengawet, misalnya alkohol atau formalin. Oleh pelaku identifikasi, spesimen yang belum dikenal itu melalui studi yang seksama kemudian dibuatkan candra atau deskripsinya di samping gambar-gambar terinci mengenai bagian-bagian tumbuhan yang memuat ciri-ciri diagnostiknya, yang atas dasar hasil studinya kemudian ditetapkan spesimen itu merupakan anggota populasi jenis apa, dan berturut-turut ke atas dimasukkan kategori yang mana (marga, suku, bangsa, dan kelas serta divisinya). Penentuan nama jenis dan tingkat-tingkat takson ke atas berturut-turut tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti dimuat dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) . Nama takson baru itu selanjutnya harus dipublikasikan melalui cara-cara yang diatur pula oleh KITT. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan oleh dan ke dunia ilmiah itu memerlukan bekal yang lazimnya hanya dimiliki oleh mereka yang berpendidikan ilmu hayat, khususnya taksonomi tumbuhan. Oleh karena itu pekerjaan identifikasi yang pertama kali itu hanya dilakukan oleh ahli-ahli yang bekerja dalam 39 lembaga penelitian taksonomi tumbuhan (herbarium), jarang sekali oleh pihak-pihak lain di luar mereka. Suatu hal yang perlu disadari ialah, bahwa kegiatan ini berjalan terus. Setiap ekspedisi ke wilayah tertentu baik yang belum dikenal atau bahkan yang telah dikenal pun, biasanya ada saja di antara spesimen-spesimen yang dikumpulkan itu yang ternyata merupakan anggota populasi yang tergolong dalam jenis yang belum pernah dikenal sebelumnya. Hal ini memang tak perlu mengherankan kita bila teori evolusi merupakan suatu konsep yang tak lagi diragukan kebenarannya karena selama evolusi masih berlangsung, selama itu akan selalu dihasilkan jenis-jenis yang baru. b. Identifikasi Tumbuhan yang Sudah Dikenal Oleh Dunia Ilmu Pengetahuan Publikasi ahli-ahli taksonomi yang memuat nama takson baru yang diperkenalkan kepada khalayak ramai, sekurang-kurangnya kepada khalayak ilmu pengetahuan disebut publikasi yang asli. Seperti telah disebut di muka baik nama yang diberikan maupun cara mempublikasikannya harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam KITT. Nama yang diberikan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku disebut nama yang "tidak sah" ("illegitimate name") sedang publikasi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku disebut sebagai publikasi yang "tidak berlaku" atau "tidak sahih" ("not validly published"). Nama yang tidak sah dan dipublikasikan menyimpang dari ketentuan merupakan nama yang tidak dapat diterima dan tidak dibenarkan untuk dipakai ("inadmissable"). Nama takson baru yang diperkenalkan seorang ahli lazimnya termuat dalam karya yang disebut "Flora " atau "Monografi". Flora merupakan suatu bentuk karya taksonomi yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan dalam suatu wilayah tertentu, seperti misalnya "Flora Pulau Jawa", "Flora saku daerah pertanian di Jawa", sedang Monografi memuat jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam kategori tertentu (jenis, marga, suku), baik yang terbatas pada suatu wilayah tertentu saja maupun yang terdapat di seluruh dunia, misalnya "Jenis-jenis Annona di Jawa" atau "Jenis-jenis Annona di seluruh dunia". Flora dan monografi lazimnya memuat candra atau deskripsi setiap jenis yang disebut di dalamnya, kadang-kadang bahkan disertai gambar-gambar lengkap (atlas) seluruh jenis yang dimuat. Dengan demikian flora atau monografi oleh pembaca dapat digunakan sebagai sarana identifikasi untuk jenis-jenis tumbuhan yang tidak ia kenal, tetapi diperkirakan berasal dari wilayah yang sama atau tergolong dalam kategori yang 40 sama dengan yang disebut dalam flora atau monografi itu. Bahkan sering kali penulis "flora" atau "monografi" dengan sengaja menyertakan suatu sarana identifikasi khusus untuk jenis tumbuhan yang sama dengan yang dimuat dalam flora atau monografi itu yang berupa "kunci identifikasi" atau "kunci determinasi". Untuk identifikasi tumbuhan yang tidak kita kenal, tetapi telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, pada waktu ini tersedia beberapa sarana, antara lain: l. Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang yang kita anggap ahli dan kita perkirakan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan kita. Hal ini dilakukan dengan membawa spesimen tumbuhan yang ingin kita ketahui identitasnya kepada seorang ahli. Sang ahli yang berpengetahuan luas secara langsung dapat menyebutkan dengan tepat nama dan klasifikasi tumbuhan yang kita tanyakan, metode ini merupakan metode yang paling mudah, murah, dan cepat memberikan hasil dan lazim dilakukan oleh orang awam, yang tempat tinggalnya tidak jauh dari suatu universitas atau lembaga penelitian taksonomi (herbarium). 2. Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah diidentifikasikan. Pihak yang ditanya kadangkala tidak dapat memberikan jawabannya dengan seketika dan dibutuhkan waktu untuk mengadakan verifikasi dengan jalan mencocokkan spesimen yang ditanyakan dengan koleksi spesimen-spesimen herbarium yang telah diidentifikasi. Cara ini merupakan cara yang terjadi di mana-mana di seluruh dunia, yang berupa pengiriman spesimen tumbuhan ke herbarium atau lembaga-lembaga penelitian biologi yang tenar untuk diidentifikasikan. Ini tidak hanya dilakukan oleh orang awam, tetapi juga antar para ilmuwan sendiri dalam rangka upaya memperoleh kepastian mengenai identitas tumbuhan, terutama bila identifikasi yang telah dilakukan diinginkan adanya pengecekan silang (cross checking) atau konfirmasi. 3. Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku-buku flora atau monografi. Bila jalan identifikasi mencocokkan dengan spesimen-spesimen herbarium yang telah diidentifikasikan lazimnya hanya dilakukan oleh orang-orang profesional yang memang menguasai bidang taksonomi tumbuhan, cara yang ketiga ini jelas tidak mungkin dilakukan oleh setiap orang. Selain penguasaan ilmu hayat, pelaku identifikasi dengan cara ini harus pula menguasai peristilahan yang lazim digunakan dalam mencandra tumbuhan. Selain itu, dalam rangka pencocokan ciri-ciri itu mungkin diperlukan pula peralatan 41 tertentu, misalnya perangkat alat pengurai ("dissecting kit"), kaca pembesar ataupun mikroskop. Adanya gambar-gambar (atlas) yang disertakan sebagai kelengkapan candra tumbuhan yang dibahas dalam flora atau monografi akan sangat membantu bagi yang memanfaatkan flora atau monografi itu sebagai sarana pengidentifikasian tumbuhan. 4. Penggunaan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhan. Flora atau monografi lazim dilengkapi dengan kunci yang sengaja disertakan untuk dapat digunakan sebagai sarana identifikasi. Pada dasarnya identifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi juga mencocokkan ciri-ciri yang terdapat pada tumbuhan yang akan diidentifikasikan dengan ciri-ciri tumbuhan yang telah dikenal yang telah dibuat kuncinya. Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya harus ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasikan. Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi itu ditemukan jawabnya, berarti tumbuhan yang akan diidentifikasikan sama dengan salah satu yang telah dibuat kuncinya, dan nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi akan diketahui setelah semua pertanyaan dalam kunci dapat dijawab. Dalam penggunaan kunci idenfitikasi diperlukan kesabaran, kecermatan pengamatan, jangan sampai terjadi salah persepsi dan interpretasi terhadap pertanyaanpertanyaan yang tercantum dalam kunci identifikasi tadi. 5. Penggunaan Lembar Identifikasi Jenis ("Species Identification Sheet"). "Lembar Identifikasi Jenis" adalah sebuah gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai dengan nama dan klasifikasi jenis yang bersangkutan. Di samping itu gambar tadi juga dilengkapi dengan candra serta keterangan-keterangan lain yang menambah lengkapnya informasi mengenai jenis tumbuhan tadi. Identifikasi dengan sistem lembar identifikasi jenis pada dasarnya adalah mencocokkan spesimen tumbuhan yang akan diidentifikasikan dengan lembar identifikasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Penerapan sistem "lembar identifikasi jenis" ini merupakan hal yang relatif baru, dan ditujukan terutama bagi orang yang sifat tugasnya banyak berhubungan dengan pengenalan tumbuhan, namun tidak memiliki bekal pengetahuan dan kesempatan yang cukup dengan menerapkan metode identifikasi yang lain, seperti misalnya karyawankaryawan perkebunan dan penyuluh pertanian. Dengan tersedianya lembar-lembar identifikasi jenis, yang merupakan semacam flora bergambar untuk suatu lingkungan tertentu (misalnya flora gulma kebun teh, kebun karet, kebun kopi, daerah-daerah sawah), maka dimungkinkan untuk mengadakan inventarisasi jenis-jenis gulma yang ada dalam wilayah kerjanya. 42 CONTOH LEMBAR IDENTIFIKASI IV. 3. TATANAMA TUMBUHAN A. NAMA BIASA DAN NAMA ILMIAH Nama yang diberikan kepada tumbuhan pada mulanya dalam bahasa induk orang yang memberi nama, sehingga satu jenis tumbuhan dapat mempunyai nama yang berbedabeda. Pisang dalam bahasa Indonesia oleh orang Inggris atau Belanda dinamakan banana, orang Jawa Tengah menyebutnya gedang. sedang di Jawa Barat oleh orang-orang Sunda pisang itu dinamakan cauk. Di daerah Sulawesi Selatan dengan suku yang bervariasi maka pisang mempunyai banmyak nama. Suku Bugis menamakan pisang: otti, utti atau loka. Nama demikian yang berbeda-beda menurut bahasa tadi, dalam taksonomi tumbuhan disebut nama biasa. nama daerah. atau nama. lokal ("common name", "vernacular nama.". "local name'). Dengan semakin berkembangnya ilmu taksonomi/sistematika tumbuhan kemudian dikenal yang disebut "nama ilmiah" ("scientific name"). 43 Lahirnya nama ilmiah disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain ialah: a. beranekaragamnya nama biasa, berarti tidak adanya kemungkinan nama biasa itu diberlakukan sccara umum untuk dunia intemasional, mengingat adanya perbedaan dalam setiap bahasa yang digunakan, sehingga tidak mungkin dimengerti oleh semua bangsa. b. beranekaragamnya nama dalam arti ada yang pendek, ada yang panjang, bahkan ada yang panjang sekali, misalnya nama Sambucus, Sambucus nigra (sambucus hitam), Sambucus fructu in umbello nigro (Sambucus dengan buah berwarna hitam yang tersusun dalam rangkaian seperti payung), atau Sambucus caule ramoso floribus umbellatus (Sambucus dengan batang berkayu yang bercabang-cabang dan bunga yang tersusun sebagai payung). Nama-nama itu diberikan kepada tumbuhan tanpa adanya indikasi nama-nama tadi dimaksud sebagai nama jenis, nama marga, atau nama kategori takson yang lain lagi. c. banyaknya sinonima (dua nama atau lebih) untuk satu macam tumbuhan, seperti misalnya nama-nama dalam bahasa Jawa: tela pohong, tela kaspa, tela jendral, menyok, untuk ketela pohon, dan juga banyaknya homonima, seperti misalnya dalam bahasa Indonesia lidah buaya yang digunakan untuk marga Aloe dan Opuntia. d. sukarnya untuk diterima oleh dunia intemasional, bila salah satu bahasa bangsabangsa yang sekarang masih dipakai sehari-hari dipilih sebagai bahasa untuk nama-nama ilmiah. Karya-karya yang pertama-tama berisi nama-nama tumbuhan yang diberikan dalam bahasa Yunani sesuai dengan bahasa induk tokoh-tokoh perintis taksonomi waktu itu antara lain adalah Historia Plantarum karya Theophrastes. Dengan munculnya tokohtokoh bangsa Romawi nama-nama tumbuhan tersebut diganti dengan nama-nama dalam bahasa Latin. Nama-nama seperti Dryas, Itexa, Ptelea yang diberikan oleh Theophrastes, oleh Plinius masing-masing diganti dengan Quercus, Salix, dan Ulmus. Sampai kira-kira pertengahan abad yang lalu para ahli ilmu taksonomi menerbitkan karya-karyanya dalam bahasa Latin, jadi bukan hanya nama tumbuhannya saja, tetapi juga seluruh teksnya. Para ilmuwan tidak hanya menulis, tetapi juga berkomunikasi dalam bahasa Latin. Linnaeus selama tinggal di Negeri Belanda tidak mau belajar bahasa Belanda, tetapi menulis dan bergaul dengan menggunakan bahasa Latin. Sampai sekarang 44 pun salah satu pasal dalam KITT/ICBN masih mensyaratkan, agar dalam publikasi asli untuk memperkenalkan takson baru, bukan hanya nama takson baru yang pertama kali diperkenalkan itu ditulis dalam bahasa Latin, tetapi juga candra atau sekurang-kurangnya diagnosis*' takson yang bersangkutan pun harus ditulis dalam bahasa Latin. Tanpa penguasaan bahasa Latin yang memadai, ahli-ahli taksonomi tidak akan mungkin dapat memanfaatkan karya-karya taksonomi yang ditulis dalam abad ke-19 dan sebelumnya. Keadaan tersebut berakhir pada tahun 1867 dengan terciptanya seperangkat ketentuan yang mengatur pemberian nama tumbuhan, hasil Muktamar Botani Internasional I yang diadakan di Paris., karena itu publikasi pertama tentang peraturan-peraturan pemberian nama tumbuhan diberi nama dalam bahasa Perancis Lois de la Nomenclature de la Botanique , disebut pula Kode Paris (Paris Code). Terbitnya buku ini juga menandai lahirnya kode tatanama tumbuhan secara internasional yang mengatur pemberian namanama ilmiah tumbuhan. Sejak sebelum Linnaeus, telah dirasakan perlunya nama ilmiah yang teratur, yang diterima baik dan diikuti oleh semua ahli ilmu taksonomi di seluruh dunia. Nama-nama Caspar Bauhin, Linnaeus, de Candolle, merupakan nama-nama yang dapat disebut sebagai perintis ke arah terciptanya nama ilmiah yang berlaku secara internasional. Sekarang telah terbiasa dengan adanya dua macam nama tumbuhan, yaitu nama biasa dan nama ilmiah , perbedaan-perbedaannya seperti pada tabel berikut ini. No 1 2 3 4 5 6 Nama biasa Tidak mengikuti ketentuan yang mana pun Dalam bahasa sehari-hari yang bersifat lokal atau setempat. Biasanya hanya dimengerti oleh penduduk setempat. Mudah dieja dan dilafalkan. Tidak jelas untuk kategori yang mana nama itu diperuntukkan. Satu takson dapat mempunyai nama yang berbeda menurut bahasa yang digunakan, sering banyak sinonima dan homonima. Nama ilmiah Melalui kesepakatan internasional yang diatur dalam KITT Dalam bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin. Berlaku internasional, sekurang- kurangnya bagi kaum ilmuwan. Kadang-kadang sulit dieja dan dilafalkan. Dengan indikasi yang jelas untuk kategori mana nama itu dimaksud. Suatu takson dengan sirkum skripsi, posisi, dan tingkat tertentu hanya mempunyai satu nama yang benar, kecuali dalam hal-hal yang dinyatakan secara khusus. Meskipun nama biasa banyak kelemahan-kelemahan dari segi ilmu pengetahuan, namun penggunaan nama biasa tidak boleh secara a priori begitu saja diabaikan. Di daerah-daerah tertentu nama setempat itu demikian pasti, sehingga tak perlu diragukan 45 untuk kelompok tumbuhan mana nama itu dimaksud, dan dari kategori apa. Oleh karena itu, dalam karangan-karangan ilmiah pun, tidak ada salahnya, untuk bila mungkin juga menyebut nama-nama biasa di samping nama ilmiah. Sekalipun penerapan nama biasa itu harus dibatasi dan dilakukan dengan sangat hati-hati, meniadakan sama sekali nama biasa kiranya bukan suatu langkah yang bijaksana, terlebih-lebih dalam karya-karya tulis yang tidak hanya ditujukan untuk kaum ilmuwan, tetapi juga dimaksud untuk konsumsi umum. Bagi khalayak umum, nama-nama ilmiah kadang-kadang dirasakan terlalu panjang, sering kali sukar dilafalkan dan oleh karena itu juga sukar diingat. Sebagian besar katakata yang dipakai untuk nama ilmiah berasal dari bahasa asing (Latin dan Yunani), sehingga banyak yang tidak diketahui maknanya sehingga semakin menjauhkan namanama itu dari orang-orang awam. B. SEJARAH PERKEMBANGAN KODE INTERNASIONAL TATANAMA TUMBUHAN Nama-nama ilmiah automatis berlaku ketentuan-ketentuan yang termuat dalam KITT, penerapannya tidaklah sederhana, sering pula terjadi kekisruhan-kekisruhan seperti dalam pemakaian nama-nama biasa. Ketentuan-ketentuan yang termuat dalam KITT dapat mengalami perubahan, atau tidak berlaku lagi sebagai akibat usul-usul perubahan, penyempumaan, penghapusan, dan Iain-lain, dari hasil Muktamar Botani Internasional, sehingga biasanya akan terbit edisi KITT terbaru. Peraturan tentang tatanama tumbuhan telah mengalami bermacam-macam "ujian" sehingga kedudukannya menjadi semakin kokoh dan isinya boleh dianggap sebagai "aturan main" bagi siapa pun yang ingin mendalami taksonomi/sistematika tumbuhan. Perubahan pada Kode Paris sebelum mencapai usia 10 tahun terhitung dari kelahirannya pada tahun 1867 karena banyak sekali kekurangan-kekurangan, yang belum ada ketentuannya para ahli taksonomi memberikan interpretasinya sendiri-sendiri akibatnya muncul ketentuan-ketentuan belum merupakan kesepakatan internasional. Ahli-ahli Inggris misalnya, menerapkan yang mereka sebut "Kew Rule", yang merupakan peraturan tak tertulis yang menyangkut pemberian nama jenis, khusus yang menyangkut perubahan sebutan jenis. jika suatu jenis dipindahkan dari suatu marga ke marga yang lain. Menurut Kew Rule ini suatu jenis tersebut akan mendapat nama yang merupakan kombinasi antara nama marga yang baru dengan sebutan jenis yang baru pula, misalnya Pseudodatura arborea van Zyp yang dipindahkan oleh Persoon ke 46 marga Brugmansia lalu memperoleh sebagai namanya yang baru Brugmansia candida dari Persoon. Daftar nama-nama ("cheklist") jenis tumbuhan yang diterbitkan oleh Herbarium Kew yang dikenal sebagai Index Kewensis memuat nama-nama jenis-jenis tumbuhan yang mengikuti peraturan tidak tertulis yang kita kenal sebagai "Kew Rule" itu. Menurut ketentuan dalam KITT yang berlaku sekarang adalah: bahwa sebutan jenis dalam marga baru harus dipertahankan, kecuali bila dengan itu terjadi homonima, karena sebelum terjadi pemindahan jenis ke marga yang baru itu telah ada jenis lain dengan sebutan yang sama. Bila tidak ada kemungkinan terjadinya homonima, dalam kasus pemindahan dengan contoh Pseudodatura arborea van Zyp ke marga Brugmansia nama jenis itu seharusnya Brugmansia arborea (van Zyp) Persoon, dan bukan Brugmansia candida Pers. Sekelompok ahli taksonomi Amerika di bawah pimpinan Britton dari "New York Botanical Garden" (Kebun Raya New York) menyusun sendiri peraturan tatanama tumbuhan yang dianggap memiliki dasar-dasar yang lebih obyektif daripada Kode Paris, dan rencana peraturan-peraturan tersebut kemudian didiskusikan dalam suatu pertemuan yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan ("American Association for the Advancement of Science") di Rochester, New York, pada tahun 1892. Peraturan-peraturan tersebut dikenai sebagai Kode Rochester. Dibandingkan dengan Kode Paris, dalam Kode Rochester terdapat perbedaanperbedaan yang bersifat asasi., antara lain: l. Penerapan metode tipe (type method). Dalam Kode Rochester terdapat ketentuan bahwa: nama-nama untuk kategori bangsa (ordo) ke bawah harus didasarkan pada salah satu unsur dalam takson itu yang dikaitkan secara permanen pada nama, termasuk deskripsi atau candranya takson yang bersangkutan yang disebut "tipe tatanama" atau dengan singkat "tipe". Bagi suatu bangsa tipe tatanamanya adalah salah satu suku yang tergolong di dalamnya, bagi suatu suku tipe tatanamanya adalah salah satu marga yang dibawahinya, bagi suatu marga salah satu jenis yang tergolong di dalam marga itu, dan bagi suatu jenis adalah salah satu spesimen herbarium yang dijadikan referensi (rujukan) utama dalam pengidentifikasian jenis tadi. 2. Penerapan asas prioritas harus dilaksanakan secara konsisten, tanpa mengenal perkecualian. Ahli taksonomi di Amerika Serikat akhimya timbul dua aliran yang berhadapan satu sama lain, yaitu kelompok penganut Kode Rochester di bawah pimpinan Britton dan kelompok penganut aliran yang mempertahankan Kew Rule yang dipimpin oleh Asa Grey dari Universitas Harvard. 47 Muktamar Botani Internasional II yang juga diadakan di Paris tahun 1900, memutuskan untuk selama waktu 5 tahun berikutnya menjelang Muktamar Botani Internasional III yang direncanakan untuk diadakan di Wina, Austria, dalam tahun 1905, secara serius menangani seluruh persoalan yang menyangkut tatanama tumbuhan. John Briquet, seorang ahli ilmu tumbuhan dari Swis, diberikan tugas untuk menampung segala usul-usul mengenai tatanama tumbuhan, dan menyusunnya dalam suatu bentuk ikhtisar yang ringkas namun jelas dan teratur untuk diajukan ke Muktamar di Wina. Sementara itu ahli-ahli taksonomi Amerika yang tidak puas dengan perkembangan tatanama tumbuhan, sejak Muktamar ke-II di Paris terus bekerja untuk menyempurnakan Kode Rochester, dan dalam tahun 1904 mereka siap dengan suatu perangkat peraturan tatanama tumbuhan, yang kcmudian dikenal sebagai Kode Amerika (American Code). Muktamar Botani Internasional III di Wina menghasilkan Kode Wina yang dapat dianggap sebagai penyempurnaan Kode Paris dengan perubahan judul dari Lois de la Nomenclature de la Botanique (Hukum Tatanama Tumbuhan) menjadi Regies de la Nomenclature de la Botanique (Peraturan Tatanama Tumbuhan). Dalam muktamar ini pihak Amerika merasa sangat dikecewakan, karena usul-usul yang mereka anggap merupakan bagian-bagian penting dalam Kode Amerika ditolak, yang berakibat kelompok Amerika "memboikot" keputusan Muktamar Wina dan tidak mau mengakui Regies de la Nomenclature de la Botanique. karena menganggap apa yang termuat dalam Kode Amerika lebih obyektif dan lebih logis, jadi Kode Amerika merupakan Kode tatanama tumbuhan yang lebih baik daripada yang dihasilkan muktamar. Beda pendapat yang pada dasarnya terdapat antara kelompok ahli taksonomi Amerika dan kelompok ahli taksonomi Eropa itu berjalan terus. Sampai selesai Muktamar Botani Internasional IV di Brussel, Belgia, tahun 1910 tidak terjadi hal-hal yang dapat mendekatkan pendirian kelompok Amerika dan Eropa. Mereka tetap pada pendirian masing-masing. Perang Dunia I dari tahun 1914-1918 tidak memungkinkan terselenggaranya pertemuan-pertemuan ilmiah yang bersifat internasional, demikian pula sampai satu dasa warsa lebih setelah Perjanjian Perdamaian di Versailles tahun 1919. Pertentangan pendapat antara kelompok Amerika dan kelompok Eropa yang telah berjalan berpuluh-puluh tahun itu akhirnya dapat diselesaikan dengan baik dalam Muktamar Botani Internasional V yang diadakan di Cambridge, Inggris, pada tahun 1930, terutama berkat jasa-jasa Sprague dan Green dari pihak kelompok Inggris, Eropa dengan Hitchcock di pihak Amerika. Dari muktamar di Cambridge itu lahirlah International Rules 48 of Botanical Nomenclature (Peraturan Internasional Tatanama Tumbuhan) sebagai pengganti peraturan-peraturan yang lama. International Rules of Botanical Nomenclature ini merupakan peraturan tatanama tumbuhan pertama yang benar-benar bersifat internasional, karena isinya diterima baik oleh seluruh peserta muktamar dan tidak ada lagi terdapat kelompok-kelompok atau blok-blok yang menentang. Dalam perjalanan hidupnya, Peraturan Internasional Tatanama Tumbuhan melalui muktamar-muktamar internasional yang diadakan lima tahun sekali, terus mengalami penyempurnaan-penyempurnaan baik mengenai isi maupun perumusan pasal-pasalnya. Kegiatan internasional di bidang tatanama tumbuhan terhenti lagi oleh meletusnya Perang Dunia II dari tahun 1939-1944, namun setelah akibat-akibat Perang Dunia II oleh semua pihak yang menderita dapat teratasi, Muktamar Botani Internasional dapat diadakan lagi secara teratur setiap lima tahun, dan hingga saat ini telah dilalui Muktamar ke-14 yang diadakan di Berlin, Jerman, pada tahun 1987. Sejak Muktamar Botani Internasional VII tahun 1950 di Stockholm, Swedia, peraturan-peraturan tatanama tumbuhan diganti lagi namanya menjadi Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) = International Code of Botanical Nomenclature (ICBN) C. ISI KODE INTERNASIONAL TATANAMA TUMBUHAN (KITT/ICBN) Dalam bentuknya sebagai hasil muktamar Sidney tahun 1981, Kode Internasional Tatanama Tumbuhan yang diterbitkan dalam tiga bahasa: Inggris, Perancis, dan Jerman pada tahun 1983, memuat bagian-bagian penting berikut: A. Mukadimah B. Bagian I Asas-asas C. Bagian II: Peraturan dan Saran-saran yang terdiri atas 75 pasal, terbagi dalam 6 bab, dengan masing-masing bab terbagi lagi dalam beberapa seksi D. Bagian III Ketentuan-ketentuan untuk mengubah Kode E. Lampiran I Nama-nama hibrida F. Lampiran II Nama-nama suku yang dilestarikan G. Lampiran III Nama-nama marga yang dilestarikan dan ditolak H. Lampiran IV Nama-nama yang bagaimanapun ditoiak Petunjuk untuk penentuan tipe. Dalam buku ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi ini hanya memuat intisari tentang mukadimah dan Asas-asasnya saja 49 A. Mukadimah Mukadimah KITT memuat 10 butir yang penting, yaitu: 1. Pembenaran, bahwa ilmu tumbuhan memerlukan sistem tatanama yang sederhana namun tepat, yang digunakan oleh scmua ahli ilmu tumbuhan di seluruh dunia. Sistem tatanama itu di satu pihak menyangkut peristilahan yang digunakan untuk menyebut tingkat-tingkat takson atau kategori, dan di pihak lain menyangkut nama-nama yang diberikan kepada setiap takson tumbuhan. Tujuan diciptakannya KITTantara lain adalah untuk menyediakan metode yang mantap dalam pemberian nama takson-takson tumbuhan dengan menghindarkan dan menolak penggunaan nama-nama yang dapat menimbulkan kekeliruan atau keraguan atau mengacaukan ilmu pengetahuan. 2. Asas-asas yang seluruhnya hanya berjumlah enam merapakan dasar atau pangkal tolak sistem tatanama tumbuhan, yang selanjutnya dijabarkan ke dalam peraturan-peiaturan dan saran-saran atau rekomendasi yang lebih terinci. 3. Ketentuan-ketentuan yang terinci dibagi dalam peraturan-peraturan yang harus ditaati, dan saran-saran yang seyogyanya diikuti demi keseragaman yang lebih luas, dan tidak menjadi contoh yang tidak selayaknya untuk ditiru. 4. Sasaran yang ingin dicapai dengan penyusunan peraturan-peraturan tatanama tumbuhan adalah untuk penertiban tatanama di masa lampau dan penyediaan sistem tatanama untuk masa mendatang. Butir ini menyatakan pula, bahwa nama-nama yang bertentangan dengan bunyinya peraturan merupakan nama-nama yang tidak sah dan oleh karenanya tidak dapat dipertahankan. 5. Sasaran yang ingin dicapai dengan pemberian saran-saran atau rekomendasi adalah keseragaman yang lebih luas serta kejelasan yang lebih terang, terutama untuk masa mendatang. 6. Ketentuan untuk mengubah Kode Tatanama Tumbuhan merupakan bagian terakhir kode ini. 7. Peraturan-peraturan dan saran-saran berlaku untuk semua makhluk yang diperlakukan sebagai tumbuhan (termasuk jamur, tetapi bakteri tidak), baik yang telah bersifat fosil maupun yang sekarang masih hidup. Untuk bakteri tersedia kode tatanama tersendiri, yaitu Kode Internasional Tatanama Bakteri (International Code of Nomenclature of Bacteria). Demikian pula bagi tanaman budidaya yang mempunyai Kode Internasional Tatanama Tumbuhan Budidaya (International Code of Nomenclature for Cultivated 50 Plants) yang dalam tahun 1980 telah diterima baik oleh Komisi Internasional untuk tatanama tumbuhan budidaya. Khusus untuk tumbuhan yang merupakan hibrida atau bastar, diatur dalam Lampiran I KITT. 8. Satu-satunya alasan yang tepat untuk mengubah suatu nama adalah adanya studi yang lebih mendalam yang menghasilkan data yang membenarkan pengubahan suatu nama, karena identifikasi sebelumnya dipandang tidak tepat lagi, atau karena nama yang bersangkutan temyata bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. 9. Butir ini menyatakan bahwa dalam hal tidak adanya peraturan yang relevan, atau dalam hal yang hasilnya akan meragukan bila suatu peraturan diterapkan, maka kelazimanlah yang harus diikuti. 10. Butir terakhir Mukadimah KITT menyatakan, bahwa dengan diterbitkannya edisi terbaru, automatis semua edisi sebelumnya tidak berlaku lagi. Butir ke-10 ini sebagai bukti nyata bahwa taksonomi/sistematika tumbuhan diatur oleh ketentuan-ketentuan yang selalu disesuaikan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu dan tidak ketinggalan zaman. A. Bagian I : Asas-asas Tatanama Tumbuhan KITT mempunyai 6 asas, yang dari keenam asas itu selanjutnya dijabarkan peraturan-peraturan yang lebih rinci serta saran-saran. Keenam asas yang dapat dianggap sebagai "sokoguru"-nya tatanama tumbuhan itu berbunyi sebagai berikut: Asas I. Tatanama tumbuhan dan Tatanama hewan berdiri sendiri-sendiri. Kode Internasional Tatanama Tumbuhan berlaku sama bagi nama-nama takson vang sejak semua diperlakukan sebagai tumbuhan atau tidak. Kalimat pertama asas ini mengingatkan agar dalam menghadapi nama ilmiah tidak mempersoalkan perbedaan yang ada antara tumbuhan dan hewan, karena masing-masing memiliki peraturan yang memang tidak sama, karena misalnya istilah "phylum" untuk suatu kategori dalam klasifikasi hewan yang dalam taksonomi tumbuhan disebut "divisio". Demikian pula untuk nama-nama suku yang untuk tumbuhan berakhiran -aceae, tetapi untuk suku hewan dengan akhiran -idae, dibenarkannya penggunaan tautonima (nama jenis yang terdiri atas dua kata yang sama, misalnya nama Gallus gallus untuk ayam, yang bagi tumbuhan penggunaannya tidak dibenarkan). Adapun kalimat kedua menyangkut adanya kenyataan, bahwa makhluk tertentu dapat dianggap sebagai hewan, tetapi ada pula kalanya 51 kemudian dipindah ke golongan tumbuhan, atau sebaliknya. Yang perlu diperhatikan adalah: bila organisme itu dianggap sebagai hewan, maka nama organisme itu harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kode Internasional Tatanama Hewan, sebaliknya, bila suatu organisme diperlakukan sebagai tumbuhan, maka namanya harus tunduk pada KITT. Asas II: Penerapan nama-nama takson ditentukan dengan perantaraan tipe tatanamanva. Asas ini merupakan hasil perjuangan kelompol ahli taksonomi Amerika yang sejak Muktamar Wina mengusulkan penerapan metode tipe. Seperti telah dikemukakan terdahulu dalam bab ini, yang dimaksud dengan tipe tatanama adalah unsur suatu takson yang dikaitkan secara permanen dengan nama yang diberikan kepada takson itu. Asas III: Tatanama takson didasarkan atas prioritas publikasinva. Asas ini menjelaskan bahwa bila suatu takson mempunyai lebih dari satu nama, maka nama yang dipublikasikan lebih dululah yang berlaku. Tentu saja dalam hal ini pemberian nama telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku demikian pula publikasi nama tersebut. Asas IV: Setiap takson dengan sirkumskripsi. dan tingkat tertentu hanya dapat mempunvai satu nama yang benar. yaitu nama tertua yang sesuai dengan peraturan. kecuali dalam hal-hal yang dinyatakan secara khusus. Pada nama-nama ilmiah pun dikenal adanya sinonima dan homonima. Bila ditekankan pada "hanya dapat mempunyai satu nama yang benar", maka adanya sinonima merupakan suatu hal yang tidak dimungkinkan, namun dinyatakan pula bahwa hal itu ada perkecualiannya, seperti beberapa nama suku yang secara eksplisit dinyatakan, bahwa suku-suku tadi mempunyai nama yang ada alternatif atau aliasnya. Nama-nama suku Gramineae, Palmae, Umbelliferae, Compositae misalnya, berturut-turut boleh diganti dengan Poaceae, Arecaceae, Apiaceae, dan Asteraceae. Asas V: Nama-nama ilmiah diperlakukan sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan asalnya. Asas ini perlu mendapat perhatian khusus, karena pada umumnya terdapat anggapan bahwa nama ilmiah sama dengan nama Latin. Bagi yang mengenal bahasa52 bahasa kuno (Yunani, Latin) tentu dapat mengetahui bahwa untuk nama-nama ilmiah memang banyak digunakan bahasa Latin, tetapi banyak pula kata-kata dalam bahasa Yunani digunakan sebagai nama tumbuhan, bahkan dari bahasa Indonesia pun ada kata yang digunakan dalam nama ilmiah. Kata grandiflora (berbunga besar) pada nama ilmiah untuk turi Sesbania grandiflora berasal dari bahasa Latin, kata polyantha pada nama sengganan Melastoma polyantha berasal dari bahasa Yunani yang berarti berbunga banyak, sedang kata gnemon pada nama ilmiah untuk belinjo Gnetum gnemon berasal dari bahasa Maluku yaitu ganemu. Dengan contoh-contoh di atas jelas, bahwa definisi yang tepat untuk nama ilmiah adalah nama-nama yang terdiri atas kata-kata yang diperlakukan sebagai bahasa Latin, dan tidak tepat bila nama ilmiah disamakan dengan nama Latin. Asas VI: Peraturan Tatanama herlaku surut kecuali bila dibatasi dengan sengaja. Sejarah perjalanan tatanama tumbuhan menunjukkan bahwa Peraturan tatanama tumbuhan itu baru lahir pada tahun 1867 sebagai hasil Muktamar Botani Internasional I di Paris. Namun demikian ketentuan-ketentuan yang termuat di dalamnya dinyatakan berlaku sejak lebih seabad sebelumnya, yaitu dinyatakan berlaku per 1 Mei 1753, jadi peraturan tatanama tumbuhan itu berlaku surut. Tanggal 1 Mei 1753, yaitu tanggal diterbitkannya karya Linnaeus yaitu Species Plantarum dinyatakan sebagai tanggal permulaan tatanama tumbuhan yang diakui. IV.4. TUGAS UNTUK MAHASISWA Mahasiswa diharuskan membuat makalah tentang Identifikasi dan Tatanama Tumbuhan dengan membaca dari sumber-sumber buku literatur, materi bahan ajar atau penelusuran melalui internet. 53 BAB V DIVISIO SPERMATOPHYTA SUB DIVISIO GYMNOSPERMAE V.1. PENDAHULUAN: SASARAN PEMBELAJARAN: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi Divisio Spermatophyte Sub Divisio Gymnospermae STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning, collaborative learning, Contextual instruction, presentasi tugas kelompok, praktikum V.2. DIVISIO SPERMATOPHYTA (TUMBUHAN BERBIJI) Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) merupakan golongan tumbuhan sejati (emiliki akar, batang dan daun) yang tingkat perkembangan filogenetik tertinggi dengan ciri khas adalah adanya biji (bahasa Yunani : sperma = biji) sebagai alat perkembangbiakannya, karena itu divisi ini juga sering disebut kormofita berbiji. Selain itu tumbuhan biji juga dicirikan dengan adanya bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan berbunga (Anthophyta). Biji dihasilkan dari bunga setelah terjadi peristiwa penyerbukan dan pembuahan. Dengan kata lain, biji yang dihasilkan merupakan alat pembiakan secara seksual (generatif).. Alat perkembangbiakannya tersebut tampak jelas (dapat dilihat/diamati) sehingga disebut juga Phanerogamae (Yunani: phaneros = tampak, jelas: gamein = kawin). Mikrospora (serbuk sari) tumbuh menjadi badan berbentuk buluh dan sebagai jalan inti gamet jantan menuju ke sel telur, oleh karena itu golongan ini disebut juga Embryophyta siphonogamae. (Yunani: embyon = embrio, lembaga: phyton = tumbuhan: siphon = pipa, buluh: gamein = kawin). Tumbuhan ini memiliki arti penting bagi organisme lain dibumi. Bahan makanan manusia dan hewan banyak yang berasal dari tumbuhan berbiji. Semua tumbuhan berbiji adalah heterospora, yang berarti memiliki dua jenis sporangia berbeda. Megasporangia menghasilkan megaspora yang akan menjadi gametofit betina, dan mikrosporangia menghasilkan mikrospora yang akan menjadi gametofit jantan. Megaspora terbentuk dalam megasporangium yang dilindungi oleh integumen, yang secara keseluruhan struktur tersebut ovulum atau bakal biji. Perkembangan megaspora inilah yang akan membentuk sel telur (ovum), jika ovum dibuahi oleh sel sperma maka akan 54 tumbuh menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi embrio sporofit. Keseluruhan bakal biji akhirnya berkembang membentuk biji. Tumbuhan berbiji di kelompokkan menjadi dua anak divisi, yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). V.3. SUB DIVISIO GYMMNOSPERMAE ( TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA) a. Ciri-ciri umum Ciri – ciri tumbuhan berbiji terbuka atau Gymnospermsae adalah sebagai berikut : 1. Tumbuhan kormophyta 2. Pada umumnya perdu atau pohon, tidak ada yang berupa herba. 3. Batang dan akar berkambium sehingga dapat tumbuh membesar (mengadakan pertumbuhan menebal sekunder). 4. Umumnya batang memiliki saluran resin, 5. Bentuk perakaran tunggang. 6. Daun sempit, tebal dan kaku, Tulang daun tidak beraneka ragam. 7. Memiliki strobilus sebagai alat reproduksi. Alat kelamin terpisah, serbuk sari terdapat dalam strobilus jantan dan sel telur terdapat dalam strobilus betina. 8. Dalam reproduksinya mengalami pembuahan tunggal. 9. . Biji tidak ditutupi atau dibungkus oleh daun buah 10. Berkas pembuluh pengangkutan kolateral terbuka. Xilem pada Gymnospermae hanya terdiri atas trakeid saja sedangkan floemnya tanpa sel-sel pengiring. Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta tahun yang lalu), sebelum era Dinosaurus. Pada saat itu, Gymnospermae banyak diwakili oleh kelompok yang sekarang sudah punah seperti: Pteridospermophyta (paku biji), Bennettophyta dan Cordaitophyta. Anggota-anggotanya yang lain dapat melanjutkan keturunannya hingga sekarang. A. Sistematika Gymnospermae Tumbuhan Sub Divisio Gymnospermae dikelompkkan dalam beberapa kelas, sebagai berikut : 1. Kelas (Classis) Pteridospermae Pteridospermae (Paku biji) adalah tumbuhan fosil yang telah hidup sejak zaman Devon, mencapai puncak perkembangannya dalam zaman Carbon dan Perm, dan telah 55 punah dalam zaman Mesozoikum. Tumbuhan yang termasuk dalam kelas ini merupakan peralihan dari tumbuhan Pterydophyta dan Gymnospermae. Ciri-ciri kelas ini yaitu: 1. Memiliki daun yang menyerupai daun tumbuhan paku. 2. Sporofilnya menyerupai daun biasa tetapi belum terkumpul menjadi bunga. 3. Batangnya kecil seperti liana atau tumbuh tegak, 4. Kayu sekunder mempunya trakheida dengan noktah-noktah halaman dan jari-jari teras yang lebar. Dalam Pteridopspermae dikenal dengan 2 suku (familia), yaitu: 1. Lyginopteridaceae Batang ada yang memanjat, Tidak atau sedikit saja bercabang, Mempunyai teras atau tidak, Unsur-unsur kayu seperti pada Gymnospermae tersusun radier, Baik akar maupun batangnya mempunyai kambium dan memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder., Tajuk pohon berbentuk kipas, Bakal biji mempunyai piala. Contohnya: Lyginopteris oldhamia Lyginopteris oldhamia 2. Medullosaceae Ciri-ciri : 1) Batangnya mempunyai banyak stele 2) Masing-masing memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder 3) Bakal biji tidak mempunyai piala Bangsa (Ordo): Caytoniales Disamping kedua suku tadi, sekelompok tumbuhan dari ordo ini merupakan tumbuhan yang juga telah punah dan dekat hubungan kekerabatannya dengan 56 Pterydospermae. Ciri-cirinya adalah daun bertangkai, pada ujungnya terdapat 3-6 segmen. Daun-daun fertil memiliki segmen menyirip, ujungnya melengkung sehingga membentuk seperti lekukan yang di dalamnya terdapat beberapa bakal biji. Jalan masuk ke lekukan itu berupa suatu celah yang fungsinya dapat dianggap seperti kepala putik. 2. Kelas (Classis) Cycadinae Ciri-ciri kelas Cycadinae ini adalah sebagai berikut : 1. Habitus (perawakan) menyerupai pohon palem, berkayu, batangnya tidak atau sedikit bercabang, mengalami penebalan sekunder, dan korteksnya tebal. 2. Daun majemuk menyirip tersusun dalam roset batang dan menggulung sewaktu masih muda. 3. Sporofil tersusun dalm bentuk strobilus letaknya terminalis. 4. Beberapa jenis Cycadinae memiliki batang amat pendek, jenis yang lain dapat mencapai tinggi 9 meter, tetapi kebanyakan tingginya sekitar 2 meter. 5. Semua anggotanya berumah dua. 6. Strobilus yang dihasilkan berukuran besar. 7. Penyerbukan sering dibantu oleh serangga yang tertarik dengan aroma yang dihasilkan strobilus jantan dan betina. 8. Tumbuhan kelas ini merupakan tumbuhan biji yang primitif, hidup di daerah tropis dan subtropis. Kelas ini hanya terdiri dari satu bangsa (ordo) yaitu Cycadales dengan satu suku (familia) yaitu Cycadaceae.. Adapun ciri – ciri umum dari bangsa (ordo) Cycadales adalah : 1. Termasuk tanaman berperawakan pohon, serupa palem, termasuk tanaman menahun. Tinggi tanaman dapat mencapai kurang lebih 4 meter. 2. Berumah dua, artinya ada tanaman jantan yang menghasilkan strobilus jantan dan tanaman betina yang menghasilkan strobilus betina. . Anggota ordo ini menghasilkan strobilus yang besar. Meskipun demikian, rata – rata reproduksinya rendah. Dari 15 – 20 strobilus yang dihasilkan tumbuhan Cycas jantan, hanya satu atau dua saja yang siap melepaskan serbuk sarinya. Strobilus jantan ini menghasilkan aroma yang membuat serangga tertarik untuk datang. Setelah datang, serangga tersebut akan memakan strobilus dan berkembang biak. Pada saat yang sama, strobilus betina menghasilkan bau yang dapat mengusir serangga yang datang kepadanya. Setelah beberapa waktu, strobilus betina menghasilkan aroma yang justru 57 menarik serangga yang berasal dari strobilus jantan. Sambil membawa mikrospora dari strobilus jantan, serangga tersebut menuju strobilus betina dan terjadilah polinasi. 3. Daun berbagi menyirip, tersusun roset batang, daun muda menggulung. 4. Mirip palma, berkayu berbentuk pohon. 5. Daun-daun majemuk tersusun dalam roset batang yang menyirip dan menggulung sewaktu masih muda. 6. Strobilus terminalis, uniseksualis, dioecious. 7. Strobilus jantan mengandung banyak sekali mikrosporofil yang tersusun spiral dengan mikrosporangia pada permukaan bawah. 8. Gamet jantan (spermatozoid) motil di lingkungan air, penting untuk penyerbukan. 9. Jumlah ovuli dua atau lebih pada tiap megasporofil. 10. Megasporofil mirip bulu ayam, tersusun longgar di ujung batang atau tersusun rapat dan kompak. Anggota Cycadaceae yang terdapat di Indonesia adalah marga Cycas antara lain; C. rumphii. Jenis ini dalam akarnya terdapat ganggang Anabaena sp (simbiosis) sehingga dapat mengikat Nitrogen. Marga lainnya terutama terdapat di benua Amerika adalah: Dioon, Zamia, Ceratozamia, Microcycas. Di benua Asia ada marga Encephalortos dan Stangeria, sedang di Afrika adalah marga Macrozamia serta Australia ada marga Bowenia. Semuanya meliputi 9 marga dengan 65 jenis. Cycas ini merupakan tumbuhan biji yang primitive. Golongan sikas ditemukan di daerah tropis hingga sub-tropis. Ciri yang khas untuk tumbuhan ini adalah batang yang tidak bercabang, daun majemuk menyirip atau berbagi menyirip.yang tersusun sebagai tajuk di puncak batang (roset batang) yang memanjang. Seluruh anggotanya berumah dua. Tanaman ini merupakan sumber bahan kertas, kayu lunak, bahan bangunan, bahan plastik, pernis, terpentin, damar, dan tinta cetak. Cycas biasa disebut sikas adalah tanaman jurasik yang berumur kurang lebih 240 juta tahun dan diperkirakan merupakan makanan dinosaurus yang herbivora. Sikas bahkan dipercaya sudah tumbuh sebelum tanaman berbunga. Distribusi sikas yang sangat luas menunjukkan tanaman ini sangat dominan pada masa prehistorik, sikas dapat ditemui di benua Amerika, Australia, Asia, Afrika. Umur sikas yang begitu tua memberikan kesan prehistorik yang kuat sehingga menjadi buruan banyak kolektor tanaman. 58 Sikas hanya tumbuh didaerah beriklim tropis seperti di Asia, Australia, Amerika Tengah dan Selatan hingga Afrika. Beberapa jenis sikas diketahui telah punah di alam habitatnyasedangkan sebagian lainnya terancam punah yang disebabkan karena aktivitas illegal para kolektor tanaman hias yang secara membabi buta mengambil sikas dari alam bebas seirring dengan tingginya permintaan dan nilai komersial yang dapat diperoleh dari usaha jaul beli tanaman hias Cycas sp. Cycas rumphii Strobilus betina Cycas sp Daun muda Strobilus jantan Cycas sp Cycas rumphii jantan Cycas rumphii betina Cycas merupakan satu-satunya genus dalam suku Cycadaceae yang masih banyak dijumpai. Masyarakat awam di Indonesia mengenal pakis haji dari beberapa spesies yang biasa ditanam di taman-taman menyerupai palem, yaitu C. rumphii, C. javana, serta C. revoluta (sikas jepang). Mayoritas tanaman sikas masih digunakan sebagai tanaman hias dalam penataan taman, baik untuk kebutuhan landscape maupun sebagai tanaman hias dalam pot. Namun demikian, beberapa jenis sikas juga mempunyai manfaat di bidang lain, misalnya C. revoluta yang dikenal sebagai salah satu tanaman obat yang telah digunakan di beberapa negara. 59 Contoh klasifikasi spesies tumbuhan dari kelas Cycadinae Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Gymnospermae Classsis : Cycadinae Ordo : Cycadales Familia : Cycadaceae Genus : Cycas Species : Cycas revoluta 3. Kelas (Classis) Bennettitinae Tumbuhan anggota kelas ini sudah punah, sisa yang ditemukan dimasukkan dalam satu suku yaitu Benettitaceae dengan ciri-ciri: Tumbuhan dengan habitus berkayu, batang bercabang paying menggarpu, mempunyai teras dengan sedikit kayu. Pertulangan daun menyirip. Strobilus terletak di ketiak daun, kadamng-kadamg demgam tangkai yang panjang, kadang-kadang dengan tangkai yang pendek yang muncul dari bagian batang yang telah tua, kadang pula muncul di ujung (terminal) pada cabang yangf menggarpu. Strobilus dapat berisi hanya mikrosporifil saja tapi dapat bjuga berisi mikrosporofil dan makrosporofil. Mikrosporofil menyerupai daun menyirip ganda dan tersusun membentuk karangan. Makrosporofil banyak terdapat di bagian atas strobilus. Sebagian berbentuk tangkai dengan suatu bakal biji pada ujungnya, sebagian mandul dan berbentuk sisikm di antara bakal-bakal biji. Bakal biji dengan 1integumen dan suatu ruang serbuk sari. Lembaga dengan dua daun lembaga. 4. Kelas (Classsis) Cordaitinae Anggota kelas ini juga telah punah. Ciri-ciri anggotanya adalah: Umumnya berupa pohon yang tinggi, bercabang-cabang dan terdapat pertumbuhan sekunder. Daun tunggal, bangun lanset atau pita, pertulangan daun sejajar, duduk daun tersebar namun pada ujungujung cabang amat berdekatan. Strobilus jantan terasusun dalam 2 baris pada tangkai yang tebal. Mkrosporofil masing-masing dengan 3-6 kantong sari. Strobilus betina dengan susunan yang sama. Setiap strobilus juga mempunyai sisik-sisik dengan diantaranya terdapat bakal biji. Bakal biji dengan 1 integumen dengan ruang serbuk sari yang panjang. Biji pipih kadang-kadang bersayap. 60 Kelas Cordaitinae meliputi ordo Cordaitales yang didalamnya terdapat suku Cordaitaceae atau Pityaceae. Contoh Cordaites laevis, Cordaianthus pseudifluitan 5. Kelas (Classis) Ginkyoinae Anggota kelas ini yang masih ada adalah Ginkyo biloba (Ginko) yang berasal dari Cina. Ginkyo merupakan pohon besar, dapat mencapai ketinggian lebih dari 30 meter. Daunnya bertangkai panjang dan lebar berbentuk seperti kipas, dengan belahan yang berlekuk dalam. Tulang daun berbentuk menggarpu. Ginko merupakan tumbuhan Gymnospermae yang meranggas, berumah dua, biji keras berwarna kekuningan, berukuran sebesar kelereng, berbau tidak enak. Bijinya mempunyai kulit luar berdaging dan kulit dalam yang keras. Daunnya dapat dijadikan obat asma dan mengatur tekanan darah buahnya dapat di jadikan bahan ramuan untuk makanan tambahan (suplemen) yang berfungsi menjernihkan daya ingat. Kelas ini terdiri atas bangsa Ginkyoales dan suku Ginkyoaceae. Contoh spesisesnya yaitu Ginkyo biloba. Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Gymnospermae Class : Ginkyoinae Ordo : Ginkyoales Family : Ginkyoaceae Genus : Ginkyo Spesies : Ginkyo biloba Ginkyo biloba 61 Ciri khas tumbuhan ini adalah: 1. Mempunyai daun yang berbentuk seperti kipas dengan lebar 5 sampai 10 sentimeter dan tinggi batang mencapai 30 meter. Selain itu, daunnya juga ada yang berbentuk mirip daun paku kelompok suplir. 2. Ketika musim penyerbukan tiba, tanaman ini mengeluarkan bau yang kurang sedap dan dijauhi oleh manusia. Habitus pohon tinggi lebih dari 1000 kaki, daun berubah warna dan menggugurkan daunnya pada musim rontok. 3. Tumbuhan berumah dua (diesis) 4. Gamet jantan motil, penyerbukan di air. 5. Daun muda menggulung, melebar bentuk kipas, daun terbagi dua simetris karena lekukan yang dalam, mengalami perkembangan. 6. Strobilus jantan berbentuk kerucut; strobilus betina dngan 2 ovuli yang berbeda kematangannya; ovulum mempunyai pembungkus berdaging yang dapat berubah warna. 7. Lembaga mempunyai 2 cotyledon. 6. Kelas (Classis) Coniferae atau Coniferinae Tumbuhan anggota kelas ini banyak anggotanya yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Tumbuhan ini terdapat pada hutan di daerah beriklim dingin di kutub utara maupun hutan pada pegunungan di daerah tropis. Ciri utama kelas Coniferinae adalah adanya tajuk berbentuk kerucut (Coniferae berasal dari kata conus = ‘kerucut’ dan ferein = ‘mendukung’). habitusnya dapat berupa semak, perdu, atau pohon. Batang besar berkayu Daun-daunnya berbentuk jarum, sehingga sering disebut pohon jarum, pada umumnya conifer tidak mengalami gugur daunt namun selalu hijau sepanjang tahun sehingga disebut juga tumbuhan evergreen. Tumbuhan ini berumah dua, tetapi ada juga yang berumah satu, memiliki strobilus berbentuk kerucut. Ada dua macam strobilus, yaitu strobilus betina yang mengandung bakal biji dan strobilus jangtan yang mengandung serbuk sari. Strobilus jantan menghasilkan serbuk sari yang mengandung sel sperma. Dengan bantuan angin, serbuk sari sampai kebakal biji yang menempel pada sisik strobilus betina. Selanjutnya terbentuk buluh serbuk yang membawa sel sperma untuk bertemu dengan sel telur yang ada didalam bakal biji. Setelah terjadi fertilisasi, terbentuklah biji yang bersayap tipis.Biji diterbangkan angin kemana-mana, jika jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi kecambah, dan berkembang menjadi tumbuhan baru. 62 Kelas coniferinae terdiri atas lima ordo yaitu ordo Taxales, ordo Araucariales, ordo Podocarpales, ordo Pinales, dan ordo Cupressales. Berikut ini deskripsi tiap ordo dari kelas Coniferinae : 1. Bangsa (Ordo) Taxales Ordo ini terdiri atas pohon-pohon atau semak-semak, dengan daun yang tersebar berbentuk lanset, strobilus berumah dua, yang terpisah-pisah atau merupakan bulir dalam ketiak daun, dengan mikrosporofil yang berbentuk perisai atau sisik yang masing-masing dengan 2-8 kantong sari, serbuk sari tanpa gelembung udara, dan pada perkecambahan tidak membentuk sel-sel protalium, bakal biji berpasangan diatas sisik- sisik biji atau di ujungnya, setelah persarian sisik-sisik tidak berkayu dan membesar, jadi tidak membentuk suatu kerucut. Ordo ini terdiri atas dua familia diantaranya adalah Taxaceae dan Cephalotaxaceae. a. Suku (Familia) Taxaceae Memiliki daun yang berbentuk lanset yang tersebar, strobilus jantan terpisah dalam ketiak daun atau dalam bulir-bulir kecil di ketiak daun. Mikrosporofil bangun perisai dengan 2-8 kantong sari, serbuk sari pada perkecambahannya hanya memiliki satu sel generative dan satu sel buluh serbuk sari. Biji yang diselubungi oleh salut biji atau arillus, biji memiliki dua daun lembaga, Contoh spesiesnya adalah Taxus baccata. Gambar . Taxus baccata b. Suku (Familia) Cephalotaxaceae Familia Cephalotaxaceae memiliki ciri yaitu habitus berupa pohon atau perdu dengan daun garis, dalam daun terdapat satu saluran resin. Tumbuhan berumah dua, strobilus jantan berkumpul atau berupa bulir-bulir pendek di ketiak daun, tiap strobilus 63 terdiri atas 12 mikrosporofil, masing-masing dengan 3 kantong sari, serbuk sari tanpa gelembung udara, strobilus betina dalam ketiak-ketiak, sisik-sisik, yang terdapat pada tunas yang pendek, sisik-sisik biji itu duduknya bersilang, masing-masing dengan 2 bakal biji pada sisi atasnya, kulit biji yang luar tebal berdaging, kulit biji yang dalam keras, memiliki dua daun lembaga. Anggotanya tersebar luas di Asia timur contohnya Cephalotoraxus fartanei. 2. Bangsa (Ordo) Araucariales Ordo Araucariales meliputi satu familia yaitu Araucariaceae dengan ciri pohonpohon yang daunnya tersebar, berbentuk jarum atau lebar dengan saluran-saluran resin didalamnya, tumbuhan ini berumah satu atau berumah dua. Strobilus jantan ukurannya besar, diketiak atau diujung cabang-cabang yang pendek dengan mikrosporofil yang bertangkai dan berbentuuk sisik, yang pada bagian bawahnya banyak mengandung mikrosporangium yang panjang. Strobilus betina pada ujung cabang-cabang yang pendek, penuh dengan makrosporofil yang tersusun dalam satu spiral, dengan disebelaah atasnya masing-masing dengan satu bakal biji yang diselubungi dengan struktur yang melekat pada makrosporofil. Familia Araucariaceae meliputi dua genus yaitu Araucaria dan Agathis. Contoh speciesnya adalah Araucaria cunninghamii dan Agathis alba . Araucaria heterophylla 64 Araucaria cunninghamii Agathis alba 3. Bangsa (Ordo) Podocarpales Ordo Podocarpales meliputi familia Podocarpaceae yang memiliki cirri-ciri berupa perdu atau pohon dengan daun berbentuk sisik, jarum dan lanset duduknya tersebar atau bersilang, dengan satu atau tiga saluran resin didalamnya. Umumnya berumah dua strobilus jantan diketiak dengan ukuran yang agak panjang dengan banyak mikrosporofil, masing-masing dengan dua kantong serbuk sari. Memiliki epimatium, memiliki dua daun lembaga, serbuk sari kebanyakan dengan gelembung udara,. Contoh spesiesnya adalah Podocarpus imbricate. Podocarpus imbricate. 4. Bangsa (Ordo) Pinales Ordo ini meliputi satu familia yaitu Pinaceae, dengan cirri tumbuhan berkayu, daun berbentuk jartum, duduknya tersebar pada sirung panjang, atau pada sirung panjang terdapat daun dengan struktur berdaging sedangkan pada sirung pendek terdapat daun dengan bentuk jarum. Daun-daun tersebut dengan satu atau dua berkas pengangkut dan saluran resin, pada umumnya tumbuhan ini berumah satu. Strobilus jantan terminal pada sirung pendek, dengan banyak mikrosporofil bertangkai yang tersusun dalam satu spiral 65 dengan dua lkantong sari, serbuk sari dengan dua gelembung udara. Strobilus betina terminal atau aksilar, dengan banyak sisik penutup yang tersusun dalam spiral, pada ketiak sisik penutup terdapat satu sisik biji dengan pada sisi atasnya dua bakal bii yang mikrofilnya menghadap ke sumbu. Biji memiliki sayap dan memiliki daun lembaga sebanyak 2-15. Contoh spesiesnya adalah Pinus merkusii. Pinus merkusii 7. Bangsa (Ordo) Cupressales Ordo ini memiliki ciri sebagai berikut : 1. Berupa perdu atau pohn dengan daun yang berbentuk jarum atau sisik yang duduknya tersebar, berhadapan, atau berkarang. 2. Strobilus jantan dengan mikrosporofil yang bertangkai pendek dengan suatu sisik lebar dengan 2-9 kantong sari. 3. Strobilus betina dengan sisik yang tersusun dalam spiral atau berhadapan dengan 1-9 bakal biji. Taxodium distichum Ordo ini meliputi dua Familia yaitu sebagai berikut : a. Suku (Familia) Taxodiaceae Familia ini meliputi tumbuhan berupa pohon dengan daun berbentuk jarum duduknya tersebar atau berhadapan, dan kadang-kadan pada sirung panjang terdapat daun berbentuk sisik dan pada sirung pendek terdapat daun menyerupai bentuknya jarum. Daunnya memiliki satu saluran resin, strobilus jantan terminal, atau aksilar atau kadang berkumpul didalam satu malai. Serbuk sari tanpa gelembung udara. Strobilus betina terpisah-pisah, terminal, dengan sedikit atau banyak spiral. Biji memiliki sayap yang 66 sempit, memiliki lembaga dengan 2-9 daun lembaga. Contoh speciesnya adalah Taxodium distichum. b. Suku (Familia) Cupressaceae Suku ini memiliki ciri-ciri antara lain: Habitus perdu atau pohon, bercabang banyak. Daun kebanyakan bentuk sisik jarang berbentuk jarum, duduk bersilang atau merupakan karangan yang trdiri dsari 3 daun. Daun memiliki saluran atau ruang resin. Bisanya berumah dua jarang berumah satu. Strobilus jantan terletak diujung ranting yang pendek tetapi dapat juga di ketiak daun. Mikrosporofil duduk bersilang atau merupakan karangan yang terdiri dari 3 sprofil, bertamngkai pendek dengan sisik lebar dan 2 – 6 kantong sari. Strobilus betina dengan satu atau beberapa pasang sisik yang duduknya bersilang, masing-masing dengan beberapa bakal biji. Setelah penyerbukan sisik-sisik tersebut membesar dan mengayu, saling menutupi seperti susunan genting atau seperti perisai yang tepinya saling berdampingan rapatPada genus Juniperus bakal biki berjumlah 1 – 3 , letaknya di ujung dan setelah penyerbukan diselubungi oleh sisik-sisik berdaging. Lembaga dengan 2 daun lembaga. Suku ini terdiri dari 140 jenis yang terbagi dalam 15 marga. Contoh jenisnya Juniperus communis (buahnya dipakai untuk pembuatan minuman keras “juniper”. Thuja gigantean, T occidentalis, menghasilkan kayu bangunan Thuja occidentalis 8. Kelas (Classis) Gnetinae Gnetinae merupakan kelas dari subdivision gymnospermae yang meliputi tumbuhan berkayu, yang batangnya bercabang atau tidak, tidak memiliki saluran resin, daaunnya tunggal, berhadapan, bunga berkelamin tunggal, majemuk, terdapat dalam ketiak daun pelindung yang besar, memiliki tenda bunga. Lembaga dengan idua daun lembaga. 67 Kelas ini terdiri atas 3 ordo (bangsa), yaitu Ephedrales, Gnetales dan Welwitschiales. a. Bangsa (Ordo) Ephedrales Ordo ini hanya terdiri dari satu suku yaitu Ephedraceae dengan ciri-ciri: Habitus perdu bercabang banyak dengan sisik yang duduknya bersilang, Bumnga dalam bulir,terletak pada ujung sirung di ketiak daun pelindung yang besar yang setelah penyerbukan menjadi berdaging atau melebar. Bunga jantan dengan 2 daun tenda bunga (tepala) dan 2 sampai 8 anthera masing-masing dengan 2-3 ruang. Bunga betina dengan tenda bunga berbentuk pembukluh, di dalamnya terdapat satu bakal bijidengan integumen memanjang. Tenda bunga menjadi keras dan menyelubungi buah. Suku ini hanya terdiri dari satu margay ITU: Ephedra dengan anggota sekitar 35 jenis yang tersebar di daerah panas dan daerah iklim sedang. Contoh : Ephedra altissima b. Bangsa (Ordo) Gnetales Ordo Gnetales ini dicirikan dengan: 1. Batang pohon yang lurus kira-kira 20 meter dan bercabang. 2. Akarnya tunggang. 3. Tulang daun menyirip, tipis dan melebar. 4. Berumah dua karena strobilus jantan dan betina terletak pada pohon yang berbeda. Namun ada pula yang berumah satu, strobilus jantan dan betina terdOrdo Gnetales meliputoi familia Gnetaceae, dengan cirri sebagai berikut : Ciri khas Gnetaceae yaitu: 1. Anggota kelompok ini berupa pohon, barcabang, 2. Batang memiliki kambium, floeterma dan buluh-buluh kayu tanpa saluran resin. 3. Daun tunggal, duduk daun berhadapan dengan pertulangan daun menyirip. 4. Bunga majemuk bercabang dichasial (anak paying menggarpu), terletak di ketiak daun. 5. Ujung bunga majemuk berbentuk bulir dengan bunga yang berkarang dalam ketriak daun pelindung. 6. Bunga jantan dengan tenda bunga berbentuk pembuluh dan pada perpanjangan sumbu bunga. Memiliki 1 – 2 kantong sari. 7. Bunga betina dengan tenda bunga berbentuk pembuluh, satu bakal biji deengan 2 integumen. 68 8. Biji diselubungi suatu mantel yang terdiri dri integument luar dan tenda bunga berdaging yang akhirnya berwarna merah jika buah telah masak. Suku ini hanya terdiri dari satu marga yaitu Gnetum dengan sekitar 30 jenis yang semuanya hidup di daerah tropis. Contoh yang terkenal dari kelompok ini adalah Gnetum gnemon (melinjo), yang daun dan bijinya dapat dimakan, sedangkan kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas, serat tali, dan perabot rumah tangga. Melinjo banyak digunakan oleh orang Indonesia untuk sayur – sayuran dan emping. Klasifikasi Gnetum gnemon (Melinjo) Divisio : Spermatophyta Sub division : Gymnospermae Classis : Gnetinae Ordo : Gnetales Familia : Gnetaceae Genus : Gnetum Spesies : Gnetum gnemon Gnetum gnemon c. Ordo Welwitschiales Ordo ini meliputi satu familia yaitu familia welwitschiaceae dengan ciri : 1. tumbuhan berupa batang hipokotil yang menebal seperti umbi dan akar tunggang yang menebal menembus tanah. 2. Batang epikotil dan tidak terdapat daun daun, kecuali dua daun yang berhadapan, berbentuk pita dengan ukuran sekitar 2 meter, yang pada 69 ujungnya mati tetapi pangkalnya terus tumbuh selama tumbuhan masih hidup. 3. Berbunga majemuk terdapat pada tepi batang hipokotil, bercabang seperti anak paying menggarpu, dengan hunga-bunga yang tersusun dalam bulir yang keluar dari ketiak daun pelindung yang besar dan tersusun berhadapan. 4. Bunga jantan dengan 4 tepala yang tersusun dalam 2 lingkaran dan 6 benang sari yang pangkalnya berlekatan dengan kepala sari yang terdiri atas 3 kantong sari, ditemhah terdapt bakal biji yang rudimenter. 5. Memiliki bunga betina dengan tenda bunga yang berlekatan, kanan kiri melebar seperti sayap. 6. Bakal biji dengan satu integument berbentuk pembuluh yang memanjang. Suku ini hanya terdiri atas satu Genus, yaitu Welwitschia. Contoh speciesnya adalah Welwitschia mirabilis, hidup endemic di daerah gurun dekat pantai Afrika barat daya dan Angola. Regum : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Gnetinae Ordo : Welwitschiales Family : Welwitschiaceae Genus : Welwitschia Species : W. mirabilis V.4. TUGAS UNTUK MAHASISWA Mahasiswa diharuskan membuat makalah dan tentang Divisio Spermatophyta sub divisio Gymnospermae dengan membaca dari sumber-sumber buku literatur, materi bahan ajar atau penelusuran melalui internet. 70 BAB VI SUB DIVISIO ANGIOSPERMAE CLASSIS DICOTYLEDONEAE SUB CLASSIS APETALAE IV. 1. PENDAHULUAN: SASARAN PEMBELAJARAN: Menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi Clas Dikotil sub classis Apetalae STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning, collaborative learning, , presentasi tugas kelompok, praktikum IV.2. SUB DIVISIO ANGIOSPERMAE Tumbuhan berbiji atau Spermatophyta terbagi menjadi 2 sub divisio yaitu Gymnospermae (Berbiji Terbuka) dan Angiospermae (Berbiji Tertutp). Sub Divisio Gymnospermae telah dibahas pada bab terdahulu. Pada bab ini akan dibahas tentang sub divisio Angiospermae. Angisopermae hanya terdiri dari 2 kelas (classis) yaitu Dicotyledonae dan Monocotyledonae, keduanya dibedakan antara lain berdasrkan jumlah daun lembaganya. Dicotyledoneae dapat dibedakan dalam tiga (3) anak kelas (sub classis) yaitu: Monochlamyceae (Apetalae), Dialypetalae dan Sympetalae yang perbedaanya terletak pada ada dan tidaknya daun-daun mahkota (petalae) dan bagaimana susunan daundaun mahkota tersebut IV.3. ANAK KELAS (SUB CLASSIS) MONOCHLAMYDEAE (APETALAE) Tumbuh-tumbuhan yang masuk dalam anak kelas ini kebanyakan berupa pohonpohonan atau setidaknya pepohonan yang batangnya berkayu, bunga berkelamin tunggal dengan penyerbukan anemogami, jarang yang entomogami. Hiasan bunga tidak ada atau kalau ada hanya tunggal, oleh sebab itu disebut Monochlamydeae ( Mono = satu, tunggal; chlamydos = mantel, selubung). Hiasan bunga menyerupai kelopak, jarang menyerupai mahkota, oleh sebab itu dinamankan Apetalae ( a = tidak, tanpa ; petala = daun mahkota). Hanya pada golongan tertentu saja terdapat hiasan bunga ganda antara lain pada suku Caryophyllaceae. Benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun-daun hiasan bunga, duduknya berhadapan dengan daun-daun hiasan bunga, atau terdapat jumlah benang sari yang lebih banyak. Anak kelas ini meliputi berbagai bangsa (Ordo) yaitu: 71 1. Bangsa (Ordo) Casuarinales (Verticillatae) Bangsa ini hanya terdiri atas 1 suku Casuarinaceae yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Umumnya tumbuh-tumbuhan dengan batang berkayu (pohon-pohon) yang habitusnya menyerupai Coniferinae, cabang-cabang yang muda berwarna hijau, jelas berbuku-buku dengan daun-daun yang amat tereduksi menjadi seperti selaput kecil dan tersusun berkarang, oleh sebab itu dinamakan Verticillatae b. Bunga berkelamin tunggal, penyerbukan secara anemogami. Bunga jantan berupa benang sari dan tersusun berkarang yang seluruh karangan-karangan itu merupakan bulir pada ujung-ujung cabang yang paling muda. Tiap bunga jantan terdiri atas 1 benang sari yang terbelah-belah dengan 2 daun hiasan bunga yang kecil dan 2 daun pelindung yang kecil pula. c. Bunga betina dalam rangkaian berbentuk bongkol pada cabang-cabang yang pendek, tanpa hiasan bunga, dengan 2 daun pelindung yang kecil d. Bakal buah terdiri atas 2 daun buah, beruang 2, dari 2 ruang itu yang satu berkembang,yang lainnya berisi 2 bakal biji dan dari kedua bakal biji itupun biasanya yang satu akan mati. e. Pembuahan secara kalazogami. Dalam nuselus semula terdapat beberapa kandungan lembaga, tetapi hanya satu yang dapat berkembang terus. f. Buahnya buah kurung yang bersayap dan diselubungi oleh 2 daun pelindungnya yang menjadi berkayu. Bakal biji mempunyai 2 selaput biji. Suku ini hanya terdiri atas 1 marga dengan ± 40 jenis yang tersebar di daerah Nusantara dan Australia antara lain : Casuarina equisetifolia., C. junghuhniana, yang dikenal dengan nama cemara, seringkali ditanam sebagai tanaman hias atau di tepi-tepi jalan. Casuarina equisetifolia. 72 2. Bangsa (Ordo) Fagales Ciri-cirinya sebagai berikut : a. Berupa tumbuh-tumbuhan yang berbatang kayu dengan daun-daun tunggal serta daun-daun penumpu yang lekas runtuh. b. Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bunga majemuk yang menyerupai bunga lada dengan penyerbukan secara anemogami. c. Hiasan bunga tidak ada atau menyerupai kelopak d. Bunga jantan dengan benang sari yang sama banyaknya dengan daun-daun hiasan bunga,duduknya berhadapan atau benang sari terdapat dalam jumlah yang besar. e. Bungan betina dengan putik yang terdiri atas 2-6 daun buah, bakal buah tenggelam, beruang 1-6 f. Buahnya buah keras yang berisi 1 biji. Biji tanpa endosperm dengan lembaga yang lurus. Ordo Fagales meliputi beberapa suku (familia): 1. Suku (Familia) Betulaceae Ciri-cirinya sebagai berikut: a. Terdiri atas pohon-pohon atau perdu dengan daun tunggal yang tersebar dan daun penumpu yang lekas runtuh. b. Bunga berkelamin tunggal berumah 1, tersusun dalam bunga majemuk yang menyerupai bunga lada dan terdiri atas bagian-bagian yang bersifat simos c. Hiasan bunga tidak ada atau berupa tenda bunga yang kecil, berbilangan 4, bebas atau berlekatan satu sama lain. d. Bunga jantan melekat pada daun pelindungnya dengan 2-12 benang sari yang seringkali terbelah, dalam bunga-bunga yang berbilangan 4 duduknya berhadapan dengan daun-daun tenda bunga. e. Bunga betina dengan putik yang terdiri atas 2 daun buah dan mempunyai 2 kepala putik, bakal buah beruang 2, tiap ruang dengan 2 atau 1 bakal biji, masing-masing dengan 1 selaput biji. f. Buahnya buah keras dengan 1 biji, biji tanpa endosperm g. Daun pelindung pada pertumbuhan buah membesar seperti sayap. Suku ini meliputi 6 marga dengan ± 100 jenis yang tersebar di sebelah utara khatulistiwa,antara lain : 73 Betula : B. nana, B. pendula Alnus : A. incana, A. glutunosa Carpinus : C. orientalis, C. betulus Ostrya : O. carpinifolia, O. virginiana Corylus : C. avelllana, C. maxima Betula nana 2. Suku (Familia) Fagaceae Ciri-cirinya sebagai berikut: a. Tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun-daun tunggal yang duduknya tersebar dan daun penumpu yang lekas gugur. b. Bungan berkelamin tunggal, berumah 1, jarang sekali berumah 2. c. Bunga dalam bunga majemuk seperti bunga lada d. Buahnya buah kering dengan 1 biji, pangkalnya diselubungi oleh suatu badan berbentuk seperti mangkuk atau piala yang disebut kupula e. Biji tanpa endosperm dengan lembaga yang besar. f. Bunga jantan dengan daun-daun hiasan bunga dengan benang-benang sari yang jumlahnya sama dengan daun-daun hiasan bunga atau lebih banyak, seringkali dengan sisa-sisa daun putik. g. Bunga betina dengan tenda bunga yang kecil berbilangan 6, bakal buah tenggelam, mempunyai 3-6 ruang, tiap ruang dengan 2 bakal biji yang mempunyai 2 selaput biji h. Buahnya buah kering dengan 1 biji, pangkalnya di selubungi oleh suatu badan berbentuk seperti mangkuk atau piala yang disebut kupula. i. Biji tanpa endosperm dengan lembaga yang besar. Suku ini meliputi 6 marga dengan ± 500 jenis yang tersebar di daerah-daerah iklim sedang, dan tropika tetapi tidak terdapat di Afrika (sebelah selatan gurun Sahara). Diantaranya yaitu : Castanea : C. argentea (sarangan). Castanea sativa, Bijinya dapat dimakan. Fagus : F. silvatica Quercus : Q. suber (penghasil gabus). Q. tinctoria, Q. petraea, Q. robur 74 Dari yang tumbuh di pulau Jawa, dulu orang menggunakan buah Quercus sebagai salah satu ramuan dalam pembuatan “banyon” yang digunakan untuk menghitamkan gigi. Castanea sativa 3. Bangsa (Ordo) Myricales Bangsa ini hanya terdiri atas 1 suku yaitu suku Myricaceae dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Terdiri atas tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun-daun tunggal yang tersebar, mempunyai daun-daun penumpu atau tidak, dalam daun terdapat sel-sel minyak. b. Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir-bulir tunggal atau majemuk. c. Buahnya buah batu, biji tanpa endosperm d. Bunga tanpa hiasan bunga, yang jantan mempunyai 2-16 benang sari, yang betina dengan bakal buah yang menumpang yang terdiri atas 2 daun buah e. Mempunyai 1 ruang dan 1 bakal biji dengan 1 selaput biji f. Buahnya buah batu, biji tanpa endosperm Suku ini antara lain meliputi marga Myrica dengan ±50 sp.yang tersebar di Eropa,Asia dan Amerika, misalnya : Myrica cerifera (menghasilkan lilin) M. pensylvanic Myrica cerifera 75 4. Bangsa (Ordo) Juglandales Ciri-cirinya sebagai berikut: a. Bangsa ini meliputi pohon-pohon dengan daun-daun majemuk menyirip gasal yang duduknya tersebar, kadang-kadang berhadapan b. Daun penumpu tidak terdapat c. Bunga berkelamin tunggal, anemogami, berumah satu d. Buahnya buah semu yang menyerupai buah batu atau buah keras yang diselubungi semacam kupula dengan kulit luar tipis atau berdaging dan kulit dalam yang keras. e. Biji tanpa endosperm f. Bunga jantan dengan tenda bunga yang biasanya berbilangan 4 yang beserta daundaun pelindung berlekatan dengan bakal buahnya g. Bakal buah tenggelam, beruang 1 dengan 1 bakal biji yang mempunyai 1 selaput biji h. Buahnya buah semu yang menyerupai buah batu atau buah keras yang diselubungi semacam kupula dengan kulit luar tipis atau berdaging dan kulit dalam keras. i. Biji tanpa endosperm Suku (Familia) Juglandaceae Ciri-cirinya sebagai berikut : a. Pohon-pohon dengan daun majemuk menyirip gasal yang tersebar atau berhadapan tanpa daun penumpu, daun kaya akan zat-zat yang berbau sedap. Bunga berkelamin tunggal, berumah satu,anemogami. b. Bunga jantan tersusun dalam bulir yang terdiri atas banyak bunga, kebanyakan dengan hiasan bunga, bunga betina dalam bulir yang lebih miskin akan bunga. c. Masing-masing bunga betina dengan hiasan bunga, pada bagian bawah diselubungi badan yang menyerupai kupula, yang nanti akan menjadi selubung buah yang berdaging atau berubah menjadi alat untuk beterbangan. Suku ini terdiri atas 6 marga,dengan ± 50 jenis yang tersebar di daerah-daerah iklim sedang di belahan bumi utara dan daerah Asia tropika dan Amerika Selatan. Sebagai contoh dapat disebut : Juglans, misalnya :J. regia (biji dapat dimakan), J. nigra, dari kedua jenis itu kayunya digunakan untuk bermacam-macam keperluan, misalnya kotak-kotak pesawat radio, dll. Carya : C. ovate, C. olivaeformis. 76 . Juglans regia 5. Bangsa (Ordo) Salicales Bangsa ini hanya terdiri atas 1suku, yaitu suku Salicaceae dengan cirri-ciri sebagai berikut : a. Tumbuh-tumbuhan yang berbatang kayu dengan daun-daun tunggal yang tersebar,dan mempunyai daun-daun penumpu. b. Bunga berkelamin tunggal, berumah 2, jarang sekali berumah 1, tersusun dalam bulir, tanpa hiasan bunga, atau jika ada amat tereduksi dan tidak pernah menyerupai mahkota. c. Pada pangkal bunga terdapat suatu badan seperti piala atau cakram yang seringkali dipandang sebagai hiasan bunga yang tereduksi. d. Bunga jantan dengan 2-8 benang sari, bunga betina dengan 1 putik yang terdiri atas 2 daun buah, dengan bakal buah yang duduknya menumpang, mempunyai 1 ruang yang mengandung banyak bakal biji yang anatrop dengan 2-4 papan biji yang parietal. e. Bakal biji dengan 1 selaput biji f. Penyerbukan secara anemogami atau entomogami g. Buahnya buah kendaga yang membuka dengan 2 katup h. Biji amat kecildengan seberkas rambut yang tumbuh dari tali pusarnya,endosperm sedikit atau tidak ada. Suku ini hanya terdiri atas 2 marga dengan ± 330 jenis yangtersebar di daerahdaerah iklim sedang di belahan utara bumi dengan beberapa jenis di daerah tropika. Beberapa jenis sebagai contoh : Populus : P. nigra, P. balsamifera, P. deltoids 77 Salix : S. alba, S. fragilis, S. purpurea, S. Amygdalina Cabang-cabang muda berbagai jenis mudah dibengkok-bengkokkan seperti rotan dan bahan anyam-anyaman. Populus nigra Salix alba 6. Bangsa (Ordo) Urticales Ordo Urticales meliputi tumbuhan terna, semak maupun pohon dengan kebanyakan daun tunggal yang tersebar dan mempunyai daun penumpu. Bunga kebanyakan berklamin tunggal, tersusun dalam bunga majemuk terbatas, biasanya kecil – kecil, aktinomorf dengan tenda bunga yang berwarna hijau, berbilangan 4 – 5 atau lebih, bebasatau berlekatan satu sama lain. Benang sari sama jumlahnya dengan tenda bunga dan duduknya berhadapan, Bunga betina dengan bakal buah menumpang, beruang satu dengan satu bakal biji. Penyerbukan secara anemogami, pembuahan kalazogami atau bentuk – bentuk peralihan ke porogami. Buahnya buah keras atau buah batu.Dalam epidermis daun sering terdapat sistolit. Ordo Urticales ini meliputi Familia Moraceae, Cannabiaceae, Ulmaceae dan Urticaceae. a Suku (Familia) Moraceae Ciri-ciri: • Habitusnya berupa pohon. • Bergetah putih atau bening. • Daun – daun tunggal yang duduknya tersebar dengan daun – daun penumpu yang lebar yang kadang – kadang memeluk batang. • Stipula besar melindungi batang, daun tersebar. • Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bunga majemuk berbatas, yang berbentuk bongkol, tongkol, atau periuk. 78 • Bunga uniseksual ukurannya kecil. Brachtea besar melindungi batang muda. • Organ vegetatif : bergetah susu (putih), berdaun penumpu berbentuk tudung, bila gugur meninggalkan bekas perlekatan pada ranting berupa lingkaran cincin di ketiak daun. • Organ generatif : bunga/buah semu, dasar bunga (receptaculum) pada marga ficus tumbuh keluar melanjut, melingkar bentuk bulat, pada bagian atasnya terdapat pintu tempat masuknya serangga (semut) • Bunga jantan dengan tenda bunga yang berbilangan 2 → 6, kebanyakan 4, benang sari sama dengan daun hiasan bunga duduk berhadapan. • Bunga betina dengan bakal buah yang tenggelam sampai menumpang, dengan 1 atau 2 tangkai puti, beruang 1 dengan 1 bakal biji. • Buahnya buah semu majemuk, biji dengan endosperm. Suku ini meliputi ±70 marga denganb ± 1000 jenis. Contoh : Ficus: Ficus elastica Roxb. (karet hutan), F. benjamina (beringin), F. septica. . Morus: Morus. alba, M. nigra, M. nigra Broussonetia: . Broussonetia papyrif era, B. kampferi Artocarpus: A. intergra, A. Champeden, dll. Contoh Klasifikasi Regnum : Planta Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Agiospermae Classis : Dicotyledoneae Sub Classis : Apetalae Ordo : Urticales Familia : Moraceae Genus : Artocarpus Spesies : Artocarpus integra b. Suku (Familia) Cannabiaceae Ciri-ciri: • Terna berbau aromatik tanpa getah. • Daun tunggal bertoreh menjari, duduknya tersebar atau berhadapan, dengan daun – daun penumpu yang bebas dan tidak gugur. • Bunga berkelamin tunggal, berumah 2, tersusun dalam bungan majemuk berbatas yang menyerupai tandan, bongkol, atau bunga lada. 79 • Bunga jantan dengan hiasan bunga berbilangan 5, 5 benang sari. • Bunga betina dengan tenda bunga bentuk mangkok, . Putik dengan 2 tangkai putikdan 2 kepala putik • Bakal buah dengan 1 ruang dan 1 bakal biji. • Buahnya buah keras dengan biji yang mempunyai lembaga yang bengkok atau tergulung. Suku inihanya terdiri dari 3 jenis dari 2 marga yitu: Humulus: Humulus lupulus (memiliki rambut buah yang mengandung zat yang rasanya pahit dan digunakan dalam pembuatan bir. H. japonicus (tumbuh membelit) . Cannabis: Cannabis sativa (ganja). Contoh Klasifikasi Cannabis sativa : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Agiospermae Classis : Dicotyledoneae Sub Classis : Apetalae Ordo : Urticales Familia : Cannabiaceae Genus : Cannabis Spesies : Cannabis sativa Manfaat dari tanaman ini yaitu digunakan untuk obat psikotropik. c. Suku (Familia) Ulmaceae Suku ini memiliki ciri-ciri habitus pohon atau perdu yang tidak bergetah, Daun tunggal dengan pangkal tiudak simetris, duduk dalam 2 baris, daun penumpu mudah rontok. Bunga berkelamin tunggal atau hermaprodit dengan tenda bunga yang sering zigomorf, terpisah atau tersusun dalam karangan bunga majemuk terbatas menyerupai bunga paying. Tenda bunga berbilangan 4. Benang sari berhadapan dengan daun tenda bunga dengan jumlah sama atau kadang-kadang 2 x lipatnya. Bakal buah menumpang dengan 2 tangkai putik, beruang 1 dengan 1 bakal biji yang anatrop. Buahnya buah batu, seringkali bersayap. Suku inimeliputi 14 marga (genus) dengan 150 jenis yang terutama terdapat di belahan bumi utara.Contoh: Ulmus americana, U. campetris, U. laevis, dan u. fulva. Celtis australis, C. occidentalis ini jenis penghasil kayu. 80 d. Suku (Familia) Urticaceae • Kebanyakan berupa terna dan semak yang tidak bergetah. • Daun tunggal, tersebar atau berhadapan dengan penumpu/stipula yang seringkali tidak sama besar. • Bunga berkelamin tunggal jarang banci, tersusun dalam tukal – tukal atau bongkol yang simos dan selanjutnya terkumpul dalam rangkaian yang menyerupai tandan atau bunga lada. • Bunga dengan tenda bunga yang berjumlah 4 → 5 (kadang – kadang 2 → 3), benang – benang sari sama banyaknya dengan daun tenda bunga, berhadapan dengan daun tenda bunga, dalam kuncup membengkok ke dalam, pada waktu bunga mekar lalu membengkok keluar. • Bunga dalam perbungaan ( cymosa, spika, capitulum ). • Umumnya uniseksual, bunga jantan 4 stamen. • Putik dengan 1 kepala putik yang berbentuk seperti bulu atau seberkas rambut – rambut, bakal buah beruang satyu dengan 1 bakal biji. Buahnya buah batu. Biji dengan endosperm dan lembaga lurus. • Seringkali ada stamenodium, berupa sisik terdapat pada bagian basis dari pistilum. • Pada lat-alat vegetative sering terdapat rambut-rambut gatal (stimulus), mengandung serat yang panjang sehingga dapat dijadikan bahan tekstil. • Suku ini meliputi sekitar 550 jenis yang terbagi dalm 40 marga Contoh; Urtica urens (untuk bahan obat-obatan), U. dioica (memiliki rambut gatal). Boehmeria nivea (rami= bahan tekstil), B. viridis, B. altissima. Laportea microstigma, L. sinuate, L. stimulans (kemaduh, memiliki rambut Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Agiospermae Classis : Dicotyledoneae Sub Classis : Apetalae Ordo : Urticales Familia : Urticaceae Genus : Laportea Spesies : Laportea interrupta gatal). Manfaat tanaman ini yaitu sebagai makanan ternak (kambing dan domba). 81 7. Bangsa (Ordo) Piperales Ordo piperales adalah salah satu bangsa tumbuhan berbunga. Kebanyakan berupa terna, hanya kadang – kadang berupa tumbuh – tumbuhan dengan batang yang berkayu. Daun tunggal, bunga amat kecil berkelamin tunggal atau banci tanpa hiasan bunga. Bunga tersusun dalm bulir (amentum). Benang sari 1- 10, bakal buah 1 - 4, apokarp atau sinkarp. Masing-masing dengan 1 bakal biji. Biji besar mempunyai endosperm, lembaga kecil. Dalam ordo ini terdapat 3 familia yaitu Piperaceae, Saururaceae, dan Chloranthaceae. a. Suku (Familia) Piperaceae Ciri-ciri: • Terna atau tumbuh - tumbuhan berkayu seringkali memanjat dengan menggunakan akar – akar pelekat. • Daun tunggal bentuk jantung, yang duduknya tersebar atau berkarang dengan atau tanpa daun – daun penumpu. • Bunga majemuk bentuk lada (amentum), tanpa hiasan bunga. • Biseksual dan uniseksual, dengan 1 – 10 benang sari, putik 1-6 (umumnya 3), kepala putik 1 – 6, beruang 1 dengan 1 bakal biji. • Buahnya buah batu atau buah buni, dengan endosperm dan perisperm. • Suku Piperaceae meliputi 1300 jenis yang terbagi dalam 10 marga yang hamper semuanya hidup di daerah treopika. • Anggotanya antara lain: Pipere betle, P. cubeba, P. retrofractumP. Longum (semunya berguna dalam dunia obat-obatan). Piperomia pellucid. P. arifolia. Heckeria peltata. H. umbellata Contoh Klasifikasi tanaman : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Agiospermae Classis : Dicotyledoneae Sub Classis : Apetalae Familia : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper bettle L, Piper nigrum L. 82 Manfaatnya kedua tanaman tersebut yaitu digunakan sebagai bumbu masak dan obat herbal. 8. Ordo (Bangsa) Proteales. Bangsa ini hanya terdiri dari satu suku yaitu Proteaceae, dengan ciri-ciri: habitus pohon atau perdu, jarang berupa terna. Daun tunggal, bertoreh pertulangan menyirip, daun kaku atau seperti belulang, duduk tersebar atau berhadapan tanpa daun penumpu. Bunga hermaprodit atau berubah menjadi uniseksual karena adanya reduksi pada salah satu kelamin bunga. Bunga tersusun bentuk bulir, tandan atau tongkol. Masing-masing bvunga dengan hiasan bunga menyerupai mahkota berbilangan 4, aktinomorf atau zigomorf. Benang sari berhadapan dengan daun tajuk hiasan bunga dan berlekatan tetapi kepala sari bebas. Bakal buah menumpang, beruang 1 dengan 1 sampai banyak bakal buah yang parietal. Tiap bakal biji dengan 2 selaput. Buahnya buah kendaga atau buah kurung, biji tanpa endosperm. Lembaga dengan lebih dari 2 katiledon. Suku ini terdiridari 50 marga dengan 1200 jenis yang tersebar di daerah sebelah selatan khatulistiwa terutama Australia dan Afrika Selatan. Contoh: Leucodendron argentum, Leucospermum coenocarpum, Myzodendron brachystachyum, Protea cynaroide, Banksia : B. serrata, B. verticillata Macadamia. termifolia ,Grevillea. Preissei G. robusta . Leucodendron argenteum 9. Bangsa (Ordo) Santalales Adapun ciri-cirinya sebagai berikut : a. Tumbuh-tumbuhan berbatang kayu atau terna yang sering bersifat sebagai parasit dengan daun-daun tunggal yang tersebar atau berhadapan, tanpa daun penumpu. 83 b. Bunga mempunyai tenda bunga dengan benang-benang sari yang berhadapan dengan daun-daun tenda bunga, seringkali terdapat hiasan bunga yang rangkap dan benang-benang sari yang tersusun dalam 1 sampai 2 lingkaran. c. Bakal buah tenggelam, beruang 1 sampai 3 tiap ruang dengan 1 bakal biji dengan tembuni di pusat. Kadang-kadang bakal biji tidak jelas terpisah dari papan bijinya tanpa selaput Bangsa ini antara lain meliputi : 1. Suku (Familia) : Santalaceae. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut: a. Terna, perdu, parasit, atau pohn-pohon yang kadang-kadang hidup sebagai setengah dengan daun-daun tunggal yang dududknya tersebar atau berhadapan.bunga amat kecil, banci atau berkelamin tunggal, terpisah-pisah atau berkelompok dalam ketiak-ketiak daun. b. Kelopak seringkali menyerupai mahkota, mahkota tidak ada. Benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun kelopak, berhadapan dengan daun-daun kelopak tadi. c. Bakal buah tenggelam, beruang 1 dengan 2ïƒ 4 bakal biji dengan tembuni di pusat, bakal biji tanpa selaput atau dengan 1 selaput. d. Buahnya buah keras atau buah batu dengan 1 biji tanpa kulit biji, endosperm besar berdaging, lembaga kecil. Suku ini meliputi 400 jenis terbagi dalam 30 marga yang kebanyakan terdapat di daerah tropika, di antaranya : Santalum : S. album (cendana) yang banyak terdapat di Nusa Tenggara Timur (Sumba, Timor) untuk diambil kayunya dan minyak. Santalum album 84 2. Suku (Familia) Loranthaceae Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut: a. Setengah parasit yang batangnya berkayu, tumbuh pada dahan anggota-anggota Gymnospermae dan Dicotyledoneae yang berkayu, dengan daun-daun tunggal yang kaku seperti belulang, duduknya bersilang/berhadapan atau berkarang, tanpa daun penumpu. b. Kadang-kadang tidak terdapat daun-daun, dalam hal itu ruas-ruas cabangcabangnya berwarna hijau dan berfungsi sebagai alat untuk asimilasi. c. Tumbuh-tumbuhan membentuk alat penghisap yang beraneka rupa d. Pada perkecambahan alat pelekatnya ada yang lalu membentuk alat penghisap yang pipih dan meluas melekat pada kayu inangnya. Adapula yang dari alat pelekat itu tumbuh streng-streng penghisap seperti akaryang meluas pada permukaan gelam tumbuh-tumbuhan inangnya dan dari streng-streng tersebut masuk ke dalam kayu alat penghisap yang disebut penyelam, ada pul yang langsung dari cakram pelekatnya mengeluarkan penyelam ke bagian kayu inangnya. e. Bunga banci atau berkelamin tunggal f. Berumah 1 atau 2 g. Aktinomorf dengan tenda bunga yang sedikit terdiferensiasi atau jelas mempunyai hiasan bunga yang rangkap, hiasan bunga berbilangan 2-3 h. Benang sari sama banyaknya dengan taju-taju tenda bunga dan berhadapan dengan taju-taju tersebut, bebas atau sedikit banyak berlekatan dengan tenda bunga tadi i. Bakal buah tenggelam dalam sumbu bunganya, biasanya tidak jelas diferensiasi antara tembuni dengan bakal bijinya j. Buahnya menyerupai buah batu, bagian pusat mengandung 1 atau tidak jelas diferensiasi antara papan biji dengan bakal bijinya k. Buahnya menyerupai buah batu, bagian pusat mengandung 1 atau beberapa lembaga dan biasanya diselubungi oleh suatu substansi seperti lendir yang berasal dari lapisan dalam sumbu bunga l. Lembaga mempunyai 2 kadang-kadang 3-6 daun lembaga Penyerbukan biasanya secara entomogami atau ornitogami, tetapi terdapat pula anemogami. Antara penyerbukan dan pembuahan terdapat perbedaan waktu yang lama. Penyebaran biji/buah biasanya secara ornitokori. 85 Loranthaceae terdiri atas + 40 marga dengan 1.300 jenis yang tyersebar luas di daerah tropika, hanya sebagian kecil terdapat di luar tropika. Contoh-contoh : Loranthus: L. europeus. Phora dendron: Ph. Undulatum, Ph. Flavescens Viscum: V. Albumseringkali sebagai hiperparasit pada Loranthus, V. articulum. Scurrula: Sc. Atropurpurea Macrosolen: M. cochinchinensis . Loranthus sp 3. Suku (Familia) Balanophoraceae. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut: a. Parasit-parasit sejati, yang sama sekali tak mempunyai klorofil lagi, biasanya hidup pada akar tumbuh-tumbuhan yang berkayu dengan bagian-bagian vegetatif yang mengalami reduksi yang amat mendalam. b. Pada tumbuh-tumbuhan inang terdapat semacam rimpang yang serupa umbi dengan percabang-cabangan serupa yang langsung bersambungan dengan akar tumbuhan inangnya, tanpa penyelam, daun-daun tereduksi berupa sisik-sisik atau sama sekali tidak ada. c. Pada ujung umbi atau percabangannya terdpat bunga majemuk yang nanti muncul di atas tanah, berupa bongkol atau bulir, kadang-kadang mulai rapat. d. Bunga telanjang atau dengan tenda bunga yang kecil, dengan tenda bunga yang berbilangan 3-4 atau kadang-kadang 2-8 seringkali berlekatan. e. Benang sari berhadapan dengan daun-daun tenda bunga, jumlahnya sama dengan daun-daun tenda bunga atau kurang 86 f. Kepala sari dengan 1 atau beberapa ruang sari g. Bunga betina biasanya telanjang, bakal buah menumpang, terdiri atas 1-3 daun buah, beruang 1 dengan 1-3 bakal biji tanpa selaput. h. Kadang-kadang bakal biji tidak jelas, dalam tembuni atau dinding bakal buah lalu terdapat kandung lembaga Penyerbukan secara entomogami atau anemogami. Buahnya buah keras berisi 1 biji dengan endosperm dan lembaga kecil yang belum terdiferensi. Penyebaran dengan perantaraan semut. Suku ini meliputi lebih dari 100 jenis yang terbagi dalam 17 marga terutama dalam hutan-hutan di daerah tropika, a.l. : Balanophora: B. globosa, B.elongata. Lophophyum: L. leandri Langsdorffia: L. hypogea Helosis: H. brasiliensis 4. Suku (Familia) Cynomoriaceae Adapun ciri-cirinya sebagai berikut: a. Parasit-parasit akar yang berwarna perang kemerahan-merahan, tanpa klorofil mempunyai rimpang yang mengeluarkan akar-akar adventif dan akar-akar inilah timbul haustoria yang melekat pada tumbuhan inangnya. b. Batang tidak bercabang dengan daun-daun yang berbentuk sisik. Bunga banci atau berkelamin tunggal, tersusun dalam bunga maemuk yang berbentuk tongko,l atau menyerupai gada. c. Mempunyai tenda bunga yang berbilangan 1 ïƒ 8, 1 benang sari, bakal buah yang tenggelam beruang 1 dengan 1 bakal biji yang mempunyai 1 selaput. Habitus menyerupai Balanophoraceae, tetapi jelas berbeda dalam bentuk susunan rimpang dan terdapatnya selaput bakal biji. Suku ini bersifat monotipik, hanya terdiri atas 1 marga dengan 1 jenis: Cynomorium coccineum, yang hidup sebagai parasit pada akar berbagi macam tumbuhan halofita di pantai Laut Tengan dan padang-padang rumput di Asia Barat. Dalam bangsa Santales masih termasuk beberapa suku yang belum mendapatkan perhatian yang cukup dari para ahli ilmu tumbuhan : Suku : Grubbiaceae, Octocnemaceae, Olacaceae, Opiliaceae, dan Myzidendraceae. 87 10. Bangsa (Ordo) Polygonales Ordo ini hanya terdiri atas 1 suku Polygonaceae dengan ciri-ciri sebagai berikut : Terna, perdu atau pohon-pohonan dengan daun-daun yang duduknya tersebar dan mempunyai omrea yang memeluk batang. Bunga dengan tenda bunga atau jelas dengan kelopak dan mahkota, banci (hemaprodit) atau erkelamin tunggal, aktinomorf, berbilang 2 sampai 3 atau 5. Benang sari 4 sampai 12, kebanyakan 6 sampai 9. Putik terdiri atas 2 sampai 4 daun buah dengan tangkai putik yang sama dengan jumlah daun buahnya, bakal buah menumpang, dikelilingi oleh sebuah cakram, beruang 1 dengan 1 bakal biji yang atrop atau kadang-kadang anatrop. Buahnya buah keras berbentuk pipih atau segi tiga, kadang-kadang diselubungi tenda bunganya. Biji mempunyai endosperm tanpa perisperm. Suku ini meliputi 800 jenis yang terbagi dalam 32 marga kebanyakan tersebar disebelah utara khatulistiwa. Beberapa contoh : Rheum ; Rheum palmatum, Rheum officinale, keduannya menghasilkan “radix rhei” yang berguna untuk obat-obatan. Di Jawa Tengah untuk industry rokok klemak menyan. Rheum raponticum, Rheum rhabarbarum (sayuran) Fagopyrum : Fagopyrum .esculentum (soba), dapat dimakan Antigonon : A. leptopus (Air mata pengantin , banyak ditanaman sebagai tanaman hias). Polygonum : P. umplexicaule, P. aviculare, P. perfoliatum. Rumex : R. crispus, R. ambiguous, R. sagittatus ( Sayuran ) Contoh Klasifikasi Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Polygonales Familia : Polygonaceae Genus : Rheum , Fagopyrum Antigonon, Polygonum, Rumex, Species : Rheum palmatum , Fagopyrum esculentum Antigonon leptopus, Polygonum umplexicaule, Rumex cripsus 88 Rheum palmatum , Antigonon leptopus 11. Fagopyrum esculentum Polygonum umplexicaule Rumex cripsus Ordo (Bangsa) Carryophyllales=Centrospermae Umumnya berupa terna, jarang sekali tumbuh-tumbuhan yang berkayu. Daun tunggal, biasanya tanpa daun penumpu. Bunga banci atau karena adanya reduksi menjadi berkelamin tunggal, aktinomorf, dengan tenda bunga yang rangkap atau tunggal atau jelas dengan kelopak dan mahkota. Benang sari dalam satu lingkaran, berhadapan dengan tenda bunga atau dalam dua lingkaran. Bakal buah tenggelam atau menumpang, kebanyakan beruang satu dengan banyak 1 bakal biji yang kampilotrop, yang hampir selalu mempunyai 2 selaput biji, terletak pada tembuni yang sentral. Biji dengan lembaga yang bengkok mengelilingi perispermnya. Ordo ini mencakup beberapa famili diantaranya: a. Suku (Familia) Chenopodiaceae Terna atau kadang-kadang tumbuhan berbatang kayu (yang sering memperlihatkan cara penebalan yang abnormal) dengan daun-daun tunggal yang duduknya tersebar, jarang sekali berhadapan, kadang-kadang bersifat sukulen. Tanpa daun penumpu. Bunga kecil kehijau-hijauan, tersusun dalam bunga majemuk yang rasemos, kebanyakan aktinomorf 89 dengan tenda bunga yang tunggal, banci, atau berkelamin tunggal. Tenda bunga berbilangan 1 sampai 5 atau sama sekali tidak ada. Benang sari sama atau kurang daripada jumlah daun tenda bunga duduknya berhadapan dengan daun-daun tenda bunga, dalam kuncup membengkok ke dalam. Bakal buah menumpang atau setengah tenggelam, terdiri atas 2 daun buah dengan 2 sampai 5 kepala putik, beruang 1 dengan 1 bakal biji yang kamilotrop dengan tali pusar yang basal. Buahnya buah keras atau buah yang kalau masak membuka dengan sebuah tutup, biasanya diselubungi daun daun tenda bunga yang berdaging. Bunga dengan perisperm yang dikelilingi oleh lembaga yang tergulung. Suku ini meliputi ±1400 jenis, dari ± 100 marga. Contoh: Chenopodium abrosioides, Beta vulgaris, spinocia oleracea, Salicornia herbacea, salsola soda, Holoxylon ammodendron dll. Contoh : Klasifikasi Bit gula Beta vulgaris : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Caryophyllales Familia : Chenopodiaceae Genus : Beta Spesies : Beta vulgaris b. Suku (Familia) Amaranthaceae Terna berumur pendek atau tumbuh-tumbuhan berbatang kayu, dengan daun-daun yang kadang-kadang bersifat sukulen,duduknya berhadapan atau tersebar tanpa daun penumpu. Susunan bunga menyerupai bunga Chenopodiaceae. Bunga terdapat dalam ketiak-ketiak daun atau tersusun dalam bunga majemuk yang bersifat seperti dikasium yang selanjutnya tersusun lagi dalam rangkaian-rangkaian yang menyerupai bulir, seringkali berwarna kehijau-hijauan. Benang sari pada pangkalnya seringkali berlekatan menjadi buluh, seringkali diantaranya terdapat pseudostaminodium yang bersifat petaloid. Bakal buah menumpang, beruang 1 dengan 1 bakal biji. Tangkai putik tidak ada atau berbentuk benang dengan kepala putik yang berbentuk kancing atau terbelah. Bakal biji kampilotrop, tegak atau bergantungan pada tali pusar yang basal. Buahnya buah buni, 90 buah keras atau buah kering yang membuka dengan sebuah tutup, kadang-kadang diselubungi tenda bunga. Biji dengan lembaga yang bengkok melingkari endospermnya. Suku ini memiliki ± 850 jenis. Contoh: Amaranthus spinosus, Celosia cristata, Alternanthera sessilis, Gomphrena globosa. Celosia cristata Celosia Plumosa Contoh Klasifikasi Bayam duri Amaranthus spinosus L : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Caryophillales Familia : Amaranthaceae Genus : Amaranthus Spesies : Amaranthus spinosus L c.Suku( Familia) Phytolaccaceae Terna atau tumbuh-tumbuhan berbatang berkayu dengan daun daun tunggal yang tersebar dan hampir selalu tanpa daun-daun penumpu. Bunga amat kecil tersusun dalam bunga majemuk yang bersifat simos atau rasemos, banci, kadang-kadang karena terjadi reduksi menjadi berkelamin tunggal, aktinomorf, tenda bunga tunggal, hanya kadang- 91 kadang saja mempunyai hiasan bunga yang rangkap, berbilangan 4 sampai 5, biasanya tetap tinggal menyelubungi buah. Susunan benang sari macam-macam ada yang sama jumlahnya dengan jumlah daun-daun hiasan bunga, duduknya berseling atau berhadapan dengan daun-daun hiasan bunga tersebut, dapat juga terdapat jumlah benang sari yang besar. Bakal buah buah menumpang terdiiri dari 1 atau tak terhitung daun buah, sinkarp atau apokarp, tiap ruang dengan 1 bakal biji. Buahnya buah buni atau buah kendaga, beruang 1 atau beruang banyak yang dapat pecah menjadi bagian-bagian buah yang masing-masing berisi 1 biji. Biji mempunyai salut, perisperm bertepung, lembaga bengkok melingkari perispermnya. Meliputi ±120 jenis dari 17 marga. Contoh Phytolacca decandra, P. Americana. Rivina humilis L Klasifikasi Getih getihan Rivina humilis L : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Caryophillales Familia : Phytolaccaceae Genus : Rivina Spesies : Rivina humilis d. Suku (Familia) Nyctaginaceae Terna atau tumbuhan berkayu dengan daun-daun tunggal yang duduknya berhadapan, tanpa daun penumpu. Bunga tersusun dalam kelompok-kelompok kecil yang seringkali diselubungi oleh daun-daun pelindung yang berwarna menarik, banci atau karena adanya reduksi berkelamin tunggal, aktinomorf, atau sedikit zigomorf. Hiasan bugna tunggal, kebanyakan menyerupai mahkota, kadangkadang kecil sekali, berbilangan 5 dan berlekatan satu sama lain, di luarnya sering terdapat daun-daun pembalut yang menyerupai kelopak. Bagian bawah hiassan bunga tinggal sebagai selubung buah. Benang sari 1 10, tersusun dalam 2 lingkaran, duduk berseling dengan taju-taju hiasan bunga. Bakal buah menumpang, beruang satu yang basal. Penyerbukan secara entomogami atau kleistogami. Buahnya buah kurung, dinding buah rapat dan berlekatan dengan kulit biji. Lembaga lurus atau bengkok, biji mempunyai perisperm. 92 Suku ini meliputi ± 30 marga dengan ± 300 jenis. Contoh: Bougenvillea spectabilis, Mirabilis jalapa dll Contoh Spesies : Bunga pukul empat Mirabilis jalapa Klasifikasi : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Caryophyllales Familia : Nyctaginaceae Genus : Mirabilis Bougenvillea Spesies : Mirabilis jalapa Bougenvillea spectabilis e. Suku (Familia) Aizoaceae Terna berumur pendek atau panjang atau tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daundaun yang berhadapan, jarang sekali tersebar, biasanya sukulen dan merupakan rozet akar, kadang-kadang terduksi, dengan daun-daun penumpu. Bunga hampir selalu banci, aktinomorf dengan tenda bunga yang berbilangan 5 sampai 8, bebas atau berlekatan, kadang-kadang jelas dengan kelopak dan sejumlah besar daun daun mahkota yang merupakan metamorfosis benang-benang sari yang paling luar. Benang sari 5, duduk berseling dengan daun daun tenda bunga, atau banyak dan berlekatan pada pangkalnya. Bakal buah menumpang sampai tenggelam, beruang 1 sampai 20. Dengan tembuni disudut, basal, atau perial bakal biji tak terhingga, anatrop atau kamilotrop. Buahnya buah kendaga atau buah keras atau berdaging seperti buah buni. Biji dengan perisperm yang bertepung dan lembaga yang bengkok, seringkali mempunyai salut biji. Suku ini meliputi ± 600 jenis. Contoh: Mesembryanthemum edule, Tetragonia expansa, Mollugo pentaphylla. Contoh Klasifikasi : 93 Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Caryophyllales Familia : Aizoaceae Genus : Tetragonia Spesies : Tetragonia expansa f. Suku (Familia) Cactaceae Batang Sukulen, kebanyakan xerofita atau kadang-kadang epifita, tanpa daun daun. Batang tebal berdaging (dengan jaringan air) dengan bentuk yang beraneka ragam, bulat, bersegi, silinder, seperti pilar, dll. Daun-daun telah tereduksi menjadi duri-duri, jarang sekali terdapat daun-daun yang normal, di dalam ketiaknya seringkali terdapat berkas rambut-rambut. Bunga relatif besar, duduk diatas bantalan-bantalan daun, aktinomorf atau sedikit zigomorf, banci, dengan sumbu bunga yang panjang berbentuk buluh.. Hiasan bunga terdiri atas sejumlah besar daun-daun hiasan bunga yang biasanya sukar dibedakan antar kelopak dan mahkotanya, di bagian bawah seringkali berlekatan menjadi suatu buluh. Benang sari , bakal buah tenggelam, mempunyai satu tangkai putik, tersusun atas beberapa daun buah, beruang 1 dengan tembuni di dinding. Bakal biji dengan 2 selaput biji, buahnya buah buni yang berisi banyak biji, biji dengan sedikit atau tanpa endosperm. Suku ini meliputi ± 100 marga dengan ± 1500 jenis .Contoh: Cereus giganteus, Opuntia vulgaris, Nopaleacoccinellifera Contoh Klasifikasi : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Caryophyllales Familia : Cactaceae Genus : Nopalea Spesies : Nopalea coccinellifera L 94 g. Suku (Familia) Portulacaceae Terna atau semak-semak kecil dengan daun-daun tunggal yang tebal berdaging, duduknya tersebar atau berhadapan atau dalam rozet,dengan daun-daun penumpu yang tipis seperti selaput atau mengalami metamorfosis menjadi seberkas rambut-rambut, jarang sekali tanpa daun penumpu. Bunga banci aktinomorf. Bunga dengan 2 sampai 5 daun-daun pembalut atau lebih yang menyerupai kelopak: tenda bunga berbilangan 4 sampai 6, biasanya lekas gugur. Benang sari sama dengan jumlah daun hiasan bunga atau lebih banyak atau kurang. Biasanya duduk berhadapan dengan daun-daun gtenda bunga. Bakal buah menumpang atau setengah tenggelam, mula-mula beruang banyak, kemudian menjadi beruang 1 karena lenyapnya sekat-sekat, berisi 1 bakal biji yang kampilotrop dengan tembuni yang sentral. Buahnya buah kendaga yang membuka dengan katup-katup atau dengan sebuah tutup biasanya mengandung banyak biji. Biji dengan perisperm yang besar, lembaga bengkok mengelilingi perisperm. Suku ini meliputi 19 marga dengan ± 500 jenis yang sebagian besar Xerofita. Contoh: Portulaca oleraceae, P. grandiflora, Talinum triangulare, montia minor dll Contoh Klasifikasi : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Caryophyllales Familia : Portulacaceae Genus : Portulaca Spesies : Portulaca grandiflora h.Suku (Familia) Basellaceae Terna berumur panjang, batang membelit, kaang-kadang sedikit berkayu, dengan daun-daun tunggal yang tersebar, seringklai bersifat sukulen, tanpa daun penumpu, bunga dalam bunga majemuk yang rasemos, banci, jarang sekali berkelamin tunggal, aktinomorf, dengan 5 daun tenda bunga yang berlekatan pada pangkalnya serta 2 daun pembalut yang 95 seringkali dikira daun-daun kelopak. Benang sari 5, berhadapan dengan daun-daun tenda bunga, pada pangkal berlekatan dengan daun-daun tenda bunga. Daun buah menumpang, mempunyai 1 tangkai putik, dengan 1 bakal biji yang kamilotrop dengan tembuni didasarnya. Buahnya buah buni atau buah batu, berdaging, diselubungi oleh daun-daun tenda bunga yang tidak gugur. Biji dengan sedikit endosperm dan lembaga yang bengkok. Suku ini meliputi 5 marga dengan ± 20 jenis. Contoh: Basella alba, B. rubra: Ullucus tuberosus: Boussingaultia baselloides Contoh Klasifikasi : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Caryophyllales Familia : Basellaceae Genus : Basella Spesies : Basella rubra L i. Suku (Familia) Caryophyllaceae Terna atau kadang-kadang semak-semak kecil dengan daun-daun yang sempit yang duduknya tersebar, dengan atau tanpa daun-daun penumpu. Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang simos, banci atau berkelamin tunggal, seringkali dengan daun-daun peralihan atas yang steril sebagai selubung atau mempunyai kelopak dan mahkota, hampir selalu berbilangan 5. Benang sari 5 -10, tersusun dalam 1 atau 2 lingkaran. Bakal buah terdiri dari 2 sampai 5 daun buah, menumpang atau setengah tenggelam, beruang 1 atau beruang banyak tidak sempurna, mempunyai 2 sampai 5 tangkai putik atau mempunyai 1 tangkai putik dengan 2 5 kepala putik. Bakal biji , anatrop atau tampilotrop denga tembuni yang basah atau di sudut-sudut pusat. Buahnya buah kendaga atau buah buni. Biji dengan perisperm dalam kendaga yang bengkok. Penyerbukan secara entomogami, adakalanya autogami atau kleistogami. Suku ini meliputi 80 marga dengan ± 2000 jenis. Contoh: Hernaria hirsuta, Stellaria medica, Dianthus annuus, D. plumarius, Contoh Spesies : Dianthus plumarius Klasifikasi : 96 Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Caryophyllales Familia : Caryophyllaceae Genus : Dianthus Spesies : Dianthus plumarius 12. Bangsa (Ordo) Euphorbiales = Tricoccae Umumnya terna atau tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan, kebanyakan mempunyai daun penumpu. Bunga tanpa hiasan bunga atau dengan hiasan bunga yang tunggal, jarang terdapat kelopak dan mahkota, seringkali dalam bunga majemuk yang mempunyai susunan yang khusus kebanyakan aktinomorf, hampir selalu berkelamin tunggal. Bakal buah biasanya terdiri atas 3 daun buah (jarang sekali kurang atau lebih) yang berlekatan membentuk 3 ruang, tiap ruang dengan 1-2 bakal biji Ordo ini mencakup beberapa famili diantaranya: a. Suku (Familia) Euphorbiaceae Tumbuhan berkayu, tetapi termasuk pula di dalamnya terna. Karena adaptasi terhadap lingkungannya kadang-kadang mempunyai habitus seperti Cactaceae, ada pula yang mempunyai filokladium. Daun tunggal atau majemuk, duduknya tersebar atau berhadapan, dengan daun-daun penumpu yang seringkali menyerupai kelenjar-kelenjar. Bunga hampir selalu berkelamin tunggal, berumah 1 atau 2, dengan bentuk dan susunan yang beraneka rupa, ada yang tanpa hiasan bunga, dengan hiasan bunga rangkap atau tunggal, biasanya berangkai dalam bunga majemuk yang berganda. Bunga jantan dengan benang sari yang sama jumlahnya dengan daun-daun hiasan bunga, dapat pula kurang atau lebih. Bunga betina dengan putik yang berdiri atas 3 daun buah dengan 3 tangkai putik yang bebas atau berlekatan, bakal buah menumpang, beruang 3. Buahnya biasanya buah kendaga yang kalau masak pecah menjadi 3 bagian buah, ada 97 pula yang berupa buah buni atau buah batu. Biji dengan endosperm yang besar, lembaga letaknya sentral. Hampir semua bagian tubuh tumbuhan dalam suku ini mengandung getah yang terdapat dalam saluran-saluran getah yang dapat hanya berdiri atas 1 sel saja (suatu senosit) yang panjang dan bercabang-cabang serta bersambungan satu sama lain (anastomoseren), dapat pula merupakan fusi banyak sel )seperti buluh-buluh pengangkutan). Contoh spesies : Kayu racun Euphorbia pulcherrima Klasifikasi : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Euphorbiales Familia : Euphorbiaceae Genus : Euphorbia Spesies : Euphorbia pulcherrima b. Suku (Familia) Dichapetalaceae Tumbuhan berkayu, kadang-kadang berupa liana, dengan rata, duduknya tersebar, mempunyai daun penumpu. Bunga kecil tersusun sebagai bunga majemuk yang terdapat dalam ketiak-ketiak daun, aktinomorf atau zigomorf, banci atau berkelamin tunggal. Sumbu bunga dengan sisik-sisik atau cakram yang berbentuk piala. Hiasan bunga rangkap, berbilangan 5. Benang sari 5, semuanya fertil atau 2-4 bersifat staminodial, bebas atau berlekatan menjadi buluh, berlekatan pula dengan mahkota. Putik 2-3 tangkai putik, bakal buah menumpang atau setengah tenggelam, beruang 2-3, tiap ruang dengan 2 bakal biji yang epitrop (bergantungan), masing-masing dengan 2 selaput bakal biji. Buahnya buah batu, biji tanpa endosperm. Contoh spesies : Tapura fischeri Klasifikasi : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae 98 Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Euphorbiales Familia : Dichapetalaceae Genus : Tapura Spesies : Tapura fischeri c. Suku (Familia) Buxaceaee Umumnya berupa tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun-daun bertepi rata yang duduknya tersebar atau berhadapan, tanpa daun-daun penumpu. Bunga dalam ketiak daun, terpisah-pisah atau berupa bulir atau bongkol., berkelamin tunggal, aktinomorf. Tenda bunga berwarna hijau berbilangan 4 atau lebih, pada bunga jantan, tenda bunga seringkali tidak terdapat. Bunga jantan dengan 4 benang sari atau lebih, duduknya berhadapan dengan daun-daun tenda bunga. Bunga betina mempunyai putik dengan 2-4 tangkai putik, bakal buah yang menumpang, beruang 2-4, biasanya 3, tiap ruang dengan 1-2 bakal biji. Buahnya buah kendaga yang kalau masuk membuka dengan membelah ruang (loculicide) atau buah batu. Biji dengan endosperm dan kebanyakan mempunyai karunkula. Contoh spesies : Buxus sempervirens Klasifikasi : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Euphorbiales Familia : Buxaceae Genus : Buxus Spesies : Buxus sempervirens d. Suku (Familia) Callitrichaceae Biasanya terdiri ats terna yang tergolong dalam hidrofita, dengan daun-daun tunggal yang duduknya berhadapan., tanpa daun penumpu. Bunga kecil, berkelamin tunggal, berumah 1, telanjang, biasanya terdapat dalam ketiak-ketiak daun. Bunga jantan dengan 1 benang sari, yang betina mempunyai putik dengan 2 tangkai putik, terdiri atas 2 99 daun buah, bakal buah beruang 2 masing-masing dengan 2 bakal biji, tetapi kemudian dengan pembentukan sekat median menjadi beruang 4. Buahnya kalau masak pecak menjadi 4 bagian buah yang masing-masing menyerupai buah batu. Biji mempunyai endosperm. Contoh spesies : Callistriche heterophylla Klasifikasi : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Diviso : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Sub Classis : Apetalae Ordo : Euphorbiales Familia : Callitrichaceae Genus : Callistriche Spesies : Callistriche heterophylla V.4. TUGAS UNTUK MAHASISWA Mahasiswa membuat makalah Dicotyledoneae sub classis Apetalae tentang sub divisio Angiospermae Classis dengan membaca dari sumber-sumber literatur, materi bahan ajar atau penelusuran melalui internet. 100 BAB VII SUB CLASSIS DIALYPETALAE VI. 1.PENDAHULUAN: SASARAN PEMBELAJARAN: Menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi Clas Dikotil sub classis Dialypetalae STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning, collaborative learning, , presentasi tugas kelompok, praktikum VI.2. SUB CLASSIS DIALYPETALAE Dialypetalae merupakan kelompok tumbuhan dengan ciri utamanya mempunyai bunga yang segera dapat menarik perhatian dan pada umumnya menunjukkan adanya hiasan bunga ganda, jadi jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota,. Contoh bangsa yang termasuk dalam anak kelas Dialypetalae, yaitu : 1. Ordo (Bangsa) POLYCARPICAE (RANALES atau RANUNCULALES) Umumnya tumbuhan dengan batang berkayu.Terdapat daun buah yang bebas dalam bunganya, sehingga dari satu bunga dapat membentuk banyak buah (polycarpiceae ;poly = banyak, carpos = buah). Bagian-bagian bunga lepas dan tersusun secara spiral. Sebagian besar warga bangsa ini terjadi atas tumbuhan dengan batang berkayu, kadangkadang dalam kayunya belum terdapat trakea, sebagian kecil berupa terna.Ciri utama bangsa ini ialah terdapatnya daun buah yang bebas pada bunganya, sehingga dari satu bunga dapat kemudian terbentuk banyak buah. Sifat inilah yang menyebabkan kelompok tumbuhan ini diberi nama Polycarpicae (dari bahasa Yunani Poly = banya, carpos = buah). Kedudukan primitifnya terlihat dari dimilikinya bunga yang bagian-bagianya selain bebas satu dengan yang lain juga karena duduknya yang mengikuti spiral dan adanya bentuk-bentuk peralihan antara bagian-bangian utama bunga. Selain dari itu bagian-bangian bunga tersebut (terutama daun-daun buahnya) kadang-kadang masih jelas sifatnya sebagai sporofil dengan bakal-bakal biji (makrosporangium) yang terletak pada tepinya (marginal). Polycarpicae juga sering dipandang sebagai kelompok dikotil yang dalam perkembangan filogentik selanjutnya akan menghasilkan kelompok tumbuhan monokotil. Pendapat ini didasarkan atas adanya kenyataan ditemukannnya sifat-sifat umum tumbuhan monokotil pada warganya, misalnya adanya daun-daun yang duduk berseling (mengikuti rumus ½) dan bunga yang bagian-bangian berbilang tiga (trimer) seperti dapat kita jumpai 101 pada anggota-anggota suku Annonaceae, dan adanya suku daun-daun bertulang melengkung serta bunga berbilangan 3 seperti terdapat pada anggota-anggota suku Lauraceae. Dalam bangsa Polycarpicae termasuk sejumlah suku, diantaranya ialah : 1. Suku (Familia) Ranunculaceae atau Ranaceae Suku ini meliputi terna annual maupun parenial dan tumbuhan berkayu dengan daun- daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan.Bagian-bagian bunga jarang tersusun berkarang, kebanyakan mempunyai bagian-bagian bunga yang masih duduk dalam spiral.Bunga dengan tenda bunga atau hiasan bunga yang telah jelas dapat dibedakan dalam kelopak atau mahkota.Bila terdapat tenda bunga, tenda bunga itu umumnya bersifat seperti mahkota, seringkali dengan daun-daun penghasil madu diantaranya daun-daun tenda bunga dengan benang-benang sarinya.Bunga aktinomorf atau zigomorf, hampir selalu banci. Benang sari banyak, bebas.Bakal buah kebanyakan lebih dari satu, jarang hanya satu, apokarp, jarang sinkarp, mempunyai banyak bakal biji masing-masing dengan 1 sampai 2 integumen.Buahnya buah kurung, buah keras, atau buah buni.Biji dengan endosperm yang besar dan lembaga yang kecil. Suku ini meliputi sekitar 1200 jenis yang terbagi dalam 30 marga, kebanyakan menghuni daerah iklim sedang.Sampai daerah iklim dingin.Kebanyakan anggotanya mengandung alkaloid dan oleh karenanya berguna dalam obat-obatan. Contah-contohnya : 2. • Ranunculus : R.arvensis, R. scleratus. • Hydrastis : H. Canadensis, rimpangnya berkhasiat obat. • Nigella : N.sativa, bijinya sebagai bumbu masak. • Clematis : C.paniculata, C. vitalba (liana, tanaman hias). • Delphinium : D. staphisagria (tanaman hias, biji berkhasiat obat). • Aconitium : A. napellus (umbinya berkhasiat obat). • Paeonia : P. officinalis, P. arborea. • Helleborus : H. niger, H. viridis. • Anemone : A. pulsatilla (berkhasiat obat). Suku (Familia) Lardizabalaceae Tumbuhan berkayu seringkali berupa liana, daun majemuk atau menyirip.Bunga berpisah-pisah atau majemuk berbentuk tandan, aktinomorf, banci atau berkelamin tunggal, berbilang tiga. Hiasan bunga terdiri atas 2 lingaran daun tenda bunga, 2 lingkaran daun-daun 102 penghasil madu, 2 lingkaran benang-benang buah apoarp, masing-masing berisi banyak atau hanya 1 bakal biji yang parietal. Buahnya buah buni. Biji dengan endosperm dan lembaga yang kecil. Suku ini hanya mencakup + 15 jenis, terbagi dalam 7 marga, yang tersebar di pegunungan Himalaya, Asia timur, dan Chili. Contoh-contoh : Akebia : A. aquinata, A. lobata (tanaman hias, buah dapat dimakan) 3. Suku (Familia) Berberidaceae Terna perennial atau tumbuhan berkayu dengan daun tunggal atau majemuk tanpa daun penumpu. Bunga terpisah-pisah atau tersusun dalam rangkaian yang bersifat rasemos: hiasan bunga berupa tenda bunga atau jelas dapat di bedakan dalam kelopak dan mahkota, berbilang 2 atau 3, banci, aktinomorf. Hiasan bunga tersusun dalam 2-4 lingkaran, seringkali di susul dengan 2 lingkaran daun-daun madu dan 2 lingkaran benang-benang sari. Kepala sari membuka dengan celah atau katup. Bakal buah dengan 1 sampai banyak bakal biji, masingmasing bakal biji dengan 1 sampai banyak bakal biji, masing-masing bakal biji dengan 2 integumen. Buahnya buah buni.Biji dengan endosperm dan lembaga yang kecil. Suku ini meliputi + 150 jenis yang terbagi dalam 10 marga , kebanyakan tumbuhan di daerah iklim sedang, beberapa jenis terdapat di Asia timur dan tenggara. Contoh-contoh : 4. • Berberis : B. vulgaris. • Epimedium : E. rubrum, E. alpinum (tanaman hias). • Podophyllum : P. peltatum, penghasil “rhizome podophylli” berkhasiat obat. Suku ((Familia) Menispermaceae Kebanyakan berupa liana, daun tunggal berlekuk atau berbagi menjari, dengan bunga yang kecil-kecil. Pada akar dan batang sering terdapat pertumbuhan menebal sekunder yang abnormal.Bunga dengan tenda bunga tunggal atau ganda, berbilangan 3 atau 2, berkelamin tunggal, berumah 2, aktinomorf.Hiasan bunga, bila dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota, masing-masing membentuk 2 lingkaran, mahkotanya kecil dan tidak lekas menarik perhatian. Bakal buah 3 atau banyak (kadang-kadang hanya 1), tidak berlekatan 1 sama lain, masing-masing berisi 1 bakal biji yang mempunyai integument. Buah berupa buah batu yang bengkok.Biji tanpa endosperm. Suku ini meliputi ± 400 jenis, terbagi dalam dari 60 marga, kebanyakan tumbuh di daerah panas.Banyak di antaranya yang beracun. 103 Contoh : • Menispermum: M. canadense, dipiara sebagai tanaman hias yang memanjat. • Anamirta: A. cocculus, menghasilkan racun ikan. • Jatrorrhiza: J. palmate, menghasilkan “radix columbae”, berkhasiat obat. • Chondrodendron: Ch. Tomentosum, menghasilkan “radix pereirae brorae”, berguna dalam obat-obatan. 5. Suku ((Familia) Magnoliaceae Tumbuhan berkayu dengan daun-daun tunggal yang duduknya tersebar, tanpa atau dengan daun penumpu, kadang-kadang dengan daun penumpu yang besar.Bunga banci atau berkelamin tunggal, aktinomorf, kenamyakan mempunyai hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelompok dan mahkotanya, tetapi tidak jarang terdapat daun tenda bunga dalam jumlah besar yang tersusun dalam spiral tanpa perbedaan yang jelas antara kelompok dan mahkotanya.Benang sari banyak, teratur dalam spiral.Bakal buah juga banyak, seperti benang sarinya tersusun dalam spiral pada ujungsumbu bunga.Tiap bakal buah mengandung satu 1 atau beberapa bakal biji yang melekat pada kampuh perut.Buahnya kendaga, buah kurung, atau buah buni, yang terkumpul merupakan buah ganda.Biji dengan banyak endosperm dan lembaga yang kecil. Suku ini mencakup ± 100 jenis yang terbagi dalam 12 marga, tumbuh di Amerika dan Asia.Kebanyakan di daerah-daerah panas. Contoh-contoh : Magnolia : M. precia, M. uriginianan M. macraphylla (tanaman hias). Liriodendron : L. tulipifera (tanaman hias) Michelia : M. alba (cempaka putih), M. champaca (Cempaka Kuning). Illicium : I. verum, penghasil “fructus anisi stellati”, yang berguna dalam obat-obatan dan sebagai penyedap dalam pembuat minuman keras, I. religiosum dengan buah yg beracun. I. floridenum, I. anisatum. 6. Suku ((Familia) Annonaceae Tumbuhan berkayu dengan daun tunggal yang duduknya tersebar atau bereling, tanpa daun penumpu.Bunga banci, jarang berkelamin tunggal, aktinomorf, biasanya berbilangan 3, seringkali mempunyai 2 lingkaran daun-daun mahkota. Benang sari banyak, bakal buah 1 sampai banyak, bebas satu sama lain, masing-masing berisi banyak atau 1 bakal biji saja, letaknya pada kampuh perut atau basal, tiap bakal biji mempunyai 2 integumen. Buah 104 kebanyakan berupa buah buni, kadang-kadang berupa buah ganda.Biji dengan endosperm berbelah dan lembaga yang kecil. Suku ini mencakup sekitar 800 jenis, terbagi dalam 80 marga, hampir semunya penghuni daerah tropika. Contoh-contoh : • Annona: A. muricata (sirsat), A. squamosa (srikaya), A. reticulate (buah nona), penghasilan buah-buahan. • Stelechocarpus: St. borahol (kepel, burahol). Bunga tunggal, berumah 1, kauliflor, buah dengan biji yang melintang, pantang di makan bagi wanita yang sedang mengandung. • Cananga: C. odorata (kenanga, ilang-ilang), penghasil bunga tabur dan minyak wangi. • 7. Polyalthia: P. lateriflora Suku ((Familia) Myristicaceae Suku ini terdiri atas tumbuhan berkayu dengan daun tunggal yang duduknya tersebar atau berseling.Bunga kecil dengan tenda bunga tunggal yang berbilangan 3, selalu berkelamin tunggal, aktinomorf, berumah 2.Tenda bunga berlekatan, benangsari banyak (sampai 20), tangkai sari berlekatan berbentuk buluh, kepala sari menghadap keluar.Bakal buah tunggal dengan 1 bakal biji yang anatrop dan terletak pada dasar bakal buah, mempunyai 2 integumen.Buahnya buah yang berdaging, bila masak membuka dengan 2 katup.Biji dengan salut bijim yang disebut “macis”, endosperm dan perisperm yang berbelah, lembaga hanya kecil. Dalam suku ini termasuk sekitar 250 jenis, terbagi dalam 15 marga, kebanyakan penghuni daerah tropika, terutama di Asia, Malaysia, dan Indonesia, ada juga di Afrika. Contoh : Myristica fragrans (pala) penghasil rempah-rempah dan bahan obat (bijinya), kulit buah yang tebal berdaging dapat dimakan (manisan pala atau asinan pala), salut biji (macis) berguna dalam obat-obatan. 8. Suku (Familia) Monimiaceae Tumbuhan berkayu, kebanyakan dengan daun-daun tunggal yang duduk daunnya berhadapan tanpa penumpu.Bunga jelas mempunyai kelopak dan mahkota atau tenda bunga, banci atau berkelamin tunggal, aktinomorf atau zigomorf.Sumbu bunga berbentuk cakram atau piala.Benang sari banyak atau sedikit tersusun dalam 2 lingkaran. Bakal buah banyak, bebas satu sama lain, masing-masing dengan satu bakal bijiyang letaknya basal dan 105 mempunyai 2 integumen. Buahnya buah kurung yang terbungkus oleh dasar bunganya.Biji dengan endosperm dan lembaga yang kecil. Suku Monimiaceae mencakup sekitar 340 jenis yang terbagi dalam 30 marga yang merupakan penghuni daerah-daerah dengan udara panas. Contoh-contoh : Peumus : P. Boldus, daunnya (folia boldo) berguna dalam obat-obatan. Daryphora : D. sassafras, sassafras Australia. Atherosperma : A. moschatum. 9. Suku (Familia) Lauraceae Tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun-daun tunggal (yang kadang-kadang bertulang melengkung) yang duduknya tersebar, kadang-kadang berhadapan, tidak mempunyai daun penumpu.Bunga banci atau berkelamin tunggal, dengan tenda bunga berbilangan 2 sampai 5, biasanya berbilangan 3, tertanam pada tepi sumbu bunga yang berbentuk mangkuk atau piala dan tersusun dalam 2 lingkaran. Benang sari tersusun dalam 3 sampai 4 lingkaran, tiap lingkaran terdiri atas sejumlah benang sari yang sama dengan jumlah daun-daun tenda bunga dalam lingkarannya, yang pada lingkaran dalam sering bersifat mandul sebagai staminodium. Kepala sari membuka dengan katup.Bakal buah menumpang atau terdapat dalam lekukan dasar bunganya, mempunyai 1 bakal niji yang anatrop dengan 2 integumen.Buah untuk sebagian terbalutoleh sumbu bunganya yang membesar, berupa buah buni atau menyerupai buah batu.Biji tanpa endosperm, lembaga dengan daun lembaga yang besar.Dalam daun dan kulit batang (gelam) terdapat sel-sel yang mengandung minyak atsiri. Warga suku Lauraceae merupakan penghuni daerah-daerah yang panas, seluruhnya mencakup lebih dari 1000 jenis yang terbagi dalam sekitar 50 marga.Banyak diantaranya yang berguna bagi kehidupan manusia. Contoh-contoh : • Laurus : L. nobilis, daunnya sebagai penyedap masakan. L. camphora, kamfer jepang • Cinnamomum : C. zeylanicum, C. burmanni, C. cassia, penghasil kenigar atau kayu manis (cortex cinnamomi) yang berguna sebagai penyedap masakan dan dalam obat-obatan. • Persea : P. gratissima (alpokat, apukat), buahnya dapat dimakan : P. americana. • Sassafras : S. officinale, kayunya (lignum sassafras) berguna dalam obat-obatan • Eusideroxylon : E. zwageri, penghasil kayu ulin atau merbau dari Sumatra Selatan • Cassytha : C. filiformis (tali putri), suatu parasit terutama bagi pohon-pohon di hutanhutan pantai. 10. Suku (Familia) Hernandiaceae 106 Suku ini terdiri atas tumbuhaan berkayu dengan daun penumpu.Bungan dengan tenda bunga, banci atau berkelamin sari 3-5, duduknya berhadapan dengan daun-daun tenda bunga dalam lingkaran yang paling luar.Bakal buah tenggelam, beruang 1, berisi satu bakal biji anatrop yang bergantung dan mempunyai 2 integumen.Buahnya keras yang bersayap, biji tanpa endosperm dengan lembaga yang lurus. Hernandiaceae merupakan suatu suku yang warganya hidup di daerah tropika, meliputi hanya sekitar 22 jenis yang terbagi dalam 4 marga.Contoh :Hernandia : Hernandia Peltata, Hernandia origera. 11. Suku (Familia) Gomortegaceae Angggota-anggotanya terdiri atas pohon-pohon dengan daun tunggal yang duduk berhadapan, tanpa daun penumpu.Kayunya berat, awet.Bunga tersusun dalam tandan di ketiak-ketiak daun atau pada ujung-ujung cabang, banci, aktinomorf. Hiasan bunga terdiri atas 6-10 daun kelopak yang tersusun dalam spiral dan mempunyai bentuk dan warna seperti tenda bunga. Mahkota tidak terdapat. Benang sari banyak, tetapi hanya 2 sampai 3 yang bersifat fertile, yang di bagian dalam masing-masing mempunyai 2 kelenjar yang bertangkai pada tangkai sarinya. Kepala sari membuka dengan katup-katup, menghadap ke dalam. Bakal buah tenggelam, beruang 2 sampai 3 dengan bakal biji dalam tiap ruang.Bakal biji mempunyai 2 integumen.Buahnya buah batu.Biji dengan banyak endosperm dan lembaga yang besar. Suku ini hanya terdiri atas satu marga ;Gomortega dengan 1 jenis yang hidup di Chili yaitu Comortega nitida. 12. Suku (Familia) Calycanthaceae Merupakan tumbuhan perdu dengan daun-daun tunggal yang berhadapan, tanpa daun penumpu.Bunga terpisah-pisah dalam ketiak daun, brbau sedap, mempunyai tenda bunga yang banyak dan tersusun dalam spiral, dasar bunga yang terbentuk piala, aktinomorf.Daun tenda menyerupai mahkota.Benang sari berjumlah antara 20-30. Bakal buah kurang lebig 20 terletak pada dasar sumbu bunga, bebas satu sama lain, masing-masing berisi 2 bakal biji yang anatrop dan mempunyai 2 integumen. Buahnya buah kurung, berisi 1 biji.Biji dengan sedikit atau tanpa endosperm, lembaga dengan daun lembaga yang tergulung. Suku ini hanya terdiri atas satu marga, yaitu Calicanthus dengan 5 jenis yang tersebar di Amerika Utara, Asia Timur, dan Australia tropik. Sebagai contoh: Calycanthus occidentalis. 13. Suku (Familia) Eupomatiaceae 107 Merupakan tumbuhan semak atau perdu dengan daun-daun penumpu.Bunga terpisahpisah, banci aktinomorf, mempunyai dasar bunga yang berbentuk piala.Hiasan bunga hanya terdiri atas 1 daun pelindung yang mudah gugur pada tepi dasar bunga yang berbentuk piala tadi.Benang sari banyak, yang di bagian dalam steril dan petaloid. Bakal buah banyak, bebas satu sama lain, terletak dalam dasar bunga, masing-masing banyak mengandung bakal biji. Buahnya buah buni, dilingkari oleh sisa hiasan bunganya.Biji dengan endosperm yang berbagi dan lembaga kecil. Suku ini hanya terdiri atas satu marga yaitu Eupomatia dengan dua jenis di Irian dan Australia Timur. Contoh : Eupomatia laurina. 14. Suku (Familia) Nymphaeaceae Hidrofita yang tumbuh di rawa-rawa atau daerah-daerah yang tergenang air, terapung atau mempunyai akar yang dapat mencapai dasar air.Daun-daun terapung di air atau tenggelam, tetapi ada pula yang muncul di atas air. Bunga terpisah-pisah, aktinomorf dengan tenda bunga berbilangan 3 sampai banyak yang berfugsi sebagai daun kelopak, atau hanya 6 daun tenda bunga yang tersusun dalam 2 lingkaran. Benang sari 3 sampai banyak, sebagian besar bersifat steril dan berubah menjadi bagian-bagian yang meyerupai daun-daun mahkota. Bakal buah menumpang atau setengah tenggelam, kadang-kadang sama sekali tenggelam berjumlah 3 sampai banyak, bebas satu sama lain atau berlekatan, seringkali tenggelam dalam dasar bunganya, masng-masing beruang banyak, tiap ruang dengan satu sampel banyak bakal biji yang laminal. Buahnya buah kurung atau menyerupai buah buni.Biji mempunyai salut biji, kebanyakan dengan endosperm dan perisperm, lembaga lurus.Suku ini mencakup sekitar 100 jenis yang terbagi dalam 8 marga dengan daerah distribusi yang sangat luas, meliputi daerah tropika dan daerah iklim sedang di belahan bumi utara. Contoh-contoh : • Nymphaea :Nymphaea lotus (teratai), Nymphaea stellate (tunjung), seringkali sebgai tanaman hias di kolam. • Nelumbo : Nelumbo nucifera, Nelumbo lutea (bijinya dapat dimakan). • Victoria : Victoria regia, dengan daun yang bundar dan tepi ke atas, sebagai tanaman hias 15. Suku (Familia) Ceratophyllaceae Tumbuhan air yang submers, dengan daun-daun yang berulang kali berbagi menggarpu. Tanpa tangkai daun, tanpa daun penumpu, duduknya berkarang. Tiap daun, mempunyai tenda bunga, berkelamin tunggal.Bunga ♂ dan ♀ dalam ketiak daun pada bukubuku yang berbeda, berumah satu.Daun tenda bunga pada bunga ♀ 12 sangat kecil, benang 108 sari 10-12, pada bunga ♀daun tenda bunga 9-10.Bakal buah menumpang, dengan 1 bakal biji mempunyai tangkai putik yang panjang.Buahnya buah keras dengan tangkai putik yang mengeras pada ujungnya, dilingkari daun-daun tenda bunga yang tidak luruh.Biji dengan endosperm tipis, lembaga yang besar dan lurus.Pucuk lembaga telah jelas dan dalam biji telah menujukkan beberapa daun. Suku ini hanya terdiri atas 1 marga : Ceratophyllum dengan 3 jenis yang kosmopolitik, diantaranya ialah : Ceratophyllum demersum. 2. Bangsa (Ordo) Rosales Warga bangsa ini terdiri atas terna, semak, atau pohon dengan daun-daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu.Bunga banci, Karena reduksi dapat menjadi berkelamin tunggal, jelas mempunyai hiasan bunga yang dapat dibedakan antara kelopak dan mahkotanya, mahkota berdaun mahkota bebas, kebanyakan berbilangan 5. Jumlah benang sari sama dengan jumlah daun mahkotanya. Bakal buah sama dengan jumlah daun mahkotanya. Bakal buah sama dengan jumlah daun mahkota atau kurang, bebas, dapat berupa bakal buah beruang banyak dengan tembuni sentral. Dasar bunga berbentuk cakram, melebar atau cekung dengan bagian-bagian bunga (mulai kelopak sampai benang-benang sari ) pada tepinya. Bakal buah seringkali terdapat dalam cekungan dasar bunga dan diselubungi dasara bunga itu, hingga letak bakal buah menjadi tenggelam. 1. Suku (Familia) Crassulaceae Suku yang berupa terna atau semak dengan daun-daun tunggal atau majemuk tanpa daun penumpu.Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang bersifat simus.Aktinomorf, kebanyakan banci, mempunyai kelopak dan mahkota yang kebanyakan berbilangan 5, tetapi ada juga berbilangan 3 – 32. Benang sari sama banyaknya dengan daun-daun mahkota atau 2x lipat. Bakal buah 3 atau lebih, atau bebas sebagian berlekatan, dengan sisik kecil pada pangkalnya.Bakal biji banyak, tersusun dalam dua garispada kampuh perut, masing-masing mempunyai 2 integumen.Buahnya buah bumbung dengan bij-biji yang kecil tanpa endosperm. Suku ini merupakan suatu suku yang cukup besar, meliputi 1.300 jenis yang terbagi dalam sekitar 30 marga, kebanyakan merupakan tumbuhan daerah iklim sedang sampai daera-daerah yang lebih panas, umumnya terdapat di atas tanah-tanah berbatu cadas, yang menunjukkan bentuk-bentuk adaptasi terhadap keadaaan kurang air, oleh sebab itu umumnya sukulenta. Contoh-contoh: Crassula: C. pyramidalis, C. columnaris Sedum: S. palustre, S. aizoon, S. koloniense 109 Sempervivum: S. acuminatum, S. soboliferum, S. arachnoideum Bryophyllum (Kalanchoe): K.crenata, K. pinnata, yang dapat berkembang biak dengan kuncup-kuncup daun, yang terbentuk dalam toreh-toreh pada tepi daunnya. Cotyledon: C. glaucus 2. Suku (Familia) Saxifragaceae Terna atau tumbuhan berkayu, mempunyai daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan dengan atau tanpa daun penumpu yang kecil.Bunga umumnya banci, aktinomorf, atau zigomorf, dengan kelopak dan mahkota yang jelas berbeda, sering dengan kelopak saja atau tanpa hiasan bunga, kebanyakan berbilangan 5. Benang sari 2x lipat jumlah daun-daun hiasan bunga atau sama banyak, jarang banyak sekali. Bakal buah menumpang, bila berlekatan dengan dasar bunganya yang cekung menjadi tenggelam atau setengah tenggelam dengan tangkai putik yang bebas.Bakal biji banyak, terdapat pada tembuni yang tebal.Buah berupa buah kendaga, mengandung banyak biji yang mempunyai endosperm dengan lembaga yang lurus, kecil. Warga suku ini sangat heterogen, mencakup 1.100 jenis, terbagi dalam ±85 marga yang tersebar di seluruh permukaan bumi, paling sedikit di daerah tropika. Contoh-contoh: Saxifraga: S. flagellaris, S. trifurcali, S. sarmentosa Hydrangea: H. hortensia, H. opuloides, tanaman hias. Ribus; R.rubrum, R. nigrum, R. grossularia, buahnya dapat dimakan Philadelpus: Ph. Pallidus, Ph. Coronaries Deutzia: D.scabra, D.gracili 3. Suku (Familia) Rosaceae Terna atau tumbuhan berkayu, daun tunggal atau majemuk, duduk tersebar atau berkarang, mempunyai sepasang daun penumpu, kadang-kadang melekat pada pangkal tangkai bunga.Bunga banci, aktinomorf, jarang sekali zigomorf, hiasan bunga biasanya berbilangan 5, ada yang berbilangan 3, 4, 6 atau 8, kadang-kadang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkotanya.Kadang-kadang mahkota tidak terdapat.Dasar bunga rata, berbentuk cawan atau piala, dibagian tengah kadang-kadang cembung.Hiasan bunga dan benang sari biasanya terdapat pada tepi dasar bunga.Benang sari berjumlah 2—4 x lipat jumlah daun kelopak atau sangat banyak, jarang hanya 1—5, dalam kuncup seringkali bengkok di dalam.Tangkai sari bebas, kepala sari beruang 2, membuka dengan celah 110 membujur. Bakal buah 1—banyak, bebas atau berlekatan satu sama lain, kadang-kadang berlekatan dengan sumbu bunga, sehingga merupakan bakal buah yang tenggelam. Dalam tiap bakal buah atau tiap ruang terdapat 2 bakal biji.Buah bermacam-macam dapat berupa buah keras, buah kurung, buah bumbung, atau buah apel, kadang-kadang pada dasar bunga yang membesar dan tebal berdaging.Biji dengan sedikit atau tanpa endosperm. Suku ini tergolong suku yang besar, mempunyai sekitar 2.000 jenis yang terbagi dalam ± 100 marga, tersebar di seluruh dunia. Contoh: Rosa: R.gallica, R. damascene, R. canina, tanaman hias penghasil minyak wangi (minyak mawar, ”oleum rosarum”). Rubus: R. idaeus, R. rosifolius, R.fraxinifolius, buahnya dapat dimakan. Pyrus: Pyrus malus (apel), pohon buah-buahan. Prunus: Pr. armeniaca, Pr. domesticus (plum) Eriobotrya: E. japonica (mispel jepang) Mespilus: M. germanica (mispel). 4. Suku (Familia) Leguminosae Suku ini merupakan satu diantara suku tebesar (Leguminosae, Gramineae, Orchidaceae) yang termasuk tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yang meliputi lebih dari 11.500 jenis yang terbagi dalam lebih dari 500 marga. Ciri khasnya ialah terdapatnya buah yang disebut buah polong, yaitu buah yang berasal dari 1 daun buah dengan atau tanpasekat-sekat semu.Biji-biji terdapat pada kampuh perut, bila masak kering, pecah.Sehingga biji terlontar keluar, atau buah terputus-putus menjadi beberapa bagian menurut sekat-sekat semunya tetapi ada pula yang buahnya berdaging dan tidak pernah pecah.Karena besarnya suku ini, lagipula pada bunganya terdapat sifat-sifat yang karakteristik. Maka suku ini ada yang memecah menjadi 3 suku, yaitu: a. Suku Mimosaceae Dengan bunga banci yang aktinomorf. Mempunyai kelopak berbilangan 4—5 yang berlekatan dan mahkota terdiri atas daun-daun mahkota yang sama jumlahnya dan bebas satu sama lain. Benang sari 2 x lipat jumlah daun mahkota atau banyak, tangkai sari bebas atau berlekatan.Bunga itu kebanyakan terangkai dalam bunga majemuk berbentuk bongkol yang seringkali tampak seperti satu bunga saja.Bakal buah menumpang, beruang 1, bakal biji dalam 2 baris pada dinding bakal buah.Buah merupakan polong yang bila dimasak menjadi kering dan terputus-putus menjadi beberapa bagian.Biji dengan sedikit atau tanpa endosperm. Contoh: 111 Mimosa: M. pudica, M. invisa Leucena: L. glauca, L. leucocephala Acacia: A. catechu, A. decurrens, A. Senegal Albizzia: A. falcate, A. sumatrana, A. stipulate Calliandra: C. brevipes, C. haematoma, C. portoricensis Entada: E. phaseoloides b. Suku Papilionaceae Terna, semak, perdu atau pohon dengan daun tunggal atau majemuk.Bunga banci, zigomorf. Kelopak berbilangan 5, pada pangkal berlekatan, mahkota berbentuk kupu-kupu terdiri atas 5 daun mahkota dengan susunan yang khas, 1 paling besar disebut bendera (vexillum), 2 di sampingsama besar disebut sayap (ala), 2 lagi sempit berlekatan disebut lunas (carina). Benang sari biasanya 10, berberkas 2, 1 bebas, yang 9 lainnya dengan tangkai sari yang berlekatan, kepala sari membuka dengan celah membujur.Buahnya berupa polong yang bila masak menjadi kering dan pecah, tetapi ada pula yang tidak pecah, melainkan terputus-putus dalam bagian yang berisi 1 biji.Biji tanpa atau sedikit endosperm.Cadangan makanan untuk lembaga terutama tersimpan dalam daun lembaganya. Diantara anggota-anggotanya banyak yang merupakan tanama penghasil komoditi yang berharga, merupakan bahan pangan dengan nilai gizi yang tinggi karena kandungannya akan protein, lemak dan vitamin-vitamin dalam bijinya. Polong yang muda demikian pula daun-daun muda jenis tertentu yang dimakan sebagai sayuran. Contoh: Soja: S. max (kedelai) Phaseolus: Ph. radiatus, Ph. vulgaris Arachis: A. hypogaea Pisum: P.sativum Canavalia: C. ensiformis Mucuna: M. pruriens Cajanus: C. cajan Crotalaria: Cr. Juncea Dan masih banyak lagi. c. Suku Caesalpiniaceae Anggota suku ini berbeda dengan warga papilionaceae terutama karena wraga suku ini hampir semua berupa perdu atau pohon, boleh dikatakan tidak ada yang berupa terna, daun hamper selalu majemuk menyirip atau menyirip ganda, jarang sekali tunggal atau 112 beranak daun 1. Selanjutnya terdapat perbedaan mengenai bunganya, ialah bahwa pada suku ini bunga memang sering masih mempunyai mahkota yang nyata berbentuk seperti kupukupu pula, tetapi ke 5 daun mahkota bebas, tidak ada yang berlekatan atau dapat pula jumlah daunmahkota kurang dari 5, bahkan sampai tidak ada. Benang sari 10, jarang lebih, biasanya bebas atau berlekatan dengan bermacam-macam cara. Buahnya buah polong yang jika masak menjadi kering kemudian pecah, atau berdaging dan tidak membuka, seringkali bersayap.Biji dengan endosperm tipis atau tanpa endosperm, lembaga besar. Contoh-contoh: Caesalpinia: C. pulcherrima, C.sappan (secang) Cassia; C. siamea (johar), C. javanica, C. alata (ketepeng), C. occidentalis, C. fistula (trenggul) Tamarindus: T.indica (asam) Bauhinia: B.purpurea, B. tomentosa Cynometra: Cy. Cauliflora (namnam) Sementara ahli botani tidak menganggap adanya perbedaan prinsipal antara Papilionaceae dan Caesalpiniaceae, oleh karena itu kedua suku itu digabungkan dalam 1 suku yang diberi namaFabaceae. Seluruhnya meliputi sekitar 10.000 jenis yang terbagi dalam ± 800 marga, tersebar di seluruh permukaan bumi, meliputi daerah iklim sedang maupun daerah-daerah panas. 3. Bangsa (Ordo) Myrtales Myrtales meliputi tumbuhan dengan berbagai macam perawakan, tetapi kebanyakan berupa tumbuhan berkayu.Umumnya mempunyai daun tunggal yang duduknya bersilanf berhadapan.Pada cabang-cabang mendatar mengalami modifikasi seakan-akan tersusun dalam 2 baris yang berhadapan, tanpa daun penumpu, helaian daun sering mempunyai kelenjar-kelenjar minyak.Bunga banci atau karena adanya reduksi salah satu alat kelaminnya menjadi berkelamin tunggal, dengan hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota bunga, kadang-kadang tanpa mahkota, aktonomorf atau zigomorf, kebanyakan berbilangan 4. Benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun mahkota atau 2 x lipat, kadang-kadang hanya beruang 1 dengan 11 tangkai putik dan banyak bakal biji pada tembuni yang letaknya sentral di sudut-sudit.dasar bunga cekung sampai berbentuk mangkok atau tabung, biasanya menyelubungi bakal buah, hingga bakal buah menjadi tenggelam. Buah sering mempunyai tangkai kutik dan benang sari pada bagian ujung diantara bagian-bagian daun kelopak dan tidak runtuh dan menjadi bagian buah. 113 Suatu ciri anatomi yang khas ialah terdapatnya floem pada kayu (floem intraxiler). Dalam bangsa ini termasuk sejumlah suku diantaranya ialah : 1. Suku (Familia) Lythraceae Terna atau pohon dan perdu dengan daun tunggal yang duduknya silang berhadapan yang mempunyai daun penumpuh yang kecil.Bunga banci, aktinomorf atau zigomorf, berbilangan 3-16.Kelopak pada tangkal bagian bawah berlekatan membentuk badan seperti mangkuk atau tabung dengan taju yang bebas.Daun-daun mahkota terdapat pada tepi tabung kelopak atau tidak ada.Benang sari 2x lipat jumlah daun mahkota atau banyak, tertanam dibawah daun-daun mahkota. Bakal buah dengan 1 tangkai putik, menumpang sampai setengah tenggelam, beruang 1-6, seringkali hanya beruang 1, bakal biji banyak, pada papanpapan biji pada dinding bakal bbuah. Buahnya buah keras atau buah kendaga.Biji mempunyaio endosperm. Suku ini meliputi 450 jenis yang terbagi dalam 22 marga,tersebar didaerah iklim sedang sampai daerah-daerah panas, terutama di Amerika. Contoh-contoh : Lawsonia: L.inermis (pacar), daun-daunnya diramu untuk dijadikan pewarna kuku, sehingga menjadi merah Lagerstroemia: L.speciosa (bungur), L. loudoni, L.indica (bungur kecil), semuanya tanaman hias. Lythrum: L. salicaria Cuphea: C. purpurea, C. platycentra 2. Suku (Familia) Sonneratiacae Pohon dengan daun tunggal bertepi ata yang duduknya berhadapan tanpa daun penumpu. Bunga terpisah-pisah atau membentuk kelompok-kelmpok yang terdiri atas 3 bunga, besar, aktinomorf,banci atau berkelamin tunggal. Dasar bunga bangun lonceng, ditepinya terdapat 4-8 taju-taju daun kelopak yang kaku seperti belulang. Daun-daun mahkota sama banyaknya dengan daunkelopak atau tidak ada. Benang sari banyak tertanam pada kelopak dalam beberapa lingkaran. Bakal buah tenggelam,berlekatan pada dinding dasar bunga, beruang banyak atau 4, mempunyai satu trangkai putik, berisi banyak bakal biji pada tembuni yang tebal yang aksilar. Buahnya buah kendaga atau buah buni dengan 4 hingga banyak ruang, berisi banyak biji. Biji tanpa endosperm,lembaga dengan daun lembaga pendek seperti daun biasa. Suku ini hanya terdiri atas 8 jenis yang terbagi dam 2 marga.Sebagian besar, yaitu 6 jenis tergolong dalam marga Sonneratia yang semuanya mempunyai ciri khas yaitu adanya cabang-cabang akar yang tumbuh tegak lurus ke atas 114 muncul diatas air atau tempat tumbuhnya yang berfungsi sebagai akar nafas. Anggota Sonneratia tersebar di pantai timur Afrika dan Asia Tenggara, merupakan salah satu komponen vegetasi mangrofe, bahkan dapat digolongkan ke dalam perintis yang diantara penyusun hutan mangrofe, yang antara lain terbukti dari kadang-kadang terdapatnya pohon jenis ini jauh menjorok kelaut dari pantai. Contohnya :S. alba, S. casepolaris, S. acida (bogem) 3. Suku (Familia) Rhizophoraceae Pohon atau perdu dengan daun tunggal yang kaku seperti belulang, duduknya tersebar atau berhadapan pada buku-buku yang membengkak, mempunyai daun penumpu, jarang duduknya berseling dan tanpa daun penumpu. Daun penumpu letaknya antar tangkai daun,lekas runtuh.bunga kebanyakan banci, aktinomorf dengan sumbu bunga yang berbentuk seperti piala. Kelopak terdiri atas 4-8 daun kelopak, kadang-kadang 3-16, mahkota terdiri atas sejumlah daun mahkota yang sama dengan jumlah yang sama dengan daun jumlah kelopak kadang-kadang tidak terdapat. Benang sari 8-banyak, kebanyakan semuanya fertil, seringkali berpasangan berhadapan dengan daun-daun mahkota, tertanam pada tepi atau pangkal suatu cakram, kepala sari mempunyai 2 ruang sari. Bakal buah tenggelam, berlekatan dengan sumbu bunga, beruang 2-6 atau hanya beruang 1 karena pembentukan sekat-sekat yang tidak sempurna, berisi 2 sampai banyak bakal biji pada tembuni pada sudut-sudut tiap ruang, mempunyai 1 tangkai putik. Buahnya waktu masak tidak membuka, beruang 1-5, tiap ruang berisi 2 biji dengan atau tanpa endosperm yang sering sudah berkecambah selagi masih dalam buah yang belum terlepas dari pohon, kadang-kadang sampai akar lembaga hampir 1 meter panjangnya masih juga belum terlepas. Sifat yang khas dari suku ini disiebut vipipari. Suku ini mencakup sekitar 60 jenis yang terbagi dalam 17 marga. Contoh-contoh : Rhizophora: Rh. mucronata, Rh. mangle, Rh. apiculata Bruguiera: Br. gymnorrhiza, Br. parviflora, Br. caryophylloides Ceriops: C. tagal, C. candolleana, C. roxburghiana 4. Suku (Familia) Alangiaceae Pohon atau perdu yang kadang-kadang berduri dengan daun-daun tunggal bertepi rata atau berlekuk, tanpa daun penumpu, duduknya tersebar atau berseling.Bunga tersusun dalam rangkaian yang bersifat simos dalam ketiak-ketiak daun, banci, aktinomorf, dengan tangkai bunga yang bersendi.Kelopak biasanya dengan tepi bergigi 4-10, mahkota terdiri atas 4-10 daun mahkota, kecil, bangun garis, melengkung keluar. Benang sari berjumlah sama dengan 115 daun mahkota, dudujnya berseling dengan daun mahkota, dapat juga jumlah benang sari 2-4x lipat jumlah daun mahkotanya. Tangkai sari bebas atau sedikit berdekatan pada pangkalnya, kepala sari memanjang, beruang 2, membuka dengan celah membujur.Bakal buah tenggelam, beruang 1-2 dengan 1 bakal biji yang mempunyai 2 integumen dalam tiap ruang.Tangkai putik 1, terbelah atau berlekuk 2-3.Buahnya buah batu dengan sisa-sisa cakram dan kelopak pada ujungnya, berisi satu biji yang mempunyai endosperm berdaging. Suku ini hanya terdiri atas satu marga, mencakup sekitar 21 jenis, tersebar di daerah tropika dan subtropika di Asia. Contoh: Alangium chinense 5. Suku (Familia) Lechythidaceae Pohon atau perdu, daun tunggal tanpa daun penumpu, duduknya tersebar, kadang- kadang dengan kelenjar-kelenjar pada tepinya.Bunga agak besar, menarik, banci, aktinomorf atau zigomorf, dengan sumbu bunga berbentuk piala.Kelopak berlekuk 4-6, jarang hanya 23.Daun mahkota juga 4-6, jarang lebih, kadang-kadang malahan tidak ada.Benang sari banyak, tersusun dalam lingkaran, seringkali di bagian pinggir steril dan berubah menjadi staminodium yang menyerupai mahkota tambahan.Tangkai sari kebanyakan berlekatan membentuk buluh yang pendek.Bakal buah tenggelam atau setengah tenggelam, berlekatan dengan sumbu bunga, beruang 2-6, berisi banyak biji atau hanya 1, mempunyai 1 tangkai putik.Buahnya buah buni atau kadang-kadang berupa buah yang berkayu, berserabut atau berdaging, tidak membuka atau membuka dengan suatu tutup pada ujungnya.Biji banyak tanpa endosperm, lembaga terbagi atau utuh. Suku ini anggota-anggotanya merupakan penghuni daerah tropika, meliputi sekitar 30 jenis yang terbagi dalam ±25 marga. Contoh-contoh: Lecythis: L. grandiflora, L. ollaria, L. usitata Napoleana: N. vogelli Bertholletia: B. excelsa Goias: G. cauliflora 6. Suku (Familia) Combretaceae Pohon atau perdu, seringkali berupa liana, daun tunggal tanpa daun penumpu, duduk tersebar atau berhadapan.Bunga tersusun atas bulir atau tandan, banci atau berkelamin tunggal, aktinomorf, biasanya kecil-kecil. Daun kelopak berjumlah 4-8, daun mahkota sama banyaknya dengan daun kelopak, kadang-kadang tidak ada. Benang sari 1-10 atau banyak.Bakal buah tenggelam dengan 1 tangkai putik, beruang 1, bakal biji 2-6.Buah dengan 116 kulit yang bergigi atau bersayap, berisi 1 biji, sedikit atau tidak membuka.Biji berisi lembaga yang mempunyai daun lembaga terpuntir atau terlipat dengan akar lembaga pendek, tanpa endosperm. Suku ini meliputi sekitar 450 jenis, terbagi dalam ±20 marga, tersebar di daerah tropika. Contoh-contoh: Terminalia: T. catappa, T. beleria, T. tomentosa Combretum: C. racemosum Quisqualis: Q. indica (tanaman hias) Bucida; B.buceras 7. Suku (Familia) Myrtaceae Pohon atau perdu, daun tunggal, bersilang berhadapan, pada cabang-cabang mendatar seakan-akan tersusun dalam 2 baris pada 1 bidang, kebanyakan tanpa daun penumpu.Bunga kebanyakan banci, karena aborsi kadang-kadang poligam, aktinomorf. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri atas 4-5 daun kelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama yang kadang-kadang berlekatan atau tidak terdapat. Benang sari banyak, kadang-kadang berkelompok 4-5 daun kelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama yang kdang-kadang berlekatan atau tidak terdapat. Benang sari banyak, kadang-kadang berkelompok berhadapan dengan daun-daun mahkota, mempunyai tangkai sari dengan warna cerah, yang kdang-kdang menjadi bagian bunga yang paling menarik, bakal buah tenggelam, mempunyai 1 tangkai putik, beruang 1 sampai banyak dengan 1-8 bakal biji dalam tiap ruang. Buah bermacammacam, pada ujungnya masih jelas tampak kelopak yang tidak gugur, sisa tangkai putik dan sisa-sisa benang sari yang tertinggal didalam kelopak.Biji dengan sedikit atau tanpa endosperm, lembaga lurus, bengkok atau melingkar, ada pula yang terpuntil seperti spiral. Suku ini tergolong suku yang besar, meliputi hampir 3000 jenis yang terbagi dalam ±80 marga, sebagian besar penghuni daerah tropika dan benua Australia. Banyak anggotaanggotanya yang merupakan penghasil minyak atsiri yang berkhasiat obat, banyak pula yang merupakan pohon buah-buahan. Contoh : Myrtus; M. communis, M. bullata Pimento: P. officinalis Eugenia: E. aromatic, E. jambos, E. javanica 117 8. Suku (Familia) Punicaceae Pohon atau perdu kadang-kadang berduri, dengan daun tunggal yang berhadapan atau tersebar tanpa daun penumpu.Bunga banci, aktinomorf, terpisah-pisah atau bergerombol, sumbu bunga berongga, bangun kerucut daun kelopak bertaju 5-7, tidak gugur.Daun mahkota 5-7, dalam kuncup tidak beraturan.Benang sari banyak, tangkai sari bebas, kepala sari beruang 2, melekat pada bagian punggung, membuka dengan celah membujur.Bakal buah tenggelam, beruang banyak, ruang-ruang bertingkat, yang bawah dengan bakal biji diketiak, yang atas dengan bakal biji pada dindingnya. Tangkai putik langsing, hanya 1 titik, buahnya buah buni yang kurang lebih bulat dengan taju-taju kelopak yang tidak gugur pada ujung atasnya, biji banyak dengan salut biji yang berair dan dapat dimakan, endosperm tidak terdapat, lembaga dengan daun lembaga yang tergulung. Suku ini hanya terdiri dari 1 marga dengan 2 jenis, yang paling terkenal adalah Punica granatum (delima) yang sering ditanam dihalaman rumah.Selain untuk dimakan, kulit buah dan akarnya berguna dalam obat-obatan. Di Indonesia terkenal 2 varietas, yang berbunga putih dan yang berbunga merah. 9. Suku (Familia) Melastomataceae Terna, semak, atau pohon, jarang berupa liana, daun tunggal, berhadapan atau berkarang, kebanyak 3-9 tulang yang melengkung, jarang tulang menyirip, tanpa daun penumpu. Bunga banci, aktinomorf, atau agak zigomorf, biasanya tampak menarik. Kelopak terdiri atas 3-5 daun kelopak yang pada pangkal berlekatan berbentuk tabung, daun mahkota sama banyaknya dengan daun kelopak, dengan mahkota tambahan yang terdapat antara mahkota dan benang sari. Benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun mahkota atau 2x lipat, kepala sari dalam kuncup membengkok kedalam,membuka dengan liang, sering mempunyai bagian-bagian tambahan. Bakal buah tenggelam,atau terletak bebas pada dasar kelopak yang berbentuk piala atau tabung, adapula yang setengah tenggelam, mempunyai 1 tangkai putik, beruang 2-banyak, jarang beruang 1 saja, berisi banyak bakal biji. Buah berupa buah kendaga atau buah buni, biji sering kecil saja, tanpa endosperm, lembaga lurus atau mengikuti bentuk biji bila bijinya besar. Suku ini meliputi sekitar 1800 jenis terbagi dalam hamper 200 marga, terutama tersebar di daerah tropika, kebanyakan di Amerika. Contoh-contoh: Melastoma: M. polyanthum, M. malabathricum Clidemia: Cl. Hirta Medinilla: M.crispata, M. macrocarpa 118 Tibou china: T. semidecandra 4. Bangsa (Ordo) Rhoeadales (Brassicales) Bangsa ini meliputi tumbuhan-tumbuhan yang untuk sebagian besar berupa terna dengan daun-daun yang duduknya tersebar, tanpa daun penumpu.Bunga umumnya banci, aktinomorf, hiasan bunga berupa kelopak dan mahkota yang bedaun lepas, berbilangan 2 ïƒ 4, kadang-kadang 3ïƒ 5. Benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun mahkota atau lebih banyak. Bakal buah biasanya menumpang dengan 2 tembuni atau lebih banyak yang terdapat pada dinding buah, kadang-kadang menjadi beruang banyak karena adanya pembentukan sekat-sekat. Dari segi anatomi ada sifat-sifat yang karakteristik yaitu adanya buluh-buluh getah dan sel-sel yang mengandung mirosin. Dalam bangsa ini tercakup sejumlah suku, antara lain : 1. Suku (Familia) Papaveraceae Kebanyakan anggotanya berupa terna anual atau perenial, jarang sekali berupa semak atau pohon, menghasilkan getah seperti susu atau getah yang berwarna. Daun tersebar, di bagian ujung batang dekat bunga berhadapan atau berkarang, helaian daun sering berbagi.Daun penumpu tidak terdapat.Bunga terpisah-pisah, banci, aktinomorf.Daun kelopak 2, bebas daun mahkota 4, jarang lebih atau tidak ada, biasa mendapat kunjungan serangga yang mengumpulkan serbuk sari. Benang sari bangak, bebas; kepala sari beruang 2 , membuka dengan retak membujur. Balan buah menumpang, terbentuk dari 2 daun buah atau lebih berlekatan, beruang 1 dengan banyak bakal biji pada 2 ïƒ 16 tembuni yang terdapat pada dinding bakal buah, dapat pula hanya 1 bakal biji pada dasarnya. Buah kebanyakan berupa buah kendaga, jarang berupa buah keras, bila masak membuka dengan katup-katup atau liang. Biji kecil, kampuh licin atau berigi, kadang-kadang bersalut, lembaga kecil dalam endosperm yang mengandung minyak atau berdaging. Suku ini mencakup lebih dari 600 jenis tumbuhan, terbagi dalam sekitar 42 marga, kebanyakan terdapat di daerah iklim sedang dan daerah-daerah yang lebih panas di belahan bumi utara. Contoh-contoh : Papaver somniverum, penghasil candu (morfin), terutama di Asia Kecil (Turki) dan Asia Tenggara (“Golden triangle”, Birma, Thailand, Laos), Papaver rhoeas, daun-daun mahkota bunganya berguna dalam obat-obatan, P. Orientale, Fumaria officianalis, Fumaria capreolata, Dicentra spectabilis, Dicentra formosa, Corydalis cova, Corydalis solida, Corydalis lutea, Sanguinaria canadensis, dll. 119 2. Suku (Familia) Capparidaceae Terna, semak atau pohon, kadang-kadang memanjat.Daun tunggal atau majemuk menjari, sering mempunyai daun penumpu, duduknya tersebar, kadang-kadang berhadapan.Bunga umumnya banci, aktinomorf atau zigomorf, biasanya tersusun dalam tandan.Sumbu bunga sering membesar berbentuk cincin, kadang-kadang memanjang menjadi androginofor (pendukung benang sari dan putik) atau menjadi ginofor (pendukung putik) saja.Daun kelopak 4, daun mahkota kebanyakan juga 4, dapat banyak atau malahan tidak ada.Benag sari banyak atau hanya beberapa saja (4ïƒ 6), seringkali ada diantaranya yang tidak mempunyai kepala sari.Bakal buah menumpang diatas ginofor, beruang 1 dengan tembuni pada dinding atau terbagi dalam beberapa ruang oleh sekat-sekat semu.Bakal biji sedikit sampai banyak.Buahnya buah kendaga atau buah buni, kadang buah batu.Biji bangun ginjal atau beigi dengan sedikit atau tanpa endosperm, lembaga bengkok dengan daun lembaga yang besar. Suku ini mencakup lebih dari 600 jenis tumbuhan, terbagi dalam 45 marga, terutama terdapat di daerah-daerah iklim panas. Contoh-contoh : Capparis spinosa, Capparis rupestris, Cleome spinosa, Cleome tetrandra, Cleome violacea, Cleome aspera, Gynandropsis gynandra, Gynandropsis speciosa, Polanisia viscosa, Polanisia chelidonii, Cadaba capparoides. 3. Suku (Familia) Cruciferae ( Brassicaceae ) Kebanyakan berupa terna anual atau perenial, jarang sekali berupa tumbuhan berkayu. Daun tunggal atau majemuk, duduknya tersebar, tidak mempunyai daun penumpu. Bunga banci, bilateral simetris atau aktinimorf, biasanya tersusun dalam tandan pada ujung-ujung batang, jarang mempunyai daun pelindung. Kelopak terdiri atas 4 daun kelopak yang tersusun dalam 2 lingkaran, daun mahkota 4, berseling dengan daun-daun mahkota. Benang sari 6 dalam 2 lingkaran, pada lingkaran luar terdapat 2 dan pada lingkaran dalam 4 benang sari yang berhadapan dengan daun-daun mahkota dan lebih panjang daripada benang sari di lingkungan luar. Bakal buah menumpang terdiri atas 2 daun buah yang berlekatan, beruang 1, bakal biji banyak, pada tepi sekat semu, anatrop atau kampilotrop, seringkali beruang 2 karena adanya sekat semu yang tipis seperti membran, atau oleh sekat-sekat melintang terbagi dalam beberapa ruang. Buahnya berupa buah lobak (“siliqua”) bila masak membuka dengan 2 katup, atau terputus menjadi beberapa bagian, jarang berupa buah yang tertutup. Biji umumnya tanpa endosperm. 120 Suku ini termasuk suku yang besar, meliputi 3.000 jenis yang terbagi dalam kurang lebih 350 marga, kosmopolitan tetapi paling banyak terdapat dalam daerah-daerah yang lebih dingin di belahan bumi utara. Banyak sekali yang bermanfaat, merupakan penghasil bahan pangan, terutama sayuran, tetapi juga ada yang menghasilkan bumbu masak. Contoh – contoh : Brassica nigra, Brassica oleracea, Brassica chinensis, Brassica juncea, Brassica napus, Brasicca rapa, Nosturtium officinale, Nosturtium heterophyllum, Raphanus sativus, Lepidium sativum, Lepidium ruderale, Cheiranthus cheiri, Sinapis alba, Cochlearia officinalis, Cochlearia armoracia, Lunaria annua, Lunaria rediviva, Camelina sativa, Camelina microcarpa, dll. 4. Suku (Familia) Moringaceae Pohon dengan daun majemuk menyirip ganda 2 sampai 3, duduknya tersebar, tanpa daun penumpu, atau daun penumpu telah mengalami metamorfosis menjadi kelenjar-kelenjar pada pangkal tangkai daun. Bunga banci, zigomorf, tersusun dalam malai yang terdapat dalam ketiak-ketiak daun. Dasar bunga bangun mangkuk, kelopak terdiri atas 5 daun kelopak, mahkota pun terdiri atas 5 daun mahkota, benang sari 5 ditambah dengan 5 lagi yang telah mandul (staminodium). Bakal buah menumpang di atas ginofor pendek, beruang 1 dengan 3 tembuni pada dinding bakaln buah, bakal biji banyak. Buahnya buah kendaga yang telah membuka dengan 3 katup, biji besar, bersayap, tanpa endosperm. Lembaga lurus. Warga suku ini adalah dari segi anatomi mempunyai sifat yang khas, yaitu terdapatnya sel-sel mirosin dan buluh-buluh gom dalam kulit batang dan cabang. Selain dari itu, dalam musimmusim tertentu dapat menggugurkan daun-daunnya (meranggas). Suku Moringaceae hanya terdiri atas 1 marga yaitu Moringa dengan beberapa jenis saja, di antaranya yaitu : Moringa oleifera, Moringa arabica, Moringa pterygosperma, Moringa peregrina, dll. 5. Bangsa (Ordo) Parietales = Cistales Terna atau tumbuhan berkayu dengan daun-daun yang berhadapan atau tersebar, kebanyakan mempunyai daun penumpu. Bunga sebagain besar banci, mempunyai kelopak dan mahkota yang berbilangan 5 benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun mahkota atau lebih banyak. Bakal buah kebanyakan menumpang, kadang-kadang tenggelam, biasanya beruang 1 dengan 3 papan biji pada dindingnya, kadang-kadang beruang lebih dari 1. 1. Suku (Familia) Cistaceae. Terna atau semak-semak dengan daun-daun tunggal yang duduknya berhadapan; daun dengan rambut kelenjar yang menghasilkan minyak atsiri, rambut seringkali berbentuk bintang. Bunga banci, aktinomorf, terpisah-pisah atau tersusun dalam rangkaian yang bersifat 121 simos. Daun kelopak 3-5, daun mahkota sampai 5 atau tidak terdapat, biasanya lekas gugur. Benang sari banyak, bakal buah menumpang, beruang 1 dengan 3-10 tembuni pada didndingnya, tembuni sering menjorok kedalam hingga merupakan sekat-sekat yang tidak sempurna dan bakal buah menjadi seakan-akan terbagi dalam beberapa ruang. Pada tiap tembuni terdapat 1- banyak bakal biji, masing-masing dengan 2 integumen. Buahnya buah kendaga yang membuka dengan membelah ruang, mulai dari ujung kepangkal. Biji dengan endosperm, lembaga bengkok, terpilin atau terlipat. Suku ini meliputi sekitar 175 jenis, terbagi dalam 8 marga, tersebar di daerah-daerah iklim sedang, banyak pula di daerah Laut Tengah. Contohnya: Cistus: C. ladaniferus, C. polymorphus, C villosus, C. loretii, penghasil resin. Helianthemum; H. nummularium, H. kahiricum, H. roseum, H ovatum. Crocanthemum; CR. Canadense, Cr. Glomeratum. Fumana: F. vulgaris. 2. Suku (Familia) Bixaceae. Pohon atau perdu, daun tunggal bertulang daun menjari yang duduknya tersebar, mempunyai daun penumpu. Bunga besar membentuk rangkaian berupa malat, banci, aktinomorf. Daun kelopak 5, daun mahkota 5, benang sari banyak. Bakal buah menumpang, beruang 1 dengan 2 tembuni pada dindingnya, pada tiap tembuni terdapat banyak bakl biji, masing-masing dengan 2 integumen, tangkai putik 1. Buahnya buah kendaga, penuh dengan rambut-rambut atau gundul disebelah luarny, membuka dengan 2 katup di antara tembuni. Biji dengan kulit luar berdaging berwarna merah, mempunyai endosperm, lembaga besar dengan daun lembaga yang lebar dan melengkung pada ujungnya. Suku ini hanya terdiri atas 1 suku Bixa yang monopotipik, asli Amerika tropic. Bixa orellana, sering dipiara sebagai tanaman hias, dari bijinya diperoleh zat warna merah (kasumba) yang antara lain berguna untuk mewarnai bahan makanan (mentega, keju). Daunnya (“folia bixae”) berguna dalam obat-obatan. 3. Suku (Familia) Cannellaceae. Pohon dengan daun tunggal yang duduknya tersebar, tanpa daun penumpu, berbau sedap (aromatik) karena adanya minyak-minyak atsiri dalam batang dan daun-daunnya. Bunga banci, aktinomorf. Daun kelopak 3, daun mahkota 4-12, bebas atau berlekatan. Benang sari sampai 20 atau kurang, tangkai putik berlekatan menjadi suatu buluh. Putik dengan tangkai putik yang tebal pendek, bakal buah menumpang, beruang 1 dengan 2-5 tembuni pada dindingnya, pada tiap tembuni terdapat 2- banyak bakal biji, masing-masing dengan 2 integumen. Buahnya buah buni, berisi 2- banyak biji. Biji dengan endosperm berminyak atau berdagng, lembaga lurus atau hamper lurus. 122 Warga suku ini dikenal sebagai keningar hutan, hanya terdiri atas 9 jenis yang terbagi dalam 5 marga, hamper semua terdapat di Amerika tropika. Contohnya: Canella: C. winterana atau C. alba, penghasil “cortex canella albae” yang berguna dalam obat-obatan. Suku: Flacourtiaceae. Semak atau pohon berbatang kayu, daun tunggal, seringkali berlekuk, duduk tersebar atau berhadapan , kadang-kadang mempunyai daun penumou kecil yang lekas gugur. Bunga umumnya banci, jarang berkelamin tunggal, aktinomorf, mempunyai dasar bunga yang membesar dengan suatu cakram, kebanyakan tersusun dalam rangkaian yang bersifat simos, dalam ketiak-ketiak daun atau pada ujung batang dan cabang. Daun kelopak 2-15, kadang-kad ng sukar dibedakan dari daun mahkotanya. Daun mahkota biasanya sama banyaknya dengan daun kelopak, besar, kecil atau tidak ada, disebelah dalam pangkalnya dengan atau tanpa sisik. Benang sari banyak. Bakal buah menumpang, beruang 1 dengan 2-10 tembuni pada dindingnya, jarang mempunyai lebih dari 1 ruang. Bakal biji banyak, masingmasing dengan 2 integumen. Buahnya buah buni atau buah kendaga, kadang-kadang amat besar. Biji kadang-kadang dengan salut biji, endosperm berdaging, lembaga sedang, daun lembaga kadang-kadang lebar. Suku ini meliputi sekiatr 800 jenis yang terbagi dalam 80 marga, yang menghuni daerah-daerah tropika. Contohnya: Flacourtia: F. rukam (rukam), F indica (saradan) , F. inermis (lobi-lobi), buahnya dapat dimakan, dari buah lobi-lobi sering dibuat sirup. Pangium: P. edule, bijinya melalui pembenaman dalam tanah menghasilkan keluak yang banyak digunakan sebagai bumbu masak (pindang, rawon), daunnya sering digunakan sebagai racun ikan. Hydnocarpus: H. anthelminthica, penghasil minyak chaulmoogra untuk obat cacing. Caseria: C. lasiophylla. 4. Suku (Familia) Tureneraceae. Terna annual atau parenial , dapat juga berupa semak atau pohon berkayu, daun tunggal, tersebar, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga banci, aktinomorf, sering mempunyai dua lingkaran daun pelindung, terpisah-pisah atau tersusun dalam berkas-berkas, yaitu diketiak daun sering tampak seakan-akan muncul dari tangkai daun. Kelopak, mahkota, dan benang sari masing –masing 5, benang sari berseling dengan daun mahkota. Putik denga 3 tangkai putik, bakal buah menumpang, beruang 1, dengan 3 tembuni pada dindingnya, masing-masing dengan 3 sampai banyak bakal biji yang mempunyai 3 katup yang membuka dengan membelah ruang. Biji bersalut dengan endosperm berdaging dan lembaga yang lurus. Suku ini mencakup kira-kira seratusan jenis yang terbagi dalam 7 marga, kebanyakan di Amerika dan Afrika. Contohnya: Turnera: T. ulmifolia, terna yang banyak terdapat di 123 pinggir-pinggir jalan. T. salicifolia; T. aphrodisiaca, penghasil herba miana yang berguna dalam obat-obatan. Piriqueta: P. racemosa. 5. Suku (Familia) Passifloraceae. Pohon atau semak-semak berkayu, banyak pula berupa tumbuhan memanjat yang menggunakan sulur-sulur dahan yang muncul dari ketiak-ketiak daunnya. Daun tunggal, biasanya berlekuk menjari, jarang menyirip, seringkali mempunyai kelenjar pada tangkai daunnya, duduknya tersebar, kebanyakan mempunyai daun penumou yang kecil dan lekas gugur. Bunga banci, aktinomorf, kadang-kadang berkelamin tunggal. Daun kelopak 5, tidak gugur, bebas atau sebagian berlekatan. Daun mahkota juga 5, bebas atau sedikit berlekatan. Disamping mahkota terdapat mahkota tambahan terdiri atas badan-badan seperti tangkai sari atau sisik-sisik atau seperti cincin yang tersusun dalam 2 lingkaranatau lebih. Benang sari 5 sampai banyak, berlekatan pendek atau berkeras, seringkali muncul dari ginofor. Putik dengan bakal buah yang seringkali duduk di atas ginofor, mempunyai 3-5 tangkai putik yang bebas atau berlekatan dengan kepala putik berbentuk bongkol. Bakal biji banyak, pada 3-5 tembuni yang terdapat pad dinding bakal buah kendaga atau buah buni, tidak membuka atau membuka dengan membelah ruang melalui 3 katup. Biji dengan kulit biji bernoktah diselubungi salut biji yang berdaging mempunyai endosperm dengan lembaga yang lurus dan besar. Suku ini meliputi 600-an jenis yang terbagi dalam ± 12 marga, kebanyakan di Amerika tropic. Contohnya: Passiflora, yang mencakup ± 2/3 seluruh anggota suku, banyak ditanam untuk buahnya yang dapat dimakan atau sebagai tanaman hias, diantaranya yang terdapat di Indonesia: P. quadrangularis, P. edulis, P. lunata, P. foetida, P. laurifolia. Smeathmannia: S. pubescen. 6. Suku (Familia) Carricaceae. Semak atau pohon kecil yang batangnya tidak berkayu, daun tunggal berbagi atau majemuk menjari, duduknya tersebar menurut rumus 3/8 biasanya terkumpul pada ujung batang atau cabang, tanpa daun penumpu. Bunga banci atau berkelamin tunggal, aktinomorf, poligam, mempunyai dasar bunga yang berbentuk seperti lonceng. Kelopak berlekuk 5 atau bertepi rata. Daun mahkota 5, pada bunga jantan berlekatan, pada bunga betina berlekatan menjadi buluh yang pendek atau bebas. Benang sari 10, tertanam pada mahkotanya, tangkai sari bebas atau berlekatan pada pangkalnya. Pada bunga jantan dengan rudimen putik atau tidak ada. Pada bunga betina tidak terdapat rudiment benang sari atau staminodium, putik dengan tangkai putik pendek, bebas atau tanpa tangkai putik, bakal buah menumpang, beruang 1 atau beruang terbagi menjadi 5 ruang oleh sekat-sekat semu. Bakal biji banyak 124 pada 3-5 tembuni yang terdapat pada dinding bakal buah. Masing-masing dengan 2 integumen. Buahnya buah buni dengan daging buah yang tebal dan lunak. Biji dengan endosperm dan lembaga yang lurus. Suku ini mencakup 45 jenis, terbagi dalam 4 marga. Yang paling terkenal Cacica papaya, banyak ditanama sebagai pohon buah-buahan. Selain lezat dan segar, banyak makan buah papaya memudahkan buang air besar. 7. Suku (Familia) Droseraceae. Terna atau semak-semak kecil, seringkali tanpa batang yang nyata, daun tunggal, tersebar atau tersusun sebagai roset akar, dalam kuncup tergulung ke dalam, padanya terdapat kelenjar-kelenjar bertangkai yang berperekat atau rambut-rambut kaku yang berguna untuk menjebak serangga, tanpa daun penumpu. Bunga banci, aktinomorf, biasanya tersusun dalam rangkaian yang bersifat simos. Daun kelopak 4-5, sedikit banyak berlekatan pada pangkalnya, tidak gugur. Daun mahkota sama jumlahnya dengan daun kelopak, hipogin., jarang perigin. Benang sari 4-20, kadang-kadang hanya 5, hipogin, tangkai sari bebas, jarang berlekatan pada pangkalnya, kepala sari menghadap keluar, beruang 2, membuka dengan celah membujur. Putik dengan 3-5 tembuni pad dinding atau dasarnya. Bakal biji banyak, jarang hanya sedikit. Buahnya buah kendaga yang membuka dengan membelah ruang. Biji dengan endosperm berdaging, lembaga lurus, kecil. Suku kecil ini mencakup sekitar 90 jenis yang terbagi dalam 4 marga, sebagian besar (±85 jenis) tergolong dalam marga Drosera. Warga suku ini bersifat kosmopolit, terutama tumbuh di tempat-tempat berpasir atau berawa-rawa. Contoh Drosera rotundifolia, terna pemakan serangga, kosmopolit. 8. Suku (Familia) Begoniaceae. Terna atau semak kecil, seringkali berbatang basah, kadang-kadang menghasilkan umbi, dengan daun tunggal asimetrik, sering berlekuk atau majemuk menjari, duduknya tersebar, mempunyai daun penumpu. Bunga berkelamin tunggal, berumah 1, aktinomorf atau zigomorf, biasanya tersusun dalam rangkaian berupa anak paying menggarpu. Bunga jantan dengan 2 daun kelopak dan 2-6 daun mahkota, 4- banyak benang sari dengan tangkai sari yang bebas atau berlekatan pada pangkalnya. Bunga betina dengan hiasan bunga seperti pada bunga jantan, staminodium atau berlekatan pada pangkalnya, bakal buah tenggelam, bersayap, beruang 3, kadang-kadang beruang 2-6 tetapi tidak sempurna. Bakal biji banyak, masing-masing dengan 2 integumen, terdapat pada tembuni yang terbagi-bagi. Buahnya buah kendaga atau buah buni. Biji kecil, tanpa endosperm atau dengan sedikit endosperm, lembaga lurus. 125 Suku ini mencakup lebih dari 800 jenis, hamper semua tergolong dalam marga Begonia, kebanyakan di daerah tropika. Banyak di antaranya digemari sebagai tanaman hias, mudah dikembang biakkan dengan stek daun. Contohnya: Begonia: B. rex-cultorum, B. semperflorens, B. maculate. 6. Bangsa (Ordo) Malvales Warga bangsa malvales disebut juga disebut juga columniferae, mempunyai cirri khas terdapatnya “Columna” yaitu bagian bunga yang terdiri atas perlekatan bagian bawah tangkai sarinya membentuk badan yang menyelubungi putikdan bagian pangkalnya berlekatan dengan pengkal daun-daun mahkota, sehinggqa bila mahkota bunga di tarik keseluruhannya akan terlepas dari bunga bersama-sama dengan benang-benang sari dengan neninggalakan kelopak dan bakal buah saja. Tumbuhan yang tergolong dalam bangsa ini kebanyakan berupa semak atau pohon, ada pula yang berupa terna atau annual.Daun tunggal, tersebar, mempunyai daun penumpu.Bunga umumnya banci, aktinomorf, berbilang 5, dengan daundaun kelopak yang berkatup dan daun mahkota seperti sirap atau genting.Benang sari banyak, tersusun dalam 2 lingkaran, yang linkaran luar sering kali tereduksi yang linkaran dalam membentuk “columna”.Bakal buah menumpang, beruang 2-banyak, dalam tiap ruang terdapat 1-banyak bakal biji yang tegak, masing-masing dengan 2 integumen.Padabagianbagian tertentu seperti daun dan kulit batang terdapat sel-selatau saluran lender, dan di luar sering terdapat rambut-rambut berbentuk bintang. Dalam bangsa ini ada beberapa suku, di antaranya yang penting adalah: 1. Suku (Familia) Tiliaceae Kebanyakan berupa tumbuhan kayu, jarang berupa terna.Daun tunggal kadangkadang berlekuk, mempunyai daun penumpu, duduknya tersebar.Bunga banci, jarang berkelamin tunggal, aktinomorf.Daun kelopak 4-5, bebes atau berlekatan, tersusun seperti katup.Daum mahkota juga 4-5, kebanyakan bebes denagn susunan seperti katup, kadang kadang tidak terdapat.Benang sari umumnya banyak atau 2x jumlah daun mahkota, tidak berlekatan tapi tersusun dalam 5-10 berkas.Bakal buah menumpang, terdiri atas 2-banyak ruang, tiap ruang dengan 1-banyak bakal biji, jarang beruang 1 dengan tembuni pada dinding.Kadang-kadang bunga mempunyai pendukung putik dan benang sari (androginofor).Buah mempunyai beberapa ruan, menyereupai buah kendaga, kadang terbagi dalam beberapa bagian kemudian terpisah-pisah, kadang berrupa buah keras dengan 1 biji.Biji mempunyai endosperm, lembaga biasanya lurus. 126 Suku ini mencangkup lebih dari 500 jenis terbagi dalam lebih dari 50 marga, kebanyakan trumbuh di daerah tropika. Contoh-contoh Tilia : T. platyphyllos dan T. cordata (daunnya bekhasiat serbagai obat) Corchorus : C. capsularis dan C. olitorius (jute, guni), menghasilkan serabut kulit yang digunakan untuk penbuatan karung guni ; C. acutangulus Triumfetta: T. plasa, T. tomentosa, T. rhomboidea, T. indica. Spermania : S. africana Grewia : G. tomentosa, G. guazumaefolia, G. columnaris 2. Suku(Familia) Elaeocarpaceae Tumbuhan yang di masukkan dalam suku ini mempunyai cirri-ciri serupa dengan cirri-ciri warga suku tiliaceae.Perbedaan hanya terletak pada tidak terdapatnya saluransaluran lender dalam jaringan tubuhnya.Berhubungan dengan hal itu sementara ahli taksonomi tidak memisahkannya sebagai suku yang berdiri sendiri, tetapi di satukan dengan suku tiliaceae. Contoh spesies : Elaeocarpus: E. ganitrus (jenitri) dan E. grandiflorus, sering digunakan sebagai tanaman hias Muntingia: M. calabura (talok) 3. Suku (Familia) Sterculiaceae Pohon semak (kadang-kadang berupa liana), atau terna dengan rambut-rambut bintang atau sisik, daun tunggal bertepi rata, kadang-kadang berlekuk menjari atau majemuk, yang duduknya tersebar, mempunyai daun penumpu yang lekas runtuh.Bunga biasanya banci atau berkelamin tunggal, berumah 1, aktinomorf, jarang dengan kedudukan terminal, seringkali pada batang (kauliflor).Daun kelopak 3-5, sedikit banyak berlekatan, tersusun seperti katup.Daun mahkota 5 atau tidak ada, bebasa atau pada pangkal berlekatan dengan buluh yang terbentuk dari perlekatan tangkai-tangkai sari, tersusun seperti genting. Benang sari sering tersusun dalam lebih dari satu lingkaran, yang sebelah luar mandul, yang sebelah dalam berlekatan membentuk buluh atau sama sekali bebeas, kapala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur, atau dengan liang di ujung atasnya. Bakal buah menumpang, tersusun atas 2-5 kadang-kadang 10-12 daun buah, atau hanya terdira atas 1 daun buah saja.Tiap ruang berisi 2 bakal buah atau lebih, jarang hanya 1. Buahnya buah kering atau buah buni, tidak membuika atu membuka dengan cara yang bermacam-macam. Biji dengan 127 endosperm berdaging atau tanpa endosperm, kadang-kadang bersalut.Lembaga lurus atau bengkok. Warga suku ini meliputi lebih dari 700 jenis terbagi dalam lebih dari 50 marga, tersebar di deaerah tropika dan subtropika. Contoh-contoh : Sterculia : S. foetida (jangkang atau kepuh) basa yang diperoleh dari abu cangkang buahnya digunakan untuk pembuatan kue-kue cina tertentu. Theobroma : T. cacao(coklat) dari bijinya di buat bubuk coklat dan mentega coklat, T. bicolor, T. angustifolia Cola: C. vera dan C. nitida menghasilkan bahan obat Dombeya : D. wallichii dan D. acutangula sebagai tanaman hias Theobroma cacao 4. Suku (Familia) Bombacaceae Warga suku ini hampir berupa pohon-pohon yang dapat menjadi tinggi besar, memmpunyai sisik atau rambut-ranbut bintang, daun tunggal atau majemuk menjari, duduk daun tersebar dengan daun penumpu.Bunga kadang-kadang besar dengan warna yang menarik, banci aktinomorf.Daun kelopak 4-5, biasanya berlekatan, dalam kuncup yang tersusun seperti katup.Daun mahkota 5tersusun seperti genting, dan di dalamnya kuncupseperti terpilin ke satu arah. Benag sarti sama banyaknyadengan jumlah daun mahkota dan duduk berhadapan dengan daun-daun mahkota, kebanyakan lebih banyak, dapat sampai banyak sekali. Bila jumlah besar seringkali berlekatan membentuk buluh atau tersusun atas berkas-berkas.Kepala sari beruang 1-2 atau lebih, serbuk sari dengan permukaan yang licin. Bakal buah menumpang sampai setengah tenggelam, beruang 2-5, tiap ruang berisi 2-banyak bakal biji.buahnya buah kendaga, seringkali pecah dengan membelah ruang, sisi dalam kulitnya sering kali berambut, biji dengan atau tanpa endosperm, sering bersalut. 128 Suku ini hanya mencangkup sekitar 140 jenis yang terbagi dalam 20-an marga, terutama terdapat di daerah tropika. Berapa contoh yang penting adalah: Bombax (Salmanila): B. malabaricum (S. malabarica) (randu alas, kapok hutan) Ceiba (Eriodendron): C. petandra ( Eriodendron anfractuosum) penghasil kapok Adansonia: A. digitata Durio : D. zibethinus (durian) sejenis buah yang kontroversial, salut bijinya di makan D. kutejensis (durian kuntai) Durio zibethinus 5. Suku (Familia) Malvaceae Terna atau semak, jarang berupa pohon, seringkali dengan batang yang menyerupaiserabut serabut kulit, serta penutup permukaan organ tertentu yang berupa rambut-rambut bintang atau sisik.Daun tunggal bertepi rata atau berlekuk beraneka ragam, kebanyakan bertulang menjari, duduk tersebar, mempunyai daun penumpu.Bunga besar, banci, aktinomorf, daun kelopak 4-5, sedikit banyak berlekatan, dengan susunan seperti katup, di samping itu seringkali terdapat kelopak tambahan. Daum mahkota 5, bebas satu sama lain, tapi pada pangkal sering berlekatan dengan buluh (columna) yang merupakan perlekatan tangkai-tangkai sarinya, letaknya seperti genting. Benang sari banyak dan tangkai sari berlekatan membentuk suatu kolom berongga menyelubungi putik dan bagian atas terbagi-bagi dalam cabang-cabang yang masing-masing mendukung kepala sari yang beruang 1 dan membuka dengan celah yang membujur, serbuk sari dengan permukaan benjolbenjol.Bakal buah menumpang. Beruang 2 atau beruang banyak, sering kali beruang 5 dengan 1 sampai banyak bakal biji, tangkai putik sama banyaknya dengan jumlah ruang dalam bakal buah atau 2 jumlah ruang. Buahnya buah kendaga dan buah berbelah, biji kebanyakan mempunyai endosperm dan lembaga yang lurus atau bengkok. 129 Malvaceae ditaksir memiliki 900 jenis, terbagi dalam sekitar 50 marga tersebar di daerah tropika sampai ke daerah iklim sedang.Banyak di antara suku ini merupakan tanaman budidaya yang penting. Contoh-contoh : Gossypium : G. herbaceum, G. barbadense, G. arboreum (semuanya dinamakan kapas) Hibiscus : H. sabdariffa, H. cannabinus penghasil sarat untuk pembuatan karung Sida : S. retusa, S. rhombifolia (Sidaguri) Malvaviscus : M. arboreus, tanaman hias. Gossypium herbaceum 7. Bangsa (Ordo) Geraniales Warga bangsa ini kebanyakan berupa terna atau semak-semak kecil, jarang berupa perdu atau pohon, dengan daun-daun tunggal atau majemuk tanpa kelenjar-kelenjar minyak, balsam, atau resin,tetapi sering terdapat sel-sel lendir, terutama pada epidermis daun, daun penumpu kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak. Bunga berbilangan 5, daun kelopak dan daun-daun mahkota bebas, benang sari tersusun dalam 1 lingkaran atau dalam 2 lingkaran dengan benang sari dalam lingkaran yang luar berhadapan dengan daun-daun mahkota, ada pula yang benang sarinya banyak. Cakram tidak terdapat, bakal buah beruang 3-5 dengan satu beberapa bakal biji disudut-sudut ruang. Biji kebanyakan tanpa endosperm, lembaga lurus. Bangsa ini mencakup beberapa suku, diantaranya : 1. Suku (Familia) Erythroxylaceae Semak, perdu, atau pohon dengan daun dalam daun tunggal yang duduknya tersebar , dengan 1 daun penumpu dalam ketiak yang tetap atau 2 daun penumpu diluar ketiak yang lekas runtuh. Bunga banci, aktinomorf. Kelopak bangun lonceng, berlekuk 5, tidak gugur. Mahkota terdiri atas daun mahkota yang bebas, tersusun seperti genting, sisi dalam mempunyai lidah-lidah. Benang sari 10, tersusun dalam 2 lingkaran, pada pangkal sedikit 130 banyak berlekatan membentuk buluh, kepala sari bangun jorong, beruang 2 membuka dengan celah membujur. Bakal buah tersusun atas 3 daun buah, beruang 3 tiap ruang berisi 1-2 bakal biji. Buahnya buah batu, biji dengan endosperm, lembaga lurus. Contoh : Erythroxylon coca (koka peru), Erythroxylon novogranatense (koka jawa), penghasil obat bius kokain. Sering ditanam sebagai tanaman hias. 2. Suku (Familia) Linaceae Terna atau tumbuhan berbatang berkayu dengan daun tunggal yang duduknya tersebar atau berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu, bila ada sering kali menyerupai kelenjar. Bunga banci, aktinomorf, berbilangan 4-5. Kelopak terdiri atas 4-5 daun kelopak bebas, atau sebagian berlekatan pada pangkalnya. Daun mahkota bebas, sering kali berkuku, tersusun seperti genting . benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun mahkota, kadang-kadang banyak sebagian mandul , pada pangkalnya belekatan. Kepala sari menghadap kedalam, beruang dua, membuka dengan celah membujur. Bakal buah menumpang, beruang 2-10, tiap berisi 1-2 bakal biji. Buahnya buah kendaga yang membuka dengan membelah sekat atau buah batu. Biji pipih dengan endosperm sedikit atau banyak atau tidak ada. Lembaga lurus dengan daun lembaga yang pipih. Suku ini mencakup sekitar 300 jenis yang terbagi dalam 17 marga, dari daerah iklim sedang sampai kedaerah panas. Yang paling terkenal yaitu marga Linum yang terdiri atas sekitar 140 jenis. Contohnya : Linum usitasisimum (lena), menghasilkan serat yang digunakan untuk pembuatan bahan tekstil (kain lena) dan minyak cat untuk melukis. Linum grandiflorum, yang sangat digemari orang sebagai tanaman hias karena indahnya warna bunganya. 3. Suku (Familia) Oxalidaceae Kebanyakan berupa terna, ada pula yang berupa semak, perdu, atau bahkan berupa pohon. Daun majemuk menjari atau menyirip, kadang-kadang tampak seperti daun tunggal karena adanya reduksi anak-anak daunnya,duduknya tersebar, biasanya tanpa, jarang mempunyai daun penumpu. Bunga banci, aktinomorf, sering kali ada yang tidak sempurna karena adanya reduksi daun-daun mahkotanya, biasanya terpisah-pisah, atau terangkai dalam berbagai ragam susunan, bersifat simos maupun rasemos. Kelopak bercangap atau berbagi 5, tersusun seperti genting. Daun mahkota 5, berkuku pendek, bebas atau belekatan pendek pada pangkalnya. Benang sari 10, kadang hanya 5 tetapi dapat pula sampai 15, sebagian sering tanpa kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur. Bakal buah 131 menumpang, beruang 5, tiap ruang dengan 1- banyak bakal biji.buahnya buah kendaga yang membuka dengan membelah ruang, kadang-kadang berupa buah buni. Biji seringkali mempunyai kulit biji yang elastis, dengan endosperm berdaging, lembaga lurus. Suku ini meliputi sekitar 900-an jenis, terbagi dalam 8 marga, sekitar 75% termasuk marga Oxalis. Contoh : Oxalis corniculata, Oxalis repens, Averrhoea bilimbi (belimbing wuluh). 4. Suku (Familia) Geraniceae Warga suku ini terutama terdiri atas terna anual atau semak-semak kecil, jarang berupa perdu atau pohon. Daun berlekuk, berbagi, atau mejemuk, duduknya tersebar atau berhadapan, dengan sepasang daun penumpu. Bunga banci, aktinomorf, kebanyakan berbentuk dann berwarna menarik. Kelopak tidak gugur, terdiri atas 4-5 daun kelopak, bebas atau berlekatan sampai tengah-tengah, tersusun seperti genting, jarang seperti katup, sisi punggungnya sering kali bertaji. Daun mahkota 5, jarang hanya 4, adakalanya tanpa mahkota , tersusun seperti genting, jarang terpilin. Benang sari 2-3 x jumlah daun kelopak, diantaranya ada beberapa yang tidak berkepala sari, tangkai sarinya pada pangkal sedikit banyak berlekatan. Kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur. Bakal buah berlekuk 35, menumpang, beruang 2-5, tiap ruang dengan 1-2 bakal biji, adakalanya 2 –banyak. Buahnya berlekuk, tiap lekukan berisi 1 biji, jarang lebih, bila masak terbagi dalam beberapa bagian yang masing-masing mempunyai ujung yang berparuh. Biji bergantung pada tangkai biji, mempunyai endosperm tipis atau tanpa endosperm. Lembaga lurus atau bengkok. Suku ini meliputi lebih dari 600 jenis, kira-kira separuh tergolong dalam marga Geranium dan separoh lagi dalam marga Pelargonium, sisanya terbagi dalam sekitar 9 marga, semuanya terdapat didaerah-daerah beriklim panas. Contoh : Geranium sanguineum, Geranium phaeum, Pelargonium zonale, Pelargonium peltatum. 5. Suku (Familia) Tropaeolaceae Terna sekulen, berbaring , membelit, atau memanjat, dengan tangkai daunnya, berbatang basah dengan getah cair gatal. Daun seringkali bangun perisai, tunggal atau bertoreh, duduknya tersebar, dibagian bawah seringkali berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga banci zigomorf, terpisah-pisah, dalam ketiak daun. Kelopak berwarna, berbibir 2, daun kelopak seperti genting atau katup, yang disamping sering lebih besar, yang dibagian punggung bertaji (sering dianggap sebagai bagian sumbu bunga). Daun mahkota 5, karena ada keguguran dapat berkurang sampai tinggal 2, bebas tersusun seperti genting, 2 yang dibagian atas sering kali agak berbeda dari yang lain. Benang sari 8, bebas sering 132 bembengkok ke bawah. Kepala sari beruang 2, membuka kesamping dengan celah membujur. Bakal buah menumpang, beruang 3, tiap ruang berisi 1 biji, tangaki putik 1, diujungnya mendukung 3 kepala putik. Buahnya berbagi dalam 3 bagian masing-masing dengan 1 biji. Biji tanpa endosperm, lembaga lurus dengan daun lembaga yang berdaging. Dalam suku ini mencakup sekitar 80 jenis yang terbagi dalam 2 marga, terutama terdapat di Amerika Selatan di daerah pegunungan Andes. 6. Suku (Familia) Zygophyllaceae Terna anual atau tumbuhan berkayu berupa semak, jarang berupa pohon, cabangcabang sering jelas berbuku-buku. Daun majemuk beranak daun 2 atau menyirip genap, jarang beranak daun 3, duduknya tersebar atau berhadapan, dengan sepasang daun penumpu yang tidak gugur, kadnag-kadang seperti duri. Bungan banci, aktinomorf atau zigomorf. Daun kelopak 5, kadang-kadang 4, bebas, jarang berlekatan dipangkalnya, tersusun seperti genting atau katup. Daun mahkota sama banyaknya dengan daun kelopak, ada kalanya tidak ada. Benang sari 8-10, kadang-kadang 15, pada pangkalnya seringkali mempunyai sisik pada pangkal disebelah dalamnya. Kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur. Bakal buah menumpang, beruang 2-12, tiap ruang berisi 1-banyak bakal biji. Tangkai putik 1, pendek, kepala putik sering tampak duduk pada bakal buah. Buah bermacam-macam, tidak pernah berupa buah buni, kebanyakan berupa buah kendaga atau buah berbagi. Biji dengan atau tanpa endosperm, lembaga sepanjang bijinya, lurus atau bengkok. Suku ini meliputi sekitar 250 jenis, terbagi dalam 26 marga, tersebar didaerah-daerah beriklim panas, banyak yang merupakan halofit dan xerofit. 8. Bangsa (Ordo) Rutales 1. Suku (Familia) Rutaceae Pada umumnya tumbuhan yang termasuk dalam suku ini memiliki habitus hampir selalu berupa pohon atau semak dan jarang berbentuk terma. Daunnya tunggal atau majemuk dengan duduk daun tersebar atau berhadapan dan tidak memiliki daun penumpu. Daun dan kulit batangnya mengandung kelenjar-kelenjar minyak. Bunganya bunga banci, aktinomorf atau sigomorf berbilangan 4-5. Dalam lingkaran benang-benang sari kebanyakan terdapat cakram. Kelopak terdiri dari 4-5 daun kelopak yang berlekatan dengan susunan seperti gunting atau kelopaknya lepas. Mahkota lepas tersusun seperti susunan genting atau katup. Benang sarinya berjumlah sama dengan daun mahkota atau 2 kali lipat dari daun mahkota jarang lebih. Lepas dan jarang berlekatan. Kepala benang sari menghadap ke dalam dan beruang 2. Bakal buah menumpang,biasanya beruang 4-5, kadang-kadan beruang 1-3 atau 133 banyak, ada kalanya terdapat lebih dari1 bakal buah yang terpisah dan tiap ruang berisi 2 bakal buah. Buahnya mempunyai bentuk dan susunan bermacam-macam, ada yang seperti buah buni atauberkulit tebal seperti kulit (belulang) dan jarang berujud buah kendaga. Contoh: Citrus :Citrus nobilis (jeruk keprok), Citrus aurantunm (jeruk manis), Citrus maxima (jeruk besar, bali, adas), Citrus amantifoila (jeruk nipis), Citrus hystrix (jeruk purut), Citrus medica (jeruk sitrum) Aegle :Aegle marmelos (maja) Ruta :Ruta graveolen, Ruta mortana Murraya :Murraya paniculata (kemuning) Triphastia :Triphasia trifelia (jeruk kingkit) Feronia :Feronia limonia (kawis) Citrus maxima (jeruk besar, adas dan bali) 2. Suku(Familia) Meliaceae Tumbuhan yang termasuk dalam family Meliaceae mempunyai ciri-ciri habitus berupa pohon atau semak, jarang yang berwujud terna, mempunyai kelenjar minyak. Daunnya majemuk menyirip dengan duduk dauntersebar dan tidak mempunyai daun penumpu. Bunga aktinomorf dan kebanyakan bunga banci. Kerapkali kelopaknya kecil, terdiri dari 4-5 daun kelopak, biasanya 5 dan berlekatan satu dengan yang lain. Mahkota banyaknya sama dengan jumlahnya daun kelopak. Mahkota lepas atau saling berlekatan. Benang sari banyaknya sama dengan daun mahkota atau 2 kali lipar yang pada umumnya saling berlekatan membentuk pembuluh. Bakal buahnya menumpang, jarang setengah tenggelam, beruang 3-5 dan tiap ruang berisi 1-2 bakal biji, jarang lebih. Tangkai putik 1 dengan kepala putik yang berbentuk cakram atau bongkol.Buahnya buah buni, buah kendaga atau buah batu. Contoh: 134 Melia :Melia azedarach (mindi kecil), Melia dubis (mindi besar) Algaia : Algaia odorata (pacar cina) Lansium :Lansium domesticum (duku, langsat, kokosan) Sandoricum :Sandoricum koetjape (kecapi, sentul), Sandoricum emarginatum (kecapi kera) Swietenia :Swietenia mahagoni (mahoni berdaun kecil), Swietenia macrophylla (mahoni berdaun besar) Cedrella :Cedrella odorata (kayu sadar) Dysoxylum :Dysoxylum macrocarpum (mentaos) 9. Bangsa (Ordo) Sapindales Warga bangsa ini kebanyakan berupa semak atau pohon dengan daun-daun majemuk atau tunggal, jarang mempunyai daun penumpu. Dalam bagian-bagian vegetatifnya tidak jarang terdapat rongga-rongga yang berisi resin. Bunga banci, seringkali berkelamin tunggal, kelopak dan mahkota berbilangan 5, daun-daun kelopak dan mahkota bebas, biasanya zigomorf. Benang sari 8, tersusun dalam 2 lingkaran yang seringkali tidak sempurna, jarang tersusun dalam lebih dari 2 lingkaran. Cakram biasanya jelas. Bakal buah beruang 2-3, jarang lebih, tiap ruang berisi 1-2 bakal biji yang apotrop atau epitrop, tembuni di sudut-sudut ruang. Dalam bangsa ini termasuk berbagai suku yang warganya merupakan jenis-jenis tumbuhan dengan nilai ekonomi yang tinggi, di antaranya berbagai jenis buah-buahan. 1. Suku (Familia) Sapindaceae. Semak, perdu, atau pohon, kadang-kadang liana dengan alat-alat pembelit. Daun tunggal atau majemuk menyirip tunggal atau berganda, duduknya tersebar, jarang berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga banci, berkelamin tunggal, atau poligam, seringkali berumah 2, tersusun dalam rangkaian yang bermacam-macam, biasanya berbentuk malai, zigomorf dengan bidang simetri miring. Daun kelopak 5, bebas atau berlekatan, tersusun seperti genting atau katup. Daun mahkota 3-5, sering tidak terdapat. Cakram biasanya terdapat, seringkali pada satu sisi saja di luar lingkaran benang sari. Benang sari 8, kadang-kadang 5, 10, atau banyak, tertanam di sebelah dalam cakram, tangkai sari bebas, sering berambut. Kepala sari beruang 2. Bakal buah menumpang, dekat pangkal berlekuk atas berbagi, biasanya beruang 3, sering hanya beruang 2, tiap ruang kebanyakan hanya berisi 1 bakal biji, ada kalanya 2 atau lebih. Buahnya buah kendaga, buah keras, buah batu atau buah berbagi, sering bersayap. Biji mempunyai salut, tanpa endosperm, lembaga terlipat atau terpilin. 135 Suku ini membawahi lebih dari 1.000 jenis, terbagi dalam lebih dari 140 marga, kebanyakan tersebar di daerah tropika dan daerah beriklim panas, tidak terdapat di Eropa. Contohnya yaitu Schleichera: Sch. Oleosa (kesambi), kayunya terpuji sebagai bahan pembuat arang yang bermutu tinggi, dari buahnya (kacacil) dibuat minyak untuk obat luka. Pohon ini digunakan juga untuk inang kutu lak (Laccifer lacca) yang menghasilkan lak yang bermutu. Erioglossum: E. rubiginosum dan Otophora: O. olata, keduanya dikenal sebagai kelayu, buahnya dapat dimakan. Euphoria: E. longana (lengkeng), penghasil buah yang dianggap mewah, mahal harganya, demikian pula Litchi: L. chinensis (leci), yang sering dijadikan satu marga dengan lengkeng. Schleichera oleosa Euphoria longana 2. Suku (Familia) Anacardiaceae. Jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam suku ini berupa semak atau pohon dengan kulit batang yang biasanya mengandung resin, yang bila mengenai kulit dapat menimbulkan peradangan, sering juga mengandung zat samak. Daun tunggal, menyirip gasal atau menyirip beranak daun 3, duduknya hampir selalu tersebar, tanpa daun penumpu. Bunga kecil. Terangkai sebagai malai, banci atau berkelamin tunggal, aktinomorf atau agak zigomorf. Kelopak berbilangan 5, berbagai dengan cara yang bermacam-macam. Daun mahkota 3-7, biasnya 5, sering tidak ada. Benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun mahkota atau 2 x lipat, bebas; kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur. Bakal buah menumpang ataua setengah tenggelam, beruang 1-10, biasanya tidak lebih dari 3, kadangkadang terdapat lebih dari 1 bakal buah yang terpisah-pisah, tiap ruang berisi 1 bakal biji dengan 2 integumen. Buahnya biasanya berupa buah batu dengan mesokarpium yang seringkali tebal berdaging dan dapat dimakan. Biji tanpa atau dengan endosperm yang tipis, lembaga dengan daun lembaga yang tebal berdaging. Suku Anacardiaceae membawahi kira-kira 500 jenis, terbagi dalam 70 marga yang terbesar dari daerah-daerah beriklim panas sampai daerah-daerah iklim sedang. Contohnya 136 Ancardium: A. occidentale (jambu mete), penghasil mete; buah semu yang berasal dari tangkai bunganya juga dapat dimakan. Mangifera: M. indica (mangga dengan puluhan varietas budidaya), penghasil buah-buahan; M. odorata (kuweni), M. foetida (pakel, limus): D. mengiferum (rau), buahnya dapat dimakan; D. deo. Bouea sp., Spondias sp., Gluta sp., Rhus p., Pistacia sp., dan Lannea sp. Anacardium occidentale Mangifera odorata Mangifera indica 3. Suku (Familia) Aceraceae. Perdu atau pohon dengan daun tunggal, berlekuk, atau mejemuk menyirip, duduknya berhadapan, tanpa daun penumpu. Bunga tersusun dalam bulir, tandan, atau malai, banci atau berkelamin tunggal, aktinomorf, dengan cakram pipih atau cekung. Kelopak berbagi 4-10. Mahkota terdiri atas 4-10 daun mahkota, eringkali 5, beba, kadang-kadang tidak ada. Benang sari 4-10, kebanyakan 8, bebas. Bakal buah menumpang, beruang 2, tiap ruang dengan bakal biji, tangkai putik 2. Buah seperti samara, bersayap, biasanya kemudian terbagi menjadi beberapa bagian. Biji tanpa endosperm, lembaga dengan akar lembaga memanjang dan daun lembaga yang rata atau terlipat. Suku ini meliputi sekitar 120 jenis yang terbagi hanya dalam 2 marga, yaitu: Acer dan Dipteronia, terutama tersebar di daerah iklim sedang di belahan bumi utara, beberapa jenis di daerah tropika. Contohnya: Acer: A. saccharum, menghasilkan gula; A. platanus, A. rubrum, A. dasycarpum, A. campestre. 10. Bangsa (Ordo) Umbelliflorae (Apiales) Kebanyakan terdiri atas terna, jarang berupa tumbuhan yang berbatang, berkayu, daun tunggal atau majemuk tanpa daun penumpu. Dalam alat-alatnya sering terdapat saluransaluran minyak atau resin. Bunga tersusun sebagai bunga payung, banci, aktinomorf, berbilangan 4 atau 5. Kelopak kecil, daun mahkota bebas, benang sari dalam satu lingkaran, berhadapan dengan daun-daun kelopaknya. Bakal buah tenggelam, seringkali beruang 2, tiap 137 ruang dengan 1 atau 2 bakal biji yang kebanyakan hanya mempunyai 1 integumen. Biji dengan endosperm dan lembaga yang kecil. Adapun suku dari Apiales yaitu Apiaceae (Umbelliferae). 1. Suku Apiaceae (Umbelliferae) Terna berumur pendek atau panjang, dengan batang berongga sebelah dalam dan beralur atau berigi membujur pada permukaannya. Daun tersebar, berseling atau berhadapan, majemuk ganda atau banyak berbagi, tanpa daun penumpu tetapi mempunyai pelepah yang besar dan pipih yang disebut perikladium dan tidak membaalut batang. Bunga majemuk berupa bunga payung atau bunga payung bersusun atau suatu kapitulum. Bunga kecil, kebanyakan banci, aktinomorf atau sedikit zigomorf, berbilangan 5. Kelopak seringkali amat kecil, daun mahkota 5 dengan ujungnya yang melengkung ke dalam berwarna kuning atau keputih-putihan, jarang merah jambu, lembayung. Benang sari 5, berseling dengan daun mahkota.Bakal buah tenggelam , tertutup oleh bantal tangkai putik yang berbagi 2, beruang 2 dalam tiap ruang dengan 1 bakal biji yang bergantungan. Tangkai puik 2, terpisah. Buahnya buah berbelh 2 (merupakan suatu diakenium), tiap bagian buah tetap berlekatan pada suatu karpofor. Dalam kulit buah terdapat saluran-saluran minyak atsiri. Biji dengan endosperm menyerupai tanduk. Sifat-sifat anatomi yang penting : - Adanya saluran-saluran resin skizolisigen dalam gelam dari akar dan batang dan kulit buahnya, - Kolenkim dalam korteks primer dari batang dan dalam rigi-rigi dari buah, - Perforasi sederhana dalam trakea, - Tak add rambut-rambut kelenjar, tetapi ada rambut-rambutt lain, - Dalam tunas-tunas batang tak ada teras, tetapi berongga. Adapun contoh serta ciri-ciri spesifik spesies dari bangsa Apiales suku Apiaceae yaitu sebagai berikut : Apium :Apium graveolens L. (selderi) Anethum :Anethum graveolens L. Angelica :Angelica archangelica L. Centella :Centella asiatica Urb. Coriandrum :Coriandrum sativum L. Conium :Conium maculatum L. Carum :Carum carvi L. Dorema :Dorema ammoniacum Don. 138 Foeniculum :Foeniculum vulgare Mill Ferula :Ferula galbaniflua Boiss & Buhse, Ferula sumbul (Kaufz.) Hook.f. Levisticum :Levisticum officinale Koch Petroselinum :Petroselinum crispum (Mill.) Nyman. Pimpinella :Pimpinella anisum L. VII. 3. TUGAS UNTUK MAHASISWA Buat ringkasan klasifikasi tentang anggota anak kelas Dialypetalae 139 BAB VIII SUB CLASSIS SYMPETALAE VIII. 1.PENDAHULUAN: SASARAN PEMBELAJARAN: Menjelaskan tentang ciri-ciri, tatanama dan klasifikasi Clas Dikotil sub classis Sympetalae STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning, collaborative learning, , presentasi tugas kelompok, praktikum VIII.2. SUB CLASSIS SYMPETALAE Sympetalae merupakan kelompok tumbuhan yang ciri utamanya yaitu adanya bunga dengan hiasan bunga yang lengkap, terdiri atas kelopak dan mahkota, dengan daun-daun mahkota yang berlekatan menjadi satu. Adapun beberapa bangsa yang termasuk dalam anak kelas Sympetalae, namun pada buku ajar ini hanya dibahas 6 diantaranya yaitu: : 1. Bangsa (Ordo) Ebenales Ordo ini tediri atas tumbuhan berbatang berkayu, biasanya berupapohon, mempunyai daun tunggal yang duduknya tersebar. Bungabanci, jarang berkelamin tunggal, aktinomorf, kebanyakan berbilangan5, daun-daun mahkota berlekatan, benang sari tersusun dalam 2 sampai3 lingkaran, jarang hanya 1, tertanam dalam mahkotanya. Bakal buah menumpang atau tenggelam, beuruang banyak, tiap ruang berisi 1sampai 2 integumen. Buji dengan endosperm yang terbentuk secaraseluler dengan lembaga yang lurus atau sedikit bengkok. 1. Suku Sapotaceae Perdu atau pohon dengan daun-daun tunggal yang tersebar.Bunga dalam kelompok-kelompok kecil dalam ketiak daun,banci, aktinomorf. Kelopak terdiri atas 3-8 daun kelopak yangbebas atau berlekatan. Mahkota terbagi 4-10. Benang sari samabanyaknya dengan daun mahkota atau lebih banyak, letaknyaberhadapan dengan daun-daun mahkota, terdapat pula benang-benang sari yang mandul yang sama bnyaknya atau lebihbanyak daripada daun-daun mahkota. Bakal buahnyamenumpang. Buahnya buah buni atau buahnya berkayu atautidak membuka. Biji dengan atau tanpa endosperm, Lembagabesar, akar lembaga pendek, daun lembaga lebar. Warga sukuini mempunyai saluran getah dalam kulit batang, daun, dan juga dalam empulur karena kandungan zat tersebut seringdibudidayakan (getah perca).Contoh: Palaquium gutta(Getah Perca), Chrysophyllum cainito (sawo, kenitu). 140 2. Suku Ebenaceae Semak atau pohon dengan kayu yang keras berwarna hitam,daun tunggal, duduk tersebar atau berkarang, tanpa daunpenumpu. Bunga berkelamin tunggal jarang yang banci,antinomorf, terpisah-pisah dalam ketiak daun. Bunga jantandengan buah yang rudimenter, bunga betina dengan benangsari yang tidak sempurna atau tanpa benang sari sama sekali.Kelopak berlekuk 36 dan sering ikut membesar bersamapertumbuhan buah. Mahkota berlekuk 3-7 yang tersusunseperti genting. Bakal buah menumpang beruang 2-16,masing-masing dengan 2 integumen. Buahnya kebanyakanbuah buni. Biji berkulit tipis dengan endosperm yang besar.Suku ini mencakup lebih dari 300 jenis yang terbagi dalam 7marga dan tersebar daerah tropika. Contoh: Buah kaki (Diospyros khaki) 3. Suku Styraceae Semak atau pohon yang sering mempunyai rambut-rambutberbentuk bintang atau sisik-sisik. Daun tunggal, tersebartanpa daun penumpu. Bunga banci, aktinomorf. Kelopak berbentuk bulu, sedikit banyak melekat pada bakal buahnya.Bakal buah menumpang jarang setengah tenggelam dan beruang 3-5. Buahnya seperti buah kendaga atau buah batudengan kelopak yang tidak gugur. Biji dengan endosperm danembrio yang lurus atau sedikit bengkok. Warga suku iniseluruhnya ada 120 jenis yang tersebar didaerah tropika dansubtropika, jarang terdapat di Afrika dan tidak terdapat diAustralia. Contoh: Styrax officinalis 4. Suku Symplocaceae Semak atau pohon, daun tunggal tersebar tanpa daun penumpu.Bunga terpisah-pisah atau terangkai dalam bentuk bulir atautandan, banci, aktinomorf. Kelopak berbelah lima. Bakal buahtenggelam atau setengah tenggelam, beruang 2 sampai 5.Buahnya buah batu atau buah buni. Beruang 2 sampai 5, tiapruang berisi 1 biji. Biji dengan endosper, lembaga lurus dengandaun lembaga yang pendek. Suku ini terdiri atas 1 marga sajayaitu symplocos dengan mendekati 300an jenis. Contoh: Symplocos: S. Odoratissima, S. Spicata, S. Fasciculata, S. Paniculata, S. Javanica, S. Tinctoria. 2. Bangsa (Ordo) Asterales = Campanulatae = Synandrae Pada ordo ini kebanyakan berupa terna, jarang berupa tumbuhan berkayu, sering mempunyai saluran-saluran getah atau kelenjar-kelenjar minyak. Daun tunggal, duduk berhadapan atau tersebar, kebanyakan tanpa daun penumpu. Bunga dalam rangkaian yang 141 bersifat rasemos, dengan kecenderungan untuk pembentukan bunga cawan atau bonggol, sebagian besar berbilangan lima, yang seringkali berlekatan satu dengan yang lain. Bakal buah hampir semuanya tenggelam beruang 1-5, tiap ruang dengan banyak atau satu bakal bij, masingmasing dengan satu integumaen.Biji dengan endosperm seluler. 1. Suku (Familia) Campanulaceae Kebanyakan berupa terna, semak-semak kecil, jarang berupa tumbuhan berkayu, kebanyakan mempunyai saluran getah yang beruas-ruas. Daun tunggal kadang-kadang berbagi sangat dalam, duduk tersebar, jarang berhadapan, tanpa daun penumpu.Bunga banci, aktinomorf atau zigomorf. Kelopak terdiri atas 5 daun kelopak, kadang-kadang 6-10 atau mempunyai 3-4 taju-taju. Daun-daun mahkota berlekatan, ada kalanya bebas. Benang sari sama banyaknya dengan taju-taju daun mahkota.Bakal buahnya tenggelam atau setengah tenggelam, beruang 210, jarang hanya beruang 1, tiap ruang berisi 2-banyak bakal biji pada tembuni yang aksilar atau pada dinding tangkai putik 1.Buahnya kebanyakan berupa buah kendaga, kadang-kadang buah buniBiji dengan endosperm. Suku ini mencakup sekitar 1.150 jenis dengan 70 marga, terutama tersebar di daerah iklim sedang daerah-daerah subtropika. Beberapa anggota dari suku Campanulaceae :Campanula allioni, Phyteua comosum, Lobelia inflata, Adenophora lilifolia 2. Suku Compositae (Asteraceae) Habitus kebanyakan berupa terna, semak, atau perdu, jarang sekali berupa pohon. Daun tunggal, kadang-kadang berbagi sangat dalam hingga menyerupai daun majemuk, duduknya berhadapan, jarang tersebar, kebanyakan tanpa daun penumpu. Bunga meupakan bunga cawan atau bongkol atau seperti bulir pendek dengan daun-daun pembalut bersama untuk seluruh rangkaian bunga. Pembalut masing-masing bunga biasanya tereduksi berupa sisik-sisik. Bunga berkelamin tunggal atau banci, aktinomorf atau zigomorf, berbilangan 5, biasanya kelopak tidak jelas dan sebagai pengganti terdapat rambut-rambut atau sisik-sisik. Daun-daun mahkota berlekatan, sering seperti lidah. Benang sari tertanam pada buluh mahkota, tangkai sari bebas, kepala sari berlekatan, berseling dengan taju-taju mahkota, Bakal buah tenggelam beruang satu dengan satu bakal biji. Tangkai putik satu, kepala putik 2. Buahnya berupa buah kurung atau buah batu, biji berlekatan dengan dinding buah, tanpa endosperm. Suku ini merupakan suku dengan marga paling banyak, ditaksir sampai sekitar 14.000 jenis dengan kurang lebih 1.000 marga tersebar di seuruh dunia. Banyak di antara anggota142 anggotanya yang mempunyai buluh-buluh getah yang beruas atau kelanjar-kelenjar minyak. Banyak jenis-jenis yang bermanfaat, sebagai penghasil tanaman obat, sebagai tanaman hias, penghasil bunga potong, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah beberapa marga dari suku Asteraceae, yaitu Blumea balsamifera, Pluchea indica, Chrysantemum indicum, Helianthus annuus, Eupatorium pallescens. Aster sp dan Pluchea indica 3. Bangsa (Ordo) Rubiales Pada ordo Rubiales ini berupa terna atau tumbuhan berkayu dengan daun tunggal atau majemuk yang duduk berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu.Bunga banci, aktinomorf atau zigomorf, berbilangan 4 sampai 5, biasanya membentuk bunga majemuk yang simos. Daun mahkota berlekatan, pada bunga yang aktinomorf benang sari sama banyaknya dengan daun mahkota, pada bunga yang zigomorf jumlah benang sari lebih sedikit, duduknya berseling dengan daun-daun mahkota. Bakal buah tenggelam, beruang 1 sampai 5, tiap ruang berisi 1 sampai banyak bakal biji, masing-masing dengan 1 integumen. Biji kebanyakan mempunyai endosperm. 1. Suku (Familia) Rubiaceae Semak perdu atau pohon-pohon, jarang berupa terna. Daun tunggal berhadapan atau berkarang, dengan daun penumpu dalam ketiak atau antar tangkai. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos atau simos, sering berbentuk sepertibongkol, aktainomorf atau zigomorf, banci atau berkelamin tunggal, biasanya berbilangan 4-5, kadang kadang lebih. Kelopak tersusun sebagai katup, mahkota berlekatan, bentuk mahkota bermacam-macam, benang sari melekat pada mahkota, berseling dengan taju-taju mahkota, jarang jumlah benang sari lebih kecil. Dalam 143 bunga bisanya terdapat cakram. Bakal buah tenggelam. Contohnya yaitu Kopi Coffea arabica L dan Ixora palludosa. Coffea arabica L dan Ixora palludosa. 2. Suku (Familia) Caprifoliaceae Semak atau perdu, kadang-kadang berupa liana, dengan kayu yang relative lunak dan empulur yang lebar. Daun tunggal, daun yang duduk berhadapan, kebanyakan tanpa daun penumpu. Bunga banci, aktonomorf atau zigomorf. Kelopak bergigi atau bartaju 3-5. Mahkota berlekuk dengan 5 taju-taju. Benang sari kebanyakan 5, kadang-kadang hanya 4, tertanam pada mahkota, berseling dengan taju-tajunya. Bakal buah tenggelam, beruang 2-5, jarang hanya beruang 1, tiap ruang berisi satu sampai banyak bakal biji. Tangkai putik 1 atau lebih. Buahnya buah buni atau buah batu, jarang buah kendaga. Biji dengan kulit biji yang keras seperti tulang, kebanyakan dengan endosperm yang besar, lembaga lurus. Suku ini membawahi sekitar 340 jenis, terbagi dalam 11 marga, sebagian tersebar di belahan bumi utara, di pegunungan Ades di Amerika Selatan dan Asia Tenggara. Contohnya Diervilla sessilifolia, Lonicera tatarica dan Diervilla rosea. 144 3. Suku (Familia) Valerianaceae Terna, jarang berupa semak atau perdu, daun-daun tunggal berbagi sangat dalam, duduk berhadapan tanpa daun penumpu. Bunga banci atau berkelamin tunggal, zigomorf atau asimetris, kadang-kadang dengan daun-daun pembalut atau daun pelindung. Kelopak dengan tepi yang tidak jelas perkembangannya, mahkota dengan 3-5 taju-taju, pada pangkal bertaji atau berkatung. Benang sari 1-4, tertanam pada mahkota, bakal buah tenggelam dan beruang tiga, biasanya menjadi satu atau tinggal satu ruang yang berisi 1 bakal biji. Tangkai putik satu. Buahnya buah keras dengan satu biji, denganujungnya terdapat rambut-rambut yang berasal dari kelopak yang tidak gugur. Biji tanpa endosperm, lembaga lurus. Suku ini meliputi sekitar 350 jenis, terbagi dalam 12 marga. Seperti warga suku Caprifoliaceae tersebar terutama di belahan bumi utara, di pegunungan Andes dan Asia Tenggara. Contohnya yaitu Valeriana tuberose dan Valeriana officinalis. Valeriana tuberose Valeriana officinalis 4. Suku (Familia) Dipsacaceae Terna atau semak-semak kecil, dengan daun-daun tunggal berbagi dalam, duduk berhadapan, tanpa daun penumpu. Bunga tersusun sebagai bongkol, kebanyakan banci, zigomorf, tiap bunga dilingkari kelopak tambahanyang terdiri atas daun-daun pelindung. Kelopak dengan taju-taju kecil, seperti sikar. Mahkota mempuyai 2-5 taju-taju. Benang 2-4, tertanam pada mahkota. Bakal buah tenggelam, beruang 1 dengan 1 bakal biji. Tangkai putik 1. Buahnya buah keras, berisi 1 biji. Biji dengan endosperm, lembaga besar, lurus. Suku ini meliputi sekiitar150 jenis tumbuha, terbagi dalam 9 marga. Umumnya tersebar di daerah sekitar laut tengah. Contoh : Dipsacus fullonum, Morina longifolia dan Scabiosa graminifolia 145 Dipsacus fullonum 4. Bangsa (Ordo) Contortae = Apocynales Terna, semak, dan pohon. Kayunya seringkali floem intraxiller dengan daun tunggal duduk berhadapan atau berkarang, kebanyakan tanpa daun penumpu. Bunga banci, jarang berkelamin tunggal, aktinomorf, berbilangan 4-5 dengan daun-daun mahkota yang berlekatan dan dalam kuncup seperti terpuntir ke satu arah. Benang sari sama dengan taju-taju tersebut. Bakal buah menumpang, jarang setengah tenggelam, kebanyakan beruang 2, jarang hanya 1, tembuni pada dinding. Ada kalanya terdapat dua bakal buah yang menjadi sati karena pelekatan tangkai putiknya. Tiap ruang berisi sedikit sampai banyak bakal biji, masing-masing dengan 1 integumen. Biji sering bersayap atau berambut dengan endosperm yang terbentuk secara nuclear, lembaga lurus. 1. Suku (Familia) Apocynaceae Terna atau tumbuhan berkayu berupa semak, perdu atau pohon dengan buluh getah yang tidak beruas, seringkali memanjat, denagn daun tunggal yang duduk berhadapan atau berkarang, tanpa daun penumpu. bunga banci, aktinomorf, berbilangan 5. Bakal buah menumpang atau setengah tenggelam, beruang satu engan 2 tembuni pada dinding. Bakal buah dikelilingi cakram yang berlekuk 4-5 atau berbelah 2. Tangkai putik 1 denagn penebalan dekat kepala putiknya. Bah buni. Biji bersayap dengan rambut. Lembaga besar dan lurus. Contoh: Catharanthus rosea (tapak dara) ; Nerium oleander; Alstonia scholoris (pulai); Rauwolffia verticillata. 2. Suku (Familia) Loganiaceae Terna atau tumbuhan berkayu denagn floem intraxiller, daun tunggal, berhadapan, berkarang, pada pangkal bersambungan dengan perantraan suatu rusuk atau mempunyai daun 146 penumpu kecil. Bunga banci tau berkelamin tunggal, aktinomorf. Daun kelopak 4-16, biasanya tersusun dalam beberapa lingkaran. Daun mahkota berlekatan 4, 5 sampaibanyak taju-taju. Benang sari sama banyaknya dengan taju-taju mahkota, berlekatan dengan buluh mahkota, jarang hanya terdapat 1 benang sari. Bakal buah menumpang atau setengah tenggelam. Buahnya buah kendaga. Biji dengan endosperm yang terbentuk secara nuclear dengan lembaga yang lurus. Contoh: Logania longifolia; Strychnos ligustrina (bidara laut); Gelsemium nitidum; Spiegelia anthelmia, berkhasiat obat; Fagraea fragans (tembesu). Logania serpyllifolia 3. Suku (Familia) Gentianaceae Kebanyakan berupa terna annual atau perennial, jarang berupa semak atau perdu. Daun tunggal, berhadapan. Tanpa daun penumpu. Bunga majemuk yang bersifat simos, banci, jarang berkelamin tunggal, aktinomorf. Kelopak dengan 4-12 taju. Benang sari sama banayk dengan jumlah taju mahkota atau lebih sedikit. Bakal buah menumpang attau setengah tenggelam. Tangkai putik 1. Buahnya buah kendaga. Biji dengan endosperm dan lembaga yang berbentuk kerucut. Conntoh: Gentiana lutea; Menyanthes trifoliata; Sabatia campestris; peltatum; Exacum affina; Halenia elliptica. Gentiana lutea 147 Nymphoides 4. Suku (Familia) Asclepidaceae Terna atau tumbuhan berkayu, , kadang kadang membelit dau tunggal, kebanyakan sukulen duduknya behadapan atau berkarang, kadang kadang tersebar tanpa daun penumpu, serbuk sari berganda dengan membentuk polinia, mempunyai alat pelekat, biji bermahkotakan rambut rambut mengkilap/ mengkilat contoh : Asclepias, Hodia, Dischidia sukulen, habitus seperti kaktus). Asclepia tuberose, Calotropis gigantea, Marsdenia cordurango dll Calotropis gigantea 5. Bangsa (Ordo) Tubiflorae = Solanales Pada ordo ini terdiri atas terna jarang berupa tanaman berkayu, daun tunggal jarang majemuk, duduknya tersebar atau berhadapan, tanpa daun penumpu.Bunga banci, aktinomorf atau lebih sering zigomorf dengan kelopak dan mahkota yang berlekatan, kebanyakan berbilangan 5.Benang sari dalam 1 lingkaran, berhadapan dengan daun-daun kelopak, dalam bunga yang zigomorf jumlah benang sari berkurang karena ada reduksi.Bakal buah sebagian besar beruang 2, kadang-kadang beruang 1, tiap ruang dengan 2 tembuni, menumpang jarang setengah tenggelam.Tiap ruang berisi 1 samapai banyak bakal biji, masing-masing dengan 1 integumen. 1. Suku (Familia) Solanaceae Pada Umumnya suku ini memiliki ciri-ciri berkas pengangkutan yang bikolateral atau mempunyai floem intrasilar.Dalam daun ditemukan serabut sklerenkim.Terdapat rambut penutup dan rambut kelenjar. Sifat-sifat penting Solanaceae : Sepal & petal digabungkan. Filamen pendek, antera besar. Berkas pembuluh bikolateral. Stomata anisositik, kristal bentuk pasir, kristal soliter.Terdapat trikoma (rambut daun), rambut kelenjar dan memiliki rumus bunga * K (5), [C (5), A 5], G(2). 148 Contoh: Atropa :Atropa belladona L. Capsicum :Capsicum frutescen (Cabe rawit). Datura :Datura stramonium (Kecubung) Solanum :Solanum mammosum (Terong susu), Solanum tuberosum (Kentang) 2. Suku (Familia) Convolvulaceae Terna atau tumbuhan berkayu, kebanyakan merayap atau membelit, daun tunggal, sering bertoreh – torehatau berbagi dalam, duduknya tersebar tanpa daun penumpu. Bunga banci, aktinomorf. Kelopak terdiri atas 4-5 daun kelopak yang bebas, mahkota berlekatan berbentuk corong atau terompet, dalam kuncup tajuk – tajuk mahkotanya berlipat atau tersusun seperti katup. Benang sari 5, melekat pada buluh mahkota, berseling dengan tajuk – tajuk mahkota. Bakal buah menumpang, kebanyakan beruang 2, tiap ruang dengan 2 bakal biji pada dasar ruang, masing – masing dengan 1 integumen. Tangkai putik 1-2, buahnya buah kendaga, kadang – kadang terbagi dalam 4 bagian. Biji kadang – kadang berambut, lembaga sedikit, banyak bengkok atau tergulung, endosperm sedikit. Suku ini membawahi lebih dari 1000 jenis tumbuhan yang seringkali mempunyai saluran – saluran getah tidak beruas, keseluruhannya terbagi dalam kurang lebih 45 marga. Daerah distribusinya terutama daerah tropika. Contoh : Porana volubilis, Convoluulus scammonia , Ipomea reptans dll 3. Suku (Familia) Cuscutaceae Parasit obligat, tanpa klorofil, tanpa akar, menghisap air dan makanan dari inangnya dengan perantaraan alat alat penghisap (haustoria) yang terdapat pada batangnya yang membelit inangnya, berbentuk seperti benang berwarna kuning jingga. Mahkota berwarna putih ataua merah jambu, berbentuk lonceng atau hampir bulat dengan 5 atau 4 tajuk – tajuk. Benang sari 5, tangkai sari pendek tertanam pada pangkal mahkota,berseling dengan tajuk. Bakal buah 149 menumpang, beruang 2 dengan sempurna atau tidak sempurna, masing – masing dengan 2 bakal biji. Tangkai putik 2, bebas atau berlekatan. Buahnya buah kendaga berbentuk bulat, kering atau berdaging, berisi 1 – 4 biji. Biji dengan lembaga yang melingkari endospermanya, Suku ini monotipik, hanya terdiri atas marga Cuscuta dengan sekitar 100 jenis yang tersebar di seluruh dunia.Contoh: Cuscuta australis 4. Suku (Familia) Polemoniceae Terna anual atau parenial, kadang kadang memanjat dengan sulur, pembelit, jarang berupa tumbuhan berkayu. Daun tunggal atau majemuk, tersebar atau berhadapan tanpa daun penumpu. Bunga banci, aktinomorf, berbilangan 5. Kelopak dan mahkota terdiri atas daun-daun kelopak dan daun-daun mahkota yang berlekatan, dengan tajuk-tajuk yang dalam kuncup terpuntir ke satu arah. Benang sari sama banyaknya dengan tajuk-tajuk mahkota, berseling dengan tajuk-tajuk itu dan sebagian berlekatan dengan mahkota. Bakal buah menumpang, beruang 3, kadang-kadang 5 atau hanya 2, tiap ruang berisi banyak atau hanya 1 bakal biji. Tangkai putik satu di bagian atas berbelah 3. Buah kebanyakan berupa kendaga yang pecah dengan membelah ruang. Biji dengan endosperm, lembaga lurus atau sedikit bengkok. Suku ini meliputi sekitar 270 jenis yang terbagi dalam 12 marga. Contoh: Polemonium reptans Polemonium reptans 150 5. Suku ( Familia) Hydrophyllaceae Kebanyakan berupa terna annual atau perennial, dengan daun tunggal atau berbagi yang duduknya tersebar atau berhadapan, tanpa daun penumpu. Bunga banci, aktinomorf, tersusun dalam sinsinus (bunga bercabang seling). Kelopak dan mahkota berbagi 5, berbelah 5 dengan 5 tajuk-tajuk. Dalam bunga kebanyakan tidak terdapat cakram. Benang sari melekat pada pangkal mahkota, berseling dengan tajuk-tajuk mahkota, seringkali jumlahnya lebih besar daripada jumlah-jumlah tajuk mahkota, jarang hanya 4. Bakal buah menumpang, beruang 1 dengan 2 tembuni pada dindingnya, atau beruang 2 dengan banyak bakal biji atau hanya 2 dalam tiap ruang. Tangkai putik 2 atau 1. Buahnya kebanyakan buah kendaga yang pecah dengan membelah ruang. Biji dengan endosperm, lembaga kecil, lurus. Suku ini meliputi 18 marga dengan seluruhnya 170 jenis. 6. Suku ( Familia) Boraginaceae Berupa terna, jarang pohon-pohonan seringkali mempunyai rambut kasar, daun tunggal, tersebar, tanpa daun penumpu. Kebanyakan bunga banci, aktinomorf atau zigomorf, tersusun dalam rangkaian yang bersifat simos berganda, tergulung pada ujung batang. Kelopak berbagi, mahkota tersusun dari 5 daun mahkota yang berlekatan, dalam kuncup teratur quinkunsial atau terpuntir, tajuk-tajuk mahkota sering tidak sama besar. Disebelah dalam buluh mahkota sering terdapat sisik-sisik. Benang sari 5, sering dengan tangkai sari yang tidak sama panjang, di antaranya ada yang mandul, melekat pada buluh mahkota. Bakal buah menumpang, berlekuk 4, beruang 2, kemudian terbagi dalam 4 bagian yang masing-masing berisi 1 biji. Tangkai putik 1 atau terbelah 2, tertanam pada pangkal bagian-bagian bakal buah. Buah terbagi dalam 4 bagian buah yang masing-masing bersifat seperti buah keras. Biji dengan atau tanpa endosperm, lembag lurus atau bengkok. Mendekati 1000 jenis tumbuhan tergolong dalam suku ini, terbagi dalam sekitar 100 marga dengan daerah distribusi yang luas, terutama di daerah tropika dan sub tropika. 7. Suku (Familia) Scrophulariaceae Terna atau semak kecil, kadang kadang pohon kecil, daun tunggal atau berbagi, duduknya tersebar, berhadapan atau berkarang, tanpa daun penumpu. Bunga banci, hampir selalu zigomorf. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri atas 4 - 5 kadang-kadang 6 – 8 daun kelopak dan daun mahkota yang berlekatan antara 1 dengan yang lainnya. Benang sari 5, melekat pada 151 mahkota berseling dengan tajuk-tajuk mahkota, kadang-kadang 4, 2 panjang dan 2 pendek, ada kalanya hanya 2 benang sari. Dalam bunga terdapat sebuah cakram. Bakal buah menumpang, beruang 2 dengan sempurna atau tidak, dengan sekat yang melintang (transversal), tiap ruang berisi 2 hingga banyak bakal biji. Tangkai putik 1. Buahnya buah kendaga atau buah buni. Biji dengan endosperm, lembaga lurus atau sedikit bengkok. Suku ini mencakup kira-kira 2600 jenis, terbagi dalam lebih dari 200 marga, tersebar di seluruh dunia. Contoh Scrophularia alata. 8. Suku (Familia) Lentibulariaceae. Terna, seringkali berupa tumbuhan air atau tumbuhan darat yang menyukai tanah-tanah yang lembab, daun tunggal, berbagi dalam, duduknya tersebar membentuk roset akar, kebanyakan mempunyai gelembung-gelembung. Bunga banci, zigomorf, terpisah-pisah atau tersusun dalam bunga majemuk berupa bulira atau tandan. Kelopak berbagi 2 – 5, mahkota berlekatan membentuk 2 bibir pada ujung dan bertaji pada pangkalnya. Benang sari 2, melekat pada pangkal mahkota. Dalam bunga tidak terdapata cakram. Bakal buah menumpang, beruang 1, tembuni di tengah-tengah dengan banyak bakal biji, kadang-kadang bakal buah beruang 2. Tangkai putik pendek, kepala putik duduk di atas bakal buah. Buahnya buah kendaga yang membuka dengan 2 – 4 katup-katup, atau buah kurung dengan 1 biji tanpa endosperm. Suku ini membawahi 5 marga, dengan kurang lebih 300 jenis yang tersebar dimana-mana. Contoh Utricularia: Urticularia flexuosa, Pinguicularia vulgaria, Genliseaornata dll. 9. Suku (Familia) Orobanchaceae Terna annual atau perennial yang hidup sebagai parasit pada akar-akar tumbuhan lain, tidak berklorofil, dengan daun-daun yang berubah bentuk menjadi sisik-sisik. Bunga dalam ketiak suatu daun pelindung, terpisah-pisah atau tersusun dalam tandan, banci, zigomorf. Kelopak terdiri atas 2 – 5 daun kelopak yang berlekatan pada pangkalnya. Mahkota berlekatan dengan 4 – 5 tajuk-tajuk dan 2 bibir. Benang sari 4, 2 – 2 tidak sama panjang melakat pada mahkota. Bakal buah menumpang, beruang satu, dengan 2 – 4 tembuni pada dinding dan banyak bakal biji. Tangkai putik 1. Buahnya buah kendaga yang pecah dengan membelah ruang. Biji dengan endosperm dan lembaga yang kecil. Suku ini meliputi kira-kira 130 jenis yang terbagi dalam 13 marga, kebanyaka di daerah beriklim sedang di belahan bumi utara. Ccontoh : Orobanch: Orbanca speciosa, Cistancha luxiflora dll. 152 10. Suku (Familia) Gesneriaceae Terna, semak, jarang berupa pohon seringkali hidup sebagai epifit, daun sering tidak sama, daun tersebar atau berhadapan tanpa daun penumpu. Bunga banci, zigomorf, berbilangan 5. Kelopak berlekatan, mahkota sering mempunyai 2 bibir. Benang sari 4, 2 – 2 tidak sama panjang, kadang-kadang hanya 2, di antaranya kadang-kadang 1 – 3 bersifat mandul, semua melekat pada mahkota bunga, kepala sari 2 – 2 berlekatan atau semuanya bergandengan menjadi 1. Bakal buah menumpang sampai tenggelam, beruang 1 dengan 2 tembuni pada dinding dan banyak bakal biji. Tangkai putik 1. Buahnya buah kendaga atau buah buni. Biji dengan atau tanpa endosperm, lembaga lurus. Warga suku ini terdiri atas sekitar 1100 jenis, terbagi dalam kurang lebih 100 marga, hampir semua tersebar di daerah tropika. Contoh : Gesneri: Gesneria libanensis, Episcia fulgida, dll. 11. Suku (Familia) Bignoniaceae Semak atau pohon, kadang-kadang memanjat atau membelit jarang berupa terna. Daun kebanyakan majemuk, duduk berhadapan atau tersebar, tanpa daun penumpu. Bunga banci, zigomorf, berbilang 5, sering berwarna sangat menarik. Kelopak bangun lonceng, rompang atau bergigi 5. Mahkota dengan 5 tajuk-tajuk yang tersusun seperti genting, kadang-kadang berbibir 2. Benang sari 4 atau 2, melekat pada mahkota berseling dengan tajuk-tajuk mahkota, 1 – 3 di antaranya mandul. Dalam bunga kebanyakan terdapat cakram. Bakal buah menumpang, beruang 2 atau 1, tiap ruang dengan 2 tembuni, denga banyak bakal biji. Tangkai putik 1. Buahnya buah kendaga yang pecah dengan membelah ruang tau membelah sekat dan 2 katup, sering tidak membuka, adapula yang berupa buah buni. Biji bersayap, tanpa endosperm, lembaga lurus. Terbagi dalam lebih dari 100 marga, seluruhnya mencakup sekitar 500 jenis, sebagian besar merupakan penghuni daerah tropika. Contoh : Bignonia fraxinifolia. dll. 12. Suku Familia) Pedaliaceae Terna dengan rambut-rambut kelenjar yang mengeluarkan lendir. Daun tunggal berhadapan, bagian bawah batang tersebar, tanpa daun penumpu. Bunga zigomorf, banci. Berbilangan 5. Kelopak sedikit berlekatan, mahkota berbibir 2. Benang sari 4 tidak sama panjang dan melekat pada mahkota. Bakal buah menumpang, beruang 2 dengan masing-masing 1 sampai banyak bakal biji. Buahnya buah kendaga atau buah batu. Biji mempunyai endosperm tipis. Contoh: Sesanum indicum 153 13. Suku (Familia) Acanthaceae. Terna atau semak, jarang berupa pohon atau liana, daun tunggal dengan sistolit-sistolit, berhadapan atau berkarang, kadang-kadang tersebar, tanpa daun penumpu. Bunga berupa bulir atau tandan, banci, zigomorf, berbilangan 5, sering dengan daun-daun pelindung yang nyata. Kelopak berlekuk 4 hingga 5 atau terdiri atas daun-daun kelopak yang bebas. Mahkota membentuk buluh yang panjang, berbibir 2 atau 1, tajuk-tajuk mahkota tersusun seperti genting atau terpuntir. Benang sari 4, keduanya tidak sama panjang, kadang-kadang hanya 2 atau 5, melekat pada mahkota. Dalam bunga biasanya terdapat cakram. Bakal buah menumpang, beruang 2 atau 1, tiap ruang berisi 2 – 8 bakal biji, jarang kurang atau lebih, bakal biji tersusun dalam 1 atau 2 baris pada tembuni. Tangkai putik 1. Buahnya buah kendaga yang pecah dengan membelah ruang, jarang berupa batu. Biji tanpa endosperm, sering menmepel pada tembuni dengan perantara badan-badan berbentuk kait, lembaga besar. Suku ini membawahi lebih dari 200 marga dan seluruhnya meliputi sekitar 2000 jenis, terutama terdapat di daerah tropika. Contoh: Acanthus mollis, A. ilicifolia, Justicia gendarussa, dll 14. Suku (Familia) Verbenaceae. Perdu, terkadang pohon-pohonan, duduk daun bersilang/berhadapan. Daun tunggal, tanpa daun penumpu, bunga majemuk, aktinomorf, seringkali zigomorf. Mahkota membentuk bulu yang nyata, berbilang lima, jarang empat, kebanyakan dengan tajuk-tajuk mahkota yang sama besar, sedikit miring dan tidak jelas berbibir. Benang sari biasanya empat. Bakal buah menumpang tersusun dari dua hingga empat daun buah yang tepinya melipat kedalam membentuk sekat. Pada setiap daun buah trdapat dua bakal biji. Tangkai putik pada ujung bakal buah tidak berbagi. Buahnya buah batu yang berisi dua atau delapan biji. Biji dengan sedikit endosperm dan lembaga lurus. Suju ini membawahi sekitar seratusan marga dengan seluruhnya hampir 3.000 jenis kebanyakan di daerah tropika. Contoh Verbena hybrida, Clerodendron serratum, Lantana camara, Vitex trifolia, Avicennia marina, Tectona grandis, dll 15. Suku (Familia) Labiatae (Lamiaceae) Terna dengan batang segiempat. Daun tunggak duduk berhadapan atau berkarang, tanpa daun penumpu namun biasanya memiliki kelenjar minyak atsiri yang memberikan bau sedap.. Bunga majemuk, terletak di ketiak daun. Kelopak berbilangan 4 – 5, mahkota berbilangan 5 – 6, berlekatan membentuk buluh berbibir2 atau bertaju tidak sama besar, zygomorf. Benag sari tertanam pada buluh mahkota. Biasanya 4 tapi tidak sama panjang. Bakal buah menumpang dari 154 2 daun buah yang membentuk 4 ruangan. . Biji mempunyai endosperm atau tidak.. Warga suku ini menunjukkan banyak perbedaan dengan warga suku Verbenaceae. Labiatae membawahi hampir 200 marga dengan seluruhnya meliputi lebih dari 3000 jenis yang sebagian besar menghuni daerah beriklim panas. Contoh: Lamium maculatum, Leucas lavandulifolia, Hyptis brevipes, Salvia ocidentalia, Mentha piperita, Coleus tuberosus, Ocimum basilicum, Orthisiphon stamineus, Lavandula latifolia, dll. 16. Suku (Familia) Plantaginaceae Terna atau tumbuhan semak-semak kecil dengan daun-daun yang tersebar atau tersusun dalam rozet akar, jarang berhadapan, tunggal, tanpa daun penumpu. Bunga dalam bulir atau terpisah-pisah, aktinomorf, banci atau berkelamin tunggal. Kelopak 4 , mahkota seperti selaput, berlekuk 4, benag sari 3 tertanam pada mahkota. Bakal buah menumpang, beruang 2-4 , biji 1 – banyak. Buahnya buah kendaga yang pecah melintang atau buah keras. Biji mempunyai endosperm. Suku ini sering dimasukkan dalam bangsa tersendiri yaitu Plantaginales, hanya membawahi 3 marga dengan seluruhnya sekitar 250 jenis yang tersebar terutama di daerah beriklim sedang. Contoh Plantago major, P. psyllium dll. 6. BANGSA( Ordo) Cucurbitales Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku saja yaitu cucurbitaceae. 1. Suku Cucurbitaceae Kebanyakan berupa terna annual, memanjat dengan sulur-sulur (alat pembelit) atau berbaring di tanah, jarang berupa semak. Batang seringkali segi 5, dengan daun-daun tunggal, berbagi atau majemuk menjari, duduknya tersebar, tanpa daun penumpu, atau daun penumpu telah mengalami metamorfosis menjadi alat-alat pembelit.Bunga hampir selalu berkelamin tunggal, berumah 1 atau 2, jarang banci, aktinomorf.Bunga betina dengan kelopak berbentuk buluh, berlekuk 5.Mahkota berlekatan, dengan taju-taju yang tersusun seperti katubkatub.Benang sari 5, kepala sari beruang 2 ada yang hanya beruang 1, keseluruhan benang sari berlekatan membentuk suatu sinandrium, yang di antaranya dua-dua berpasangan.Bakal buah tenggelam, biasanya beruang 3, tiap ruang dengan 2 tembuni dengan banyak bakal biji (kadangkadang hanya 1), bakal biji dengan 2 integumen.Tangkai putik 1 dengan kepala putik yang menggarpu. Buahnya buah buni, biji biasanya tanpa endosperm. 155 Contoh: Benincasa : B. Hispida , Bryonia : B. dioica Cucurbita : C. Moschata, C. Pepo. Citrullus :C. Vulgaris, C. Colocynthis Cucumis : C. Sativus, C. Melo : C. cordifolia Luffa : L. Cylindrica, L. Acutangula. Coccinia Legenaria : L. Leuchanta Trichosanthes : T. anquina VII. 3. TUGAS UNTUK MAHASISWA Buat ringkasan klasifikasi tentang anggota anak kelas Sympetae. 156 BAB IX CLASSIS MONOCOTYLEDONEAE IX. 1. PENDAHULUAN Sasaran Pembelajaran: Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa mampu menginterpretasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar Ilmu Sistematika Tumbuhan dalam praktek, ciriciri, tatanama dan klasifikasi dari Classis Monocotyledoneae dalam kehidupan sehari-hari. Strategi Pembelajaran: a. Kuliah tatap muka b. Tugas individu maupun kelompok c. Diskusi d. Praktikum IX.2. Classis Monocotyledoneae Tumbuhan biji merupakan golongan tumbuhan dengan tingkat perkembangan filogenetik tertinggi, sebagai ciri khasnya ialah adanya suatu organ berupa biji (dalam bahasa Yunani: Sperma). Biji berasal dari bakal biji, yang dapat disamakan dengan makrosporangium. Di dalamnya dihasilkan makrospora yang tidak pernah meninggalkan tempatnya, dan di tempat itu selanjutnya berkembang menjadi makroprotalium dengan arkegonium serta sel telurnya. Setelah terjadi pembuahan, zigot yang terbentuk berkembang menjadi embrio. Bakal biji yang k mengandung embrio berkembang menjadi alat reproduksi yang disebut biji. Ciri-ciri Monocotyledoneae adalah : 1. Habitus: herba, semak,perdu, dan pohon. 2. Batang mempunyai ruas-ruas. 3. Pertulangan daun umumnya : sejajar rectinervis dan melengkung curvinervis. 4. Bunga bersifat trimer. 5. Akar serabut radix adventitia . 6. Embrio mempunyai satu cotyledon 7. Berkas pengangkutan umumnya tersebar atau kolateral tertutup, umumnya tidak berkambium kecuali pada: - Dracaena sp. - Cordyline fruticosa 157 Adapun beberapa ordo dari Classis Monocotyledoneae yaitu Alismatales, Bromeliales, Liliales, Cyperales, Poales, Zingiberales, Arecales, Pandanales, dan Orchidales (Tjitrosoepomo, 2010). A. Ordo Alismatales Tumbuhan Ordo Alismatales termasuk habitus herba/terna sebagian besar hidup di air atau rawa dengan daun-daun tunggal yang mempunyai sisik pada ketiak daunnya. Bunga berkelamin tunggal atau banci, aktinomorf, tanpa tenda bunga atau mempunyai tenda bunga yang tunggal atau ganda. Benang sari 1-banyak. Bakal buah banyak atau hanya satu, terpisah-pisah atau berlekatan, mempunyai 1-banyak bakal biji, duduknya menumpang sampai tenggelam, dengan tangkai dan kepala putik yang bebas. Biji dengan lembaga yang besar dengan tanpa atau hanya sedikit endosperm. Familia yang masuk ke dalam Ordo Alismatales terdiri dari : 1. Familia Aponogetonaceae Familia Aponogetonaceae merupakan tumbuhan air, mempunyai rimpang berbentuk umbi, daun tunggal, bertangkai dengan helaian daun berbentuk lanset bulat telur, mengapung atau terendam di dalam air. Bunga banci tersusun dalam bulir bercabang atau berbentuk silinder, diselubungi sarung yang mudah gugur dan muncul di atas air. Tenda bunga menyerupai mahkota, terdiri atas 3 atau 1 daun tenda bunga. Benang sari berjumlah 6, tersusun dalam 2 lingkaran, atau lebih dari 6 tersusun dari 3-4 lingkaran. Bakal buah menumpang, berjumlah 3-6, masing–masing berisi 2 atau lebih banyak bakal biji. Buahnya pecah bila telah masak, dengan celah menghadap kearah sumbu. Biji tanpa endosperm dan lembaganya lurus, contoh species: Aponogeton echinatus. 2. Familia Potamogetonaceae Familia Potamogetonaceae berhabitus terne, merupakan tumbuhan air yang berakar dan mempunyai rimpang pada dasar. Daun bangun garis, bangun lanset atau bulat telur serta bertangkai dan kadang-kadang dengan upih daun berukuran besar dengan helaian daun yang mengapung atau terendam air. Tumbuhan darat dengan daun-dauan bulat. Bunga berkelamin tunggal atau banci, aktinomorf atau zigomorf serta tersusun sebagai bulir atau terpisah. Perhiasan bunga tunggal, tidak pernah menyerupai mahkota dan biasanya kecil seperti selaput terdiri atas 8 segmen, biasanya dengan 4 atau tanpa tenda bunga. 158 Bakal buah masing-masing berisi satu bakal biji. Buah kurung atau buah batu berisi satu biji, tanpa endosperm dan lembaga dengan hipokotil yang besar, contoh species: Potamogeton perfoliatus. 3. Familia Najadaceae Familia Najadaceae berhabitus terna, merupakan tumbuhan air summers tenggelam di dalam air tawar, payau atau air laut. Daun seperti benang atau bangun garis dengan tepi rata yang bergigi jarang. Bunga berkelamin tunggal, terpisahpisah atau terangkai dalam bunga majemuk yang bersifat simos dengan tenda bunga tunggal atau telanjang, Bunga jantan mempunyai 1 benang sari, sering berpasangan dan bunga betina dengan 1 bakal buah. Buah biasanya diselubungi seludang. Biji dengan kulit yang tipis, lembaga lurus dengan akar lembaga dan hipokotil yang besar tanpa endosperm, contoh species: Najas marina. 4. Familia Scheuchzeriaceae Familia Scheuchzeriaceae tergolong tumbuhan berhabitus herba/terna air perennial dengan rimpang pada dasar, batang tegak, daun-daun bangun lanset dan mempunyai upih yang berbalut batang dengan lidah daun pada batas antara upih dengan helaian daun. Bunga banci, aktinomorf, tersusun dalam bulir pada ujung batang. Tenda bunga tersusun atas 6 tipis seperti selaput tersusun dalam 2 lingkaran dan tidak gugur. Benang sari 6-8 bebas dengan kepala sari bangun garis menghadap ke dalam. Buahnya buah kurung, biji tanpa endosperm, lembaga dengan daun lembaga membulat dan pucuk lembaga yang kecil, contoh species: Lilaea scilloides. 5. Familia Alismataceae Familia Alismataceae tumbuhan berhabitus terna, tumbuh tegak, jarang mengapung dan mempunyai saluran-saluran getah. Daun dengan tangkai panjang membentuk upih daun terbuka pada pangkalnya, helaian daun bunga bulat telur membulat, lansetgaris atau bangun anak panah, bertulang melengkung dan tersusun roset. Bunga banci dan aktinomorf. Perhiasan bunga 159 jelas terdiri dari 3 daun kelopak, dan 3 daun mahkota. Benang sari 6 atau lebih, bila banyak di bagian pinggir maka bersifat mandul. Buahnya buah keras dengan 1 biji atau buah kurung yang berisi banyak biji, species: Machaerocarpus californicus. 6. Familia Butomaceae Familia Butomaceae tumbuahn berhabitus terna perennial dengan rimpang di dasar, biasanya dengan cairan seperti getah. Daun pada batang membentuk rozet akar, bangun pedang atau pipih lebar bangun jantung, corong atau bundar, bertulang melengkung. Bunga banci, aktinomorf, terpisah-pisah dan tersusun sebagai bunga payung. Hiasan bunga jelas dapat dibedakan, dengan 3 daun kelopak dan 3 daun mahkota. Bakal buah terisi banyak bakal biji yang memenuhi seluruh permukaan dinding di dalam bakal buah. Buahnya buah kurung dengan banyak biji, tanpa endosperm, lembaga lurus atau bengkok dengan bangun tapal kuda, contoh species: Limnochoris flava. 7. Familia Hydrocharitaceae Familia Hydrocharitaceae tumbuhan berhabitus terna air, mengapung dan jarang sekali berakar pada dasar. Daun tunggal tersusun rozet akar, tersebar atau berkarang. Bunga berkelamin tunggal, berumah 2 atau banci, aktinomorf, terpisah-pisah, terletak dalam daun pelindung terbagi 2 atau di antara 2 daun pelindung duduk berhadapan. Perhiasan bunga jelas dapat dibedakan, dengan 3 daun kelopak dan 3 daun mahkota, kadang-kadang tanpa mahkota atau perhiasan bunga. Benang sari 3 atau kelipatan 3. Bakal buah tengelam dan beruang 1. Biji banyak tanpa endosperm, lembaga lurus, akar lembaga tebal, pucuk lembaga kecil. contoh species: Hydrilla verticilata. B. Ordo Bromeliales Ordo Bromeliales merupakan tumbuhan berhabitus herba/terna, jarang mempunyai batang yang kokoh kuat, kadang-kadang mirip rumput. Bunga banci, karena adanya reduksi kadang-kadang berkelamin tunggal, aktinomorf atau zigomorf, berbilangan 3, jarang berbilangan 2, mempunyai 2 lingkaran hiasan yang sama, kadang-kadang perhiasan bunga dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota. Benang sari dalam 2 lingkaran, jumlahnya sering berkurang, kadang-kadang hanya terdapat 1 benang sari. Bakal buah dengan bakal biji yang atrop atau anatrop, buah dengan biji yang mempunyai endosperm bertepung. 160 Familia yang masuk ke dalam Ordo Bromeliales terdiri dari : 1. Familia Flagellariaceae Familia Flagellariaceae kebanyakan berupa tumbuhan memanjat dengan daun-daun yang panjang dan bertulang sejajar dan ujungnya berubah menjadi pembelit (sulur daun), pangkalnya berupa upih membalut batang. Bunga kecil, banci atau berkelamin tunggal, berumah 2, aktinomorf, tersusun dalam malai pada ujung batang. Hiasan bunga berupa tenda bunga petaloid, tersusun dalam 2 lingkaran dengan 3 daun tenda bunga dalam setiap lingkaran, tidak gugur. Benang sari 6, berlekatan dengan pangkal tenda bunga, bebas satu sama lainnya. Bakal buah menumpang, beruang 3 dengan 1 bakal biji setiap ruang, 1 tangkai putik yang berlekuk 3. Buah tidak membuka, berupa buah buni atau buah batu berisi 3 biji. Biji dengan endosperm, lembaga kecil, contoh species: Flagellaria indica. 2. Familia Restionaceae Familia Restionaceae, merupakan tumbuhan berhabitus terna perennial dengan rimpang yang dibalut oleh upih-upih yang serupa sisik dengan batang pendukung bunga yang tumbuh tegak, berbentuk segi empat atau pipih, pada tiap-tiap bukunya terdapat upih yang tidak atau lekas gugur dan tersusun dalam 2 baris. Bunga dalam ketiak daundaun pelindung, terangkai sebagai bulir atau malai, kebanyakan berkelamin tunggal, berumah 2, jarang banci. Rangkaian bunga jantan berbeda dari rangkaian bunga betina. Bunga bersifat aktinomorf, tenda bunga terdiri atas 2-6 daun tenda bunga, pada bunga betina sering tidak ada. Bunga jantan dengan 2-3 benang sari yang berhadapan dengan daun-daun tenda di lingkaran dalam. Bakal buah menumpang, 1-3 dengan 1-3 tangkai putik, tiap ruang berisi 1 bakal biji. Buahnya buah kendaga atau buah keras. Biji dengan endosperm, lembaga kecil, contoh species: Anarthria scabra. 3. Familia Mayacaceae Familia Mayacaceae merupakan tumbuhan berhabitus terna rawa-rawa yang kecil, daun-daun bangun pita pendek, duduknya tersebar. Bunga terpisah-pisah atau tersusun dalam bunga payung, banci, aktinomorf. Perhiasan bunga terdiri atas 3 daun kelopak 161 dan 3 daun mahkota. Benang sari 3, berseling dengan daundaun mahkotanya. Bakal buah menumpang, beruang 1 dengan 3 tembuni pada dindingnya, masing-masing tembuni hanya dengan sedikit bakal biji. Tangkai putik 1. Buah berupa kendaga endosperm, membuka dengan 3 katuk. Biji dengan lembaga kecil, contoh species: Mayaca fluviatilis. 4. Familia Xyridaceae Familia Xyridaceae tumbuhan berhabitus terna perenial, merupakan rozet akar, panjang, mirip daun rumput, batang pendukung bunga panjang, dengan pada ujungnya sejumlah bunga tersusun sebagai bulir rapat, dan terdapat dalam ketiak daun-daun pelindung. Bunga banci, kelopak terdiri atas 2 daun kelopak, zigomorf atau terdiri atas 1 daun kelopak yang besar dan 2 yang kecil. Mahkota terdiri atas 3 daun mahkota yang berlekatan, aktinomorf. Benang sari 6 tersusun dalam 2 lingkaran, yang 3 berhadapan dengan daun-daun mahkota fertil, yang 3 lainnya mandul atau hilang. Bakal buah penumpang, beruang 1, dengan 3 tembuni pada dinding atau 1 tembuni pada dasar, bakal biji banyak tangkai putik 1 atau berbelah 3. Buahnya buah kendaga yang membuka dengan membelah ruang. Biji dengan endosperm seperti tepung dan lembaga kecil, contoh species: Xyris indica. 5. Familia Eriocaulaceae Familia Eriocaulaceae merupakan tumbuhan berhabitus terna perennial, jarang anual, dengan daun-daun seperti daun rumput, sempit memanjang, sering tersusun sebagai rozet akar. Bunga kecil, berkelamin tunggal, aktinomorf atau zigomorf, tersusun dalam bongkol yang terdapat pada ujung tangkai yang panjang. Tenda bunga seperti selaput, berbilangan 23 tersusun dalam 1 lingkaran, kadang-kadang tidak terdapat. Benang sari 2-6, bebas, berhadapan dengan daun-daun tenda. Kepala sari kecil, beruang 1-2 membuka dengan celah membujur. Bakal buah menumpang, beruang 2-3, setiap ruang dengan 1 bakal biji, tangkai putik 1. 162 Buah kendaga membuka dengan membelah ruang. Biji dengan endosperm seperti tepung dan lembaga kecil, contoh species: Eriocaulon compressum. 6. Familia Bromeliaceae Familia Bromeliaceae sebagian besar tumbuhanini berupa epifit, jarang teresterial dan berupa tumbuhan besar dengan batang agak panjang, daun tebal memanjang dengan rambut-rambut berbentuk sisik, tepi dengan rigi-rigi yang berupa duri-duri, upih lebar, biasanya berjejal membentuk rozet akar. Bunga banci, kebanyakan aktinomorf, jarang zigomorf, tersusun dalam bulir atau malai. Kelopak terdiri atas 3 daun kelopak, tidak gugur, daun mahkota 3, bebas. Benang sari tersusun dalam 2 lingkaran, masingmasing lingkaran terdiri atas 3 benang sari. Bakal buah menumpang sampai sama sekali tenggelam, beruang 3 dengan banyak bakal biji dalam setiap ruang. Tangkai putik panjang dengan 3 kepala putik. Buahnya berdaging, tidak membuka. Biji sering bersayap, mempunyai endosperm bertepung dan lembaga yang kecil, contoh species: Ananas comosus. 7. Familia Commelinaceae Familia Commelinaceae berupa tumbuhan berhabitus terna perenial, dengan batang berbuku-buku, upih daun tipis seperti selaput yang besar, kadang-kadang tertembus oleh perbungaannya. Bunga biasanya banci, aktinomorf, tersusun dalam sinsinus atau sinsinus ganda. Perhiasan bunga terdiri atas kelopak dengan 3 daun kelopak yang bebas dan seringkali berwarna, mahkota terdiri atas 3 daun mahkota yang bebas kebanyakan berwarna biru atau putih. Benang sari 6, sering kurang dari 6 karena ada yang rontok, kadangkadang sampai hanya tinggal 2.Tangkai sari berambut, sering berwarna cerah. Bakal buah selalu jelas menumpang. Beruang 2-3, tiap ruang dengan 1 bakal biji atau lebih. Tangkai putik di ujung, tunggal, kepala putik berbentuk bongkol atau berbagi 3, contoh species: Commelina nudiflora. 8. Familia Pontederiaceae Familia Pontederiaceae merupakan tumbuhan berhabitus terna air atau rawah, perennial, batang simpodial, berakar pada dasar atau mengapung. Daun dengan helaian 163 yang seringkali lebar, bertulang melengkung, pada pangkal tangkai mempunyai upih, tersusun berseling atau membentuk suatu rozet. Bunga banci, zigomorf, tersusun dalam rangkaian berupa bulir, tenda atau malai yang terdapat dalam ketiak suatu daun pelindung menyerupai upih daun. Perhiasan bunga menyerupai mahkota terdiri atas 6 daun tenda bunga tersusun dalam 2 lingkaran, berlekatan pada bagian bawahnya membentuk suatu buluh yang panjang. Benang sari 6, 3 atau hanya 1, melekat pada buluh tenda bunga, kadang-kadang tidak sama panjang atau ada satu yang paling panjang. Bakal buah menumpang, beruang 3, setiap ruang berisi banyak bakal biji atau beruang 1 dengan 1 bakal biji.Tangkai putik 1. Buahnya buah kendaga yang membuka dengan 3 katup, atau buah keras yang tidak membuka. Biji berusuk membujur, mempunyai endosperm, lembaga bangun silinder, lurus, contoh species: Eichhornia crassipes. C. Ordo Liliales Ordo Liliales kebanyakan tumbuhannya berhabitus herba/terna perennial, mempunyai rimpang, umbi sisik, atau umbi lapis, kadang-kadang juga berupa semak atau perdu, bahkan berupa pohon, ada pula yang merupakan tumbuhan memanjat. Daun tersebar pada batang atau merupakan rozet akar. Bunga banci, atau karena adanya reduksi salah satu alat kelaminnya menjadi berkelamin tunggal, aktinomorf atau zigomorf, biasanya tersusun dalam rangkaian bersifat rasemos. Perhiasan bunga berupa tenda bunga berbilangan 3 yang tersusun dalam 2 lingkaran menyerupai mahkota, kadangkadang seperti kelopak, tetapi jarang dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota. Benang sari biasanya 6, dalam 2 lingkaran, lingkaran yang dalam sering kali tidak ada. Bakal buah menumpang atau tenggelam. Kebanyakan beruang 3 dengan bakal biji yang anatrop. Buahnya buah kendaga atau buah buni. Biji dengan endosperm berdaging atau seperti tanduk. Familia yang masuk ke dalam ordo Liliales terdiri dari : 1. Familia Liliaceae Familia Liliaceae merupakan tumbuhan berhabitus terna rimpang atau umbi lapis ,kadang-kadang semak atau perdu berupa tumbuhan memanjat. Daun tunggal, tersebar 164 pada batang atau terkumpul sebagai roset akar, adakalanya tereduksi dan cabang-cabang berubah menjadi kladodium. Bunga kecil sampai sangat besar dan amat menarik, kebanyakan banci aktinomorf atau sedikit zigomorf. Perhiasan bunga yang menyerupai mahkota dengan atau tanpa pelekatan berupa buluh, terdiri atas 6 daun tenda bunga, jarang hanya 4 atau lebih dari 6, kebanyakan jelas tersusun dalam 2 lingkaran. Benang sari 6, jarang sampai 12 atau hanya 3, berhadapan dengan daun-daun tenda bunga. Tangkai sari bebas atau berlekatan dengan berbagai cara. Kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur, jarang dengan suatu liang pada ujungnya. Bakal buah menumpang atau setengah tenggelam, kebanyakan beruang 3, dengan tembuni di sudut-sudut ruang. Buahnya buah kendaga atau buah buni. Biji dengan banyak sekali endosperm, lembaga lurus atau bengkok, contoh species: Lilium longiforum. 1. Cordyline fruticosa Klasifikasi Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Monocotyledoneae Ordo : Liliales Familia : Liliaceae Genus : Cordyline Species : Cordyline fruticosa 2. Familia Amaryllidaceae Familia Amaryllidaceae tumbuhan berhabitus terna dengan umbi lapis atau umbi sisik, jarang dengan rimpang, atau batang di atas tanah. Daun pipih panjang, kadangkadang dengan jaringan air dan tepi serta ujung berduri, tersusun sebagai rozet akar ataupun rozet batang, kadang-kadang bertunggangan dalam dua baris. Bunga banci, amat menarik baik karena warna, bentuk maupun ukurannya, tersusun sebagai payung atau tandan, kadang-kadang terpisah pada ujung tangkai yang tidak berdaun dan di bawah hiasan bunga mempunyai daun-daun pembalut yang tipis seperti 165 selaput. Bakal buah tenggelam, buah kendaga atau buah buni. Biji dengan endosperm yang berdaging, lembaga pipih, kadang-kadang bersayap, contoh species: Amaryllis belladonna. 3. Familia Velloziaceae Familia Velloziaceae merupakan tumbuhan berhabitus terna perenial atau tumbuhan berkayu dengan batang tebal, bercabang-cabang menggarpu, daun sempit memanjang, berujung runcing tersusun sebagai rozet batang. Bunga terpisah-pisah pada tangkai yang panjang, berwarna putih, kuning atau biru kadang-kadang amat menarik, banci, aktinomorf. Perhiasan bunga terdiri atas 6 daun-daun tenda bunga berlekatan, tersusun dalam 2 lingkaran. Benang sari 6 atau banyak dan tersusun dalam 6 berkas, masing-masing terdiri atas 2-6 benang sari. Buahnya buah kendaga kering dan keras, ujung sering rata atau cekung, penuh dengan bekas-bekas hiasan bunga, bergigi 6, kadangkadang berduri, membuka dengan membelah ruang. Biji banyak, pipih, mempunyai endosperm dan lembagang kecil, contoh species: Barbacenia bicolor. 4. Familia Iridaceae Familia Iridaceae tumbuhan berhabitus terna perennial dengan akar-akar yang tumbuh dari rimpang, umbi sisik atau umbi lapis. Daun-daun pipih memanjang, tersusun sebagai rozet akar atau bertunggangan pada batang dalam dua baris, berupih pada pangkalnya. Bunga banci, aktinomorf atau zigomorf, kebanyakan tersusun dalam rangkaian yang bersifat resemos, seringkali tampak sangat indah dan menarik. Perhiasan bunga terdiri atas tenda bunga yang menyerupai mahkota, berbilangan 3, tersusun dalam 2 lingkaran dengan daun-daun tenda bunga yang sama atau berbeda baik dalam bentuk, struktur maupun ukurannya, tidak lekas gugur. Buahnya buah kendaga yang membuka dengan katup-katup, pada ujung terdapat seperti bekas luka yang berbentuk lingkaran. Biji dengan endosperm dan lembaga yang kecil, contoh species: Iris germanica. 5. Familia Taccaceae 166 Familia Taccaceae tumbuhan berhabitus terna perennial dengan rimpang merayap atau berbentuk umbi. Daun besar, tunggal atau bergigi, tersusun sebagai rozet akar. Bunga banci, aktinomorf, terangkai dalam bunga majemuk berbentuk payung yang terdapat pada ujung tangkai bunga tidak berdaun. Perhiasan bunga serupa mahkota, terdiri atas 6 daun tenda bunga tersusun dalam 2 lingkaran, berlekatan antara satu dengan yang lain. Bakal buah tenggelam, beruang 1 dengan tembuni pada dinding yang mendukung banyak bakal biji. Tangka putik 3, pendek, dengan 3 kepala putik yang seringkali melebar berbentuk seperti mahkota. Buahnya buah buni atau buah kendaga membuka dengan 3 katup. Biji banyak, dengan endosperm dan lembaga berukuran kecil, Contoh species: Tacca cristata. 6. Familia Dioscoreaceae Familia Dioscoreaceae tumbuhan berhabitus terna memanjat atau membelit dengan rimpang atau umbi di dalam tanah, kaya akan zat tepung dan organ-organ serupa pada bagian-bagian di atas tanah, tetapi lebih kecil daripada yang terdapat di dalam tanah. Daun tunggal, bangun jantung atau anak panah, bertulang menjari sampai melengkung, duduk tersebar, jarang berhadapan. Bunga berkelamin tunggal, kecil aktinomorf, tersusun dalam rangkaian beberapa bulir, tandan atau malai. Buahnya buah kendaga membuka dengan 3 katup atau buah buni. Biji sering bersayap, mempunyai endosperm dan lembaga yang kecil, contoh species: Dioscorea bulbifera. 7. Familia Juncaceae Familia Juncaceae tumbuhan berhabitus terna annual atau perennial, mirip rumput atau mendong, jarang berupa semak, kebanyakan mempunyai rimpang, jarang mempunyai batang di atas tanah. Daun sempit panjang, bangun silinder atau pipih seperti daun rumput, mempunyai upih pada pangkalnya, duduknya kebanyakan sebagai rozet akar. Bunga banci, aktinomorf, terangkai dalam berbagai susunan. Perhiasan bunga terdiri atas 6 daun tenda bunga seperti selaput yang tersusun dalam 2 lingkaran, benang sari 3 atau 6, bebas, berhadapan dengan daun-daun tenda bunga. Kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur, serbuk 167 sari membentuk tetrade. Bakal buah menumpang, beruang 1-3, tiap ruang berisi 1 sampai banyak bakal biji. Tangkai putik 1, kepala putik 3, berbentuk benang. Buahnya buah kendaga kering, membuka dengan membelah ruang. Biji kadang-kadang berekor, mempunyai endosperm, lembaga kecil dan lurus, contoh species: Juncus effusus. 8. Familia Burmanniaceae Familia Burmanniaceae tumbuhan berhabitus terna annual atau perennial, sebagian besar hidup sebagai saprofit, dengan atau tanpa daun, kadang-kadang mempunyai rimpang. Batang dengan daun-daun kecil seperti sisik yang tersebar, jenis yang bukan saprofit mempunyai daun-daun tersusun sebagai rozet akar. Bunga banci, aktinomorf atau agak zigomorf, terpisah-pisah atau terangkai sebagai sinsinus. Perhiasan bunga berwarna biru atau putih terdiri atas bagian yang berlekatan membentuk buluh yang panjang. Buahnya buah kendaga yang pada ujungnya bermahkotakan perhiasan bunga yang telah mengering, seringkali bersayap 3, biasanya membuka dengan celah membujur di antara tembuni. Biji kecil, banyak, mempunyai endosperm, lembaga belum jelas terdiferensiasi, contoh species: Burmannia bicolor. D. Ordo Cyperales Ordo Cyperales terdiri atas 1 Familia, yaitu Cyperaceae, dengan ciri-ciri sebagai berikut: pada umumnya berhabitus terna perennial yang menyukai habitat lembab, berpaya-paya, atau berair, jarang berupa terna anual, seringkali berumpun, terdapat rimpang yang merayap atau badan-badan seperti umbi dengan geragih yang merupakan alat perkembangbiakan vegetatif. Batang segitiga, tidak berongga, di bawah rangkaian bunga biasanya tidak bercabang. Daun berbentuk pita, bertulang sejajar dengan upih yang tertutup, tanpa atau jarang mempunyai lidah-lidah, jarang tereduksi, biasanya tersusun, sebagai rozet akar. Bunga kecil, tidak menarik, banci atau berkelamin tunggal dan berumah 1, jarang berumah 2, tersusun dalam bulir-bulir dengan bunga-bunga yang terdapat dalam ketiak daun pelindung, daun-daun pelindung biasanya teratur dalam 2 deretan atau mengikuti suatu garis spiral. Bulir-bulir kecil tersusun dalam rangkaian berbentuk payung atau payung berganda, ada pula yang berbentuk malai, jarang berupa bulir berganda (Tjitrosoepomo, 2010). 168 Bunga majemuk biasanya mempunyai 1 atau beberapa daun pembalut mirip dengan daun-daun biasa pada pangkalnya. Perhiasan bunga tereduksi menjadi sisik-sisik, sekat atau rambut-rambut, jarang mempunyai mahkota, sering tidak terdapat. Benang sari 3 atau kurang dari 3, jarang lebih sampai banyak, tangkai sari bebas, kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur. Bakal buah menumpang, beruang 1 dengan 1 bakal biji yang anatrop pada dasarnya. Tangkai putik bercabang 2-3 atau bergigi 2-3. Buahnya buah keras yang berisi 1 biji, yang semula mempunyai tangkai putik berlekuk 3 mempunyai 2 sisi, yang semula mempunyai tangkai putik berlekuk 2 mempunyai 2 sisi, yang semula mempunyai tangkai putik berlekuk 3 mempunyai 3 sisi. Biji dengan lembaga kecil dan endosperm bertepung banyak (Tjitrosoepomo, 2010). Beberapa contoh Genus dari Familia Cyperaceae (Anonim, 2014), yaitu: a. Cyperus Salah satu contoh dari Genus Cyperus, yaitu: rumput teki Cyperus rotundus yang termasuk Familia Cyperaceae (teki-tekian). Ciri-ciri tumbuhan ini adalah: Rumput teki merupakan rumput semu menahun, tingginya 10-95 cm, Batang rumputnya berbentuk segitiga (triangularis) dan tajam, Daunnya berjumlah 4-10 helai terkumpul pada pangkal batang. Akar dengan pelepah daunnya tertutup tanah, helaian daun berbentuk pita bersilang sejajar, permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan panjang daun 10-30 cm dan lebar 3-6 cm. Memiliki allelophat (senyawa berupa racun) yang mampu membunuh tumbuhan lainnya. Klasifikasi dari rumput teki Cyperus rotundus, yaitu : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Monocotyledonae Ordo : Cyperales Familia : Cyperaceae Genus : Cyperus Species : Cyperus rotundus b. Bulbostylis Salah satu contoh dari Genus Bulbostylis, yaitu: Bulbostylis barbata. Ciri-ciri tumbuhan ini adalah (Anonim, 2014): Daun lebih pendek dari batang dan 169 kurva ke bawah, daun selubung dengan rambut putih panjang. Perbungaan berbentuk kepala , dengan 3-20 bulir dengan warna kelopak coklat kemerahan. Contoh: Bulbostylis barbata. c. Fimbristylis Salah satu contoh dari Genus Fimbristylis, yaitu : mendong Fimbristylis globulosa. Ciri-ciri tumbuhan ini (Citra, 2011) adalah: tumbuhan yang hidup di rawa, tanaman ini tumbuh di daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup. Mendong merupakan salah satu jenis rumput, dan biasanya tumbuh dengan panjang lebih kurang 100 cm. Contoh: Fimbristylis globulosa. d. Kyllinga Salah satu contoh dari Genus Kyllinga, yaitu : jukut pendul atau teki pendul Kyllinga monocephala. Ciri-ciri tumbuhan ini (Anonim, 2014) adalah : memiliki bunga menyerupai bola-bola berukuran kecil, Tanaman menahun ini dapat tumbuh dengan tinggi sampai 20 cm dan beraroma wangi. e. Lepironia Salah satu contoh dari Genus Lepironia, yaitu : purun Lepironia mucronata (Asri, 2012). Ciri-ciri tumbuhan ini adalah:Tumbuhan purun dapat tumbuh liar dan ada juga menjadikannya sebagai tanaman peliharaan. Batang purun sangat lemah kalau ditiup angin bergoyang. Ada rongga di batang tidak memiliki kayu keras seperti bambu. Setiap tumbuhan purun mempunyai buah satu biji pada ujungnya. E. Ordo Poales Ordo Poales terdiri dari satu Familia yaitu Poaceae atau Graminae dengan ciriciri sebagai berikut: habitus terna annual atau perennial, kadang-kadang berupa semak atau pohon yang tinggi. Batang dengan posisi bermacam-macam, ada yang tegak lurus, ada yang serong ke atas, ada yang merayap, ada yang berimpang di dalam tanah. Bentuk batang kebanyakan silinder panjang, jelas berbuku dan beruas, ruas-ruas berongga, bersekat pada buku-bukunya. Daun kebanyakan bangun pita, panjang bertulang daun sejajar, tersusun sebagai roset akar, atau berseling dalam 2 baris pada batang. Daun terdiri atas helaian daun, upih, dan lidah-lidah. Jarang antara helaian dan upih terdapat tangkai. Bunga umumnya banci, kadang-kadang berkelamin tunggal, kecil, dan tidak menarik. 170 Setiap bunga terdapat dalam ketiak daun pelindung yang disebut “palea inferior”. Kelopak telah berubah menjadi badan yang disebut “palea superior” terdiri atas 2 daun kelopak yang berlekatan, berhadapan dengan palea inferior. Mahkota terdiri atas 2 daun mahkota (jarang 3) yang telah berubah menjadi badan yang berupa sisik kecil dan dapat membengkak yang dinamakan “lodicula”. Benang sari 1-6. Jarang lebih, biasanya 3. Tangkai sari halus, kepala sari beruang 2, biasanya membuka dengan celah membujur. Bunganya disebut bunga semu floret. Memiliki gluma, setial floret, bakal buahnya menumpang, beruang 1 dengan bakal biji anatrop yang sering kali menempel pada sisi daun buah yang menghadap sumbu. Tangkai putik biasanya 2. Jarang 1 atau 3. Kepala putik seperti bulu. Buahnya berupa buah padi “caryopsis”, yaitu buah dengan 1 biji yang bijinya berlekatan dengan kulit buah. Biji dengan endosperm, lembaga terdapat pada sisi yang jauh dari sumbu. Beberapa contoh genus yaitu: 1. Andropogon : A. nardus (sereh) 2. Zea may (jagung) 2. 3. 4. F. Ordo Zingiberales Ordo Zingiberales tumbuhannya kebanyakan berhabitus herba/terna yang besar, perennial, mempunyai rimpang atau batang dalam tanah. Daun lebar, jelas dapat dibedakan dalam tiga bagian: helaian, tangkai dan upih. Helaian daun simetris, bertulang menyirip. Bunga besar dengan warna yang menarik, banci, zigomorf atau asimetris. Kelopak dan mahkota berbilang 3, kelopak sering menyerupai mahkota. Benang sari 6, tersusun dalam 2 lingkaran, tangkai sari bebas, sering terdapat reduksi, sehingga kadangkadang hanya tinggal 1 benang sari yang fertil, yang lain mandul atau tidak terdapat. Bakal buah tenggelam, kebanyakan beruang 3, setiap ruang dengan 1- banyak bakal biji. Buahnya buah kendaga atau berdaging, biasanya tidak membuka. Biji tanpa atau dengan sedikit endosperm, tetapi dengan perisperm yang besar. Ordo Zingiberales meliputi empat Familia yaitu: Zingiberaceae, Musaceae, Cannaceae, dan Marantaceae. 171 1. Familia Zingiberaceae Familia Zingiberales tumbuhannya berhabitus terna perennial dengan rimpang yang kadang-kadang berbentuk seperti umbi, biasanya mengandung minyak menguap sampai berbau aromatik. Batang di atas tanah seringkali hanya pendek dan mendukung bunga-bunga saja. Daun tunggal mempunyai sel-sel minyak menguap, tersusun dalam 2 baris, kadang-kadang jelas mempunyai 3 bagian berupa helaian, tangkai, dan upih, selain itu juga lidah-lidah. Helaian biasanya lebar dengan ibu tulang yang tebal dan tulang-tulang cabang yang sejajar dan rapat satu dengan yang lain dengan arah yang serong ke atas. Tangkai daun pendek atau tidak terdapat, upih terbuka atau tertutup, lidah-lidah pada batas antara helaian dengan tangkai atau antara helaian dengan upih. Bunga terpisah-pisah tersusun dalam bunga majemuk tunggal atau berganda, kebanyakan banci, zigomorf atau asimetrik. Perhiasan bunga dapat dibedakan dalam kelompok dengan 3 daun kelopak dan mahkota yang terdiri atas 3 daun mahkota berlekatan pada bagian bawahnya membentuk suatu buluh. Benang sari 1 dengan 3-5 benang sari mandul, kadang-kadang bersifat seperti daun mahkota. Bakal buah tenggelam, beruang 3, jarang 2 dengan tembuni di ketiak, atau beruang 1 dengan tembuni pada dinding atau pada dasarnya. Tangkai putik di ujung, tidak terbagi, bebas atau terdapat dalam suatu alur pada benang sari yang fertil, ada kalanya berbibir atau bergigi 2. Bakal biji banyak. Buahnya buah kendaga yang berkatup 3, atau berdaging tidak membuka. Biji bulat atau berusuk, mempunyai salut biji, endosperm banyak. Beberapa contoh species: a. Alpinia: A. galanga Alpinia galanga merupakan tumnuhan berhabitus terna berumur panjang, tinggi sekitar 1 sampai 2 meter, bahkan dapat mencapai 3,5 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih- putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Daun tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun berseling. Daun di sebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil dari pada yang di tengah. Bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata. Pertulangan daun menyirip. Panjang daun sekitar 20 - 60 cm, dan lebarnya 4 - 1 5 cm. Pelepah daun lebih kurang 15 - 30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah daun ini saling menutup membentuk batang semu berwarna hijau. Bunga lengkuas merupakan 172 bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum, berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan, terdapat dalam tandan bergagang panjang dan ramping, yang terletak tegak di ujung batang. Lengkuas Alpinia galanga merupakan salah satu tanaman dari Familia Zingiberaceae yang rimpangnya dapat dimanfaatkan sebagai obat. Rimpang lengkuas merah Alpinia galanga selama ini telah dikenal sebagai obat tradisional. b. Amomum: A. cardamomum (kapulaga) Amomum cardamomum merupakan tumbuhan berhabitus herba tahunan, tingginya dapat mencapai 1-5 meter. Daun tunggal, tersebar, berwarna hijau tua. Helai daun licin atau agak berbulu, berbentuk lanset atau tombak, dengan pangkal dan ujung runcing, dan tepi daun rata. Panjang daun sekitar 30-60 cm, dan lebarnya 10-12 cm, pertulangan menyirip. Buah Amomum cardamomum berkhasiat sebagai obat batuk dan obat perut kembung. Buahnya mengandung minyak atsiri yang terutama mengandung sineol, terpineol, dan borneol. Biji mengandung 3–7% minyak atsiri yang terdiri atas terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol, dan beta kamfer, di samping itu biji juga mengandung minyak lemak, protein, kalsium oksalat, dan asam kersik. Klasifikasi: Regnum Divisio Subdivisio Classis Ordo Familia Genus Species : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Zingiberales : Zingiberaceae : Amomum : Amomum cardamomum c. Kaempferia: K. galanga (kencur), K. angustifolia (kunci), K. rotunda (kunci pepet), K. pandurata. Kencur merupakan tumbuhan berhabitus perennial, berbatang basah tidak begitu tinggi, lebih kurang 20 cm. Tumbuh dalam rumpun. Daun tunggal, berwarna hijau dengan tepi merah kecoklatan bergelombang. Bentuk daun jorong lebar sampai bundar, panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung runcing, pangkai berlekuk, dan tepinya rata. Permukaan daun bagian atas tidak berbulu, sedangkan bagian bawah berbulu halus. Tangkai daun pendek, berukuran 3-10 cm, pelepah terbenam dalam tanah, panjang 1,5-3,5 cm, berwarna putih. Bunga 173 tunggal, bentuk terompet, panjang sekitar 2,5-5 cm. Benang sari panjang sekitar 4 mm, berwarna kuning. Putik berwarna putih atau putih keunguan. Kencur memiliki nama Botani Kaempferia galanga. 2. Familia Musaceae Familia Musaceae tumbuhan berhabitus terna yang besar, sering dengan batang semu yang terdiri atas upih daun yang balut membalut, dengan daun yang lebar, bangun jorong atau memanjang, ibu tulang daun tebal, beralur di sisi atasnya, jelas berbeda dari tulangtulang cabangnya yang menyirip. Bunga banci atau berkelamin tunggal, zigomorf, tersusun dalam sinsinus terdapat dalam ketiak daun pelindung yang besar dan berwarna menarik. Keseluruhan rangkaian bunga merupakan tenda dengan bunga betina di bagian pangkal dan bunga-bunga jantan di bagian ujung perbungaannya. Perhiasan bunga jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkotanya. Kelopak berbentuk tabung, memanjang, berbagi 2 dengan tepi bergigi yang berbeda-beda. Mahkota berbibir 2, bagian atasnya berigi-rigi. Benang sari 5 dengan 1 lagi yang tereduksi. Tangkai sari berbentuk benang, kepala sari bangun garis, beruang 2. Bakal buah tenggelam, beruang 3, tiap ruang berisi banyak bakal biji dengan tembuni di sudut-sudutnya. Tangkai sari berbentuk benang, kepala sari berlekuk. Buah berdaging, tidak membuka, merupakan buah buni atau buah kendaga. Biji dengan kulit biji keras, kadang-kadang bersalut, lembaga lurus terdapat dalam endosperm dan perisperm. Beberapa contoh-contoh Genus dari Familia Musaceae yaitu:a. Musa: M. paradisiaca (pisang), penghasil buah-buahan, mencakup berbagai jenis budidaya (“cultivar”). M. textilis (pisang Manila), penghasil serat; M. chiliocarpa (pisang seribu), M. brachycarpa (pisang batu), M. zebrina (pisang lilin). Tanaman pisang termasuk habitus terna dari Classis Monocotyledoneae perennial berbentuk pohon tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat partenokarpi. 174 3. Familia Cannaceae Familia Cannaceae termasuk tumbuhan berhabitus terna berukuran besar, perennial, dalam tanah mempunya rimpang yang tebal seperti umbi. Daun pada batang di atas tanah, besar, lebar, bertulang menyirip dengan ibu tulang nyata, tangkai daun pada pangkal melebar menjadi upih, lidah-lidah daun tidak terdapat. Bunga banci, zigomorf atau lebih sering asimetrik, besar dengan warna cerah dan menarik, tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan atau malai. Perhiasan bunga terdiri atas kelopak dan mahkota, masing-masing berbilangan 3, daun- daun kelopak bebas tersusun seperti genting, daundaun mahkota berlekatan pada pangkalnya. Benang sari 1-5, kecuali 1 semuanya steril dan berubah menjadi bagian bunga yang paling menarik, berwarna cerah, lebar, seperti daun mahkota, tetapi mendukung 1 kepala sari yang beruang 1 pada salah satu di bagian atasnya. Bakal buah tenggelam, beruang 3, tiap ruang berisi banyak bakal biji yang tersusun dalam 2 baris. Tangkai putik tebal menyerupai daun dengan kepala putik yang miring. Buah dengan kelopak yang tidak gugur di bagian atasnya, berupa buah kendaga yang membuka dengan rusaknya dinding kemudian menjadi kasap berbenjol-benjol. Biji banyak, endosperm keras, dan lembaga kecil, contoh: bulat, C. edulis (ganyong), rimpangnya dimakan, penghasil tepung yang dikenal sebagai “arrowroot of Queensland”. C. indica (Puspanyidra dan bunga tasbih) tanaman hias. 4. Familia Marantaceae Familia Marantaceae merupakan tumbuhan berhabitus terna perennial, dalam tanah membentuk rimpang yang merayap, di atas tanah terdapat batang yang nyata atau tidak. Daun dalam dua baris, terdiri atas 3 bagian yang jelas, berupa helaian, tangkai, dan upih yang terbuka, biasanya tampak sebagai rozet akar. Helaian bulat telur-memanjang atau jorong, bertulang menyirip, seringkali dengan 1 sisi lurus dan sisi yang lain melengkung. Tangkai daun bangun silinder, menebal pada batas dengan helaian, seringkali bersayap. Bunga banci, asimetrik, tersusun dalam bulir atau malai yang mempunyai daun pelindung dan terdapat pada ujung batang, ada kalanya bunga muncul dari rimpang. Hiasan bunga biasanya dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota, masing-masing terdiri atas 3 daun mahkota tidak sama besar dan berlekatan, membentuk suatu buluh pada bagian bawahnya. Benang sari 4-5, hanya 1 yang fertil, lainnya mandul dan bersifat 175 petaloid (seperti daun mahkota). Bakal buah tenggelam, beruang 3-1, sering 2 dari ke-3 ruangnya tidak berisi bakal biji. Bakal biji tegak pada dasar ruang, putik bengkok, sering melebar pada ujungnya. Buahnya buah kendaga yang pecah dengan membelah ruang atau buah berdaging. Biji dengan banyak endosperm, sering bersalut pada bagian pangkal, lembaga bengkok atau terlipat. Beberapa contoh-contoh species dari Marantaceae yaitu: Maranta: M. arundinacea (garut, kerut), penghasil tepung “arrowroot. Klasifikasi garut Maranta arundinacea yaitu: Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Familia : Marantaceae Genus : Maranta Species : Maranta arundinacea G. Bangsa Arecales Ordo Arecales merupakan tumbuhan yang memiliki berbagai perawakan habitus, kebanyakan berupa herba/terna yang besar, kadang-kadang pohon-pohon atau liana, ada pula yang berupa tumbuhan kecil-kecil. Daun kebanyakan besar, berbagi atau majemuk dengan susunan tulang-tulang menjari atau menyirip. Bunga kecil, banci atau berkelamin tunggal, tersusun rapat membentuk bunga majemuk seperti bulir atau tongkol, pada pangkalnya terdapat suatu seludang yang membungkus atau melindungi bunga majemuk. Perhiasan bunga tidak ada, atau bila ada tidak menarik, berbilang 3, kadang berbilang lain. Benang sari berbeda-beda jumlahnya. Bakal buah menumpang, beruang 1 atau lebih, jumlah bakal biji dalam setiap ruang tidak tertentu. Buah berupa buah buni atau buah batu, bukan buah kendaga. Bunga dengan endosperm besar dan lembaga kecil. a. Familia Arecaceae (Palmae) Familia Arecaceae tumbuhan berhabitus semak, pohon atau liana dengan batang sangat pendek hampir tidak ada, atau tinggi besar, ada yang langsing panjang dan bersifat 176 lentur, biasanya tidak bercabang, seringkali penuh dengan dengan sisa-sisa tangkai daun yang lebar berbentuk upih yang tidak gugur. Akar pertama yang berasal dari lembaga segera hilang dan diganti dengan akar-akar yang sama besar yang keluar dari pangkal batang. Daun tunggal, bercangap, berbagi atau majemuk dengan susunan tulang-tulang menjari atau menyirip, biasanya besar, panjangnya dapat mencapai beberapa meter, tersusun sebagai roset batang atau roset akar, pada jenis-jenis yang memanjat, tersebar dalam kuncup, daun berlipat bila telah berkembang biasanya berujung tajam, tepi atau ibu tulang berduri. Tangkai daun ke pangkal melebar menjadi upih yang membalut batang atau setidak-tidaknya menyerupai upih dan kadang-kadang lama tidak mau melepas dari batang. Bunga kecil, hermaprodit atau karena adanya reduksi salah satu alat kelaminya menjadi berkelamin tunggal, berumah satu atau berumah dua, kadang-kadang, tersusun dalam bunga majemuk yang bersifat seperti malai, biasanya dengan ibu tangkai bunga yang menebal, yang keseluruhanya membentuk yang disebut bunga tongkol. Karangan bunga itu jarang terdapat pada ujung batang, tetapi biasanya di ketiak-ketiak daun atau pada batang di bawah roset daun, kebanyakan diselubungi oleh daun pelindung yang disebut seludang bunga, seludang bunga banyak atau sedikit, seperti belulang atau seperti membran. Perhiasan bunga ganda, berupa 3 daun kelopak yang terpisah-pisah atau berlekatan dengan susunan seperti genting atau kutub-kutub, dalam bunga jantan biasanya tersusun seperti katup-katup dalam bunga betina seperti genting. Benang sari biasanya 6, tersusun dalam 2 lingkaran, jarang lebih dari 6 (3- banyak) atau hanya 3, bebas satu dari yang lain atau berlekatan, kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membungkus, serbuk sari dengan permukaan yang licin jarang berduri. Bakal buah menumpang, dalam bungan jantan tidak ada atau tereduksi, beruang 1-3, jarang beruang 4-7, setiap ruang berisi 1 bakal biji, kadang dalam bakal buah yang beruang 3 hanya terdapat 1 bakal biji yang sempurna perkembangannya. Buah buni atau buah batu, beruang 1-2, atau dengan daun-daun buah yang jelas batas-batasnya. Biji dengan endosperm dan lembaga yang kecil, contoh species: Salak Zalacca edulis 177 a. Familia Araceae Familia Araceae berhabitus terna dengan getah yang cair atau seperti susu, pait, dalam tanah mempunyai rimpang yang memanjang dan seperti umbi, kadang-kadang memanjat, jarang dengan batang berkayu. Daun biasanya tidak banyak, kadang-kadang baru terbentuk setelah keluar bunga, tunggal atau berbagi sampai majemuk, kebanyakan tersusun sebagai roset akar atau tersebar pada batang atau bersilang dalam 2 baris. Helaian bunga jantung atau perisai, anak panah, dengan tangkai pada pangkal berubah menjadi upih daun yang tipis seperti selaput. Bunga kecil, dalam jumlah yang banyak, tersusun sebagai bulir atau tongkol yang mempunyai seludang, berbau tidak sedap, banci atau berkelamin tunggal. Bunga banci atau berkelamin tunggal pada tongkol teratur sedemikian rupa, sehingga bunga jantan terdapat di bagian atas tongkol, dan bunga betina di bagian bawahnya. Bunga yang banci mempunyai perhiasan bunga yang terdiri atas 4-6 segmen atau berlekatan membentuk badan seperti piala, bunga yang berkelamin tunggal tanpa perhiasan bunga. Benang sari 24-8, berhadapan dengan segmen-segmen perhiasan bunga, kepala sari membuka dengan celah atau liang, bebas atau bersatu menjadi satu massa. Pada bunga jantan sering terdapat benang-benang sari yang mandul. Bakal buah menumpang atau tenggelam dalam tongkol, beruang 1-banyak, dengan sedikit sampai banyak, bakal biji dalam setiap ruangnya. Tangkai putik dan kepala putik bermacam-macam bentuk dan susunannya, atau tidak terdapat. Buahnya buah buni, berisi1-banyak biji, yang mempunyai endosperm dengan lembaga di tengahnya, atau tanpa endosperm dengan lembaga yang bengko,contoh species: Tanaman kuping gajah Anthurium pentaphyllum 178 b. Familia Cyclanthaceae Familia Cyclanthaceae merupakan tumbuhan berhabitus terna perennial dengan habitus mirip Palma, batang pendek atau tidak ada, kadang-kadang memanjat dan menjadi setengah epifit, mempunyai getah seperti susu atau cair. Daun berbentuk kipas seperti pada Palma kipas, bertepi rata, berlekuk atau berbagi 2, masing-masing bagian dapat berlekuk atau berbagi lagi, tangkai daun pada pangkal berubah menjadi upih, duduk daun tersebar atau berseling dalam 2 baris. Bunga berkelamin tunggal, berumah 1, tersusun sebagai tongkol yang mempunyai 2-6 seludang yang mudah runtuh. Bunga jantan dan betina terdapat pada satu tongkol. Bunga jantan tanpa perhiasan bunga atau mempunyai tenda bunga yang berlekatan, bergigi 6 dengan 6-banyak benang sari. Bunga jantan telanjang, atau mempunyai tenda bunga yang terdiri atas 4 daun tenda bunga berbentuk sisik, dan 4 benang sari mandul berbentuk benang. Bakal buah tenggelam dalam tongkol atau sumbu bunga majemuknya, beruang 1 dengan 2-4 tembuni pada dindingnya, bakal biji pada setiap tembuni banyak. Buahnya buah buni yang berisi banyak biji. Biji dengan kulit biji yang berdaging, mempunyai endosperm dan lembaga yang kecil, lurus atau bengkok, contoh species: Cyclanthus bipartitus. c. Familia Lemnaceae Familia Lemnaceae merupakan tumbuhan berhabitus terna perennial, berukuran kecil, mengapung atau tenggelam di air, tanpa batas yang nyata antara batang dan daundaunnya, dengan akar-akar seperti benang-benang atau tanpa akar, merupakan tanda adanya adaptasi kehidupan, menggunakan air sebagai habitatnya, serta adanya reduksi alat-alat vegetatif yang tidak ditemukan pada tumbuhan lain. Tubuh tumbuhan ini tereduksi menjadi benda bentuk jorong, memanjang atau bulat pipih, tanpa diferensiasi morfologi, sehingga menyerupai talus, di sebelah atas kelihatan hijau, sebelah bawah seringkali berwarna lembayung, berkembang biak secara vegetatif dengan perantaraan kuncup-kuncup pada pangkal bergandengan dengan induknya, dan kemudian dapat terpisah-pisah menjadi individu baru. Bungan berkelamin tunggal, berumah 1, tidak mempunyai perhiasan bunga; bunga jantan hanya 179 terdiri atas 1 benang sari, yang betina terdiri atas 1 putik dengan bakal buah beruang 1 yang berisi 1-6 bakal biji pada dasar ruang. Buah berupa gelembung kecil, biji dengan kulit berdaging, sedikit endosperm dan lembaga yang lurus, contoh species: Lemna minor. H. Ordo Pandanales Ordo Pandanales berhabitus perdu atau pohon dengan daun-daun pipih, bangun garis atau pita. Bunga selalu berkelamin tunggal, telanjang atau mempunyai tenda bunga, biasanya tersusun dalam karangan bunga berupa tongkol majemuk atau bongkol. Bunga jantan dengan 1-banyak benang sari, bunga betina dengan bakal buah beruang 1-banyak, setiap ruang berisi 1-banyak bakal biji. Kandung lembaga umumnya terdapat lebih dari 3 sel antipoda. Buah menyerupai buah keras, biji mempunyai endosperm. a. Familia Pandanaceae Familia Pandanaceae berhabitus semak, perdu atau pohon dengan batang yang besar atau tumbuh tegak, bercabang-cabang atau berupa liana dengan batang-batang memanjat. Pada pangkal batang terdapat akar tunjang, kadang-kadang akar keluar dari bagian batang yang lebih tinggi, bahkan dari cabang-cabangnya. Daun sempit, panjang, bangun pita dengan tepi berduri kecil-kecil tajam, duri-duri kadang-kadang juga pada sisi punggung ibu tulangnya, tersusun dalam garis spiral spirostich biasanya ada 3. Bunga berkelamin tunggal, telanjang tersusun sebagai bunga tongkol bersifat majemuk, terdapat pada ujung batang atau dalam ketiak daun-daun pelindung besar, seringkali berwarna. Bunga jantan dengan atau tanpa putik yang rudimenter, mempunyai banyak benang sari terdapat pada sumbu bunga pendek atau panjang, tangkai sari bebas atau berlekatan, kepala sari tegak terdiri atas 2 ruang sari yang masing-masing dapat terbagi lagi dalam ruang-ruang yang lebih kecil. Bunga betina tanpa benang sari mandul atau bila ada kecil dengan posisi hipogin. Bakal buah menumpang, beruang 1, bebas atau berlekatan dengan bakal buah di dekatnya membentuk kelompok-kelompok bakal buah dengan kepala putik menjadi satu atau tetap terpisah-pisah, duduk langsung pada bakal buah atau pada tangkai putik yang pendek. Buahnya buah batu atau menyerupai buah buni, terkumpul menjadi buah ganda. Biji kecil, mempunyai endosperm berdaging dan lembaga berukuran kecil, contoh species: Pandan wangi Pandanus amaryllifolius. 180 b. Familia Sparganiaceae Familia Sparganiaceae merupakan tumbuhan berhabitus terna perennial, mempunyai rimpang dan batang di atas tanah atau bercabang-cabang. Daun bangun pita, panjang, kaku atau terkulai, pangkal berupih, biasanya tersusun dalam 2 baris pada pangkal batang. Bunga berkelamin tunggal, terkumpul dalam tongkol-tongkol yang bulat dan terpisah-pisah, bunga jantan di bagian atas dan bunga betina pada setiap bunga majemuk, setiap bunga mempunyai perhiasan bunga terdiri atas 3-6 segmen, berupa sisik-sisik tipis seperti membran yang memanjang. Bunga jantan dengan 3 benang sari atau lebih, tangkai sari bebas atau untuk sebagian berlekatan, kepala sari memanjang, serbuk sari bulat. Bunga jantan dengan bakal buah yang duduk tidak bertangkai daun menyempit pada bagian bawahnya, beruang 1 atau 2, setiap ruang berisi 1 bakal biji. Buah termasuk buah keras atau buah batu, tanpa tangkai buah, tidak membuka bila telah masak. Biji dilindungi oleh kulit biji yang tipis, mempunyai endosperm, bertepung dengan lembaga di tengahnya, contoh species: Sparganium eucarpus. c. Familia Typhaceae Familia Typhaceae merupakan tumbuhan berhabitus terna air, perennial, rawarawa atau telaga, mempunyai rimpang yang merayap dan batang-batang sederhana, dengan bagian bawah terendam air. Daun sempit, bangun garis atau pita memanjang, agak tebal seperti sepon, biasanya tersusun dalam 2 baris atau merupakan rozet akar. Bunga berkelamin tunggal, dalam jumlah besar, tersusun rapat dalam tongkol yang berbentuk silinder dengan bunga jantan di bagian atas dan bunga betina di bagian bawah tongkol, kedua bagian tersebut dipisahkan oleh bagian tongkol yang terdiri atas sisik-sisik tipis seperti selaput. Bunga jantan dengan 2-5 benag sari, tangkai sari bebas atau berlekatan dengan berbagai cara; kepala putik bangun garis. Bunga betina dengan bakal buah beruang 1, yang ke atas menyempit menjadi tangkai putik dengan kepala putik yang sempit seperti pita, pangkal bertangkai. 181 Buah kering, jika membuka dengan membelah membujur. Biji dengan kulit biji yang bergaris-garis membujur, endosperm bertepung, lembaga sempit, hampir sepanjang bijinya, contoh species: Typha angustifolia. I. Ordo Orchidales Ordo Orchidales termasuk tumbuhan berbahitus herba/terna yang hidup sebagai epifit, kadang-kadang sebagai saprofit, atau terestrial, dengan kadang-kadang terdapat badan-badan yang merupakan adaptasi terhadap kekurangan air. Daun dengan bentuk yang beraneka ragam, biasanya tersusun dalam 2 baris, sering agak tebal berdaging. Bunga banci, zigomorf, jarang sekali aktinomorf. Perhiasan bunga terdiri dari 2 lingkaran daun tenda bunga yang bebas, dalam masing-masing lingkaran terdapat 3 daun tenda bunga. Benang sari 1 atau 2, jarang sekali 3, berlekatan dengan tangkai putik. Bakal buah tenggelam, kebanyakan beruang 1 dengan banyak bakal biji pada tembuni yang terletak pada dinding, atau bakal buah beruang 3 dengan tembuni pada sudut-sudutnya. Buah kendaga apabila masak akan pecah dengan mengeluarkan biji-biji kecil seperti serbuk. Biji tanpa endosperm, lembaga belum sempurna. a. Familia Apostasiaceae Familia Apostasiaceae merupakan tumbuhan berhabitus terna teresterial, dengan rimpang pendek dan batang yang tidak bercabang-cabang. Daun memanjang, bertangkai, bertulang melengkung. Bungan kecil, banci, aktinomorf atau zigomorf, tersusun dalam bulir atu tandan yang mempunyai daun pelindung. Perhiasan bungan terdiri atas 6 daundaun tenda bungan yang menyerupai mahkota, semua bebas, hampir sama satu dengan yang lain, dengan salah satu menunjukkan kecenderungan untuk berubah menjadi bibir labellum. Benang sari 3 atau 2. Tangkai sari berlekatan pada pangkalnya dan berlekatan pula dengan tangkai putik. Kepala sari bebas, beruang 2, memanjang dan membuka dengan celah membujur. Bakal buah tenggelam, beruang 3 dengan tembuni di sudut-sudut, tangkai putik, kepala putik 3. Buah kendaga, kadang-kadang berparuh pendek. Biji kecil, banyak dan bangun jorong, contoh species: Neuwiedia linleyi. b. Familia Orchidaceae 182 Familia Orchidaceae termasuk tumbuhan berhabitus terna perennial dengan perawakan yang beraneka ragam, hidup sebagian besar sebagai epifit, ada yang sebagai saprofit, ada pula teresetrial, mempunyai rimpang, akar yang seperti umbi, tetapi bukan umbi lapis atau umbi sisik. Batang berdaun atau tidak, pangkalnya seringkali menebal membentuk umbi semu pseudo bulbi , mempunyai akar-akar yang mengandung klorofil dan berfungsi sebagai alat untuk asimilasi. Daun tidak berbagi, berseling biasanya tersusun dalam dua baris, jarang berhadapan, kadang-kadang tereduksi menjadi sisik, seringkali agak tebal, berdaging, pangkal berubah menjadi upih yang hampir selalu tertutup dan memeluk batang. Bunga seringkali mempunyai bentuk dan warna yang indah, tetapi kadang-kadang juga hanya kecil, tidak berwarna atau berwarna kehijau-hijauan, mempunyai daun pelindung, biasanya banci, zigomorf, jarang terdapat bunga berkelamin tunggal yang berumah 1. Bunga-bunga tersebut ada yang terpisah-pisah ada yang tersusun dalam beraneka susunan rangkaian, seperti bulir, tandan atau malai. Perhiasan bunga tersusun atas 6 segmen (daun tenda bunga) yang terdapat dalam dua lingkaran, lingkaran dalam seperti petala yang luar seperti sepala, setiap lingkaran bunga bebas satu sama lain, atau berlekatan dengan cara yang bermacam-macam. Benang sari 2 atau 1, terdiri dari benang sari-benang sari yang lateral pada lingkaran dalam atau yang median dari lingkaran luar, sedang benang sari yang lain bersifat mandul. Kepala sari menghadap ke dalam, beruang dua, membuka dengan celah membujur. Serbuk sari merupakan butir terpisah-pisah, atau lebih sering bergumpalgumpal membentuk kelompokan serbuk sari yang bertepung atau berlilin yang disebut polinium. Bakal biji banyak, anatrop, sangat kecil. Buah biasanya berupa buah kendaga, membuka ke samping dengan 3-6 celah-celah membujur. Biji banyak, sangat kecil, seperti serbuk, memanjang pada 2 ujung atau jarang sekali bersayap, endosperm tidak terdapat, lembaga belum terbentuk atau belum terdiferensiasi, contoh species: Orchis militaris Phalaenopsis amabilis 183 IX.3. TUGAS UNTUK MAHASISWA Mahasiswa diharuskan membuat makalah tentang Classis Monocotyledoneae dengan membaca dari sumber-sumber buku literatur, materi bahan ajar atau penelusuran melalui internet. Makalah tersebut dibuatkan power point kemudian dipersentasikan di kelas, dilakukan tanya jawab antara kelompok peserta mata kuliah dan hasil presentasi dibuatkan rangkuman/kesimpulan. 184 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2013. Gambar-gambar Tumbuhan Dialypetalae. http://wikipedia.org. diakses pa 3 Maret 2013 , 2014. Biologipedia. Rumput Teki Cyperus Rotundus. http://biologipedia.blogspot.com/2014/01/teki-tekianrumput-teki- Cyperus-rotundus.html. Diakses pada hari Jumat, tanggal 28 Februari 2014, pukul 18.30 WITA, Makassar. ,2014. Teki Pendul. http://id.wikipedia.org/wiki/Jukut_pendul. Diakses pada hari Jumat, tanggal 28 Februari 2014, pukul 18.56 WITA, Makassar. , 2014. Bulbostylis barbata. Australian Tropical Rainforest media/Html/taxon/Bulbostylis_barbata.htm. Diakses pada hari Jumat, Plants. tanggal 28 Februari 2014, pukul 18.34 WITA, Makassar. Arif, D., 2013. www.GambarTumbuhan.com, di akses pada tanggal 2 Maret 2014, pukul 19.00 WITA. Ariesnie, D, 1985. Gymnospermae. Gramedia, Jakarta. Asri, A., 2012. Tumbuhan Purun Sebagai Komoditi Rumah Kita. https://sites.google.com/site/sdn3ast/classroom-news/. Diakses pada hari Jumat, tanggal 28 Februari 2014, pukul 19.05 WITA, Makassar. Benson, L., 1956. Classification. Lousiana State University, D.C.Heath and Company, Boston. Bayu, B. 2012. http://bayou.blogspot.tumbuhan.com, diakses pada tanggal 20 Februari 2013 Campbell, Neil A. Dkk, 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 2, Erlangga. Jakarta. Campbell, N. A., dan Reece J.B. 2008. Biologi Edisi ke 8 Jilid 1, (diterjemahkan dari : Biology Eighth Edition), Erlangga. Jakarta. Citra, S., 2011. Ciri-ciri dari Mendong Fimbristylis globulosa. http://sketselku.wordpress.com/2011/12/21/mendong/. Diakses pada hari Jumat, tanggal 28 Februari 2014, pukul 18.45 WITA, Makassar. Damayanti, 2012, Pembagian Tumbuhan, http://coridamayanti.blogspot.com, diakses tanggal 1 Maret 2014, pukul 20.00 WITA. 185 Dasuki, U.A., 1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati, ITB. Ismail. 2011. Spermatophyta. Kretakupa. Makassar. Jones, S.B. Jr. & A.E. Luchsinger. 1979. Plant Systematics. Me. Graw-Hill. Inc. U.S.A. Kimball, John W., 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Erlangga. Jakarta. Lawrence, G.H.M. 1974. Taxonomy of Vascular Plants. Fourth Indian Reprint. Mohan Primlani, Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi. Plantamor, 2013. Sympetalae. http://www.plantamor.com. Diakses 1 maret 2014. Radfor, A.E.; W.C. Dickinson; J.R. Massey & C.R. Bell. 1976. Vascular Plant Systematics. Harper and Raw Publishers. New York. Sriyuni, 2009. Bahan Ajar Liliopsida. http://www.wikipedia.com. Diakses, 9 Mei 2012. Stace, C.A. 1980. Plant Taxonomy and Biosystematics. Edward Arnold Publishing Ltd. London. Sudarnadi, H. 1989.Taksonomi Tumbuhan berpembuluh I. Departemen P dan K< Dirjen DIKTI dan PAU Ilmu Hayat IPB, Bogor Tjitrosoepomo, G., 1990. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tjitrosoepomo. Gembong, 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 186