BIOTEKNOLOGI MENGATASI GANGGUAN REPRODUKSI PADA SAPI 1 2 3 4 5 (10 votes) Ditulis Oleh drh. M. Arifin Basyir Selasa, 01 Juni 2010 Selain meningkatan mutu genetis, bioteknologi reproduksi selama ini dikenal sebagai salah satu upaya mencegah penyebaran penyakit infeksi saluran reproduksi. Sebenarnya ada juga gangguan reproduksi lain yang bukan penyakit menular dapat diatasi , baik pada generasi pertama maupun kedua dalam pemberdayaan bioteknologi reproduksiini. Bioteknologi reproduksi generasi pertama yaitu insemenasi buatan (IB) adalah upaya memberdayakan potensi genetis superior sapi jantan, yaitu sebagai donor benih berupa sel spermatozoa dalam bentuk semen beku. Selain meningkatkan efisiensi reproduksi dibanding kawin alam, maka IB juga mengatasi masalah reproduksi atau tepatnya adalah mencegah penyeberan penyakit infeksi reproduksi. Salah satu cara yang ditempuh antara lain adalah seleksi yang meliputi bebas penyakit reproduksi terhadap calon pejantan unggul produsen semen beku, merupakan syarat mutlak yang tidak boleh ditawar lagi. Satu lagi prestasi IB dalam mengatasi gangguan reproduksi yang tidak termasuk dalam katagori penyakit menular atau tepatnya suatu malformasi atau gangguan bentuk anatomis yang dahulu diduga sebagai sifat genetis yang menurun, adalah white heifer disease atau hymen persisten. Yaitu suatu kelainan bentuk penebalan selaput dara sehingga tidak dapat ditembus oleh penetrasi penis pada kawin alam. White berarti putih yang dimaksud adalah ’suci’ suatu istilah simbol keperawanan pada tempo doeloe. Dengan pengertian ini istilah white heifer disease adalah sapi dara tetap perawan atau selaput dara tetap utuh meski sudah digagahi oleh sapi jantan. Sapi dara yang menderita kelainan ini tidak ekonomis untuk dipelihara karena tidak dapat bunting atau tidak produktif. Dengan adanya bioteknologi reproduksi IB maka masalah ini dapat teratasi, karena sebagaimanapun ketebalan selaput dara dapat ditembus oleh alat kawin suntik atau gun IB. Bioteknologi reproduksi generasi kedua yaitutransfer embrio (TE) adalah upaya memberdayakan potensi genetis superior sapi betina, yaitu sebagai donor benih berupa oosit, ova dan embrio (setelah melalui fertilisasi secara in vivo maupun in vitro). Dalam TE juga terjadi peningkatan efisiensi reproduksi, karena dalam satu siklus birahi dapat dihasilkan lebih banyak benih dibanding hanya satu benih saja secara alami dalam setiap siklus birahi. Demikian pula prasyarat seleksi bebas penyakit reproduksi juga berlaku bagi sapi betina donor untuk menghindari penyebaran penyakit infeksi saluran reproduksi Sebagaima pada IB mempunyai prestasi dalam mengatasi kelainan reproduksi yang tidak menular, maka TE juga mempunyai prestasi yang serupa yaitu mengatasi kemajiran akibat kelahiran kembar free martin. Pada jaman dahulu kelahiran kembar non identik jantan dan betina atau free martin ini didiagnosa akan terjadi kemajiran pada pedet betina, akibat dominasi hormonal jantan pada masa prenatal. Kemajiran free martin karena terjadinya kebuntingan pada salah satu kornua uteri, sehingga terjadi anastomose pembuluh darah plasenta pedet jantan maupun betina yang mengakibatkan tercampurnya aliran darah plasenta yang memasok nutrisi dan hormon reproduksi. Dalam penerapan TE maka kemungkinan terjadinya kemajiran akibat kelahiran kembar free martin dapat dikurangi, dengan menempatkan embrio pada kedua belah fihak (ipsilateral dan kontra lateral corpus luteum) kornua uteri kiri dan kanan dalam program kelahiran kembar. Sehingga secara fisik pertumbuhan embrio dan plasenta kedua-duanya terpisah jauh yang tidak memungkinkan terjadinya anastomose pembuluh darah. Di lain fihak embrio dapat dirancang yang tidak mempunyai kekerabatan genetis (berbeda bangsa dan jenis), misalnya embrio sapi perah dan sapi potong atau dua benih embrio sapi potong yang beda bangsa. Diharapkan dengan beda kekerabatan genetis, tidak terjadi afinitas anastomose pembuluh darah plasenta. Dalam program kelahiran kembar meskipun ada kemungkinan terjadi transmigrasi benih embrio yang telah ditempatkan terpisah antar kornua, sehingga menyatu kembali di salah satu kornua yang berakibat terjadinya kembar freemartin. Atau program kelahiran kembar lebih dari dua ekor yang tentunya salah satu kornua uteri mengandung lebih dari satu janin. Baca lagi meningkatkan efisiensi reproduksi melalui kelahiran pedet kembar. Namun kejadian freemartin tidak perlu ditakuti karena bagaimanapun juga sapi tetap mempunyai nilai ekonomis meskipun majir, yaitu untuk digemukkan sebagai sapi pedaging atau sapi potong. ( [email protected]) image source: answers.com & bairnsley.com