5 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Menurut Pahan (2008), tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi : Embryophyta siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Arecaceae / palmae Subfamily : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq. 2.2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit A. Akar. Kelapa sawit merupakan tumbuhan yang berakar serabut. Sebagian akar tumbuh lurus ke dalam (vertikal) dan sebagian tumbuh secara mendatar (horisontal). Akar kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter dan ke samping mencapai radius 16 meter. Akar kelapa sawit memiliki beberapa jenis yaitu: akar primer, akar sekunder, akar tersier, dan akar kuartener (Pahan 2008). B. Batang. Batang kelapa sawit tidak bercabang. Titik tumbuh kelapa sawit terdapat di pucuk batang. Batang kelapa sawit tidak memiliki ruas. Diameter batang kelapa sawit antara 25 - 75 cm, tetapi pangkal batang bisa lebih besar lagi pada Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 6 tanaman tua. Fungsi utama batang kelapa sawit yaitu sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh jaringan tanaman (Pahan 2008). D. Daun. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk. Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap dua minggu sekali akan tumbuh satu daun kelapa sawit. Daun dihasilkan dalam urut-urutan yang teratur. Daun muda yang sudah mengembang sempurna dinamakan daun nomor satu, sedangkan daun yang masih terbungkus seludang dinamakan daun nomor nol. Daun memiliki anak daun (foliage leaflet) yang berbaris dua di sisi kanan dan kiri hingga ujung daun. Anak daun pada daun normal berjumlah 80 - 120 lembar anak daun. Pola susunan daun- daun pada batang kelapa sawit dibedakan menjadi dua yaitu spiral kiri dan spiral kanan (Pahan, 2008). E. Bunga. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monoceous dimana bunga jantan dan bunga betina terletak pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga kelapa sawit terdiri atas bunga jantan (serbuk sari) yang berbentuk panjang lonjong dan bunga betina (kepala putik) yang berbentuk bulat. Tetapi, ada juga tanaman kelapa sawit hanya memproduksi bunga jantan. Hal tersebut tergantung dari kondisi lahan dan air. Umumnya bunga jantan dan betina terdapat pada dua tandan yang terpisah. Bunga jantan lebih dahulu masak dibandingkan dengan bunga betina. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung sari) adalah 3x24 jam (Pahan 2008). Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 7 F. Buah. Secara botani buah kelapa sawit digolongkan dalam buah drupe, terdiri dari pericarp, yang terbungkus oleh eksocarp (kulit buah), mesocarp (daging buah) dan endocarp (cangkang buah) yang membungkus 1 - 4 inti/kernel (Pahan, 2008). Kulit buah berpotensi menghasilkan CPO, sedangkan inti yang menghasilkan PKO. Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua, warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kekuningan (oranye). Buah kelapa sawit terdiri dari lapisan perikarp yang terbungkus oleh eksokarp, mesokarp dan endocarp. Kandungan minyak (crude palm oil) terdapat pada lapisan mesokarp sedangkan kandungan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) terdapat pada lapisan endocarp (Pahan 2008). 2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Faktor lingkungan yang cukup berpangaruh besar terhadap pertumbuhan kelapa sawit adalah iklim dan tanah. Keadaan iklim mempengaruhi proses fisiologi tanaman, seperti proses asimilasi, pembentukan bunga, dan pembuahan. Sinar matahari dan hujan dapat menstimulasi pembentukan bunga kelapa sawit (Pahan 2008). Menurut Pahan (2008), tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik dengan lama penyinaran matahari yakni rata-rata 5 – 7 jam/hari. Curah hujan tahunan yaitu 1 500 – 4 000 mm. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 ºC dengan suhu maksimum 33 ºC minimum 22 ºC sepanjang tahun. dan suhu Ketinggian tempat yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 400 meter dpl dengan kemiringan lereng 0 – Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 8 12 oC atau 21 %. Tanah yang baik sebagai media tanam yaitu mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4 – 6, dan tanah tidak berbatu. Tanah latosol, ultisol dan aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit. Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan menyuplai semua kebutuhan hara untuk kehidupan tanaman. Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada 3 faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik tanah, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah. Lingkungan berpengaruh dalam organisme biologi yang berada di dalam tanah tersebut. Lingkungan fisik tanah berpengaruh terhadap tekstur tanah, struktur tanah, dan bahan organik. Unsur kimia berpengaruh pada kelembaban tanah, pH, dan kandungan hara. Kekurangan dan kelebihan unsur hara dapat menyebabkan penyakit maupun pertumbuhan yang terhambat (Pahan 2008). 2.4. Manajemen Pengendalian Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Gulma merupakan tanaman pengganggu yang kehadirannya tidak diinginkan. Kehadiran gulma ini dinilai merugikan karena secara estetika akan mengganggu keindahan taman dan secara fungsi akan mengurangi hara, pemanfaatan sinar matahari, air tanah, dan tempat tumbuh yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman utama. Gulma menyebabkan gangguan dan kerugian pada tanaman budidaya kelapa sawit (Sukman dan Yakup, 2002). 2.4.1. Morfologi gulma Morfologi gulma menurut Moenandir (1993), yang terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 9 1.) Akar Gulma mempunyai perakaran serabut pada gulma berdaun sempit (monokotil) atau berakar tunggang untuk gulma berdaun lebar (dikotil). Perakaran digolongkan dalam semusim atau tahunan, akar tunggang sering menggembung yang nantinya dapat membentuk batang tunas baru pada tahun berikutnya bagi gulma jenis tahunan. Gulma–gulma “jahat” mempunyai akar dalam tanah yang berkembang mendatar pada jenis gulma tahunan. Gulma mempunyai perakaran yang cukup luas dan dalam. Tanda-tanda seperti inilah yang menyebabkan gulma dapat bertahan dalam keadaan yang tak menguntungkan untuk tanaman dan bahkan sebagai tanda kuatnya bersaing dengan tanaman yang berada disekitarnya. Sedangkan bagi gulma yang perakaran serabut dipunyai oleh gulma berdaun sempit. Akar semacam ini ada juga yang cukup dalam 30-80 cm, yang seperti ini juga dapat menguatkan kedudukan gulma pada tempat tumbuhnya. 2.) Batang Batang gulma merupakan bagian yang penting pula dalam pertumbuhan- nya. Batang-batang ini terdapat di dalam tanah atau di atas tanah. Batang dalam tanah dapat berupa batang tahunan. Bagian batang-batang di atas tanah yang dibentuk itu dapat bersifat semusim atau tahunan. Gulma-gulma yang berada di sekitar tanaman budidaya sering dari golongan semusim. Pada umumnya, batangbatang semusim tidak berkayu namun agak lunak. Batang-batang gulma dapat tegak, melilit, atau mendatar dan ada yang berbulu-bulu dan tidak berbulu-bulu. Batang gulma, baik dari gulma berdaun sempit maupun gulma berdaun lebar merupakan tempat pembuluh-pembuluh pengangkut bahan-bahan yang Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 10 berasal dari dalam tanah dapat berupa air, nutrisi ataupun herbisida yang lewat melalui pembuluh xylem menuju ke bagian atas tumbuhan. Batang-batang gulma terutama yang berdaun lebar, ada yang mempunyai duri-duri sehingga dapat menyulitkan pengendaliannya. Irisan batang gulma ini dapat berbentuk bermacam-macam seperti bulat, bersayap, bergerigi, berlekuk ataupun segitiga dan segiempat. Batang pada gulma berdaun sempit pada umumnya tegak naik dan kuat atau lemah dan ada pula yang merayap. 3.) Daun Gulma berdaun lebar dikenal dari golongan berkeping dua (dikotil) dan gulma berdaun sempit dikenal sebagai rumput-rumputan atau berkeping tunggal (monokotil). Bentuk tepi daun gulma juga bermacam-macam, misalnya lurus, berombak, berlekuk, bergerigi, bergerigi kecil-kecil, berlekuk lebar, dan berbulu tepi. Dan kedudukan daun gulma ini pada batang adalah berlawanan, selangseling, menggerombol. Daun yang sempurna terdiri dari tangkai daun, tulang daun dan helaian daun. Gulma ada yang mempunyai daun yang tidak bertangkai. Daun gulma merupakan tempat herbisida menempel setelah penyemprotan dilakukan. Daun itu pulalah merupakan jalan masuk herbisida ke dalam tubuh tumbuhan setelah lewat penetrasi. Daun yang berlapis lilin akan mempunyai hambatan bagi herbisida untuk menempel maka perlu dicampur dengan surfactant, detergen, sticker dan lain-lain. Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 11 4.) Bunga Bunga terbentuk pada batang dengan letak yang berbeda-beda. Bunga yang bergerombol disebut inflorensia. Bunga yang lengkap terdiri dari kelopak bunga, benang sari, daun bunga dan putik. Pembungaan pada gulma juga dipengaruhi oleh suhu, cahaya, penyinaran matahari dan lain-lain. 5.) Buah Setelah terjadi penyerbukan, kelopak bunga, daun bunga dan benang sari akan berubah. Ovari akan berkembang menjadi buah dan ovule menjadi biji. Buah ada yang berdaging atau kering berisi banyak biji. Beberapa jenis buah adalah : a. Ahken : buah kering tertutup dan berisi biji tunggal, kulit buah menjadi satu dengan kulit biji namun masih mudah dipisahkan. b. Kariopsis : biasanya pada buah jenis rumput- rumputan. c. Kapsul : beberapa biji kering dengan buah terbuka pada saat masak. d. Polong : buah yang kering terbuka atau tertutup berisi banyak biji. e. Berry : buah berdaging terbuka pada saat masak dan berisi banyak biji-biji. 6.) Biji Suatu ovule yang masak disebut biji memberikan bentuk dari satuan alat kelamin reproduksi dari tumbuhan berbunga. Biji berisi sebuah embrio tumbuhan, tutup pelindung dan cadangan makanan yang digunakan oleh embrio untuk hidup. Pada biji rumput-rumputan hanya ada satu kotiledon yang tidak seperti daun. Pada gulma berdaun lebar terdapat dua kotiledon yang nampak menyerupai daun. Dalam kotiledon ada cadangan makanan yang terkandung dalam embrio yang membentuk cadangan makanan yang khas yang disebut Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 12 endosperm. Dalam biji yang perlu diperhatikan adalah ukuran biji, bentuk permukaan biji, ukuran embrio, kedudukan dan bentuk serta ada tidaknya endosperm. Secara umum, gulma memproduksi biji cukup banyak. Sifat inilah sebagai salah satu sebab mengapa gulma dapat bertahan hidup dimana-mana dalam segala keadaan. 2.4.2. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma pada perkebunan. Ada beberapa kerugian yang ditimbulkan gulma pada tanaman budidaya kelapa sawit menurut Sukman dan Yakup (2002), antara lain : a. Persaingan dalam memperoleh air Air diserap dari dalam tanah kemudian sebagian besar diuapkan (transpirasi), hanya sekitar 1% saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk setiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330-1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali kebutuhan tanaman. b. Persaingan dalam memperoleh unsur hara Gulma menyerap lebih banyak unsur hara dari pada tanaman. Pada bobot kering yang sama gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak dari jagung. c. Persaingan dalam memperoleh cahaya Dalam keadaan air dan hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman, maka faktor pembatas berikutnya adalah cahaya matahari. Bila musim hujan, maka berbagai tanaman akan berebut untuk memperoleh cahaya matahari. d. Pengeluaran senyawa beracun. Tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan cara interaksi biokimia, yaitu salah satunya dengan mengeluarkan senyawa beracun, yang akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman lain. Interaksi biokimia antara Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 13 gulma dan tanaman ini dapat menyebabkan gangguan perkecambahan biji kecambah jadi abnormal. Persaingan yang timbul akibat hal ini adalah dikeluarkannya zat racun dari suatu tumbuhan yang disebut allelopathy. 2.4.3. Karakteristik gulma Sukman dan Yakup (2002) berpendapat bahwa, klasifikasi gulma dibedakan menjadi: 1.) Gulma rumput Ciri-ciri gulma rumput berbatang bulat atau pipih dan berongga, kesamaannya dengan teki karena bentuk daunnya sama-sama sempit tetapi dari sudut pengendalian responnya terhadap herbisida berbeda. 2.) Gulma teki. Ciri-ciri gulma teki batang berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat dan tidak berongga, daun berasal dari nodia dan warna ungu tua. 3.) Gulma daun lebar Pada permukaan daun terutama permukaan bawah terdapat stomata, dan tunas-tunas pada titik memencarnya daun. Berdasarkan bentuk masa pertumbuhannya gulma dibedakan atas: 1.) Gulma berkayu Golongan ini mencakup tumbuh-tumbuhan yang batangnya membentuk cabang-cabang sekunder. 2.) Gulma air Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang beradaptasi terhadap keadaan air kontinu atau paling tidak terhadap kondisi tanah berair untuk periode waktu hidupnya. Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 14 3.) Gulma perambat Tumbuhan yang merambat yang berstatus sebagai gulma, bisa sangat agresif dan perlu pengendalian. Gulma ini dapat menimbulkan masalah mekanis seperti Mikania chordata. 4.) Gulma epifit dan parasit Gulma ini dapat menyebabkan pepohonan akan kehilangan daun karena cabang-cabangnya telah dimatikan oleh parasit tersebut. Ditinjau dari siklus hidupnya gulma dibedakan menjadi: 1.) Gulma semusim Gulma semusim merupakan gulma yang siklus hidupnya dalam satu tahun atau satu musim, contohnya Ageratum conyzoides. 2.) Gulma dua musim Gulma dua musim disebut juga dengan gulma biennial, gulma ini memerlukan dua musim pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya, biasanya berbentuk roset pada tahun pertama dan menghasilkan bunga pada tahun kedua. 3.) Gulma tahunan Gulma tahunan disebut juga dengan gulma perennial, gulma ini hidup lebih dari dua tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak terbatas, contohnya Imperata cylindrica. 2.4.4. Klasifikasi gulma di perkebunan kelapa sawit Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, Barus (2007) membedakan gulma menjadi lima kelas: A, B, C, D, dan E. Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 15 1.) Gulma kelas A Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan. Contohnya sebagai berikut: Imperata cylindrica (alang-alang) Mikania micrantha (mikania) Mimosa invisa (kucingan) 2.) Gulma kelas B Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian. Contoh gulma kelas B adalah sebagai berikut: Gleichenia linearis (pakis kawat) Anakan Sawit Liar Lantana camara Melastoma malabathricum 3.) Gulma kelas C Gulma kelas C adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada ketersediaan biaya atau mempertimbangkan segi estetika (kebersihan kebun). Contoh gulma kelas C adalah sebagai berikut: Axonopus compressus (rumput pahit) Boreira latifolia (kentangan) Cyperus rotundus (teki-tekian) Cyperus cyperoidis (teki-tekian) Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 16 Passpalum conjugatum (paitan) Ottocloa nodosa (bambu-bambuan) 4.) Gulma kelas D Gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian. Contoh jenis gulma kelas D adalah sebagai berikut: Ageratum conyzoides (babadotan) Ageratum houstonianum (wedusan) Cyrtococum sp Digitaria sp 5.) Gulma kelas E Gulma yang digolongkan ke dalam kelas E adalah jenis-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau. Gulma kelas E dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian jika pertumbuhannya sudah menutupi piringan atau jalur tanaman. Contoh gulma kelas E adalah sebagai berikut: Calopogonium caereleum Pueraria javanica Calopogonium mucunoides Neprholepis biserata Pueraria phaseoloides Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 17 2.4.5. Metode pengendalian gulma Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok (Sukman dan Yakup, 2002). Terdapat beberapa metode/teknik pengendalian gulma yang dapat dipraktekkan di lapangan antara lain : a. Pengendalian secara mekanis Pengendalian gulma secara mekanis adalah tindakan pengendalian gulma dengan menggunakan alat-alat sederhana hingga alat-alat mekanis berat untuk merusak atau menekan pertumbuhan gulma secara fisik (Andry, 2011). b. Pengendalian secara kultur teknis Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian gulma dengan menggunakan praktek-praktek budidaya. Penanaman jenis tanaman yang cocok untuk suatu tanah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma. Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutup ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menurunkan gulma (Sukman dan Yakup, 2002). c. Pengendalian secara hayati Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi dan serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu organ pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. Dasar Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 18 pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh alami yang mampu menekan beberapa species gulma (Astuti, Pratama, Damayanti, Sucipto dan Maryenti, 2012). d. Pengendalian secara kimia Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia akhir-akhir ini sangat diminati, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. senyawa kimia diterapkan karena cepat dan tidak rumit. Penggunaan Senyawa kimia yang dipergunakan sebagai pengendalian gulma ini dikenal dengan nama “Herbisida” yang berarti suatu senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma tanpa mengganggu tanaman pokok. Teknik pengendalian gulma dilakukan dengan cara menyemprot herbisida tepat pada gulma. Hal ini yang menjadi masalah adalah mahalnya biaya pembuatan dan registrasi herbisida serta terbatasnya sumber-sumber bahan baku yang tersedia (Sukman dan Yakup, 2002). 2.4.6. Klasifikasi herbisida Herbisida dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kategori, Barus (2007) yaitu: 1.) Berdasarkan cara kerjanya Berdasarkan cara kerjanya herbisida dibedakan menjadi dua yaitu: a. Herbisida kontak Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan- jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama gulma yang berwarna hijau. Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 19 b. Herbisida sistemik Herbisida sistemik adalah herbisida yang dapat diserap dan di translokasikan ke seluruh bagian atau jaringan gulma sehingga setelah satu minggu pemakaian gulma akan layu, kering, dan mati. 2.) Berdasarkan waktu pemakaiannya Berdasarkan waktu pemakaiannya, herbisida dibedakan menjadi dua yaitu: a. Herbisida pra-tumbuh Herbisida pra-tumbuh adalah herbisida yang digunakan pada saat gulma belum tumbuh. b. Herbisida purna-tumbuh Herbisida purna-tumbuh adalah herbisida yang digunakan setelah gulma tumbuh. 3.) Berdasarkan kombinasi bahan aktif Berdasarkan kombinasi bahan aktifnya, herbisida dibedakan menjadi dua yaitu: a. Herbisida tunggal Herbisida tunggal adalah jenis herbisida yang hanya terdiri atas satu jenis bahan aktif. Efektivitas herbisida jenis ini hanya terbatas pada satu golongan tertentu (gulma berdaun sempit atau berdaun lebar saja) sehingga pada dosis tertentu spektrum pengendaliannya menjadi sangat sempit. b. Herbisida campuran Herbisida campuran adalah jenis herbisida yang terdiri atas dua jenis atau lebih bahan aktif. Campuran dua atau lebih bahan aktif dalam formulasi yang diproduksi oleh formulator disebut premix. Pencampuran dua atau lebih bahan Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 20 aktif dalam satu formulasi harus bersifat sinergis sehingga reaksi yang terjadi tidak bertentangan 2.5. Fungsi Manajemen Manajemen berasal dari kata manajement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur, manajemen berarti seni melaksanakan pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketalaksanaan, kepemimpinan. Manajer adalah orang yang melakukan pekerjaan untuk mengelola. Manajer adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan dengan bantuan orang lain. Pengertian lengkap manajemen adalah ilmu dan seni dalam proses perencanan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam penggunaan sumber-sumber yaitu SDA, SDM. Tujuan manajemen adalah tercapainya seseorang dengan efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan (Terry cit Hafni 2015), Sasaran manajemen : 1) Meningkatkan penghasilan dan keuntungan 2) Meningkatkan produktifitas, modal kerja dan pemasaran 3) Meningkatkan kapasitas produksi 4) Meningkatkan SDM, peningkatan pelayanan kepada pelanggan 5) Membuat perubahan organisasi 6) Meningkatkan tanggung jawab social Efisien adalah kemampuan memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan masukan (input) yang serendah-rendahnya. Produktivitas adalah kemampuan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dengan masukan (input) tertentu. Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 21 2.5.1. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah proses menentukan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. Rencana dibutuhkan untuk memberikan tujuan kepada organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Disamping itu rencana memungkinkan : 1. Organisasi bisa memperoleh dan mengikat sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan 2. Para anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan berbagai tujuan terpilih 3. Kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur, sehingga tindakan korektif dapat diambil bila tingkat kemajuan tidak memuaskan. Pada dasarnya perencanaan kreatif merupakan pekerjaan penentuan factorfaktor, kekuatan, pengaruh dan hubungan-hubungan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Semua kegiatan sangat bergantung pada perencanaaan, dimana kegiatan lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat, cermat dan kontiniu. Tetapi sebaliknya perencanaan yang baik tergantung pelaksanaan efektif kegiatan lain (Syukai, 2009). 2.5.2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengturan bermacam-macam aktivitas yang di perlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat yang di perlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut (Terry cit Hafni2015). Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 22 Menurut (Terry cit Hafni 2015) tipe-tipe atau bentuk organisasi adalah sebagai berikutmya : A. Organisasi Lini. Dalam struktur organisasi lini, garis arus formal komunikasi atau kegitan – kegiatan karyawan mengalir dari atas ke bawah. Kekuasaan terbesar ada di puncak, dan .semakin mengecil pada level terbawahnya. B. Organisasi Lini dan Staf. Merupakan pengembangan dari bagan organisas lini. Terdapatnya dua golongan pimpinan, yaitu pimpinan operasional dan pimpinan pengarah. Secara langsung atau tidak langsung kedua golongan pimpinan tersebut dapat berkomunikasi formal dengan bawahannya. C. Organisasi Fungsional. Dalam organisasi fungsional membagi pekerjaan sesuai dengan fungsi yang ada dalam perusahaan. Setiap karyawan dapat berkomunikasi secara formal dengan lebih dari satu orang pimpinan sesuai dengan fungsi yang dipegang oleh para pimpinan tersebut. 2.5.3. Pelaksanaan (actuating). Pelaksanaan adalah mekanisme semua kegiatan yang mengacu pada perencanaan yang telah ditetapkan. Secra efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan (Terry cit Hafni 2015). 2.5.4. Pengawasan (Countroling). Kunci – kunci bidang pengawasan menurut (Terry cit Hafni 2015) Peksingawasan kuantitas untuk mengetahui jumlah produksi yang dihasilkan kapasitas produksi yang dihasilkan (output) dengan berapa Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV 23 banyak bahan baku yang digunakan (input) yang dinyatakan dalam satuan unit. Pengawasan kalitas output yang dikeluarkan harus memiliki standar kualitas yang baik untuk dipasarkan. Pengawasan waktu yang efektif juga harus diperhatikan agar ttdak adanya waktu yang terbuang sia – sia dengan menghitung penggunaan suatau dalam produksi. Pengawasan biaya yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam suatu prosuksi dengan mempertimbangkan yang akan diperoleh. Tugas Akhir Manajemen Perkebunan Diploma - IV