IV II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kelapa Sawit Dalam dunia

advertisement
5
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Kelapa Sawit
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan
dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini
dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Menurut Pahan (2008), tanaman kelapa
sawit diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi
: Embryophyta siphonagama
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Arecaceae / palmae
Subfamily
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
2.2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
A. Akar.
Kelapa sawit merupakan tumbuhan yang berakar serabut. Sebagian akar
tumbuh lurus ke dalam (vertikal) dan sebagian tumbuh secara mendatar
(horisontal). Akar kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter dan ke
samping mencapai radius 16 meter. Akar kelapa sawit memiliki beberapa jenis
yaitu: akar primer, akar sekunder, akar tersier, dan akar kuartener (Pahan 2008).
B. Batang.
Batang kelapa sawit tidak bercabang. Titik tumbuh kelapa sawit terdapat
di pucuk batang. Batang kelapa sawit tidak memiliki ruas. Diameter batang
kelapa sawit antara 25 - 75 cm, tetapi pangkal batang bisa lebih besar lagi pada
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
6
tanaman tua.
Fungsi utama batang kelapa sawit yaitu sebagai struktur yang
mendukung daun, bunga dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut
air dan hara mineral dari akar ke atas serta mengangkut hasil fotosintesis ke
seluruh jaringan tanaman (Pahan 2008).
D. Daun.
Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk. Daun dibentuk di dekat
titik tumbuh. Setiap dua minggu sekali akan tumbuh satu daun kelapa sawit.
Daun
dihasilkan
dalam
urut-urutan
yang
teratur.
Daun
muda
yang
sudah mengembang sempurna dinamakan daun nomor satu, sedangkan daun
yang masih terbungkus seludang dinamakan daun nomor nol. Daun memiliki
anak daun (foliage leaflet) yang berbaris dua di sisi kanan dan kiri hingga ujung
daun. Anak daun pada daun normal berjumlah 80 - 120 lembar anak daun. Pola
susunan daun- daun pada batang kelapa sawit dibedakan menjadi dua yaitu spiral
kiri dan spiral kanan (Pahan, 2008).
E. Bunga.
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monoceous dimana bunga
jantan dan bunga betina terletak pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang
sama. Bunga kelapa sawit terdiri atas bunga jantan (serbuk sari) yang berbentuk
panjang lonjong dan bunga betina (kepala putik) yang berbentuk bulat. Tetapi,
ada juga tanaman kelapa sawit hanya memproduksi bunga jantan. Hal tersebut
tergantung dari kondisi lahan dan air.
Umumnya bunga jantan dan betina
terdapat pada dua tandan yang terpisah.
Bunga jantan lebih dahulu masak
dibandingkan dengan bunga betina. Masa reseptif (masa putik dapat menerima
tepung sari) adalah 3x24 jam (Pahan 2008).
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
7
F. Buah.
Secara botani buah kelapa sawit digolongkan dalam buah drupe, terdiri
dari pericarp, yang terbungkus oleh eksocarp (kulit buah), mesocarp
(daging buah) dan endocarp (cangkang buah) yang membungkus 1 - 4 inti/kernel
(Pahan, 2008). Kulit buah berpotensi menghasilkan CPO, sedangkan inti yang
menghasilkan PKO. Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat.
Semakin
tua, warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning
muda, dan setelah matang menjadi merah kekuningan (oranye). Buah kelapa
sawit terdiri dari lapisan perikarp yang terbungkus oleh eksokarp, mesokarp dan
endocarp. Kandungan minyak (crude palm oil) terdapat pada lapisan mesokarp
sedangkan kandungan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) terdapat pada
lapisan endocarp (Pahan 2008).
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Faktor lingkungan yang cukup berpangaruh besar terhadap pertumbuhan
kelapa sawit adalah iklim dan tanah. Keadaan iklim mempengaruhi proses
fisiologi
tanaman,
seperti
proses
asimilasi,
pembentukan
bunga,
dan
pembuahan. Sinar matahari dan hujan dapat menstimulasi pembentukan bunga
kelapa sawit (Pahan 2008).
Menurut Pahan (2008), tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik dengan
lama penyinaran matahari yakni rata-rata 5 – 7 jam/hari.
Curah hujan
tahunan yaitu 1 500 – 4 000 mm. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan
baik pada suhu udara 27 ºC
dengan suhu maksimum 33 ºC
minimum 22 ºC sepanjang tahun.
dan suhu
Ketinggian tempat yang optimum untuk
pertumbuhan kelapa sawit adalah 400 meter dpl dengan kemiringan lereng 0 –
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
8
12 oC atau 21 %. Tanah yang baik sebagai media tanam yaitu mengandung
banyak lempung, beraerasi baik dan subur, solum cukup dalam (80 cm), pH
tanah 4 – 6, dan tanah tidak berbatu. Tanah latosol, ultisol dan aluvial, tanah
gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan
kelapa sawit.
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan menyuplai semua
kebutuhan hara untuk kehidupan tanaman. Lahan yang optimal untuk kelapa
sawit harus mengacu pada 3 faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik tanah, dan sifat
kimia tanah atau kesuburan tanah. Lingkungan berpengaruh dalam organisme
biologi yang berada di dalam tanah tersebut.
Lingkungan fisik tanah
berpengaruh terhadap tekstur tanah, struktur tanah, dan bahan organik.
Unsur kimia berpengaruh pada kelembaban tanah, pH, dan kandungan hara.
Kekurangan dan kelebihan unsur hara dapat menyebabkan penyakit maupun
pertumbuhan yang terhambat (Pahan 2008).
2.4. Manajemen Pengendalian Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang kehadirannya tidak
diinginkan. Kehadiran gulma ini dinilai merugikan karena secara estetika akan
mengganggu keindahan taman dan secara fungsi akan mengurangi hara,
pemanfaatan sinar matahari, air tanah, dan tempat tumbuh yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman utama. Gulma menyebabkan gangguan dan kerugian
pada tanaman budidaya kelapa sawit (Sukman dan Yakup, 2002).
2.4.1. Morfologi gulma
Morfologi gulma menurut Moenandir (1993), yang terdiri dari akar,
batang, daun, bunga, buah dan biji.
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
9
1.)
Akar
Gulma mempunyai perakaran serabut pada gulma berdaun sempit
(monokotil) atau berakar tunggang untuk gulma berdaun lebar (dikotil).
Perakaran digolongkan dalam semusim atau tahunan, akar tunggang sering
menggembung yang nantinya dapat membentuk batang tunas baru pada tahun
berikutnya bagi gulma jenis tahunan. Gulma–gulma “jahat” mempunyai akar
dalam tanah yang berkembang mendatar pada jenis gulma tahunan.
Gulma mempunyai perakaran yang cukup luas dan dalam. Tanda-tanda
seperti inilah yang menyebabkan gulma dapat bertahan dalam keadaan yang tak
menguntungkan untuk tanaman dan bahkan sebagai tanda kuatnya bersaing
dengan tanaman yang berada disekitarnya.
Sedangkan bagi gulma yang
perakaran serabut dipunyai oleh gulma berdaun sempit.
Akar semacam ini ada
juga yang cukup dalam 30-80 cm, yang seperti ini juga dapat menguatkan
kedudukan gulma pada tempat tumbuhnya.
2.)
Batang
Batang gulma merupakan bagian yang penting pula dalam pertumbuhan-
nya. Batang-batang ini terdapat di dalam tanah atau di atas tanah. Batang dalam
tanah dapat berupa batang tahunan. Bagian batang-batang di atas tanah yang
dibentuk itu dapat bersifat semusim atau tahunan. Gulma-gulma yang berada di
sekitar tanaman budidaya sering dari golongan semusim. Pada umumnya, batangbatang semusim tidak berkayu namun agak lunak. Batang-batang gulma dapat
tegak, melilit, atau mendatar dan ada yang berbulu-bulu dan tidak berbulu-bulu.
Batang gulma, baik dari gulma berdaun sempit maupun gulma berdaun
lebar merupakan tempat pembuluh-pembuluh pengangkut bahan-bahan yang
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
10
berasal dari dalam tanah dapat berupa air, nutrisi ataupun herbisida yang lewat
melalui pembuluh xylem menuju ke bagian atas tumbuhan. Batang-batang gulma
terutama yang berdaun lebar, ada yang mempunyai duri-duri sehingga dapat
menyulitkan pengendaliannya.
Irisan batang gulma ini dapat berbentuk bermacam-macam seperti bulat,
bersayap, bergerigi, berlekuk ataupun segitiga dan segiempat. Batang pada gulma
berdaun sempit pada umumnya tegak naik dan kuat atau lemah dan ada pula yang
merayap.
3.)
Daun
Gulma berdaun lebar dikenal dari golongan berkeping dua (dikotil) dan
gulma berdaun sempit dikenal sebagai rumput-rumputan atau berkeping tunggal
(monokotil). Bentuk tepi daun gulma juga bermacam-macam, misalnya lurus,
berombak, berlekuk, bergerigi, bergerigi kecil-kecil, berlekuk lebar, dan berbulu
tepi. Dan kedudukan daun gulma ini pada batang adalah berlawanan, selangseling, menggerombol.
Daun yang sempurna terdiri dari tangkai daun, tulang daun dan helaian
daun. Gulma ada yang mempunyai daun yang tidak bertangkai.
Daun gulma
merupakan tempat herbisida menempel setelah penyemprotan dilakukan. Daun
itu pulalah merupakan jalan masuk herbisida ke dalam tubuh tumbuhan setelah
lewat penetrasi.
Daun yang berlapis lilin akan mempunyai hambatan bagi
herbisida untuk menempel maka perlu dicampur dengan surfactant, detergen,
sticker dan lain-lain.
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
11
4.)
Bunga
Bunga terbentuk pada batang dengan letak yang berbeda-beda. Bunga
yang bergerombol disebut inflorensia. Bunga yang lengkap terdiri dari kelopak
bunga, benang sari, daun bunga dan putik.
Pembungaan pada gulma juga
dipengaruhi oleh suhu, cahaya, penyinaran matahari dan lain-lain.
5.)
Buah
Setelah terjadi penyerbukan, kelopak bunga, daun bunga dan benang sari
akan berubah. Ovari akan berkembang menjadi buah dan ovule menjadi biji.
Buah ada yang berdaging atau kering berisi banyak biji. Beberapa jenis buah
adalah :
a. Ahken : buah kering tertutup dan berisi biji tunggal, kulit buah menjadi
satu dengan kulit biji namun masih mudah dipisahkan.
b. Kariopsis : biasanya pada buah jenis rumput- rumputan.
c. Kapsul : beberapa biji kering dengan buah terbuka pada saat masak.
d. Polong : buah yang kering terbuka atau tertutup berisi banyak biji.
e. Berry : buah berdaging terbuka pada saat masak dan berisi banyak biji-biji.
6.)
Biji
Suatu ovule yang masak disebut biji memberikan bentuk dari satuan alat
kelamin reproduksi dari tumbuhan berbunga.
Biji berisi sebuah embrio
tumbuhan, tutup pelindung dan cadangan makanan yang digunakan oleh embrio
untuk hidup. Pada biji rumput-rumputan hanya ada satu kotiledon yang tidak
seperti daun. Pada gulma berdaun lebar terdapat dua kotiledon yang nampak
menyerupai daun. Dalam kotiledon ada cadangan makanan yang terkandung
dalam embrio yang membentuk cadangan makanan yang khas yang disebut
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
12
endosperm.
Dalam biji yang perlu diperhatikan adalah ukuran biji, bentuk
permukaan biji, ukuran embrio, kedudukan dan bentuk serta ada tidaknya
endosperm. Secara umum, gulma memproduksi biji cukup banyak. Sifat inilah
sebagai salah satu sebab mengapa gulma dapat bertahan hidup dimana-mana
dalam segala keadaan.
2.4.2. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma pada perkebunan.
Ada beberapa kerugian yang ditimbulkan gulma pada tanaman budidaya
kelapa sawit menurut Sukman dan Yakup (2002), antara lain :
a. Persaingan dalam memperoleh air
Air diserap dari dalam tanah kemudian sebagian besar diuapkan
(transpirasi), hanya sekitar 1% saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk
setiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330-1900 liter air.
Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali kebutuhan tanaman.
b. Persaingan dalam memperoleh unsur hara
Gulma menyerap lebih banyak unsur hara dari pada tanaman. Pada bobot kering
yang sama gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak dari jagung.
c. Persaingan dalam memperoleh cahaya
Dalam keadaan air dan hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman,
maka faktor pembatas berikutnya adalah cahaya matahari. Bila musim hujan,
maka berbagai tanaman akan berebut untuk memperoleh cahaya matahari.
d. Pengeluaran senyawa beracun.
Tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan cara interaksi
biokimia, yaitu salah satunya dengan mengeluarkan senyawa beracun, yang akan
menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman lain. Interaksi biokimia antara
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
13
gulma dan tanaman ini dapat menyebabkan gangguan perkecambahan biji
kecambah jadi abnormal.
Persaingan yang timbul akibat hal ini adalah
dikeluarkannya zat racun dari suatu tumbuhan yang disebut allelopathy.
2.4.3. Karakteristik gulma
Sukman dan Yakup (2002) berpendapat bahwa, klasifikasi gulma
dibedakan menjadi:
1.) Gulma rumput
Ciri-ciri gulma rumput berbatang bulat atau pipih dan berongga,
kesamaannya dengan teki karena bentuk daunnya sama-sama sempit tetapi dari
sudut pengendalian responnya terhadap herbisida berbeda.
2.) Gulma teki.
Ciri-ciri gulma teki batang berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat dan
tidak berongga, daun berasal dari nodia dan warna ungu tua.
3.) Gulma daun lebar
Pada permukaan daun terutama permukaan bawah terdapat stomata, dan
tunas-tunas pada titik memencarnya daun.
Berdasarkan bentuk masa pertumbuhannya gulma dibedakan atas:
1.) Gulma berkayu
Golongan ini mencakup tumbuh-tumbuhan yang batangnya membentuk
cabang-cabang sekunder.
2.) Gulma air
Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang beradaptasi terhadap keadaan
air kontinu atau paling tidak terhadap kondisi tanah berair untuk periode waktu
hidupnya.
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
14
3.) Gulma perambat
Tumbuhan yang merambat yang berstatus sebagai gulma, bisa sangat
agresif dan perlu pengendalian. Gulma ini dapat menimbulkan masalah mekanis
seperti Mikania chordata.
4.) Gulma epifit dan parasit
Gulma ini dapat menyebabkan pepohonan akan kehilangan daun karena
cabang-cabangnya telah dimatikan oleh parasit tersebut.
Ditinjau dari siklus hidupnya gulma dibedakan menjadi:
1.) Gulma semusim
Gulma semusim merupakan gulma yang siklus hidupnya dalam satu tahun
atau satu musim, contohnya Ageratum conyzoides.
2.) Gulma dua musim
Gulma dua musim disebut juga dengan gulma biennial, gulma ini
memerlukan dua musim pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya,
biasanya berbentuk roset pada tahun pertama dan menghasilkan bunga pada tahun
kedua.
3.) Gulma tahunan
Gulma tahunan disebut juga dengan gulma perennial, gulma ini hidup
lebih dari dua tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak terbatas,
contohnya Imperata cylindrica.
2.4.4. Klasifikasi gulma di perkebunan kelapa sawit
Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, Barus (2007)
membedakan gulma menjadi lima kelas: A, B, C, D, dan E.
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
15
1.) Gulma kelas A
Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah jenis-jenis gulma yang
sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan. Contohnya sebagai berikut:

Imperata cylindrica (alang-alang)

Mikania micrantha (mikania)

Mimosa invisa (kucingan)
2.) Gulma kelas B
Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah jenis-jenis gulma
yang merugikan tanaman perkebunan sehingga dilakukan tindakan pemberantasan
atau pengendalian. Contoh gulma kelas B adalah sebagai berikut:

Gleichenia linearis (pakis kawat)

Anakan Sawit Liar

Lantana camara

Melastoma malabathricum
3.) Gulma kelas C
Gulma kelas C adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan
tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan
pengendalian
tersebut
tergantung
pada
ketersediaan
biaya
atau
mempertimbangkan segi estetika (kebersihan kebun).
Contoh gulma kelas C adalah sebagai berikut:

Axonopus compressus (rumput pahit)

Boreira latifolia (kentangan)

Cyperus rotundus (teki-tekian)

Cyperus cyperoidis (teki-tekian)
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
16

Passpalum conjugatum (paitan)

Ottocloa nodosa (bambu-bambuan)
4.) Gulma kelas D
Gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman
perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian.
Contoh jenis
gulma kelas D adalah sebagai berikut:

Ageratum conyzoides (babadotan)

Ageratum houstonianum (wedusan)

Cyrtococum sp

Digitaria sp
5.) Gulma kelas E
Gulma yang digolongkan ke dalam kelas E adalah jenis-jenis gulma yang
pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi
sebagai pupuk hijau.
Gulma kelas E dibiarkan tumbuh menutupi gawangan
tanaman, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian jika pertumbuhannya
sudah menutupi piringan atau jalur tanaman.
Contoh gulma kelas E adalah sebagai berikut:
 Calopogonium caereleum
 Pueraria javanica
 Calopogonium mucunoides
 Neprholepis biserata
 Pueraria phaseoloides
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
17
2.4.5. Metode pengendalian gulma
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya
saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman
pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu
mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu
bersamaan dengan tanaman pokok (Sukman dan Yakup, 2002).
Terdapat beberapa metode/teknik pengendalian gulma yang dapat
dipraktekkan di lapangan antara lain :
a. Pengendalian secara mekanis
Pengendalian gulma secara mekanis adalah tindakan pengendalian gulma
dengan menggunakan alat-alat sederhana hingga alat-alat mekanis berat untuk
merusak atau menekan pertumbuhan gulma secara fisik (Andry, 2011).
b. Pengendalian secara kultur teknis
Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian gulma dengan
menggunakan praktek-praktek budidaya. Penanaman jenis tanaman yang cocok
untuk suatu tanah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah
gulma.
Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutup ruang kosong
merupakan cara yang efektif untuk menurunkan gulma (Sukman dan Yakup,
2002).
c. Pengendalian secara hayati
Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus
paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi dan
serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu
organ pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. Dasar
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
18
pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh alami
yang mampu menekan beberapa species gulma (Astuti, Pratama, Damayanti,
Sucipto dan Maryenti, 2012).
d. Pengendalian secara kimia
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia akhir-akhir ini
sangat diminati, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas.
senyawa kimia diterapkan karena cepat dan tidak rumit.
Penggunaan
Senyawa kimia yang
dipergunakan sebagai pengendalian gulma ini dikenal dengan nama “Herbisida”
yang berarti suatu senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma
tanpa mengganggu tanaman pokok.
Teknik pengendalian gulma dilakukan
dengan cara menyemprot herbisida tepat pada gulma.
Hal ini yang menjadi
masalah adalah mahalnya biaya pembuatan dan registrasi herbisida serta
terbatasnya sumber-sumber bahan baku yang tersedia (Sukman dan Yakup, 2002).
2.4.6. Klasifikasi herbisida
Herbisida dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kategori, Barus
(2007) yaitu:
1.)
Berdasarkan cara kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya herbisida dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Herbisida kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-
jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama gulma yang
berwarna hijau.
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
19
b. Herbisida sistemik
Herbisida sistemik
adalah herbisida
yang dapat
diserap dan
di
translokasikan ke seluruh bagian atau jaringan gulma sehingga setelah satu
minggu pemakaian gulma akan layu, kering, dan mati.
2.)
Berdasarkan waktu pemakaiannya
Berdasarkan waktu pemakaiannya, herbisida dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Herbisida pra-tumbuh
Herbisida pra-tumbuh adalah herbisida yang digunakan pada saat gulma
belum tumbuh.
b. Herbisida purna-tumbuh
Herbisida purna-tumbuh adalah herbisida yang digunakan setelah gulma
tumbuh.
3.)
Berdasarkan kombinasi bahan aktif
Berdasarkan kombinasi bahan aktifnya, herbisida dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Herbisida tunggal
Herbisida tunggal adalah jenis herbisida yang hanya terdiri atas satu jenis
bahan aktif. Efektivitas herbisida jenis ini hanya terbatas pada satu golongan
tertentu (gulma berdaun sempit atau berdaun lebar saja) sehingga pada dosis
tertentu spektrum pengendaliannya menjadi sangat sempit.
b. Herbisida campuran
Herbisida campuran adalah jenis herbisida yang terdiri atas dua jenis atau
lebih bahan aktif. Campuran dua atau lebih bahan aktif dalam formulasi yang
diproduksi oleh formulator disebut premix. Pencampuran dua atau lebih bahan
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
20
aktif dalam satu formulasi harus bersifat sinergis sehingga reaksi yang terjadi
tidak bertentangan
2.5. Fungsi Manajemen
Manajemen berasal dari kata manajement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur, manajemen berarti seni melaksanakan pengelolaan,
pembinaan, pengurusan, ketalaksanaan, kepemimpinan. Manajer adalah orang
yang melakukan pekerjaan untuk mengelola. Manajer adalah seseorang yang
bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan dengan bantuan orang lain.
Pengertian lengkap manajemen adalah ilmu dan seni dalam proses
perencanan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam penggunaan
sumber-sumber yaitu SDA, SDM. Tujuan manajemen adalah tercapainya
seseorang dengan efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan (Terry cit Hafni 2015),
Sasaran manajemen :
1) Meningkatkan penghasilan dan keuntungan
2) Meningkatkan produktifitas, modal kerja dan pemasaran
3) Meningkatkan kapasitas produksi
4) Meningkatkan SDM, peningkatan pelayanan kepada pelanggan
5) Membuat perubahan organisasi
6) Meningkatkan tanggung jawab social
Efisien
adalah
kemampuan
memperoleh
hasil
tertentu
dengan
menggunakan masukan (input) yang serendah-rendahnya. Produktivitas adalah
kemampuan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dengan masukan (input)
tertentu.
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
21
2.5.1. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah proses menentukan tujuan dan pedoman pelaksanaan
dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. Rencana
dibutuhkan untuk memberikan tujuan kepada organisasi dan menetapkan prosedur
terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Disamping itu rencana memungkinkan :
1. Organisasi bisa memperoleh dan mengikat sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai tujuan-tujuan
2. Para anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
konsisten dengan berbagai tujuan terpilih
3. Kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur, sehingga tindakan korektif
dapat diambil bila tingkat kemajuan tidak memuaskan.
Pada dasarnya perencanaan kreatif merupakan pekerjaan penentuan factorfaktor, kekuatan, pengaruh dan hubungan-hubungan dalam pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Semua kegiatan sangat bergantung pada perencanaaan,
dimana kegiatan lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan
keputusan yang tepat, cermat dan kontiniu. Tetapi sebaliknya perencanaan yang
baik tergantung pelaksanaan efektif kegiatan lain (Syukai, 2009).
2.5.2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan
pengturan bermacam-macam aktivitas yang di perlukan untuk mencapai tujuan,
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat yang di
perlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap
individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut (Terry cit Hafni2015).
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
22
Menurut (Terry cit Hafni 2015) tipe-tipe atau bentuk organisasi adalah
sebagai berikutmya :
A. Organisasi Lini.
Dalam struktur organisasi lini, garis arus formal komunikasi atau kegitan –
kegiatan karyawan mengalir dari atas ke bawah. Kekuasaan terbesar ada di
puncak, dan .semakin mengecil pada level terbawahnya.
B. Organisasi Lini dan Staf.
Merupakan pengembangan dari bagan organisas lini. Terdapatnya dua
golongan pimpinan, yaitu pimpinan operasional dan pimpinan pengarah. Secara
langsung atau tidak langsung kedua golongan pimpinan tersebut dapat
berkomunikasi formal dengan bawahannya.
C. Organisasi Fungsional.
Dalam organisasi fungsional membagi pekerjaan sesuai dengan fungsi
yang ada dalam perusahaan. Setiap karyawan dapat berkomunikasi secara formal
dengan lebih dari satu orang pimpinan sesuai dengan fungsi yang dipegang oleh
para pimpinan tersebut.
2.5.3. Pelaksanaan (actuating).
Pelaksanaan adalah mekanisme semua kegiatan yang mengacu pada
perencanaan yang telah ditetapkan. Secra efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan perusahaan (Terry cit Hafni 2015).
2.5.4. Pengawasan (Countroling).
Kunci – kunci bidang pengawasan menurut (Terry cit Hafni 2015)

Peksingawasan kuantitas untuk mengetahui jumlah produksi yang
dihasilkan kapasitas produksi yang dihasilkan (output) dengan berapa
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
23
banyak bahan baku yang digunakan (input) yang dinyatakan dalam satuan
unit.

Pengawasan kalitas output yang dikeluarkan harus memiliki standar
kualitas yang baik untuk dipasarkan.

Pengawasan waktu yang efektif juga harus diperhatikan agar ttdak adanya
waktu yang terbuang sia – sia dengan menghitung penggunaan suatau
dalam produksi.

Pengawasan biaya yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam suatu
prosuksi dengan mempertimbangkan yang akan diperoleh.
Tugas Akhir
Manajemen Perkebunan Diploma - IV
Download