PENGARUH PELATIHAN DOUBLE LEG SPEED HOP TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI Ni Wayan Puspita Yanti, I Ketut Sudiana, Gede Doddy Tisna MS Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pedidikan Ganesha [email protected], [email protected] , [email protected] Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan double leg speed hop terhadap kecepatan dan daya ledak otot tungkai. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan the non-rendomized control group pretest posttest design. Subjek penelitian adalah siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 3 Mendoyo tahun pelajaran 2015/2017 berjumlah 30 orang. Kecepatan diukur dengan tes lari sprint 50 meter dan daya ledak otot tungkai diukur dengan tes vertical jump, selanjutnya data dianalisis dengan uji-t independent pada taraf signifikansi 95% lebih kecil (α) 0,05 dengan bantuan program SPSS 16.0. Berdasarkan hasil uji-t independent didapatkan hasil: (1) variabel kecepatan lari dengan nilai signifikansi 0,001. (2) variabel daya ledak otot dengan nilai signifikansi 0,001. Nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian hipotesis penelitian “pelatihan double leg speed hop berpengaruh terhadap kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai” diterima. Dapat disimpulkan bahwa; (1) pelatihan double leg speed hop berpengaruh terhadap kecepatan lari siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 3 Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016. (2) pelatihan double leg speed hop berpengaruh terhadap daya daya ledak otot tungkai siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 3 Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016.. Disarankan bagi pelaku olahraga (pembina, pelatih, guru olahraga dan atlet) untuk menggunakan pelatihan double leg speed hop sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai. Kata kunci: pelatihan double leg speed hop, kecepatan lari, daya ledak otot tungkai Abstract This study aims to determine the effect of training double leg hop speed to the speed and explosive power leg muscle. The research is a quasi-experimental design with the non-rendomized control group pretest posttest design. Subjects were students in extracurricular basketball participant SMP Negeri 3 Mendoyo 2015/2016 school year numbered 30 people. Speed is measured by a test run sprint 50 meters and leg muscle explosive power is measured by vertical jump test, then the data were analyzed by independent t-test at 95% significance level smaller (α) of 0.05 with SPSS 16.0. Based on the independent t-test results showed: (1) variable speed with significant value 0.001. (2) variable muscle explosive power with a significance value of 0.001. The significance value calculated is less than the value of α (0.05), so the hypothesis research "training double leg hop speed affect the speed and explosive power leg muscle" acceptable. Can be concluded that; (1) training double leg hop speed affects the speed of student participants extracurricular basketball SMP Negeri 3 Mendoyo the school year 2015/2016. (2) training speed double leg hops effect on leg muscle explosive power extracurricular basketball student participants SMP Negeri 3 Mendoyo the school year 2015/2016. Suggested for sports people (coaches, trainers, teachers, sports and athletes) to use the training speed double leg hop as an alternative to increasing running speed and explosive power leg muscle. Keywords: training double leg hop speed, running speed, explosive power leg muscle 1 PENDAHULUAN Di dalam melakukan aktivitas olahraga, khususnya bola basket untuk mencapai suatu prestasi yang maksimal banyak sekali komponen-komponen kondisi fisik yang berperan penting dalam menunjang prestasi atlet. Ada dua komponen yang sangat penting dalam daya ledak, yaitu kekuatan otot dan kecepatan otot, maka daya ledak otot dapat dimanipulasi atau ditingkatkan dengan meningkatkan kekuatan otot tanpa mengabaikan kecepatan otot atau sebaliknya dapat meningkatkan kecepatan otot tanpa mengabaikan kekuatan otot. Menurut Nala (2011:17), “ kecepatan (gerakan) adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.” Ditinjau dari segi gerak kecepatan adalah kemampuan dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu. Daya ledak (power) merupakan salah satu dari sepuluh komponen kondisi fisik. “Power adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan dengan kontraksi yang sangat cepat” (Yoda, 2006:27). Daya ledak sangat penting untuk cabang olahraga yang memerlukan gerakan eksplosif yang ditandai dengan gerakan atau perubahan tiba-tiba yang cepat, dimana tubuh terdorong ke atas (vertical) baik itu melompat maupun meloncat ke depan (horizontal) dengan mengerahkan kekuatan otot maksimal seperti lari sprint, nomornomor lempar dalam atletik atau cabang olahraga yang gerakannya didominasi oleh loncatan dalam olahraga bola basket, bola voli, bulutangkis dan olahraga sejenisnya. Dan sebagai dari komponen kondisi fisik, kecepatan dan daya ledak dapat ditingkatkan melalui program pelatihan yang dirancang secara sistematis dan berkesinambungan dengan mengikuti prinsip-prinsip dasar pelatihan yang tepat. SMP Negeri 3 Mendoyo merupakan salah satu sekolah menengah prtama di Kabupaten Jembrana. Para siswa SMP Negeri 3 Mendoyo sering ikut serta dalam beberapa pertandingan, perlombaan, dan kejuaraan dalam bidang olahraga yang diadakan baik itu dalam tingkat Kecamatan, bahkan ditingkat Kabupaten. Belakangan ini prestasi dari siswa SMP Negeri 3 Mendoyo dalam bidang olahraga tidak mampu meraih hasil yang maksimal. Dari sekian jenis ekstrakurikuler yang ada di SMP Negeri 3 Mendoyo seperti sepak bola, voli, basket, bulu tangkis dan tenis meja, prestasi yang dihasikan cukup memuaskan, sementara cabang olahraga bola basket ini jauh dari target dan belum mampu berprestasi. Berdasarkan hasil awal pengamatan pada tanggal 12 Desember 2015 dengan sumber informasi dari pembina ekstrakurikuler bola basket yaitu I Wayan Budi Yasa, S.Pd,, kurangnya prestasi siswa dalam cabang olahraga bola basket disebabkan oleh kurangnya pembinaan kondisi fisik. Untuk itu perlu adanya suatu pembinaan yang tepat dan sesuai serta dapat meningkatkan kondisi fisik yang dimiliki siswa SMP Negeri 3 Mendoyo, sehingga siswa SMP Negeri 3 Mendoyo akan mampu meraih prestasi yang lebih maksimal di cabang olahraga tersebut. Salah satu bentuk pelatihan yang tepat untuk meningkatkan komponenkomponen biomotorik yang terlibat dalam olahraga bola basket khususnya daya ledak otot tungkai dan kecepatan yaitu dengan penerapan pelatihan double leg speed hop. Menurut (Trisnowiyato dalam Jayanto, 2014) menyatakan “pelatian double leg speed hop adalah pelatian yang dilakukan dengan latihan melompat tegak ke depan dengan lutut dilipat tumit dikenakan pantat, tolakan dengan kedua kaki dan mendarat dengan kaki menggepar”. Furqon dan Doewes (2002:35) “Double leg speed hop adalah pelatihan yang dilakuakan dengan cara posisi badan berdiri dengan setengah jongkok, kedua kaki direngangkan selebar bahu, kemudian meloncat ke atas depan 2 dengan cepat hingga posisi kaki dibawah pantat dan selanjutnya mendarat dengan kedua kaki”. Pelatihan Double leg speed hop ini melibatkan otot-otot gluteals, hamstrings, quadriceps dan gastrocnemius. Pelatihan double legg speed hop merupakan gerakan-gerakan plyometrics yang dirancang mengerakan otot pinggul, tungkai dan otot-otot khusus yang mampu meningkatkan daya ledak dan kecepatan. Asal istilah Plyometrics diperkirakan dari bahasa yunani “plio” dan “metric” yang masing-masing berarti “lebih banyak” dan “ukuran”. Plyometrics mengacu pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau peregangan yang terlibat (Furqon dan Doewes, 2002:2). Plyometrics adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-gerakan eksplosif (Januar, 2012:33). Keunggulan dari pelatihan Double leg speed hop dibandingkan dengan pelatihan yang lain yaitu, (1) dilihat dari segi gerakan yang tidak terlalu sulit untuk dilakukan, (2) kemungkinan cedera yang ditimbulkan sangat kecil, karena dilakukan pada lapangan yang rata, (3) penelitian ini tidak memerlukan tempat yang luas dan (4) gerakan yang dilakukan menekankan pada loncatan untuk mencapai ketinggian maksimum kecepatan maksimum gerakan kaki, yang sesuai dengan karakteristik cabang bola basket. Dengan adanya permasalahan dalam olahraga bola basket di SMP Negeri 3 Mendoyo dalam mengembangkan potensi siswa peserta ekstrakurikuler maka dalam penelitian ini diambil judul “ Pengaruh Pelatihan Double Leg Speed Hop Terhadap Kecepatan dan Daya Ledak Otot Tungkai Pada Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Basket SMP Negeri 3 Mendoyo Tahun Pelajaran 2015/2016.” Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah 1. Apakah pelatihan double leg speed hop berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan pada siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 3 Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016?, 2. Apakah pelatihan double leg speed hop berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 3 Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016? METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi-kompromi apa yang ada pada internal validity dan external validity rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan tersebut (Kanca, 2010:66). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ”The nonRendomized control group pretest posttest design”(Kanca, 2010:94). Subjek dalam penelitian ini sejumlah 30 orang. Diberikan test awal (pretest) terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal. Berdasarkan hasil test awal yang di peroleh 2 kelompok pperlakuan dan kelompok kontrol dengan metode OP (ordinal pairing) yang bertujuan unntuk menjaga homogennya atau kesamaan antara kelompok kontrol dan perlakuan. Kelomok perlakuan (I) diberikan perlakuan double leg speed hop dan kelompok kontrol (II) diberikan melakuan aktivitas olahraga bola basket dengan jumlah 15 dimasing-masing kelompok. Pelatihan akan dberikan selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu yang dilaksanakan pada hari selasa, kamis dan sabtu. Setelah subjek diberikan pelatihan selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan pertemuan ketiga kelompok diberikan test akhir (posttest). Kemudian hasil test awal (pretest) dan test akhir (postestt) dari kedua 3 kelompok di kurangkan sehingga meneukan selisih (gaint score) dari test awal dan test akhir. Tempat pelaihan dilakuakan di lapangan basket SMP N 3 Mendoyo dan waktu penelitian dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 WITA. Pelatihan diberikan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar pelatihan yang mengacu pada the step type approach system atau sistem tangga, dimana ada unloading fase yang bertujuan memberi kesempatan kepada organ-organ tubuh untuk melakukan regenerasi. Serta memperhatikan sistematika pelatihan dengan komponenkomponen pelatihan, dengan lama pelatihan 4 minggu dengan fekuensi 3 kali per minggu, dengan intensias 70%-80% dari denyut nadi optimal. Adapun instumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lari sprint 50 meter dengan validitas face validity dan reliabilitas 0,89, tes vertical jump dengan validitas 0,78 dan reliabilitas 0,93 (Nurhasan, 2000:130). Suatu pengukuran dapat dikatakan valid bila alat pengukuran atau test benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur. Nurhasan (2000:30) mengatakan ”reliabilitas adalah sesuatu yang menggambarkan derajat keajegan atau stabilitas hasil pengukuran”. Suatu alat pengukuran atau test dikatakan reliabel jika alat tersebut menghasilkan sekor yang stabil meskipun dilaksanakan beberapa kali. Petugas yang mencatat adalah mahasiswa yang telah lulus dalam mata kuliah tes pengukuran. Sebelum melakukan analisis data beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah uji normalitas dan uji homogenitas data. Uji normalias data dimaksudkan untuk memperlihatkkan bahwa data subjek berdistribusi normal. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk memperlihattkan bahwa dua atau lebih kelompok data subjek memiliki variasi yang sama. Untuk pengujian hipotesis pengaruh pelatihan double leg speed hop terhadap peningkatan kecepatan dan daya ledak otot tungkai mengunakan uji t independent dengan mengunakan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi 0.05. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data hasil Data hasil penelitian double leg speed hop terdiri dari data posttest dan diambil pada akhir kegiatan penelitian yaitu setelah subjek penelitian selama 12 kali pelatihan. Data hasil posttest kecepatan pada kelompok perlakuan pelatihan double leg speed hop yaitu, nilai rata-rata sebesar 8.10 dengan median sebesar 8.12, modus sebesar 7.52, rentangan sebesar 1.13, nilai tertinggi sebesar 8.97, nilai terendah sebesar 7.84, varian sebesar 0.34, standar deviasi sebesar 0.58. Untuk data hasil posttest kecepatan pada kelompok kontrol yaitu, rata-rata sebesar 8.94, dengan median sebesar 9.89, modus 7.50, rentang sebesar 2.71, nila tertinggi 10.21, nilai terendah 7.50, varian 0.50,, standar deviasi 0.71. Data hasil posttest daya ledak otot tungkai pada kelompk perlakan peltihan double leg speed hop yaitu, rata-rata sebesar 62, dengan median sebesar 62, modus sebesar 62, rentangan sebesar 24, nilai tertinggi sebesar 76, nilai terendah sebesar 52, varian sebesar 44.57, standar deviasi sebesar 6.68. Untuk data hasil posttest daya ledak pada kelompok kontrol yaitu, rata-rata sebesar 49.33, dengan median sebesar 50, modus 50, rentang 42, nila tertinggi 72, nilai terendah 30, varian 118.38, standar deviasi 10.88. Sebelum menguji hipotesis penelitian, dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas data. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa sampel berasal dari subjek yang berdistribusi normal. Kriteria pengujianya, yaitu jika signifikansi yang diperoeh ˃ α, maka subjek berdistribusi normal. Sebaliknya, jika signifikansinya yang diperoleh <α, maka subjek bukan berdistrbusi normal. Dari uji normalitas data yang digunnakan kolmogorov-smirnov diperoleh signifikansi kecepatan lari kelompok perlakuan 0.134 dan kelompok koontrol 0.200 ˃ 0.05 dan daya ledak otot tungki kelompok perlakuan dan kontrol diperoeh signifikansi 0.200 ˃ 0.05, maka subjek berdistribusi normal. Rangkuman 4 hasil uji normalitas data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.3 Data Hasil Uji Normalitas Kolomogorov-smirnov Sumber data Kolmogorov-smirnov Df Sig Statistik Kecepatan Lari 1 Perlakuan 2 Kontrol Daya Ledak Otot Tungkai 1. Perlakuan 2. Kontrol Keterangan 0.194 0.128 15 15 0.134 0.200 Normal Normal 0.120 0.154 15 15 0.200 0.200 Normal Normal Pengujian homogenitas data dilakukan terhadap data gaint-score kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai. Dari hasil analisis uji Levene dengan bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) 0.05. Dari hasil uji didapatkan nilai signifikansi hitung untuk kedua data tersebut lebih besar dari pada α (sig >0.05), dengan demikian data yang diuji berasal dari data dengan variansi yang homogen. Ringkasan hasil uji Levene dengan bantuan program komputer SPSS 16,0 untuk uji homogenitas data dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Data Hasil Uji Homogenitas Levene Sumber data Nilai uji df 1 Df 2 Sig Ket Kecepatan Lari 0.423 1 28 0.521 Homogen Daya Ledak Otot Tungkai 1.387 1 28 0.249 Homogen Dari hasil uji homogenitas data yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0, diperoleh nilai uji 0.423 dengan signifikansi 0.521 untuk variabel kecepatan lari. Dan diperoleh nilai uji 1.387 dengan signifikansi 0.249. Jika nilai signifikansi yang diperoleh > , maka variansi setiap subjek sama (homogen). Dengan demikian, nilai signifikansi 0,000 > 0,05, sehingga data yang diuji berasal dari data yang homogen. Hipotesis pelatihan double leg speed hop terhadap peningkatan kecepatan dan daya ledak otot tungkai diuji dengan uji t independent dengan bantuan program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Hipotesis penelitian diterima apabila nilai uji thitung memiliki signifikansi lebih kecil dari α (Sig < 0,05). Sedangkan apabila nilai signifikansi lebih thitung lebih besar dari α (Sig > 0,05), hipotesis penelitian ditolak. Hipotesis diterima karena pelatihan double leg speed hop berpengaruh terhadap peningktan kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai diuji menggunakan t independent test. Data yang diuji adalah data gain score (selisih antara posttest dan pretest) kelompok perlakuan pelatihan double lleg speed hop terhadap kecepatan dan daya 5 ledak otot tungkai. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Uji-t Independent Kecepatan dan Daya Ledak Otot Tungkai Sumber data thitung Df Sig Kecepatan Lari -3.543 28 0.001 Daya Ledak Otot Tungkai 3.646 28 0.001 Hasil uji t independent data kecepatan lari diperoleh nilai thitung sebesar 3.543 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,001 < 0,05, data daya ledak otot tungkai memperoleh nilai thitung sebesar 3.646 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. maka terdapat Kecepatan otot tungkai merupakan salah satu faktor kondisi fisik yang mempengaruhi kemampuan seorang atlit dalam suatu cabang olahraga. “Kecepatan merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga” (Sukadiyanto, 2005:106). “Kecepatan (gerakan) adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.” (Nala, 2011:17). Kecepatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menjawab dalam waktu secepat mungkin. Sedangkan menurut Widiastuti (2011:16) “Kecepatan adalah kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, kecepatan bersifat lokomotor dan gerakannya bersifat siklik.” Selain keceptan, faktor kondisi fisik yang dapat mempengaruhi kemampuan seorang atlit dalam suatu cabang olahraga adalah daya ledak otot tungkai. Daya ledak adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dengan cepat dengan mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat (Nala, 2011:16). Daya ledak otot tungkai merupakan perbedaan pengaruh. Nilai signifikansi thitung 0,000 data kecepatan lebih kecil dari nilai α (sig. < 0,05), sehingga hipotesis diterima “pelatihan double leg speed hop berpengaruh terhadap kecepatan dan daya ledak otot tungkai. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05. komponen gerak yang penting untuk melakukan aktivitas yang sangat berat, karena dapat menentukan kemampuan orang untuk memukul, jauhnya lemparan, jauhnya melompat, kecepatan dalam lari dan sebagainya. Daya ledak otot tungkai (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek pendeknya (Sajoto, 1995:17). Dari hasil analisis data untuk variabel terikat penelitian menunjukan adanya peningkatan nilai rata-rata (mean) untuk masing-masing variabel. Dari deskripsi data variabel kecepatan lari pada tabel 4.1 terlihat kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol mengalami peningkatan nilai rata-rata. Nilai pre-test kelompok perlakuan memiliki nilai rata-rata 8.99 dan rata-rata nilai post-test 8.32, dengan demikian nilai rata-rata kelompok perlakuan meningkat 0.66. Kelompok kontrol untuk variabel kecepatan lari mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 0.09 dari 8.98 pada saat pre-test menjadi 8.89 pada saat post-test. Untuk variabel daya ledak otot tungkai seperti terlihat pada tabel 4.2 mengalami peningkatan rata-rata baik pada 6 kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 15.07 dari rata-rata pre-test 46.60 menjadi 61.67 pada saat post-test. Sedangkan kelompok kontrol mengalami peningkatan rata-rata 2.27 dari rata-rata 47.40 pada saat pre-test menjadi 49.67 pada saat post-tes. Dari deskripsi di atas, terlihat adanya peningkatan nilai variabel kecepatan lari pada kelompok perlakuan maupun kontrol dan peningkatan nilai variabel daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Dengan peningkatan rata-rata kelompok perlakuan yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol untuk variabel kecepatan lari dan peningkatan rata-rata kelompok perlakuan yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol untuk variabel daya ledak otot tungkai. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari pelatihan yang diberikan terhadap peningkatan kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai pada sampel penelitian. Peningkatan pada kelompok perlakuan diakibatkan oleh pemberian pelatihan double leg speed hop selama 4 minggu 12 kali pelatihan. Sedangkan peningkatan pada kelompok kontrol lebih diakibatkan oleh adanya peningkatan aktivitas olahraga yang dilakukan oleh seluruh sampel penelitian selama kegiatan berlangsung. Hal ini dapat dijelaskan melalui hasil uji hipotesis penelitian berikut: 1. Pelatihan double leg speed hop Berpengaruh Terhadap Kecepatan Lari, berdasarkan hasil uji-t independent untuk variabel kecepatan lari, antara hasil posttest kelompok perlakuan dan kontrol didapatkan nilai thitung = -3.543 dengan nilai signifikansi = 0.001 pada taraf signifikansi 0.05. Nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (Sig< 0,05), dengan demikian hipotesis penelitian “pelatihan double leg speed hop berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan lari“ diterima. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Menurut Kanca (2004:49) pelatihan fisik adalah ”suatu proses pelatihan fisik yang terprogram secara sistematis, dilakukan secara berulang-ulang dengan semakin bertambah secara bertahap, serta untuk mempersiapkan atlet pada tingkat tertinggi penampilannya.” Dan menurut (Sukadiyanto, 2005:1) ”pelatihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional tubuh, dan kualitas psikis anak latih.” Nala (2011:02) menyatakan, “Peltihan merupakan suatu gerak fisik dan atau aktivitas mental yang di lakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitive) dalam jangka waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal.” Selama memberikan suatu pelatihan, selain harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar pelatihan, dalam program pelatihan penting pula memahami sistematika pelatihan yang tepat pula. Sistematika pelatihan sangat diperlukan dalam suatu program pelatihan, karena dengan mengikuti sistematika pelatihan tersebut tubuh akan mudah beradaptasi terhadap beban (stres) yang didapatkan dari bentuk pelatihan. Sistematika pelatihan yang benar akan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera. Menurut Kanca (1990: 28), adapun sistematika yang diperhatikan adalah pemanasan atau warming – up, pemanasan sangat perlu dilakukan oleh setiap atlet baik sebelum berlatih (pralatihan) maupun sebelum bertanding (prapertandingan) (Nala, 1998: 49), pelatihan inti yaitu pelatihan yang dilakukan merupakan aktivitas pokok dari cabang olahraga yang dilatihkan, dan yang terakhir adalah pendinginan dilakukan setelah melakukan pelatihan atau aktivitas fisik lainnya. Kecepatan otot tungkai merupakan salah satu faktor kondisi fisik yang mempengaruhi kemampuan seorang atlit dalam suatu cabang olahraga. “Kecepatan 7 merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga” (Sukadiyanto, 2005:106). “Kecepatan (gerakan) adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.” (Nala, 2011:17). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan antara lain (Sukadiyanto, 2005:109): keturunan, waktu reaksi, kekuatan (kemampuan mengatasi pemberat), teknik kecepatan, elastisitas otot, jenis otot, konsentrasi dan kemauan. Pelatihan double leg speed hop merupakan salah satu pelatihan yang sangat baik untuk membangun massa otot tungkai, dimana kualitas otot tungkai seseorang sangat berpengaruh terhadap kecepatan. Pelatihan double leg speed hop ini memiliki jenis beban kerja yang terpusat pada gerakan meloncat dan melibatkan otot-otot paha depan (quadriceps), paha belakang (hamstrings), gluteus maximum serta otot-otot betis (partial). Gerakan meloncat yang dilakukan secara berulangulang ini akan memberikan stress pada komponen otot kaki sehingga otot-otot kaki akan mengalami hyperthrophy otot. Hyperthrophy otot ini disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel serta serabut-serabut otot kaki, maka akan menambah atau meningkatkan kekuatan otot tersebut. Hal itu disebabkan karena pelatihan double leg speed hop ini merupakan pelatihan yang predominan menggunakan sistem energi anaerobic yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat dalam meloncat dan menahan beban tubuh. Peningkatan ini memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan otot dalam memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang diberikan sehingga dapat meningkatkan kecepatan. 2. Pelatihan Double Leg Speed Hop Berpengaruh Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai, berdasarkan hasil uji-t independent untuk variabel daya ledak otot tungkai, antara posttest kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan nilai t hitung = 3.646 dengan nilai signifikansi = 0,001 pada taraf signifikansi 0,05. Nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai signifikansi α (Sig< 0,05), dengan demikian hipotesis penelitian “pelatihan double leg speed hop berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai“ diterima. Menurut Kanca (2004:49) pelatihan fisik adalah ”suatu proses pelatihan fisik yang terprogram secara sistematis, dilakukan secara berulang-ulang dengan semakin bertambah secara bertahap, serta untuk mempersiapkan atlet pada tingkat tertinggi penampilannya.” Dan menurut (Sukadiyanto, 2005:1) ”pelatihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional tubuh, dan kualitas psikis anak latih.” Nala (2011:02) menyatakan, “Peltihan merupakan suatu gerak fisik dan atau aktivitas mental yang di lakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitive) dalam jangka waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal.” Selama memberikan suatu pelatihan, selain harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar pelatihan, dalam program pelatihan penting pula memahami sistematika pelatihan yang tepat pula. Sistematika pelatihan sangat diperlukan dalam suatu program pelatihan, karena dengan mengikuti sistematika pelatihan tersebut tubuh akan mudah beradaptasi terhadap beban (stres) yang didapatkan dari bentuk pelatihan. Sistematika pelatihan yang benar akan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera. Menurut Kanca (1990: 28), adapun sistematika yang diperhatikan adalah pemanasan atau warming – up, pemanasan sangat perlu dilakukan oleh setiap atlet baik sebelum berlatih (pralatihan) maupun sebelum bertanding (prapertandingan) (Nala, 1998: 49), pelatihan inti yaitu pelatihan yang dilakukan 8 merupakan aktivitas pokok dari cabang olahraga yang dilatihkan, dan yang terakhir adalah pendinginan dilakukan setelah melakukan pelatihan atau aktivitas fisik lainnya. Daya ledak adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dengan cepat dengan mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat (Nala, 2011:16). Daya ledak otot tungkai merupakan komponen gerak yang penting untuk melakukan aktivitas yang sangat berat, karena dapat menentukan kemampuan orang untuk memukul, jauhnya lemparan, jauhnya melompat, kecepatan dalam lari dan sebagainya. Daya ledak otot tungkai (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek pendeknya (Sajoto, 1995:17). Daya ledak otot tungkai merupakan salah satu dari komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan aktivitas yang sangat berat karena dapat menentukan seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh seseorang dapat melempar, seberapa cepat seseorang dapat berlari, dan lainnya. Dapat dilihat juga pentingnya daya ledak dalam cabangcabang olahraga yang mengharuskan untuk menolak dengan kaki seperti nomor-nomor lompat dalam atletik, sprint, bola basket, dan nomor-nomor yang ada unsur akselerasi (percepatan), seperti balap sepeda, mendayung, renang, dan sebagainya. Daya ledak otot tungkai juga penting dalam cabang-cabang olahraga yang harus mengerahkan tenaga eksplosif seperti nomor-nomor lempar dalam atletik. Sebagai salah satu komponen biomotorik, daya ledak otot tungkai dapat ditingkatkan melalui program pelatihan yang dirancang secara sistematis dan berkelanjutan dengan mengikuti prinsipprinsip pelatihan yang tepat. Pelatihan double leg speed hop merupakan salah satu pelatihan yang sangat baik untuk membangun massa otot tungkai, dimana kualitas otot tungkai seseorang sangat berpengaruh terhadap kecepatan. Pelatihan double leg speed hop ini memiliki jenis beban kerja yang terpusat pada gerakan meloncat dan melibatkan otot-otot paha depan (quadriceps), paha belakang (hamstrings), gluteus maximum serta otototot betis (partial). Gerakan meloncat dengan menggunakan tungkai kaki yang dilakukan secara berulang-ulang ini akan memberikan stress pada komponen otot kaki sehingga otot-otot kaki akan mengalami hyperthrophy otot. Hyperthrophy otot ini disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel serta serabutserabut otot kaki, maka akan menambah atau meningkatkan kekuatan otot tersebut. Hal itu disebabkan karena pelatihan double leg speed hop ini merupakan pelatihan yang predominan menggunakan sistem energi anaerobic yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat dalam mendorong beban. Peningkatan ini memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan otot dalam memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang diberikan sehingga dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai. DAFTAR PUSTAKA Bompa, Tudor O.1994. Theory and Methodology of Training, The Key to Atletic Performanc.United States: Kendall/Hunt Publishing Company. Fox, Edward L, Richard W. Bower dan Merie L.Foss. 1993. The Physiological Basic of Physical Education and Athletics, 5 th Edition. Dubuque: Wm. C. Brown Communication, Inc. Furqon H, M dan Muchsin Doewes. 2002. ”Plaiometrik: Untuk Meningkatkan Power”. Tersedia pada http://furqonuntuk-meningkatkan-power.htm. (Diakses tanggal 12 Januari 2016). Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Sukarta. LPP UNS dan UNS Pres. Januar, Andri. 2012. “Dampak Penerapan Pelatihan Komplex Training Terhadap Peningkatan Kemampuan Speed” Tersedia pada http://repository.upi.edu/skripsiview. 9 php?no_skripsi=http://repository.upi. edu/9737.html. (Diakses tanggal 13 januari 2016). Kanca, I Nyoman. 2004. Pengaruh Pelatihan Fisik Aerobik dan Anaerobik terhadap Absorpsi Karbohidrat dan Protein Rattus Nervegicus Strain Wistar. Disertasi (tidak diterbitkan). Surabaya: Program Pasca Sarjana UNAIR. -------.2006. Metodologi Penelitian Keolahragaan. Singaraja: Fakultas Pendidikan Ilmu Keolahragaan UNDIKSHA. -------.2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Singaraja: Fakultas Pendidikan Ilmu Keolahragaan UNDIKSHA. Nala, Ngurah.1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: UNUD. -------. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: UNUD. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC. Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran. Jakarta: PT Bumi Timur Jaya. Yoda, I Ketut.2006. Peningkatan Kondisi Fisik (Tidak Diterbitkan). Singaraja: Undiksha. -------. 2011. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: UNUD. Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Olahraga. FPOK UPI. Putri, Rissa Metia. 2014. Pengaruh Latihan Dik’s Letters Agility Terhadap Peningkatan Kelincahan Pada Siswa SMA N 2 Cianjur Dalam Ekstrakurikuler Bola Basket. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia. Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Biomotorik Olahraga. Semarang: Dahara Prize. Santoso, Singgih. 2011. Mastering SPSS versi 19. Jakarta: PT Gramedia. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Alfabeta: Bandung. Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teoridan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendiidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 10