pengaruh pelatihan double leg speed hop terhadap peningkatan

advertisement
PENGARUH PELATIHAN DOUBLE LEG SPEED HOP
TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN DAN
DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI
Ni Wayan Puspita Yanti, I Ketut Sudiana, Gede Doddy Tisna MS
Jurusan Ilmu Keolahragaan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pedidikan Ganesha
[email protected], [email protected] ,
[email protected]
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan double leg speed hop terhadap
kecepatan dan daya ledak otot tungkai. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan
the non-rendomized control group pretest posttest design. Subjek penelitian adalah siswa peserta
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 3 Mendoyo tahun pelajaran 2015/2017 berjumlah 30 orang.
Kecepatan diukur dengan tes lari sprint 50 meter dan daya ledak otot tungkai diukur dengan tes vertical
jump, selanjutnya data dianalisis dengan uji-t independent pada taraf signifikansi 95% lebih kecil (α) 0,05
dengan bantuan program SPSS 16.0.
Berdasarkan hasil uji-t independent didapatkan hasil: (1) variabel kecepatan lari dengan nilai
signifikansi 0,001. (2) variabel daya ledak otot dengan nilai signifikansi 0,001. Nilai signifikansi hitung
lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian hipotesis penelitian “pelatihan double leg speed hop
berpengaruh terhadap kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai” diterima.
Dapat disimpulkan bahwa; (1) pelatihan double leg speed hop berpengaruh terhadap kecepatan
lari siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 3 Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016. (2)
pelatihan double leg speed hop berpengaruh terhadap daya daya ledak otot tungkai siswa peserta
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 3 Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016.. Disarankan bagi pelaku
olahraga (pembina, pelatih, guru olahraga dan atlet) untuk menggunakan pelatihan double leg speed hop
sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai.
Kata kunci: pelatihan double leg speed hop, kecepatan lari, daya ledak otot tungkai
Abstract
This study aims to determine the effect of training double leg hop speed to the speed and
explosive power leg muscle. The research is a quasi-experimental design with the non-rendomized
control group pretest posttest design. Subjects were students in extracurricular basketball participant
SMP Negeri 3 Mendoyo 2015/2016 school year numbered 30 people. Speed is measured by a test run
sprint 50 meters and leg muscle explosive power is measured by vertical jump test, then the data were
analyzed by independent t-test at 95% significance level smaller (α) of 0.05 with SPSS 16.0.
Based on the independent t-test results showed: (1) variable speed with significant value 0.001.
(2) variable muscle explosive power with a significance value of 0.001. The significance value calculated
is less than the value of α (0.05), so the hypothesis research "training double leg hop speed affect the
speed and explosive power leg muscle" acceptable.
Can be concluded that; (1) training double leg hop speed affects the speed of student
participants extracurricular basketball SMP Negeri 3 Mendoyo the school year 2015/2016. (2) training
speed double leg hops effect on leg muscle explosive power extracurricular basketball student
participants SMP Negeri 3 Mendoyo the school year 2015/2016. Suggested for sports people (coaches,
trainers, teachers, sports and athletes) to use the training speed double leg hop as an alternative to
increasing running speed and explosive power leg muscle.
Keywords: training double leg hop speed, running speed, explosive power leg muscle
1
PENDAHULUAN
Di dalam melakukan aktivitas
olahraga, khususnya bola basket untuk
mencapai suatu prestasi yang maksimal
banyak sekali komponen-komponen kondisi
fisik yang berperan penting dalam
menunjang prestasi atlet. Ada dua
komponen yang sangat penting dalam daya
ledak, yaitu kekuatan otot dan kecepatan
otot, maka daya ledak otot dapat
dimanipulasi atau ditingkatkan dengan
meningkatkan
kekuatan
otot
tanpa
mengabaikan
kecepatan
otot
atau
sebaliknya dapat meningkatkan kecepatan
otot tanpa mengabaikan kekuatan otot.
Menurut
Nala (2011:17), “
kecepatan (gerakan) adalah kemampuan
untuk
mengerjakan
suatu
aktivitas
berulang
yang
sama
serta
berkesinambungan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.” Ditinjau dari segi
gerak kecepatan adalah kemampuan dasar
mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat
otot untuk menampilkan gerakan-gerakan
pada kecepatan tertentu.
Daya ledak (power) merupakan
salah satu dari sepuluh komponen kondisi
fisik. “Power adalah kemampuan otot untuk
mengatasi tahanan dengan kontraksi yang
sangat cepat” (Yoda, 2006:27). Daya ledak
sangat penting untuk cabang olahraga yang
memerlukan gerakan eksplosif yang
ditandai dengan gerakan atau perubahan
tiba-tiba yang cepat, dimana tubuh
terdorong ke atas (vertical) baik itu
melompat maupun meloncat ke depan
(horizontal) dengan mengerahkan kekuatan
otot maksimal seperti lari sprint, nomornomor lempar dalam atletik atau cabang
olahraga yang gerakannya didominasi oleh
loncatan dalam olahraga bola basket, bola
voli, bulutangkis dan olahraga sejenisnya.
Dan sebagai dari komponen kondisi fisik,
kecepatan
dan
daya
ledak
dapat
ditingkatkan melalui program pelatihan
yang dirancang secara sistematis dan
berkesinambungan
dengan
mengikuti
prinsip-prinsip dasar pelatihan yang tepat.
SMP Negeri 3 Mendoyo merupakan
salah satu sekolah menengah prtama di
Kabupaten Jembrana. Para siswa SMP
Negeri 3 Mendoyo sering ikut serta dalam
beberapa pertandingan, perlombaan, dan
kejuaraan dalam bidang olahraga yang
diadakan baik itu dalam tingkat Kecamatan,
bahkan ditingkat Kabupaten. Belakangan ini
prestasi dari siswa SMP Negeri 3 Mendoyo
dalam bidang olahraga tidak mampu meraih
hasil yang maksimal. Dari sekian jenis
ekstrakurikuler yang ada di SMP Negeri 3
Mendoyo seperti sepak bola, voli, basket,
bulu tangkis dan tenis meja, prestasi yang
dihasikan cukup memuaskan, sementara
cabang olahraga bola basket ini jauh dari
target dan belum mampu berprestasi.
Berdasarkan hasil awal pengamatan pada
tanggal 12 Desember 2015 dengan sumber
informasi dari pembina ekstrakurikuler bola
basket yaitu I Wayan Budi Yasa, S.Pd,,
kurangnya prestasi siswa dalam cabang
olahraga bola basket disebabkan oleh
kurangnya pembinaan kondisi fisik. Untuk
itu perlu adanya suatu pembinaan yang
tepat dan sesuai serta dapat meningkatkan
kondisi fisik yang dimiliki siswa SMP Negeri
3 Mendoyo, sehingga siswa SMP Negeri 3
Mendoyo akan mampu meraih prestasi
yang lebih maksimal di cabang olahraga
tersebut.
Salah satu bentuk pelatihan yang
tepat untuk meningkatkan komponenkomponen biomotorik yang terlibat dalam
olahraga bola basket khususnya daya ledak
otot tungkai dan kecepatan yaitu dengan
penerapan pelatihan double leg speed hop.
Menurut (Trisnowiyato dalam Jayanto,
2014) menyatakan “pelatian double leg
speed hop adalah pelatian yang dilakukan
dengan latihan melompat tegak ke depan
dengan lutut dilipat tumit dikenakan pantat,
tolakan dengan kedua kaki dan mendarat
dengan kaki menggepar”.
Furqon dan Doewes (2002:35)
“Double leg speed hop adalah
pelatihan yang dilakuakan dengan
cara posisi badan berdiri dengan
setengah jongkok, kedua kaki
direngangkan
selebar
bahu,
kemudian meloncat ke atas depan
2
dengan cepat hingga posisi kaki
dibawah pantat dan selanjutnya
mendarat dengan kedua kaki”.
Pelatihan Double leg speed hop ini
melibatkan
otot-otot
gluteals,
hamstrings,
quadriceps
dan
gastrocnemius.
Pelatihan double legg speed hop
merupakan gerakan-gerakan plyometrics
yang dirancang mengerakan otot pinggul,
tungkai dan otot-otot khusus yang mampu
meningkatkan daya ledak dan kecepatan.
Asal istilah Plyometrics diperkirakan dari
bahasa yunani “plio” dan “metric” yang
masing-masing berarti “lebih banyak” dan
“ukuran”. Plyometrics mengacu pada
latihan-latihan yang ditandai dengan
kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai
respon terhadap pembebanan yang cepat
dan dinamis atau peregangan yang terlibat
(Furqon dan Doewes, 2002:2). Plyometrics
adalah latihan-latihan atau ulangan yang
bertujuan
menghubungkan
gerakan
kecepatan
dan
kekuatan
untuk
menghasilkan gerakan-gerakan eksplosif
(Januar, 2012:33).
Keunggulan dari pelatihan Double
leg speed hop dibandingkan dengan
pelatihan yang lain yaitu, (1) dilihat dari segi
gerakan yang tidak terlalu sulit untuk
dilakukan, (2) kemungkinan cedera yang
ditimbulkan sangat kecil, karena dilakukan
pada lapangan yang rata, (3) penelitian ini
tidak memerlukan tempat yang luas dan (4)
gerakan yang dilakukan menekankan pada
loncatan untuk mencapai ketinggian
maksimum kecepatan maksimum gerakan
kaki, yang sesuai dengan karakteristik
cabang bola basket.
Dengan
adanya
permasalahan
dalam olahraga bola basket di SMP Negeri
3 Mendoyo dalam mengembangkan potensi
siswa peserta ekstrakurikuler maka dalam
penelitian ini diambil judul “ Pengaruh
Pelatihan Double Leg Speed Hop Terhadap
Kecepatan dan Daya Ledak Otot Tungkai
Pada Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola
Basket SMP Negeri 3 Mendoyo Tahun
Pelajaran 2015/2016.”
Sehubungan dengan pemaparan
pada bagian latar belakang di atas,
masalah yang dibahas dalam penelitian ini
adalah 1. Apakah pelatihan double leg
speed
hop
berpengaruh
terhadap
peningkatan kecepatan pada siswa peserta
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 3
Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016?, 2.
Apakah pelatihan double leg speed hop
berpengaruh terhadap peningkatan daya
ledak otot tungkai pada siswa peserta
ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 3
Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian eksperimen semu yang bertujuan
untuk
memperoleh
informasi
yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang
dapat diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol atau
memanipulasi semua variabel yang relevan.
Peneliti harus dengan jelas mengerti
kompromi-kompromi apa yang ada pada
internal validity dan external validity
rancangannya dan berbuat sesuai dengan
keterbatasan tersebut (Kanca, 2010:66).
Rancangan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu ”The nonRendomized control group pretest posttest
design”(Kanca, 2010:94). Subjek dalam
penelitian ini sejumlah 30 orang. Diberikan
test awal (pretest) terlebih dahulu untuk
mengetahui
kemampuan
awal.
Berdasarkan hasil test awal yang di peroleh
2 kelompok pperlakuan dan kelompok
kontrol dengan metode OP (ordinal pairing)
yang
bertujuan
unntuk
menjaga
homogennya atau kesamaan antara
kelompok kontrol dan perlakuan. Kelomok
perlakuan (I) diberikan perlakuan double leg
speed hop dan kelompok kontrol (II)
diberikan melakuan aktivitas olahraga bola
basket dengan jumlah 15 dimasing-masing
kelompok.
Pelatihan akan dberikan selama 4
minggu atau 12 kali pertemuan dengan
frekuensi 3 kali dalam seminggu yang
dilaksanakan pada hari selasa, kamis dan
sabtu. Setelah subjek diberikan pelatihan
selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan
pertemuan ketiga kelompok diberikan test
akhir (posttest). Kemudian hasil test awal
(pretest) dan test akhir (postestt) dari kedua
3
kelompok
di
kurangkan
sehingga
meneukan selisih (gaint score) dari test
awal dan test akhir.
Tempat pelaihan dilakuakan di
lapangan basket SMP N 3 Mendoyo dan
waktu penelitian dilakukan pada pagi hari
pukul 07.00 WITA. Pelatihan diberikan
dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
dasar pelatihan yang mengacu pada the
step type approach system atau sistem
tangga, dimana ada unloading fase yang
bertujuan memberi kesempatan kepada
organ-organ tubuh untuk melakukan
regenerasi.
Serta
memperhatikan
sistematika pelatihan dengan komponenkomponen
pelatihan,
dengan
lama
pelatihan 4 minggu dengan fekuensi 3 kali
per minggu, dengan intensias 70%-80%
dari denyut nadi optimal.
Adapun instumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lari sprint 50
meter dengan validitas face validity dan
reliabilitas 0,89, tes vertical jump dengan
validitas 0,78
dan reliabilitas 0,93
(Nurhasan, 2000:130). Suatu pengukuran
dapat dikatakan valid bila alat pengukuran
atau test benar-benar tepat untuk mengukur
apa yang hendak diukur. Nurhasan
(2000:30) mengatakan ”reliabilitas adalah
sesuatu yang menggambarkan derajat
keajegan atau stabilitas hasil pengukuran”.
Suatu alat pengukuran atau test dikatakan
reliabel jika alat tersebut menghasilkan
sekor yang stabil meskipun dilaksanakan
beberapa kali. Petugas yang mencatat
adalah mahasiswa yang telah lulus dalam
mata kuliah tes pengukuran.
Sebelum melakukan analisis data
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
adalah uji normalitas dan uji homogenitas
data. Uji normalias data dimaksudkan untuk
memperlihatkkan bahwa data subjek
berdistribusi normal. Uji homogenitas data
dimaksudkan untuk memperlihattkan bahwa
dua atau lebih kelompok data subjek
memiliki variasi yang sama. Untuk
pengujian hipotesis pengaruh pelatihan
double leg speed hop terhadap peningkatan
kecepatan dan daya ledak otot tungkai
mengunakan uji t independent dengan
mengunakan bantuan SPSS 16.0 pada
taraf signifikansi 0.05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi data hasil Data hasil
penelitian double leg speed hop terdiri dari
data posttest dan diambil pada akhir
kegiatan penelitian yaitu setelah subjek
penelitian selama 12 kali pelatihan.
Data hasil posttest kecepatan pada
kelompok perlakuan pelatihan double leg
speed hop yaitu, nilai rata-rata sebesar 8.10
dengan median sebesar 8.12, modus
sebesar 7.52, rentangan sebesar 1.13, nilai
tertinggi sebesar 8.97, nilai terendah
sebesar 7.84, varian sebesar 0.34, standar
deviasi sebesar 0.58. Untuk data hasil
posttest kecepatan pada kelompok kontrol
yaitu, rata-rata sebesar 8.94, dengan
median sebesar 9.89, modus 7.50, rentang
sebesar 2.71, nila tertinggi 10.21, nilai
terendah 7.50, varian 0.50,, standar deviasi
0.71.
Data hasil posttest daya ledak otot
tungkai pada kelompk perlakan peltihan
double leg speed hop yaitu, rata-rata
sebesar 62, dengan median sebesar 62,
modus sebesar 62, rentangan sebesar 24,
nilai tertinggi sebesar 76, nilai terendah
sebesar 52, varian sebesar 44.57, standar
deviasi sebesar 6.68. Untuk data hasil
posttest daya ledak pada kelompok kontrol
yaitu, rata-rata sebesar 49.33, dengan
median sebesar 50, modus 50, rentang 42,
nila tertinggi 72, nilai terendah 30, varian
118.38, standar deviasi 10.88.
Sebelum
menguji
hipotesis
penelitian, dilakukan uji prasyarat terhadap
sebaran data yang meliputi uji normalitas
data. Uji normalitas ini dilakukan untuk
membuktikan bahwa sampel berasal dari
subjek yang berdistribusi normal. Kriteria
pengujianya, yaitu jika signifikansi yang
diperoeh ˃ α, maka subjek berdistribusi
normal. Sebaliknya, jika signifikansinya
yang diperoleh <α, maka subjek bukan
berdistrbusi normal. Dari uji normalitas
data yang digunnakan kolmogorov-smirnov
diperoleh
signifikansi
kecepatan
lari
kelompok perlakuan 0.134 dan kelompok
koontrol 0.200 ˃ 0.05 dan daya ledak otot
tungki kelompok perlakuan dan kontrol
diperoeh signifikansi 0.200 ˃ 0.05, maka
subjek berdistribusi normal. Rangkuman
4
hasil uji normalitas data tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Normalitas Kolomogorov-smirnov
Sumber data
Kolmogorov-smirnov
Df
Sig
Statistik
Kecepatan Lari
1 Perlakuan
2 Kontrol
Daya Ledak Otot Tungkai
1. Perlakuan
2. Kontrol
Keterangan
0.194
0.128
15
15
0.134
0.200
Normal
Normal
0.120
0.154
15
15
0.200
0.200
Normal
Normal
Pengujian
homogenitas
data
dilakukan terhadap data
gaint-score
kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai.
Dari hasil analisis uji Levene dengan
bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikansi
(α) 0.05. Dari hasil uji didapatkan nilai
signifikansi hitung untuk kedua data
tersebut lebih besar dari pada α (sig
>0.05), dengan demikian data yang diuji
berasal dari data dengan variansi yang
homogen.
Ringkasan hasil uji Levene dengan
bantuan program komputer SPSS 16,0
untuk uji homogenitas data dapat dilihat
pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Homogenitas Levene
Sumber data
Nilai uji
df 1
Df 2
Sig
Ket
Kecepatan Lari
0.423
1
28
0.521
Homogen
Daya Ledak Otot Tungkai
1.387
1
28
0.249
Homogen
Dari hasil uji homogenitas data yang
menggunakan uji levene dengan bantuan
SPSS 16.0, diperoleh nilai uji 0.423 dengan
signifikansi 0.521 untuk variabel kecepatan
lari. Dan diperoleh nilai uji 1.387 dengan
signifikansi 0.249. Jika nilai signifikansi
yang diperoleh > , maka variansi setiap
subjek sama (homogen). Dengan demikian,
nilai signifikansi 0,000
> 0,05, sehingga
data yang diuji berasal dari data yang
homogen.
Hipotesis pelatihan double leg
speed hop terhadap peningkatan kecepatan
dan daya ledak otot tungkai diuji dengan uji
t independent dengan bantuan program
SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) 0,05.
Hipotesis penelitian diterima apabila nilai uji
thitung memiliki signifikansi lebih kecil dari α
(Sig < 0,05). Sedangkan apabila nilai
signifikansi lebih thitung lebih besar dari α
(Sig > 0,05), hipotesis penelitian ditolak.
Hipotesis diterima karena pelatihan
double leg speed hop berpengaruh
terhadap peningktan kecepatan lari dan
daya ledak otot tungkai diuji menggunakan
t independent test.
Data yang diuji adalah data gain
score (selisih antara posttest dan pretest)
kelompok perlakuan pelatihan double lleg
speed hop terhadap kecepatan dan daya
5
ledak otot tungkai. Hasil uji dapat dilihat
pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Uji-t Independent Kecepatan dan Daya Ledak Otot Tungkai
Sumber data
thitung
Df
Sig
Kecepatan Lari
-3.543
28
0.001
Daya Ledak Otot Tungkai
3.646
28
0.001
Hasil uji t independent data
kecepatan lari diperoleh nilai thitung sebesar 3.543 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000. Nilai signifikansi 0,001 < 0,05, data
daya ledak otot tungkai memperoleh nilai
thitung sebesar 3.646 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,001. maka terdapat
Kecepatan otot tungkai merupakan
salah satu faktor kondisi fisik yang
mempengaruhi kemampuan seorang atlit
dalam suatu cabang olahraga. “Kecepatan
merupakan salah satu komponen dasar
biomotor yang diperlukan dalam setiap
cabang olahraga” (Sukadiyanto, 2005:106).
“Kecepatan (gerakan) adalah kemampuan
untuk
mengerjakan
suatu
aktivitas
berulang
yang
sama
serta
berkesinambungan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.”
(Nala, 2011:17).
Kecepatan adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk menjawab dalam
waktu secepat mungkin. Sedangkan
menurut Widiastuti (2011:16) “Kecepatan
adalah kemampuan berpindah dari satu
tempat ke tempat yang lain dalam waktu
yang
sesingkat-singkatnya,
kecepatan
bersifat lokomotor dan gerakannya bersifat
siklik.”
Selain keceptan, faktor kondisi fisik
yang dapat mempengaruhi kemampuan
seorang atlit dalam suatu cabang olahraga
adalah daya ledak otot tungkai. Daya ledak
adalah kemampuan untuk melakukan
aktivitas secara tiba-tiba dengan cepat
dengan mengerahkan seluruh kekuatan
dalam waktu yang singkat (Nala, 2011:16).
Daya ledak otot tungkai merupakan
perbedaan pengaruh. Nilai signifikansi
thitung 0,000 data kecepatan lebih kecil dari
nilai α (sig. < 0,05), sehingga hipotesis
diterima “pelatihan double leg speed hop
berpengaruh terhadap kecepatan dan daya
ledak otot tungkai. Nilai signifikansi 0,000 <
0,05.
komponen gerak yang penting untuk
melakukan aktivitas yang sangat berat,
karena dapat menentukan kemampuan
orang untuk memukul, jauhnya lemparan,
jauhnya melompat, kecepatan dalam lari
dan sebagainya. Daya ledak otot tungkai
(muscular power) adalah kemampuan
seseorang untuk mempergunakan kekuatan
maksimum yang dikerahkan dalam waktu
yang
sependek
pendeknya
(Sajoto,
1995:17).
Dari hasil analisis data untuk
variabel terikat penelitian menunjukan
adanya peningkatan nilai rata-rata (mean)
untuk
masing-masing
variabel.
Dari
deskripsi data variabel kecepatan lari pada
tabel 4.1 terlihat kelompok perlakuan
maupun kelompok kontrol mengalami
peningkatan nilai rata-rata. Nilai pre-test
kelompok perlakuan memiliki nilai rata-rata
8.99 dan rata-rata nilai post-test 8.32,
dengan demikian nilai rata-rata kelompok
perlakuan meningkat 0.66. Kelompok
kontrol untuk variabel kecepatan lari
mengalami peningkatan nilai rata-rata
sebesar 0.09 dari 8.98 pada saat pre-test
menjadi 8.89 pada saat post-test.
Untuk variabel daya ledak otot
tungkai seperti terlihat pada tabel 4.2
mengalami peningkatan rata-rata baik pada
6
kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol. Kelompok perlakuan mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 15.07 dari
rata-rata pre-test 46.60 menjadi 61.67 pada
saat post-test. Sedangkan kelompok kontrol
mengalami peningkatan rata-rata 2.27 dari
rata-rata 47.40 pada saat pre-test menjadi
49.67 pada saat post-tes.
Dari deskripsi di atas, terlihat
adanya
peningkatan
nilai
variabel
kecepatan lari pada kelompok perlakuan
maupun kontrol dan peningkatan nilai
variabel daya ledak otot tungkai pada
kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol. Dengan peningkatan rata-rata
kelompok perlakuan yang lebih tinggi dari
pada kelompok kontrol untuk variabel
kecepatan lari dan peningkatan rata-rata
kelompok perlakuan yang lebih tinggi dari
pada kelompok kontrol untuk variabel daya
ledak otot tungkai. Hal ini menunjukkan
adanya pengaruh dari pelatihan yang
diberikan terhadap peningkatan kecepatan
lari dan daya ledak otot tungkai pada
sampel penelitian. Peningkatan pada
kelompok perlakuan diakibatkan oleh
pemberian pelatihan double leg speed hop
selama 4 minggu 12 kali pelatihan.
Sedangkan peningkatan pada kelompok
kontrol lebih diakibatkan oleh adanya
peningkatan aktivitas olahraga yang
dilakukan oleh seluruh sampel penelitian
selama kegiatan berlangsung. Hal ini dapat
dijelaskan melalui hasil uji hipotesis
penelitian berikut:
1. Pelatihan double leg speed hop
Berpengaruh Terhadap Kecepatan Lari,
berdasarkan hasil uji-t independent untuk
variabel kecepatan lari, antara hasil posttest
kelompok perlakuan dan kontrol didapatkan
nilai thitung = -3.543 dengan nilai signifikansi
= 0.001 pada taraf signifikansi 0.05. Nilai
signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α
(Sig< 0,05), dengan demikian hipotesis
penelitian “pelatihan double leg speed hop
berpengaruh
terhadap
peningkatan
kecepatan lari“ diterima.
Secara teoritis hasil penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut: Menurut
Kanca (2004:49) pelatihan fisik adalah
”suatu proses pelatihan fisik yang
terprogram secara sistematis, dilakukan
secara berulang-ulang dengan semakin
bertambah secara bertahap, serta untuk
mempersiapkan atlet pada tingkat tertinggi
penampilannya.”
Dan
menurut
(Sukadiyanto,
2005:1)
”pelatihan
merupakan suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik, yaitu untuk
meningkatkan kualitas fisik, kemampuan
fungsional tubuh, dan kualitas psikis anak
latih.”
Nala (2011:02) menyatakan,
“Peltihan merupakan suatu gerak
fisik dan atau aktivitas mental yang
di lakukan secara sistematis dan
berulang-ulang (repetitive) dalam
jangka waktu (durasi) lama, dengan
pembebanan
yang
meningkat
secara progresif dan individual, yang
bertujuan untuk memperbaiki sistem
serta fungsi fisiologis dan psikologis
tubuh agar pada waktu melakukan
aktivitas olahraga dapat mencapai
penampilan yang optimal.”
Selama
memberikan
suatu
pelatihan, selain harus memperhatikan
prinsip-prinsip dasar pelatihan, dalam
program pelatihan penting pula memahami
sistematika pelatihan yang tepat pula.
Sistematika pelatihan sangat diperlukan
dalam suatu program pelatihan, karena
dengan mengikuti sistematika pelatihan
tersebut tubuh akan mudah beradaptasi
terhadap beban (stres) yang didapatkan
dari bentuk pelatihan. Sistematika pelatihan
yang benar akan mengurangi kemungkinan
terjadinya cedera. Menurut Kanca (1990:
28), adapun sistematika yang diperhatikan
adalah pemanasan atau warming – up,
pemanasan sangat perlu dilakukan oleh
setiap atlet baik sebelum berlatih (pralatihan) maupun sebelum bertanding (prapertandingan) (Nala, 1998: 49), pelatihan
inti yaitu pelatihan yang dilakukan
merupakan aktivitas pokok dari cabang
olahraga yang dilatihkan, dan yang terakhir
adalah pendinginan dilakukan setelah
melakukan pelatihan atau aktivitas fisik
lainnya.
Kecepatan otot tungkai merupakan
salah satu faktor kondisi fisik yang
mempengaruhi kemampuan seorang atlit
dalam suatu cabang olahraga. “Kecepatan
7
merupakan salah satu komponen dasar
biomotor yang diperlukan dalam setiap
cabang olahraga” (Sukadiyanto, 2005:106).
“Kecepatan (gerakan) adalah kemampuan
untuk
mengerjakan
suatu
aktivitas
berulang
yang
sama
serta
berkesinambungan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.” (Nala, 2011:17).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan antara lain (Sukadiyanto,
2005:109):
keturunan,
waktu reaksi,
kekuatan
(kemampuan
mengatasi
pemberat), teknik kecepatan, elastisitas
otot, jenis otot, konsentrasi dan kemauan.
Pelatihan double leg speed hop
merupakan salah satu pelatihan yang
sangat baik untuk membangun massa otot
tungkai, dimana kualitas otot tungkai
seseorang sangat berpengaruh terhadap
kecepatan. Pelatihan double leg speed hop
ini memiliki jenis beban kerja yang terpusat
pada gerakan meloncat dan melibatkan
otot-otot paha depan (quadriceps), paha
belakang (hamstrings), gluteus maximum
serta otot-otot betis (partial). Gerakan
meloncat yang dilakukan secara berulangulang ini akan memberikan stress pada
komponen otot kaki sehingga otot-otot kaki
akan
mengalami
hyperthrophy
otot.
Hyperthrophy otot ini disebabkan oleh
peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel
serta serabut-serabut otot kaki, maka akan
menambah atau meningkatkan kekuatan
otot tersebut.
Hal itu disebabkan karena pelatihan
double leg speed hop ini merupakan
pelatihan yang predominan menggunakan
sistem energi anaerobic yang memiliki ciri
khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat
kuat dalam meloncat dan menahan beban
tubuh. Peningkatan ini memiliki pengaruh
positif terhadap kemampuan otot dalam
memberikan
tanggapan
terhadap
rangsangan yang diberikan sehingga dapat
meningkatkan kecepatan.
2. Pelatihan Double Leg Speed Hop
Berpengaruh Terhadap Daya Ledak Otot
Tungkai,
berdasarkan
hasil
uji-t
independent untuk variabel daya ledak otot
tungkai, antara posttest kelompok kontrol
dan perlakuan didapatkan nilai t hitung = 3.646
dengan nilai signifikansi = 0,001 pada taraf
signifikansi 0,05. Nilai signifikansi hitung
lebih kecil dari nilai signifikansi α (Sig<
0,05), dengan demikian hipotesis penelitian
“pelatihan
double
leg
speed
hop
berpengaruh terhadap peningkatan daya
ledak otot tungkai“ diterima.
Menurut Kanca (2004:49) pelatihan
fisik adalah ”suatu proses pelatihan fisik
yang
terprogram
secara
sistematis,
dilakukan secara berulang-ulang dengan
semakin bertambah secara bertahap, serta
untuk mempersiapkan atlet pada tingkat
tertinggi penampilannya.” Dan menurut
(Sukadiyanto,
2005:1)
”pelatihan
merupakan suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik, yaitu untuk
meningkatkan kualitas fisik, kemampuan
fungsional tubuh, dan kualitas psikis anak
latih.”
Nala (2011:02) menyatakan,
“Peltihan merupakan suatu gerak
fisik dan atau aktivitas mental yang
di lakukan secara sistematis dan
berulang-ulang (repetitive) dalam
jangka waktu (durasi) lama, dengan
pembebanan
yang
meningkat
secara progresif dan individual, yang
bertujuan untuk memperbaiki sistem
serta fungsi fisiologis dan psikologis
tubuh agar pada waktu melakukan
aktivitas olahraga dapat mencapai
penampilan yang optimal.”
Selama
memberikan
suatu
pelatihan, selain harus memperhatikan
prinsip-prinsip dasar pelatihan, dalam
program pelatihan penting pula memahami
sistematika pelatihan yang tepat pula.
Sistematika pelatihan sangat diperlukan
dalam suatu program pelatihan, karena
dengan mengikuti sistematika pelatihan
tersebut tubuh akan mudah beradaptasi
terhadap beban (stres) yang didapatkan
dari bentuk pelatihan. Sistematika pelatihan
yang benar akan mengurangi kemungkinan
terjadinya cedera. Menurut Kanca (1990:
28), adapun sistematika yang diperhatikan
adalah pemanasan atau warming – up,
pemanasan sangat perlu dilakukan oleh
setiap atlet baik sebelum berlatih (pralatihan) maupun sebelum bertanding (prapertandingan) (Nala, 1998: 49), pelatihan
inti yaitu pelatihan yang dilakukan
8
merupakan aktivitas pokok dari cabang
olahraga yang dilatihkan, dan yang terakhir
adalah pendinginan dilakukan setelah
melakukan pelatihan atau aktivitas fisik
lainnya.
Daya ledak adalah kemampuan
untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba
dengan cepat dengan mengerahkan
seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat
(Nala, 2011:16). Daya ledak otot tungkai
merupakan komponen gerak yang penting
untuk melakukan aktivitas yang sangat
berat,
karena
dapat
menentukan
kemampuan orang untuk memukul, jauhnya
lemparan, jauhnya melompat, kecepatan
dalam lari dan sebagainya. Daya ledak otot
tungkai
(muscular
power)
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mempergunakan kekuatan maksimum yang
dikerahkan dalam waktu yang sependek
pendeknya (Sajoto, 1995:17).
Daya ledak otot tungkai merupakan
salah satu dari komponen gerak yang
sangat penting untuk melakukan aktivitas
yang
sangat
berat
karena
dapat
menentukan
seberapa
kuat
orang
memukul, seberapa jauh seseorang dapat
melempar, seberapa cepat seseorang
dapat berlari, dan lainnya. Dapat dilihat juga
pentingnya daya ledak dalam cabangcabang olahraga yang mengharuskan untuk
menolak dengan kaki seperti nomor-nomor
lompat dalam atletik, sprint, bola basket,
dan nomor-nomor yang ada unsur
akselerasi (percepatan), seperti balap
sepeda,
mendayung,
renang,
dan
sebagainya. Daya ledak otot tungkai juga
penting dalam cabang-cabang olahraga
yang harus mengerahkan tenaga eksplosif
seperti nomor-nomor lempar dalam atletik.
Sebagai salah satu komponen
biomotorik, daya ledak otot tungkai dapat
ditingkatkan melalui program pelatihan
yang dirancang secara sistematis dan
berkelanjutan dengan mengikuti prinsipprinsip pelatihan yang tepat. Pelatihan
double leg speed hop merupakan salah
satu pelatihan yang sangat baik untuk
membangun massa otot tungkai, dimana
kualitas otot tungkai seseorang sangat
berpengaruh terhadap kecepatan. Pelatihan
double leg speed hop ini memiliki jenis
beban kerja yang terpusat pada gerakan
meloncat dan melibatkan otot-otot paha
depan
(quadriceps),
paha
belakang
(hamstrings), gluteus maximum serta otototot betis (partial). Gerakan meloncat
dengan menggunakan tungkai kaki yang
dilakukan secara berulang-ulang ini akan
memberikan stress pada komponen otot
kaki
sehingga
otot-otot
kaki akan
mengalami hyperthrophy otot. Hyperthrophy
otot ini disebabkan oleh peningkatan jumlah
dan ukuran dari sel-sel serta serabutserabut otot kaki, maka akan menambah
atau meningkatkan kekuatan otot tersebut.
Hal itu disebabkan karena pelatihan
double leg speed hop ini merupakan
pelatihan yang predominan menggunakan
sistem energi anaerobic yang memiliki ciri
khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat
kuat dalam mendorong beban. Peningkatan
ini
memiliki pengaruh positif terhadap
kemampuan otot dalam memberikan
tanggapan terhadap rangsangan yang
diberikan sehingga dapat meningkatkan
daya ledak otot tungkai.
DAFTAR PUSTAKA
Bompa, Tudor O.1994. Theory and
Methodology of Training, The Key to
Atletic Performanc.United States:
Kendall/Hunt Publishing Company.
Fox, Edward L, Richard W. Bower dan
Merie
L.Foss.
1993.
The
Physiological Basic of Physical
Education and Athletics, 5 th Edition.
Dubuque:
Wm.
C.
Brown
Communication, Inc.
Furqon H, M dan Muchsin Doewes. 2002.
”Plaiometrik: Untuk Meningkatkan
Power”. Tersedia pada http://furqonuntuk-meningkatkan-power.htm.
(Diakses tanggal 12 Januari 2016).
Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran
Olahraga. Sukarta. LPP UNS dan
UNS Pres.
Januar, Andri. 2012. “Dampak Penerapan
Pelatihan
Komplex
Training
Terhadap Peningkatan Kemampuan
Speed”
Tersedia
pada
http://repository.upi.edu/skripsiview.
9
php?no_skripsi=http://repository.upi.
edu/9737.html. (Diakses tanggal 13
januari 2016).
Kanca, I Nyoman. 2004. Pengaruh
Pelatihan
Fisik
Aerobik
dan
Anaerobik
terhadap
Absorpsi
Karbohidrat dan Protein Rattus
Nervegicus Strain Wistar. Disertasi
(tidak
diterbitkan).
Surabaya:
Program Pasca Sarjana UNAIR.
-------.2006. Metodologi Penelitian
Keolahragaan. Singaraja: Fakultas
Pendidikan Ilmu Keolahragaan
UNDIKSHA.
-------.2010. Metode Penelitian Pengajaran
Pendidikan Jasmani Dan Olahraga.
Singaraja: Fakultas Pendidikan Ilmu
Keolahragaan UNDIKSHA.
Nala, Ngurah.1992. Kumpulan Tulisan
Olahraga. Denpasar: UNUD.
-------. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik
Olahraga. Denpasar: UNUD.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk
siswa perawat. Jakarta: penerbit
buku kedokteran EGC.
Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran.
Jakarta: PT Bumi Timur Jaya.
Yoda, I Ketut.2006. Peningkatan Kondisi
Fisik (Tidak Diterbitkan). Singaraja:
Undiksha.
-------. 2011. Kumpulan Tulisan Olahraga.
Denpasar: UNUD.
Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran
Olahraga. FPOK UPI.
Putri, Rissa Metia. 2014. Pengaruh Latihan
Dik’s Letters Agility Terhadap
Peningkatan
Kelincahan
Pada
Siswa SMA N 2 Cianjur Dalam
Ekstrakurikuler Bola Basket. Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan
Pembinaan Biomotorik Olahraga.
Semarang: Dahara Prize.
Santoso, Singgih. 2011. Mastering SPSS
versi 19. Jakarta: PT Gramedia.
Sugiono.
2009.
Metode
Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif.
CV.
Alfabeta: Bandung.
Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teoridan
Metodologi Melatih Fisik.
Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi
Pendiidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
10
Download