KONSEP YESUS ANAK ALLAH: SUATU APOLOGETIKA TERHADAP PANDANGAN ‘ALLAH TIDAK BERANAK DAN TIDAK DIPERANAKAN’ Kevin T. Rey1 Abstraksi Kekuatan iman Kristen adalah berita kepastian yang bersumber pada Alkitab yang hakikatnya adalah firman Allah. Penyataan Alkitab (presuposisi yang tertinggi) dan Yesus Kristus Tuhan merupakan dasar yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan atau direduksi salah satu kebenarannya. Alkitab menyatakan Yesus Kristus Tuhan dan Yesus Kristus Tuhan menghormati otoritas Alkitab. Dua relasi yang tidak dapat dipisahkan antara Yesus dan firman-Nya. Masing-masing memberikan kepastian kebenaran yang saling meneguhkan. Berkaitan dengan Yesus Kristus Tuhan yang dinyatakan sebagai Anak Allah, hingga kini masih banyak yang meragukannya bahkan menjadikan Alkitab sebagai obyek hukuman bahwasannya Alkitab adalah karya fiksi atau legenda kuno. Mereka yang menolak Yesus, Anak Allah berusaha untuk menafsirkan teks-teks Alkitab untuk mendukung logika rasionalitas mereka. Bahkan mereka berusaha untuk melakukan manipulasi kebenaran atas nama Alkitab. Fakta Biblis dimanipulasi untuk mendapatkan spekulasi kebenaran yang menolak Yesus Anak Allah atau merelatifkan makna teks. Kekuatan berita Alkitab bahwa Yesus, Anak Allah tidak dapat dipatahkan hanya berdasarkan asumsi pragmatis mereka yang menolak. Teks-teks kebenaran Alkitab tentang Yesus Anak Allah telah nyata dan tak terbantahkan. Implikasinya adalah Yesus Kristus Tuhan adalah Allah yang hidup dan berdaulat tidak akan pernah bertentangan atau melawan berita Alkitab yang menyatakan pribadi dan kehadiran Allah secara ontologis teologis dan historis teologis. Fakta kepastian dari Allah yang jadi manusia berkarya dalam historisitas kemanusiaan manusia hingga mati dan bangkit dari kematian. Berita itu bagi pemikiran manusia modern tidak dapat diterima berdasarkan metode analisis historis positivis sehingga mereka berusaha untuk menganulir pernyataan kebenaran Alkitab yang cenderung fiksi atau mitos. Kemudian menggantikannya dengan kebenaran yang parsial atau fragmentaris yang dapat mereka terima yaitu Yesus yang hanya memiliki kehidupan manusiawi dan fitrahnya tidak lebih sebagai manusia ciptaan Allah. Tulisan selanjutnya adalah tulisan apologetika terhadap pengakuan Yesus sebagai Anak Allah berdasarkan teks-teks Alkitab yang kanonik. 1 Ka.Prodi S2 Teologi dan Dosen Sekolah Tinggi Teologi INTHEOS Surakarta. Perspektif yang dimunculkan adalah kebenaran dalam konteks historis dan ontologisme teologisKristiani. Alkitab, hakikatnya firman Allah menjadi sumber sahih berkaitan Yesus sebagai Anak Allah dan di luar Alkitab bukanlah sumber yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya karena dasar berpikirnya kosmosentri antropologis parsial. Segala fakta positivis dalam dimensi yang terbatas, dalam kategori parsial atau fragmentaris dan tidak akan pernah sampai pada pemikiran yang utuh sempurna selain pikiran Allah. Kiranya tulisan yang terbatas ini dapat menjelaskan iman Kristen tentang Yesus, Anak Allah yang hidup. The Concept of Jesus is The Son of God: An Apologetic View to the Opinion “God is not beget, and not been begotten” Abstract The strength of Christian faith is based on certainty news of Bible which is God’s Word. Both revelation (highest presupposition) and Jesus Christ The Lord is an unseparated relating basis or irreducibly truth. Bible reveals Jesus Christ the Lord and Jesus respects the Bible. Unseparated relation between Jesus and His Word. Each gives certain truth and mutually strengthen. There are still some doubts due to what was stated of Jesus Christ as The Son of God, even judged that Bible is a fiction or ancient legend. Those who rejected Jesus as the Son of God had tried interpreting Bible’s texts to advocate their rationalities. Even manipulated the Bible’s truth. Biblical fact was manipulated to obtain speculated truth which was rejecting Jesus as God’s Son or made textual meanings goes relatively. The strength of biblical news about Jesus is the Son of God can’t be broken by their only pragmatic assumption who rejected it. Textual Bible’s truth about Jesus, The son of God is factual already and indisputable. The implication is that Jesus Christ Lord is The Living Sovereign God will never be in conflict or against any stated of the Bible about God’s personal and presence theologically ontologism and theological history. The certainty fact of God became human did His works in humanity history till dead and rose again. The news was unacceptable to modern people through their positivism historical analyzing method, so they tried to annul biblical truth which tend to fiction or myth. Then exchanged by partial or fragmentary truth which was acceptable, that Jesus only lived as human being and not more than a human created by God. The next is apologetically writing about Jesus’ stated Himself as Son of God according to canonical text of Bible. The exposing perspective is the truth in Christian historical and theological ontologism context. The Bible, what essentially is God’s Word, becomes a valid source in relating to Jesus is The Son of God, and other can not be accounted for, because its presumption is partially anthropology cosmocentric. All positivism facts 2 in restricted dimension, in fragmentary or partial category would never achieve a perfect concept, except by God’s own mindset. May this article can answer the questioned Christian faith statement about Jesus is The Son of God. bukan PENDAHULUAN Ratio naturalis (rasio alamiah) selalu terbuka terhadap kebutuhan jawaban yang dapat dipertanggung-jawabkan oleh si empunya. Manusia sejatinya adalah ciptaan yang memiliki keyakinan rasional yang terhadap bertanggung setiap pertanyaan jawab yang berkaitan dengan entitas moral yang memiliki kemampuan otonomi (self determination) yang terbatas. Hal itu berarti akan bahwa rasionalitas seseorang memberikan jawaban-jawaban yang implikasinya adalah harmonisasi entitas moral - yang berdasarkan asumsi-asumsi dasar dogma/ajaran iman (Kristen) – dan nilai (idealisme & realisme nilai) dalam berperilaku atau bertindak bukan berdasarkan moralitas otonomi yang ultimate independence. Rasio ilmiah berorientasi pada penemuan kebenaran yang ‘per se esse’(ada pada dirinya sendiri ), selain itu kebenaran bukan diciptakan atau diadakan atau dimanipulasi. Kebenaran 3 melalui direkonstruksi-dekonstruksi konsepsi persepsi personal melainkan ditemukan melalui dialektika logis dalam definisi/batasan istilah konseptual. Definisi istilah konseptual memberikan pemahaman dan penjelasan yang kontekstual. “Pada dasarnya, untuk bernalar menurut cara Aristoteles yang sesungguhnya, kita perlu menerjemahkan segala sesuatu ke dalam istilah-istilah konseptual.”2 Artinya, proses penalaran untuk menemukan kebenaran haruslah diawali dari istilah konseptual yang memberikan penjelasan dan makna terhadap kata atau kalimat. Hal itu ternyata telah dilakukan oleh Aristoteles pada masanya. Berkaitan rasio alamiah seseorang terhadap suatu kebutuhan kebenaran tetap dalam batasan ruang dan waktu (res extensa) yang tidak sempurna dan tidak menjadi absolut. Rasio alamiah yang tidak sempurna sering kali hadir dalam inkonsistensi konseptual personal. 2 J. Donald Walters. Crises In Modern Thought, (Jakarta: Gramedia, 2003), 73. Inkonsistensi konseptual merusak skema penalaran teratur/sistematik Sepanjang sejarah kekristenan yang hingga masa kini, telah banyak terjadi berusaha menemukan suatu kebenaran. pereduksian Yesus Kristus Tuhan – Hal itu berarti ketidak-sempurnaan rasio Allah yang dalam rupa manusia dan ilmiah dinyatakan melalui pernyataan- menjadi sentralitas iman kristen - yang pernyataan atau argumentasi- memiliki kodrat theanthropik (kodrat argumentasi yang inkonsistensi Illahi & manusiawi dalam kesatuan yang konseptual/inkoherensi (terjadi proses berpribadi) pertentangan berpikir/ketidak- meragukan kemanusiaan Yesus dan ada dalam juga logisan). dalam Kebenaran batasan . Ada kelompok kelompok yang yang meragukan ruang dan waktu tidak akan pernah keillahian Yesus dengan berdasarkan menjadi kebenaran absolute, sebaliknya presuposisi-presuposisi dan klaim-klaim kebenaran itu dimaknai dalam perspektif kebenaran yang mereka terima untuk tertentu dengan presuposisi tertentu dan menguatkan menggunakan metodologi tertentu pula. Tujuannya Kebenaran ditemukan berdasarkan pendapat adalah mereka. menghadirkan konseptualitas Yesus dalam konteks interpretasi yang benar dan interpretasi dekonstruksi-rekonstruksi berdasarkan presuposisi yang dimiliki mereka & individu sebelumnya. “Suatu interpretasi sebagai suatu kebenaran murni. Mereka tidak suatu yang menerima atau yang menolak salah pemahaman tanpa presuposisi atas suatu satu kodrat Yesus berusaha memahami pernah merupakan 3 yang disodorkan pada kita.” presuposisi, tidak akan logis yang kelompoknya menganggap Tanpa Yesus di luar konteks Yesus dalam ditemukan Alkitab. Asumsi mereka bahwasannya pemahaman yang benar dan bertanggung Alkitab jawab, karena presuposisi merupakan diselewengkan berita kebenarannya oleh prinsip dasar bangunan konseptual setiap orang-orang Kristen atau Alkitab itu individu sebuah kesaksian mitos yang selanjutnya yang melakukan proses penalaran logis kontekstual. telah dimanipulasi atau disakralisasikan dan diterima sebagai buku yang berotoritas dari Allah. “Akan tetapi, upaya untuk mengubah teks dan ajaran Injil telah dimulai berabad-abad 3 W. Poespoprodjo. Hermeneutika, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 78. 4 lalu, tak lama setelah masa Yesus.”4 “Perjanjian Artinya, mereka Baru asli telah sangat yang menentang dirusak oleh para penyalin sehingga tak – berdasarkan terpulihkan.”6 Mereka percaya bahwa perspektif tertentu terhadap rekonstruksi kitab Perjanjian Baru kanonikal telah historis - percaya bahwa teks-teks dalam sangat rusak dan tidak dapat menjadi Injil yang diilhamkan Allah ternyata sumber telah banyak berubah dan diragukan sejatinya mereka telah menggunakan kebenarannya. Perjanjian kesahihan Alkitab “Objektivitas historis primer Kristianitas. Baru Namun sebagai dasar bukanlah suatu rekonstruksi faktualitas rekonstruksi faktual historis tentang masa terulang, Yesus dari Nazaret. “Kriteria penilaian lampau apakah suatu pernyataan kanon adalah lampau melainkan dalam yang tidak kebenaran sinar masa sah tidak adalah berdasarkan masa bahwa orang dapat pertanyaan apakah suatu teks berpusat mempunyai objektivitas historis tanpa pada Kristus (kristosentris), apakah teks suatu perspektif adalah mimpi.”5 Hal itu itu berasal dari ajaran para rasul menegaskan bahwasannya mereka yang (apostolic) dan apakah sesuai dengan menolak berita Alkitab & Yesus Kristus kesaksian Roh Kudus di dalam hati Tuhan perspektif orang percaya (autopistis).”7 Hal itu konseptual tertentu dan berusaha keras berarti bahwa segala manuskrip kuno – untuk menihilkan Alkitab. Tidak dapat bukan literature kuno – yang masuk diterima kanonikal Membayangkan telah suatu memiliki argumentasi kini. atau terang yang harus lolos uji yang berorientasi pada netralitas personal berorientasi pada kristosentris, apostolic dalam menilai Alkitab yang esensinya dan autopistis yang menjadi kesepakatan adalah firman Allah. Ada juga – gereja kuno yang pada saat itu – abad kelompok Yesusanitas: mereka percaya pertama sampai bahwa Yesus adalah guru/rabi, Ia tidak melawan bidat mati disalib dan kebangkitan-Nya adalah (aliran ahistoris lima aliran kepercayaan – berjuang Gnostikisme yang dualism, - yang berpendapat bahwa 6 Darrell L. Bock & Daniel B. Wallace. Mendongkel Yesus Dari TahtaNya (Jakarta: Gramedia, 2009), 262. 7 Dieter Becker. Pedoman Dogmatika Suatu Kompedium Singkat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 50. 4 Louay Fatoohi. The Mystery of Historical Jesus, (Bandung: Mizan, 2012), 559. 5 Albert Nolan. Yesus Sebelum Agama Kristen(Yogyakarta: Kanisius, 1991), 12. 5 sinkretism: Yahudi, Kristen dan kafir. mereka menolak Yesus yang Alkitabiah. Orientasinya pada keselamatan yaitu Yesus yang mereka hasilkan adalah terbebasnya unsure immateri dari materi Yesus yang eksistensi dan esensinya yang jahat), Marcion (anti Yahudi dan dapat dipikirkan dan dapat memuaskan tulisan-tulisan Yahudi termasuk Allah system penalaran mereka yang sejatinya PL) dan Montanisme (penekanannya mereka menolak Allah yang berdaulat pada mutlak. Sadar atau tidak sadar, mereka Roh Kudus baru/progresif yang dan pewahyuan dipimpin oleh yang menjadikan Yesus sebagai pribadi Montanus). Secara umum, kodrat Yesus yang manusiawi meneguhkan penalaran mereka metodologi tidak mampu theanthropik (illahi & manusiawi dalam memikirkan satu pribadi tidak tercampur dan tidak bersifat ontologism teologis, sebaliknya terpisahkan, sublimasi mereka membatasi Allah yang tak entitas) menjadi pergumulan manusia terbatas dengan finalitas penalaran yang untuk menerima yang satu dan menolak terbatas dan memaksa Allah untuk yang lainnya, atau menolak kedua kodrat tunduk pada proses penalaran manusia. tidak terjadi itu. Mereka semua berada pada posisi perkara-perkara yang Sepanjang sejarah yang berkaitan yang berseberangan dengan mereka yang dengan percaya kepada Yesus Kristus Tuhan beberapa yang kitab-kitab menjadikan Yesus hanya memiliki nilai- Perjanjian Baru yang kanonik. Mereka nilai humanitas dan menolak keillahian- memiliki Nya. Beberapa golongan itu antara lain, disaksikan oleh perspektif masing-masing Yesus Kristus golongan Tuhan, yang ada berusaha terhadap Yesus Kristus dari Nazaret dan adoptionisme berusaha Yesus dari Nazaret esensinya adalah untuk merekonstruksi mendekonstruksi obyektivitas & historis manusia bukan (mengajarkan Allah. bahwa Berdasarkan sehingga muncul narasi Yesus Kristus pekerjaan-Nya maka Ia diangkat Anak yang berbeda dengan narasi Yesus oleh Allah). “Ebionit adalah kelompok Kristus yang Injil kanonik (Perjanjian dari abad ke-2 yang berpandangan Baru) tidak bahwa Yesus sungguh manusia namun menguatkan perspektif mereka tentang tidak sungguh-sungguh ilahi. Dengan Yesus yang non Alkitabiah karena kata lain, Dia tidak memiliki kodrat ilahi sampaikan. Paling 6 sepenuhnya, hanya kodrat manusia.”8 mengeluarkan Mereka percaya bahwa sejak awal Yesus Unitarian. dari Nazaret bukan Anak Allah. Roh kesimpulan bahwa Tuhan itu Maha Esa. Kudus ada pada-Nya saat pembaptisan Yesus dan penyaliban-Nya. Tokoh lain yaitu manusia biasa. Dia telah dikandung Arius pada abad ke-4 berpendapat dalam rahim seorang perempuan suci bahwa, “Sungguhpun demikian, menurut melalui Arius, Yesus bukanlah tuhan dalam Artinya, mereka menerima Yesus yang hakikatnya, tetapi diangkat Tuhan ke manusiawi dengan fitrah kemanusiaan- 9 status ilahiah.” Catechism ”Mereka adalah of sampai benar-benar perantaraan Roh the pada seorang Kudus.”10 Artinya ke-Tuhan-an Nya tetapi mereka tidak menolak proses Yesus diberi bukan ada pada diri-Nya Yesus dikandung melalui perantaraan sendiri. Ke-Tuhan-an Yesus ada pada Roh saat Ia hidup di bumi. Ia adalah ciptaan kemanusiaan pertama dan tertinggi sama seperti proses kelahiran yang supranatural – malaikat. Ebionit, bukan berasal dari benih laki-laki - yang Arianisme dalam sejarah Gereja dan dilakukan oleh intervensi Roh Kudus. teologi masuk golongan bidat atau sekte Dapatkah kita hanya melihat hasilnya karena bertentangan dengan kesaksian saja dan mengabaikan proses terjadinya Injil kanonik. Konsili Kalsedon (tahun atau 451) menegaskan bahwa Gereja menolak konsekuensi yang menyertainya? ajaran mereka dan menerima pernyataan Socianisme berusaha menyelaraskan bahwa Yesus Kristus memiliki kodrat fakta historis Yesus yang manusiawi Adoptionisme, Kudus. Mereka Yesus menerima menerima dan proses menerima terjadi dan dan dengan system penalaran yang mereka manusiawi yang tidak terbagi, tidak lakukan, namun disisi lain berusaha bercampur dalam satu pribadi) . terbuka terhadap perkara metafisik/supra theanthropik (kodrat Ilahi natural yang berkaitan dengan kelahiran Selanjutnya pada masa reformasi socianisme Yesus (bukan berasal dari benih laki-laki (Laelius Socinus & Faustus Socinus) dan hal itu merupakan pelanggaran (1574) muncul aliran hukum 8 Mark Stibbe. User’s Guide to Christian Belief (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 71. 9 Zainul Arifin. Nontrinitarianisme Monoteisme Kristen Dalam Dialog dengan Islam (Semarang: Walisongo Press, 2009), 72. manusia 10 7 alamiah ciptaan). Arifin. Ibid., 87. terkait Hal regenerasi tersebut menegaskan bahwasannya konstruksi filsafat yang menempatkan pola Yesus pada manusia ciptaan. penalaran socianisme terlalu dipaksakan Marcus J. Borg – tokoh Jesus untuk menjadi prinsip kebenaran. Seminar: melakukan dekonstruksi & Liberalisme theology – menolak segala hal yang hakekatnya supra natural rekonstruksi atau supra alamiah/adi kodrati yang berdasarkan kitab-kitab Apokrif dan dikategorikan mitos atau mitologi yang Injil irasional. Hal itu tidak perlu dipercaya - (ditemukan di Nag Hammadi Mesir yang mengajarkan bahwa Yesus hanya sebatas bersifat gnostik). Kemudian menjadi alat teladan ideal dan sumber dari kesadaran ukur akan Allah yang mengatasi dosa. Artinya kanonikal untuk kita mampu mengatasi dosa maka menyatakan kita wajib melihat teladan ideal yang sebagai “wahyu Allah yang eksklusif” Yesus berikan untuk manusia mengikuti- tetapi sebagai “salah seorang perantara Nya. Yesus dipahami sebagai bahasa hal-hal yang sakral” yang membantu kita symbol yang diberikan kepada manusia berhubungan dengan realitas spiritual ciptaan sehingga manusia dapat selamat dalam diri kita dan di sekitar kita.”11 karena Artinya, Borg hanya menerima konsep meneladani direkonstruksi Yesus. Yesus berdasarkan pola Yesus konseptual Tomas/The untuk five Gospels mengukur (Perjanjian bahwa: yang Yesus kitab-kitab Baru) “Yesus manusiawi – bukan dengan pemikiran filsafat bukan berdasarkan kesakralan-Nya dan menolak konsep berita Alkitab, hakikatnya firman Allah. Yesus yang ilahi sebagai wahyu khusus Alkitab Allah diterima sebagai laporan yang mengalami kebangkitan manusia yang terbatas tentang realitas secara historis literal. Borg berusaha sejarah/historis memisahkan yang selanjutnya konseptualitas Yesus menjadi dokumentasi historis dan tidak sebelum Paskah (identik dengan Yesus ada ontologism yang manusiawi) dan setelah Paskah teologis. Teologi Liberal mereduksi (identik dengan Yesus yang bangkit dan Alkitab hakikatnya firman Allah menjadi hidup). perkataan memahami kaitannya dengan manusia ciptaan pada umumnya. Penyampaian identitas Yesus 11 Kelompok Yesus Borg berusaha dalam perspektif Douglas Groothuis. Jesus in an Age of Controversy (Jakarta: Verbum Dei Book, 2008), 19. bukan dari Alkitab namun berasal dari 8 Yesus historis yang berbeda dengan terbatas dan akhirnya Yesus sadar bahwa Yesus diri-Nya akan dijadikan Tuhan oleh dalam perspektif Kristus iman/kerygmatis. Yesus historis yang pengikut-Nya. memberikan teladan iman kepada Allah standarisasi yang sehingga metodologi yang disesuaikan secara peninggalan teladan iman itulah yang rasionalisme dan empirisme sebagai menjadi fokus bagi para pengikut-Nya suatu system pencarian kebenaran yang bukan dalam koheren/bertalian. “Yesus menurut Al- kemanusiaan-Nya sebagai Tuhan. Borg Quran adalah seorang nabi manusia dan melakukan utusan monos/tunggal menjadikan reposisi Yesus terhadap Yesus Yesus sekuler Allah masuk dalam dengan proses yang tidak pernah Kristus Tuhan yang Alkitab nyatakan, mengklaim sebagai Tuhan.”12 Artinya, menjadi yang Al-Qural menampilkan gambaran Yesus meninggalkan teladan iman dan moral yang sesuai dengan system kepercayaan bagi manusia modern pada masanya. Al-Qural bukan berdasarkan berita yang Yesus dalam kemanusiaan-Nya yang Injil kanonik sampaikan dan jelaskan. historis, dihadirkan dan dipahami dalam Berusaha menampilkan wajah Yesus perspektif manusia modern yang dalam argumentasi-argumentasi asumtif menolak intervensi Allah dalam manusia historis deklaratif membutuhkan perspektif dunia/alam semesta ini. Segalanya dalam sumber yang jelas bukan hanya sekedar ukuran melakukan argumentasi perbandingan rasionalitas manusia yang rasionalis tanpa adanya konsep Allah yang yang mengatur segala hal dalam dunia kebenarannya. yang Yesus materi dapat Mereka diragukan yang belajar Proses penalaran dalam konteks menerima kerangka konsepsi Yesus menyejarah dan terikat dengan satuan historis/ manusiawi dan membuang atau waktu ‘past, present, future’. Pikiran menghilangkan tautan yang tidak dapat manusia dipisahkan manusia ini. masih selalu berelasi dengan kesadaran empiris atau kesadaran reflektif. menurut yaitu Al-Quran, Yesus berusaha ilahi yang dinyatakan dalam Injil kanonik dalam Secara meyakinkan banyak orang konteks kebangkitan-Nya yang historis menerima bahwasannya Yesus hanya dan literal. Yesus dalam perspektif memiliki kodrat manusiawi yang 12 9 Fatoohi, Op.,Cit. 440. liberatif , fungsional dan ortopraksis berpengaruh besar secara budaya.”13 yang mereka terima bukan Yesus yang Lebih lanjut dapat dipahami bahwa, memilik kodrat illahi dalam refleksi “Pengalaman perlu dianalisis, tradisi teologis. Hasil yang diperoleh adalah perlu ditelisik dan refleksi atas tradisi konsep Yesus yang lepas dari laporan perlu narasi kitab Injil kanonik yang historis Artinya, segala hal yang berkaitan dan teologis/imanen. dengan dilakukan suatu berdasarkan Uraian selanjutnya berorientasi pada secara teratur.”14 penyampaian fakta rasionalisme maupun berita Yesus Kristus Tuhan dalam empirisisme masih terbuka untuk dikaji perspektif Yesus adalah Anak Allah ulang berdasarkan data-data yang masih dalam konteks apologetika terhadap banyak belum ditemukan atau belum konsep Allah tidak beranak dan tidak tersentuh dianakan. Yesus adalah Anak Allah sintesis dari suatu interpretasi. Data yang dalam perspektif Injil kanonik dan disampaikan tetap dalam keterbatasan memberikan interpretasi bukan menjadikannya suatu kepastian yang teguh oleh proses kebenaran dan diakui oleh jemaat sebagai Kristus selanjutnya Tuhan kebenaran Biblis yang menjadi dasar menjadi prinsip iman dan empiris sehingga menghasilkan dipahami secara manapun, betapapun pengalaman dan teologis bukan kuat landasan ha Elohim. PB: Huios tou Theou) atau interpretasi individu atau kelompok terasa jelas Konsep Anak Allah (istilah PL: ben ini adalah “Kebenaran Allah tidak itu yang jawabkan. Presuposisi dalam uraian penjelasan pengalaman berdasarkan epistemologi yang dapat dipertanggung 1. KONSEP ANAK ALLAH. interpretasi menihilkan dibangun presuposisi-presuposisi FOKUS PEMIKIRAN pada berusaha yang asumsi iman Kristiani. Fakta rasional Kristiani sepanjang masa. tergantung dogmatis dan bahwasannya Yesus yang bangkit, hidup dan absolut analisis dan 13 ontologism/reflektif secara harafiah Douglas Groothuis. Pudarnya Kebenaran (Surabaya: Momentum, 2003), 55. 14 Stephen B. Bevans. Teologi dalam Perspektif Global (Maumere: Ledalero, 2010), 190. 10 fungsional. Artinya, istilah Anak Allah itu malaikat dipahami sebagai makhluk memiliki mitos. “Penggunaan ini sering disebut makna dalam perspektif kekekalan yang bebas dari hukum- mitos, hukum dan simpulan aksioma-aksioma dianggap sebagai makhluk mitos. Tetapi (system logis) yang terbatas. Istilah tidak ada alasan untuk membantah Anak Allah digunakan dalam konteks keberadaan makhluk-makhluk seperti itu relasi ontologism Allah Trinitas – tiga dan penggambaran mereka sebagai anak- pribadi dalam satu hakekat Illahi yaitu anak Allah menunjukkan sifat rohani Yesus Kristus Tuhan - yang memiliki mereka.”15 Berdasarkan Keluaran 4:22, derajat “Maka engkau harus berkata kepada keillahian berpribadi bukan yang sama dalam dan kepada konteks karena Firaun: malaikat-malaikat Beginilah firman ordinasi-subordinasi satu terhadap yang TUHAN: Israel ialah anakKu, anakKu lain dan bukan dalam perspektif Allah yang sulung.” Selanjutnya pada Yesaya yang untuk 63:16, 64:8, Yeremia 31:9, Hosea 11:1 mendapatkan derivasi keilahian yang menunjukkan bahwa teks-teks tersebut lebih rendah. berbicara tentang relasi Allah sebagai melakukan emanasi Bapa dan Israel sebagai anak Allah dan Pada tradisi Perjanjian Lama, konsep Anak Allah dikenakan kepada makhluk- diterima sebagai suatu relasi makhluk surgawi/supra-natural seperti kekeluargaan yang wajar tanpa harus dalam Kejadian 6:2 “Maka anak-anak dimanipulasi maknanya. anak-anak Selanjutnya “Ungkapan anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik Allah dengan arti makhluk supranatural ….” , Ayub 1:6 “Pada suatu hari juga digunakan dalam Ul. 32:8 pada datanglah anak-anak Allah menghadap LXX dan Ayub 38:7”16 Artinya, istilah TUHAN ….” , 2:1 ”Pada suatu hari dan konsep Anak Allah telah diterima datanglah anak-anak Allah menghadap dalam TUHAN ….” , Mazmur 82:6 “Aku Lama. sendiri telah berfirman: “Kamu adalah dikaitkan dengan kekuatan yang supra- Allah melihat, bahwa tradisi kitab-kitab Pemahaman Perjanjian Anak Allah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi 15 kamu sekalian.” Identifikasi anak-anak Donald Guthrie. Teologi Perjanjian Baru 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 339. 16 W.R.F. Browning. Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 21. Allah mengacu pada malaikat yang saat 11 natural yang dimiliki oleh pribadi yang berdasarkan kasih sehingga mereka – dimaksud itu. Konsep Anak Allah dalam orang Israel individual maupun kolektif - tradisi Lama yang disebut anak Allah dapat disebut mengacu pada individu atau kolektif juga anak yang dikasihi/terkasih atau seluruh bangsa Israel (Kel 4:22-23, Ul kekasih Allah, dalam perkembangannya 14:1-2, Yer 3:19, Hos 1:10, 11:1), Raja hal itu menjadi corpus identifikasi Israel dan sepanjang tradisi PL yang berkaitan mendapatkan wibawa otoritas dari Allah dengan Israel personal maupun komunal (Mzr 2:6-7, II Sam 7:14). Konsep Anak (Yes 5:1, Yer 11:15). kitab-kitab sebagai Perjanjian wakil Allah Allah mengindikasikan adanya relasi Istilah Anak Allah yang melekat yang unik antara Allah yang berpribadi untuk sebutan raja Israel – yang bersifat dengan obyek relasi-Nya. Hal itu senada teokrasi dengan Riyadi yang mengutip D. R. berdasarkan janji Allah (II Sam 7:4-17, Bauer dalam bukunya “Son of God” bahwasannya anak keturunan Daud berkaitan Allah akan menjadi anak Allah. Allah menjadi berpendapat bahwa, “Ketika digunakan Bapa mereka. Para raja keturunan Daud untuk akan memerintah berdasarkan Takut konsep menyebutkan Anak orang (bangsa dari keturunan Daud Israel) atau raja teokrasi, sebutan anak akan Allah) Allah menekankan status kepemilikan berkaitan juga dengan istilah dalam yang spesial, pemilihan untuk sebuah konsep Mesias (pribadi yang terpilih dan tugas tertentu dari Allah, pengalaman diurapi). akan kasih, pengampunan, perlindungan, pengurapan diberikan kepada seseorang dan rahmat Allah.”17 Artinya, konsep yang menerima mandat Illahi yang Anak Allah menegaskan tentang suatu meliputi Raja(personal yang diurapi relasi waktu Allah untuk melaksanakan kehendak- bersamaan memiliki kewibawaan dan Nya di bumi. Tunduk pada Taurat untuk otoritas Illahi serta berhak menerima menghadirkan kasih kepada Allah & janji-janji Allah. Konsep anak Allah sesama), Nabi(personal yang bersaksi menegaskan tentang Allahyang benar & hidup. teologis yang suatu pada relasi yang – secara tidak langsung Berdasarkan tradisi PL, Kabar yang disampaikan adalah kabar Allah yang bertindak & hadir dalam 17 Eko Riyadi. Yesus Kristus Tuhan Kita (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 130. 12 sejarah umat-Nya. Pesannya: taat Mesias atau penggunaan istilah konsep mendapat berkat, tidak taat mendapat Mesias dan anak Allah tidak dapat kutuk serta seruan pertobatan kepada disamakan, namun demikian makna umat yang berdosa) dan Imam(personal istilah Mesias dan anak Allah sama- yang membawa pesan umat kepada sama memiliki sifat teologis. Allahsecara langsung & disahkan di Sinai. Penyampaikan Pada masa peralihan atau antara pengampunan, perjanjian (PL ke PB) dalam konteks rekonsiliasi, pemulihan hidup dalam Yudaisme, istilah Anak Allah dan persekutuan dengan Allah yang benar). Mesias dapat diterima sebagai istilah Hal itu berarti konsep Anak Allah secara pengganti satu terhadap yang lain dan implicit ada dalam konsep Mesias PL memiliki meski faktanya makna tidak identik. menerima konsep Anak Allah itu identik Istilah Anak Allah berorientasi pada atau sama dengan Mesias dalam satu relasi eksistensi teologis, sedangkan pribadi yang terpilih atau dipilih Allah. Mesias berorientasi pada fungsionalis “Penggunaan sebutan anak Allah untuk teologis. menyebut Mesias baru muncul dalam “Perjanjian Lama tidak kecenderungan untuk menggunakan sebutan anak Allah ini tradisi sebagai sebuah sebutan spesifik bagi intertestamen, misalnya dalam 1 Enoch Mesias. Dengan kata lain, Perjanjian 69,4-5; 71,1; Jubille 1,24-25.”20 Hal itu Lama tidak menyebutkan Mesias sebagai menjelaskan bahwa Mesias adalah Anak anak Allah.” 18 Yudaisme Palestina Allah yang Mahatinggi dan Anak Allah Anak Allah dan Mesias, Lama gelar ini yang Mahatinggi adalah Mesias. Satu mengungkapkan relasi khusus antara pribadi dengan dua identifikasi yang Allah dengan manusia, khusus dengan saling menguatkan dan meneguhkan raja yang adalah wakil dan representan dalam Allah.”19 Artinya, tradisi PL tidak Pemahaman tersebut mulai diterima memberikan pemaknaan konsep yang pada masa itu dan cepat atau lambat hal sama terhadap itu mempengaruhi konsep Anak Allah “Dalam Perjanjian anak Allah dengan perspektif teologis biblis. dalam Injil Kanonik yang mana mereka 18 percaya Ia adalah Mesias dari Allah. Ibid., 131. Georg Kirchberger.Allah Menggugat Sebuah Dogmatik Kristiani (Maumere: Ledalero, 2007), 151. 19 20 13 Riyadi. Op.,Cit. 131. Pada masa itu pengharapan terhadap kuasa-Nya yang ajaib (Ul. 32:6; Yes. Anak Allah melalui keturunan Daud 63:16; 64:8; Mal. 1:6; 2:10; Yer 3:19; yang sekaligus raja Israel yang berdaulat 31:9; Mzm. 103:13; Rm. 9:4).”22 Terjadi dalam bidang sosio-politik, ekonomi- relasi otoritas dari Allah Bapa dengan budaya & teologis, anak-anak Allah. akan mampu membebaskan Israel dari penjajahan – Pada masa Perjanjian Baru (PB), politik: Israel dijajah kerajaan Romawi personalitas Mesias dan Anak Allah & budaya: Israel dipengaruhi Helenisme tertuju pada Yesus. Yesus adalah Anak – yang menjadikan Israel sebagai bangsa Allah meneguhkan esensi-Nya, esensi budak dinanti-natikan. Allah yang tidak berasal dari atau diberi Pengharapan raja yang merupakan Anak oleh namun ada pada diri-Nya sendiri. Allah menjadi teguh dalam perspektif Secara pengharapan ada kodrat Illahi. Pemaknaan Anak Allah alasan yang kuat untuk tidak menerima bukan dalam struktur hierarkhi atau rahasia mesianis sebagai satu fakta emanasi Allah sebaliknya dalam konteks historis yaitu unsur penting dalam misi relasi historis temporer. Hal itu sesuai Yesus. Rahasia kemesiasan itu dapat dengan laporan Injil Matius 16:16 disamakan dengan rahasia Kerajaan “Maka jawab Simon Petrus: “Engkau Allah.”21 Mesias, raja yang diurapi adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” sebagai Anak Allah memiliki keyakinan Selanjutnya teologis dan berkarya secara praktis menyatakan, “...Imam Besar itu bertanya mewujudkan pemerintahan Allah yang kepadaNya monarki teokrasi di tanah perjanjian. Ke- “Apakah engkau Mesias, Anak dari Mesias-an kerajaan-Nya Yang Terpuji? Jawab Yesus: “Akulah bukan dalam standart ukur materi atau Dia ….” Gagasan Mesias & Anak Allah jasmani, bersifat sejatinya pada masa itu telah dapat immateri/rohani/teologis. “Allah adalah dipahami dan diterima sebagai identitas Bapa dari Israel karena Ia menciptakan personal yang memiliki relasi eksistensi dan historis praktis. Mesias – pribadi yang sangat Mesianik. Yesus dan “Tidak sejatinya memelihara umat-Nya dengan ontologism, Yesus Markus sekali 14: lagi, memiliki 61-62 katanya: 21 George Eldon Ladd. Teologi Perjanjian Baru Jilid 1 (Bandung: Kalam Hidup, 1999), 225. 22 Herman Bavinck. Dogmatika Reformed (Surabaya: Momentum, 2012), 339. 14 diurapi - dikaitkan dengan Anak Allah kepercayaan para Imam, tidak ada yaitu raja keturunan Daud yang akan ciptaan (manusia) yang menyebut diri- menegakkan monarki teokrasi secara nya adil dan benar sehingga kemakmuran demikian berdasarkan tradisi Perjanjian dalam bidang sosio-politik & ekonomi- Lama yang menjelaskan bahwa jabatan budaya dapat diwujudkan. Hal itu Raja, Nabi dan Imam sebagai jabatan menjadi sebuah pengharapan yang kuat Mesianik (yang diurapi Allah) mengarah di kalangan umat Israel dan bukan pada Yesus dalam perspektif Perjanjian menjadi teologis Baru. “Telah menjadi kebiasaan untuk pragmatis. Yesus adalah Mesias dan membicarakan tiga jabatan berkenaan Anak dengan karya Kristus, yaitu jabatan suatu Allah perdebatan yang Maha-tinggi setara dengan Allah. Namun raja.”23 menegaskan bahwa dalam esensi Illahi, sebagai Ia hadir secara historis mewujudkan Berdasarkan pesan mesianik berdasarkan otoritas diragukan bahwa orang-orang Kristen Anak Allah yang Maha-tinggi. mula-mula yakin bahwa Yesus adalah nabi, imam hal itu, dan “Tidak dapat Konsep Anak Allah menurut Simon Anak Allah.”24 Orang Kristen pada masa Petrus (Mat 16:16) menyatakan Yesus itu percaya bahwaYesus adalah Anak sebagai Raja yang diurapi Allah dan Allah dikaitkan dengan kelahiran-Nya memiliki identitas Anak Allah (sebutan (intervensi Roh Kudus), pembatisan-Nya Raja-raja keturunan Daud, berdasarkan (suara dari langit yang diterima sebagai II Sam 7:14 & Mzm 2:6-7) dengan suara Allah tentang pengakuan Yesus mandat adalah dan otoritas Illahi untuk Anak yang Terkasih) dan memerintah Israel . Sedangkan pada kebangkitan-Nya dari kematian (Yesus konteks Imam Besar (Mrk 14:61-62) adalah Allah dan kebangkitan sebagai konsep Mesias, Anak Allah berkaitan proklamasi otoritas-Nya yang berdaulat). jabatan ke-Imamat-an yang sempurna Orang pada masa itu percaya Yesus hanya milik Allah sehingga konteks Kristus Tuhan karena bukti kesaksian pengakuan Yesus bahwa diri-Nya adalah terhadap pribadi dan pelayanan Yesus Anak Allah/Anak yang terpuji, dianggap bahkan penyataan Yesus bangkit sebagai sebagai pengakuan yang menghujat 23 Louis Berkhof. Teologi Sistematika 3(Jakarta: LRII, 1996), 123. 24 Guthrie. Op., Cit. 339. Allah dan layak dihukum mati. Bagi 15 peristiwa historis yang tidak Ia adalah Allah yang mengatasi segala dimanipulasi atau direkayasa rasio. keterbatasan yang ada dan hal itu tidak Alkitab pada intinya menyatakan dapat menghilangkan keallahan Allah berita yang berorientasi pada peristiwa karena Ia ada dalam proses kematian. historis yang tidak terpisahkan satu Sedangkan kebangkitan Yesus bukanlah terhadap yang lain yaitu kematian & berita untuk menaikkan derajat atau kebangkitkan Yesus Kristus Tuhan (Luk status Yesus menjadi Allah, sejatinya 24: 26, 46, Rm4:25, 6:4). Kematian dan Yesus kebangkitan Yesus menegaskan dua kebangkitan kodrat yang Yesus miliki (kodrat Illahi konsekuensi bahwasannya Ia sungguh dan manusiawi) sebagai suatu kebenaran Allah yang hidup. Hal itu cukup yang tidak terbantahkan berdasarkan memberikan berita ontologism Alkitab. Kematian Yesus adalah Allah dari kematian fakta Yesus sehingga sebagai authentisitas Kristus Tuhan. menegaskan bahwa Ia sungguh manusia Sejatinya Yesus adalah Anak Allah yang yang harus melalui proses kematian, historis dinyatakan dalam peristiwa- sedangkan kebangkitan-Nya peristiwa tersebut di atas (kelahiran-Nya, meneguhkan bahwa Ia sejatinya Allah pembaptisan-Nya dan kebangkitan-Nya) yang tidak dapat dibelenggu oleh hukum bukan setelah peristiwa itu baru Anak ruang, waktu & gerak yang Ia ciptakan. Allah dikenakan pada Yesus. Sejatinya Pribadi Yesus menjadi penyataan Allah Yesus adalah Allah yang tidak terikat yang definitive historis. Allah tidak lagi dengan terpisah transcendental ruang dan waktu, namun Ia mau diikat namun telah hadir secara imanen dalam secara temporal dengan hukum ruang kehidupan dan waktu. jauh secara sejarah mengatasinya manusia. keterbatasan melampauinya Tradisi penulisan kitab Perjanjian sehingga kebangkitan bukan suatu mitos Baru, khususnya dalam tulisan Injil, atau imajinasi Yesus disebut Anak Allah bukan hanya manusia yang menderita atau terjajah pengakuan dari manusia (Mat 14:33, dan membutuhkan hiburan iman. 16:16, 27:40,54, Mrk 1:1, 9:7, 15:39, rekayasa Pemberitaan atau Ia hukum-hukum rasio atau kematian dan Luk 22:70, Yoh 1:34,49, 11:27), ada kebangkitan Yesus meneguhkan bahwa juga pengakuan dari malaikat (Lukas 16 1:32 “Ia akan menjadi besar dan akan menyatakan disebut Anak Allah Yang Maha-tinggi pemakaian Yohanes, gelar Putra Allah …” 1:35 “Jawab malaikat itu kepadanya: menunjukkan “Roh Kudus akan turun atas-mu dan merupakan pernyataan diri Allah dan kuasa Allah Yang Maha-tinggi akan memperkenalkan Allah kepada mereka menaungi engkau; sebab itu anak yang yang percaya.”25 Anak Allah merupakan akan kau lahirkan itu akan disebut identifikasi kudus, Anak Allah.” Selain itu ada menyatakan diri-Nya secara historis pengakuan dari si jahat atau iblis kepada orang percaya. Allah yang hadir tentang Yesus adalah Anak Allah (Mat dalam eksistensi yang terbatas namun 4:3, 8:29, Mrk 3:11, 5:7, Lukas 4:3,41, tidak menghilangkan esensi keillahian- 8:28 “… Dan berkata dengan suara Nya yang tak terbatas. keras: “Apa urusanMu dengan aku, hai akhirnya menjelaskan bahwa Yesus Yesus Anak Allah Yang Maha-tinggi? tidak lain, kecuali Allah kekal yang Aku dalam memohon kepadaMu, supaya diri. Maka Yesus Yesus, sejarah dan dalam historis yang Allah di yang “Yohanes dunia ini Engkau jangan menyiksa aku.” Tidak menyatakan serta menawarkan diri-Nya ada dalam laporan Injil kanonik yang kepada setiap manusia yang percaya menyatakan bahwa kebangkitan Yesus akan menjadi titik awal Yesus disebut Anak menegaskan Allah. yang bahwa sejak semula, dalam jemaat yang berkaitan dengan Anak Allah dalam Injil berbahasa Aram, Yesus sudah disebut merupakan bahwa “TUHAN”, dan yang dimaksudkan jelas yang “Tuhan yang mulia”, entah diharapkan esensi Sebaliknya suatu Yesus teks-teks peneguhan adalah Allah kebenaran bahwa, memberikan implikasi praktis dalam kedatangan-Nya perspektif historis teologis. dinyatakan itu.”26 “Yang Jacobs penting kembali entah kehadiran-Nya dalam perayaan jemaat.”27 Injil Yohanes menyatakan bahwa Yesus sering menyebut diri-Nya sebagai Lebih lanjut, Yesus menempatkan Anak Allah (Yohanes 5:25, 10:36, 11:4 diri-Nya dalam relasi dengan Bapa, pada “… Sebab oleh penyakit itu Anak Allah 25 Kirchberger. Op.,Cit, 150. Ibid., 151. 27 Tom Jacobs. IMANUEL Perubahan Dalam Perumusan Iman Akan Yesus Kristus (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 106. 26 akan dimuliakan.” “Dengan kata lain: Yesus Kristus ialah Allah yang 17 posisi sebagai Anak (Mat 11:27, Mrk dan tunduk diri-Nya pada Allah, Bapa- 1:32, 12:6, 14:36, Yoh 10:15,30, 14:9-10 Nya. dan Lukas telah Pada perspektif yang lain, Yesus diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan menyatakan diri-Nya satu dengan Allah tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Bapa (Yohanes 10:30 “Aku dan Bapa Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa adalah satu”), melihat/mengenal Yesus selain Anak dan orang yang kepadanya (Anak Allah) sama dengan mengenal Anak itu berkenan menyatakan hal Allah Bapa (Yoh 14:7-9). Relasi yang itu.”). “Dengan menyebut diri sebagai unik yang hanya dimiliki oleh Yesus dan anak dalam kaitannya dengan Allah Bapa-Nya sehingga menjadi relasi yang yang disebut-Nya sebagai Bapa, Yesus satu berdasarkan kasih. Bapa mengasihi memahami diri-Nya sebagai Anak dari Anak (Yoh 3:35, 5:20, 10:17, 17:23) dan Allah yang Dia kenal sebagai Bapa Anak mengasihi Bapa (Yoh 14:31). itu.”28 Hal itu menjelaskan bahwasannya Relasi Yesus dengan Bapa dinyatakan Yesus dalam keadaan sadar untuk dalam konteks kesatuan yang hanya melakukan keputusan relasi keluarga dipahami oleh Yesus dan Bapa-Nya yang menyebutkan Allah sebagai Bapa sendiri baik secara historis maupun dan teologis. Sejatinya relasi Yesus dengan diri-Nya 10:22 sebagai “Semua Anak dalam konteks historis. Sapaan Yesus kepada Allah, Allah dengan istilah Bapa/Abba/Abi ontologism (bapa-ku), memberikan makna bahwa Yesus Anak (Yesus Kristus) dalam konteks taat “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, dan tunduk terhadap segala keputusan sebelum Abraham jadi, Aku ada.” Allah, Bapa-Nya. Taat dan tunduk Berdasarkan teks itu, Yesus menyatakan sebagai konsistensi keadaan Hamba eksistensi & esensi-Nya sebagai ADA Allah yang menderita dalam laporan yang tidak diadakan atau dijadikan, yang Yesaya. tentang berbeda dengan ada yang Abraham Hamba Allah yang menderita telah alami. ADA yang memiliki eksistensi & dikenal Yesus dan Yesus paham bahwa esensi Illahi melakukan relasi Illahi penderitaan adalah konsekuensi dari taat selanjutnya dalam kontinuitas historis Tradisi Mesianik Bapa-Nya dipahami berdasarkan dalam secara penyataan Yohanes 8:58 melakukan relasi Bapa dan Anak. Hal itu 28 Riyadi. Op.,Cit. 134. 18 menjelaskan suatu konsistensi (Yoh 17:24 “…Sebab Engkau telah relasi yang ada - eksistensial ontologism - dan mengasihi kontinuitas – eksistensial historis - dijadikan.”). Lebih lanjut, konsep Anak dalam sehingga Allah dalam Injil Sinoptik dan Injil menghasilkan redefinisi relasi Yesus Yohanes menjelaskan bahwa, “Dasarnya dengan sama, tetapi Anak Allah di dalam Injil perspektif terbatas Allah, Bapa-Nya secara Aku sebelum dunia Yohanes berfokus pada relasi Yesus fungsional autokrasi. dengan Konsep Anak Allah yang dilekatkan Allah sebagai Bapa pada Yesus bukan saja menegaskan sedemikian eksistensi & esensi ontologism yaitu pembaca tinggal dalam kesan mendalam kodrat juga mengenai apa artinya menjadi Anak menegaskan kontinuitas relasi dalam Allah dalam arti yang sangat khusus konteks historis yang unik dengan Bapa- itu.”29 Nya tulisannya Illahi-Nya, hingga namun mengagumkan yang Injil Yohanes sehingga membuka menerima konsekuensi sebagai Hamba preeksistensi Yesus sebagai Anak Allah Allah/YHWH yang taat dan tuduk pada (Yoh 1:1-2) dan ayat 18 menyatakan Bapa-Nya. Pada konteks relasi Anak bahwa “Tidak seorangpun yang pernah dengan Bapa-Nya, Yesus menegaskan melihat Allah; tetapi Anak Tunggal bahwa “Bapa lebih besar dari pada Aku” Allah, yang ada di pangkuan Bapa, (Yoh 14:28). Yesus menempatkan diri- Dialah yang menyatakanNya. Artinya Nya sebagai Anak yang mengakui Bapa- Yesus memahami dari mana – Ia dari Nya yang lebih besar. Bahkan pada Allah, diutus Allah, Bapa-Nya dan untuk Yohanes apa penderitaan 12:49-50, menegaskan bahwa memerintahkan menyampaikan 14:24, Yesus Bapalah yang diri-Nya apa yang disampaikan. Yesus tidak berdasarkan kehendak-Nya Ia dengan hadir (menyatakan menjelaskan dalam kemuliaan dunia Allah ini pada untuk dunia dan siapa yang percaya Anak akan harus memperoleh hidup). Makna Anak berbicara Tunggal Allah (monogenes theos) adalah sendiri. suatu relasi yang unik dan hanya terjadi Selain itu relasi Yesus dengan Bapa-Nya antara Yesus dan Allah, Bapa-Nya. menegaskan bahwa kasih Bapa kepada Hanya Yesuslah yang sanggup dan Anak telah ada sebelum dunia dijadikan 29 19 Ibid., 170. mampu menyatakan Allah karena Ia dari Anak Allah.”30 Hal itu tidak dapat Allah. Pengakuan Thomas terhadap diperdebatkan karena jemaat Kristen Yesus yang bangkit yaitu “Ya Tuhanku pada masa itu telah menerima tanpa dan harus diperdebatkan maknanya atau Allahku!” meneguhkan bahwasannya kodrat Illahi Yesus yang melakukan mampu mewujudkan kebangkitan-Nya Konsep (Ia tidak dibatasi oleh hukum alam atau dihilangkan hukum sebab akibat) dan sahih Yesus Sebaliknya proses inkarnasi menguatkan disebut Tuhan (kurios/ kyrios) dan Allah bahwa sejatinya Yesus memiliki kodrat (theos/Adonai/ Illahi. Tanpa kodrat Illahi, inkarnasi momentum Elohim). kebangkitan-Nya Bukan baru tidak manipulasi Anak akan Allah oleh makna kata. tidak dapat proses terjadi karena inkarnasi. subyek sapaan Tuhanku dan Allahku dikenakan pelakunya adalah Allah sendiri dan pada Yesus. Allah sahih untuk melakukan intervensi Pada perspektif kitab Kisah Para teknis berkaitan dengan kehadiran-Nya Rasul, gagasan Yesus sebagai Anak dalam dunia yang terbatas ini. Tidak ada Allah selalu disampaikan kepada jemaat satupun kekuatan ciptaan yang dapat Kristen mula-mula. Kisah Para Rasul intervensi terhadap kekuatan Pencipta 9:20, Paulus menyatakan bahwa Yesus jika Ia sendiri haruslah pribadi Pencipta. adalah Anak Allah. Selanjutnya Kisah Yesus Kristus Tuhan menyatakan ke- Para Rasul 9:22, Paulus mengatakan Illahi-an-Nya melalui kebangkitan-Nya bahwa Yesus adalah Mesias. Hal itu dari kematian. Konsep Anak Allah berarti dalam gagasan Paulus, Yesus dalam adalah Anak Allah identik dengan Yesus dengan perjumpaannya dengan Yesus adalah Mesias. Paulus menyebut Yesus yang bangkit. Yesus yang bangkit karena dengan Tuhan Yesus Kristus atau Yesus identitas sejatinya Yesus adalah Anak Kristus Tuhan dan sebutan yang Yesus Allah. Tanpa kebangkitan Yesus dari terima merupakan tradisi penyebutan kematian, identitas kodrat Illahi Yesus yang dikenal luas oleh jemaat Kristen tidak dapat dikomunikasikan kepada pada masa itu. “Keyakinan orang-orang jemaat Kristen pada masa itu. “Kristus Kristen mula-mula bahwa Yesus adalah adalah pribadi supranatural sepenuhnya, 30 20 perspektif Paulus Guthrie. Op.,Cit. 355. dikaitkan Anak Manusia dan Anak Allah. Sifat Illahi & manusiawi. Satu pribadi, dua dan karya-Nya membenarkan klaim-Nya natur/kodrat yang disebut juga kesatuan itu.”31 hipostatik), Allah yang berinkarnasi dalam konteks Yesus adalah Anak Allah. Konsep Anak Allah yang melekat pada Yesus, sejatinya Hal itu merupakan inti berita Alkitab memberikan penguatan iman Kristen yang kuat yang karena terikat dengan pribadi Allah yang dimanipulasi fakta kebenarannya hingga hidup. Yesus Kristus Tuhan memiliki menjadikan kodrat Illahi yang tidak dijadikan atau laporan yang tidak memiliki kekuatan diberikan oleh, sebaliknya kodrat Illahi teologis & historis. Ia adalah Anak Allah itu dalam menembus segala keterbatasan tidak dapat direvisi Alkitab pengertian sebagai ontologism atau buku atau berpikir manusia dengan mengesahkan metafisis yang memiliki relasi Illahi dan intervensi Illahi yang berkaitan dengan hanya dipahami oleh Yesus dan Allah, Yesus (kelahiran-Nya, pembaptisan-Nya Bapa-Nya. dan kebangkitan-Nya). “Sesungguhnya dinyatakan oleh Yesus dan Allah, Bapa- tidaklah Nya mungkin bagi kita untuk dalam Tidak ada suatu relasi kekuatan yang relasi memiliki pengetahuan apapun tentang kekekalan ‘Aku dan Bapa adalah satu’ kesadaran diri Yesus, kecuali melalui (Yoh 10:30). Bapa tidak dapat dipahami Firman-Nya, sebagaimana dicatat dalam secara mandiri tanpa Anak, demikian Injil.”32 Hal itu berarti, untuk memahami juga Anak tidak dapat dijelaskan secara Yesus dapat mandiri tanpa Bapa-Nya. Suatu relasi mengingkari berita Injil atau melakukan yang saling terikat satu terhadap yang manipulasi lain Kristus Tuhan historis tidak teologis yang dalam perspektif ontologism berkaitan dengan Yesus, Anak Allah. teologis. Relasi kekekalan yang tidak Kitab Perjanjian Baru (Injil kanonik) membutuhkan pengalaman interpretasi menjadi sumber sahih – baik secara individu atau kelompok di luar diri ontologism teologis maupun historis Allah. Pemahaman tentang Yesus, Anak teologis fungsional - berkaitan dengan Allah identifikasi Yesus (kodrat theanthropos: simplisitas Allah yang dapat diterima bukan berorientasi pada oleh logika manusia. Sebaliknya, konsep 31 32 Yesus, Berkhof. Op.,Cit. 35. Ibid. 21 Anak Allah menyatakan kompleksitas identitas Allah yang kaidah positivistic bahkan unsur sebab disampaikan dalam keterbatasan berpikir akibat terpenuhi, pemikiran itu tetap & berbahasa manusia yang jauh dari terbatas. Kita tidak dapat menjadikan usaha untuk menguasai Allah Pencipta konsep Yesus yang tunduk pada pola yang berdaulat. penalaran kita, sebaliknya Yesus Kristus Kesatuan Yesus, Anak Allah dengan Allah, Bapa-Nya dinyatakan Tuhan, Anak Allah yang menjadikan dalam pikiran kita berpikir tentang Dia yang pernyataan authentisitas Illahi “Akulah tak terselami dan tidak sampai tuntas. jalan (hodos) dan kebenaran (aletheia) Namun Allah ijinkan kita mengenal-Nya dan hidup kekal (zoe). Tidak ada dalam keterbatasan kita ciptaan-Nya. seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6). 2. KONSEP ALLAH BERANAK DAN DIPERANAKKAN Yesus meneguhkan derajat ke-Illahi-an- TIDAK TIDAK Nya yang sama dengan Allah, BapaPerspektif Kristiani tentang Allah Nya, sehingga Ia menyatakan bahwa didasarkan tidak ada seorangpun (ciptaan Allah) yang datang kepada Bapa yang memiliki menggugat Allah. otoritas Allah dalam eksistensi &esensi-Nya sendirilah yang tidak dapat mengenal karena kebodohan memahami dengan sempurna. Di luar kita.”33 Artinya, pemikiran hamba yang Allah, pemahaman terhadap diri-Nya rasional ilmiah tentang tuannya tetap dalam dalam batasan pikiran hamba itu sendiri, pemikiran dan luar diri-Nya tidak ada yang dapat pengetahuan itu penuh misteri atau kita juga kedaulatan authentisitas yang mutlak, yang mana di dimiliki seorang hamba akan tuannya, meskipun demikian bahwa diketahui secara tuntas. Entitas Illahi kodrat theanthropos). “Kita harus puas pengetahuan presuposisi pengetahuan tentang Allah tidak dapat kecuali melalui Aku (Yesus yang memiliki dengan pada konteks inkonsistensi. manusia meneguhkan tentang Yesus, Anak Allah, sekalipun fragmentaris Kesempurnaan kedaulatan-Nya Allah sebagai Allah yang berpribadi, yang Ada bukan hasil pemikirannya runtut, sesuai dengan karena diadakan atau dijadikan ada. 33 John M. Frame. Doktrin Pengetahuan Tentang Allah (Malang: SAAT Malang, 1999), 67. Allah yang Ada tanpa melalui proses 22 menjadi atau proses hadir karena Allah ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: tidak terikat oleh waktu, ruang dan “Beginilah kaukatakan kepada orang gerak. Tanpa kesempurnaan Allah, Ia Israel menjadi Allah yang impersonal. Allah mengutus berpribadi sebagai menyatakan diri-Nya kepada manusia Allah yang berkarya atau Allah Pencipta (Musa) tanpa dibatasi oleh petunjuk dan memelihara ciptaan-Nya. Segala hal waktu yang sering kali dikenakan pada yang ada di luar diri-Nya adalah hasil objek ciptaan Allah. AKU ADALAH ciptaan adalah AKU meneguhkan bahwa Allah adalah segala ciptaan menyatakan kemuliaan konsisten dengan kemandirian-Nya dan Allah. Ia tidak terikat dengan suatu batasan diidentifikasikan Allah. Implikasinya Pembahasaan manusia tentang Allah berhenti pada arti kata, definisi sebagai Allah yang transenden dan imanen (bukan dalam konteks lokasi atau deskripsi geografis), Allah dalam dan aku AKU kepadamu.” telah Allah Bukan “Saya yang telah ada” atau “Saya yang akan ada” atau “Saya yang dalam proses perubahan atau menjadi,” tetapi “Aku yang ada adalah Aku yang ada.” Ia menggunakan kata kerja “to be” dalam tensa sekarang. Ini adalah nama Allah, sesosok yang keberadaannya selalu sekarang, sekarang secara kekal, dan tidak berubah secara kekal, tanpa keberadaan-Nya tidak ada yang lain yang mungkin bisa berada.34 terbatas. Allah berpribadi dipercaya rasional AKULAH periodisasi waktu. atau terminologi dalam bahasa yang pemahaman itu: historis manusia yang membedakan diri-Nya dengan yang bukan Allah. Allah yang transenden dan imanen meneguhkan bahwasannya Ia adalah Allah yang Allah yang menyatakan diri-Nya memiliki eksistensi dan esensi mandiri. adalah Allah yang hadir dalam kekinian Identifikasi yang berbeda dengan segala kekal dan segala hal terikat dengan hal yang diciptakan-Nya. Allah bukanlah kehadiran-Nya secara langsung ataupun hasil dari dekonstruksi dan rekonstruksi tidak langsung. Allah berdaulat atas ide-ide atau gagasan manusia meski segala hal yang ada dan kedaulatan-Nya didasarkan pada kebaikan, kebenaran dinyatakan dalam kontrol Illahi. yang ada. Tradisi PL dalam Keluaran 3:4 34 R.C.Sproul. Defending Your Faith An Introduction to Apologetics (Malang:SAAT Malang, 2008), 140. “Firman Allah kepada Musa: “AKU 23 Selanjutnya hal itu meneguhkan bahwa, pada diri-Nya sendiri (self sufficient). tidak ada satupun yang dapat lolos dari Allah tidak membutuhkan sesuatu di luar kontrol/kendali Allah karena segala yang diri-Nya untuk menyatakan bahwa Ia diciptakan-Nya tetap terikat pada diri- ada Nya. tergantung pada sesuatu di luar Allah Sejatinya dalam perspektif Kristiani dipercaya dan dikenal sebagai karena eksistensi Allah tidak (self existence). Allah yang berpribadi dan berdaulat Berdasarkan Injil Yohanes 5:24, mutlak. Tidak ada satu halpun yang “Allah itu Roh ….” Konsep Allah adalah mampu melampaui otoritas kedaulatan- Roh telah ada dalam Perjanjian Lama Nya. Ibrani 1:3 “… Dan menopang dengan segala yang ada dengan firmanNya yang elohim/YHWH/adonai). Bangsa Israel penuh itu percaya bahwa Allah dalam wujud menjelaskan bahwa Allah melampaui sejatinya adalah immateri/tak terlihat. segala hal dan ada dalam segala hal Namun demikian Allah diterima dan menopang dengan firman-Nya yang dipercaya sebagai pribadi yang absolute, berkuasa. Allah dalam relasi pribadi sempurna dan tak teramati serta tidak yang dipercaya dan diterima secara dalam konteks memiliki limitasi. Allah Trinitas (satu hakikat, tiga pribadi). adalah Roh, menegaskan bahwa Ia Berdasarkan karya-Nya, Allah Alkitab adalah Pribadi yang tidak terikat dengan diidentifikasikan sebagai Pribadi yang waktu dnan tempat, Ia sejatinya tidak pasti dan konsisten serta keteraturan, berbentuk (2 Kor 3:17). kekuasaan ….” Hal sedangkan di luar Allah yang ada hanyalah ketidak-pastian inkonsistensi impersonal. konsistensi dan Roh Allah (ruakh Pernyataan Allah adalah Roh, jelas dan memiliki Kepastian, keteraturan istilah makna yang tidak perlu diperdebatkan lagi karena eksistensi Allah Allah – dengan ciri omnipotent, dinyatakan dalam segala tindakan atau omniscient, karya-Nya dalam alam semesta meliputi omnitemporaldan tindakan mencipta, menyelamatkan dan dipahami secara ontologism/metafisik. memelihara Alkitab menyatakan bahwa Allah ada Allah ciptaan-Nya. tersebut Deskripsi dengan menghasilkan omnipresent, omnibenevolent identifikasi Ia - menciptakan langit dan bumi (Kej 1:1). Tindakan pemahaman bahwa Allah adalah cukup 24 Allah menegaskan bahwa Ia ada sebagai dan tidak dapat dikomunikasikan dengan Pribadi pencipta alam semesta yang Yesus, Anak Allah. Pengakuan Arius mutlak dan segala yang ada terikat terhadap Allah yang tunggal tanpa dengan diri-Nya. Alkitab melaporkan melakukan bahwa Allah Pencipta sejatinya adalah menghasilkan Allah yang dipercaya Roh/Ruakh yang immateri. Identifikasi sebagai Allah yang ‘oneness’. Istilah Roh/Ruakh menegaskan bahwa hukum Bapa hanya dikenakan pada Allah yang sebab alam sejatinya Ia ada, sedangkan Allah Anak semesta/natural dalam alam semesta dan Roh Kudus ada pada posisi makhluk ciptaan Allah, tidak dapat mengikat ciptaan Allah. Makhluk ciptaan yang mutlak Roh berbeda secara kualitas dengan Pencipta- eksistensi-Nya nya. Arius mereduksi Yesus, Anak Allah bukan didapat dari atau diperoleh dari, sebagai ciptaan yang menjadi bagian bahkan Allah tidak diadakan melalui dari alam semesta dan eksistensi-Nya proses peranakan atau keturunan yang terikat pada alam semesta. Yesus, Anak sesuai dengan hukum alam yang berlaku. Allah dipahami sebagai ciptaan yang akibat atau Allah. meneguhkan Allah bahwa Adalah hukum adalah pengakuan Arius tidak – kekal relasi dan ontologism memiliki awal seorang presbiter dari Alexandria - yang keberadaan, diciptakan dari yang tidak mengatakan, “Kami mengaku satu Allah ada. Bagi Arius, Yesus Anak Allah yang satu-satunya tidak diperanakkan, menerima status keIllahian-Nya dari yang satu-satunya kekal, yang satu- Allah Bapa, sebelum mandate misi dari satunya tanpa awal, yang satu-satunya Bapa diselesaikan. Yesus, Anak Allah benar, yang satu-satunya tidak dapat adalah contoh manusia sempurna yang mati, yang satu-satunya bijaksana, yang menerima status ke-Illahi-an dari Allah satu-satunya baik, yang satu-satunya Bapa terlebih dalam proses kenosis Tuhan, yang satu-satunya adalah hakim Yesus. Jika kita manusia melakukan 35 Hal itu menegaskan imitasi teladan Yesus maka kita akan bahwa Arius hanya menerima konsep menerima status Anak Allah sama Allah Bapa yang mutlak, transcendental seperti bagi semuanya.” Yesus, mendeskripsikan 35 Bernhard Lohse. Pengantar Sejarah Dogma Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 60. Anak Allah. Arius Allah Bapa dalam perspektif rasionalis monoteisme radikal 25 yang hanya menerima Allah Bapa Jadi, hal yang mengindikasikan bahwa sebagai Allah yang sejati. Atas dasar Allah pengakuan selanjutnya berdasarkan hukum beranak cucu tidak muncul konsep bahwa Allah tidak didukung dengan bukti-bukti Alkitabiah. beranak dan tidak diperanakkan. Konsep Di sisi lain, konsep Yesus, Anak Allah tersebut di atas menjadi dasar pemikiran secara dangkal dan premature dipahami unitarianisme yang berorientasi hanya berdasarkan proses regenerasi historis pada Allah saja. struktural harafiah. Istilah ‘Anak Allah’ iman Arius, melakukan proses regenerasi Konsep regenerasi atau beranak cenderung dipahami sebagai hasil dari cucu yang disampaikan Alkitab hanya proses keturunan berdasarkan dalil-dalil ditujukan bagi ciptaan Allah dan bukan positivistic menjadi Allah dihasilkan pemahaman yang jauh dari sehingga mengharuskan dan memaksa berita Alkitab. Allah tidak beranak dan Allah untuk mengakui bahwa diri-Nya tidak beranak karena ada Yesus, Anak Allah. penjelasan bahwa sejatinya Allah adalah Konsep Allah tidak beranak dan tidak Roh tidak dalam kondisi terikat dan diperanakkan, sejatinya telah sesuai tunduk kepada hukum-hukum di luar dengan dan tidak bertentangan dengan diri-Nya, sebaliknya segala hukum yang Alkitab batasan ada harus terikat kepada Allah dan Alkitab memuliakan Allah. hukum (dalam tertentu). terikat makna bagi & Bahwasannya rasionalis diperanakkan, sehingga memberikan Allah tidak beranak dan tidak menyatakan Allah ada tanpa diadakan atau hadir tanpa dihadirkan menjelaskan diperanakkan, merupakan suatu bahwa eksistensi Allah adalah mandiri kebenaran ontologism teologis yang dan tidak memerlukan suatu hal dari luar meneguhkan bahwasannya Allah adalah diri Allah untuk Allah ada. Roh tidak terikat oleh tatanan hukum Berkaitan dengan Allah adalah Roh, keterbatasan yaitu hukum-hukum alam memberikan peneguhan bahwa sejatinya semesta atau hukum natural yang salah Roh konsep satunya adalah regenerasi atau beranak diperanakkan dan beranak. Roh Allah cucu. Pada dimensi kekekalan – Allah tidak dalam keharusan untuk terikat pada berdaulat atasnya – tidak akan terjadi hukum keturunan atau beranak cucu. suatu tidak terikat dengan 26 proses sebab akibat (proses regenerasi/beranak) karena proses itu historis. Istilah konsep Yesus, Anak berkaitan Allah dengan waktu dan tidak dimengerti berdasarkan tempat/ruang, yang mana hal itu ada entitas-Nya dari Allah yang melahirkan dalam terbatas alam atau beranak – terikat pada proses Identifikasi dimensi kejadian/kronologi peristiwa - dalam adalah Allah ada, tidak perspektif rasionalis teoritis positivistik. berubah atau melakukan perubahan, Sebaliknya harus dipahami berdasarkan tidak berproses atau bertindak dalam presuposisi dalam perspektif emosional satuan waktu atau periodisasi waktu. spiritual yang berbahasa teologis dengan Dimensi mengikat orientasi pada kebenaran iman yang entitas actual pada satuan waktu masa terikat pada wahyu Illahi. Kebenaran lalu yang menjadi bagian dari hukum iman tidak menghilangkan kebenaran sebab akibat. Berdasarkan hal tersebut, rasional, sebaliknya kebenaran rasional adalah sahih untuk menegaskan bahwa bukan menjadi orientasi kebenaran yang pada mutlak dimensi semesta/kosmos. kekekalan kekekalan dimensi tidak kekekalan yang hingga kebenaran iman dinihilkan. menyatakan Allah ada tidak pernah terjadi proses kelahiran Anak Allah atau Berkaitan dengan konsep Yesus, Allah beranak atau Allah diperanakkan. Anak Allah kita tidak memiliki standar Allah adalah Roh bebas dari proses ukur yang sahih di luar Alkitab yang regenerasi historis maupun ontologism. hakikatnya firman Allah. Allah dan Allah bebas dari proses perubahan Alkitab, firman-Nya menjadi dasar suatu karena perubahan merupakan ciri dari kebenaran ketidak-sempurnaan menjadi terbatas. Proses dalam dimensi perubahan terikat iman sumber mendapatkan dibangun. yang Alkitab sahih konstruksi untuk penalaran dengan waktu, apabila Allah bebas dari tentang Allah Alkitab. Kesempurnaan waktu atau melampaui waktu maka Allah yang dinyatakan oleh Yesus Allah tidak alami perubahan eksistensi Kristus Tuhan, Allah yang menjadi dan esensi. manusia tidak akan pernah dan tidak akan Allah adalah Roh, tidak dalam mampu pikiran manusia perspektif melahirkan Anak Allah yang memberikan kesimpulan final yang logis diwujud-nyatakan rasionalis. pada Yesus yang 27 Aku’ yang Yesus nyatakan menjelaskan bahwa Ia dengan Allah, Bapa-Nya 3. KONSEP ANAK ALLAH SEBAGAI APOLOGETIKA IMAN KRISTEN memiliki kesatuan transcendental yang tidak Matius 1:20 “Tetapi …sebab anak tatanan alam semesta yang terbatas, menjadi besar dan akan disebut Anak Maha-tinggi tetapi ….” teologis yang terbatas. Implikasinya Allah, Yesus Anak Allah meneguhkan adalah makna Yesus Anak Allah sering suatu relasi yang unik yang terjadi antara dipahami sebagai cara menyatakan diri Yesus dan Allah Bapa-Nya. Relasi yang melalui proses regenerasi dan mendapat dianalogikan dalam relasi Bapa – Anak sebutan Anak Allah. tanpa memberikan makna tafsir dalam Relasi Yohanes itu mulanya Allah. Ia pada mulanya bersama-sama 14:9-11, ayat 11 “Percayalah kepadaKu, dengan bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di atau “Pada dengan Allah dan Firman itu adalah 14:36, Lukas 10:22, Yohanes 10:15, 30, Aku; 1:1-2 adalah Firman: Firman itu bersama-sama dinyatakan pada Matius 11:27, Markus dalam kesatuan kekekalan yang dipahami dalam bahasa yang bersumber pada Alkitab wahyu keturunan. sebaliknya transcendental merupakan sebab dari Berdasarkan perspektif iman Kristen perspektif hukum-hukum transcendental bukan akibat dari system Roh Kudus. Lukas 1:32 “Ia akan Yang dengan keterbatasan alam semesta. Kesatuan yang di dalam kandungannya adalah dari Allah terikat Allah.” menyatakan setidak-tidaknya, Teks indentifikasi tersebut keberadaan Yesus sebagai Firman/Logos Allah. percayalah karena pekerjaan-pekerjaan Adalah itu sendiri.” Hal itu menegaskan bahwa sahih Firman/ Logos ilahi menjadi daging/manusia dalam dimensi relasi ilahi Yesus dengan Bapa-Nya terbatas (ruang & waktu). Sedangkan merupakan identifikasi unio mystika logos kita atau perkataan kita akan (suatu kesadaran tinggi yang meliputi hilang kognitif, afektif dan psikomotorik yang tersublimasi karena kita merupakan bagian dari ciptaan Allah. sempurna antara Yesus, Anak Allah Proses Logos ilahi menjadi manusia dengan Allah Bapa-Nya). Relasi ilahi tidak ‘Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam ada seorangpun yang dapat menjelaskan secara tuntas karena hal itu 28 adalah tindakan Allah yang berdaulat. dengan Allah Bapa-Nya bukan dimaknai Firman itu adalah Allah, meneguhkan sebagai Allah yang beranak atau Anak bahwasannya dari Allah yang diperanakkan, melainkan inkarnasi adalah Allah sendiri bukan relasi transcendental kualitas ilahi antara yang lain di luar diri Allah. Adalah hal Yesus dengan Bapa-Nya. Tanpa kualitas yang proses ilahi tidak akan terjadi relasi ilahi yang inkarnasi dilakukan oleh sesuatu yang di sehakikat, sederajat keilahian-Nya atau luar selevel eksistensi &esensi-Nya. pelaku inkonsistensi diri Allah tunggal apabila sedangkan Allah menyatakan diri-Nya berdaulat mutlak. Perspektif iman Kristiani tentang Demikian juga pemahaman terhadap Yesus, Anak Allah bukan berdasarkan Yesus, Anak Allah bukan berdasarkan makna rasionalis teoritis yang harus rasionalisme manusia ciptaan sehingga menghasilkan konklusi rasionalis logis mengharuskan Anak (Anak Allah berarti dilahirkan atau Allah diukur berdasarkan system logika diperanakkan oleh Allah atau harus terbatas manusia. Sebaliknya makna terjadi Yesus, Anak Allah diterima berdasarkan alamiah standar ukur wahyu Allah sehingga tidak manusia atau ciptaan lain. Anak melakukan identik dengan keturunan, keturunan makna Yesus, pereduksian sistematis melalui proses seperti regenerasi proses kelahiran rasionalis terhadap wahyu Allah yaitu berarti Alkitab. melahirkan/memperanakkan), terjadi dipahami Penyataan Yesus pada Yohanes 8:58 dengan proses namun presuposisi iman “Kata Yesus kepada mereka: “Aku kepada berkata bersumber pada Alkitab sehingga tidak kepadamu, sesungguhnya Yesus, Anak memaksakan Pengakuan Yesus dalam teks tersebut bertindak mengindikasikan ada memutuskan benar atau salah, rasional bukan diadakan atau dijadikan ada, atau irasional, logis atau illogic terhadap sebelum Abraham jadi atau diciptakan konsep Yesus, Anak Allah. Yesus Konsep Allah. Identifikasi ontologism Yesus, sebagai Anak penalaran yang sebelum Abraham jadi, Aku ada.” bahwa system Allah hakim Allah kita yang tidak sejatinya memberikan penjelasan bahwa berorientasi pada makna bagaimana cara relasi transcendental Yesus, Anak Allah berada, melainkan berorientasi pada 29 unitas transcendental yaitu kualitas relasi tentang Yesus, Anak Allah dengan ilahi yang dimiliki Yesus dan Bapa-Nya. sumber Hal yang benar jika konsep Anak Allah berorientasi pada kebenaran rasionalis berkaitan dengan bagaimana cara berada ilmiah maka konsep itu akan dikaitkan dengan kebenaran pada logika penalaran yang proses kelahiran Anak Allah. Berbicara logis. Sebaliknya mereka melepaskan tentang relasi kualitas ilahi meneguhkan kebenaran iman yang Biblis karena bahwasannya konsep Anak Allah bukan mereka pada posisi tidak terikat pada dinyatakan secara simplisitas ide tetapi wahyu Allah atau mereka pada posisi secara liberalis. simplisitas esensi dalam non Biblis yang cenderung menempatkan hasil kompleksitas Ilahi. Manusia ciptaan Pada perspektif yang lain, “Al-Quran tidak menjadikan Allah dalam perspektif bicara tentang kehamilan perawan, tetapi rasionalismenya sehingga Allah dapat menolak status sebagai anak Allah. diukur Penolakan Al-Quran atas kedudukan secara tepat berdasarkan rasionalitas system penalaran manusia. Yesus sebagai anak Allah mencerminkan Sejatinya konsep Anak Allah dapat dianalogikan dengan ideologi’yang tidak konsep dapat perbedaan ‘anak teologinya fundamental dan teologi antara Kristen.”36 Artinya, Al-Quran menerima kelahiran diartikan sebagai hasil dari proses kelahiran Yesus natural. Konsep ‘anak ideologi’ sejatinya intervensi Allah sendiri. Yesus, Anak merupakan konsep relasi kualitas ide-ide Allah bukan berasal dari benih laki-laki yang dianggap sama sehingga disebut atau memiliki ayah biologis dan hal itu ‘anak ideologi’. Suatu istilah yang menjadi berkaitan dengan Allah – konsep Anak bahwasannya Yesus dan Allah Bapa Allah – tidak dapat dipahami secara memiliki relasi kualitas Illahi yang tidak harafiah tekstual sehingga menghasilkan terbantahkan. Namun demikian fakta perdebatan yang tidak selesai sepanjang kepastiannya tentang Yesus Anak Allah, masa. Apalagi menggunakan perspektif Al-Quran tetap menolak kedudukan non berusaha Yesus sebagai Anak Allah dan itu manipulasi menjadi finalitas perbedaan fundamental Alkitabiah menampilkan yang kebenaran yang supranatural, suatu fakta Biblis. Mereka yang bertutur cerita 36 30 Fatoohi. Op.,Cit. 422. adanya kepastian teologi Al-Quran dengan teologi Kristen. Yesus dan Bapa-Nya. Kita ciptaan, Berkaitan dengan penolakan Al-Quran apapun keadaan kita tidak dapat dan terhadap kedudukan Yesus Anak Allah tidak mampu mendeskripsikan relasi hendaknya dipahami dalam perspektif Illahi Yesus dengan Bapa-Nya seperti historis kekekalan/metafisik yang dipahami oleh Yesus dan Bapa- ontologism. Pada perspektif historis, Nya. Pada keterbatasan kita sebagai konsep Yesus Anak Allah terbentur ciptaan dalam memahami esensi Illahi dengan natur materi-Nya (menurut Al- tidaklah elok jika kita atas nama Quran, materi tidak dapat di-Tuhan-kan rasionalitas atau ciptaan tidak dapat menjadi Allah) Allah yang jauh sempurna dan kudus. dan kita menolak Berdasarkan yang terbatas dan diterima sebagai perspektif iman terhadap perspektif kedaulatan Allah, konsep Yesus Anak kekekalan/metafisik, Yesus Anak Allah Allah sejatinya tidak dalam konteks memiliki relasi kualitas Illahi dengan debatable Bapa-Nya. Kualitas Ilahi tidak dapat menghukum Alkitab sebagai karya fiksi. disimpulkan pembahasaan Sebaliknya Allah sahih bertindak dalam ciptaan yang terbatas dan hal itu hanya perspektif diri-Nya tanpa meminta ijin diterima dengan bahasa iman teologis. pada manusia, apakah idea atau gagasan- Pengakuan Al-Quran batasan Nya rasional atau irasional bagi manusia. tertentu benar Alkitab Mengakui ciptaan. Sedangkan dengan pada dan bahkan cenderung untuk kedaulatan Allah yang mendukungnya bahwa ciptaan berbeda sempurna namun menolak ide Allah dengan dijadikan tidak dapat yang menyatakan Yesus Anak Allah Allah/sesembahan. Pada merupakan Pencipta dan proses inkonsistensi perspektif ontologism teologis, sejatinya penalaran logis penyataan Yesus, Anak Allah (yang manusia harus didukung dengan pengakuan Al-Quran perbedaan yang absolute antara Allah atas kelahiran Yesus yang supranatural) Pencipta yang berdaulat dengan manusia adalah fakta kebenaran yang tidak ciptaan yang terbatas. Kedaulatan Allah terbantahkan karena hanya Yesus, Anak tidak Allah dan Bapa-Nya yang memahami manusia atau kedaulatan Allah tidak relasi kualitas Illahi yang terjadi diantara harus dapat dirasionalisasikan manusia. 31 dapat manusia. Sejatinya, menerima dibatasi oleh suatu rasional Penyataan Yesus Anak Allah bukan Bapa tidak eksis terlepas dari Anak dan memisahkan antara eksistensi materi Anak tidak eksis terlepas dari Bapa. Yesus dan status pribadi/personal Anak Implikasi penyembahan yang dilakukan Allah. dalam adalah penyembahan kepada Yesus, perspektif eksistensi materi berarti Allah Anak Allah di dalam Allah Bapa. Yesus, melahirkan Yesus Anak Allah (Allah Anak beranak) atau memiliki makna harafiah. (autoaletheia), “Bahwa yang disebut “Anak Allah ini rasio (autologos) yang sama atau identik bukan makna kata jasmaniah. Sebab dengan Bapa-Nya. Hakikat Allah adalah meskipun ada kata-kata “diperanakkan” esensi Ilahi yang menyebabkan Allah dan “Anak Tunggal”, tetapi kita tak adalah Allah. Esensi Ilahi adalah kualitas menjumpai Ilahi yang sempurna dan hal itu tidak Yesus Anak kata Allah “Ibu” atau yang Allah memiliki hikmat (autosophia), “mengandung Anak Allah”. Tak pula dapat kita jumpai kata kapan saat Anak Allah dimanipulasi itu dilahirkan.”37 Di sisi lain, Yesus terbatas. Kodrat Ilahi Yesus dinyatakan Anak Allah perspektif pribadi berarti dalam hidup dan karya-Nya hingga mati Yesus secara materi tidak pernah ada dan karena hanya berorientasi pada status kemanusiaan Yesus terbatas dan berhenti pribadi pada yang tidak mengharuskan Anak Allah dipikirkan atau manusia yang rasio bangkit. Sedangkan proses kematian. kodrat Kodrat theanthropos Yesus tidak membutuhkan mawujud dalam materi yang visibel. Yesus, dilihat, kebenaran bukti-bukti sejatinya authentisitas non Biblis berkaitan dengan kodrat theanthropos karena Alkitab telah menyatakannya. (Illahi “Lebih dari sekedar percaya bahwa Ia – sehakikat dengan & adalah Allah, Yesus juga membuktikan manusiawi: daging/sarx) yang Yesus itu dengan melakukan tindakan-tindakan miliki. Kodrat Illahi Yesus sama dengan supranatural, Allah Bapa-Nya. Aku (Yesus Anak nubuatan Allah) dan Bapa adalah satu. Tidak kejanggalan matematis, terjadi pemisahan antara Bapa dan Anak, terpenting adalah Bapa/homoousios to patri - 37 Daniel Bambang. Allah Tritunggal (Jakarta: Satya WidyaGraha, 2001), 60. 32 dengan kuno menggenapi tentang dan semua yang menaklukkan kubur.”38Hal itu berarti keIlahian Yesus pengampunan dinyatakan dalam hidup dan karya-Nya terhadap siapakah Yesus itu harus sesuai yang dari dengan pengertian Yesus sendiri. Jika kubur kita tidak mengakui Yesus sebagai historis kematian kosong. bahkan yang “Kita bangkit menyatakan seharusnya memulai dosa. Pengertian Kristus, maka entah kita Ia berbohong dengan keyakinan Alkitab bahwa Allah terhadap identitas-Nya sendiri atau kita ingin kita merasa pasti akan kebenaran yang berbohong.”40 Artinya, konsep Kristus (Luk 1:4) dan keselamatan kita Anak (1 Yoh 5:13).”39 Hal itu berarti proses didasarkan pada kesadaran eksistensial arumentasi orang percaya tentang Yesus, Yesus bukan sesuatu yang dipaksakan Anak Allah haruslah didasarkan pada atau diberikan oleh ciptaan. suatu kepastian yang bersumber pada Alkitab. Suatu kepastian Allah yang Yesus terima Lebih lanjut dapat dipahami bahwa tidaklah setiap pribadi yang berusaha membutuhkan bukti karena kepastian menjelaskan konsep Yesus, Anak Allah itulah bukti pada dirinya sendiri. sejatinya ia harus menjadikan Alkitab Pada dasarnya, Alkitab telah sebagai sumber utama dan menghormati memberikan kesaksian (Kejadian 6:2, II otoritas Samuel 7:14, Mazmur 2:7, Lukas 1:32, hakikatnya firman Allah. “Kita tidak Yohanes 1:1-2) yang tidak terbantahkan meminta orang tidak percaya untuk bahwasannya mengevaluasi Yesus, Anak Allah kedaulatan Alkitab Kekristenan yang dengan diterima sebagai kebenaran iman yang menggunakan pikirannya, karena ia memiliki konsekuensi logis. Kebenaran berusaha pikirannya atas relasi kualitas ilahi yang Yesus secara sampaikan dengan sadar diri bukan tenggelam sebagai manipulasi pernyataan. “Yesus permulaannya.”41 Artinya, iman Kristen mengerti diri-Nya sendiri sebagai Anak tidak pada posisi untuk dikritik atau Allah yang terkasih, yang dipilih Allah direkonstruksi kebenarannya oleh orang untuk menghadirkan kerajaan Allah, dan tidak mengoperasikan otonomi dengan dalam percaya melakukannya kesalahan karena dengan 38 Ravi Zacharian dkk.Who Made God? (Bandung: Pionir Jaya, 2009), 94. 39 John M. Frame. Apologetika Bagi Kemuliaan Allah(Malang: SAAT, 2000), 101. 40 41 33 demikian Ravi. Op.,Cit. 88. Frame. Op.,Cit., 108. dari mereka epistemology yang menentang kesahihan Alkitab dan tidak melebur satu terhadap yang sebagai wahyu khusus Allah yang lain. menyatakan Yesus Kristus Tuhan, Anak memahami Allah. “Suatu sistem yang dimiliki orang memiliki tidak percaya tidak bisa secara memadai manusiawi) dan mereka yang berada mendeskripsikan dunia pada outsider Yesus hanya mampu milikiNya.”42 Artinya, dasar konsep berpikir tentang Yesus berdasarkan pola orang tidak percaya berorientasi pada penalaran pemenuhan akali yang cacat dan terbatas presuposisi yang cenderung memiliki sehingga kesalahan. selalu Allah dalam dan kebutuhan Hanya Yesus diri-Nya dua yang dapat sendiri yang kodrat dengan (Illahi & asumsi Pemikiran ciptaan atau tidak rasionalis teoritis logis termasuk Allah mampu menguasai Pencipta yang tak harus rasional untuk manusia dapat terbatas. menerima-Nya. berlainan dengan ciptaan yang temporer Pola pemikiran Pencipta (muncul konsep kontinuitas), parsial dan cenderung inkonsistensi. KESIMPULAN Yesus, Anak Allah dalam perspektif Berdasarkan pengakuan kita (orang Biblis tidak dapat dibantah dan telah percaya) banyak kepastian tekstual dalamnya maka konsep Yesus Anak Allah tidak yang disampaikan. Konsep Yesus Anak dapat diragukan lagi karena Allahlah Allah bukan dalam perspektif harafiah yang berkarya dalam segala konteks tekstual, perspektif keterbatasan ciptaan-Nya. Yesus, Anak Berkaitan Allah sejatinya merupakan demostrasi dengan konsep Yesus Anak Allah, kita keIlahian Allah dalam dimensi terbatas hendaknya kodrat yang tidak membutuhkan rasio penalaran theanthropos (Illahi & manusiawi) yang logis tetapi berdasarkan bahasa iman Yesus miliki. Kedua kodrat milik Yesus untuk memahami rasionalitas Allah yang menjadi acuan untuk kita menerima sempurna. Sejatinya Allah yang dapat Yesus, AnakAllah. Dua kodrat dalam dengan tuntas dipikirkan manusia adalah satu pribadi Yesus yang tidak bercampur Allah jadian yang terbatas dan selalu ontologism tetapi relasi dalam Ilahi. memahami terhadap kedaulatan Allah terpenjara pada rasio manusia. Allah 42 John M. Frame.Suatu Analisis Terhadap Pemikirannya Cornrlius Van Til (Malang: SAAT, 2002), 211. 34 Alkitab hakikatnya firman Allah modernism. Akhirnya, dalam untuk kontekstualisasi keterbatasan pikiran kita menyatakan Yesus Anak Allah. Alktab hendaknya Allah dalam Yesus Kristus firman Allah cukup untuk menyatakan Tuhan yang melampaui segala akal kita dan menjelaskan siapa Yesus dan karya- selalu menguatkan dan menyertai proses Nya. Sebaliknya Alkitab telah menjadi penalaran kita yang orientasinya adalah bukti faktual suatu kebenaran Allah yang Allah dimuliakan bukan mencari sensasi tak terbantahkan bahwasannya Yesus temporer antroposentris. tidak Anak membutuhkan Allah adalah bukti sahih untuk dipercaya dan menjadi dasar iman SOLI DEO GLORIA, AMIN. Kristen sepanjang masa. Alkitab yang dalamnya menyatakan eksistensi & esensi Yesus tidak dihakimi dengan alat ukur penilaian yang rasional dan empiris DAFTAR PUSTAKA Albert Nolan. Yesus Sebelum Agama Kristen, Yogyakarta: Kanisius, 1991 Bernhard Lohse. Pengantar Sejarah Dogma Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989 Daniel Bambang. Allah Tritunggal,Jakarta: Satya WidyaGraha, 2001 Darrell L. Bock & Daniel B. Wallace. Mendongkel Yesus Dari TahtaNya, Jakarta: Gramedia, 2009 Dieter Becker. Pedoman Dogmatika Suatu Kompedium Singkat, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996 Donald Guthrie. Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995 Douglas Groothuis. Jesus in an Age of Controversy, Jakarta: Verbum Dei Book, 2008 ------------------------. Pudarnya Kebenaran,Surabaya: Momentum, 2003 Eko Riyadi. Yesus Kristus Tuhan Kita, Yogyakarta: Kanisius, 2011 George Eldon Ladd. Teologi Perjanjian Baru Jilid 1, Bandung: Kalam Hidup, 1999 Georg Kirchberger.Allah Menggugat Sebuah Dogmatik Kristiani,Maumere: Ledalero, 2007 Herman Bavinck. Dogmatika Reformed,Surabaya: Momentum, 2012 J. Donald Walters. Crises In Modern Thought, Jakarta: Gramedia, 2003 John M. Frame. Doktrin Pengetahuan Tentang Allah, Malang: SAAT Malang, 1999 35 -------------------. Apologetika Bagi Kemuliaan Allah,Malang: SAAT, 2000 -------------------.Suatu Analisis Terhadap Pemikirannya Cornrlius Van Til, Malang: SAAT,2002 Louay Fatoohi. The Mystery of Historical Jesus, Bandung: Mizan, 2012 Louis Berkhof. Teologi Sistematika 3,Jakarta: LRII, 1996 Mark Stibbe. User’s Guide to Christian Belief,Yogyakarta: Kanisius, 2009 Ravi Zacharian dkk.Who Made God?Bandung: Pionir Jaya, 2009 R.C.Sproul. Defending Your Faith An Introduction to Apologetics, Malang:SAAT Malang, 2008 Stephen B. Bevans. Teologi dalam Perspektif Global,Maumere: Ledalero, 2010 Tom Jacobs. IMANUEL Perubahan Dalam Perumusan Iman Akan Yesus Kristus,Yogyakarta: Kanisius, 2000 W. Poespoprodjo. Hermeneutika, Bandung: Pustaka Setia, 2004 Zainul Arifin. Nontrinitarianisme Monoteisme Kristen Dalam Dialog dengan Islam Semarang: Walisongo Press, 2009 36