ANALISA PERBANDINGAN PERAMBATAN GELOMBANG GEMPA PADA SHAKE2000 DAN PLAXIS V8 DENGAN MENGACU PADA SNI 03-1726-2012 UNTUK DAERAH JAKARTA UTARA, PUSAT, DAN SELATAN Eng Phin Binus University, Jl. KH. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat, (+62)87881612401, [email protected] Eng Phin, Gouw Tjie Liong ABSTRAK Analisa Respon Spektra dengan SHAKE2000 dan Plaxis v8 bertujuan untuk memahami perbedaan perambatan gelombang diakibatkan perbedaan model dan kebutuhan parameter di dalamnya. Analisa dilakukan dengan memodelkan tanah pada lima lokasi di Jakarta, dan dengan menggunakan data riwayat waktu sintetik untuk periode ulang 2500 tahun. Hasil analisa menunjukkan bahwa secara umum, nilai spektra spesifik situs yang dihasilkan lebih besar dari yang ditetapkan oleh SNI 03-17262012. Selain itu, hasil yang didapat melalui pemodelan Linear Elastik (Plaxis) memberikan hasil yang relatif sangat tinggi dibandingkan dengan hasil yang diperoleh melalui model lainnya, dan tidak cocok untuk analisa kegempaan. Model Mohr Coulomb memberikan hasil yang relatif tinggi, dan kurang cocok untuk analisa kegempaan. Hardening Soil Small Strain Model cukup cocok untuk analisa kegempaan. Pemodelan Linear Ekuivalen (SHAKE2000) memberikan hasil yang lebih cocok dengan SNI dibandingkan dengan model lainnya. Namun, untuk memperoleh hasil yang lebih baik lagi, diperlukan studi lebih mendalam mengenai penentuan parameter seismik tanah di Jakarta serta prosedur investigasi tanah untuk analisa seismik. Kata kunci: Respon Spektra, SHAKE2000, Plaxis, SNI 03-1726-2012, Jakarta PENDAHULUAN Dalam memahami fenomena gempa, salah satu kendala utama yang sering dialami adalah sulitnya melakukan analisa secara konvensional, terutama bila tanah pada lokasi yang ditinjau sangat beragam. Apabila jenis tanah yang ada sangat beragam dan ketebalannya berbeda-beda, maka perhitungan secara konvensional untuk mendapatkan respon permukaan tanah akan gempa menjadi sangat tidak efektif dan tidak efisien. Adanya kemajuan zaman, terutama di bidang teknologi Informasi dan Komunikasi telah menjadi satu batu loncatan bagi para peneliti untuk melakukan studi mengenai gempa ini. Kehadiran aplikasi-aplikasi yang mampu melakukan analisa dinamis menjadikan proses perhitungan jauh lebih efektif dan efisien. Pada penelitian kali ini, akan digunakan aplikasi Plaxis v8 dan SHAKE2000 untuk melakukan analisa respon permukaan tanah terhadap getaran gempa yang terjadi. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Analisa Dinamis menggunakan metode Elemen Hingga menunjukkan bahwa pemilihan jenis model tanah (Mohr Coulomb, Hardening Soil Small Strain, dll) mempengaruhi hasil yang didapat. Herold dkk (2009) telah melakukan penelitian mengenai deformasi tanah terhadap beban dinamis dengan model Mohr Coulomb dan Hardening Soil Small Strain. Penelitian menunjukkan pemodelan dengan HS Small memberikan hasil yang lebih mendekati hasil pengukuran lapangan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada model Mohr Coulomb. Lalu, penelitian yang dilakukan oleh Rafal (2010) juga menunjukkan bahwa HS Small memberikan hasil yang lebih dekat dengan pengukuran lapangan. Pada penelitian kali ini, pemodelan akan diperluas dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari pemodelan dengan metode Elemen Hingga (Mohr Coulomb, HS Small, dan Linear Elastik) terhadap hasil yang diperoleh dengan analisa perambatan gelombang yang paling populer, yaitu model Linear Ekuivalen, yang terdapat dalam SHAKE2000, dan juga terhadap hasil dari ahli. Untuk menyederhanakan permasalahan yang ditinjau, maka perlu dilakukan pembatasan lingkup penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini, antara lain: Lokasi tanah yang digunakan adalah daerah Jakarta Utara, Pusat, dan Selatan. Analisa dilakukan dengan Plaxis v8.2 dan SHAKE2000. Hasil yang dianalisa adalah Desain Spektra Percepatan. Sebagai pembanding, digunakan SNI 03-1726-2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil analisa perambatan gelombang gempa yang dihasilkan oleh Plaxis v8 dan SHAKE2000, dengan cara membentuk Respon Spektra dari output percepatan pada permukaan tanah, dan menganalisa penyebab terjadinya perbedaan tersebut. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui seberapa jauh perbedaan output yang didapat dari kedua aplikasi tersebut, serta apa saja penyebabnya, sehingga dapat menjadi poin-poin yang perlu dipertimbangkan dalam menggunakan kedua aplikasi tersebut. METODE PENELITIAN Metode penelitian dan proses untuk penelitian yang dilakukan meliputi: a. Studi literatur dan pengumpulan data sekunder hasil penyelidikan tanah untuk Jakarta Utara, Pusat, dan Selatan melalui Dinas atau instansi yang mempunyai data geoteknik untuk wilayah Jakarta. b. Melakukan seleksi terhadap data, untuk menentukan data-data geoteknik yang dapat digunakan untuk analisa perambatan gelombang dari batuan dasar ke permukaan tanah. Adapun beberapa poin yang dipertimbangkan adalah: Informasi mengenai lokasi pengetesan (Jakarta Utara, Pusat, atau Selatan). Data lapisan tanah, berupa deskripsi mengenai jenis tanah, dan ketebalan tiap jenis tanah. Informasi nilai N-SPT dan Kecepatan Gelombang Geser tiap lapisan tanah. Hasil pengujian laboratorium berupa data berat jenis tanah, Indeks Plastisitas. c. Menentukan kedalaman batuan dasar. Kedalaman batuan dasar ditentukan dengan menggunakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asrurifak, M. dkk (2013) dalam jurnal yang berjudul “Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array”. Kedalaman batuan dasar ditentukan dengan menggunakan peta yang berupa kontur kedalaman batuan dasar, dan dengan memplot lokasi proyek dalam aplikasi peta (Google Map, dll), maka akan dapat ditentukan kedalaman batuan dasarnya. d. Melakukan interpolasi linear untuk kedalaman yang tidak diuji. Jenis tanah dianggap lempung, di mana pada batas batuan dasar, kecepatan gelombang geser dianggap 750 m/s. Lalu, untuk berat jenis tanah, mulai dari batas dasar uji borehole hingga batuan dasar dianggap 19 kN/m3. e. Membuat model tanah. Pemodelan dilakukan untuk empat jenis model tanah, yaitu Mohr Coulomb, HS Small, Linear Elastik, dan Linear Ekuivalen. Untuk ketiga model pertama (Mohr Coulomb, HS Small, Linear Elastik) pemodelan dilakukan dengan Plaxis, dan untuk model Linear Ekuivalen, digunakan SHAKE2000. f. Memasukkan data riwayat waktu berupa percepatan batuan dasar akibat gempa, yang didapat dari hasil analisa resiko gempa untuk daerah Jakarta, dan dengan kemungkinan 2% terlampaui dalam periode ulang 50 tahun (≈ 2500 tahun). g. Melakukan analisa dengan Plaxis dan SHAKE2000. Setelah itu, membentuk Respon Spektra berdasarkan hasil analisa Plaxis dan SHAKE2000. Respon spektra berikutnya diolah menjadi Spektra Rekomendasi, yang pada akhirnya dibandingkan dengan Spektra Desain SNI 03-17262012, sehingga dapat dilihat penyebab perbedaan yang terjadi, dan menentukan poin-poin penting yang dapat dijadikan pertimbangan. HASIL DAN BAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh adalah dalam bentuk grafik respon spektra, yaitu grafik respon struktur terhadap getaran gempa di permukaan tanah. Berikut adalah grafik untuk kelima lokasi yang ditinjau, dengan menggunakan lima jenis gempa. Cempaka Putih Gambar 1 Hasil Analisa Cempaka Putih Pantai Mutiara Gambar 2 Hasil Analisa Pantai Mutiara Cilandak Gambar 3 Hasil Analisa Cilandak Ancol Gambar 4 Hasil Analisa Ancol Kuningan Gambar 5 Hasil Analisa Kuningan Berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat bahwa secara garis besar, nilai spektra yang didapat dari analisa Spesifik Situs memberikan nilai yang lebih tinggi daripada SNI, termasuk hasil kajian yang diperoleh dari tenaga ahli, juga lebih besar dari SNI. Hal ini menunjukkan bahwa desain dengan menggunakan hasil spesifik situs akan lebih konservatif. Namun di sisi lain, analisa spesifik situs pada dasarnya melibatkan cukup banyak asumsi. Perbedaan yang cukup signifikan antara hasil spektra SNI dan Spesifik Situs dapat disebabkan oleh kurangnya studi mengenai lapisan tanah yang cukup dalam (>100 m), di mana pada umumnya pengujian dengan Borehole hanya mencapai 60-90 m. Pemodelan untuk tanah yang cukup dalam hingga ke batuan dasar pada umumnya dilakukan dengan melakukan interpolasi linear. Misal, nilai kecepatan gelombang geser, Vs, yang hanya dilakukan hingga kedalaman 30 m, sedangkan pemodelan yang dilakukan dapat mencapai 500 m – 700 m. Posisi kedalaman batuan dasar juga menjadi permasalahan tersendiri. Hingga saat ini, penelitian mengenai posisi kedalaman batuan dasar masih kurang dari cukup. Semakin dalam batuan dasar, maka pada umumnya gempa yang mencapai permukaan akan semakin kecil. Dan bila penentuan batuan dasar ini tidak tepat, hasil yang diperoleh juga akan terpengaruh. Selain itu, parameter regangan kecil (G/Gmax dan Damping Ratio) untuk tanah di Jakarta belum diketahui. Penentuan parameter dilakukan dengan menyesuaikan klasifikasi tanah dan Plasticity Index yang didapat dengan kurva-kurva yang telah dipublikasikan. Dan terdapat parameter umum seperti modulus elastisitas, E, kohesi, c, dan internal angle friction, φ, yang seringkali tidak diukur saat melakukan uji Seismik. Hal ini dikarenakan metode yang banyak digunakan, yaitu metode Linear Ekuivalen, tidak memperhitungkan regangan besar dan keruntuhan, berbeda dengan model dalam metode Elemen Hingga (2 Dimensi). Karena itu, saat ingin melakukan pemodelan dengan Elemen Hingga, maka akan diperlukan korelasi. Pemilihan korelasi akan berpengaruh terhadap hasil yang didapat. Secara umum, nilai spektra yang dihasilkan dari pemodelan dengan Linear Ekuivalen pada SHAKE2000 lebih rendah dari pemodelan jenis lain, namun lebih tinggi daripada SNI. Dapat dikatakan, SHAKE2000 memberikan hasil yang masih dapat diterima, dan cukup dekat dengan yang diperoleh dari konsultan. Spektra yang dihasilkan dari analisa dengan model Linear Elastik memberikan nilai yang relatif lebih tinggi, cukup jauh dibandingkan dengan yang dihasilkan dari pemodelan yang lainnya. Tingginya nilai spektra ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: Saat tanah mengalami failure, energi gelombang gempa akan terserap menjadi deformasi. Namun, pada pemodelan dengan Linear Elastik, tanah tidak dapat mengalami keruntuhan, sehingga energi gempa yang merambat seluruhnya dapat terhantarkan hingga permukaan. Parameter kekakuan yang digunakan hanya satu, yaitu Eref, yang diambil dari nilai kekakuan awal, Emax. Karena itu, karakteristik tanah dalam regangan kecil tidak dapat digambarkan. Dapat dikatakan, bahwa Linear Elastik tidak cocok untuk analisa kegempaan. Untuk pemodelan Mohr-Coulomb, terlihat bahwa nilai spektra yang dihasilkan cukup tinggi, namun lebih rendah dari Linear Elastik. Tingginya nilai spektra Mohr Coulomb disebabkan saat tanah belum mencapai titik keruntuhan, tanah bersifat linear elastik. Hal ini berbeda dengan karakteristik tanah pada regangan kecil, di mana pada regangan kecil sekalipun terdapat deformasi plastis. Dan pada saat tanah mencapai titik keruntuhan, maka barulah tanah mengalami deformasi plastis, menyebabkan energi gempa berkurang. Maka dapat dikatakan bahwa Mohr Coulomb kurang cocok untuk analisa kegempaan. Apabila memang akan digunakan, maka hasil yang diperoleh akan menjadi overestimate. Pemodelan menggunakan Hardening Soil Small Strain memberikan hasil yang cukup baik. Secara umum, hasil yang diperoleh dari pemodelan jenis ini memberikan nilai yang lebih rendah dibandingkan pemodelan Mohr dan Linear Elastik. Selain itu, dari parameter yang digunakan, terlihat bahwa model ini juga mampu memperhitungkan karakteristik regangan kecil. Namun, untuk memperoleh hasil yang lebih baik, maka penentuan parameter-parameter regangan besar juga perlu dipertimbangkan. Hal ini merupakan salah satu kesulitan lain dari model ini. Pada akhirnya, berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa untuk analisa kegempaan pada tanah yang sepenuhnya horizontal, SHAKE2000 dengan model Linear Ekuivalen memberikan hasil yang lebih cocok terhadap SNI. Salah satu penyebabnya adalah karena analisa yang dilakukan di Indonesia hingga saat ini masih menggunakan analisa Linear Ekuivalen. Namun, kesimpulan ini masih bersifat sementara, dan diperlukan kajian lebih mendalam lagi. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut: Perbedaan hasil analisa respon spektra spesifik situs dengan SNI diakibatkan beberapa hal. Pertama, studi mengenai parameter tanah dalam (>100 m) hingga saat ini dapat dikatakan masih kurang memadai. Lalu, posisi kedalaman batuan dasar yang juga belum dapat dipastikan. Selain itu, parameter regangan kecil tanah di Jakarta belum diketahui. Berdasarkan hasil analisa, model tanah Linear Elastik memberikan hasil yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil dari pemodelan lainnya. Dapat dikatakan, model tanah Linear Elastik tidak cocok untuk analisa kegempaan. Hasil analisa menunjukkan nilai spektra yang dihasilkan dari model tanah Mohr Coulomb cukup tinggi dibandingkan dengan model Linear Ekuivalen (SHAKE2000). Model tanah Mohr Coulomb kurang cocok untuk analisa kegempaan. Dapat digunakan, namun memberikan hasil yang overestimated. Model tanah Hardening Soil Small Strain cukup baik untuk analisa kegempaan. Hal ini terlihat dari nilai spektra yang cukup mendekati nilai yang dihasilkan SHAKE2000. Model tanah SHAKE2000 (Linear Ekuivalen) memberikan hasil yang lebih dekat dengan SNI dibandingkan dengan Hardening Soil Small Strain, karena pada dasarnya analisa yang dilakukan untuk menurunkan respon spektra pada SNI hingga saat ini di Indonesia masih menggunakan model Linear Ekuivalen seperti SHAKE2000. Adapun saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya, yaitu: Diperlukan kajian lebih mendalam lagi untuk mengetahui kecocokan hasil analisa SHAKE2000 terhadap kondisi seismik di Jakarta. Dalam pengujian untuk analisa seismik, seperti Borehole, SPT, dan Seismic Downhole, sebaiknya kedalaman pengujian ditambah. Sebaiknya dilakukan kajian lebih lanjut dengan menggunakan Rayleigh Damping dalam Plaxis. REFERENSI Agus. (2013). Penggunaan RSNI 03-1726-201X dalam Perancangan Struktur Gedung Tahan Gempa di Kota Padang dan Perbandingannya dengan SNI 03-1726-2002. Jurnal Momentum. 14 (1): 11-17. Asrurifak, M., et al. (2013). Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta dengan Menggunakan Mikrotremor Array. Pertemuan Ilmiah Tahunan – XVII HATTI. 17(7). Baker, J. W. (2008). An Introduction to Probabilistic Seismic Hazard Analysis. Brinkgreve, R. B. J. (1999). Beyond 2000 in computational geotechnics: Ten years of PLAXIS international 1999. Rotterdam: Balkema. Chopra, Anil K. 2007. Dynamics of structures: theory and applications to earthquake engineering. Upper Saddle River, N.J.: Pearson/Prentice Hall. Elnashai, Amr S., and Luigi Di Sarno.(2008). Fundamentals of earthquake engineering . Chichester, U.K.: Wiley. Hutapea, B. M., Imanuel, M. (2009). Analisis Hazard Gempa dan Usulan Ground Motion pada Batuan Dasar untuk Kota Jakarta. Jurnal Teknik Sipil:Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil. 16 (3): 121-132. Joner, W.B. and Boore, D.M. (1992). Predictions of earthquake response spectra. Proc. 51st Annual Convention of Struct. Eng. Assoc. of Calif.; also USGS Open File Report 82-977. Kramer, Steven Lawrence. 1996. Geotechnical Earthquake Engineering. Upper Saddle River, N.J.: Prentice Hall. Merati, W., Masyhur I. (2000). Development of Synthetic Ground Motions – Bedrock of Jakarta. Twelfth World Conference on Earthquake Engineering, New Zealand. Nigam, N. C., Jennings, P. C., & California Institute of Technology. (1968). Digital Calculation Of Response Spectra from Strong-Motion Earthquake Records. Pasadena, California: California Institute of Technology, Earthquake Engineering Research Laboratory. SNI 03-1726-2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. World Conference on Earthquake Engineering, & New Zealand National Society for Earthquake Engineering. (2000). 12 Wcee 2000: 12th World Conference on Earthquake Engineering. New Zealand: New Zealand National Society for Earthquake Engineering. Herold, Andreas. (2009). The Use of Hardening Soil Model with Small-Strain Stiffness for Serviceability Limit State Analysis of GRE Structures. RIWAYAT HIDUP Eng Phin lahir di kota Jakarta pada 06 Agustus 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1/S2/S3 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada tahun 2014.