KEC. BIDUK-BIDUK, DESEMBER 2014 Daftar Isi Daftar Isi ......................................................................................................................... 2 Pendahuluan .................................................................................................................. 3 Tujuan ............................................................................................................................ 4 Peserta ........................................................................................................................... 4 Proses Pembelajaran ..................................................................................................... 5 A. Kampung Teluk Sulaiman ................................................................................... 5 B. Kampung Pantai Harapan .................................................................................. 8 C. Kecamatan dan Kampung Biduk-biduk ............................................................ 11 D. Kampung Tanjung Perepat............................................................................... 14 E. Kampung Giring-giring .................................................................................... 17 Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 20 Lampiran ....................................................................................................................... 22 2 kampung di kecamatan Biduk-biduk ini telah melakukan identifikasi perubahan disekitarnya dan kondisi alam membangun yang terjadi kesadaran untuk menanggulangi dampak perubahan kondisi alam tersebut. Begitu pula halnya dengan pemahaman mengenai peran hutan dalam kehidupan mereka terutama mengenai upaya memitigasi dampak perubahan iklim. Pelatihan ini betujuan untuk memberikan informasi dan penyadartahuan dikalangan Kelompok PKK untuk Pendahuluan Pelatihan mengenai perubahan peran iklim hutan dan dalam pengurangan dampak perubahan iklim kepada kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam mendukung program ke9 dari 10 program pokok PKK mengenai kelestarian meningkatkan pengetahuan anggota PKK mengenai fenomena perubahan iklim, sehingga dapat melakukan upaya penyebaran informasi dan penyadartahuan di masyarakat khususnya kaum ibu atau perempuan di masing-masing kampung yang menjadi binaannya. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan inisiatif penyadartahuan dan membangun ruang belajar bagi perempuan agar bisa menyampaikan pendapat dan aspirasinya dalam bentuk pendidikan lingkungan ditingkat keluarga dan masyrakat binaan terkait masalah lingkungan, perubahan iklim dan pentingnya peran hutan dalam mitigasi perubahan iklim. lingkungan hidup, telah Upaya ini menjadi hal yang perlu mendapat dilaksanakan pada perhatian untuk memperkuat peran perempuan sebagai dan 14 bagian penting dalam masyarakat. Partisipasi perempuan 2014 di dalam menjaga dan melestarikan lingkungan, untuk tanggal November 13 Kecamatan Biduk-biduk. mengawasi Dalam pelatihan selama lingkungan akan memberikan dampak baik bagi pendidikan dua hari tersebut para di keluarga dan lingkungan sekitarnya. peserta yang merupakan perwakilan PKK dari 5 Untuk terjadinya mencapai kerusakan tujuan dan pencemaran tersebut, Yayasan Komunitas Belajar Indonesia (YAKOBI) dengan dukungan 3 The Regional kegiatan tindak lanjut dari pelatihan PKK yaitu Pelatihan Foresty Penyadartahuan untuk Anggota PKK dan Kaum Ibu Training Center For Asia mengenai Perubahan Iklim dan Peran Hutan dalam and the Pacific (RECOFTC) Mengurangi Dampak Perubahan Iklim di masing-masing akan Kampung. dari Community mengadakan pelatih kelompok pemberdayaan dan Kesejahteraan Tujuan keluarga (PKK) ditingkat akar rumput mengenai perubahan Tujuan dari penyadartahuan kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. perempuan 2. alumni yang merupakan perwakilan dari masing-masing kampung di kecamatan Biduk-biduk ini menjadi fasilitator dengan mengundang sekitar 20 peserta dari kampungnya Memperkuat kapasitas pengetahuan iklmu dan REDD+ pada 13-14 November 2014 lalu. Para dikalangan mengenai terutama kaum ibu atau perempuan untuk mengikuti pelatihan penyadartahuan dengn tema yang sama di masing-masing kampung. Dari 6 Kampung yang perubahan iklim dan peran melaksanakan kegiatan pelatihan ini, satu kampung yaitu hutan dalam mengurangi kampung Teluk Sumbang harus di tunda dari jadwal yang dampak perubahan iklim. sudah di rencanakan di bulan Desember karena kondisi Membangun kesadaran dikalangan kaum perempuan mengenai pendidikan upaya penyedartahuan di tingkat keluarga dan komunitas sekitar. Peserta Pelatihan ini di fasilitasi oleh peserta alumni yang mengikuti pelatihan untuk telah perjalanan ke kampung yang tidak memungkinkan yaitu musim gelombang besar dan kegiatan ini akan direncanakan ulang pada awal tahun 2015. Penyadartahuan ditingkat kampung ini dilaksanakan : NO PKK Waktu 1 Kampung Teluk Sulaiman 9 Desember 2014 2 Kampung Pantai Harapan 10 Desember 2014 3 Kecamatan Biduk - Biduk 13 Desember 2014 4 Kampung Biduk-Biduk 13 Desember 2014 5 Kampung Tanjung 14 Desember 2014 Perepat 6 Kampung Giring-giring 7 Kampung Teluk Sumbang 15 Desember 2014 Awal 2015 4 Proses Pembelajaran Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama penyadartahuan satu hari ini ditiap kampung. Dimana dalam pelatihan ini peserta mendapatkan pengetahuan mengenai perubahan iklim dan peran hutan dalam pengurangan dampak perubahan iklim. A. Kampung Teluk Sulaiman Kegiatan penyadartahuan kepada kelompok PKK di Kampung Teluk Sulaiman berlangsung selama satu hari pada tanggal 9 Desember 2014 di Kantor Kepala Kampung Teluk Sulaiman. Pada pelatihan ini peserta yang berjumlah 23 orang difasilitasi oleh 3 orang fasilitator yaitu Ibu Rusdiana, Ibu Fatimah dan Ibu Idawati yang merupakan alumni dari ToT (Training of Trainer) yang telah dilakukan pada 13-14 November 2014 yang lalu bertempat di kantor Kecamatan Biduk-biduk. Peserta mendapatkan pengetahuan mengenai perubahan iklim dan peranan hutan dalam pengurangan perubahan iklim dan REDD+. Kegiatan ini dimulai pada pukul 10.00 wita yang dibuka oleh sambutan dari Kepala Kampung Teluk Sulaiman yaitu Bapak Dahlan M, dan dilanjutkan oleh sambutan dari Gabriella Lissa selaku perwakilan dari RECOFTC serta sambutan oleh Nurul Auliani Saputri selaku perwakilan dari YAKOBI. Sesi pertama diawali dengan perkenalan diri antara peserta dan fasilitator. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai Perubahan Iklim oleh Ibu Rusdiana yang dimulai pada pukul 10.30 wita. Materi yang disampaikan pada sesi ini diawali dengan pertanyaan “bagaimana perubahan cuaca yang Anda rasakan saat ini?” dan kemudian dilanjutkan dengan materi mengenai pengertian serta perbedaan iklim dan cuaca. Pembahasan mengenai perubahan iklim diperagakan dengan simulasi Efek Rumah Kaca dengan menggunakan plastik bening yang dipraktekkan oleh salah satu perserta. 5 Pelatihan dilanjutkan dengan pembahasan materi mengenai pengertian efek rumah kaca, gas-gas rumah kaca dan sumber-sumber gas rumah kaca. Setiap materi yang diberikan disampaikan dengan menggunakan persentasi slide. Pada akhir sesi pertama dilaksanakan focus group discussion (FGD) dimana peserta dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan kelompok RT (Rukun Tetangga) masing-masing untuk mendiskusikan mengenai tanda-tanda perubahan cuaca dalam kurun waktu lama yang terjadi disekitar kampung serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi perubahan-perubahan tersebut dan perwakilan setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada seluruh peserta. Sesi kedua dimulai dengan materi yang membahas tentang pengertian hutan, fungsi hutan serta deforestasi dan degradasi hutan yang juga disampaikan oleh Ibu Rusdiana pada pukul 14.13wita. Dilanjutkan dengan pertanyaan “bagaimana hubungan Anda dengan hutan dan bagaimana perempuan berperan terhadap masalah deforestasi dan degradasi yang terjadi di sekitar kampung?” sebagai bahan diskusi kelompok yang akan dipresentasikan kembali dihadapan peserta yang lain. Selanjutnya, peserta mendapat penjelasan mengenai hutan kawasan karst, hubungan hutan dengan perubahan iklim dan REDD+. Diakhir sesi kedua diadakan diskusi terfokus mengenai “bagaimana perempuan berperan dalam pengurangan dampak perubahan iklim dan inisiatif apa yang dapat dilakukan”. 6 Masyarakat Kampung Teluk Sulaiman merasakan perubahan cuaca dari tahun ke tahun dimana musim angin, musim hujan, dan musim kemarau sudah tidak bisa diprediksi. Menurut penuturan salah satu peserta bahwa dulu nelayan masih menggunakan layar untuk melaut dengan menggunakan prediksi arah angin akan tetapi sekarang arah angin sudah tidak bisa diprediksi lagi sehingga berdampak pada penghasilan dan kehidupan rumah tangga. Abrasi pantai terjadi dari tahun ke tahun sehingga muncul upaya masyarakat untuk membuat cincin pemecah ombak (siring dan beronjong), menanam pohon di pekarangan rumah, menanam mangrove. Sedangkan hutan juga berperan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan hidup sebagian masyarakat kampung meskipun mereka berada di wilayah pesisir. Hutan menjadi tempat untuk mengambil kayu bakar dan kebutuhan bahan bangunan bagi masyarkat. Beberapa kepala keluarga selain berprofesi sebagai nelayan juga menjadi penyainsaw di dalam hutan. Sebagian dari mereka masuk hutan menyainsaw tanpa surat izin untuk memenuhi permintaan pembeli lokal untuk dijadikan bahan bangunan. Penyainsaw tersebut biasanya menyainsaw sambil bertani. Mereka membuka lahan di hutan kemudian dijadikan kebun. Sudah pernah ada penyuluhan dari dinas terkait hanya saja karena menyinsaw dijadikan sebagai mata pencharian jadi tersebut tetap dilakukan. Sebagian peserta mengatakan bahwa “kalau tidak menyainsaw mau makan apa?” Karena masyarakat di kampung tidak memiliki alternatif mata pencaharian lain. Kendala paling besar yang dihadapi di kampung ini adalah tidak adanya jaringan/signal sehingga sulit untuk membangun komunkasi dengan orang – orang di luar. Di Kampung Teluk Sulaiman banyak ditemukan kotoran sapi. Menurut salah seorang peserta kotoran sapi tersebut dibuatkan lubang, ditampung dan dibiarkan membusuk untuk dijadikan biogas. Sedangkan yang biasa dilakukan masyarakat untuk mengatasi sampahsampah yang ada di sekitar kampung adalah dengan mengubur sampah atau menggali lubang dan kemudian sampahnya ditimbun disamping ada juga yang mengolah sampah plastik menjadi kerajinan tangan. Sebagian dari peserta tampak sudah menyadari bahwa sampah yang dibakar bisa membahayakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Akan tetapi yang sangat disayangkan bahwa pada kenyataannya rata-rata penduduk di Kampung Teluk Sulaiman masih membakar sampahnya. 7 Proses pembelajaran antara peserta dan fasilitator berlangsung komunikatif dan pastisipatif. Fasilitator perlu mempersiapkan rencana belajar dengan matang sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik, baik dari segi waktu maupun media belajar. Kegiatan ini merupakan upaya untuk penyebarluasan informasi mengenai perubahan iklim yang tengah dihadapi saat ini serta bagaimana hutan dapat berperan dalam mengurangi dampak perubahan iklim kepada masyarakat khususnya kaum perempuan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman yang diimplementasikan dalam bentuk aksi nyata yang dilakukan dalam menghadapi perubahan iklim. B. Kampung Pantai Harapan Kegiatan penyadartahuan kepada kelompok PKK di Kampung Pantai Harapan berlangsung pada tanggal 10 Desember 2014 di gedung Balai Pertemuan Umum (BPU) Kampung Pantai Harapan. Peserta yang mengikuti pelatihan ini berjumlah 20 orang yang difasilitasi oleh Ibu Maemunah, Ibu Rosidah dan Ibu Samsiah yang merupakan pewakilan PKK yang menjadi alumni dari ToT Perubahan Iklim dan REDD+ pada bulan November 2014. Kegiatan ini dimulai pukul 09.40 dan di buka langsung oleh sambutan Seketaris Kampung Pantai Harapan, dilanjutkan dengan sambutan dari Gabriella Lissa selaku perwakilan dari RECOFTC dan Nurul Auliani Saputri selaku perwakilan dari YAKOBI. Pelatihan ini dimulai dengan pembahasan Perubahan Iklim oleh Ibu Maemunah, sama halnya dengan pelatihan yang di lakukan oleh alumni PKK Kampung Teluk Sulaiman sesi ini diawali dengan pertanyaan “bagaimana perubahan cuaca yang di rasakan saat ini oleh masyarakat kampung Pantai Harapan?" para peserta kebanyakan mengutarakan bahwa suhu mulai meningkat, seperti misalnya menjelang subuh dinginnya semakin bertambah dari sebelumnya, musim angin juga sudah tidak dapat diprediksi seperti dulu sehingga ini mengganggu jadwal para nelayan melaut dan berdampak pada perekonomian penduduk kampung. Kemudian 8 pembahasanpun dilanjutkan dengan materi mengenai pengertian serta perbedaan iklim dan cuaca, pengertian perubahan iklim, dan untuk membangun pemahaman yang lebih dalam kepada peserta tentang perubahan iklim dan efek rumah kaca dilakukan simulasi Efek Rumah Kaca dengan menggunakan plastik bening untuk membungkus salah satu dari peserta. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai gas-gas rumah kaca dan sumber-sumber gas rumah kaca. Setiap materi yang diberikan disampaikan dengan menggunakan persentasi slide. Pada sesi pertama dilakukan pula Focus Group Discussion (FGD) mengenai tandatanda perubahan cuaca dalam kurun waktu lama yang terjadi disekitar kampung serta upayaupaya yang dilakukan untuk mengatasi perubahan-perubahan tersebut dimana peserta dibagi menjadi empat kelompok secara acak dan mempresentasikan hasil diskusinya melalui perwakilan kelompok masing-masing. Pada sesi kedua setelah makan siang sekitar pukul 13.45wita pembahasan dilanjutkan mengenai peran hutan dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan REDD+ yang difasilitasi oleh Ibu Rosidah. Pada sesi kedua ini dilakukan lagi FGD untuk menggali lebih dalam mengenai manfaat hutan yang diperoleh masyarakat kampung Pantai Harapan, dan mengenai peran perempuan dalam mengurangi perubahan iklim. Dari hasil diskusi pada sesi pertama masyarakat kampung Pantai Harapan merasakan adanya perubahan iklim yang terjadi dari tahun ke tahun, perubahan arah angin yang tidak dapat diprediksi begitu pula dengan cuacanya yang cepat berganti menyebabkan mudahnya masyarakat terserang penyakit dan susahnya mendapatkan cadangan air tawar. Upaya yang 9 di lakukan oleh masyarakat kampung adalah dengan gerakan menanam pohon terutama pohon bakau, menyiapkan keperluan rumah tangga terutama sandang pangan, mencegah pembakaran hutan, pengelolaan sampah yang benar, serta tindakan selektif dalam mengambil keputusan saat ada perusahaan terutama perusahaan sawit yang akan masuk ke wilayah kampung. Diskusi selanjutnya mengenai manfaat hutan untuk masyarakat, para peserta menuturkan bahwa mereka memanfaatkan hutan untuk berburu burung dan palanduk (kijang), mengambil pohon untuk membuat perahu kecil untuk melaut dan mencari sumber air bersih. Pada sesi akhir pelatihan, para peserta merencanakan recana aksi mereka masingmasing salah satunya mulai menyebarkan informasi yang mereka dapat di pelatihan mengenai perubahan iklim dan peran hutan melalui kelompok-kelompok pengajian, arisan, acara masak, dan ada juga peserta yang berprofesi sebagai guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) akan menyampaikan kepada rekannya di Satuan Paud Sejenis (SPS) dan memberikan pengertian pada keluarganya untuk tidak menebang pohon berlebihan. Terlihat dari proses pembelajaran ini bahwa peserta punya antusias yang besar terhadap lingkungan, ini bisa dilihat dari bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada fasilitator, sehingga fasilitator harus siap dan memiliki kedalaman materi dalam pembahasan dalam kegiatan ini dan dapat menguasai kondisi pembelajaran. Kegiatan ini ditekankan untuk peserta dapat meyebarkan infomasi seluas-luasnya kepada masyarakat mengenai perubahan iklim, peran hutan dan REDD+, untuk itu dalam kegitan ini salah satu fasilitator akan menjadi pusat informasi bagi Tim YAKOBI untuk monitoring penyebaran informasi sesuai rencana aksi yang telah di bangun bersama peserta pada kegiatan pelatihan. Ibu Maemunah menjadi salah satu dari tiga faslitator yang akan menjadi pusat informasi di Kampung Pantai Harapan Kecamatan Biduk-Biduk. 10 C. Kecamatan dan Kampung Biduk- Biduk Pelaksanaan penyadartahuan oleh kelompok PKK di Kampung Biduk-biduk dilaksanakan pada 13 Desember 2014 di Kantor Kecamatan Bidukbiduk. Kegiatan dimulai pada pukul 09.28 oleh moderator yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Mars PKK serta pembacaan doa oleh Baharuddin. Sebagai pembuka, sambutan pertama disampaikan oleh Devi Yanti selaku Ketua PKK Kecamatan Biduk-biduk, dilanjutkan oleh sambutan dari Nurul Auliani selaku perwakilan dari YAKOBI. Pada kegiatan ini merupakan gabungan antara 20 peserta dari kelompok PKK Kecamatan Biduk-biduk dan 20 peserta dari kelompok PKK Kampung Biduk-biduk sehingga peserta yang hadir ditargetkan berjumlah 40 orang akan tetapi yang hadir hanya 29 orang. Pelatihan ini difasilitasi oleh empat orang fasilitator yaitu Baharuddin, Syarifah Mahani, Sumarsih dan Rohani. Sebelum materi sesi pertama dimulai diawali dengan kontrak belajar antara peserta dan fasilitator kelancaran demi proses pelatihan. Pada pertama sesi peserta mendapatkan pengetahuan perubahan dibawakan mengenai iklim yang oleh Baharuddin. Materi yang diberikan dengan disampaikan menggunakan 11 presentasi slide yang diawali dengan pertanyaan “bagaimana perubahan cuaca yang Anda rasakan saat ini?” untuk menggali informasi dari peserta mengenai perubahan cuaca yang terjadi di sekitar kampung Biduk-biduk dalam beberapa waktu terakhir. Dilanjutkan dengan materi perbedaan iklim dan cuaca, pengertian perubahan iklim dan Efek Gas Rumah Kaca. Untuk memberi gambaran jelas kepada peserta mengenai Efek Rumah Kaca yang merupakan penyebab perubahan iklim maka dilakukan simulasi Efek Rumah Kaca dengan meminta perwakilan masing-masing satu orang dari PKK Kecamatan Biduk-biduk dan satu orang dari PKK Kampung Biduk-biduk agar bisa menjadi bahan perbandingan bagi mereka. Simulasi tersebut berlangsung kurang lebih 10 menit dengan menggunakan plastik bening. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembahasan materi mengenai penyebab efek rumah kaca, tanda-tanda perubahan iklim, dampak perubahan iklim khususnya terhadap kehidupan masyarakat pesisir, pemutaran video mengenai perubahan iklim dan pada bagian akhir sesi pertama dilaksanakan FGD untuk membahas mengenai “apa yang akan terjadi di masa depan jika kita tidak mengurangi penyebab perubahan iklim?”. Peserta dikelompokkan menjadi lima kelompok berdasarkan kelompok RT (Rukun Tetangga). Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada seluruh peserta. Sesi kedua diawali dengan review materi terkait apa yang sudah didapatkan dari materi sesi pertama. Dilanjutkan dengan materi yang membahas tentang hutan dan hutan kawasan karst yang dibawakan oleh Ibu Sumarsih. “Manfaat apa yang Anda dapatkan dari hutan?” sebagai bahan diskusi kelompok yang akan dipresentasikan dihadapan peserta lain dengan mencoba mengajak peserta mengingat dan mendeskripsikan interaksi mereka selama ini dengan hutan. Selanjutnya, peserta mendapatkan pengetahuan mengenai deforestasi dan degradasi serta REDD+. Diadakan kembali FGD terkait bagaimana cara masyarakat kampung menjaga hutan, bagaimana perempuan dan masyarakat berperan dalam pengurangan dampak perubahan iklim serta rencana aksi apa yang akan dilakukan untuk mengurangi perubahan iklim. Di akhir sesi kedua, peserta diajak untuk mencoba menggali pengetahuan mengenai perubahan iklim dan peran hutan dalam pengurangan dampak perubahan iklim melalui evaluasi setelah proses pembelajaran usai. Pelatihan ini membuka wawasan peserta mengenai isu perubahan iklim dan peran hutan dan merupakan ajang sharing pengalaman dengan yang lain, termasuk diskusi yang dibangun untuk menggali kondisi lingkungan yang terjadi di kampung mereka. Perubahan 12 cuaca yang terjadi dalam jangka waktu yang lama seperti hujan, angin dan kemarau sangat berdampak dalam kehidupan sehari-hari masyarakat setempat seperti munculnya berbagai penyakit pada peralihan musim yang tidak menentu, kesulitan air bersih pada musim kemarau karena sebagian besar masyarakat masih menggunakan sumur, terjadi abrasi pantai serta penghasilan nelayan yang menurun drastis. Peserta pun sepertinya sangat menyadari bahwa keberadaan hutan sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka dengan munculnya jawaban-jawaban dari hasil diskusi kelompok bahwa banjir akan terjadi jika tidak ada hutan yang menyerap air, penebangan liar akan menyebabkan hewan di hutan tidak memiliki tempat tinggal, monyet dan babi akan berpindah ke jalanan dan pemukiman jika hutan habis, pertumbuhan anak-anak tidak maksimal karena sumber makanan berkurang, ikan di laut berkurang jika pemboman ikan di laut terus menerus dilakukan serta sampah plastik yang dibuang ke laut akan mengganggu ekosistem laut karena bisa hancur dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut kemudian menjadi ketakutan tersendiri yang dirasakan oleh peserta sehingga muncul insiatif untuk memunculkan upaya menjaga lingkungan seperti melindungi hutan yang ada karena “menjaga hutan lebih mudah daripada menanam kembali”, memberitahu masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan melalui PHBS (Perilaku Hidup Sehat dan Bersih), menanam pohon mangrove, mendaur ulang sampah, memisahkan sampah organik dan anorganik serta mengurangi membakar sampah dan tidak melakukan pemboman ikan di laut. Kehadiran peserta yang tidak tepat waktu menjadi kendala dalam pelaksanaan pelatihan. Kegiatan dijadwalkan pada pukul 08.00 akan tetapi kegiatan dimulai pada pukul 09.20 sehingga jadwal kegiatan bergerser dari jadwal semula. Selain itu karena kondisi ruangan yang tidak memungkinkan untuk menampung peserta sebanyak 29 orang sehingga pada pergantian sesi kedua kegiatan yang semula diadakan di ruang rapat kantor Kecamatan Biduk-biduk dipindahkan ke pendopo kantor Kecamatan Biduk-biduk. Dilakukan penyederhanaan materi yang disampaikan melalui presentasi slide mengingat keterbatasan fasilitator pada dua kampung sebelumnya yaitu Kampung Teluk Sulaiman dan Kampung Pantai Harapan utnuk menjelaskan beberapa istilah sehingga dirasa perlu dilakukan penyederhanaan materi tanpa mengurangi esensinya sehingga materi bisa tersampaikan dengan baik kepada peserta. Proses pembelajaran antara peserta dan faslitator berlangsung 13 komunikatif. Terbukti dengan semangat peserta untuk memunculkan beberapa lagu penyemangat sebelum menyampaikan hasil diskusi kelompok dihadapan peserta lain. Pelatihan ini ditekankan untuk peserta dapat meyebarkan infomasi seluas-luasnya kepada masyarakat mengenai perubahan iklim serta peran hutan dan REDD+ baik di lingkungan keluarga, tetangga, kelompok sosial maupun di lingkungan sekolah. Dua orang fasilitator yaitu Bapak Baharuddin dan Ibu Sumarsih menjadi pusat informasi bagi Tim YAKOBI untuk monitoring penyebaran informasi sesuai rencana aksi yang telah di bangun bersama peserta pada kegiatan pelatihan. D. Kampung Tanjung Perepat Kegiatan penyadartahuan kepada kelompok PKK di Kampung Tanjung Perepat berlangsung pada tanggal 14 Desember Kantor 2014 BPU Tanjung di Kampung Perepat. Pada pelatihan ini peserta yang hadir berjumlah 21 orang difasilitasi orang Naimah, dan oleh fasilitator empat yaitu Elvi, Arbaiyyah Sahria. Peserta mendapatkan pengetahuan mengenai perubahan iklim dan peranan hutan dalam pengurangan perubahan iklim dan REDD+. Kegiatan dimulai pada pukul 09.41 dengan pembukaan oleh moderator, dilanjutkan dengan pembacaan doa dan dibuka oleh sambutan dari Sekretaris Kampung Tanjung Perepat perwakilan dari YAKOBI. 14 Sesi pertama diawali dengan kontrak belajar bersama yang dilanjutkan dengan perkenalan diri antara peserta dan fasilitator. Pemaparan materi mengenai Perubahan Iklim oleh Ibu Arbaiyyah yang dimulai pada pukul 10.25. Materi yang disampaikan pada sesi ini diawali dengan pertanyaan “bagaimana perubahan cuaca yang Anda rasakan saat ini?” Dilanjutkan dengan materi mengenai perbedaan iklim dan cuaca, pengertian perubahan iklim dan efek gas rumah kaca. Dilakukan simulasi Efek Rumah Kaca dengan menggunakan plastik bening yang dipraktekkan oleh dua orang perserta. Setelah itu, pembahasan materi mengenai penyebab efek rumah kaca dan diskusi kelompok mengenai “bagaimana perubahan cuaca yang terjadi di sekitar kampung dalam jangka waktu yang lama dan apakah perubahan yang trejadi berdampak dalam kehidupan sehari-hari?”. Dilanjutkan dengan materi tanda-tanda perubahan iklim, dampak perubahan iklim khususnya bagi masyarakat pesisir, pemutaran video mengenai perubahan iklim, serta diskusi kelompok yang membahas mengenai “apa yang akan terjadi di masa depan jika kita tidak mengurangi penyebab perubahan iklim?”. Materi dan bahan diskusi yang diberikan disampaikan dengan menggunakan persentasi slide. Pada diskusi kelompok peserta dikelompokkan menjadi empat kelompok berdasarkan kelompok RT (Rukun Tetangga) masing-masing. Perwakilan setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada seluruh peserta. Sesi kedua dimulai dengan mereview materi yang telah dibahas pada sesi pertama. Materi yang disampaikan pada sesi ini mengenai hutan, hutan kawasan karst dimulai pada pukul 14.00 yang disampaikan oleh Ibu Mainah. Dilanjutkan dengan diskusi kelompok mengenai “manfaat apa yang didapatkan dari hutan?”. Peserta kemudian mendapatkan penjelasan mengenai deforestasi dan degradasi, pengenalan REDD+ serta mengenai sedikit Program Karbon Hutan Berau (PKHB) yang dilanjutkan dengan diskusi kelompok untuk mengetahui bagaimana cara masyarakat menjaga hutan yang ada 15 di sekitar kampung, bagaimana perempuan dan masyarakat berperan dalam pengurangan dampak perubahan iklim serta bagaimana rencana aksi yang akan dilakukan untuk mengurangi perubahan iklim. Di akhir sesi kedua, peserta diajak untuk mencoba menggali pengetahuan mengenai perubahan iklim dan peran hutan dalam pengurangan dampak perubahan iklim melalui evaluasi setelah proses pembelajaran usai. Tidak jauh berbeda dengan beberapa kampung sebelumnya, Kampung Tanjung Perepat merasakan hal yang sama terkait perubahan cuaca yang terjadi di sekitar kampung dimana cuaca semakin sulit diprediksi sehingga berpengaruh kepada mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Menurut penuturan peserta pada musim angin dan musim hujan nelayan tidak bisa melaut sehingga berdampak pada kehidupan rumah tangga dan penghasilan serta pada musimmusim tersebut PLN lebih sering mati karena banyak pohon kelapa yang tumbang mengingat di sepanjang jalan Kecamatan Bidukbiduk dijumpai pohon kelapa dalam jumlah yang banyak. Dampak lain yang dirasakan adalah munculnya berbagai penyakit seperti diare, batuk, pilek, asma dan demam berdarah. Begitupun juga dengan sumber air tawar yang susah ditemukan pada saat musim kemarau. Abrasi pantai pun terjadi akibat kenaikan permukaan air laut. Sedangkan peran hutan tidak begitu dirasakan memberikan kontribusi kepada masyarakat Kampung Tanjung Perepat disebabkan karena lokasi hutan yang jauh dari kampung. Namun sebagian masyarakat kampung sadar betul bahwa meskipun mereka berada di wilayah pesisir keberadaan hutan harus tetap dijaga melalui upaya-upaya seperti penanaman hutan kembali, mengurangi penebangan liar, tidak membuang punting rokok disekitar hutan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan, mengurangi penggunaan kertas yang berlebihan, tidak mencoret pohon dan tidak merusak pohon. 16 Proses pelatihan di Kampung Tanjung Perepat berjalan baik, terlihat dari kesiapan fasilitator baik dari segi penguasaan materi maupun pelaksanaan kegiatan. Pada akhir kegiatan, peserta pelatihan menuliskan rencana aksi yang akan dilakukan sebagai upaya penyebarluasan informasi mengenai perubahan iklim yang tengah dihadapi saat serta bagaimana hutan dapat berperan dalam mengurangi dampak perubahan iklim kepada masyarakat. Beberapa peserta menargetkan menyebarluaskan informasi kepada keluarga, tetangga, teman, anak didik di lingkungan sekolah, acara arisan, shalawatan dan organisasi karang taruna. Ibu Mainah menjadi pusat informasi bagi Tim YAKOBI untuk monitoring penyebaran informasi di Kampung Tanjung Perepat. E. Kampung Giring-giring Pelatihan di Kampung Giring-giring dilaksanakan pada 15 Desember 2014 di Kantor Kepala Kampung Giring-giring. Acara dimulai pukul 09.05 diawali dengan pembacaan doa dan sambutan dari perwakilan aparat kampung serta sambutan dari perwakilan YAKOBI. Kegitan ini difasilitasi oleh Ibu Nur Laila, Ibu Nur Hidayah dan Ibu Sarkiah yang telah mengikuti ToT pada bulan November lalu. Peserta yang mengikuti kegitan pelatihan di Kampung Giringgiring ini berjumlah 21 peserta. Pada sesi pertama diawali dengan pembahasan perubahan iklim yang di fasilitasi oleh Ibu Nur Laila. Dilanjutkan dengan materi mengenai perbedaan iklim dan cuaca, pengertian perubahan iklim. Untuk membangun pemahaman yang lebih dalam kepada peserta tentang perubahan iklim dan efek rumah kaca kemudian dilakukan simulasi Efek Rumah Kaca dengan menggunakan plastik bening untuk 17 membungkus salah satu sukarelawan dari peserta yang hadir. Setelah itu pembahasan gas-gas rumah kaca dan sumber-sumber gas rumah kaca. Setiap materi yang diberikan disampaikan dengan menggunakan persentasi slide dan menampilkan beberapa video tentang dampak perubahan iklim yang terjadi di bumi akibat aktivitas manusia. Begitu pula dengan teknik FGD yang dilakukan dua kali pada sesi ini untuk menggali informasi peserta tentang perubahan cuaca dan iklim yang dirasakan saat ini, apa pengaruhnya pada kehidupan mereka sehari-hari, dan bagaimana masa depan masyarakat jika tidak mengurangi aktifitas-aktifitas yang menjadi penyebab perubahan iklim. Pada sesi kedua pembahasan mengenai peran hutan serta REDD+ difasilitasi oleh Ibu Nur Hidayah, namun sebelum masuk materi kedua terlebih dahulu peserta diajak untuk mengingat kembali point penting pada pembahasan pertama mengenai perubahan iklim. Pembahasan tentang hutan membahas mengenai hutan kawasan karst yang ada di Kecamatan Biduk-biduk dan potensi hutan magrove yang ada disekitar kampung. Pemanfaatan hutan bagi manusia dibahas dalam sesi kedua ini, bagaimana interaksi masyarakat kampung dengan hutannya dan mengenai deforestasi dan degredasi hutan, serta hadirnya REDD+ sebagai upaya menjaga kelestarian hutan demi mengurangi dampak perubahan iklim yang sudah terjadi dan semakin ekstrim terutama bagi masyarakat pesisir. Dari hasil diskusi peserta, dapat disimpulkan masyarakat Terlihat bahwa sebagian peserta sudah mulai Kampung memahamiGiring-giring m mengenai perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkan jika tidak mengurangi aktifitas yang memicu terjadinya perubahan iklim. Menurut peserta, jika perubahan iklim terus terjadi maka kenaikan permukaan air laut bisa terjadi, abrasi pantai, air di Labuan Cermin bisa mengering, begitupun juga tanah longsor yang disebabkan karena penebangan liar. Untuk mencegah hal tersebut, peserta mengatakan bahwa ada bebrerapa 18 hal yang bisa dilakukan seperti melakukan penenaman pohon atau reboisasi, membuat apotik hidup di depan rumah, melakukan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), memberi sanksi jika ada penebangan liar, menggiatkan kembali gotong royong setiap hari jumat, menanam pohon mangrove untuk mencegah abrasi pantai, mengurangi membakar sampah dan tidak membuang sampah ke laut. Masyarakat Kampung Giring-giring memanfaatkan hutan untuk mengambil kayu sebagai bahan bangunan, mencari kayu bakar, mengambil rotan dan bambu hutan, mencari tanaman obat, mengambil madu untuk di jual dan hutan sebagai lahan untuk bertani dan berkebun.Pada sesi akhir pelatihan, para peserta merencanakan recana aksi mereka masingmasing salah satunya mulai menyebarkan informasi yang mereka dapat di pelatihan mengenai perubahan iklim dan peran hutan kepada keluarga, tetangga, warga di RTnya dan masing-masing menargetkan 5 orang sampai 30 orang untuk penyerbarluasan informasi ini. Terlihat dari proses pembelajaran ini bahwa peserta dan faslitator begitu aktif dan punya antusias yang besar terhadap lingkungan. Kegiatan ini ditekankan untuk peserta dapat meyebarkan infomasi seluasnya kepada masyarakat mengenai perubahan iklim, peran hutan dan REDD+. Sehingga perlu adanya salah satu fasilitator yang akan menjadi pusat informasi bagi Tim YAKOBI untuk memonitoring penyebaran informasi sesuai rencana aksi yang telah di bangun bersama peserta pada kegiatan pelatihan. Ibu Nur Laila menjadi salah satu dari tiga fasilitator yang akan menjadi pusat informasi di Kampung Giring-giring Kecamatan Biduk-Biduk. 19 Identifikasi Masalah Pelaksanaan pelatihan ini telah di lakukan pada lima kampung dan satu kecamatan. Para peserta mayoritas merupakan ibu rumah tangga sehingga mulainya acara agak mundur untuk menunggu peserta datang. Selama pelatihan penyadartahuan ini berlangsung, terlihat para fasilitator masih terkendala dengan materi yang akan diberikan kepada peserta kampung, sehingga diperlukan waktu untuk mengulang kembali materi pembahasan kepada para fasilitator dari PPK untuk siap menfasilitasi masyarakat yang diundang dalam pelatihan. Keterbatasan penggunaan mendia elektronik juga menjadi kendala para fasilitator dalam mendukung kegiatan pelatihan yang dilakukan. Selama kegiatan pelatihan di lima kampung dan satu kecamatan ini, keterbatasan komunikasi dibeberapa kampung yang sinyalnya tidak ada membuat konfirmasi untuk memastikan tanggal kegiatan di tiap kampung kurang maksimal. Terutama untuk pelaksanaan kegiatan 20 pelatihan di kampung Teluk Sumbang selain kesulitan sinyal, letak geografis kampung ini juga cukup jauh di banding kampung lainnya karena harus menaiki transportasi air untuk bisa sampai disana, jadwal yang sudah ditentukan bersama PKK kampong Teluk Sumbang harus di tunda pada bulan Desember 2014 karena dilapangan saat itu kondisi perjalanan ke kampung yang tidak memungkinkan karena sedang masuk musim angin kuat dan gelombang besar, untuk kegiatan ini akan direncanakan ulang pada awal tahun 2015. Demi tercapainya penyadartahuan yang lebih luas mengenai perubahan iklim dan REDD+ bagi para fasilitator PKK kampung menjadi penting adanya Rencana Aksi yang sudah dibuat oleh masing-masing kampung, sehingga bisa menjadi motivasi masyarakat untuk menyebarkan informasi menganai perubahan iklim dan peran hutan dalam mitigasi perubahan iklim termasuk juga REDD+. Karena keterbatasan penggunaan listrik dan alat elektronik seperti laptop, dirasakan penting pula dipikirkan bersama untuk bisa membuat modul pembelajaran sederhana yang bisa dibawa kemana saja oleh peserta dan fasilitator pkk kampung untuk mempermudah penyebaran informasi kepada masyarakat yang belum mengerti mengenai perubahan iklim dan peran hutan tertama penjelasan mengenai REDD+ yang disakana sebagian peserta masih sulit untuk dipahami. 21 Lampiran 1 Kerangka Acuan Pelatihan Penyadartahuan untuk Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan Peran Hutan Latar Belakang Pelatihan mengenai perubahan iklim dan peran hutan dalam pengurangan dampak perubahan iklim kepada kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam mendukung program ke-9 dari 10 program pokok PKK mengenai kelestarian lingkungan hidup, telah dilaksanakan pada tanggal 13 dan 14 November 2014 di Kecamatan Bidukbiduk. Dalam pelatihan selama dua hari tersebut para peserta yang merupakan perwakilan PKK dari 5 kampung di kecamatan Biduk-biduk ini telah melakukan identifikasi perubahan kondisi alam yang terjadi disekitarnya, membangun kesadaran untuk menanggulangi dampak peruabhan kondisi alam tersebut. Begitu pula halnya dengan pemahaman mengenai peran hutan dalam kehidupan mereka terutama kepada memitigasi dampak perubahan iklim. Pelatihan ini bukan hanya untuk memberikan informasi dan penyadartahuan di kalangan Kelompok PKK, namun bertujuan penting untuk memingkatkan pengetahuan anggota PKK mengenai Perubahan Iklim, sehingga dapat melakukan upaya penyebaran informasi dan penyadartahuan di masyarakat khususnya kaum ibu atau perempuan di Kampung masing-masing. Serta dapat memberikan sebuah inisiatif penyadartahuan mengenai isu perubahan iklim yang dapat diimplementasikan untuk membangun ruang belajar bagi perempuan agar bisa menyampaikan pendapat dan aspirasinya terhadap kesadaran ditingkat akar rumput terkait perubahan iklim dan peran hutan dalam mitigasi perubahan iklim. Upaya ini menjadi hal yang perlu mendapat perhatian untuk memperkuat peran perempuan sebagai bagian penting dalam masyarakat. Partisipasi perempuan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan, untuk mengawasi terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan akan memberikan dampak baik bagi pendidikan di keluarga dan lingkungan sekitarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Yayasan Komunitas Belajar Indonesia (YAKOBI) dengan dukungan dari The Regional Community Foresty Training Center For Asia and the Pacific (RECOFTC) akan mengadakan kegiatan tindak lanjut dari pelatihan PKK yaitu Pelatihan Penyadartahuan untuk anggota PKK dan kaum Ibu mengenai perubahan iklim dan peran hutan dalam mengurangi dampak perubahan iklim di masing-masing kampung. Tujuan 22 Tujuan dari penyadartahuan ini adalah : 1. Memperkuat kapasitas pengetahuan dikalangan perempuan mengenai perubahan iklim dan peran hutan dalam mengurangi dampak perubahan iklim. 2. Membangun kesadaran dikalangan kaum perempuan mengenai pendidikan upaya penyedartahuan dintingkat keluarga dan komunitas sekitar. Hasil yang diharapkan Dalam pelaksanaan penyadartahuan oleh kelompok PKK dikalangan perempuan mengenai perubahan iklim dan peran hutan dalam mitigasi perubahan iklim, hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Penyebaran informasi di tingkat kampung oleh anggota PKK Kampung sebagai alumni pelatihan mengenai perubahan iklim dan peran hutan dalam pengurangan dampak perubahan iklim di masyarakat khusunya para kaum ibu/perempuan. 2. Peningkatan kesadaran dan kepedulian di masyarakat khususnya kaum ibu/perempuan mengenai perubahan iklim dan peran hutan dalam pengurangan dampak perubahan iklim di tingkat kampung . Metodologi Penyadartahuan yang dilakukan oleh Tim PKK Kampung yang telah mengikuti pelatihan, akan belangsung selama satu hari dimasing-masing kampung sesuai jadwal yang telah disepakati. Pelatihan ini difasilitasi langsung oleh anggota PKK yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya. Yakobi akan mendampingi tim PPK selama prorses penyadartahuan berlangsung di masig-masing Kampung. Waktu dan Tempat Penyadartahuan ditingkat kampung ini di laksanakan : NO 1 2 3 5 5 6 PKK Kecamatan Biduk-biduk Kampung Biduk-biduk Kampung Giring-giring Kampung Teluk Sulaiman Kampung Pantai Harapan Kampung Teluk Sumbang Waktu 13 Desember 2014 13 Desember 2014 15 Desember 2014 9 Desember 2014 10 Desember 2014 Tentatif 7 Kampung Tanjung Perepat 14 Desember 2014 23 Peserta Kampung yang mengikuti kegiatan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kecamatan Biduk-biduk Kampung Tanjung Prepat Kampung Biduk-biduk Kampung Giring-giring Kampung Teluk Sulaiman Kampung Teluk Sumbang Kampung Pantai Harapan Agenda Pelatihan akan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah di sepakati masing-masing kampung dengan estimasi penyelenggaraan kegiatan yaitu satu hari. Pokok pembahasan dalam penyadartahuan ini adalah mengenai dua materi pokok yang ada dalam pelatihan pertama yaitu mengenai perubahan iklim dan peran hutan dalam mengurangi dampak perubahan iklim. 24 Lampiran 2 Pelatihan Teluk Sulaiman 25 Pantai Harapan 26 Kecamatan dan Kampung Biduk-biduk 27 Tanjung Perepat 28 Giring-giring 29 Lampiran 3 Absensi Peserta 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41