1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LUBUKLINGGAU Oleh: Delsi Heriska1, Ria Dwi Jayati, M.Pd.2, Destien Atmi Arisandy, M.Pd.3 STKIP-PGRI Lubuklinggau ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Pengaruh Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau. Populasi penelitian ini berjumlah 441 siswa dan sebagai sampelnya adalah kelas VIII.7 dan VIII.6 yang diambil secara acak. Kelas VIII.7 diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW), sedangkan kelas VIII.6 diberi pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Nilai rata-rata siswa untuk kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) sebesar 75,44, sedangkan untuk kelas yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional sebesar 71,05. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan rumus uji t pada taraf signifikan = 0,05, diperoleh t hitung (2,14) > t tabel (1,67), dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau. Kata Kunci : Think Talk Write (TTW), Hasil Belajar, Biologi. A. PENDAHULUAN Pembelajaran biologi di sekolah merupakan wahana menumbuhkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran biologi tidak hanya mengacu pada kemampuan intelektual siswa saja, melainkan keaktifan dan keterlibatan siswa secara langsung dalam suatu proses pembelajaran untuk membangun pengetahuannya sendiri. Seorang guru dengan kemampuannya harus mampu menciptakan suasana belajar yang menimbulkan minat belajar dan daya tarik terhadap materi biologi yang akan diajarkan. Penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah perlu karena untuk mempermudah berlangsungnya proses pembelajaran biologi sehingga mencapai hasil yang lebih optimal (BNSP, 2006:266). 2 Berdasarkan hasil observasi awal dengan mewawancarai guru IPA yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau pada tanggal 16 Maret 2016, diketahui bahwa ada beberapa permasalahan yang terjadi saat proses pembelajaran IPA berlangsung seperti siswa kurang mempunyai keinginan untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini mengakibatkan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPA belum optimal atau baru mencapai 67,52 yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Sedangkan bila dirincikan terdapat 325 siswa (73,70%) yang tuntas dan 116 siswa (26,30%) yang belum tuntas dengan jumlah keseluruhan siswa 441 orang. Salah satu solusi yang diperlukan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi guru SMP Negeri 2 Lubuklinggau dalam proses pembelajaran tersebut ialah penggunaan model pembelajaran yang dapat mengakomodasikan siswa untuk lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar yakni dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru di sekolah adalah model pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang dirasa cocok untuk menggali pengetahuan siswa dalam berpikir kritis dan meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih optimal. Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) merupakan pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan siswa untuk berpikir dan berdiskusi dengan teman-temannya sebelum menuliskan jawabannya. Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dibangun melalui kegiatan berpikir melalui bahan bacaan, berbicara mengenai hasil bahan bacaannya yang dikomunikasikan dengan presentasi, dan menulis atau membuat laporan hasil presentasinya. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sama dengan orang lain dalam memecahkan suatu masalah dengan cara berdiskusi kemudian siswa dapat mengomunikasikan pengetahuan diperolehnya secara lisan maupun tulisan (Ngalimun, 2012:170). Melalui penerapan model TTW, siswa diajak untuk berpikir melalui bahan bacaan berupa buku referensi secara individual kemudian membuat catatan kecil mengenai materi yang telah dibaca. Hasil bacaan dikomunikasikan dengan talk yaitu 3 diskusi kelompok yang dapat meningkatkan aktivitas lisan siswa. Diskusi merupakan proses tatap muka interaktif antar siswa dalam bertukar ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab pertanyaan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman atau membuat keputusan. Tahap terakhir dalam model ini adalah write yaitu mengkonstruksi pengetahuan hasil dari think dan talk secara individual yang dapat meningkatkan aktivitas menulis siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau”. B. LANDASAN TEORI Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dibangun melalui proses berpikir, berbicara dan menulis. Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan masalah. Menurut Ngalimun (2012:170) yang menyatakan bahwa “Model Think Talk Write (TTW) dibangun melalui kegiatan berpikir melalui bahan bacaan, berbicara mengenai hasil bahan bacaannya yang dikomunikasikan dengan presentasi, dan menulis atau membuat laporan hasil presentasinya”. Menurut Suhana (2015:81) menyatakan bahwa “Model Think Talk Write (TTW) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sama dengan orang lain dalam memecahkan suatu masalah dengan cara berdiskusi kemudian siswa dapat mengomunikasikan pengetahuan yang telah diperolehnya secara lisan maupun tulisan”. Sementara menurut Majid (2009:121) menyatakan bahwa “Model TTW merupakan model belajar yang mengajak siswa untuk berpikir melalui bahan bacaan berupa buku referensi secara individual kemudian membuat catatan kecil mengenai materi yang telah dibaca. Hasil bacaan dikomunikasikan dengan talk yaitu diskusi kelompok yang dapat meningkatkan aktivitas lisan siswa”. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Think Talk Write (TTW) adalah pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan siswa dalam berpikir (Think) setelah proses membaca bahan bacaan mengenai materi, kemudian tahap berbicara (Talk) siswa diminta bertukar pikiran dengan teman kelompoknya 4 sesuai dengan solusi yang mereka peroleh masing-masing, selanjutnya menulis (Write) melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan. Langkah-langkah model Think Talk Write (TTW) dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Siswa diajak untuk berpikir melalui bahan bacaan berupa berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. 2. Siswa membuat catatan kecil mengenai bahan bacaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dibaca. 3. Siswa melakukan presentasi mengenai bahan bacaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang telah dibaca. 4. Siswa berdiskusi kelompok untuk bertukar ide tentang bahan bacaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS). 5. Siswa mengkonstruksi pengetahuan hasil dari think dan talk dengan menulis jawaban-jawaban yang ada di dalam bahan bacaan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) secara individual. Model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik. Menurut Suhana (2015:82) kelebihan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang sering terlihat dalam penerapan pembelajaran adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain dalam memecahkan suatu masalah dengan cara berdiskusi dan siswa dapat mengkomunikasikan pengetahuan yang telah diperolehnya secara lisan maupun tulisan. Sedangkan kekurangan model Think Talk Write (TTW) adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pelaksanaanya karena memiliki tahap write dimana siswa harus menyusun jawaban secara individu setelah tahap think dan talk sehingga alokasi waktu untuk penyampaian hasil diskusi sangat terbatas. Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan secara intelektualitas dalam kehidupannya. Gagne (dalam Suhana, 2014:7) menyatakan bahwa belajar adalah “Suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman”. Belajar dapat diartikan suatu usaha yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah 5 laku atau kemampuan yang telah dicapai seseorang melalui suatu aktivitas. Perubahan tersebut bukanlah diperoleh secara langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah (Slameto, 2010:2). Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan dan perkembangan pada diri siswa. Menurut Suprijono (2009:7) menyatakan bahwa hasil belajar adalah “Perubahan peristiwa secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja”. Artinya, hasil pembelajaran dikategorisasi oleh para pakar pendidikan merupakan bukan aspek kemanusiaan saja tidak dilihat secara fragmentaris, komprehensif. Sedangkan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2009:3) mendefinisikan bahwa hasil belajar merupakan “Hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Sesuai pendapat Bloom (dalam Suprijono, 2009:7) hasil belajar mencakup “Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku, sikap, motivasi, minat, dan pengetahuan yang ditunjukkan setelah interaksi tindak belajar mengajar dalam pembelajaran biologi pada ranah kognitif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau. C. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni, yaitu jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan, yaitu adanya kelompok lain (kontrol) yang ikut mendapatkan pengamatan (Arikunto, 2010:124). Desain eksperimen yang digunakan berbentuk Control group pre-test-pos-test menurut Arikunto (2010:125) dapat digambarkan: E O1 X2 O2 K O3 X2 O4 Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 441 orang yang terdiri dari 11 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII.7 yang berjumlah 39 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.6 yang berjumlah 40 siswa sebagai kelas kontrol. 6 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes yang digunakan berbentuk tes pilihan ganda yang diberikan sebanyak dua kali yaitu sebelum pembelajaran (pre-test) di kelas eksperimen dan kontrol dan sesudah pembelajaran (post-test) di kelas eksperimen dan kontrol. Tes awal diberikan untuk melihat kemampuan awal siswa dan tes akhir diberikan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dalam materi struktur dan jaringan tumbuhan. Teknik analisis data dalam penelitian ini terhadap data hasil belajar biologi adalah menentukan nilai rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas data, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata. Sebelum pelaksanaan penelitian dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes yang bertujuan untuk mengetahui kualitas soal yang dilaksanakan. Berdasarkan hasil uji coba instrumen sebanyak 30 butir soal, diketahui bahwa 21 soal dinyatakan valid dan 9 soal tidak dapat dipakai karena soal tidak valid. Serta diperoleh koefisien realibilitas sebesar 0,58, hal ini berarti instrumen penelitian memiliki derajat reliabilitas sedang sehingga dapat dipercaya sebagai alat ukur. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil pre-test diperoleh bahwa nilai rata-rata pada pre-test untuk kelas eksperimen sebesar 66,69 dan kelas kontrol sebesar 66,50. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Setelah dianalisis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (uji t) pada taraf signifikan = 0,05 dan dk = 60 menunjukkan nilai t tabel < t hitung < t tabel (2,00 < 0,09 < 2,00) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian hipotesis disimpulkan “Tidak ada perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol”. Berdasarkan data hasil post-test diperoleh bahwa nilai rata-rata pada post-test untuk kelas eksperimen sebesar 75,44 dan kelas kontrol sebesar 71,05. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa kemampuan akhir siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Setelah dianalisis dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (uji t) menunjukkan nilai t hitung > t tabel (2,14 < 1,67) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang 7 diajukan dalam penelitian ini terbukti. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Pembahasan Masalah yang dibahas dalam penelitian ini ialah adakah ada pengaruh model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau. Penelitian ini didahului dengan melakukan uji coba instrumen yang bertujuan untuk mengetahui kualitas dari instrumen soal, karena suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila memiliki persyaratan tes diantaranya melakukan uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas IX.4 SMP Negeri 2 Lubuklinggau dengan jumlah 42 siswa pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Hasil dari uji coba instrumen tersebut diperoleh bahwa dari 30 soal uji instrumen terdapat 21 soal dinyatakan valid dan digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian, karena nilai rhitung > rtabel dengan tingkat reliabilitas dalam kategori sedang. Sedangkan hasil uji daya pembeda terdapat tiga soal yang memiliki daya pembeda cukup, empat soal yang memiliki daya pembeda baik, sebelas soal yang memiliki daya pembeda jelek, tujuh soal yang memiliki daya pembeda sangat baik, dan lima soal yang memiliki daya pembeda sangat jelek. Demikian juga, hasil uji tingkat kesukaran terdapat dua puluh delapan soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang dan dua soal yang memiliki tingkat kesukaran mudah. Setelah uji coba instrumen dilakukan, peneliti melakukan pengambilan sampel dengan cara acak atau random melalui teknik undian. Hasil undian yang dilakukan, terpilih kelas VIII.7 yang berjumlah 39 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.6 yang berjumlah 40 siswa sebagai kelas kontrol. Tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen dan kontol dilakukan sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan pembelajaran konvensional. Penelitian ini diawali dengan melakukan tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen dan kontol yang dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan pembelajaran konvensional. Hasil tes awal (pre-test) yang telah diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dari nilai rata-rata pre-test kelas eksperimen sebesar 75,44 8 dan nilai rata-rata pre-test kelas kontrol sebesar 71,05. Setelah diketahui kedua nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelas kontrol dalam kegiatan tes awal (pre-test), kemudian didapat nilai simpangan baku pada kelas eksperimen sebesar 9,01 dan pada kelas kontrol sebesar 9,58. Setelah melakukan tes awal (pre-test), peneliti memberikan perlakuan (treatment) pada kelas eksperimen dan kontrol. Kegiatan treatment pada pertemuan pertama di kelas eksperimen dalam materi struktur jaringan tumbuhan dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW), terdapat beberapa hambatan yang dihadapi siswa, yaitu saat dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terlihat kondisi kelas menjadi sedikit gaduh serta dapat menyita waktu belajar dan beberapa siswa yang kurang antusias. Peneliti membentuk beberapa kelompok belajar yang masing-masing berjumlah 4-5 orang, tetapi hanya 2 kelompok belajar yang dapat bekerja sama mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik, sedangkan kelompok belajar lainnya kurang bisa bekerja sama sehingga mengakibatkan mereka kesulitan mengerjakan tugas yang diberikan. Hal ini disebabkan 2 kelompok tersebut cenderung hanya ingin berkelompok atas dasar keakraban saja, sehingga peneliti mencoba memberikan pendekatan berupa memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih meningkatkan kerja sama mereka dalam kelompok, karena model pembelajaran Think Talk Write (TTW) lebih mengutamakan kerja sama kelompok belajar. Kegiatan treatment pada pertemuan kedua di kelas eksperimen dalam materi fungsi jaringan tumbuhan dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW), terdapat beberapa hambatan yang dihadapi, yaitu beberapa siswa dalam tiap kelompok yang kurang antusias dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Peneliti juga membentuk kelompok belajar yang masing-masing berjumlah 4-5 orang dalam kegiatan treatment pada pertemuan kedua ini. Terdapat kemajuan dalam berkerja sama mengerjakan tugas yang diberikan, karena 6 kelompok belajar sudah dapat bekerja sama dengan baik mengerjakan tugas yang diberikan dan hanya sebagian kecil kelompok belajar yang masih kesulitan bekerja sama mengerjakan tugas sehingga guru harus memberikan pendekatan kepada siswa dalam kelompok belajar tersebut untuk meningkatkan motivasi dan kerja sama mereka dalam mengerjakan tugas yang diberikan. 9 Setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kontrol, kemudian peneliti melakukan tes akhir (post-test) pada kelas eksperimen dan kontrol. Bila diuraikan hasil tes materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan siswa setelah diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) (Post-test) di kelas eksperimen lebih meningkat dari hasil tes dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dengan nilai rata-rata tes akhir (post-test) yang diperoleh siswa kelas eksperimen adalah 75,44 lebih dari nilai rata-rata hasil tes akhir (post-test) diperoleh siswa kelas kontrol adalah 71,05. Hal ini menunjukkan bahwa selisih peningkatan nilai rata-rata sebesar 4,39. Kemudian setelah dilakukan analisis uji normalitas data dengan menggunakan rumus chi kuadrat, diketahui bahwa nilai χ2hitung data pre-test untuk kelas eksperimen adalah 3,0523, sedangkan data post-test adalah 2,0252 dengan χ2tabel adalah 11,070. Hal ini menunjukkan bahwa nilai χ2hitung kurang dari pada χ2tabel, maka data pre-test dan posttest pada kelas eksperimen dinyatakan berdistribusi normal. Sedangkan uji normalitas data pada kelas kontrol, diperoleh nilai χ2hitung data pre-test kelas kontrol adalah 1,0143, dan nilai χ2hitung data post-test kelas kontrol adalah 2,7364, dengan χ2tabel adalah 11,070. Hal ini menunjukkan bahwa nilai χ2hitung kurang dari pada χ2tabel, maka data pre-test dan post-test pada kelas kontrol dinyatakan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas data pada kelas eksperimen dan kontrol dapat disimpulkan bahwa semua data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Sedangkan hasil analisis uji homogenitas dengan menggunakan rumus uji varians (F) menunjukkan bahwa varians pre-test pada kelas eksperimen dan kontrol memiliki nilai Fhitung = 1,02 kurang dari pada Ftabel = 1,71. Hal ini menunjukkan bahwa varians pre-test pada kelas eksperimen dan kontrol dinyatakan homogen. Sedangkan varians post-test pada kelas eksperimen dan kontrol memiliki nilai Fhitung = 1,13 kurang dari pada Ftabel = 1,71. Hal ini menunjukkan bahwa varians post-test pada kelas eksperimen dan kontrol dinyatakan homogen. Berdasarkan hasil kedua varians kelas eksperimen dan kontrol tersebut, menunjukkan bahwa nilai Fhitung kurang dari pada Ftabel, maka varians dinyatakan homogen. Setelah data dinyatakan normal dan variansnya homogen, kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata pre-test yang diketahui nilai thitung = 0,09 dan ttabel = 2,00 menunjukkan bahwa < thitung < ttabel, H0 diterima dan uji kesamaan dua rata-rata post-test 10 yang diketahui nilai thitung = 2,14 dan ttabel = 1,67 menunjukan bahwa thitung > ttabel dengan taraf kepercayaan α = 0,05, berarti ada pengaruh model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau. Penggunaan dari model pembelajaran Think Talk Write (TTW) lebih dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di SMP Negeri 2 Lubuklinggau daripada penggunaan pembelajaran konvensional. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyatno (2009:53) “Pembelajaran dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat menumbuhkan kerja sama siswa dalam kegiatan belajar, karena materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar”. Keberhasilan hasil belajar siswa, sangat dipengaruhi peran peneliti dalam membimbing siswa sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, relevan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Rosa (2013) yang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Painan. Penelitian yang dilakukan oleh Mistyardi (2013) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inovatif model TTW (Think Talk Write) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 6 Kediri. Penelitian yang dilakukan oleh Rohiman (2014) dapat disimpulkan bahwa model Think Talk Write (TTW) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat dan hasil belajar siswa SMA N 2 Karanganyar. Penelitian oleh Gusnandar (2014) dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Talk Write (TTW) memberikan pengaruh terhadap minat belajar biologi siswa SMA Negeri 6 Karanganyar. E. PENUTUP Hasil analisis menggunakan rumus uji t, diperoleh nilai thitung sebesar 2,14 dan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,14. Ternyata t hitung > t tabel yaitu 2,14 > 1,67 maka H 0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau. Berdasarkan hasil perhitungan tes awal (pre-test) yang diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 66,69 dan kelas kontrol sebesar 66,50. Sedangkan 11 nilai rata-rata tes akhir (post-test) yang diperoleh siswa kelas eksperimen sebesar 75,44 lebih besar dari nilai rata-rata tes akhir (post-test) sebesar 71,05. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta. BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar): Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Dewi, R. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Keaktifan Bertanya dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Biologi: 3 (2), 1-6. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gusnandar, B. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Think Talk Write (TTW) terhadap Minat Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 6 Karanganyar. Jurnal Pendidikan Biologi: 1 (4), 6-9. Majid, Abdul. 2009. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya. Mistyardi, T. 2013. Pengaruh Pembelajaran Inovatif Model TTW (Think Talk Write) pada Bahasan Protista terhadap Hasil Belajar Kelas X Semester Ganjil di SMA Negeri 6 Kediri Tahun Pelajaran 2011-2012. Jurnal Pendidikan Biologi: 3 (2), 5-7. Ngalimun. 2012. Strategi dan Metode Pembelajaran. Banjarmasin. Aswada Pressindo. Rohiman, S. 2014. Pengaruh Model Think Talk Write (TTW) terhadap Minat dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA N 2 Karanganyar. Jurnal Pendidikan Biologi: 3 (2), 6-10. Rosa, D. D. L. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri Painan Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Biologi: 2 (1), 4-6. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suhana, C. 2015. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Rafika Aditama. Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.