Batas wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan tujuan untuk
memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan termasuk
perlindungan atas bencana, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum
yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis,
geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana,
baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia
yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu
dapat menghambat pembangunan nasional;
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan institusi yang
ditugasi untuk memperhatikan bagaimana masyarakat merasa aman terhadap
bencana yang terjadi dan akan terjadi. Beberapa bencana telah terjadi di
berbagai Provinsi dan kabupaten di negeri ini, salah satunya adalah bencana
yang terjadi di Provinsi Sulawesi Barat.
Terhadap bencana yang terjadi, BNPB telah melakukan upaya tanggap darurat
dengan pemberian bantuan on call untuk menyediakan keperluan yang
dibutuhkan segera mungkin, sedangkan setelah masa tanggap darurat, perlu
dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk mengembalikan kehidupan
masyarakat agar berjalan dengan lancar di berbagai sector, seperti:
Perumahan, Infrastruktur, Ekonomi, Sosial dan Lintas Sektor.
Dalam rangka melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi, perlu dilakukan
indentifikasi kerusakan dan kerugian yang terjadi di lokasi bencana. Untuk itu
perlu diturunkan Tim Verifikasi untuk melihat dampak kerusakan dan kerugian
tersebut.
Sebagaimana diamanahkan dalam Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan
kegiatan penanggulangan pascabencana implementasinya harus dilakukan
secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka
1
memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan
dampak bencana.
Dampak bencana berupa korban jiwa, kerusakan dan kerugian pada berbagai
aspek kehidupan sangat besar. Selain itu, bencana juga menyebabkan
dampak psikologis yang mendalam bagi korban bencana sehingga perlu
diberikan perlindungan baik dari segi kesehatan mental maupun keamanan
bagi korban bencana.
Penanganan pascabencana terutama pengungsi di berbagai daerah di
Indonesia selama ini belum dilaksanakan berdasarkan konsep dan metodologi
yang permanen dan belum mengakomodasikan secara utuh modal sosial
masyarakat setempat sehingga masyarakat sebagai pelaku utama dalam
penanggulangan bencana belum diperankan secara aktif.
2.
PROFIL WILAYAH
Kabupaten Minahasa Utara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Utara yang terletak di antara 0 derajat 25’ – 1 derajat 59’ Lintang
Utara dan 124 derajat 20’ – 125 derajat 59’ Bujur Timur. Sebelah Utara
berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Kabupaten Kepulauan Sitaro, sebelah
barat berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Kota Manado, sebelah timur
berbatasan dengan Laut Maluku dan Kota Bitung, dan sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Minahasa.
Luas wilayah Kabupaten Minahasa Utara pada saat ini adalah sekitar
1.059.244 km2 dengan garis pantai sepanjang 292,20 km, memiliki pulau
sebanyak 46 buah dan 1 pulau terluar yaitu Pulau Mantehage. Keadaan
topografi wilayah sebagian besar merupakan dataran dan perbukitan pada
ketinggian di sekitar 0 – 650 meter tinggi dari permukaan laut, kecuali wilayah
sekitar pegunungan terutama Gunung Klabat yang mencapai sekitar 1.995
meter tinggi dari permukaan laut.
Karakter topografi hampir sama untuk semua wilayah kecamatan, yaitu
dikategorikan datar, landai dan bergelombang. Wilayah dengan kemiringan
tanah antara 0 – 3 derajat adalah sekitar 30,49 persen, antara 3 derajat – 15
derajat adalah sekitar 43,42 persen, antara 15 – 45 derajat adalah sekitar
19,66 persen, dan sisanya yaitu kemiringan lebih dari 45 derajat adalah sekitar
6,43 persen. Kedalaman efektif tanah rata-rata 0 – 3 m, PH tanah rata-rata 6,0
sampai 8,0 dengan tekstur tanah yang bervariasi dari liat (alluvial), liat berpasir
(latosol), liat berlempung (meditrean) dan lempung berpasir (regosol).
2
Tipe iklim di daerah ini adalah type A (iklim basah), dengan musim kemarau
pada bulan Mei – Oktober dan iklim hujan pada bulan-bulan November – April.
Curah hujan maksimum pada bulan Desember – Maret yang sering dibarengi
dengan angin kencang sehingga sering mengakibatkan banjir dan gelombang
laut maksimum. Secara umum suhu udara harian rata-rata di Kabupaten
Minahasa Utara bervariasi mulai 25,5°C sampai 27,8°C, pada pagi hari suhu
udara minimum berkisar antara 20,8°C sampai 22,8°C, sedangkan pada siang
hari suhu udara maksimum terkadang mencapai lebih dari 34,6°C. Kondisi
semacam ini umumnya berlangsung antara bulan Agustus dan November. Dari
gambaran topografi dan iklim ini, menunjukan kondisi daerah di mana sebagian
besar wilayah merupakan wilayah yang subur dan potensial untuk
dimanfaatkan bagi pengembangan pertanian pangan, perkebunan, peternakan,
kehutanan, dan secara keseluruhan bagi kepentingan masyarakat dan
pembangunan.
3
Batas wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah:
 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Laut
Sulawesi, dan Laut Maluku
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Bitung
 Sebelah Selatan dengan Kota Minahasa
 Sebelah Barat dengan Kota Manado.
3.
TOPOGRAFI
Seperti umumnya topografi di daerah Sulawesi, Kabupaten Minahasa Utara
mempunyai topografi wilayah berupa bukit-bukit/pegunungan, berpantai dan
sebagian kecil dataran rendah bergelombang dengan posisi dari daerah pantai
(0 meter) sampai pada ketinggian 1.995 m dari permukaan laut.
Topografi wilayah Kabupaten Minahasa Utara yang berbukit-bukit, bergunung,
berpantai, dan dataran rendah dengan dilalui oleh banyak sungai
menyebabkan Minahasa Utara daerah yang sangat rentan terhadap bencana
di antaranya gempa bumi, tsunami, tanah longsor/gerakan tanah, gelombang
pasang, angin barat, dan letusan gunung berapi.
Perubahan iklim serta cuaca ekstrim yang melanda wilayah Indonesia akhirakhir ini mangakibatkan banyak bahaya bencana mengancam negeri ini,
termasuk Kabupatemn Minahasa Utara. Dampak yang ditimbulkan oleh iklim
tersebut dirasakan oleh masyarakat Sulawesi Utara. Hujan dan angin yang
melanda sebagian besar wilayah Sulawesi Utara pada Bulan Januari 2014
mengakibatkan bencana Banjir dan gelombang pasang yang sangat parah. Hal
ini dialami oleh masyarakat Sulawesi Utara termasuk didalamnya masyarakat
Kabupaten Minahasa Utara.
Hujan dan angin di Wilayah Kabupaten Minahasa Utara yang berlangsung
sejak tanggal 6 Januari 2014 dan puncaknya hujan deras yang disertai dengan
angin kencang mulai tanggal 11 sampai dengan 23 Januari 2014
mengakibatkan sungai meluap, banjir, gelombang pasang dan tanah longsor.
Bencana yang terjadi sejak tanggal 11 Januari sampai dengan 23 Januari 2014
mengakibatkan kerusakan yang cukup parah dan kerugian materil yang cukup
besar.
4.
PROFIL DAN PENYEBAB BENCANA
a. BulanJanuarimerupakanpuncakmusimhujandi
Sulawesi
Utara
dan
sebagian wilayah Indonesia.
b. Adanyapusattekananrendah di perairanselatan Filipina (Mindanao Selatan)
4
c.
Distribusihujanmaksimumberada
di
lereng-lereng
DAS
sungaisehinggameningkatkan
debit
air
sungai
(tertinggidibandingkejadianbanjirterdahulu).
d. Angkacurahhujan di DAS Tondano: 230mm, sedangkankondisiaman
normal yaitu<50mm/hari. Di aliran SungaiTomohontercatat 200mm.
e. Adanyaperubahaniklim
(climatechange)
yang
mengakibatkanterjadinyapemanasan
global
(global
warming),
anomalicuaca.
Pada hari Selasa, 14 Januari 2014, terjadi hujan deras disertai angin kencang
di wilayah Minahasa Utara dan sekitarnya sejak pagi sampai tengah malam.
Hujan deras disertai angin kencang berlanjut sampai esok harinya, 15 Januari
2014 sehingga mengakibatkan daerah aliran sungai (DAS) Sawangan dan DAS
Tondano tidak mampu menampung debit air yang cukup besar. Akibatnya,
banjir dan tanah longsor pun terjadi di berbagai wilayah yang merusak sektor
perumahan, infrastruktur, sosial, dan ekonomi di KabupatenMinahasa.
5. TUJUAN DAN SASARAN
Verifikasi kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Kabupaten
Majalengka bertujuan untuk:
a. Meninjau secara langsung ke lapangan guna mendapatkan informasi
tentang kerusakan dan kerugian akibat bencana di daerah;
b. Menghitung secara benar kerusakan dan kerugian akibat bencana yang
dialami oleh daerah untuk bahan pertimbangan dalam rangka ikut
membantu daerah pada penanganan pemulihan pascabencana.
Sedangkan sasaran adalah:
a. Memperoleh besaran nilai kerusakan dan kerugian akibat bencana pada
satu daerah kabupaten/kota;
b. Data besaran nilai kerusakan dan kerugian akibat bencana sejumlah
Provinsi Kabupaten/Kota yang terkena dampak bencana dan membutuhkan
dana bantuan sosial berpola hibah.
5. Ruang Lingkup Verifikasi
Verifikasi dilakukan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas nilai usulan dari
Kabupaten Minahasa Utara dengan kondisi riil yang sebenarnya terjadi di
lapangan. Selain itu juga untuk menentukan prioritas usulan rehabilitasi dan
rekonstruksi pascabencana di Kabupaten Minahasa Utara. Selain itu tujuan
dilakukannya verifikasi ini adalah untuk memperkirakan apakah investasi yang
5
akan di alokasikan dapat memberikan manfaat atau tidak bagi kehidupan
masyarakat dan pembangunan daerah yang terkena dampak bencana di
Kabupaten Majalengka .
6
BAB II
DASAR PELAKSANAAN
a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaga Negara RI tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4723);
b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana Pasal 71 Ayat (3);
c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana;
d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana;
e. Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana;
f. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.1. Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BNPB;
g. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 11
Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pascabencana;
h. Nomor 14 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Tatacara Pengajuan Dan
Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah Kegiatan Rehabilitasi
Dan Rekonstruksi Pascabencana Tahun 2011;
i.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pascabencana;
j.
Nomor 14 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Tatacara Pengajuan Dan
Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah Kegiatan Rehabilitasi
Dan Rekonstruksi Pascabencana Tahun 2011;
k.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 15
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengkajian Kebutuhan Pascabencana
(JITU/ PDNA).
7
BAB III
METODE PELAKSANAAN
1. Kriteria Penilaian Kerusakan
Yang termasuk dalam kriteria kerusakan adalah bencana yang berakibat
langsung terhadap kehidupan masyarakat seperti aset, saham, properti
contohnya rumah yang rusak, jalan yang rusak, jembatan yang rusak sehingga
berdampak langsung dan menghambat aktivitas.
2. Kriteria Penilaian kerugian
Yang termasuk dalam kriteria kerugian adalah potensi hilangnya atau
berkurangnya pendapatan atau yang menghambat laju perekonominan sebagai
akibat terjadinya bencana tersebut sampai benar-benar bisa dipulihkan kembali.
3. Metode Pengambilan data.
Bencana terjadi di Dusun Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma,
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat berupa nendatan yang menyebabkan
amblasnya jalan,dan rusaknya bangunan pemukiman penduduk, sarana ibadah,
sekolah dasar dan fasilitas umum. Oleh karena itu, dilakukan verifikasi secara
menyeluruh/sensus terhadap daerah yang terdampak bencana.
BAB IV
8
PELAKSANAAN VERIFIKASI
1. Tahapan Pengambilan Data
Data diambil dari proposal yang diajukan oleh Kabupaten Majalengka di wilayah
yang terkena bencana dan berapa besar dana yang diajukan untuk
mengatasinya. Kemudian tim verifikasi memverifikasi usulan kegiatan proposal
sebagaimana yang disampaikan, sebagai berikut:
No
Sektor/Subsektor
Nilai Kerusakan
(Rp)
Nilai Kerugian
(Rp)
Total (RP)
1
2
3
4
5
1
Perumahan
4.944.000.000,00
14.832.000.000,00
19.776.000.000,00
2
Infrastruktur
37.500.000.000,00
112.500.000.000,00
150.000.000.000,00
3
Sosial
400.000.000,00
1.200.000.000,00
1.600.000.000,00
4
Ekonomi
2.953.100.000,00
14.765.500.000,00
17.718.600.000,00
5
Lintas Sektor
-
-
-
Jumlah total
Terbilang :
189.094.600.000,00
Seratus delapan puluh sembilan miliar sembilan puluh empat juta enam ratus
ribu rupiahRibu Rupiah
Berdasarkan data di atas, tim verifikasi ke lapangan untuk melihat kerusakan
dan kerugian akibat banjir bandang didampingi oleh BPBD Provinsi BPBD
Provinsu Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Minahasa Utara.
2. Dampak Kerusakan dan Kerugian Persektor
Berdasarkan hasil verifikasi cepat dan terbatas, dampak kerusakan dan kerugian
dapat disampaikan sebagaimana DaLA terlampir sebagai berikut:
a. Sektor Permukiman
Hujan deras serta angin kencang tersebut juga mengakibatkan terjadinya
tanah longsor di Desa Sawangan dan Desa Sampiri, Kecamatan Airmadidi.
Tanah longsor yang terjadi di Desa Sawangan mengakibatkan dua rumah
rusak berat dan satu orang meninggal dunia, atas nama Mingkit Adam (51
tahun), sedangkan longsor yang terjadi di Desa Sampiri mengakibatkan 6
(enam) rumah rusak berat, 5 rumah rusak sedang dan 19 rumah rusak
ringan. Semua rumah tersebut, 23 rumah berada di lereng bukit yang rawan
longsor, sedangkan 6 (enam) lainnya berada di daerah aliran sungai yeng
9
menyempit akibat dibuat dapur yang menyisakan aliran 1 - 1,5 meter. Banjir
yang melanda Desa Kema I mengakibatkan dua buah nonpermanen rumah
rusak berat namun sudah dibangun kembali. Hal yang berbeda terjadi di
Desa Kimabajo, Kecamatan Wori yang telaknya di pesisir pantai. Karena
angin barat dan gelombang pasang selama Desember - Januari, telah
mengakibatkan 4 buah rumah hilang tersapu ombak, 1 rumah rusak sedang,
dan 6 rumah rusak ringan.
Kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir bandang di sektor perumahan
diperkirakan mencapai sebesar Rp1.399.390.000, sedangkan kerugian
diperkirakan sebesar Rp124.400.000 sehingga total kerusakan dan kerugian
diperkirakan mencapai 1.523.790.000.
b. Sektor Infrastruktur
Banjir dan tanah longsor juga merusak jaringan infrastruktur. Di Desa
Sampiri, akses jalan penghubung antara Desa Sawangan – Sampiri
tertimbun tanah longsor, jembatan putus sehingga arus transportasi dari
Desa Sawangan – Sampiri dan sebaliknya dialihkan melalui jalan alternatif.
Demikian pula talud dan saluran air bersih mengalami kerusakan. Selain
jaringan infrastruktur, jaringan telekomunikasi pun mengalami gangguan
sehingga komunikasi sering terputus dan tidak lancar.
Kerusakan di sektor infrastruktur mencapai Rp21.356.400.000, sedangkan
kerugian diperkirakan mencapai Rp2.370.300.000 sehingga total kerusakan
dan kerugian mencapai Rp23.726.700.000.
c. Sektor Sosial
Di Sektor Sosial, di Desa Sawangan Sekolah Dasar Inpres Sawangan
tergenang air setinggi satu meter sehingga kegiatan belajar mengajar
diliburkan selama beberapa hari. Dua buah rumah ibadah, yaitu Gereja
Gemin I dan Gemin II di Kecamatan Kema mengalami kerusakan. Meskipun
tidak mengalami kerugian yang signifikan, namun banjir yang terjadi sangat
mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa. Demikian pula yang terjadi
terhadap sarana ibadah berupa gereja karena tidak dapat digunakan untuk
menjalankan ibadah. Kerusakan di sektor sosial yang ditimbulkan akibat
banjir adalah biaya pembersihan 6 ruang sekolah oleh 3 orang selama
selama 3 hari dengan upah sebesar Rp100.000. Kerusakan yang
ditimbulkan akibat banjir diperkirakan sebesar Rp488.800.000 dan kerugian
sebesar Rp17.400.000 sehingga total kerusakan dan kerugian diperkirakan
mencapai Rp466.200.000.
10
d. Sektor Ekonomi Produktif
Untuk sektor ekonomi, banjir telah merusak areal persawahan seluas 15
(lima belas) ha yang mengakibatkan kerugian kerusakan sebesar
Rp160.000.000 dan kerugian mencapai Rp600.000.000 sehingga kerusakan
dan kerugian di sektor pertanian sebesar Rp760000.000. Untuk perikanan,
kerugian yang ditimbulkan berupa hilangnya ikan mas yang siap panen
seluas 1 ha di Desa Raprap Kecamatan Airmadidi. Kerusakan yang timbul
sebesar Rp20.000.000, yaitu hilangnya ikan mas, sedangkan kerugian yang
ditimbulkan adalah hilangnya peluang panen akibat banjir selama dua kali
sebesar Rp40.000.000 sehingga total kerusakan dan kerugian mencapai
Rp60.000.000. Kerusakan di sektor Ekonomi Produktif mencapai sebesar
Rp180.000.000 dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp640.000.000
sehingga total kerusakan dan kerugian mencapai sebesar Rp820.000.000.
Di Sektor Ekonomi (pertanian/perkebunan), berdasarkan Perka 15 tahun
2011, terhadap korban bencana di sektor pertanian diberikan bantuan
stimulan per kepala keluarga sebesar Rp2.500.000 (dua juta lima ratus
rupiah)
e. Lintas sektor
Di lintas sektor relative aman dan tidak menghalami kerusakan dan
kerugian.
3. Dampak Makro Ekonomi Daerah
Nendatan yang terjadi di Blok Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan
Malausma, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat berdampak pada kerusakan dan
kerugian di semua sektor. Secara keseluruhan, prakiraan kerusakan mencapai
Rp14.460.000.000,00 (empat belas milar empat ratus enam puluh juta rupiah),
kerugian sebesar Rp31.390.000,00 (tiga puluh satu miliar tiga ratus sembilan
puluh juta rupiah) sehingga total kerusakan dan kerugian mencapai
45.850.000.000,00 (empat puluh lima miliar delapan ratus lima puluh juta
rupiah). Kerusakan terjadi pada sektor perumahan, infrastruktur, ekonomi
produktif, dan lintas sektor. Kerugian ini terjadi antara lain karena:
a. Di sektor perumahan, korban terdampak bencana harus mengeluarkan
biaya untuk pemindahan peralatan rumah tangga dan biaya sewa selama
menjadi pengungsi.
11
b
Di sektor infrastruktur, korban bencana harus mencari jalan alternatif yang
lebih jauh dan panjang dibandingkan jaringan jalan/jembatan yang rusak
akibat bencana, pengadaan arus dan penerangan listrik, dan biaya yang
harus dikeluarkan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi jaringan irigasi
sekunder dan bendung Cijurai I.
c. Disektor sosial, kerugian terjadi di subsektor pendidikan karena terjadi
tambahan pengeluaran untuk proses belajar mengajar pascabencana.
d. Di sektor ekonomi produktif, kerugian terjadi karena rusaknya sawah yang
siap panen, rusaknya kandang ternak milik warga, rusaknya kolam ikan,
rusaknnya bengkel dan peralatan kerajinan ijuk, dan rusaknya kios kecil,
toko klontongan, salon kecantikan, dan usaha cuci mobil/motor milik warga.
e. Di lintas sektor, kerugian terjadi akibat rusaknya kantor balai dusun tempat
berkumpul, bermusyawarah, dan bersosialisasinya antar warga yang satu
dengan lainnya.
Potensi gangguan terhadap kehidupan sosial ekonomi selalu ada bagi penduduk
yang tinggal di daerah rawan bencana seperti di Majalengka. Risiko bencana
membawa pengaruh negatif terhadap pembangunan, terutama pembangunan
ekonomi wilayah pasca bencana.
Bencana alam menyusutkan kapasitas produksi yang dalam skala besar
berakibat pada kerugian finansial. Oleh karena itu, pascabencana membutuhkan
pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi agar kehidupan ekonomi kembali
normal. Tetapi, semua ini memiliki konsekuensi pembiayaan yang sering
melebihi kemampuan ekonomi daerah yang terlanda bencana. Kebutuhan biaya
sosial ekonomi yang besar buat rehabilitasi dan rekonstruksi menelan hasil-hasil
pembangunan.
4. Upaya yang telah dilakukan
Berdasarkan pertemuan antara BNPB dan BPBD beserta instansi terkait, Upaya
yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam
menanggulangi bencana alam longsor tersebut yaitu:
a. Membentuk Tim penanggulangan bencana
b. Melaksanakan evakuasi penduduk dan menyelamatkan barang milik warga
c. Mendirikan tenda darurat, dapur umum, tenda pengungsi, dan posko
kesehatan
d. Mengerahkan relawan untuk membantu para pengungsi
e. Melaksanakan pendataan penduduk, rumah dan insfrastruktur fasilitas
umum lainnya yang terkena bencana.
12
f. Memberikan bantuan sembako kepada para pengungsi
g. Melaksanakan koordinasi dengan dinas intansi terkait yang ada di
Kabupaten Minahasa Utara, pemerintah provinsi sampai pemerintah pusat.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
Bencana banjir bandang dan angin barat yang terjadi di Kabupaten Minahasa
Utara merupakan bencana yang cukup besar dan merusak perumahan, jalan,
jembatan, sekolah, rumah ibadah, dan sekolah dasar.
Kerusakan rumah lebih banyak terjadi di daerah perbukitan yang dijadikan
sebagai tempat tinggal yang menjadi labil apabila intensitas curah hujan yang
tinggi. Selain itu, angin barat yang menerpa pantai di Desa Kimabajo pada
musim barat yang terjadi, telah menghanyutkan empat buah rumah.
Setelah dilakukan perhitungan penilaian kerusakan dan kerugian di Minahasa
Utara dengan menggunakan metode DaLA dari daerah yang diverifikasi,
didapat prakiraan nilai kerusakan dan kerugian mencapai sebesar
Rp26.536.690.000,00 (dua puluh enam miliar lima ratus tiga puluh enam juta
enam ratus sembilan puluh ribu rupiah).
Dampak yang diakibatkan banjir bandang dan angin barat adalah kerusakan
dan kerugian berupa kerusakan rumah lahan siap panen seluas 125 Ha,
kerajinan ijuk, perkebunan dan ternak masyarakat.
Sektor transportasi sebagai urat nadi yang menghubungkan simpul-simpul
kegiatan
perekonomian, penggerak, dan
pendorong pertumbuhan
perekonomian masyarakat dan merupakan salah satu pilar dalam mendukung
percepatan pembangunan menjadi terhambat.
Saran
1.
2.
Masyarakat, dunia usaha, bersama pemerintah dan pemerintah daerah agar
peduli terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Masyarakat, utamanya yang tinggal perbukitan agar tidak memanfaatkan bukit
untuk rumah tinggalnya dan yang tinggal di pantai agar tidak melanggar garis
sempadan pantai atau menjauh dari garis pantai,
14
Download