BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan termasuk perlindungan atas bencana, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional; Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan institusi yang ditugasi untuk memperhatikan bagaimana masyarakat merasa aman terhadap bencana yang terjadi dan akan terjadi. Beberapa bencana telah terjadi di berbagai Provinsi dan kabupaten di negeri ini, salah satunya adalah bencana yang terjadi di Provinsi Sulawesi Barat. Terhadap bencana yang terjadi, BNPB telah melakukan upaya tanggap darurat dengan pemberian bantuan on call untuk menyediakan keperluan yang dibutuhkan segera mungkin, sedangkan setelah masa tanggap darurat, perlu dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat agar berjalan dengan lancar di berbagai sector, seperti: Perumahan, Infrastruktur, Ekonomi, Sosial dan Lintas Sektor. Dalam rangka melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi, perlu dilakukan indentifikasi kerusakan dan kerugian yang terjadi di lokasi bencana. Untuk itu perlu diturunkan Tim Verifikasi untuk melihat dampak kerusakan dan kerugian tersebut. Sebagaimana diamanahkan dalam Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan kegiatan penanggulangan pascabencana implementasinya harus dilakukan secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka 1 memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak bencana. Dampak bencana berupa korban jiwa, kerusakan dan kerugian pada berbagai aspek kehidupan sangat besar. Selain itu, bencana juga menyebabkan dampak psikologis yang mendalam bagi korban bencana sehingga perlu diberikan perlindungan baik dari segi kesehatan mental maupun keamanan bagi korban bencana. Penanganan pascabencana terutama pengungsi di berbagai daerah di Indonesia selama ini belum dilaksanakan berdasarkan konsep dan metodologi yang permanen dan belum mengakomodasikan secara utuh modal sosial masyarakat setempat sehingga masyarakat sebagai pelaku utama dalam penanggulangan bencana belum diperankan secara aktif. 2. PROFIL WILAYAH Kabupaten Minahasa Utara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara yang terletak di antara 0 derajat 25’ – 1 derajat 59’ Lintang Utara dan 124 derajat 20’ – 125 derajat 59’ Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Kabupaten Kepulauan Sitaro, sebelah barat berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Kota Manado, sebelah timur berbatasan dengan Laut Maluku dan Kota Bitung, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Minahasa. Luas wilayah Kabupaten Minahasa Utara pada saat ini adalah sekitar 1.059.244 km2 dengan garis pantai sepanjang 292,20 km, memiliki pulau sebanyak 46 buah dan 1 pulau terluar yaitu Pulau Mantehage. Keadaan topografi wilayah sebagian besar merupakan dataran dan perbukitan pada ketinggian di sekitar 0 – 650 meter tinggi dari permukaan laut, kecuali wilayah sekitar pegunungan terutama Gunung Klabat yang mencapai sekitar 1.995 meter tinggi dari permukaan laut. Karakter topografi hampir sama untuk semua wilayah kecamatan, yaitu dikategorikan datar, landai dan bergelombang. Wilayah dengan kemiringan tanah antara 0 – 3 derajat adalah sekitar 30,49 persen, antara 3 derajat – 15 derajat adalah sekitar 43,42 persen, antara 15 – 45 derajat adalah sekitar 19,66 persen, dan sisanya yaitu kemiringan lebih dari 45 derajat adalah sekitar 6,43 persen. Kedalaman efektif tanah rata-rata 0 – 3 m, PH tanah rata-rata 6,0 sampai 8,0 dengan tekstur tanah yang bervariasi dari liat (alluvial), liat berpasir (latosol), liat berlempung (meditrean) dan lempung berpasir (regosol). 2 Tipe iklim di daerah ini adalah type A (iklim basah), dengan musim kemarau pada bulan Mei – Oktober dan iklim hujan pada bulan-bulan November – April. Curah hujan maksimum pada bulan Desember – Maret yang sering dibarengi dengan angin kencang sehingga sering mengakibatkan banjir dan gelombang laut maksimum. Secara umum suhu udara harian rata-rata di Kabupaten Minahasa Utara bervariasi mulai 25,5°C sampai 27,8°C, pada pagi hari suhu udara minimum berkisar antara 20,8°C sampai 22,8°C, sedangkan pada siang hari suhu udara maksimum terkadang mencapai lebih dari 34,6°C. Kondisi semacam ini umumnya berlangsung antara bulan Agustus dan November. Dari gambaran topografi dan iklim ini, menunjukan kondisi daerah di mana sebagian besar wilayah merupakan wilayah yang subur dan potensial untuk dimanfaatkan bagi pengembangan pertanian pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan secara keseluruhan bagi kepentingan masyarakat dan pembangunan. 3 Batas wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Laut Sulawesi, dan Laut Maluku Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Bitung Sebelah Selatan dengan Kota Minahasa Sebelah Barat dengan Kota Manado. 3. TOPOGRAFI Seperti umumnya topografi di daerah Sulawesi, Kabupaten Minahasa Utara mempunyai topografi wilayah berupa bukit-bukit/pegunungan, berpantai dan sebagian kecil dataran rendah bergelombang dengan posisi dari daerah pantai (0 meter) sampai pada ketinggian 1.995 m dari permukaan laut. Topografi wilayah Kabupaten Minahasa Utara yang berbukit-bukit, bergunung, berpantai, dan dataran rendah dengan dilalui oleh banyak sungai menyebabkan Minahasa Utara daerah yang sangat rentan terhadap bencana di antaranya gempa bumi, tsunami, tanah longsor/gerakan tanah, gelombang pasang, angin barat, dan letusan gunung berapi. Perubahan iklim serta cuaca ekstrim yang melanda wilayah Indonesia akhirakhir ini mangakibatkan banyak bahaya bencana mengancam negeri ini, termasuk Kabupatemn Minahasa Utara. Dampak yang ditimbulkan oleh iklim tersebut dirasakan oleh masyarakat Sulawesi Utara. Hujan dan angin yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi Utara pada Bulan Januari 2014 mengakibatkan bencana Banjir dan gelombang pasang yang sangat parah. Hal ini dialami oleh masyarakat Sulawesi Utara termasuk didalamnya masyarakat Kabupaten Minahasa Utara. Hujan dan angin di Wilayah Kabupaten Minahasa Utara yang berlangsung sejak tanggal 6 Januari 2014 dan puncaknya hujan deras yang disertai dengan angin kencang mulai tanggal 11 sampai dengan 23 Januari 2014 mengakibatkan sungai meluap, banjir, gelombang pasang dan tanah longsor. Bencana yang terjadi sejak tanggal 11 Januari sampai dengan 23 Januari 2014 mengakibatkan kerusakan yang cukup parah dan kerugian materil yang cukup besar. 4. PROFIL DAN PENYEBAB BENCANA a. BulanJanuarimerupakanpuncakmusimhujandi Sulawesi Utara dan sebagian wilayah Indonesia. b. Adanyapusattekananrendah di perairanselatan Filipina (Mindanao Selatan) 4 c. Distribusihujanmaksimumberada di lereng-lereng DAS sungaisehinggameningkatkan debit air sungai (tertinggidibandingkejadianbanjirterdahulu). d. Angkacurahhujan di DAS Tondano: 230mm, sedangkankondisiaman normal yaitu<50mm/hari. Di aliran SungaiTomohontercatat 200mm. e. Adanyaperubahaniklim (climatechange) yang mengakibatkanterjadinyapemanasan global (global warming), anomalicuaca. Pada hari Selasa, 14 Januari 2014, terjadi hujan deras disertai angin kencang di wilayah Minahasa Utara dan sekitarnya sejak pagi sampai tengah malam. Hujan deras disertai angin kencang berlanjut sampai esok harinya, 15 Januari 2014 sehingga mengakibatkan daerah aliran sungai (DAS) Sawangan dan DAS Tondano tidak mampu menampung debit air yang cukup besar. Akibatnya, banjir dan tanah longsor pun terjadi di berbagai wilayah yang merusak sektor perumahan, infrastruktur, sosial, dan ekonomi di KabupatenMinahasa. 5. TUJUAN DAN SASARAN Verifikasi kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Kabupaten Majalengka bertujuan untuk: a. Meninjau secara langsung ke lapangan guna mendapatkan informasi tentang kerusakan dan kerugian akibat bencana di daerah; b. Menghitung secara benar kerusakan dan kerugian akibat bencana yang dialami oleh daerah untuk bahan pertimbangan dalam rangka ikut membantu daerah pada penanganan pemulihan pascabencana. Sedangkan sasaran adalah: a. Memperoleh besaran nilai kerusakan dan kerugian akibat bencana pada satu daerah kabupaten/kota; b. Data besaran nilai kerusakan dan kerugian akibat bencana sejumlah Provinsi Kabupaten/Kota yang terkena dampak bencana dan membutuhkan dana bantuan sosial berpola hibah. 5. Ruang Lingkup Verifikasi Verifikasi dilakukan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas nilai usulan dari Kabupaten Minahasa Utara dengan kondisi riil yang sebenarnya terjadi di lapangan. Selain itu juga untuk menentukan prioritas usulan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Kabupaten Minahasa Utara. Selain itu tujuan dilakukannya verifikasi ini adalah untuk memperkirakan apakah investasi yang 5 akan di alokasikan dapat memberikan manfaat atau tidak bagi kehidupan masyarakat dan pembangunan daerah yang terkena dampak bencana di Kabupaten Majalengka . 6 BAB II DASAR PELAKSANAAN a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaga Negara RI tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4723); b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pasal 71 Ayat (3); c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana; e. Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana; f. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.1. Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BNPB; g. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana; h. Nomor 14 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Tatacara Pengajuan Dan Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah Kegiatan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana Tahun 2011; i. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana; j. Nomor 14 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Tatacara Pengajuan Dan Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah Kegiatan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana Tahun 2011; k. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (JITU/ PDNA). 7 BAB III METODE PELAKSANAAN 1. Kriteria Penilaian Kerusakan Yang termasuk dalam kriteria kerusakan adalah bencana yang berakibat langsung terhadap kehidupan masyarakat seperti aset, saham, properti contohnya rumah yang rusak, jalan yang rusak, jembatan yang rusak sehingga berdampak langsung dan menghambat aktivitas. 2. Kriteria Penilaian kerugian Yang termasuk dalam kriteria kerugian adalah potensi hilangnya atau berkurangnya pendapatan atau yang menghambat laju perekonominan sebagai akibat terjadinya bencana tersebut sampai benar-benar bisa dipulihkan kembali. 3. Metode Pengambilan data. Bencana terjadi di Dusun Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat berupa nendatan yang menyebabkan amblasnya jalan,dan rusaknya bangunan pemukiman penduduk, sarana ibadah, sekolah dasar dan fasilitas umum. Oleh karena itu, dilakukan verifikasi secara menyeluruh/sensus terhadap daerah yang terdampak bencana. BAB IV 8 PELAKSANAAN VERIFIKASI 1. Tahapan Pengambilan Data Data diambil dari proposal yang diajukan oleh Kabupaten Majalengka di wilayah yang terkena bencana dan berapa besar dana yang diajukan untuk mengatasinya. Kemudian tim verifikasi memverifikasi usulan kegiatan proposal sebagaimana yang disampaikan, sebagai berikut: No Sektor/Subsektor Nilai Kerusakan (Rp) Nilai Kerugian (Rp) Total (RP) 1 2 3 4 5 1 Perumahan 4.944.000.000,00 14.832.000.000,00 19.776.000.000,00 2 Infrastruktur 37.500.000.000,00 112.500.000.000,00 150.000.000.000,00 3 Sosial 400.000.000,00 1.200.000.000,00 1.600.000.000,00 4 Ekonomi 2.953.100.000,00 14.765.500.000,00 17.718.600.000,00 5 Lintas Sektor - - - Jumlah total Terbilang : 189.094.600.000,00 Seratus delapan puluh sembilan miliar sembilan puluh empat juta enam ratus ribu rupiahRibu Rupiah Berdasarkan data di atas, tim verifikasi ke lapangan untuk melihat kerusakan dan kerugian akibat banjir bandang didampingi oleh BPBD Provinsi BPBD Provinsu Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Minahasa Utara. 2. Dampak Kerusakan dan Kerugian Persektor Berdasarkan hasil verifikasi cepat dan terbatas, dampak kerusakan dan kerugian dapat disampaikan sebagaimana DaLA terlampir sebagai berikut: a. Sektor Permukiman Hujan deras serta angin kencang tersebut juga mengakibatkan terjadinya tanah longsor di Desa Sawangan dan Desa Sampiri, Kecamatan Airmadidi. Tanah longsor yang terjadi di Desa Sawangan mengakibatkan dua rumah rusak berat dan satu orang meninggal dunia, atas nama Mingkit Adam (51 tahun), sedangkan longsor yang terjadi di Desa Sampiri mengakibatkan 6 (enam) rumah rusak berat, 5 rumah rusak sedang dan 19 rumah rusak ringan. Semua rumah tersebut, 23 rumah berada di lereng bukit yang rawan longsor, sedangkan 6 (enam) lainnya berada di daerah aliran sungai yeng 9 menyempit akibat dibuat dapur yang menyisakan aliran 1 - 1,5 meter. Banjir yang melanda Desa Kema I mengakibatkan dua buah nonpermanen rumah rusak berat namun sudah dibangun kembali. Hal yang berbeda terjadi di Desa Kimabajo, Kecamatan Wori yang telaknya di pesisir pantai. Karena angin barat dan gelombang pasang selama Desember - Januari, telah mengakibatkan 4 buah rumah hilang tersapu ombak, 1 rumah rusak sedang, dan 6 rumah rusak ringan. Kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir bandang di sektor perumahan diperkirakan mencapai sebesar Rp1.399.390.000, sedangkan kerugian diperkirakan sebesar Rp124.400.000 sehingga total kerusakan dan kerugian diperkirakan mencapai 1.523.790.000. b. Sektor Infrastruktur Banjir dan tanah longsor juga merusak jaringan infrastruktur. Di Desa Sampiri, akses jalan penghubung antara Desa Sawangan – Sampiri tertimbun tanah longsor, jembatan putus sehingga arus transportasi dari Desa Sawangan – Sampiri dan sebaliknya dialihkan melalui jalan alternatif. Demikian pula talud dan saluran air bersih mengalami kerusakan. Selain jaringan infrastruktur, jaringan telekomunikasi pun mengalami gangguan sehingga komunikasi sering terputus dan tidak lancar. Kerusakan di sektor infrastruktur mencapai Rp21.356.400.000, sedangkan kerugian diperkirakan mencapai Rp2.370.300.000 sehingga total kerusakan dan kerugian mencapai Rp23.726.700.000. c. Sektor Sosial Di Sektor Sosial, di Desa Sawangan Sekolah Dasar Inpres Sawangan tergenang air setinggi satu meter sehingga kegiatan belajar mengajar diliburkan selama beberapa hari. Dua buah rumah ibadah, yaitu Gereja Gemin I dan Gemin II di Kecamatan Kema mengalami kerusakan. Meskipun tidak mengalami kerugian yang signifikan, namun banjir yang terjadi sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa. Demikian pula yang terjadi terhadap sarana ibadah berupa gereja karena tidak dapat digunakan untuk menjalankan ibadah. Kerusakan di sektor sosial yang ditimbulkan akibat banjir adalah biaya pembersihan 6 ruang sekolah oleh 3 orang selama selama 3 hari dengan upah sebesar Rp100.000. Kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir diperkirakan sebesar Rp488.800.000 dan kerugian sebesar Rp17.400.000 sehingga total kerusakan dan kerugian diperkirakan mencapai Rp466.200.000. 10 d. Sektor Ekonomi Produktif Untuk sektor ekonomi, banjir telah merusak areal persawahan seluas 15 (lima belas) ha yang mengakibatkan kerugian kerusakan sebesar Rp160.000.000 dan kerugian mencapai Rp600.000.000 sehingga kerusakan dan kerugian di sektor pertanian sebesar Rp760000.000. Untuk perikanan, kerugian yang ditimbulkan berupa hilangnya ikan mas yang siap panen seluas 1 ha di Desa Raprap Kecamatan Airmadidi. Kerusakan yang timbul sebesar Rp20.000.000, yaitu hilangnya ikan mas, sedangkan kerugian yang ditimbulkan adalah hilangnya peluang panen akibat banjir selama dua kali sebesar Rp40.000.000 sehingga total kerusakan dan kerugian mencapai Rp60.000.000. Kerusakan di sektor Ekonomi Produktif mencapai sebesar Rp180.000.000 dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp640.000.000 sehingga total kerusakan dan kerugian mencapai sebesar Rp820.000.000. Di Sektor Ekonomi (pertanian/perkebunan), berdasarkan Perka 15 tahun 2011, terhadap korban bencana di sektor pertanian diberikan bantuan stimulan per kepala keluarga sebesar Rp2.500.000 (dua juta lima ratus rupiah) e. Lintas sektor Di lintas sektor relative aman dan tidak menghalami kerusakan dan kerugian. 3. Dampak Makro Ekonomi Daerah Nendatan yang terjadi di Blok Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat berdampak pada kerusakan dan kerugian di semua sektor. Secara keseluruhan, prakiraan kerusakan mencapai Rp14.460.000.000,00 (empat belas milar empat ratus enam puluh juta rupiah), kerugian sebesar Rp31.390.000,00 (tiga puluh satu miliar tiga ratus sembilan puluh juta rupiah) sehingga total kerusakan dan kerugian mencapai 45.850.000.000,00 (empat puluh lima miliar delapan ratus lima puluh juta rupiah). Kerusakan terjadi pada sektor perumahan, infrastruktur, ekonomi produktif, dan lintas sektor. Kerugian ini terjadi antara lain karena: a. Di sektor perumahan, korban terdampak bencana harus mengeluarkan biaya untuk pemindahan peralatan rumah tangga dan biaya sewa selama menjadi pengungsi. 11 b Di sektor infrastruktur, korban bencana harus mencari jalan alternatif yang lebih jauh dan panjang dibandingkan jaringan jalan/jembatan yang rusak akibat bencana, pengadaan arus dan penerangan listrik, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi jaringan irigasi sekunder dan bendung Cijurai I. c. Disektor sosial, kerugian terjadi di subsektor pendidikan karena terjadi tambahan pengeluaran untuk proses belajar mengajar pascabencana. d. Di sektor ekonomi produktif, kerugian terjadi karena rusaknya sawah yang siap panen, rusaknya kandang ternak milik warga, rusaknya kolam ikan, rusaknnya bengkel dan peralatan kerajinan ijuk, dan rusaknya kios kecil, toko klontongan, salon kecantikan, dan usaha cuci mobil/motor milik warga. e. Di lintas sektor, kerugian terjadi akibat rusaknya kantor balai dusun tempat berkumpul, bermusyawarah, dan bersosialisasinya antar warga yang satu dengan lainnya. Potensi gangguan terhadap kehidupan sosial ekonomi selalu ada bagi penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana seperti di Majalengka. Risiko bencana membawa pengaruh negatif terhadap pembangunan, terutama pembangunan ekonomi wilayah pasca bencana. Bencana alam menyusutkan kapasitas produksi yang dalam skala besar berakibat pada kerugian finansial. Oleh karena itu, pascabencana membutuhkan pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi agar kehidupan ekonomi kembali normal. Tetapi, semua ini memiliki konsekuensi pembiayaan yang sering melebihi kemampuan ekonomi daerah yang terlanda bencana. Kebutuhan biaya sosial ekonomi yang besar buat rehabilitasi dan rekonstruksi menelan hasil-hasil pembangunan. 4. Upaya yang telah dilakukan Berdasarkan pertemuan antara BNPB dan BPBD beserta instansi terkait, Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam menanggulangi bencana alam longsor tersebut yaitu: a. Membentuk Tim penanggulangan bencana b. Melaksanakan evakuasi penduduk dan menyelamatkan barang milik warga c. Mendirikan tenda darurat, dapur umum, tenda pengungsi, dan posko kesehatan d. Mengerahkan relawan untuk membantu para pengungsi e. Melaksanakan pendataan penduduk, rumah dan insfrastruktur fasilitas umum lainnya yang terkena bencana. 12 f. Memberikan bantuan sembako kepada para pengungsi g. Melaksanakan koordinasi dengan dinas intansi terkait yang ada di Kabupaten Minahasa Utara, pemerintah provinsi sampai pemerintah pusat. 13 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. 2. 3. 4. 5. Bencana banjir bandang dan angin barat yang terjadi di Kabupaten Minahasa Utara merupakan bencana yang cukup besar dan merusak perumahan, jalan, jembatan, sekolah, rumah ibadah, dan sekolah dasar. Kerusakan rumah lebih banyak terjadi di daerah perbukitan yang dijadikan sebagai tempat tinggal yang menjadi labil apabila intensitas curah hujan yang tinggi. Selain itu, angin barat yang menerpa pantai di Desa Kimabajo pada musim barat yang terjadi, telah menghanyutkan empat buah rumah. Setelah dilakukan perhitungan penilaian kerusakan dan kerugian di Minahasa Utara dengan menggunakan metode DaLA dari daerah yang diverifikasi, didapat prakiraan nilai kerusakan dan kerugian mencapai sebesar Rp26.536.690.000,00 (dua puluh enam miliar lima ratus tiga puluh enam juta enam ratus sembilan puluh ribu rupiah). Dampak yang diakibatkan banjir bandang dan angin barat adalah kerusakan dan kerugian berupa kerusakan rumah lahan siap panen seluas 125 Ha, kerajinan ijuk, perkebunan dan ternak masyarakat. Sektor transportasi sebagai urat nadi yang menghubungkan simpul-simpul kegiatan perekonomian, penggerak, dan pendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat dan merupakan salah satu pilar dalam mendukung percepatan pembangunan menjadi terhambat. Saran 1. 2. Masyarakat, dunia usaha, bersama pemerintah dan pemerintah daerah agar peduli terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan. Masyarakat, utamanya yang tinggal perbukitan agar tidak memanfaatkan bukit untuk rumah tinggalnya dan yang tinggal di pantai agar tidak melanggar garis sempadan pantai atau menjauh dari garis pantai, 14