Ranah Minang dalam Pusaran Incaran Di tengah lalu-lalang dan hiruk-pikuknya ‘libido’ pembangunan di daerah Sumatera Barat barubaru ini, setidaknya ada dua hal yang menarik untuk disimak: Pertama, dengan dibangunnya RS Siloam (RSS) akan mengurangi jumlah pengangguran sekaligus akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi; kedua, memberikan pelayanan kepada masyarakat Minang dengan semua sarana dan prasarananya yang bertaraf Internasional. Angkat topi adalah hal yang wajar diberikan kepada segenap oknum-oknum yang terlibat dalam pengurusan dan pembangunan RS tersebut. Tidak saja atas keberhasilan loby dalam menggaet investasi asing ke Sumbar, juga mempermudah jalannya proses pembangunan. Buktinya, Peletakan Batu Pertama RSS telah terlaksana (10/5)! Tetapi benarkah dengan adanya RSS akan sangat membantu masyarakat Sumbar/Minang Kabau? Maminteh sabalun hanyuik Berlangsungnya pembangunan RSS di Jalan Khatib Sulaiman, Kota Padang, akan melahirkan ‘dualisme’ di dalam ‘setiap diri’ individu yang mengaku orang Minang: menggembirakan sekaigus mengkhawatirkan! Disebutkan penggal awal, karena tujuannya mempermudah segala ‘tetek-bengek orang Minang’, baik itu mengurangi pengangguran, meningkatakan pertumbuhan ekonomi maupun kebutuhan atas sikap kebertahanan: terhindar dari kematian dengan keberadaan RSS. Dengan demikian masyarakat Sumbar/Minang tidak perlu lagi berobat ke luar negeri. Sedangkan penggal akhir, lantaran orang Minang memiliki falsafah hidup: “alam takambang jadi guru—seseorang untuk bersama dan bersama untuk seseorang.” Maka setelah tragedi Peletakan Batu Pertama RSS terjadi, falsafah hidup di atas merasa tergoncang/tidak harmonis. Sebab masyarakat Sumbar/Minang tidak diajak berembuk oleh pemerintahan setempat (oknumoknum yang terlibat)—‘indak basuluah matoari, bagalanggang urang rami’. Akhirnya menimbulkan kesenjangan, baik itu bagi masyarakat di ranah, maupun di rantau. Lantas kemanakah tersuruknya ungkapan adat: “urang Minang murah kucindan, mambuhuo indak mangasam, bapantang kato manikam, lamak diawak, katuju diurang”? Ini semestinya yang harus dicamkan oleh oknum-oknum yang terlibat (termasuk bagi pendukungannya) atas pemberian izin pembangunan RSS. Walaupun kehadirannya akan mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di ranah, namun di saat beriringan juga akan mengurangi jumlah anak dan kemenakan Minang yang beragama Islam. Ini yang pasti! Jika ini tidak terbukti, maka dustalah ayat al-Quran di bawah ini. Lain dari itu, bukankah pepatah adat mengingatkan: “maambiak contoh ka nan sudah, maambiak tuah ka nan bana”, berikut konkritnya: Pertama, sebagaimana yang disebutkan al-Qur'an: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu," (Al-Baqarah, 2/120). Ayat itu ‘hidup’! Artinya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah berhenti mensiasati agama-agama lain untuk berpindah kepada agama yang mereka bawa. Terlebih lagi masyarakat Minang Kabau yang terkenal denganABS-SBKnya. Asy-Syaikh Abdullah Azzam mengatakan: “umat Islam pernah jaya berkat dienul Islam dalam masa yang tidak sebentar. Umat yang khilafahnya telah dapat memberikan pengayoman kepada sebagian besar negeri di dunia dengan kitab Allah. Keagungan dan kemulian itu kini hanya tinggal legenda lama yang disenandungkan bocah-bocah kecil. Sistem khilafahnya telah runtuh di tangan orang Nasrani, sebagian dirampas Yahudi dan yang lainnya. Sedangkan yang masih tertinggal dikuasai orang-orang sekuler. Musuh-musuh kita saling memperebutkan kita dengan menyebarkan berbagai ajaran dan doktrin filsafat sesat melalui berbagai lembaga, yayasan, proyek dan pemerintahan. Mereka bersekongkol untuk memerangi Islam dan kaum muslimin. Sebagian ada yang didorong oleh kedengkian yang terpendam, yang lainnya didorong oleh niat untuk mengungkit permusuhan lama,” (Azzam, 2002: 7). Kedua, apa yang disebutkan Azzam di atas terbukti! Karena ada sebagian dari orang Minang yang murtad, (lihat Rohidin, 2006 dan; Bakhtiar dkk, 2005). Begitulah sepenggal kisah pengkristenisasian yang dihadapi orang Minang. Caranya bermacam-ragam: melalui bantuan korban gempa (tahun 2009) lalu, yaitu dengan ditemukannya Injil dan Komik serta ajakan untuk pindah agama. Pada akhirnya Buya Mas’oed pun angkat pena: “pemberian dari mana saja boleh diterima, tetapi jika sudah bermisi pemurtadan sumbangan harus ditolak sepenuhnya,” (Harian Singgalang 8/12/09). Sedangkan pada hari, tanggal dan tahun yang berbeda hal serupa juga melanda, (Harian Singgalang, 18/1/10). Di masa Buya Hamka, M. Yunus, M. Natsir dkk, bernafas, peristiwa yang ‘sama’ pernah terjadi. Tetapi dengan kuatnya pengaruh dari tokoh-tokoh tersebut, akhirnya pendirian RS bisa terhenti. Namun dalam konteks kekinian, sangat disayangkan, walaupun setumpuk keberadaan tokoh Minang, sepertinya belum mempunyai ‘taji’ di ranahnya sendiri. Buktinya, sejauh ini pembangunan RSS masih berlanjut. Padahal sama diketahui bahwa Yahudi dan Nasrani ini terkenal dengan pandainya memanfaatkan situasi dan kondisi: ‘indak lalu dandang di aie, di gurun ditanjakkan juo, gagal kini, bisuok ulangi’: bagaimana caranya bisa memisahkan persenyawaan antara adat dan agama: karena menjungkirbalikan adat yang tinggal sebatang lebih mudah dibanding selama ia dikawal Islam: ibarat ‘ijuak tak basaga’ dan; menggarap Islam yang tersisih akan semakin efektif, umpama ‘rumah tak badindiang.’ Nabil Subhi ath-Thawil mengatakan bahwa: “penyakit selalu menjadikan manusia dilanda kerisauan, kegelisahan dan kecemasan sedemikian hebatnya sehingga ia tak ragu lagi untuk menerima pertolongan dari siapa pun yang menjanjikan kepadanya keselamatan dari kesengsaraannya serta kesembuhan dari penyakit-penyakit fisik dan mental yang dideritanya. Kaum missionaris Kristen sejak lama sekali telah menyadari hakikat ini. Mereka sangat menjadi berpengalaman dan mahir dalam mengekplorasi kelemahan watak manusia seperti itu, terutama di banyak negara-negara Asia-Afrika yang dihuni kaum Muslimin. Dengan jalan ini mereka telah berhasil mengalihkan sejumlah besar fakir miskin kalangan kaum Muslimin dari agama mereka, (ath-Thawil, 1985: 107-108). Ketiga, berdasarkan pada data bahwa ranah Minang bersama wilayah Banten merupakan target Kristenisasi melalui “Proyek Jericho 2000,” (Azra, 2006: 141). Begitulah kilasan potret Rang Minang dalam Pusanran Incaran kristenisasi yang tiada henti. Itulah bentuk dari kelicikan Yahudi dan Nasrani. Jika tidak demikian, dustalah ayat al-Qur’an di atas! Akhir kata, semoga segenap masyarakat Minang Kabau merenungkan kembali apa yang disampaikan ayat Suci di atas, karena ayat tersebut ‘hidup’. Artinya hanya terompet sangkakalalah yang mampu menghentikan missi Yahudi dan Nasrani itu. Lain dari itu, tentunya tugas ini bagian dari pengaplikasian Adat Bersandi Syarak, Syarak Bersandi Kitabullah, Syarak Mangato, Adat Mamakai—tidak saja lewat retorika, tetapi menjadikannya bagaian dari iman—apa yang disebutkan itulah yang dikerjakan. Sebab “rapunya bangsa selama ini lantaran LAKU telah mengkhianati KATA, tegas Buya Prof. Ahmad Syafii Maarif. Ass. Wr.Wb. Sagitu sajo dulu dari ananda kapado Angku-Angku, Bundo Kanduang, Uda jo Uni di palanta wak ko, bari maaf nanda jikok ado kato-kato nanda yang indak pado tampeknyo. Sebab nanda lah garam bana maliek tingkah-laku ‘Alun-Ulama, Niniek-Ngangak, Ciluah-Caga’ dan nan ikuik sakaki dalam pembangunan RSS tu. Alasan nanda sederhana sajo, sebagaimana lantunan ayat Suci di ateh. Jiko itu duto (ayat al-Qur’an), nanda-lah urang partamo yang akan pindah agamo. Mulyadi Putra, Suku Koto Solo, 22-5-13, Jawa Tengah.