BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kanker Serviks
a. Definisi kanker serviks
Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus
menerus dan tidak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta
dapat menjalar ketempat yang jauh dari asalnya yang disebut
metastasis. Sel kanker bersifat ganas dan dapat menyebabkan kematian,
dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel ditubuh manusia (Depkes
RI, 2009). Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada area leher
rahim (serviks). Serviks adalah bagian rahim yang menghubungkan
uterus bagian atas dengan vagina. Bagian serviks yang dekat dengan
uterus disebut endoserviks, sedangkan yang dekat dengan vagina
disebut eksoserviks. Tempat dimana kedua bagian tersebut bertemu
disebut zona transformasi. Sebagian besar kanker serviks berawal pada
zona transformasi (American Cancer Society, 2015).
b. Patologi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering
pada perempuan. Kanker serviks ini sebagian besar (90%) adalah
karsinoma sel squamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma.
Karsinoma sel squamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks
(persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi). Karsinoma
serviks infasif terjadi bila tumor menginvasi epithelium masuk ke
dalam stroma serviks. Kanker serviks menyebar luas secara langsung ke
dalam
jaringan
paraservikal.
Pertumbuhan
yang
berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada
jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau
meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale, dan rongga
4
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
5
endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah
mengakibatkan metastasis ke bagian tubuh yang jauh (Price, 2005).
c. Faktor Resiko Kanker Serviks
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV namun ada banyak
faktor yang menyebabkan infeksi HPV itu lebih cepat menimbulkan
kanker. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1) Perilaku seksual
Studi epidemioligi kanker serviks skuamosa berhubungan
kuat dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti mitra seks dan
usia saat melakukan hubungan seks yang pertama. Risiko
meningkat lebih dari 10 kali bila mitra seks 6 atau lebih, atau bila
hubungan seks pertama dibawah umur 15 tahun. Juga risiko
meningkat bila berhubungan dengan pria berisiko tinggi yang
mengidap kondiloma akuminatum. Pria beresiko adalah pria yang
melakukan seks dengan banyak mitra seks (Rasjidi, 2009).
2) Merokok
Merokok, merupakan faktor resiko yang signifikan pada
kanker serviks. Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa wanita
yang aktif merokok lebih dari 15 batang rokok per hari mempunyai
resiko 2 kali lebih besar terkena infeksi HPV dibanding wanita
yang tidak merokok (Moutinho, 2011).
3) Jumlah kehamilan
Jumlah kehamilan dan partus, karsinoma uteri terbanyak
dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering wanita
partus maka semakin besar pula resiko terkena kanker serviks
(Yuliatin, 2011), pada wanita yang hamil pertama kali pada usia
lebih dari 56 tahun, mempunyai resiko lebih dari 2 kali terkena
kanker serviks dan pada wanita yang melahirkan pertama kali pada
usia 12-19 tahun juga dapat meningkatkan resiko menderita kanker
serviks sebesar 40% dan 50% pada usia 20-24 tahun (Clarke et al.,
2011).
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
6
4) Kontrasepsi oral
Penggunaan pil kontrasepsi dalam jangka waktu > 5 tahun
meningkatkan resiko kanker leher rahim sebanyak dua kali
(American Cancer Society, 2015). Mengapa Pil KB dapat
memberikan efek negatif untuk kanker leher rahim, karena tugas
Pil KB adalah mencegah kehamilan dengan cara menghentikan
ovulasi dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak
dilalui sperma (Rasjidi, 2008).
Menurut penelitian jika menggunakan kontrasepsi barier
(penghalang), terutama yanng menggunakan kombinasi mekanik
dan hormon memperlihatkan penurunan angka angka kejadian
kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan
terhadap agen penyebab infeksi. Sedangkan jika memakai
kontrasepsi oral yang diapakai jagka panjang yaitu lebih dari empat
tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali. World Health
Organization (WHO) melaporkan resiko relatif pada pemakaian
kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan
lamanya pemakaian (Rasjidi, 2008).
5) Etnis dan faktor sosial
Wanita dikelas sosial ekonomi yang paling rendah memiliki
faktor resiko lima kali lebih lebih besar dari pada faktor risiko pada
wanita dikelas yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin
dikacaukan oleh hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan
kesehatan. Di USA ras negro, hispanik, dan wanita Asia memiliki
insiden kanker serviks yang lebih tinggi dari pada wanita ras kulit
putih. Perbedaan ini mungkin mencerminkan pengaruh dari sosial
ekonomi (Rasjidi, 2009).
6) Pemakaian Diethylstilbestrol (DES)
DES adalah obat penguat kehamilan yang dikonsumsi
untuk mencegah keguguran.Obat ini sekarang sudah tidak populer.
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
7
Para ahli menyimpulkan DES berpotensi menimbulkan sel kanker
diwilayah serviks (Setiati, 2009).
d. Etiologi Kanker Serviks
Kanker serviks disebabkan oleh Human papilloma Virus atau
lebih dikenal dengan HPV. Virus kanker serviks bersifat spesifik dan
hanya tumbuh didalam sel manusia, terutama pada sel-sel lapisan
permukaan/ epitel mulut rahim. HPV merupakan virus DNA yang
berukuran 8.000 pasang basa berbentuk ikosahedral dengan ukuran 55
nm, memiliki 72 kapsomer, dan 2 protein kapsid. Karena ukuran virus
HPV sangat kecil, virus ini bisa menular melalui mikro lesi atau sel
abnormal di vagina (Samadi, 2011).
HPV tipe 16 bersamaan dengan tipe 18 dapat menyebabkan
70% dari seluruh kejadian kanker serviks. Selain itu, tipe 45 dan 31
menduduki urutan ketiga dan ke empat tipe HPV penyebab kanker
serviks. Tipe 16, 18, 45, dan 31 secara bersama-sama bertanggung
jawab atas 80% kejadian kanker serviks diseluruh dunia (Emilia, 2010).
e. Gejala Kanker Serviks
1) Gejala awal
a) Perdarahan pervaginam/ lewat vagina, berupa perdarahan pasca
senggama
atau perdarahan spontan diluar masa
haid.
Perdarahan pasca senggama bisa terjadi bukan disebabkan oleh
adanya kanker serviks, melainkan karena iritasi atau mikro lesi
atau luka-luka divagina saat bersenggama. Serviks yang normal
konsistensinya kenyal dan permukaannya licin. Adapun serviks
yang sudah berubah menjadi kanker bersifat rapuh, mudah
berdarah, dan diameternya bisa membesar. Serviks yang rapuh
tersebut akan mudah berdarah pada saaat aktifitas seksual
sehingga terjadi perdarahan pasca senggama. Oleh karena itu,
apapun bentuk perdarahan pasca senggama, sudah seharusnya
diperiksa dengan seksama untuk melihat adakah tanda-tanda
kanker pada serviks (Setiati, 2009).
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
8
b) Keputihan yang berulang, tidak sembuh-sembuh walaupun
telah diobati. Keputihan biasanya berbau, gatal, dan panas
karena sudah ditumpangi infeksi sekunder. Artinya cairan yang
keluar dari lesi dari lesi prakanker atau kanker tersebut
ditambah infeksi oleh kuman, bakteri ataupun jamur. Tidak
semua keputihan terkait dengan kanker serviks. Ini penting
dipahami karena bisa menimbulkan kekhawatiran yang
berlebih dan tidak pada tempatnya. Keputihan yang normal
memiliki ciri-ciri, seperti terjadi menjelang haid, lendir jernih,
tidak berbau, dan tidak gatal. Keputihan yang wajar, yang bisa
terjadi pada semua wanita disebabkan karena kelembapan serta
kebersihan yang kurang pada daerah kewanitaan atau vagina.
Biasanya, disertai infeksi oleh kuman/bakteri dan jamur.
Keputihan jenis ini akan sembuh dengan pengobatan dan kalau
kambuh perlu waktu cukup lama (Novel et al, 2010).
2) Gejala lanjut
Nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Beberapa
penderita mengeluarkan nyeri berkemih, hematuria, perdarahan
rektum sampai sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke
kelenjar getah bening tungkai bawah dapat menimbulkan oedema
tungkai bawah, atau terjadi uremia bila telah terjadi penyumbatan
kedua ureter (Aziz et al, 2006).
f. Diagnosa Kanker Serviks
Diagnosa kanker serviks bisa dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan yaitu:
1) Tes Pap (Pap smear)
Tes Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi dari serviks
untuk mendeteksi adanya sel yang abnormal sebelum berkembang
menjadi lesi prakanker atau kanker serviks sedini mungkin,
terutama pada wanita dengan seksual aktif maupun yang telah
divaksinasi (Rasjidi, 2009). Pemeriksaan Pap smear dilakukan
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
9
dengan
mengambil
sel
dipermukaan leher
rahim
dengan
menggunakan spatula, sel ini kemudian dioleskan pada kaca dan
dipulas dengan teknik tertentu yang kemudian diperiksa dengan
menggunakan mikroskop (WHO, 2006).
2) Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
IVA merupakan tes visual menggunakan larutan asam cuka
(asam asetat 3-5%) dan larutan iosium lugol pada serviks dan
melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan.
Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia.
IVA positif bila ditemukan adanya area berwarna putih dan
permukaannya meninggi dengan batas yang jelas disekitar zona
transformasi (Rasjidi, 2009).
3) Kolposkopi
Kolposkopi dilakukan jika semua hasil tes pada metode
sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan.
Prosedur kolposkopi dilakukan dengan menggunakan alat yang
dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang
terinfeksi. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah lesi atau
jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim (Yuliatin,
2011).
4) Biopsi
Biopsi dilakukan dengan mengambil sepotong kecil
jaringan dari daerah yang terlihat normal. Kemudian ahli patologi
akan melihat jaringan tersebut di bawah mikroskop. Biopsi adalah
satu-satunya cara untuk mengetahui pasti apakah daerah yang
abnormal adalah prakanker, benar-benar kanker atau tidak. Biopsi
pada serviks dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kram, atau
bahkan nyeri pada beberapa wanita (American Cancer Society,
2015).
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
10
g. Terapi Kanker Serviks
Jenis umum pengobatan untuk kanker serviks meliputi operasi
(bedah), radiasi, kemoterapi dan targeted-therapy. Untuk stadium awal
kanker serviks, baik operasi atau radiasi dikombinasikan dengan
kemoterapi
dapat
digunakan.
Untuk
stadium
lanjut,
radiasi
dikombinasikan dengan kemoterapi biasanya merupakan pengobatan
utama (American Cancer Society, 2015).
1) Operasi (bedah)
Pada prinsipnya operasi sebagai pengobatan apabila kanker
belum menyebar yang tujuannya agar kanker tidak kambuh lagi.
Operasi terutama dilakukan untuk kuratif
disamping
tujuan
paliatif (meringankan). Operasi dilakukan pada karsinoma in
situ dan mikroinvasif, dalam operasi tumor dibuang dengan
konisasi, koagulasi, ataupun histerektomi. Khusus karsinoma
mikroinvasif banyak ahli ginekologik memilih tindakan (seluruh
rahim diangkat berikut sepertiga vagina, serta penggantung rahim
akan dipotong hingga sedekat mungkin dengan dinding panggul).
Pada perempuan yang masih menginginkan anak pilih tidak
atau
penderita
yang
menolak
histerektomi
dapat
dipertimbangkan konisasi atau elektokoagulasi. Pada karsinoma
invasif stadium IB dan IIA, lebih banyak dipilih tindakan
operasi pengangkatan rahim secara total berikut kelenjar getah
bening sekitarnya (histerektomi radikal) (Samadi, 2011).
2) Radiasi
Radiasi adalah terapi untuk menghancurkan kanker dengan
sinar ionisasi. Kerusakan yang terjadi akibat sinar tidak terbatas
pada sel-sel kanker saja tetapi juga pada sel–sel normal
disekitarnya, tetapi kerusakan sel kanker umumnya lebih besar
dari pada sel-sel normal, karena itu perlu diatur dosis radiasi
sehingga kerusakan jaringan yang normal minimal dan dapat pulih
kembali (Samadi, 2011).
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
11
a) Radiasi eksternal, seperti radiasi pada umumnya yaitu
mendapatkan sinar x-ray tetapi dengan dosis radiasi yang lebih
kuat. Radiasi eksternal biasanya dikombinasikan dengan
kemoterapi
(kemoradiasi).
Biasanya
digunakan
cisplatin
dengan dosis rendah, tetapi obat kemoterapi lainnya juga dapat
digunakan. Radiasi diberikan 5 hari dalam seminggu selama 6
sampai 7 minggu. Efek samping yang umum terjadi pada
radiasi eksternal yaitu kelelahan, diare, mual muntah,
perubahan kulit (American Cancer Society, 2015).
b) Radiasi
internal, pada
radiasi
internal
sumber
radiasi
ditempatkan di atau dekat dengan kanker. Sumber radiasi
ditempatkan dalam perangkat yang ada di vagina (dan kadangkadang pada serviks). Efek samping yang paling umum terjadi
adalah iritasi pada vagina, efek lain yang muncul yaitu
kelelahan, diare, mual, iritasi kandung kemih, dan darah rendah
(American Cancer Society, 2015).
3) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti
kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang
bertujuan membunuh sel kanker. Kemoterapi biasanya diberikan
dalam beberapa siklus (American Cancer Society, 2015).
Berdasarkan alasan utama dilakukan, kemoterapi dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
a) Kemoterapi
dilakukan
paliatif, merupakan jenis kemoterapi
dengan
alasan
untuk
mengendalikan
yang
atau
melenyapkan tumor untuk meringankan gejala kanker seperti
rasa sakit.
b) Kemoterapi adjuvant, jenis kemoterapi yang dilakukan dengan
alasan untuk mencegah kemunculan kembali sel-sel kanker
setelah pembedahan atau terapi radiasi, untuk mengontrol
tumor. Cara kerja kemoterapi ini adalah dengan membidik dan
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
12
melenyapkan sel kanker yang berkembang dengan sangat cepat
di dalam tubuh.
c) Kemoterapi Neo-adjuvant, kemoterapi yang dilakukan dengan
alasan untuk mengurangi tumor sehingga mudah dioperasi
yang diberikan sebelum operasi.
Pada beberapa stadium kanker kanker serviks, kemoterapi
dan radiasi diberikan secara bersamaan (kemoradiasi), dalam hal
ini kemoterapi membantu radiasi sehingga bekerja lebih baik.
Pilihan terapi kemoradiasi meliputi cisplatin yang diberikan 1
minggu sekali selama radiasi sekitar 4 jam sebelum radiasi, selain
itu bisa juga digunakan cisplatin yang dikombinasikan dengan 5fluorouracil (5-FU) yang diberikan setiap 4 minggu selama radiasi
(American Cancer Society, 2015).
Obat yang paling sering digunakan untuk mengobati kanker
serviks stadium lanjut meliputi cisplatin, carboplatin, paclitaxel
(taxol), topotecan, gemcitabine (gemzar). Beberapa obat lain juga
dapat digunakan seperti docetaxel (taxotere), ifosfamide (ifex), 5fluorouracil
(5-FU),
irinotecan
(camptosar,
CPT-11),
dan
mitomycin (American Cancer Society, 2015).
Obat kemoterapi dapat membunuh sel kanker tetapi juga
merusak beberapa sel normal yang dapat menyebabkan efek
samping tertentu. Efek samping tergantung pada jenis obat, jumlah
yang diambil, dan lamanya waktu penggunaan obat kemoterapi.
Efek samping yang umum dari kemoterapi dapat meliputi mual
muntah, kehilangan selera makan, kehilangan rambut, mulut luka,
kelelahan. Karena kemoterapi dapat merusak sel-sel darah yang
memproduksi sumsum tulang, jumlah sel darah mungkin menjadi
rendah. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan terjadinya
infeksi (dari kekurangan sel darah putih), perdarahan atau memar
setelah luka kecil (karena kekurangan trombosit darah), sesak
napas (karena jumlah sel darah merah yang rendah). Ketika
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
13
kemoterapi diberikan dengan radiasi, efek samping sering lebih
parah terjadi seperti mual dan kelelahan sering lebih buruk, diare
juga dapat menjadi masalah jika kemoterapi diberikan pada saat
yang bersamaan dengan radiasi. Masalah dengan jumlah darah
rendah juga bisa lebih buruk (American Cancer Society, 2015).
h. Stadiun Kanker Serviks
Penentuan stadium kanker serviks menurut International
Federation of Gynecologic and Obstetric (FIGO) masih berdasarkan
pada pemeriksaan klinis praoperatif ditambah dengan foto toraks serta
sitoskopi dan rektoskopi. Klasifikasi kanker serviks menurut FIGO
dapat dilihat pada tabel 1.
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
14
Tabel 1. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000
Stadium
Tanda-tanda
0
Karsinoma in situ, karsinoma intra epitelial
I
Terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan)
IA
Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik.
Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya lesi tidak
lebih dari 7 mm
IA1
Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak
lebih dari 7 mm
IA2
Kedalaman invasi stroma lebih dar 3,00 tapi kurang dari 5 mm dan lebar
tidak lebih dari 7 mm
IB
Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari IA
IB1
Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm
IB2
Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm
II
Melibatkan vagina, tetapi belum sampai ⅓ bawah atau infiltrasi ke
parametrium belum mencapai dinding panggul
IIA
Meliibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium
IIB
Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul
III
Tumor meluas ke dinding panggul dan/atau meliputi ⅓ distal vagina
dan/atau menyebabkan hydronephrosis atau tidak berfungsinya ginjal
.IIIA
Tumor meluas ke ⅓ distal vagina dan infiltrasi parametrium belum
mencapai dinding panggul
IIIB
Tumor menyebar ke dinding panggul dan/atau menyebabkan
hydroneprosis atau tidak berfungsinya ginjal
IV
Perluasan ke luar organ reproduktif
IVA
Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum
IVB
Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul.
(Aziz et al, 2006)
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
15
2. Kualitas hidup
a. Definisi Kualitas Hidup
Menurut
World
Health
Organozation
Quality
of
Life
(WHOQOL), kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi
individu dalam hidup sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya, dimana individu hidup dan hubungannya dengan harapan,
tujuan, standar yang ditetapkan dan perhatian dari seseorang. Masalah
yang mencakup kualitas hidup sangat luas dan kompleks termasuk
masalah kesehatan fisik, status psikologik, tingkat kebebasan, hubungan
sosial, dan lingkungan dimana mereka berada (WHO, 2006). Menurut
WHOQOL-BREF terdapat empat dimensi mengenai kualitas hidup
meliputi (Rapley, 2003):
1) Dimensi Kesehatan fisik
2) Dimensi Kesejahteraan psikologis
3) Dimensi Hubungan sosial
4) Dimensi Hubungan dengan Lingkungan
b. Kuesioner EQ-5D – 5L
EQ-5D – 5L merupakan kuesioner standar dari status kesehatan
yang dikembangkan oleh EuroQol Group untuk menyediakan alat ukur
yang sederhana, generik untuk penilaian kesehatan secara klinis dan
ekonomi. EQ-5D terdiri dari sistem deskriptif EQ-5D – 5L, EQ visual
analogue scale (EQ – VAS), dan EQ-5D – 5L utility index. Sistem
deskriptif menilai lima dimensi yaitu mobilitas, perawatan diri, aktivitas
sehari-hari, rasa nyeri/ tidak nyaman dan rasa cemas/ depresi. Setiap
dimensi dibagi dalam lima level keparahan yaitu tidak ada masalah
(level 1), sedikit masalah (level 2), masalah sedang (level 3), masalah
berat (level 4) dan masalah sangat berat (level 5). Dalam masingmasing dimensi dapat juga dibagi dalam dua status kesehatan yang
berbeda yaitu “tidak ada masalah” dan “ada masalah”. Pada petunjuk
penggunaan kuesioner EQ-5D-5L disebutkan bahwa penggolongan dua
status kesehatan menjadi “tidak ada masalah” dan “ada masalah”
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
16
dilakukan jika jumlah populasi yang kecil atau sedikit. Disebut “tidak
ada masalah” yaitu jika jawaban responden pada level 1 dan “ada
masalah” yaitu jika jawaban responden pada level 2 hingga 5. Pada EQ
– VAS responden diminta menilai keadaan kesehatan keseluruhanya
antara 0 – 100 pada skala vertikal 20 cm analog visual, dimana 0 adalah
keadaan kesehatan yang paling buruk yang dapat dibayangkan dan 100
adalah keadaan kesehatan terbaik yang dapat dibayangkan. EQ-5D – 5L
index diturunkan dari nilai time trade-off dari populasi United Kingdom
(UK) (Vrettos et al., 2012).
EQ-5D – 5L dapat digunakan untuk menilai kualitas hidup
terkait kesehatan pasien kanker yang menjalani kemoterapi dan
caregivers, meskipun EQ-5D – 5L merupakan instrumen generik
namun terdapat bukti yang menunjukan bahwa kuesioner EQ5D – 5L
memiliki sensitivitas yang dapat dibandingkan dengan kuesioner
spesifik kanker seperti EORTC QLQ C–30. EQ5D-5L merupakan
kuesioner yang paling luas penggunaanya untuk mengukur kualitas
hidup terkait kesehatan dan hanya memiliki 5 item sehingga mudah
untuk diberikan dan dilengkapi. EQ5D – 5L telah meningkat
penggunaannya pada pasien kanker, yang paling umum digunakan
untuk studi kelompok pasien kanker dengan primary tumor site yang
sama (Vrettos et al., 2012).
Kualitas Hidup Pasien..., Siti Robi’atul ‘Adawiyah, Fakultas Farmasi UMP, 2015
Download