SISTEM PENGOBATAN GIGI TRADISIONAL OMPRONG DI KALANGAN MASYARAKAT DESA TLAHAP KECAMATAN PEJAWARAN KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Awang Syah Agustino 3401411043 JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 i PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes : Hari : Kamis Tanggal : 5 November 2015 ii PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertanggung jawabkan di depan siding panitia Ujian Skripsi Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, pada: Hari : Tanggal : iii PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, 16 November 2015 Awang Syah Agustino NIM. 3401411043 iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN Tuhan menciptakan kedua mata kita di depan karena kita harus melihat ke depan, bukan ke belakang dan masa lalu Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan, akan tetapi sesudah dikerjakan Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles) Jagalah hatimu dekat dengan Tuhan Mundur sedikit untuk melompat lebih tinggi PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk Allah SWT atas limpahan rahmat serta ridho-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Kedua orang tua Bapak Sutjipto dan Ibu Siti Sholehah yang telah memberikan segala dukungan, doa dan kasih saying sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Kakak dan Embak yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sahabat-sahabat tercinta: Deva, Dwi, Hanif, Indra, Yoga dan teman-teman satuangkatan yang memberikan motivasi dan dorongan untuk terselesaikan-Nya skripsi ini. Teman-teman seperjuangan di Rombel 1 yang telah memberikan warna dalam pertemanan v SARI Agustino, Awang Syah. 2015. Sistem Pengobatan Gigi Tradisional Omprong di Kalangan Masyarakat Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. Skripsi, Jurusan Sosiologi dan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Kuncoro Bayu Prasetya, S. Ant, M.A., Pembimbing II Dra.RisiIswari, M. Si. 67 Halaman. Katakunci: Masyarakat Desa Tlahap, Omprong, Pengobatan, Tradisional Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara memiliki suatu system pengobatan tradisional yang unik untuk mengobati sakit gigi dan masyarakat setempat mengetahuinya dengan nama omprong. Pengobatan gigi Omprong adalah nama yang dikenal oleh masyarakat yang biasanya untuk pengobatan gigi berlubang dan gusi bengkak, namun pada masyarakat Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara menyebutkan dengan gigi omprong. Pengobatan tradisional tersebut sudah ada sejak zaman dahulu dan dijalankan oleh Bapak Slamet. Pengobatan tradisional ini sudah cukup terkenal dan dipercaya oleh masyarakat Desa Tlahap serta masyarakat sekitar Desa.Tujuan penelitian ini 1) Mengetahui sistim pengobatan gigi tradisional omprong pada Desa Tlahap, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara dilakukan, 2) Mengetahui alasan masyarakat Desa Tlahap masih yakin dengan adanya terhadap pengobatan gigi tradisional omprong. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian Studi Kasus. Lokasi penelitian di Desa Tlahap, Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Tlahap. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) system pengobatan gigi tradisional omprong sebagai pengalaman turun-temurun. Sakit gigi yang dialami oleh masyarakat yaitu karena gigi berlubang dan gusi yang bengkak sehingga menyebabkan adanya sakit gigi. Pak Slamet sebagai praktisi pengobatan omprong mengklasifikasikan jenis penyakit gigi yang ditangani menjadi 2 jenis, yaitu gigi growing atau berlubang dan gusi bengkak. Kepercayaan pengobatan gigi tradisional omprong agen yang menyebabkan sakit gigi adalah adanya ulat yang bersarang pada gigi yang berlubang. Masayarakat setempat biasanya menyebutkan ulat tersebut dengan istilah gendhon. Gendhon atau ulat ini adalah penyebab timbulnya sakit gigi yang dialami oleh masyarakat Desa Tlahap, karena gendhon tersebut bersarang pada gigi yang berlubang. Proses pengobatan gigi tradisional omprong memiliki 3 tahapan. a) Konsultasi dengan praktisi pengobatan gigi tradisional omprong, b) Peralatan yang di gunakan saat melakukan pengobatan gigi omprong, c) Do‟a saat mau melakukan pengobatan gigi omprong, d) Gambaran cara pengobatan gigi omprong di Desa Tlahap. 2) alasan masyarakat vi menyakini pengobatan gigi tradisional omprong dari pada pengobatan modern adalah 1) Keyakinan masyarakat mengenai adanya pengobatan gigi tradisional omprong sangat baik dan membatu sekali bagi masyarakat Desa Tlahap, 2) Faktor Kemanjuran Menyebabkan Masyarakat Desa Tlahap Masih Menyakini Pengobatan Gigi Tradisional Omprong dibagi menjadi 3 macam a) pengaruh dari orang lain, Masyarakat datang berobat ke pengobatan gigi tradisional omprong karena ikut – ikutan yang sudah pernah, b) faktor biaya yaitu pengobatan gigi tradisional omprong tidak mematok biaya, c) Kepercayaan terhadap pengobatan gigi tradisional omprong yang kuat membuat masyarakat lebih memilih ke pengobatan tersebut vii PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat serta hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sistem Pengobatan Gigi Tradisional Omprong di Kalangan Masyarakat Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara”. Penulis menyadari tanpa bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak-pihak yang berjasa dalam penyusunan skripsi ini, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasaih kepada : 1. Prof.Dr. Fathur Rakhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 3. Dra Elly Kismini, M.Si, a. n Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Sekertaris Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 4. Kuncoro Bayu Prasetyo, S.Ant.,M,A, Dosen Pembimbing I dan Dra. Rini Iswari, M. Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi 5. Bapak dan ibu dosen Sosiologi dan Antropologi yang sudah banyak memberi saya ilmu selama kuliah di UNNES 6. Bapak Slamet Praktisi pengobatan gigi tradisional omprong 7. Masyarakat Desa Tlahap yang telah membantu penelitian ini 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memotivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. viii Penulis menyadari penyusunan dalam skripsi ini, masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.Terimakasih Semarang, November 2015 Awang Syah Agustino ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iii PERNYATAAN ........................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v SARI ............................................................................................................. vi PRAKATA ................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................ x DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ................................................................................ B. PerumusanMasalah ........................................................................ C. TujuanPenelitian ............................................................................ D. ManfaatPenelitian .......................................................................... E. BatasanIstilah ................................................................................. 1 5 6 6 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KajianPustaka ................................................................................ 9 B. LandasanTeoritikdanKerangkaKonsep .......................................... 12 C. KerangkaBerpikir ........................................................................... 16 BAB III METODE PENELITIAN A. PendekatanPenelitian ...................................................................... B. LokasiPenelitian .............................................................................. C. FokusPenelitian ............................................................................... D. SubjekPenelitian ............................................................................. E. Sumber Data ................................................................................... F. TeknikPengumpulan Data .............................................................. G. Keabsahan Data .............................................................................. H. TeknikAnalisis Data ....................................................................... I. Prosedur Penelitian ................................................................................ x 19 19 20 20 20 24 28 29 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Masyarakat Desa Tlahap ................................................ 36 B. Sistem Pengobatan Gigi Tradisional Omprong yang Dipraktikan pada Masyarakat Desa Tlahap ........................................................ 45 C. Alasan Masyarakat Desa Tlahap Masih Menyakini dan Memanfaatkan Pengobatan Gigi Omprong daripada Pengobatan Gigi Yang modern ........................................................................... 55 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 67 B. Saran ............................................................................................. 68 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN xi DAFTAR TABEL Tabel 1 Informan Penelitian ......................................................................... Tabel 2 InformanPendukung ........................................................................ Tabel 3 DaftarPekerjaanMasyarakatDesaTlahap ......................................... Tabel 4 Daftar TingkatPendidikanMasyarakatDesaTlahap......................... xii 21 23 37 38 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 KondisiLingkunganDesaTlahap ................................................. 36 Gambar 2 KondisiKehidupanMasyarakatDesaTlahap Yang MasihTertinggal.... ..................................................................... 38 Gambar 3 RumahPraktisiPengobatan Gigi Omprong ................................. 41 Gambar 4 Terong Bulat ............................................................................... 43 Gambar 5 Ampar kayu ................................................................................ 50 Gambar 6 Biji Terong dan Minyak Goreng ................................................. 50 Gambar 7 Lempengan Besai ........................................................................ 50 Gambar 8 Proses Persiapan Pengobatan Oleh Bapak Slamet ...................... 50 Gambar 9 Proses Pengobatan Gigi Omprong .............................................. 53 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 instrumen Penelitian ................................................................. 71 Lampiran 2 Pedoman Pengumpulan Data .................................................... 72 Lampiran 3 Pedoman Observasi .................................................................. 74 Lampiran 4 Pedoman Wawancara ............................................................... 76 Lampiran 5 Daftar Informan ........................................................................ 80 Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................. 82 xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Banjarnegara secara administratif tergabung dalam wilayah ProvinsiJawa Tengah, Indonesia.Masyarakat Banjarnegara merupakan bagian dari lingkup budaya Banyumas. Adat - istiadat yang terdapat di Banjarnegara tidak jauh berbeda dengan adat istiadat yang terdapat pada daerah Banyumas pada umumnya.Masyarakat Banjarnegara mayoritas masih memegang teguh adat serta kebudayaan Jawa yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Pada umunya masyarakat yang hidup di Banjarnegara masih melakukan berbagai upacara ritual sebagai warisan leluhur. Upacara dan tradisi adat masih dipegang kuat dan dihormati di dalam kehidupan masyarakat.Masyarakat Banjarnegara masih sangat mempercayai dengan adanya mitos dan juga yang berhubungan dengan supranatural.Hal ini tentu tidak mengherankan, karena masyarakat Jawa sangatlah kental dengan budaya tradisionalnya. Masyarakat Jawa selalu mengaitkan kebudayaan dengan hal-hal yang mistis dan bersifat supranatural.Seperti yang dapat dijumpai diberbagai belahan pulau Jawa, banyak masyarakat melakukan ritual-ritual untuk melakukan penyembahan dalam rangka mendapatkan keselamatan, kesehatan, kesejahteraan, kenyamanan serta permohonan yang lainnya.Banyak masyarakat Jawa yang mempercayai adanya berbagai mitos yang dianggap sebagai sebuah hal yang sakral, kemudian memunculkan pantangan-pantangan tertentu. Meskipun hal tersebut tidak hanya 1 2 dapat ditemukan di pulau Jawa saja, hal ini tidak jarang pula dapat ditemukan diberbagai daerah lain. (Koentjaraningrat, 1984). Mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi.Beberapa mitos yang selama ini beredar di masyarakat telah dipegang teguh kebenarannya, meskipun belum tentu bahwa mitos tersebut benar.Begitu kuatnya keyakinan masyarakat terhadap suatu mitos tentang sesuatu hal, sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat.Mitos juga merujuk kepada satu cerita dalam sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu peristiwa yang pernah terjadi pada masa dahulu.Jadi, mitos juga diartikan sebagai cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam. Masyarakat Jawa sampai saat ini masih mempercayai dengan adanya mitos-mitos yang berkembang di masyarakat, karena masyarakat Jawa tidak akan terlepas dari kebudayaannya (Harsojo, 1988). Masyarakat dan kebudayaanmerupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Kebudayaan dan masyarakat manusia merupakan dwi tunggal yang tak terpisahkan. Hal ini disebabkan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan karena tanpa kebudayaan tidak mungkin masyarakat dapat bertahan hidup, masyarakat adalah wadah, dan budaya adalah isi.Terdapat hubungan timbal balik antara manusia dengan kebudayaan, yakni manusia menciptakan budaya kemudian budaya memberikan arah dalam hidup dan tingkah laku manusia.(Greetz, 1957) 3 Kebudayaan sebagai hasil dari ide-ide dan gagasan-gagasan yang akhirnya mengakibatkan terjadinya aktivitas dan menghasilkan suatu karya (kebudayaan fisik) sehingga manusia pada hakekatnya disebut makhluk sosial.Kebudayaan juga mencakup aturan, prinsip, dan ketentuan-ketentuan kapercayaan yang terpelihara rapi yang secara turun temurun diwariskan kepada generasi ke gerasi (Koentjaraningrat, 1994).Hal ini juga nampak seperti yang ada di dalam masyarakat Banjarnegara, kebudayaan yang dibina, dikembangkan, diketahui dan diakui pihak lain secara nyata akan menunjukkan adanya proses pewarisan budaya dari para leluhur masyarakat Banjarnegara. Kebudayaan tersebut dibangun berdasarkan asas, prinsip-prinsip, aturan-aturan, ketentuan-ketentuan, dan strategi tertentu yang berbasis mitologi, seni, kepariwisataan, dan ritual-ritual adat lainnya (Koentjaraningrat, 1994). Salah satu permasalahan kependudukan terbesar yang dihadapi pemerintah saat ini adalah permasalahan kesehatan.Masalah kesehatan pada masyarakat didasarkan kepada dua aspek utama yaitu aspek fisik dan non fisik.Aspek fisik menyangkut ketersediaan sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan aspek non-fisik yang menyangkut tentang perilaku kesehatan. Kedua aspek tersebut mempunyai hubungan yang saling berkaitan yaitu aspek perilaku dalam menentukan sarana kesehatan dan cara pengobatan penyakit. Perilaku seseorang dalam memilih sarana kesehatan dan cara pengobatan selalu beragam. Mayoritas masyarakat memilih ke rumah sakit untuk melakukan pengobatan medis modern, namun juga ada sebagian masyarakat yang memilih ke pengobatan pengobatan tradisional. Ada beberapa faktor yang membuat 4 masyarakat justru lebih melilih untuk datang langsung kepengobatan tradisional ketimbang datang ke rumah sakit yaitu jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien, mahalnya biaya pengobatan, ketidakpuasan terhadap hasil pengobatan medis modern, dan maraknya kasus-kasus malpraktek medis modern di Indonesia. WHO (World Health Organization) praktek tradisional adalah berdasarkan teori, keyakinan dan pengalaman asli dengan budaya yang berbeda yang digunakan untuk menjaga kesehatan, serta untuk mencegah, mendiagnosa, memperbaiki atau mengobati penyakit fisik dan mental. Pengobatan tradisional telah menjadi pilihan alternatif selain berobat di instansi kesehatan yang terkadang memakan biaya cukup banyak (Agusmarni, 2012). Padahal di era modern seperti ini tentunya sudah banyak obat-obatan yang lebih efisien dan mudah dijumpai, akan tetapi banyak masyarakat yang lebih menyukai pengobatan tradisional dari pada pengobatan medis modern. Penulis tertarik dengan fenomena yang ada di daerah, yaitu di Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara dimana pada fenomena ini mengenai sistem pengobatan tradisional gigi Omprong. Pengobatan gigi tradisional Omprong adalah istilah untuk pengobatan gigi yang berlubang, namun pada masyarakat Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara menyebutkan dengan istilah gigi growong. Pengobatan tradisional tersebut sudah ada sejak zaman dahulu dan dijalankan oleh Bapak Slamet. Pengobatan tradisional inisudah cukup terkenal dan dipercaya oleh masyarakat Desa Tlahap 5 serta masyarakat sekitar Desa. Jika ada masyarakat Desa Tlahap yang mengalami sakit gigi, maka masyarakat akan berobat dipengobatan tersebut. Masyarakat lebih cenderung memilih pengobatan tradisional daripada pengobatan medis modern. Berdasarkan kasus tersebut peneliti ingin mengetahui sistem pengobatannya dan mengapa masyarakat di Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara masih memercayai pengobatan Gigi tradisional Omprong, apakah sudah menjadi kebiasaan masyarakat sekitar atau memang pengobatan gigi tradisional omprong terbukti dapat menyembuhkan sakit gigi yang di derita. Mungkin pada masyarakat Desa Tlahap memiliki penyakit gigi atau banyak masyarakat percaya dengan dukun gigi yang bisa benar-benar menyembuhkan sakit gigi secara langsung. Berkaitan dengan kondisi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang sistem pengobatan gigi tradisional omprong. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem pengobatan gigi tradisional omprongyang dipraktikan pada masyarakat Desa Tlahap dilakukan? 2. Mengapa masyarakat Desa memanfaatkan pengobatan pengobatan gigi yang modern? Tlahap masih menyakini dan gigi tradisional omprong daripada 6 C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui sistem pengobatan gigi tradisional omprong pada Desa Tlahap, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara dilakukan. 2. Mengetahui alasan masyarakat Desa Tlahap masih menyakini dengan adanya pengobatan gigi tradisional omprong. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan atau bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Memberikan referensi bagi pembaca yang berminat meneliti tentang sistem pengobatan tradisional pada masyarakat, khususnya di Desa Tlahap, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara. b. Menambah khasanah ilmu-ilmu pengetahuan, ilmu sosial, dan ilmu antropologi kesehatan. Bagi masayarakat Desa Tlahap mengenai kesadaran pentingnya untuk menjaga kesehatan. 2. Manfaat praktis dari peneitian ini adalah sebagai berikut : a. Penelitian ini dapat memberi informasi kepada pembaca tentang pengobatan gigi tradisional omprong yang ada pada masyarakat Desa Tlahap. 7 b. Dapat dijadikan salah satu acuhan pemerintah berkaitan dengan budaya kesehatan masyarakat E. Penegasan Istilah 1. Sistem pengobatan tradisional Sistem Pengobatan tradisional merupakan salah satu jenis pengobatan yang dihasilkan oleh masyarakat tertentu dalam usahanya mengobati suatu penyakit sesuai dengan kepercayaannya serta pandangan masyarakat tertentu mengenai suatu penyakit. Pandangan budaya mengenai penyakit adalah hal yang berbeda, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tersebut ( Foster dan Anderson, 2006 : 50 ). Bahwasannya setiap masyarakat memiliki pandangan-pandangan tersendiri mengenai sakit, penyakit dan sehat.Selain itu masyarakat juga memiliki perawatan yang berbeda-beda dalam mengobati suatu penyakit. Pandangan yang berbeda-beda tersebut menimbulkan berbagai cara pengobatan-pengobatan yang dipercayai oleh masyarakat dalam mengobati suatu penyakit, baik penyakit yang disebabkan oleh hal yang bersifat alamiah maupun non-alamiah. Dalam usahanya untuk menanggulangi penyakit, manusia telah mengembangkan “suatu kompleks luas dari pengetahuan, kepercayaan, teknik, peran, norma-norma, nilai-nilai, ideologi, sikap, adatistiadat, upacara-upacara dan lambang-lambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang saling menguatkan dan saling membantu” Saunders 1954 : 7, ( Dalam Foster dan Anderson 2006 : 44 ). 8 Sistem pengobatan tradisional yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu sistem pengobatan untuk menyembuhkan penyakit gigi secara tradisional.Dimana pengobatanya masih menggunakan alat-alat tradisional dan beberapa ritual sebelum melakukan pengobatan. 2. Omprong Omprong merupakan istilah jawa yang berarti gigi berlubang. (http://www.kamusbesarbahasaindonesia.co.id/gigiomprong). Begitu pula gigi omprong yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu nama dari sebuah pengobatan tradisional di Desa Tlahap yang mengobati masalah penyakit gigi berlubang. Pengobatan tersebut bernama pengobatan tradisional gigi omprong. 3. Masyarakat Menurut Raharjo (2010) masyarakat desa merupakan sekelompok manusia saling berinteraksi, membentuk struktur dan nilai yang disepakati bersama, dinggal disuatu wilayah dan memiliki kesatuan hukum serta pemerintahan sendiri. Ciri-ciri masyarakat pedesaan diantaranya memiliki hibungan yang lebih mendalam dan erat antara warganya dibandingkan masyarakat kota, sistem kehidupan pada masyarakat pedesaan cenderung berkelompok dan memperhatikan asas kekeluargaan. Masyarakat desa yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu masyarakat Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK F. Kajian Pustaka Guna memperkuat penelitian ini, penulis mengambil rujukan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para pendahulu.Pertama penelitian yang dilakukan oleh Erwan Baharudin (2013) “Kepercayaan Medis Masyarakat Desa Bando Kecamatan Sukamaju Tanggerang terhadap Sistem Pengobatan pada Kasus Gigitan Ular”.Penelitian ini bertujuaningin mengetahui bagaimana praktek etnomedicine tentang kasus gigitan ular di desa Bando Sukamaju Tangerang dan bagaimana keberadaan fasilitas kesehatan di desa Bando Sukamaju Tangerang.Pengumpulan data dari penulisan ini adalah melalui studi literatur dan wawancara dengan warga desa Bando.Hasil yang didapat yaitu bahwa warga desa Banten mempunyai kepercayaan dalam pengobatan akibat gigitan ular ke pawang setempat.Masyarakat memilih ke pawang disamping kepercayaan, juga dikarenakan rumah sakit terdekat dari desa Bando lumayan jauh, sehingga mereka lebih memilih ke pawang karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan ketika pergi ke rumah sakit. Kedua penelitian yang dilakukan oleh Piko Wansahyu (2014) yang berjudul “Gumatan”Sistem Pengobatan Masyarakat Desa Teluk Beringin Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem gumantan menerapkan sistem pengolahan masyarakat Teluk Beringin Desa dan menentukan masyarakat persepsi sistem pengolahan gumantan Teluk Beringin Desa.Pengobatan Gumantan adalah pengobatan yang dilakukan 9 10 oleh dukun untuk menyembuhkanrasa sakit yang disebabkan oleh kekuatan gaib dengan cara dunia nyata ke supranatural.Penelitian ini terletak di Kecamatan Teluk Beringin Desa Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Penelitian menunjukkan bahwa sistem pengobatan masyarakat yang ada beberapa cara di mana dukun untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh kekuatan tak terlihat, dan ada juga persepsi publik pengobatan gumantan setuju dengan pengobatan tersebut, dan pengobatan juga sangat membantu orang gumantan dalam menyembuhkan penyakit karena penyakit adalah penyakit yang disebabkan oleh kekuatan gaib yang tidak dapat disembuhkan dengan obat modern. Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Atik Triratnawati (2010) tentang: “Pengobatan Tradisional, Upaya Meninimalkan Biaya Kesehatan Masyarakat Desa di Jawa”. Hasil dari penelitian ini yaitu Masuk angin merupakan penyakit yang paling sering dialami masyarakat desa. Pengobatan tradisional diterapkan karena alasan mudah, murah dan manjur Pada masyarakat pedesaan seperti di Jawa yang kuat sistem medis tradisionalnya semua penyakit dijelaskan dengan model holistik. Model ini menekankan pada aspek harmoni atau keseimbangan dalam tubuh baik menyangkut lingkungan, sosial budaya, dan perilaku. Penyembuhan dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan tersebut.Metode yang digunakan dalam penelitian inimerupakan Studi etnografi dengan observasi dan wawancara dilakukan terhadap 48 informan dan 6 informan kunci di komunitas petani di Sleman , DIY, dan komunitas nelayan 11 di Rembang, Jawa Tengah, selama tahun 2007-2008. Pendekatan fenomenologi digunakan saat pengumpulan data maupun analisisnya. Keempat, penelitian dari Toyin Adefolaju (2011) The Dynamics and Changing Structure of Traditional Healing System in Nigeria. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui pengobatan tradisional yang telah ada di Nigeria sebelum era kolonialisme melayani kebutuhan kesehatan masyarakat. Dengan munculnya kolonialisme itu mengalami pembatasan dan rintangan dalam menghadapi pengenalan kedokteran Barat. Dalam beberapa waktu terakhir, praktek mendapat kebangkitan besar oleh orang-orang karena kemampuannya untuk menjelaskan penyebab penyakit dan akibatnya menyembuhkan penyakitnya. makalah ini menyumbang ini patronase baru dari obat tradisional oleh orang-orang dengan menemukan itu dalam kemampuan praktisi untuk merespon lingkungan mereka. Praktek Ini menetapkan standar keselamatan, kemanjuran dan kontrol kualitas, hal ini ditambah dengan kepentingan pemerintah baru-baru ini dalam mengembangkan obat tradisional untuk pengembangan sistem kesehatan nasional dan manfaat ekonomi Kelima, penelitian dari Judy Xu dan Yue Yang (2009) „Traditional Chinese Medicine in the Chinese Health Care System. Penelitian ini bertujuan ingin menguji peran dan nilai pengobatan Cina tradisional (TCM) disistem perawatan kesehatan saat ini di Cina. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa TCM baik terintegrasi dalam sistem perawatan kesehatan Cina sebagai salah satu dari dua praktek medis mainstream. Pemerintah Cina juga mendukung TCM pembangunan dengan meningkatkan investasi dalam penelitian dan administrasi 12 TCM. Pemanfaatan TCM, kurangnya profesional TCM dengan tulus TCM pengetahuan, keterampilan, keterbatasan dan meningkatkan pendapat masyarakat tentang modernisasi dan westernisasi. Taraf kesehatan di Cina pun saat ini masih memiliki tantangan-tantangan yang dapat dijelaskan dari perspektif yang berbeda. Tambahan lagi dengan karakteristik unik dari TCM, evolusi ekonomi, budaya , dan sejarah di Cina mungkin juga penentu utama. Penelitian diatas ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya.Persamaan yang ada dalam penelitian ini yaitu penulis, meneliti pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya, penulisakan memfokuskan tentang sistem pengobatan tradisional yang ada pada kehidupan masyarakat yaitu di Desa Tlahap, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara.Pengobatan tradisional yang ada di Desa Tlahap biasanya masyarakat setempat menyebutnya dengan pengobatan gigi tradisional omprong. Pengobatan gigi tradisional omprong dipercayai oleh masyarakat menyembuhkan penyakit gigi yang sudah lama maupun baru pada gigi, baik karena berlubang maupun bengkak gusi.Masyarakat setempat dengan adanya kepercayaan tersebut, maka munculah pengobatan tradisional yang dipercaya oleh masyarakat Desa Tlahap untuk mengobati sakit gigi. Pandanganpandangan ini meninbulkan masyarakat Desa Tlahap dalam mendefinisikan suatu penyakit. Untuk itu, ini akan menjadi lebih menarik bagi penulis untuk mengkaji lebih dalam mengenai sistem pengobatan tradisional gigi omprong, mengapa masyarakat lebih menyakini adanya pengobatan tradisional tersebut 13 sertatanggapan masyarakat dengan adanya pengobatan tradisional gigi omprong yang di Desa Tlahap. G. Kerangka Teoritik 1. Sistem Medis Penulis menggunakan konsep sistem medis untuk menganalisis rumusan masalah yang pertama.Konsep sistem medis dipilih karena konsep ini paling tepat digunakan untuk menganalisis rumusan masalah yang pertama mengenai sistem pengobatan gigi tradisional omprong. Sistem medis merupakan sistem yang mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut (Foster dan Anderson, 2006:45). Sistem medis mencakup keseluruhan dari pengetahuan kesehatan, kepercayaan, keterampilan dan praktik-praktik dari para anggota dari tiap kelompok dan Foster mengklasifikasikan sistem medis dalam dua katagori besar yaitu sistem teori penyakit dan sistem perawatan kesehatan. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis tentang preferensi masyarakat Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara, sistem medis dapat dilihat dari sistem pengobatan yang dilakukan oleh praktisi pengobatan gigi tradisional omprong dan perawatan kesehatan yang dilakukan oleh Dukun pengobatan gigi tradisional omprong kepada pasiennya. Sistem penyebab penyakit sebagian besar bersifat rasional dan logis, dalam artian bahwa teknik-teknik penyembuhan merupakan fungsi dari, atau berasal dari 14 suatu susunan ide konseptual yang khusus tentang sebab-sebab penyakit. Jadi sistem teori penyakit meliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai ciri-ciri sehat, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter (Foster dan Anderson). Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis teknik-teknik penyembuhan yang dilakukan oleh Dukun pengobatan gigi tradisional omprong merupakan teknik-teknik penyembuhan yang telah dipelajari oleh Dukun pengobatan gigi tradisional omprong tentang penyakit dan pasien telah memiliki kepercayaan terhadap pengobatan gigi tradisional omprong. Sistem perawatan kesehatan adalah suatu pranata sosial yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh.istem perawatan kesehatan bahwasannya lebih memperhatikan cara-cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dan untuk memanfaatkan “pengetahuan” tentang penyakit untuk menolong si pasien (Foster dan Anderson). Praktisi dan pasien pada saat melakukan pengobatan gigi tradisional omprong melakukan interaksi, interaksi dilakukan ketika praktisi sedang menanyakan penyakit pasien, ketika Dukun sedang menanyakan penyakit pada pasiennya pada saat itu terapis juga menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk melakukan perawatan kesehatan yang dibutuhkan pasien. Sistem medis yang digunakan selanjutnya, yaitu sistem medis konvensional artinya sistem medis yang digunakan dengan tata cara baku yang ada di masyarakat. Pengakuan terhadap sistem medis konvensional lebih bersifat umum 15 dan memiliki kesamaan dalam proses pengobatan dan dilakukan oleh tenaga ahli (Sunarto, 2009:8-10). Pengobatan gigi tradisional omprong berbeda dengan pengobatan konvensional karena pengobatan gigi tradisional omprong memiliki kekhasan sendiri, yaitu dengan menggunakan media biji terong. Konsep sistem medis digunakan untuk menganalisis tahapan-tahapan dalam sistem pengobatan gigi tradisional omprong mulai dari tahapan pengobatannya. 2. Perilaku sakit Suchman Penulis menggunakan konsep perilaku sakit Suchman untuk menganalisis hasil penelitian yang kedua.Konsep perilaku sakit Suchman dipilih karena konsep ini paling tepat digunakan untuk menganalisis rumusan masalah yang kedua mengenai mengapa masyarakat masih mempercayai dan memanfaatkan pengobatan gigi tradisional omprong pada pengobatan medis. Pola sosial dari perilaku sakit yang tampak pada cara orang mencari, menemukan dan melakukan perawatan medis. Sekuensi perawatan medis itu sendiri memiliki sub unsur yaitu : 1) pengalaman dengan gejala penyakit, 2) penilaian terhadap peran sakit: 3) kontak dengan perawatan medis, 4) jadi pasien; sembuh atau masa rehabilitasi.( Suchman dalam Muzaham, 2007: 44) Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis tentang preferensi masyarakat Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara, yaitu mengenai rumusan masalah kedua tentang masyarakat masih mempercayai dan memanfaatkan pengobatan gigi tradisional omprong.Perilaku sakit Suchman dapat dilihat dari pola perilaku seseorang untuk menemukan dan melakukan perawatan, 16 hal ini berkaitan dengan faktor individu-individu terdekat pada faktor individuindividu terdekat, seseorang melakukan perawatan medis berdasarkan saran dari individu terdekatnya. Suchman memformulasikan suatu pernyataan teoritis mengenai hubungan antara struktur sosial dan orientasi medis dengan variasi respons individu terhadap penyakit dan perawatan medis. Suchman membahas fungsi dari berbagai faktor lain (faktor tempat, variasi respons terhadap penyakit, dan perawatan medis) sesuai dengan empat tahapan perawatan medis tersebut (Suchman dalam Muzaham 2007: 46). Konsep perilaku sakit Suchman ini digunakan untuk menganalisis mengenai masyarakat yang mempercayai dan memanfaatkan pengobatan gigi tradisional omprong, dengan fungsi yang dibahas dalam konsep perilaku sakit Suchman. H. Kerangka Berpikir Bentuk kerangka berpikir ini dapat memberikan faktor-faktor penting dalam mengenai hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.Bertujuan untuk mempermudahkan pembaca memahami isi dari skripsi ini.Sehingga kerangka berpikir dapat disimpulkan berdasarkan suatu landasan konseptual yang lebih lanjut dan mendasar dari pemecahan suatu masalah. Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 17 Masyarakat Desa Tlahap, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara sakit gigi Pengobatan omprong Proses sistem pengobatan tradisional gigi omprong Alasan-alasan masyarakat menyakini dan memanfatkan pengobatan gigi omprong Teori Sistem medis Foster&Anderson Prilaku Sakit Suchman Bagan 1 : Kerangka berpikir Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa, kebudayaan terdiri dari sistem antara lain; kepercayaan, pengetahuan. Bagan ini juga akan menjelaskan bagaimana sistem pengobatan tradisional yang ada di Desa Tlahap serta mengetahui mengapa masyarakat setempat masih menyakini adanya pengobatan tradisional. Sistem-sistem ini memengaruhi perilaku masyarakat, khususnya menyangkut dengan kesehatan yang berkaitan dengan pemahaman tentang 18 sehat dan sakit, serta cara pengobatan sesuai pengetahuan yang terdapat ditengah-tengah kehidupan sosial masyarakat yang biasanya pengobatan dilakukan dengan dua pilihan, yaitu pengobatan medis atau pengobatan tradisional. `BAB III METODE PENELITIAN A. Dasar Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.Penelitian ini memusatkan diri pada sistem pengobatan gigi tradisional di kalangan masyarakat desa Tlahap.Penelitian ini diambil atas dasar kesadaran diri peneliti untuk pengumpulan data-data yang akan diteliti pada masyarakat Tlahap. Penulis sebagai pengumpul data-data di lapangan, sedangkan instrument pengumpulan data lainnya yaitu dengan menggunakan bentuk alat-alat bantu seperti kamera, alat tulis dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun hanya berfungsi sebagai instrument pendukung. B. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Desa Tlahap, Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara.Alasan penulis mengambil penelitian di daerah ini, karena adanya permasalahan yang ada pada judul penelitian dan adanya sumber data.Masayarakat Desa Tlahap, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara masih banyak mempercayai dengan pengobatan tradisional. Bertujuan untuk mempermudahankan penulis dalam mengambil data, baik berupa data primer maupun data sekunder untuk mendukung penelitian yang dilakukan. 19 20 C. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada sistem pengobatan gigi tradisional “omprong” di kalangan masyarakat Desa Tlahap.Fokus penelitian ini dapat diperinci lagi ke dalam indikator, yaitu : 1. Proses pengobatan gigi tradisional omprong pada masyarakat desa Tlahap dilakukan. 2. Masyarakat Desa Tlahap masih menyakini dan memanfaatkan pengobatan gigi tradisional omprong daripada pengobatan gigi yang modern 3. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Tlahap. Pertimbangan dalam menentukan subjek penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang memang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini yakni mengenai sistem pengobatan gigi tradisional omprong, faktor apa yang mempengaruhi masyarakat berobat ke pengobatan gigi tradisional omprong serta pandangan masyarakat terhadap pengobatan gigi tradisional omprong. 4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. 21 1. Sumber Data Primer Menurut Umar (2003 : 56), data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai obyek penulisanData tersebut diperoleh dengan wawancara kepada informan yang sudah menjadi fokus penelitian ini. Sumber data yang lainnya diperoleh dengan melihat dokumentasi dan arsip yang ada di Desa Tlahap. a. Informan Informan dalam penelitian ini dapat memberikan informasi terkait proses pengobatan gigi tradisional omprong, faktor penyebab masyarakat memilih pengobatan gigi tradisionalomprong dan pandangan masyarakat Desa Tlahap terhadap adanya pengobatan gigi tradisional omprong. Informan utama dalam penelitian ini, yaitu bagian dari subjek penelitian yang dipilih dengan pertimbangan informan tersebut mengetahui secara detail terkait objek penelitian dan dapat membantu dalam proses pengumpulan data. Tabel 1. Daftar Informan Utama Penelitian No Nama Usia Jabatan keterangan 1. Slamet 50 Petani Pasien 2. Raharjo 47 Pedagang Pasien 3. Saliem 39 Petani Pasien 4. Kartomo 45 Petani Pasien 5. Yayuk 41 Guru Pasien 6. Suharyo 53 PNS Pasien 7. Ningsih 35 Wiraswasta Pasien Sumber data penelitian 2015 22 Tabel 1 menunjukkan data informan utama yang dirasa cukup untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.Pertimbangan Bapak Slamet (50 tahun), Raharjo (47 tahun), Saliem (39 tahun), Kartomo (45 tahun), Yayuk (41 tahun),Suharyo (53 tahun), dan Ningsih(35 tahun). Pemilihan informan utama ini dikarenakan ketujuh informan tersebut tinggal di sekitar rumah praktisi pengobatan gigi tradisional omprong.Penulis memiliki pandangan bahwa jarak rumah informan yang berdekatan dengan rumah praktisi pengobatan gigi tradisional omprongakan memberikan preferensi informan terhadap pengobatan yang akan dipilih dan informan ini sering datang ke pengobatan gigi tradisional omprong. b. Informan Kunci Informan kunci dalam penelitian ini adalah Bapak Slamet yang merupakan Praktisi dari pengobatan gigi tradisional omprong. Bapak Slamet dijadikan informan kunci karena bapak Slamet mengetahui secara detail dan memahami mengenai sistem pengobatan gigi tradisional omprong keseluruhan. c. Informan Pendukung Informan pendukung dalam penelitian ini dipilih dari masyarakat yang dapat dipercaya dan mengetahui tentang pengobatan gigi tradisional omprong.Informasi pendukung dalam penelitian ini adalah Masyarakat Desa Tlahap. Daftar informan dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini : 23 Tabel 2. Daftar Informan Pendukung No Nama Usia Jabatan keterangan 1. 2. 3. 4. Agus hermawan Aziz setiaji Untung waryono Solechah 35 29 44 40 Wiraswasta Petani PNS Petani Petani Petani Petani petani Sumber data penelitian 2015 Tabel 2 menunjukkan bahwainforman pendukung dalam penelitian ini adalah Bapak Agus Hermawan (35 tahun), Bapak Aziz Setiaji (29 tahun), Bapak Untung Waryono (44 tahun), dan Ibu Solechah (40 tahun) dijadikan informan pendukung, karena keempat pasien ini pernah melakukan pengobatan gigi tradisional omprongnamun pada saat ini tidak melakukan pengobatan dengan omprong lagi, sehingga sedikit banyak mengetahui tentang pengobatan gigi tradisional omprong. d. Foto Penelitian ini menggunakan kamera untuk mengambil gambar atau foto untuk mempermudah saat proses observasidan kegiatan penelitian atau saat wawancara berlangsung. Foto yang penulis gunakan diantaranya adalah foto kondisi lingkungan Desa Tlahap, foto kondisi kehidupan masyarakat Desa Tlahap, foto rumah praktisi pengobatan gigi tradisional omprong, fotoperalatan pengobatab gigi tradisional omprong, dan foto proses pengobatan gigi tradisional omprong.Dokumentasi mendukung penulisan ini. foto digunakan oleh penulis untuk 24 2. Sumber Data sekunder Menurut Sugiyono (2005 : 62), data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan – catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet Sumber Pustaka Tertulis dan Dokumentasi Sumber pustaka tertulis dan dokumntasi ini digunakan untuk melengkapi sumber data informasi, sumber data terulis ini meliputi data monografi Desa Tlahap, arsip-arsip pemerintah untuk mendukung dan memperkuat penulisan ini.Arsip-arsip yang digunakan oleh penulis berupa arsip tentang Profil Desa Tlahap Tahun 2011.Profil Desa Tlahap digunakan penulis sebagai data pendukung dalam menggambarkan kondisi geografis serta kondisi sosial budaya yang ada pada masyarakat Desa Tlahap. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Penulis melakukan observasi di lapangan untuk mengamati hal-hal yang terjadi di lapangan yang sesuai dengan rumusan masalah. Observasi dilaksanakan penulis untuk memperoleh beberapa data dan dilanjutkan dengan wawancara untuk memperoleh data yang lebih banyak dan valid. 25 1. Observasi Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi langsung, dimana penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap lingkungan sosial, budaya dan lingkungan fisik masyarakat di Desa Tlahap.Penulis mengamati secara langsung mata pencaharian masyarakat, pendidikan masyarakat, dan kondisi lingkungan masyarakat Desa Tlahap. Penggunaan teknik observasi yang terpenting adalah mengandalkan pengamatan dan ingatan penulis, akan tetapi untuk mempermudah pengamatan dan ingatan, maka penulis menggunakan: 1. Catatan-catatan Penulis menggunakan catatan-catatan untuk mempermudah mengingat data atau informasi dari informan yang berkaitan dengan pengobatan gigi tradisional omprong dan alas an - alasan masyarakat masih mempercayai pengobatan gigi tradisional omprong maupun sistem pengobatannya. 2. Handphone Handphone digunakan penulis untuk mempermudah, mengingat data hasil observasi dengan cara merekam ketika melakukan wawancara dengan informan dan mendokumentasikan setiap kegiatan pada saat penulis mencari data di lapangan. 3. Pengamatan Penulis melakukan pengamatan lingkungan sosial, budaya dan fisik masyarakat di Desa Tlahap dengan lembar observasi yang telah disiapkan. 26 2. Teknik Wawancara atau Interview Wawancara dilakukan secara mendalam atau deep interview, sehingga didapatkan data primer yang langsung berasal dari informan.Wawancara dilakukan secara terbuka, akrab, dan kekeluargaan, sehinggga tidak terkesan kaku dan keterangan yang diberikan informan tidak mengada-ada atau ditutuptutupi.Wawancara dengan informan menggunakan pedoman wawancara yang sudah disiapkan.Pedoman wawancara tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Wawancara dilakukan dengan Bapak Slamet pada hari minggu, 10 Mei 2015 pukul 16.00-17.30 WIB yang bertempat di rumah Bapak Slamet di Dusun Tlahap RT/ RW 01/ 03. Wawancara dilakukan pada waktu tersebut karena Bapak Slamet sudahberada dirumah dan sedang tidak ada pasien yang berobat di Bapak Slamet, sehingga penulis melakukan wawancara. Wawancara dilakukan dengan Bapak Suharyo pada hari senin, 11 Mei 2015, pukul 09.15−10.10 WIB yang bertempat di rumah Bapak Suharyo di Dusun Pegambiran RT/ RW 03/ 04.Wawancara dilakukan pada waktu tersebut karena kebetulan Bapak Suharyo libur berkerja dan dalam keadaan santai bersama keluarga dirumah. Wawancara dilakukan dengan Bapak Raharjo pada hari sabtu, 9 Mei 2015, pukul 13.23−14.15 WIB yang bertempat di halaman rumah Bapak Raharjo di Dusun Tlahap RT/ RW 02/ 03. Wawancana dilakukan pada waktu tersebut karena kebetulan Bapak Raharjo habis bersih – bersih halaman rumah. 27 Wawancara dilakukan dengan Bapak Kartomopada hari minggu, 10 Mei 2015, pukul 13.00−14.15 WIB yang bertempat di rumah Bapak Kartomo di Dusun Penusupan RT/ RW 04/ 04.Wawancara dilakukan pada waktu tersebut karena Bapak Kartomo sedang bersantai dirumah dan tidak pergi ke sawah, karena biasanya sedang berada disawah. Wawancara dilakukan dengan Ibu Saliem pada hari sabtu, 9 Mei 2015 pukul 16.00−17.10 WIB yang bertempat didepan rumah Ibu Saliem di Dusun Bojong RT/ RW 02/ 03.Wawancara dilakukan pada waktu tersebut karena Ibu Saliem tidak sibuk dan sedang duduk di rumah bersama keluarganya yang sedang menonton tv. Wawancara dilakukan denganIbu Yayuk pada hari kamis, 14 Mei 2015, pukul 11.00−11.40 WIB yang bertempat di rumah Ibu Yayuk di Dusun Gemblep RT/ RW 01/ 02. Wawancara dilakukan pada waktu tersebut karena sebelumnya sudah janjian dengan Ibu Yayuk untuk datang pada hari kamis tanggal 14 Mei yang bertepatan dengan tanggal merah, jadi Ibu Yayuk bisa yang waktu itu sedang bersantai dirumahnya berkumpul dengan keluarganya. Wawancara dilakukan dengan Ibu Ningsih pada hari jumat, 15 Mei 2015, pukul 13.15−14.00 WIB yang bertempat di rumah Ibu Ningsih di Dusun Penusupan RT/ RW 03/ 04.Wawancara dilakukan pada waktu tersebut karena Ibu Ningsih sudah berada di rumah, sehingga bisa dilakukan wawancara. Wawancara dilakukan dengan Bapak Agus Hermwan pada kamis, 14 Mei 2015, pukul 16.00-17.00 WIB yang bertempat di depan rumah di Dusun Penusupan RT/ RW 03/ 04. Wawancara dilakukan pada waktu tersebut karena 28 sudah janjian dengan Bapak Agus Hermawan dan waktu tersebut sedang berada di rumah bersama keluarganya. Wawancara dilakukan dengan Bapak Aziz Setiaji pada hari jumat, 15 Mei 2015, pukul 15.30-16.00 WIB yang bertempat di lapangan volly di Dusun Gemblep RT/ RW 02/ 02.Wawancara dilakukan pada waktu tersebut karena pada saat itu Bapak Aziz Setiaji sedang menonton volly dan bisa untuk diwawancarai. Wawancara dilakukan dengan Bapak Untung Waryono pada hari sabtu, 16 Mei 2015 pukul 10.10-11.00 WIB yang bertempat di depan rumah Bapak Untung Waryono di Dusun pegambiran RT/ RW 04/ 04. Wawancara dilakukan pada waktu tersebut karena pada waktu itu Bapak Untung Waryono sehabis kerja bakti di depan rumah dan bisa untuk di wawancarai. Wawancara dilakukan dengan Ibu Sholehah pada hari sabtu, 16 Mei 2015 pukul 15.25-16.15 WIB yang bertempat di rumah Ibu Sholehah di Dusun Pegambiran RT/ RW 04/ 04. Wawancara dilakukan pada waktu tersebut karena sudah janjian terlebih dahulu dengan Ibu Sholehah. 3. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini juga penulis lakukan, penulis mengambil atau mengutip dokumen yang berhubungan dengan kondisi demografi, dan kondisi sosial budaya yang ada di Balai Desa Tlahap.Pengambilan dokumentasi dilakukan ketika masih observasi penelitian sampai pelaksanaan penelitian. 6. Validitas Data Teknik yang digunakan untuk mengkaji observasi dan keadsahan data pada penelitian ini adalah Triangulasi data yang memanfaatkan semua yang lai diluar 29 data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data ini (Moleong, 2010: 330). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu membandingkan hasil wawancara dari informan satu dibandingkan dengan informan-informan lainnya, sehingga informasi yang diperoleh menjadi valid. Berikut adalah hasil pengolahan wawancara dari beberapa sumber penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Slamet yang dilakukan pada hari minggu 10 Mei 2015, kemudian dibandingkan dengan hasil wawancara dengan Bapak Suharyo pada hari Senin11 Mei 2015, diperoleh informasi yang sama artinya informasi yang diperoleh dari hasil wawancara informan valid dan bisa dilanjutkan ke tahap analisis. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Raharjo yang dilakukan pada hari Sabtu 9 Mei 2015, kemudian dibandingkan dengan hasil wawancara dengan Ibu Saliem pada hari Sabtu 9 Mei 2015, dan Bapak Kartomo pada hari Minggu10 Mei 2015 diperoleh informasi yang sama artinya informasi yang diperoleh dari hasil wawancara informan valid dan bisa dilanjutkan ke tahap analisis. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Yayuk yang dilakukan pada hari Kamis 14 Mei 2015, kemudian dibandingkan dengan hasil wawancara dengan Inu Ningsih pada hari Jumat 15 Mei 2015, diperoleh informasi yang sama artinya informasi yang diperoleh dari hasil wawancara informan valid dan bisa dilanjutkan ke tahap analisis. 30 7. Model Analisis Data Data kualitatif yang diperoleh dari lapangan tentang sistem pengobatan gigi tradisional omprongkemudian dikumpulkan sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Proses analisis yang perlu diperhatikan adalah: 1. Pengumpulan Data Penulis mencatat semua data secara objektif dan apaadanya sesuai dengan hasil wawancara di lapangan. Pengumpulan data yang dilakukan penulis dari tanggal 27 April 2015 sampai dengan tanggal 16 Mei 2015.Pengumpulan data diperoleh dengan teknik wawancara kepada pasien, dukun penyembuh, sampai dengan beberapa masyarakat Desa Tlahap yang masih percaya pengobatan gigi tradisional omprong dan sistem pengobatannya.Kelengkapan data penelitian juga penulis peroleh dari arsip dan foto-foto pada saat penelitian. 2. Reduksi Data Data dari hasil wawancara dengan informan, kemudian penulis melakukan pemilihan data yang sesuai dengan tujuan penelitian.Penulis menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data, sehingga simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.Proses pemilihan data diperlukan untuk menggolongkan data yang diperoleh berdasarkan konsep yang sudah dibuat sebelumnya berdasarkan konsep awal penelitian. Penulis melakukan pengelompokkan data dan penyajian data lapangan mana yang penting serta mendukung penelitian tentang sistem pengobatan gigi tradisional omprong, sedangkan untuk data yang kurang mendukung penulis membuangnya dengan tujuan agar tidak mengganggu proses analisis. 31 3. Penyajian Data Data yang sudah dipilih dianggap bisa menjawab permasalahan dalam penelitian ini, kemudian data disajikan sebagai bahan untuk analisis.Data yang diperoleh terkait dengan sistem pengobatan gigi tradisional omprong di Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara dari reduksi data tersebut disajikan dengan konsep yang sudah dibuat penulis dalam penelitian ini. 4. Verifikasi atau Menarik Simpulan Verifikasi data ini merupakan salah satu kegiatan yang berupa pengambilan intisari dan penyajian data yang merupakan hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian ataupun kesimpulan awal yang sifatnya belum benar-benar matang.Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan peninjauan ulang dari catatan yang diperoleh penulis dilapangan untuk ditarik suatu kesimpulan.Penarikan kesimpulan penulis sesuaikan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian dan kesimpulan yang didapat merupakan jawaban-jawaban dari permasalahan.Simpulan yang didapat segera diverifikasikan dengan melihat catatan dari lapangan supaya memperoleh pemahaman yang tepat. 32 3 Pengumpulan Data 4 1 2 Reduksi Data Penyajian Data 5 6 Penarikan Simpulan atau verifikasi Keempat komponen di atas saling terkait dan mempengaruhi.Langkah pertama yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian di lapangan adalah mengumpulkan data. Proses pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, mengumpulkan dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian dan mengambil foto yang dapat mempresentasikan jawaban dari permasalahan yang diangkat. Data yang dikumpulkan dalam tahap ini sangat banyak, maka langkah selanjutnya dilakukan tahap reduksi data untuk memilah-milah data yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.Data tersebut yang kemudian ditampilkan dalam pembahasan karena dianggap penting dan relevan dengan permasalahan penelitian.Tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah penyajian data secara rapi dan tersusun sistematis, tetapi dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data kembali karena data yang diperoleh sebelumnya belum lengkap.Penulis melakukan tahap pengumpulan data dan reduksi data kembali, lalu melengkapi data dalam pembahasan dan menyusunnya secara rapi dan tersusun secara sistematis.Setelah ketiga tahapan tersebut sudah benar-benar dilakukan dengan baik, maka langkah penulis selanjutnya adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. 33 8. Prosedur Penelitian Penulis menyusun prosedur penelitian agar memudahkan dalam mengumpulkan data di lapangan. Prosedur penelitian ini terdiri atas tiga tahap, antara lain: 1. Tahap Pra-Penelitian Tahap pra-penelitian merupakan tahap awal atau persiapan penulis sebelum melakukan penelitian. Persiapan-persiapan yang perlu peneliti lakukan yaitu: a. Menyusun rancangan penelitian Rancangan penelitian yang dimaksud penulis adalah penulis menyusun proposal penelitian yang bertujuan untuk memudahkan ketika melakukan proses penelitian dari awal sampai akhir. b. Memilih tempat penelitian Lokasi penelitian di Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara tepatnya di tempat pengobatangigi tradisional omprong. c. Mengurus perijinan Penulis mengurus perijinan penelitian pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang dan ditunjukkan kepada kepala Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. d. Menjajaki dan menilai keadaan lokasi penelitian Kegiatan menjajaki dan menilai keadaan lokasi penelitian ini penulis lakukan pada saat observasi pendahuluan dengan tujuan mengenal segala unsur mengenai lokasi penelitian hingga mendapatkan informan awal yang cukup 34 apakah terdapat kesesuaian kondisi yang ada di lokasi penelitian dengan rumusan masalah serta kerangka konseptual yang telah disusun pada saat rancangan penelitian. e. Memilih dan memanfaatkan informan Individu-individu yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah seseorang yang lebih memahami fokus penelitian.Pemanfaatan informan bagi peneliti adalah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informan yang didapatkan oleh penulis. f. Menyiapkan perlengkapan penelitian Perlengkapan yang dipersiapkan ketika penelitian adalah surat izin penelitian, alat tulis, handphone, dan kamera digital yang dapat membantu penulis ketika di lapangan. 2. Tahap Penelitian Pada tahap ini penulis mulai melakukan penelitian dengan tiga langkah, yaitu: a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri Latar penelitian yang dimaksud adalah kondisi lokasi penelitian saat penulis melakukan penelitian.Pada saat pelaksanaan observasi, pada saat wawancara peneliti menggunakan latar tertutup yaitu di tempat pengobatangigi tradisional omprong, dan rumah informan. 35 b. Memasuki lokasi penelitian Pada saat penulis memasuki lokasi penelitian, peneliti mendatangi tempat pengobatangigi tradisional ompronguntuk melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi pada tahap ini peneliti menempatkan diri sebagai outsideratau pengamat di luar. c. Mengumpulkan data Pada tahap ini penulis mulai mengumpulkan data sesuai dengan fokus penelitian dan kemudian dilakukan triangulasi sumber setelah itu dilakukan transkip hasil wawancara dalam catatan hasil penelitian. 3. Tahap pembuatan laporan Penyusunan data hasil penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif kemudian disusun secara sistematis dianalisis menggunakan konsep sesuai dengan rumusan masalah. 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Masyarakat Desa Tlahap 1. Gambaran Geografis Masyarakat Desa Tlahap Desa Tlahap termasuk Desa Agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian.Desa Tlahap terletak pada ketinggian setikar 1.150 m di atas permukaan laut, sehingga lahan pertaniannya banyak digunakan untuk menanam sayuran.Desa Tlahap secara administrasi berada dalam wilayah Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara.Desa Tlahap memiliki luas wilayah 272,422 Ha, Desa Tlahap berbatasan dengan desa lainnya, yaitu di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Penusupan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Biting/Desa Gilitirta, sebelah utara berbatasan dengan Desa Jeglong/Desa Tieng Kecamatan Batur, dan sebelah timur berbatasan dengan Ratamba/Desa Pejawaran. Data masyarakat Desa Tlahap, pada tahun 2011 desa tersebut dihuni oleh 3958 jiwa, yang terdiri dari 2011 laki-laki dan 1947 perempuan. Desa Tlahap merupakan desa yang terletak di tengah-tengah Kecamatan Pejawaran,umumnya masyarakat Desa Tlahap bermata pencaharian sebagai petani yang disebabkanDesa Tlahap memiliki tanah yang cukup subur karena terletak di dataran tinggi Kabupaten Banjarnegara.Masyarakat Desa Tlahap memiliki mata pencaharian lainnya mulai dari pegawai negeri, pedagang. 37 Gambar 1: Kondisi Lingkungan Desa Tlahap (Sumber Dokumentasi Pribadi) Gambar 1 di atas ialah gambaran mata pencaharian sehari-hari petani yang masih menggantungkan pada hasil alam.Kebanyakan petani pada masyarakat Tlahap menanami lahannya dengan kayu, jagung, cabai, sayuran, dan sebagainya.Petani menggunakan sistem tanam tumpang sari untuk memanfaatkan lahan kosong di ladangnya.Masyarakat Tlahap hampir sebagian besar menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian dan masyarakat Desa Tlahap yang mayoritas adalah petani danpendapatan yang tidak tentu dari hasil pertanian berpengaruh pula terhadap pemilihan pengobatan tradisional. Perkembangan ekonomi pada masyarakat Tlahap dapat dikatakan baik dengan kemampuan masyarakat dalam mengolah hasil alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Masyarakat mampu memanfaatkan SDA (sumber daya alam) yang ada pada lingkungan Desa Tlahap, sehingga masyarakat sekitar dapat memanfaatkan alam untuk hasil pertaniannya. Gambaran mengenai data pekerjaan masyarakat Desa Tlahap secara umum dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut : 38 Tabel 3: Daftar Pekerjaan Masyarakat Desa Tlahap Jenis Pekerjaan Jumlah Porli 4 TNI PNS 44 Pensiunanan 9 Pegadang 305 Petani 2.817 Pengangguran 476 3655 Jumlah Total Sumber : Diolah dari Profil Desa Tlahap Tahun 2011 Berdasarkan pada tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar profesimasyarakat Desa Tlahapmenjadi petani dengan terdiri dari 2.817% individu.Oleh sebab itu, budaya masyarakat Desa Tlahap sangat didominasi oleh budaya masyarakat agraris yang tergolong dari gotong royong yang ada pada masyarakat Desa Tlahap terbilng masih tinggi, solidaritas yang kuat, dan ikatan batin kuat. Desa Tlahap, desa dengan jumlah penduduk sebanyak 3958 orang memiliki tingkat pendidikan yang bermacam-macam tingkat pendidikan yang ada di Desa Tlahap dimulai dari TK (taman kanak–kanak) hingga perguruan tinggi (PT). Masyarakat Desa Tlahap pada umumnya belum banyak yang memberikan pendidikan anak usia dini tersebut pada anak – anakmereka yang disebabkan karena pendidikan anak usia dini (TK) ini baru mulai diperkenalkan dengan masyarakat Desa Tlahap. Berikut data mengenai jumlah pendidikan penduduk Desa Tlahap. 39 Tabel 4: Daftar Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Tlahap No 1 2 3 4 5 Tingkat Pendidikan Jumlah TK 78 SD/MI 1727 SMP/MTS 431 SMA 218 PT (Perguruan Tinggi) 36 Jumlah 2490 Sumber : data monografi Desa Tlahap Tahun 2011 Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Desa Tlahap hanya dapat mengenyanm pendidikan dasar saja dengan terdiri dari 1727%, masih sedikit yang memiliki kesempatan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi lagi,sehingga membuat masyarakat Desa Tlahap banyak yang memilih untuk bekerja, baik bekerja disektor pertanian ataupun disektor lainnya. Dari gambaran ekonomi dan pendidikan, dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Tlahap masih relatif tertinggal. Gambar 2 :Salah Satu Kondisi Rumah di Desa Tlahap (Sumber Dokumentasi Pribadi) Gambar 2 menunjukkan perbandingan kondisi kehidupan masyarakat Desa Tlahap masih tertinggal dengan desa-desa lainnya yaitu Desa Penusupan.Fenomena ini dapat dilihat dari kondisi perumahan masyarakat Desa Tlahap yang masih menggunakan kayu dan lantai rumah masih tanah, sedangkan 40 desa lainya sudah menggunakan dinding tembok dan lantai yang digunakan pun sudah menggunakan keramik.Fenomena ini membuat masyarakat Desa Tlahap sampai saat ini masih mempercayai pengobatan tradisional.Keterbatasan fasilitas kesehatan membuat masyarakat lebih memilih ke pengobatan tradisional daripada pengobatan modern. 2. Gambaran Kondisi Kesehatan Masyarakat Desa Tlahap Tingkat kesehatan masyarakat Tlahap dapat dikatakan kurang baik.Minimnya fasilitas kesehatandi Desa Tlahap ini membuat kondisi kesehatan masyarakat Desa Tlahap lebih memilih untuk datang ke pengobatan gigi tradisional omprong.Terbukti bahwa masyarakat Desa Tlahap saat akan pergi ke Puskesmas itu harus ke Desa Penusupan yang berjarak 1 km, karena Desa Tlahap sendiri belum tersedia fasilitas kesehatan baik polindes maupun bidan. Oleh sebab itu, masyarakat Desa Tlahap sampai saat ini masih banyak yang mempercayai pengobatan tradisional ketimbang pengobatan modern, contohnya pengobatan gigi tradisional omprong yang ada di Desa Tlahap. Fenomenan ini disebabkan minimnya fasilitas kesehatan yang ada masyarakat Desa Tlahap, sehingga sampai saat ini masyarakat lebih mempercayai pengobatan tradisional dan cenderung untuk datang ke pengobatan gigi tradisional omprong di Bapak Slamet yang masyarakat sekitar sudah memercayai maupun terbukti akan kesembuhannya. 3. Profil Bapak Slamet Praktisi Pengobatan Gigi Tradisional Omprong Bapak Slamet merupakan praktisi pengobatan gigi tradisional omprongyang ada di Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. Pengobatan gigi tradisional omprongsebagai salah satu pengobatan lokal pada masyarakat 41 Desa Tlahap, yang dipercayai oleh masyarakat setempat menyembuhkan sakit gigi yang sudah parah maupun yang masih ringan. Hampir sebagian besar masyarakat Tlahap percaya dengan pengobatan gigi tradisional omprong yang dilakukan oleh di Bapak Slamet, hal ini sudah dipercayai oleh masyarakat setempat sejak 20 tahun yang lalu. Pengobatan gigi tradisional omprong ini dilakukan oleh Bapak Slamet yang terletak di Dusun Penusupan Rt. 01 Rw. 03 Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. Gambar 3 : Rumah Praktisi Pengobatan Gigi Tradisional Omprong (Sumber Dokumentasi Pribadi) Bapak Slamet merupakan warga asli Desa Tlahap yang membuka Pengobatan tradisional.Pengobatan tradisional yang didirikan oleh Bapak Slamet ini menggunakan media biji terong yang dikeringkan sebagai bahan untuk diomprong,sehingga pengobatan tradisional Bapak Slamet dikenal dengan pengobatan gigi tradisional omprong.Bapak Slamet pada awalnya belajar mengenai ilmu tentang pengobatan ini dari Bapaknya, Bapaknya mengajarkan pengobatan gigi tradisional omprong karena memang sudah menjadi sifat yang turun - temurun dari sejak dulu.Bapak Slamet merupakan keturunan yang ketiga 42 dari yang terdahulunya yaitu dari Mbah Buyutnya, mbah Kasmuri dan Bapaknya, Bapak Sultoni. Bapak Slamet memiliki 2 bersaudara yaitu Bapak Ripto dan Ibu Rominah, namun yang berminat untuk meneruskan pengobatan gigi tradisional omprong hanyalah Bapak Slamet sendiri. Alasan Bapak Slamet yang bersedia untuk memeruskan pengobatam gigi tradisional omprong, karena pada saat masih itu Bapak Slamet sering membantu Bapaknya saat sedang mempraktikan pengobatan gigi tradisional omprong. Pada saat itu berusia 52 tahun Bapak Slamet mulai mempraktikkan pengobatan gigi tradisional setelah menggantikan Bapaknya dan mulai menekuni sampai saat ini pun Bapak Slamet masih mempraktikan pengobatan tersebut. Keseharian Bapak Slamet saat tidak sedang mempraktikkan pengobatan gigi tradisional omprong hanyalah pergi kesawah merawat tanaman yang ada di sawah. Awal mula terkenalnya pengobatan gigi tradisional omprong, saat itu tetangga yang mengalami sakit gigi mencoba untuk berobat di pengobatan gigi tradisional omprong dan berbekal ilmu pengetahuan tentang pengobatan gigi,praktisi mencoba untuk memberikan pengobatan kepada pasien yang datang ke rumah Bapak Slamet. Setelah diobati beberapa kali oleh Bapak Slamet pasien tersebut sembuh dan sejak saat itu pengobatan gigi tradisional omprong mulai dikenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat Desa Tlahap. Cara pengobatan gigi tradisional omprong ini memang sangat sederhana, hanya menggunakan biji terong untuk melakukan pengomprongan. Biji terong sudah terbukti bisa menyembuhkan sakit gigi, karena salain biji terong tidak bisa 43 untuk menyembuhkan sakit gigi dan terong yang digunakan juga bukan terong sayur melainkan terong bulat atau Bapak Slamet menyebutnya (terong ri). Gambar 4: Terong Bulat (Sumber Dokumentasi Pribadi) Pengobatan gigi tradisional omprong tidak semua orang bisa langsung mempraktikan pengobatan tersebut tanpa mempunyai keahlian khusus. Bapak Slamet pun tidak hanya meneruskan keahlian ini secera tiba – tiba, karena perlu kemauan dan yang paling utama saat akan mempelajari keahlian pengobatan omprong ini harus terlebih dahulu melakukan puasa selama 3 hari. Puasa ini adalah sebagai persyaratan untuk bisa mempelajari pengobatan gigi tradisional omprong dan wajib untuk dilakukan agar bisa mempelajarinya. Tempat yang digunakan saat pengobatan tentunya di rumah, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan pengobatan dan juga agar lebih mudah untuk melakukan pekerjaan lain selain sebagai praktisi pengobatan tradisional. Selain menjadi terapis pengobatan tradisional Bapak Slamet juga bekerja sebagai tani di Desa Tlahap, dan biasanya saat melakukan pengobatan gigi molai dari jam 16.00 sampai dengan jam 20.00. Meskipun rumah Bapak Slamet ini terletak di gang kecil, namun jalan untuk menuju ke pengobatan gigi tradisional omprong cukup 44 mudah karena rumah Bapak Slamet terletak di tengah – tengah desa dan banyak masyarakat yang sudah mengetahuinya. Bapak Slamet tidak mempromosikan dirinya sebagai praktisi pengobatan gigi tradisional omprong.Mereka yang datang ke pengobatan gigi tradisional omprong mendapatkan informasi mengenai pengobatan tradisional inidari pasienpasien yang telah sembuh dari sakit gigi yang dideritannya setelah melakukan pengobatan gigi tradisional omprong.Seperti yang dikatakan oleh Bapak Slamet selaku praktisi pengobatan gigi tradisional omprong: “Enyong mbukak pengobatan untu omprong pancen nek enyong ora tau promosi, alhamduliahe sing ngerti pegobatan untu omprong anu pancen sekang sing wis tau pada mareng mulane siki akeh sing ngerti lan udu sekang enyong langsung” (Wawancara, 10 Mei 2015) “Saya buka pengobatan gigi omprong memang kalau saya tidak mempromosikan, tapi alhamdulilah banyak yang tau tentang pengobatan gigi omprong dari yang sudah pernah datang, dan sekarang banyak yang tau tapi bukan dari saya langsung” (Wawancara, 10 Mei 2015) Informasi dari mulut ke mulut ini pada akhirnya membuat masyarakat tertarik untuk melakukan pengobatan tradisional ini.Bahkan tidak hanya masyarakat setempat yang berobat di pengobatan gigi tradisional omprong, melainkan banyak masyarakat luar juga sengaja datang ke pengobatan tersebut untuk mengobati sakit gigi yang sudah lama meraka derita. Dukun tidak menetapkan patokan biaya pengobatan pada pasien secara pasti, karena dalam melakukan pengobatan didasari dengan niat ibadah.Dukun tidak mempunyai ruangan khusus saat melakukan pengobatan.Ruang yang digunakan untuk melakukan pengobatan gigi tradisional omprong adalah ruang dapur agar dekat 45 dengan (pawon) atau tungku pembakar untuk membakar lempengan besi yang nantinya digunakan untuk melakukan pengobatan. B. Sistem Pengobatan Gigi Tradisional Omprong pada Masyarakat Desa Tlahap 1. Sistem Pengetahuan dan Etiologi Tentang Sakit Gigi Pengobatan tradisional merupakancara pengobatan yang berkaitan erat dengan budaya suatu wilayah tertentu. Pengobatantradisional tentunya berbeda dengan ilmu kedokteran, karena pengobatan tradisional lebih mengacu kepada keterampilan dan pengalaman turun – temurun(Agusmarni,2012).Sistem pengobatan gigi tradisional omprongyang ada di Desa Tlahap bersifat pada turun – temurun dari yang terdahulu hingga yang sekarang. Gigi merupakan bagian keras yang terdapat di dalam mulut,apabila salah satu bagian gigi mengalami sakit gigi pastinya akan menyebabkan kinerja gigi tidak maksimal. Sakit gigi yang dialami oleh masyarakat yaitu karena gigi berlubang dan gusi yang bengkak sehingga menyebabkan adanya sakit gigi.Pak Slamet sebagai praktisi pengobatan omprong mengklasifikasikan jenis penyakit gigi yang ditangani menjadi 2 jenis, yaitu gigi growong atau berlubang dan gusi bengkak. Berikut pernyataan dari Bapak Slamet mengenai jenis penyakit yang biasanya masyarakat berobat di pengobatan gigi tradisional omprong: “Masyarakat sing dateng teng kulo niku enggeh katahe sing kagungan waos growong nek mboten gusi sing bengkak. Soale nek sampun kados niku sampun parah penyakite lan kudu enggal – enggal di obati” (Wawancara, 10 Mei 2015) “Masyarakat yang datang ke saya itu kebanyakan yang mempunyai gigi berlubang dan gusi yang bengkak.Soalnya kalau sudah seperti 46 itu biasannya sudah parah penyakitnya dan supaya diobatin secepatnya.” (Wawancara, 10 Mei 2015) Hasil wawancara yang di lakukan dengan Bapak Slamet menunjukkan bahwa masyarakat yang datang di pengobatan gigi tradisional omprong merupakan yang mengalami sakit gigi berlubang dan gusi yang bengkak bukan karena terjadi di sebabkan oleh hal – hal yang bersifat supranatural atau lainnya. Kepercayaan pengobatan gigi tradisional omprong agen yang menyebabkan sakit gigi adalah adanya ulat yang bersarang pada gigi yang berlubang.Masayarakat setempat biasanya menyebutkan ulat tersebut dengan istilah gendhon.Gendhon atau ulat ini adalah penyebab timbulnya sakit gigi yang dialami oleh masyarakat Desa Tlahap, karena gendhon tersebut bersarang pada gigi yang berlubang. Gendhonatau ulatakan bersarang pada gigi yang berlubang sehingga hal ini akan menyebabkan timbulnya sakit gigi yang dialami kebanyakan masyarakat Desa Tlahap. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan gigilah yang menyebabkan faktor utama timbulnya sakit gigi.dan biasanya masyarakat yang lupa akan memperhatikan gigi karena masih jarang untuk menggosok gigi 2 x sehari. Begitu pula dengan masyarakat Desa Tlahap yang masih kurang untuk kesadarannya merawat kesehatan gigi, sehingga banyak masyarakat mengalami sakit gigi yang disebabkan gigi berlubang. Berikut pernyatan dari Bapak Slamet ; “enggeh niku, pancen masyarakate sing pancen kirang kesadaran kagem kesehatan waose, mboten njaga waose dadose kening gerah waos disebabaken growong lan kebiasaane dahar sing legi - legi. Seringe sing tindak mpriki niku enggeh pancen ket mbien mboten nate ngrawat waose mulane saniki sami kagungan gerah waos” (Wawancara, 10 Mei 2015) 47 “Iya itu, memang masyarakat kurang akan kesadaran untuk merawat kesehatan giginya, tidak menjaga gigi sehingga terkena penyakit sakit gigi yang disebabkan oleh berlubang dan kebiasaanya memakan yang manis - manis. Yang sering datang ke saya itu memang dari dulu tidak pernah merawat giginya sehingga sekarang mengalami sakit gigi” (Wawancara, 10 Mei 2015) Hasil wawancara dengan Bapak Slamet menunjukkan masyarakat Desa Tlahap memang kurang akan kesadarannya untuk menjaga kesehatan giginya dan pemicu dari sakit gigi disebabkan seringnya masyarakat memakan makanan yang manis – manis sehingga menimbulkan gigi berlubang. Fenomena ini dapat dilihat dari masyarakat yang masih banyak yang memercayai pengobatan gigi tradisional omprong di Bapak Slamet untuk menyembuhkan sakit gigi yang dideritanya. 2. Proses Pengobatan Gigi Tradisional Omprong Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarneraga yang terdiri dari 3 dusun yaitu; Dusun Pegambiran, Dusun Bojong, dan Dusun Gemblep. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara kepada informan kunci Praktisi penyembuh sakit gigi yang bertempat tinggal di Desa Tlahap. Wawancara dilakukan dengan Bapak Slamet karena Bapak Slamet mengetahui informasi sistem pengobatan gigi tradisional omprong.Sistem pengobatan gigi tradisional omprong di Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegarameliputi beberapa tahapan, yaitu: 48 a. Konsultasi Pasien Terhadap Praktisi Pengobatan Gigi Tradisional Omprong Konsultasi merupakan interaksi antara pasien dengan praktisi yang berpusat kepada kepentingan pasien. Pasien saat akan melakukan pengobatan akan terlebih dahulu untuk melakukan konsultasi mengenai penyakit maupun gejala yang dideritanya. Begitu pula yang ada di pengobatan gigi tradisional omprong yang ada di Desa Tlahap. Berikut pernyataan dari Bapak Slamet: “Iya biasane pasien sing pertama nembe maring pengobatan untu omprong kui seurunge diobati cerita gejalane lara untu karo ket kapan lara untune” (Wawancara, 10 Mei 2015) “Iya biasanya pasien yang pertama baru datang ke pengobatan gigi tradisional omprong sebelum di obati terlebih dahulu konsultasi mengenai awal mula kena sakit gigi dan sejak kapan terjadinya sakit gigi” (Wawancara, 10 Mei 2015) Berdasarkan pernyataan Bapak Slamet, tentunya hal ini tidak jauh berbeda dengan pengobatan lainnya baik dari pengobatan medis maupun pengobatan tradisional. Kunsultasi memang sangat diperlukan saat pasien mau melakukan pengobatan tentang penyakit yang diderita supaya Dokter maupun praktisi mengetahui penyakit dan gejala yang ditimbulkan dari sakit yang diderita oleh pasien. b. Peralatan yang digunakan saat melakukan pengobatan gigi omprong Alat – alat yang digunakan saat melakukan pengobatan gigitradisional omprongialah ampar dari kayu, lempengan besi, biji terong, minyak greng, seng yang berbentuk bulat, torong yang terbuat dari tempurung kelapa di kasih selang untuk jalan asap. Kegunaan dari ampar kayu untuk menaruh air saat melakukan 49 pengobatan, lempengan desi kegunaannya untuk menaruh biji terong dan minyak pada saat kondisi lempengan besi panas sehabis dibakar, biji terong dan minyak adalah media untuk pengobataan yang kegunaannya untuk mengobati dan mengeluarkan gendhon atau ulat, seng yang bulat hanyalah untuk menganjal lempengan besi agar nantinya tidak mengenai air yang didalam ampar kayu, sedangkan corongnya yaitu untuk menutupi biji terong yang terbakar dan untuk mulut ke dalam corong tersebut. Berdasarkan yang di jelaskan Bapak Slamet sebagai berikut : “Kegunane alat – alat sing dinggo ngelakokake pengobatan untu omprong kui ya pelantara ben genton sing nang njeru untu pada metu. Sebabe sing marakna gendon pada metu kui bar ngebul kukus sing metu sekang alat kui” (Wawancara, Mei 2015) “Kegunaan alat – alat tersebut yang nantinya untuk melakukan pengobatan gigi omprong adalah sebagai pelantara biar nantinya ulat (gendhon) yang ada di dalam gigi keluar karena terkena asap yang keluar dari alat itu” (Wawancara, 10 Mei 2015) Berdasarkan pernyataan dari Bapak Slamet, bahwa alat yang untuk melakukan pengobatan gigi omprong merupakan sabagai pelantara melakukan pengobatan dan juga untuk membantu mengeluarkan adanya ulat (gendhon) yang ada di dalam gigi.Tujuan adanya alat – alat ini memang untuk mengeluarkan (gendhon) atau ulat agar keluar dari gigi yang disebabkan terkenanya asap yang ditimbulkan dari alat pengobatan omprong. Asap yang di maksud adalah dari hasil pembakaran lempengan besi yang panas untuk memasak biji terong yang dikasih minyak agar nantinya dapat mengeluarkan asap yang pekat membuat kekuarnya gendhon atau ulat yang ada pada gigi. Tanpa adanya alat tersebut, pengobatan ini 50 tidak dapat dilakukan, karena alat – alat tersebut sudah menjadi bagian dari pengobatan gigi tradisional omprong Bapak Slamet. Gambar 5 : Ampar Kayu (Sumber Dokumentasi Pribadi) Gambar 7: Lempengan Besi (Sumber Dokumentasi Pribadi) Gambar 6: Biji terong dan Minyak Goreng (Sumber Dokumentasi Pribadi) Gambar 8: Proses Persiapan Pengobatan Oleh Bapak Slamet (Sumber Dokumtasi Pribadi) c. Do‟a saat mau melakukan pengobatan gigi omprong Berdasarkan wawancara yang di lakukan dengan Bapak Slamet tentang do‟a – do‟a saat akan melakukan pengobatan gigi omprong itu bagaimana dan apakah meliputi beberapa macam do‟a .Pernyataannya dari Bapak Slamet. 51 “Ya enyong nek arep ngelakok aken pengobatan untu omprong ora klalen ndongan karo gusti Allah njaluk karo Gusti Allah nek enyong arep ngelakokna pengobatan ben engkone lancar, nana alangan, lan sing arep ditambani ben cepet mari. Donga kanggo pengobatane ya mung Bismillahirohman Hirohim ping 7 karo Al Fatehah ping 1” (Wawancara, 10 Mei2015) “Saat saya akan melakukan pengobatan gigi omprong tidak lupa berdo‟a terlebih dahulu meminta kepada Allah Swt minta agar saat melakukan pengobatan diberi kemudahan, tidak ada halangan, dan yang berobat cepat sembuh. Do‟a saat melakukan pengobatan gigi omprong hanyalah membaca Bismillahirohman Hirohim 7 kali dan Al Fatehah 1 kali” (Wawancara, 10 Mei 2015) Berdasakan penyataan di atas menunjukkan bahwa do‟a sangatlah penting sebagai langkah untuk melakukan kegiatan apa saja. Setiap masyarakat pasti akan berdo‟a terlebih dahulu saat akan menjalankan suatu kegiatan dan biasanya tanpa berdo‟a untuk mengawali suatu kegiatan akan di percaya tidak berjalannya kegiatan yang akan di laksanakan. Bapak Slamet saat akan melakukan pengobatan gigi omprongpun tak lupa untuk berdo‟a terlebih dahulu. Panduan yang digunakan oleh Bapak Slamet dalam melakukan pengobatan hanyalah dengan meminta kepada Allah SWT agar pasien yang berobat di pengobatannya sembuh dari penyakit gigi yang di derita dan memanfaatkan bahan – bahan dari alam, yaitu dengan media biji terong yang sudah dikeringkan. Praktisi melakukan pengobatan dengan cara mengomprong gigi, agar ulat yang ada di dalam gigi keluar dari gigi tersebut.Seperti yang dikatakan Bapak Slamet selaku praktisi pengobatan gigi tradisional omprong. “enyong nambani untu sing lara kui karo cara diomprong, soale pancen pengobatan untu sing nyong lakokna kui ngomprong untu karo wiji terong sing wis garing. Wong kui pancen wis bagian pengobatan nang nyong, soale nek ora nganggo wiji terong larane ora bakal mari karo ora manjur.Enyong mbien 52 pertamane di warai Bapake ya pancen langsung kaya kui. Ora ana ilmu – ilmu khusus nggo pengobatan ini, gor njaluk pendongane karo Gusti Allah ben sing lagi pada untu mari wong nyong kui mung pelantara sekang Gusti Allah” (Wawancara, 10 Mei 2015) “saya mengobati gigi yang sakit itu pakai cara diomprong,soalnya pengobatan gigi yang saya lakukan itu menggunakan biji terong yang sudah kering. Kalau itu memang sudah menjadi bagian pengobatan yang saja jalankan, karena kalau bukan menggunakan biji terong tidak akan sembuh sakitnya. Saya dulu pertamannya bisa diajarkan oleh Bapak saya memang sudah seperti itu, dan tidak ada ilmu – ilmu khusus untuk pengobatan ini.Hanya meminta kepada Allah SWTagar yang mengalami sakit gigi sembuh, dan saya hanyalah pelantara dari Allah SWT” (Wawancara, 10 Mei 2015) Pernyataan di atas menunjukan bahwa panduan yang digunakan saat akan melakukan pengobatan gigi tradisional omprong tidak hanya berdoa saja tetapi praktisi juga meminta kepada Allah SWT untuk kelancaran saat melakukan pengobatan dan bisa sembuh secepatnya. d. Gambaran cara pengobatan gigi omprong di Desa Tlahap Berdasarkan wawancara dengan Bapak Slamet tentang gambaran pengobatan gigi omprong yang ada di Desa Tlahap yang dijalankannya. Berikut pernyataanya Bapak Slamet : “Ya carane pertama nyiapna peralatane nek wis siap, sing arep ditambani langsung ngemut torong batok kelapa sing ana selange lebokana nang tutuk karo nahan ben kukuse aja ngasi metu sekang tutuk, terus enyong ngamu skang ngisor ben kukuse tetep metu karo ngebut. Lah aleh nahan suene skitaran semenit, terus engko dibaleni tekan wiji teronge entek. Lebare di omprong, pasen langsung tak kon ngombe banyu poteh kanggo kemu lah sijine gawa bali enggo kemu nang umah pas esok – esok” (Wawancara, 10 Mei 2015) 53 “Cara pertamanya menyiapkan alat – alat dan kalau sudah siap yang mau berobat langsung memasukan mulut ke dalam tempurung kelapa yang atasnya di kasih sama selang, untuk menahan asap agar tidak keluar dan di tahan dengan mulut. Dan menahan asap yang keluar dari tempurung kelapa sekitaran 1 menit, terus nanti di ulangi sampai biji terongnya habis. Sehabis di omprong, pasien langsung saya suruh untuk meminum air putih yang sudah saya siapkan buat berkumur – kumur dan kalau yang satunya buat dibawa pulang juga untuk digunakan berkumur – kumur dirumah pas pagi harinnya ” (Wawancara, 10 Mei 2015) Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pengobatan gigi tradisional omprong sangat menarik, karena pasien hanya memasukan mulutnya ke dalam corong yang diberi selang, terus menahan asapnya supaya tidak keluar dan hal ini akan berulang kali sampai biji terong yang digunakan sebagai salah satu media pengobatan habis terbakar. Tujuannya untuk menguarkan ulat (gendhon) yang berada di dalam gigi berlubang. Gambar 9 : Proses Pengobatan Gigi Omprong (Sumber Dokumentasi Pribadi) Keahliaan yang di peroleh oleh Bapak Slamet merupakan hasil yang diajarkan oleh Bapaknya dahulu dan bersifat turun – temurun dari sejak dahulu sampai saat ini.Bapak Slamet hanyalah pelantara melakukan pengobatan gigi 54 tradisional omprong ini, karena semuannya adalah kehendak dari Allah SWT. Bertahannya pengobatan gigi tradisional omprongsampai sekarang, karena masyarakat Desa Tlahap yang sebagian besar masyarakatnya adalah sebagai petani, sehingga bagi masyarakat tani dengan adanya pengobatan gigi omprong ini yang terhitung murah akan biaya pengobatannya dan masyarakat juga masih mempercayai adanga pengobatan tradisional ketimbang pengobatan modern yang katanya biayanya terlihat mahal. Namun kenyataannya banyak juga dijumpai pasien yang ekonominnya mampu masih banyak yang datang ke pengobatan gigi tradisional omprong.Tentunya hal ini bukan masalah biaya yang terlihat murah, namun masih kuatnya masyarakat Desa Tlahap yang mempercayai dan memanfaatkan adanya pengobatan tersebut. Kepercayaan yang masih kental pada masyarakat Desa Tlahap tentang pengobatan gigi omprong bila dikaitkan dengan teori Sistem Medis adalah mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun ketrampilan anggota – anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut.Etiologi Naturalistik menjelaskan dengan istilah – istilah sistemik yang bukan pribadi.Etiologi Naturalistik juga mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena unsur – unsur yang tetap dalam tubuh, panas, dingin, dan maupun kondisi lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya (Foster&Anderson). 55 Alasan yang sesuai dengan teori tersebut adalah dimana pada pengobatan gigi tradisional omprong hanyalah sebagai pelantara semata dan kesembuhan pastinya ke hendak dari Allah SWT.Fenomena yang terjadi di Desa Tlahap ini karena adanya kebiasaan masyarakat yang memang jarang menjaga kesehatan gigi dan malasnya untuk menggosok gigi.Kejadian ini tentunya bukan karena disebabkan oleh makhluk gaib atau tukang sihir, malainkan kebiasaan masyarakat yang tidak menjaga kesehatan gigi. C. Alasan Masyarakat Desa Tlahap Masih MenyakiniPengobatan Gigi Tradisional Omprong Daripada Pengobatan Gigi Yang modern 1. KeyakinanMasyarakat Desa Tlahap Mengenai Sistem Pengobatan Gigi Tradisional omprong Keyakinan masyarakat mengenai adanya pengobatan gigi tradisional omprong sangat baik dan membatu sekali bagi masyarakat Desa Tlahap. Informasi tersebut diperkuat oleh pernyataan informan dari Bapak Kartomo. Berikut pernyataannya : “Anane pengobatan untu omprong nang Desa Tlahap kui apik banget. Soale masyrakat dadi ketolong, apa maning pancen wis terkenal nang ndi bae mung ora masyarakat Desa Tlahap tokkaken pengobatan. Masyarakat sekang Desa liane ya akeh sing teka nang Bapak Slamet pancen garep nambani untu sing wis sue ora mari – mari” (Wawancara, 10 Mei 2015) “Adanya pengobatan gigi omprong di Desa Tlahap sangat bagus. Soale masyarakat jadi terbantu, apa lagi memang sudah terkenal di mana saja tidak hanya masyarakat Desa Tlahap saja yang melakukan pengobtan. Masyarakat dari luar Desa pun banyak yang datang ke Bapak Slamet memang untuk berobat menyembuhkan gigi yang sudah lama tidak sembuh – sembuh” (Wawancara, 10 Mei 2015) 56 Penulis juga melakukan wawancara dengan Ibu Saliem tentang pandangan masyarakat mengenai pengobatan gigi tradisional omprong di Desa Tlahap. Berikut pernyataan informan dari Ibu Saliem: “Kulo sakbenere enggeh dereng nate nambani waos teng Bapak Slamet, namung kulo ngertos ontene pengobatan waos omprong, soale rien sering tindak mpriko nganteraken garwo kulo. Rien sering tindak mpriko soale garwone kulo gadah gerah waos. Menurute kulo pengobatan waos omprong niku sae sanget lan pengobatane enggeh gampil namung manjur. Alhamdulilah bare dateng teng mpriko garwone kulo sampun mboten gerah waos malih lan saget ngrawat waos” (Wawancara, 9 Mei 2015) “Saya sebenarnya belum pernah melakukan pengobatan gigi ke Bapak Slamet, tapi saya tau adanya pengobatan gigi omprong dulunya sering datang ke sana untuk mengantarkan suami saya. Dulu sering datang ke sana soalnya suami saya pernah mempunyai penyakit sakit gigi. Menurut saya pengobatan gigi omprong sangat menolong dan pengobatannya juga gampang tapi terpecaya. Alhamdulilah setelah datang ke sana sekarang suami saya sudah tidak pernah sakit gigi lagi dan bisa lebih merawat gigi” (Wawancara, 9 Mei 2015) Hasil pernyataan di atas menunjukan bahwa pandangan masyarakat tentang pengobatan gigi tradisional omprongdi Desa Tlahap bagi masyarakat sangatlah membantu dan juga terpercaya. Terbukti banyak masyarakat Desa Tlahap sampai saat ini datang dan percaya dengan pengobatan gigi tradisional omprong, bahkan tidak hanya masyarakat sekitar saja yang berobat, tetapi masyarakat luar Desa Tlahap pun banyak yang datang ke pengobatan gigi tradisional omprong Bapak Slamet. Hal ini sesuai dengan konsep perilaku sakit Suchman di mana pola sosial dari perilaku sosial tampak pada cara orang mencari, menemukan dan melakukan perawatan (Suchman dalam Muzaham 2007:46). 57 Terpercayanya pengobatan gigi tradisional omprong memang sudah banyak yang berobat mengetahui hasilnya setelah berobat. Dan biasanya masyarakat juga akan yakin setelah mengetahui pengobatannya terpercaya, apalagi masyarakat Desa Tlahap yang masih mempercayai dengan adanya kebudayaan jawa. Karena kebudayaan masyarakat jawa yang masih kental di kalangangan masyarakat Desa Tlahap akan membuat perkembangan pengobatan tradisioal kuat. Masyarakat lebih memilih pengobatan gigi tradsional omprong, karena banyak pasien yang datang ke pengobatan gigi tradisioanl omprong cocok dan sembuh dari penyakit gigi. Informasi tersebut diperkuat dengan pernyataan informan yaitu Bapak Suharyo sebagai berikut: “Enyong percaya karo pengobatan untu sing nang Pak Slamet kuwi soale akeh masyarakat sing wis pada tau mareng akeh marine bar di tambani nang pengobatan untu omprong, berati kan pengobatan untu nang Pak Slamet pancen manjur mulane enyong percaya” (Wawancara, 11 Mei 2015) “Saya percaya sama pengobatan gigi yang ada di Bapak Slamet itu karena masyarakat sudah banyak yang datang dan banyak yang sembuh setelah berobat di pengobatan gigi tradisional omprong, berati pengobatan gigi yang di Bapak Slamet memang terpecaya dan manjur makanya saya percaya ” (Wawancara, 11 Mei 2015) Penulis juga melakukan wawancara dengan Bapak Raharjo tentang alasan mempercayai pengobatan gigi tradisional omprong. Hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut: “Alasne enyong ya percaya, ngapa enyong percaya karo pengobatan untu omprong sing nang Pak Slamet soale kui pengobatan sing egen tradisional lan pancen bener – bener 58 manjur. Beda karo pengobtan sing wis canggih, jarene manjur tapi ora. Wong pertamane ya enyog nang doker gigi, tapi ping pira bae mprana ora nana hasil egen bae lara untu. Nah semenjak kui enyong njajal nang pengobatan tradisional untu, alhamdulilah saiki ya mari” (Wawancara, 9 Mei 2015) “Alasan saya ya memang percaya, kenapa saya pecaya sama pengobatan gigi omprong yang ada di Bapak Slamet soalnya pengobatannya masih tradisional dan bener – bener terpecaya hasilnya. Beda sama pengobatan yang modern, katanya terbukti terpecaya tapi kenyataannya tidak. Pertamanya saya pun datang ke Dokter gigi, tapi sudah berapa kali ke sana tidak ada hasil dan masih sakit gigi. Nah begitu saya menyoba di pengobatan tradisional gigi, alhamdulilah sekarang sembuh” (Wawancara, 9 Mei 2015) Hasil dari pernyataan di atas bahwa alasan mengapa masyarakat lebih mempercayai di pengobatan gigi tradisional omprong karena memang sudah terbukti kesembuhannya.Banyak juga masyarakat yang datang berobat sembuh dari sakit giginya, maka dari itu masyarakat pun mempercayai dan memanfaatkan adanya pengobatan gigi tradisional omprong dan yang sudah sejak dulu ada. Kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercaya itu dapat menjadi sesuatu yang nyata.Kepercayaan merupakan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang.(Suchman dalam Muzaham 2007: 45) menyebutkan dalam tahapan menentukan reaksi atau tindakan sehubungan dengan gejala penyakit yang dirasakan terdapat tahap ketergantungan pasien.Tahap ini merupakan tahap dimana pasien menyerahkan kontrol kepada individu yang professional dan menerima serangkaian perawatan medis. Keadaan ini memaksa individu untuk patuh terhadap serangkaian tindakan yang dilakukan individu profesional agar kesembuhan dapat tercapai dan keadaan inilah yang dimilikiBapak Suharyo dan Bapak Suharjo dimana mereka memiliki kepercayaan atau keyakinan pada 59 pengobatan gigi tradisional omprong, sehingga setiap sakit Bapak Suharyo dan Bapak Suharjo sakit selalu mendatangi pengobatan gigi tradisional omprong dibandingkan dengan pengobatan medis modern. Kepercayaan masyarakat tentang pengobatan gigi tradisional omprong ini karena memang masyarakat sudah mengetahuinya sendiri tentang pengobatan tersebut dan sifatnya yang masih tradisional dengan memanfaatkan kekuasaan Allah Swt akan kesembuhannya, pasti masyarakat lebih mempercayainya ketimbang dengan pengobatan yang modern.Pengobatan modern yang ada bukan berati tidak dipercayainya, namun masyarakat lebih mementingkan akan keinginan mereka untuk sembuh dari penyakit yang di derita. Untuk itu masyarakat akan menentukan kemana meraka akan pergi berobat, entah ke pengobatan tradisional atau pengobatan modern. Masyarakat sudah mempunyai konsep tentang penyakit sendiri terbentuk berdasarkan kepercayaan yang di anut oleh masyarakat. 2. Faktor Kemanjuran Menyebabkan Masyarakat Desa Tlahap Masih Menyakini Pengobatan Gigi Tradisional Omprong a. Pengaruh Dari Orang Lain Masyarakat datang berobat ke pengobatan gigi tradisional omprong karena ikut – ikutan yang sudah pernah. Informasi tersebut diperkuat dengan pernyataan informan yaitu Bapak Aziz Setiaji sebagai berikut: “Enyong nambani lara untu nang Pak Slamet kui mergane enyong melu – melu sing wis tau pada mprana. Jarene sing wis tau pada mprana kui akeh marine, terus cerita – cerita. La sekang kui enyong ana kepikiran karo akeh sing ngomong mending di gawa nang Pak Slamet bae. Bare kui enyong langsung mprana nambani 60 untu, herane maning nembe mprana sepisan akih perubahan karo ora lara maning bar sering di gawa mprana” (Wawancara, 15 Mei 2015) “Saya mengobati sakit gigi yang saya derita ke Bapak Slamet awalnya ikut – ikutan yang udah pernah datang ke sana. Katanya sudah banyak yang datang ke sana banyak sembuhnya, terus cerita – cerita sama lainnya. Sehabis itu saya ada pikiran sama banyak yang bilang mending di bawa ke Bapak Slamet. Langsung saja saya pergi ke sana untuk berobat dan herannya baru 1 kali datang namun sudah banyak perubahan, dan sehabis saya sering bawa ke sana sudah tidak sakit lagi” (Wawancara, 15 Mei 2015) Penulis juga melakukan wawancara dengan Ibu Yayuk menjelaskan tentang mengapa datang ke pengobatan gigi tradisional omprong, mengatakan: “Kulo enggeh tindak teng pengobatan waos omprong niku meniko sampun putus asa saking Dokter gigi. Wong sampun tindak teng Dokter gigi ping pinten mawon enggeh mboten onten perubahane taseh gerah mawon. Lah akhire kulo enggeh tindak teng pengobatan untu omprong sing teng Pak Slamet” (Wawancara, 14 Mei 2015) “Saya datang ke pengobatan gigi omprong karena saya sudah putus asa datang dari Dokter gigi.Sudah datang ke Dokter gigi berapa kali pun belum ada perubahan dan masih sakit saja. Dan akhirnya saya datang ke pengobatan gigi tradisional omprong yang ada di Bapak Slamet” (Wawancara, 14 Mei 2015) Hasil pernyataan di atas tentang mengapa masyarakat datang ke pengobatan gigi tradisional omprong bahwa masyarakat ikut – ikut yang sudah pernah datang ke pengobatan tersebut dan rasa putus asa masyarakat kepada pengobatan modern yang tidak memberikan kesembuhan, sehingga masyarakat melilih ke pengobatan tradisional sebagai pilihan yang ke dua dan berharap akan kesembuhan yang diinginkan oleh masyarakat. 61 Pemaparan dari Bapak Aziz maupun Ibu Yayuk ini juga menunjukan bahwa faktor yang mendukung Bapak Aziz maupun ibu Yayuk untuk melakukan pengobatan ke pengobatan gigi tradisional omprong disebabkan oleh adanya faktor individu terdekat yaitu suami Ibu Yayuk yang telah terlebih dahulu mencoba pengobatan dengan pengobatan gigi tradisional omprong, maupun Bapak Aziz yang ikut – ikutan dari masyarakat yang pernah berobat dan di dapatkannya kesembuhan yang mereka inginkan. Hasil wawancara dan observasi kondisi pasien ini sesuai dengan kondisi pada konsep perilaku sakit Suchman yang membahas mengenai fungsi dari faktor yang menyebabkan individu mencari menemukan dan melakukan perawatan medis (Suchman dalam Muzaham 2007:46).Tahapan – tahapan tersebut ketika individu dan dalam hal ini ketika informan merasa sakit atau ketika informan merasakan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaanya atau adanya rasa kurang enak badan yang membuat individu memilih pengobatan dan dalam hal ini ke pengobatan gigi tradisional omprong. Masyarakat Desa Tlahap mengetahui tentang pengobatan gigi tradisional omprong itu sejak dari kecil dan tau dari orang yang pernah berobat di sana. Berikut hasil wawacara dari Bapak Agus Hermawan menjelaskan sebagai berikut “Pengobatan untu Pak Slamet kuwi wis ana ket jaman mbien ket nyong egen cilik tekan saiki. Pertamane ngerti anane pengobatan untu omprong ya di wei ngerti wong – wong sing wis tau pada mprana karo di wei orang tua”(Wawancara, 15 Mei 2015) “Pengobatan gigi Bapak Slamet itu sudah ada dari jaman dulu saya kecil samapai saat ini pun masih ada. Pertama kali tau tentang pengobatan gigi omprong dulu di kasih tau oleh orang tua dan orang – orang yang sudah pernah datang langsung ke sana” (Wawancara, 15 Mei 2015) 62 Penulis juga melakukan wawancara dengan Bapak Untung Waryono menjelaskan tentang tau dari manakah pengobatan gigi tradisional omprong di Desa Tlahap, mengatakan: “Pertamane ngerti pengobatan untu omprong Pak Slamet ya sekang omongan ke omongan masyarakat. Lagi pada jagongan terus ana sing ngerti lan nawarna mbokan ana sing ana lara untu mending di gawa nang Pak Slamet wong jarene wis terkenal pengobatane manjur” (Wawancara, 16, Mei 2015) “Pertama tau adanya pengobatan gigi omprong Bapak Slamet dari mulut ke mulut masyarakat. Kebetulan pas lagi pada nongkrong dan ada yang tau bercerita untuk menawarkan berobat di Bapak Slamet yang katanya sudah terkenal dan terpecara pengobatannya” (Wawancara, 16 Mei 2015) Hasil dari pernyataan di atas tentang sejak kapan dan dari mana masyarakat Desa Tlahap mengetahui pengobatan gigi tradisional omprong menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tlahap awalnya mengetahui pengobatan di Bapak Slamet adanya tau dari mulut ke mulut maupun memang sudah dari kecil tau adanya pengobatan gigi tradisional omprong. Berkembangnya informasi tersebut akan membuat tidak hanya masyarakat Desa Tlahap saja yang mengetahui pengobatan tersebut. Masyarakat luar pun yang bukan asli masyarakat Desa Tlahap juga akan mengetahui pengotan gigi tradisional dan apalagi yang sudah terbukti kasiatnya maupun terpercaya pengobatannya. Perilaku sakit Suchman dapat dilihat dari pola perilaku seseorang untuk menemukan dan melakukan perawatan, hal ini berkaitan dengan faktor individu-individu terdekat pada faktor individu-individu terdekat, seseorang melakukan perawatan medis berdasarkan saran dari individu terdekatnya. 63 b. Biaya yang Lebih Murah Daripada Pengobatan Gigi Modern Pengobatan tradisional pada umumnya memiliki tarif yang relatif lebih mudah dijangkau, bahkan ada beberapa pengobatan tradisional yang tidak menentukan tarif pengobatan.Pengobatan tradisional yang tidak menentukan tarif pengobatan, pasien hanya membayar berdasarkan kemampuan dan kerelaan dari pasien itu sendiri.Pengobatan gigi tradisional omprong tidak mematok harga.Terapis dalam membuka praktek pengobatan gigi tradisional tradisional omprong tidak mematok harga untuk setiap pengobatan yang diberikan karena terapis memiliki niat untuk ibadah dalam membantu setiap pasien terlebih pasien yang kurang mampu. Biaya pengobatan gigi tradisional omprong yang relatif lebih murah dan dapat dijangkau karena tidak terdapat patokan harga yang khusus yang diberikan oleh terapis dalam setiap pengobatan yang diberikan membuat pasien lebih merasa nyaman saat melakukan pengobatan gigi tradisional omprong.Seperti yang dikatakan oleh ibu Sholehah. “Pengobatan sing sampun modern kaleh sing tradisional niku enggeh jane sami mawon, namung kan onten sing percaya kaleh pengobatan modern enggeh onten sing kaleh tradisional. Nek kados niku biasane cocok – cocokan pundi sing cocok, kalian nek pengobatan tradisional niku nek masalah biaya nggeh sak iklase kiambek mboten nentukaken tarif sepinten - pinten” (Wawancara, 16 Mei 2015) “Pengobatan yang modern sama yang tradisional sebenarnya sama saja, tapi kan terkadang ada yang percaya sama pengobatan modern, maupun ada juga yang percaya sama pengobatan tradisional. Ini biasanya cocok atau tidak cocoknya, dan biasayanya pengobatan tradisional itu tidak menentukan tarif berapa dan justru seiklasnya sendiri” (Wawancara, 16 Mei 2015) 64 Hasil wawancara di atas sama dengan hasil wawancara dengan Ibu Sholehah tentang alasan yang menjadikan masyarakat masih percayapengobatan gigi tradisional omprong. Hasil wawancara dengan Ibu Ningsih sebagai berikut: “Biasane niku enggeh saking kiambeke, onten sing pancen percaya teng pengobatan untu modern, enggeh onten sing teng pengobatan untu tradisional. Namine tiang bade berobat niku kados luru jodo, nek pacen jodone teng pengobatan untu modern ya empun. Lah nek mboten taseh onten pengobatan untu sing tradisional, tapi katah sing matur enngeh manjur teng pengobatan tradisional” (Wawancara, 15 Mei 2015) “Biasanya itu memang dari diri sendiri, ada yang percaya di pengobatan gigi modern, dan ada juga yang percaya sama pengobatan gigi tradisional.Namanya juga orang mau berobat itu seperti mencari jodoh, kalau emang jodohnya di pengobatan gigi modern ya sudah. Kalau tidak kan masih bisa datang ke pengobatan tradisional, tapi banyak yang bilang kalau lebih manjur ke pengobatan gigi tradisional” (Wawancara, 15 Mei 2015) Hasil dari wawancara di atas bahwa manjur pengobatan gigi modern atau pengobatan gigi tradisional menunjukan pada masyarakat Desa Tlahap kalau memilih mana yang cocok dan percaya entah itu dari pengobatan gigi modern maupun pengobatan gigi tradisional. Biasanya masyarakat akan membandingkan antara ke dua pengobatan tersebut mana yang benar – benar paling manjur. Menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat Desa Tlahap mempercayai dengan pengobatan gigi tradisional omprong, tapi bilang dibandigkan dengan pengobatan gigi modern masyarakat Desa Tlahap masih banyak yang ke pengobatan gigi tradisional omprong.Fenomena tersebut bisa dilihat dengan bertahannya pengobatan gigi tradisional omprong sampai saat ini dan bahkan masyarakat pun 65 masih banyak berobat.Padahal sekarang sudah di jaman yang modern, tapi justru masyarakat masih lebih memilih dengan pengobatan yang tradisional. c. Faktor Tradisi Kepercayaan terhadappengobatan gigi tradisional omprong yang kuat membuat masyarakat lebih memilih ke pengobatan tersebut. Masyarakat memilih pilihan itu, karena masyarakat memang sudah percaya dengan pengobatan gigi tradisional omprong dan lebih manjur. Berikut wawancara dengan Bapak Agus Hermawan: “Soalne enyong ket mbien pancen langsung nang pengobatan untu Pak Slamet, alhamdulilahe langsung mari li dadi ora usah mareng nang pengobatan sing modern”(Wawancara, 15 Mei 2015) “Soalnya dari dulu memang langsung datang ke pengobatan gigi omprong Bapak Slamet, alhamdulilahnya langsung sembuh jadi tidak usah datang ke pengobatan yang modern” (Wawancara, 15 Mei 2015) Penulis juga melakukan wawancara dengan Bapak Untung Waryono menjelaskan tentang tau dari manakah pengobatan gigi tradisional omprong di Desa Tlahap, mengatakan: “Nek enyong mending pengobatan untu tradisional, soale pengobatan tradisional kui ora nganggo bahan kimia karo leweh manjur nang pengobatan untu tradisional” (Wawancara, 16 Mei 2015) “Kalau saya mending ke pengobatan gigi tradisional, soalnya pengobatan tradisional itu tidak menggunakan bahan kimia dan juga pengobatan gigi tradisional lebih manjur ” (Wawancara, 16 Mei 2015) 66 Hasil pernyataan di atas menunjukkan bahwa masyarakat mengapa tidak memilih ke pengobatan gigi modern karena masyarakat memang sudah dari dulu datang ke pengobatan gigi tradisional dan faktor bahan obat yang di komsumsi.Pengobatan gigi modern biasaya menggunakan bahan – bahan kimia, sedangkan untuk pengobatan gigi tradisional yang masih menggunakan bahan – bahan alami sehingga masyarakat lebih memilih pengobatan gigi tradisional daripada pengobatan gigi modern. Hasil dari pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Agus Hermawan dan Bapak Untung Waryono, yaitu bahwa faktor yang melatarbelakangi seseorang dalam memilih pengobatan gigi tradisional dapat diperoleh melalui kesembuhan yang didapat dan juga dari faktor pengobatan yang masih bersifat tradisional tidak menggunakan bahan – bahan kimia. Pengalaman individu lain yang telah memilih pengobatan gigi tradisional omprong dapat membuat masyarakat semakin mengetahui mengenai pengobatan gigi tradisional omprong terkenal. Berdasarkan hasil wawancaradan observasi kondisi pasien ini sesuai dengan kondisi pada konsep perilaku sakit Suchman menjelaskan suatu pernyataan teoritis mengenai hubungan antara struktur sosial dan orientasi medis dengan variasi respons individu terhadap penyakit dan perawatan medis. Suchman membahas fungsi dari berbagai faktor lain (faktor tempat, variasi respons terhadap penyakit, dan perawatan medis) sesuai dengan lima tahapan perawatan medis tersebut (Suchmandalam Muzaham 2007: 46). BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengobatan gigi tradisional omprong sebagai salah satu pengobatan lokal pada masyarakat Tlahap. Bagian penting dari pengobatan gigi tradisional omprong, adanya keyakinan pada masyarakat Tlahap terhadap pengobatan gigi tradisional omprong dapat menyembuhkan penyakit gigi yang sudah parah dan biji terong sabagai media pengobatan gigi tradisional omprong. Proses pengobatan gigi tradisional omprong terdiri dari tiga tahapan, pertama praktisi menyiapkan peralatan untuk proses pengobatan gigi omprong, kedua praktisi melakukan ritual terlebih dahulu yaitu dengan membaca do‟a saat akan melakukan pengobatan, danyang ketiga proses pengobatan gigi omprong. 2. Faktor yang melatarbelakangi masyarakat Tlahap berobat ke pengobatan gigi tradisional omprong terdiri dari empat faktor. Faktor pertama, faktor biaya yang pengobatan yang murah, kedua, faktor tradisi, ketiga adalahadanyafactor kemanjuran sehingga masyarakat memanfaatkan adanya pengobatan gigi tradisional omprongdan keempat adalah pandangan masyarakat 67 68 B. Saran Saran yang dapat penulis rekomendasikan dalam penelitian ini adalah bagi masyarakat Desa Tlahap, meski telah merasa yakin dan nyaman dengan pengobatan gigi tradisional omprong, masyarakat perlu mengkombinasikan dengan pengobatan medis dan menggunakan pengobatan gigi tradisional omprong sebagai pengobatan komplementer semata. DAFTAR PUSTAKA Adefolaju, Toyin. The Dynamics and Changing Structure of TraditionaHealing System in Nigeria.Journal Health Researchs. Vol 4 (2):99-106. June 2011. Agusmarni Soraya. 2012. Gambaran Healht belief model pada individu penedrita diabetes yang menggunakan pengobatan medis dan alternatif Baharudin, Erwan. Kepercayaan Medis Masyarakat Desa Bando Kecamatan Sukamaju Tanggerang Terhadap Sistem Pengobatan pada Kasus Gigitan Ular.Jurnal Forum Ilmiah.Vol 10 (1).Januari 2013. Foster, George M dan Anderson, Barbara Gallatin. 2006. Antropologi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Geertz, Clifford . 1989. Abangan, Santri , Priyayi : Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta : Pustaka Jaya. Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Muzaham, Fauzi. 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta: UI Press. Raharjo.2010. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertania.Yogyakarta : UGM Press Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2005 Sarwono, Solita. 2002. Sosiologi Kesehatan, Gadja Mada University Press, Yogyakarta Triratnawati, A. (2010). Pengobatan Tradisional, Upaya Meninimalkan Biaya Kesehatan Masyarakat Desa di Jawa. Menejemen Pelayanan Kesehatan, 13 (02), 69-73 Umar, Husein. Metode Riset Komunikasi Oraganisasi Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2003 69 70 Wansahyu, Piko. „Gumantan‟ Sistem Pengobatan Masyarakat Desa Teluk Beringin Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi.Jom FISIP. Vol 2 (1).Oktober 2014. Xu, Judy dan Yang, Yue. 2009. Traditional Chinese Medicine in theChinese Health Care System. Health Policy. 90 (2009) 133–139. http://www.satuharapan.com/read-detail/read/analisis-rakyat-perlu-kritispada-pengobatan-berbasis-agama (diunggah pada 21 Juli 2014) http://rominurfauzi.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-dan-perbedaanmitos-legenda.html. Diakses pada 23 Oktober 2013 https://krupukcair.wordpress.com/2010/07/23/peran-mitos-dalamkehidupan-manusia. Diakses pada 23 Juli 2010 71 Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN Dalam rangka menyelesaikan studi S1 pada jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang (UNNES), maka mahasiswa diwajibkan untuk menyusun skripsi. Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian berhubungan dengan masalah yang sesuai dengan bidang keahlian atau bidang studinya. Penelitian yang akan akan dikaji oleh peneliti TRADISIONALOMPRONG TLAHAPKECAMATAN “SISTEM PENGOBATAN GIGI KALANGAN MASYARAKAT DESA adalah DI PEJAWARAN KABUPATEN BANJARNEGARA”. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 3. Mengetahui proses pengobatan gigi tradisional omprong di desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara dilakukan. 4. Mengetahui pandangan masyarakat desa Tlahap yang masih menyakini adanya pengobatan gigi tradisionsl omprong. Penulis memohon kerjasamanya untuk memberikan informasi yang valid, dapat dipercaya dan lengkap. Informasi yang telah diberikan akan dijaga kerahasiaannya. Atas kerjasama dan informasinya, saya ucapkan terima kasih. Hormat saya, Awang syah agustino 72 Lampiran 2 PEDOMAN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN “SISTIM PENGOBATAN GIGI TRADISIONAL OMPRONG DI KALANGAN MASYARAKAT DESA TLAHAP KECAMATAN PEJAWARAN KABUPATEN BANJARNEGARA” A. Tujuan Observasi : Mengetahui proses pengobatan gigi tradisional omprong di kalangan masyarakat desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara B. Observer : mahasiswa jurusan sosiologi dan antropologi C. Observee : masyarakat desa Tlahap D. Pelaksanaan Observasi : 1. Hari/tanggal : ............................................... 2. Jam : ............................................... 3. Nama observee : ............................................... E. Aspek-aspek yang diobservasi: 1. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang ada pada masyarakat desa Tlahap. 2. Karakteristik pasien yang berobat di pengobatan gigi tradisional omprong. 3. Gambaran mengenai proses pengobatan gigi tradisional omprong di desa Tlahap. 4. Aktifitas masyarakat terhadap pengobatan gigi tradisional omprong di desa Tlahap. 73 5. Peralatan-peralatan yang digunakan saat pengobatan gigi tradisional omprong. 74 Lampiran 3 INSTRUMEN PENELITIAN “PEDOMAN OBSERVASI” Dalam penelitian ini, peneliti membuat beberapa rancangan yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian. Pedoman penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi gambaran wilayah dan kondisi sosial budaya. a. Kondisi geografis Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. b. Kependudukan masyarakat Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. c. Kondisi sosial ekonomi pada masyarakat Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. d. Pendidikan masyarakat Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. 2. Pengobatan gigi tradisional omprong. a. Perilaku masyarakat Desa Tlahap dalam memilih pengobatan. b. Pengobatan gigi tradisional omprong di Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. c. Proses pengobatan gigi tradisional omprong di Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. d. Ritual pengobatan gigi tradisional omprong di Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. 75 e. Pandangan masyarakat dengan adanya pengobatan gigi tradisional omprong di Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. 76 Lampiran 4 PEDOMAN WAWANCARA “PRAKTIK PENGOBATAN GIGI TRADISIONAL OMPRONG PADA MASYARAKAT DESA TLAHAP KECAMATAN PEJAWARAN KABUPATEN BANJARNEGARA” Penelitian Sistem Pengobatan Gigi Tradisional “Omprong” di Kalangan Masyarakat Desa Tlahap Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu jenis penelitian yang menggunakan metode kualitatif, oleh karena itu untuk memperoleh kelengkapan dan ketelitian data yang diperlukan sebuah pedoman wawancara. Susunan ini hanya menyangkut pokok-pokok permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Desa Tlahap, Kecamatan ,Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. Alasan mengapa peneliti mengambil penelitian di daerah ini, karena pengobatan tradisional tersebut masih dipercayai di Desa tersebut dan peneliti ingin mengkaji pula tentang budaya kesehatan masyarakat yang berkembang. 77 INSTRUMEN PENELITIAN “PEDOMAN WAWANCARA” No 1. 2. Aspek Penelitian Daftar Pertanyaan Pandangan 1. Menurut anda sebab mengenai dari sakit gigi itu apa masyarakat saja? tentang pengakit 2. Bagaimana upaya yang gigi. anda lakukan bila mengalami sakit gigi? 3. Ketika anda sakit gigi hal yang paling utama lakukan apa? 4. Apakah anda lebih mempercayai pengobatan gigi modern atau tradisional? 5. Kapan saat yang tepat untuk datang ke pengobatan gigi tradisional omprong ? Proses 1. Bagaimana proses pengobatan sakit pengobatan gigi gigi tradisionalomprongyan g dilakukan? 2. Hal yang paling utama saat melakukan pengobatan gigi omprongapa saja? 3. Hambatan apa saja yang dialami oleh anda dalam melakukan prosesi pengobatan terhadap pasien ? 4. Apa sajakah permasalahan yang biasa ditemui oleh anda dalam proses pengobatan terhadap pasien ? 5. Bagaimana sejarahnya berdirinya pengobatan Informan K P U √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 78 6. 7. 8. 9. 3. Keyakinan masyarakat tentang pengobatan gigi 1. 2. 3. 4. 5. 6. gigi tradisionalomprong? Apa saja yang diperlukan untuk untuk melakukan pengobatan gigi tradisional omprong ? Alat-alat yang digunakan saat pengobatan gigi tradisional berupa apa saja ? Tahapan-tahapan apa saja yang diperlukan saat pengobatan gigi tradisional omprong ? Berapa kali pasien melakukan pengobatan gigi tradisional omprong ? Alasan anda lebih mempercayai pengobatan gigi tradisional omprong karena apa? Bagaimana pandangan anda dengan adanya pengobatangigi tradisional omprong? Mengapa anda datang berobat ke pengobatan gigi tradisionalomprong? Apa alasan anda memilih berobat ke pengobatan gigi tradisionalomprong? Menurut anda efektifkah pengobatan gigi tradisional omprong? Percayakah anda dengan pengobatan gigi modern ? √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 79 4. faktor-faktor apa 1. Apa yang yang menyebabkan anda menyebabkan memilih pengobatan masyarakat gigi tradisional lebih memilih omprong? pengobatan gigi 2. Sejak kapan dan dari tradisional mana mengetahui omprong? tentang pengobatan gigi tradisional? 3. Menurut anda lebih manjur pengobatan tradisional gigi omprong atau pengobatan yang modern? 4. Dibandingkan dengan pengobatan medis modern, apakah biaya berobat di pengobatan tardisional lebih nurah ? 5. Mengapa anda tidak berobat ke pengobatan yang modern ? 6. Apa yang membuat anda yakin dengan pengoabtan gigi tradisional omprong ? √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 80 Lampiran 5 DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Slamet Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 72 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Petani 2. Nama : Slamet Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 50 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Petani 3. Nama : Suharyo Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 53 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS) 4. Nama : Raharjo Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 47 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Pegadang 5. Nama : Saliem Jenis kelamin : Perempuan Umur : 39 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Petani 6. Nama : Kartomo Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 45 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Petani 81 7. Nama : Yayuk Jenis kelamin : Perempuan Umur : 41 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS) 8. Nama : Ningsih Jenis kelamin : Perempuan Umur : 35 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Wiraswasta 9. Nama : Agus Hermawan Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 35 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Petani 10. Nama : Aziz Setiaji Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 29 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Petani 11. Nama : Untung Waryono Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 44 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Petani 12. Nama : Solehah Jenis kelamin : Perempuan Umur : 40 tahun Alamat : Desa Tlahap Pekerjaan : Petani 82 Lampiran 6