PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : 6 TAHUN 2013

advertisement
PERATURAN BUPATI KUNINGAN
NOMOR : 6 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2011
TENTANG PENATAAN,PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN,
PASAR TRADISIONAL DAN TOKO MODERN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KUNINGAN
Menimbang
Mengingat
:
a.
bahwa pengaturan Penataan, Pembinaan Pusat Perbelanjaan,
Pasar Tradisional dan Toko Modern telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011;
b.
bahwa guna kelancaran dalam pelaksanaannya sesuai
ketentuan Pasal 44 Peraturan Daerah dimaksud diperlukan
adanya petunjuk pelaksanaan;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
huruf a dan b untuk menjamin kepastian hukum petunjuk
pelaksanaannya perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati;
: 1.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Barat (Berita Negara Tahun 1950); Sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang
Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang
dengan mengubah Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2851);
2.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970
Nomor 1,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2918) ;
3.
Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3214);
4.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang
dan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987
Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3346);
5.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Lembaran Negara Repulik Indonesia Tahun
1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3468);
6.
Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan
pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 23,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3469);
7.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
(Lembaran Negara Republik Indonesiatahun 1992 Nomor
116,Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3502);
8.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 18,Tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3674);
9.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 68,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3699);
10.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
33,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3817);
11.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999
Nomor 42,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3821);
12.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
13.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga
Kerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 39,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4279);
14.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437
jo,Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
15.
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
16.
Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Rebublik Indonesia Tahun 2004 Nomor
132,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4444);
17.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 67,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4724);
18.
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
19.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil Dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 93,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4866);
20.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan
Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor
96,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5025);
21.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5038);
22.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalulintas Jalan (Lembaran Negara Republlik
Indonesia Tahun 1993 Nomor 63,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3529 );
23.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1997 Nomor
49,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3689);
24.
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang
Kemitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 91,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3718);
25.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 46 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3743);
26.
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 131,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3867);
27.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 107 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
28.
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
86,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4655 );
29.
Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan
dan Pembinaan Pasar Tradisional,Pusat perbelanjaan dan Toko
Modern;
30.
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern;
31.
Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 3 Tahun 2008
tentang Kewenangan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah
Tahun 2008 Nomor 68 seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Nomor 70);
32.
Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 11 Tahun 2011
Tentang Penataan, Pembinaan Pusat Perbelanjaan, Pasar
Tradisional dan Toko Modern;
33.
Peraturan Bupati Kuningan Nomor 42 Tahun 2012 tentang
Ketentuan Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Kuningan;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERATURAN
BUPATI
KUNINGAN TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN, PEMBINAAN
PUSAT PERBELANJAAN, PASAR TRADISIONAL DAN TOKO
MODERN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1.
Daerah adalah Kabupaten Kuningan
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kuningan.
3.
Bupati adalah Bupati Kuningan
4.
Dinas adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Kuningan.
5.
Perdagangan adalah kegiatan jual – beli barang dan/atau jasa yang
dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak dan
pertukaran nilai manfaat atas barang dan/atau jasa dengan disertai
imbalan atau konpensasi.
6.
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap
jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus, yang didirikan,
bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk
tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba;
7.
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjualan
lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan,pasar
tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun
sebutan lainnya.
8.
Pasar Tradisonal adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah,Pemerintah Daerah,Swasta,Badan Usaha Milik Negara
dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerja sama dengan swasta
dengan tempat usaha berupa toko, kios,los, dan tenda yang
dimiliki/dikelola
oleh
pedagang
kecil,menengah,swadaya
masyarakat,atau koperasi dengan usaha skala kecil,modal kecil dan
dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
9.
Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu
atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun
horizontal yang disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola
sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan.
10.
Toko adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang
digunakan untuk menjual barang dan terdiri dari hanya satu penjual.
11.
Toko Modern adalah toko dengan system pelayanan
mandiri,menjual berbagai jenis barang secara eceran yang
berbentuk
Minimarket,
Supermarket,
Departement
Store,
Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan.
12.
Pengelola Jaringan Minimarket adalah pelaku usaha yang
melakukan kegiatan usaha di bidang minimarket melalui satu
kesatuan manajemen dan system pendistribusian barang ke outlet
yang merupakan jaringan.
13.
Pemasok adalah pelaku usaha yang secara teratur memasok
barang kepada Toko Modern dengan tujuan untuk dijual kembali
melalui kerjasama usaha.
14.
Usaha Mikro ,Kecil dan Menengah yang selanjutnya disebut UMKM
adalah kegiatan ekonomi yang bersekala mikro,kecil dan menengah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 tahun
2008 tentang Usaha Mikro,Kecil dan Menengah.
15.
Kemitraan adalah kerja sama usaha antara usaha kecil dengan
usaha menengah dan usaha besar disertai dengan pembinaan dan
pengembangan oleh usaha menengah dan usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan,saling memperkuat dan
saling menguntungkan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
pemerintah nomor 44 tahun 1997 tentang kemitraan.
16.
Syarat perdagangan (trading terms) adalah syarat-syarat dalam
perjanjian kerja sama antara pemasok dan toko modern/pengelola
jaringan minimarket yang berhubungan dengan pemasok produkproduk
yang
diperdagangkandalam
toko
modern
yang
bersangkutan.
17.
Izin Usaha Pengelola Pasar Tradisional selanjutnya disebut
IUP2T,Izin Usaha Pusat Perbelanjaan selanjutnya disebut IUPP dan
Izin Usaha Toko Modern selanjutnya disebut IUTM, adalah izin
untuk
dapat
melaksanakan
usaha
pengelolaan
Pasar
Tradisional,Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang diterbitkan
oleh Pemerintah Daerah.
18.
Peraturan Zonasi adalah ketentuan-ketentuan Pemerintah
Kabupaten Kuningan yang mengatur pemanfaatan ruang dan
unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona
peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang.
19.
Gerai adalah ruang usaha yang dipergunakan untuk usaha
perdagangan.
20.
Badan/ Lembaga independen adalah suatu badan / lembaga
berbadan hukum yang bergerak dalam bidang konsultan
manajemen yang ditunjuk oleh perusahaan.
21.
Luas Gerai Toko Modern adalah luas ruangan yang diperuntukan
bagi aktivitas jual beli / selling space,tidak termasuk area yang
diperuntukan sebagai kantor ,pelayanan umum, gudang,ruangan
persiapan dan tempat parkir.
22.
Luas Pusat perbelanjaan adalah seluruh luas lantai/ruangan yang
dijual atau disewakan kepada pihak lain,termasuk area yang
diperuntukan untuk pelayanan umum,gudang dan tempat parkir.
23.
Bongkar muat adalah kegiatan menaikan dan atau menurunkan
muatan berupa barang dagangan diareal pasar oleh kendaraan jenis
container,truk,pickup,mobil boks,gerobak dan sejenisnya.
24.
Pembinaan adalah upaya yang dilalukan oleh Dinas dalam rangka
peningkatan kapasitas pelaku usaha dan sarana/prasarana
perdagangan.
25.
Penataan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka mengatur keberadaan pusat perbelanjaan, pasar tradisional
dan toko modern agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
26.
Kawasan Pusat Primer adalah kawasan perdagangan dan jasa,
sentra ekonomi yang berkaitan langsung dengan pengembangan
ekonomi daerah dan pusat distribusi barang-barang kebutuhan
pokok dan barang penting lainnya dalam wilayah Ibu kota eks
kewadanaan yaitu Kelurahan Kuningan, Desa Cilimus, Desa
Kadugede, Desa Ciawigebang dan Desa Luragung.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud ditetapkan Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman teknis
dalam Penataan, Pembinaan Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional dan
Toko Modern yang berada di Wilayah Kabupaten Kuningan.
Pasal 3
Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah untuk memberikan
arahan dan pedoman yang jelas dalam Penataan, Pembinaan Pusat
Perbelanjaan, Pasar Tradisional dan Toko Modern guna mewujudkan
pola sinergi antara Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional dan Toko
Modern, Usaha Mikro Kecil dan Menengah agar dapat tumbuh
berkembang sebagai upaya terwujudnya pola distribusi yang lancar,
efisien dan berkelanjutan.
BAB III
MEKANISME PENDIRIAN PUSAT PERBELANJAAN,
PASAR TRADISIONAL DAN TOKO MODERN
Pasal 4
(1)
Lokasi untuk pendirian Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional dan
Toko Modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Wilayah
Kabupaten termasuk ketentuan yang berkenaan dengan lokasi
dan jaraknya
(2)
Penentuan jarak sebagaimana ditentukan dalam ayat (1) wajib
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Jarak antara Minimarket dan Pasar Tradisional minimal 1 km;
Jarak antara minimarket dengan minimarket lain atau usaha
sejenis berjarak 100 m;
Jarak antara Supermarket dan Departement Store dengan
Pasar Tradisional berjarak minimal 1,5 km;
Hypermarket dan perkulakan berjarak minimal 2,5 km dari
Pasar Tradisional yang ada;
Minimarket yang terletak di pinggir jalan lingkungan dengan
luas garis 200 m2 berjarak minimal 0,5 km dari Pasar
Tradisional;
Jarak antara Minimarket didalam Kota/Perkotaan maksimal
hanya ada 2 Minimarket dalam jarak 100 m, kecuali bagi
perumahan yang telah memiliki kawasan bisnis/pertokoan
sesuai dengan site plannya;
Pengaturan jarak sebagaimana huruf a,b,c,d dan e tidak
berlaku untuk kawasan pusat primer.
Pasal 5
(1)
Pendirian Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional dan Toko
Modern harus memenuhi persyaratan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan dan harus melakukan analisa kondisi sosial
ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar Tradisional dan UMKM
yang berada di wilayah bersangkutan.
(2)
Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dan keberadaan
Pasar Tradisional dan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Struktur Penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan;
Tingkat Pendapatan Ekonomi Rumah Tangga;
Kepadatan Penduduk;
Pertumbuhan Penduduk;
Kemitraan dengan UMKM Lokal;
Penyerapan Tenaga Kerja Lokal;
Ketahanan dan Pertumbuhan Pasar Tradisional sebagai
sarana bagi UMKM Lokal;
h. Keberadaan Fasilitas Sosial dan fasilitas umum yang sudah
ada;
i. Dampak positif dan negatif yang diakibatkan oleh jarak antara
Hypermarket dengan Pasar Tradisional yang telah ada
sebelumnya; dan
j. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility).
(3)
Penentuan jarak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i
harus mempertimbangkan :
a. Lokasi Pendirian Hypermarket atau Pasar Tradisional dengan
Hypermarket atau Pasar Tradisional yang sudah ada
sebelumnya;
b. Iklim usaha yang sehat antara Hypermarket dan Pasar
Tradisional;
c. Aksebilitas Wilayah (Arus Lalu Lintas);
d. Dukungan/Ketersediaan Infrastruktur; dan
e. Perkembangan Pemukiman Baru.
(4)
Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berupa kegiatan yang dilakukan oleh
Badan/Lembaga Independen yang berkompeten.
(5)
Badan/Lembaga Independen sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) melakukan kajian analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat di
wilayah yang bersangkutan.
(6)
Hasil Analisa Sosial Ekonomi masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) setelah direkomendasikan oleh Dinas, merupakan
Dokumen Pelengkap yang tidak terpisahkan dengan syarat-syarat
dalam mengajukan surat permohonan izin pendirian Pusat
Perbelanjaan, Pasar Tradisional dan Toko Modern termasuk
Minimarket.
Pasal 6
(1)
Toko Modern yang terintegrasi dengan Pusat Perbelanjaan atau
bangunan lain wajib memiliki persyaratan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 5 ayat (1).
(2)
Pihak pemohon pendirian Minimarket wajib menyelesaikan
persyaratan pendirian/perijinan yang tahapannya meliputi :
a. Pengajuan permohonan pendirian kepada Bupati Kuningan
melalui : Cq. BPPT untuk dilakukan pembahasan dengan
SKPD terkait;
b. Membuat Analisa Sosial Ekonomi masyarakat di lokasi
pendirian Minimarket yang berupa kajian dan dilakukan oleh
Badan/Lembaga Independen yang berkompeten;
c. Rekomendasi dari Dinas;
d. Izin Tetangga yang diketahui oleh Desa/Kelurahan;
e. Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
f. Izin Gangguan (HO);
g. Surat persyaratan kemitraan dengan UKM setempat;
h. Izin Usaha Toko Modern (IUTM).
(3)
Pendirian Minimarket baik yang berdiri sendiri maupun yang
berintegrasi dengan pusat perbelanjaan atau bangunan lain wajib
memperoleh Rekomendasi dari Dinas dengan memperhatikan :
a. Kepadatan Penduduk;
b. Perkembangan Pemukiman Baru;
c. Aksebilitas Wilayah (Arus Lalu Lintas);
d. Dukungan/Ketersediaan Infrastruktur; dan
e. Keberadaan Pasar Tradisional dan warung/toko di wilayah
sekitar yang lebih kecil dari Minimarket tersebut.
(4)
Pendirian Minimarket sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diutamakan untuk diberikan kepada pelaku usaha yang
domisilinya sesuai dengan lokasi Minimarket dimaksud.
(5)
Pendirian Minimarket dalam satu kawasan perumahan/pemukiman
dari pusat perdagangan/bisnis wajib memperhatikan kondisi sosial
ekonomi masyarakat, UMKM/warung tradisional dan Jarak minimal
0.5 km dari pasar tradisional dan usaha kecil sejenis.
Pasal 7
(1)
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko modern harus
menyediakan areal parkir yang cukup dan fasilitas umum lainnya.
(2)
Penyediaan sarana parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan berdasarkan kerjasama dengan pihak lain.
BAB IV
JENIS DAN KEWENANGAN PENERBITAN IZIN
Pasal 8
(1)
Untuk melakukan usaha di bidang Pasar Tradisional, Pusat
Perbelalanjaan dan Toko Modern wajib memiliki izin yang
dikeluarkan oleh Bupati Cq. Kepala Badan Pelayanan Perijinan
Terpadu.
(2)
Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : Izin Usaha
Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T), Izin Usaha Pusat
Perbelanjaan (IUPP) dan Izin Usaha Toko Modern (IUTM).
Pasal 9
(1)
Permohonan Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal (8)
diajukan kepada Pejabat Penerbit Izin Usaha.
(2)
Persyaratan untuk memperoleh izin usaha pengelolaan Pasar
Tradisional (IUP2T) yang berdiri sendiri atau Izin Usaha Toko
Modern (IUTM) yang berdiri sendiri atau Izin Usaha Pusat
Perbelanjaan meliputi :
a. Persyaratan IUP2T melampirkan Dokumen :
1) Copy Surat Izin Prinsip dari Bupati
2) Hasil Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat serta
Rekomendasi
dari
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan/SKPD yang berwenang.
3) Copy Surat Izin Undang-undang Gangguan (HO).
4) Copy Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
5) Copy Pendirian Perusahaan dan pengesahannya, dan
6) Surat Pernyataan kesanggupan melaksanakan dan
mematuhi ketentuan yang berlaku.
b. Persyaratan IUPP dan IUTM melampirkan dokumen :
1) Copy Surat Izin Prinsip dari Bupati
2) Hasil Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat serta
Rekomendasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan/
SKPD yang berwenang
3) Copy Surat Izin Undang-Undang Gangguan (HO)
4) Copy Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
5) Copy Akte Pendirian Perusahaan dan Pengesahannya
6) Rencana kemitraan dengan Usaha Mikro dan Usaha Kecil
setempat, dan
7) Surat Pernyataan Kesanggupan melaksanakan dan
mematuhi ketentuan yang berlaku
c. Persyaratan IUTM untuk Mini Market melampirkan dokumen :
1) Hasil Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat serta
Rekomendasi
dari
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan/SKPD yang membidangi perdagangan.
2) Izin Tetangga yang diketahui oleh Kepala Desa/kelurahan
dan disetujui oleh Camat setempat.
3) Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
4) Izin Gangguan (Ho).
5) Perjanjian kemitraan dengan UMKM, Warung Tradisional dan
Perjanjian Corporate Social Responsibility (CSR).
6) Surat Pernyataan akan mengutamakan SDM setempat
sesuai dengan kompetensinya.
d. Persyaratan untuk memperoleh IUP2T bagi Pasar Tradisional
dan IUTM bagi Toko Modern yang terintegrasi dengan Pusat
Perbelanjaan atau bangunan lain terdiri dari :
1) Hasil Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat serta
Rekomendasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan /
SKPD yang berwenang;
2) Copy IUPP Pusat Perbelanjaan atau bangunan lainnya
tempat berdirinya Pasar Tradisional atau Toko Modern;
(3)
3) Copy Akte pendirian Perusahaan dan Pengesahannya;
4) Rencana kemitraan dengan UMKM setempat;
5) Surat Pernyataan kesanggupan melaksanakan dan
mematuhi ketentuan yang berlaku.
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Pejabat Penerbit Izin Usaha dengan mengisi formulir Surat
Permohonan sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan
ini dengan melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
(4)
Permohonan
sebagaimana
ditandatangani oleh pemilik
pengelola perusahaan.
dimaksud
pada
atau penanggung
ayat
jawab
(1),
atau
(5)
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang diajukan
secara benar dan lengkap maka Pejabat Penerbit Izin Usaha
dapat menerbitkan izin usaha paling lambat 6 (enam) hari kerja
terhitung sejak diterimanya surat permohonan.
(6)
Apabila permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinilai
belum benar dan lengkap, maka Pejabat Penerbit Izin Usaha
memberitahukan penolakan secara tertulis disertai dengan alasanalasannya kepada pemohon paling lambat 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak tanggal diterimanya surat permohonan.
(7)
Perusahaan yang ditolak permohonannya dapat mengajukan
kembali surat permohonan izin usahanya disertai kelengkapan
dokumen persyaratan secara benar dan lengkap.
Pasal 10
(1)
Perusahaan Swasta yang mengelola Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern yang telah memperoleh izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal (9) tidak diwajibkan
memperoleh Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
(2)
Apabila terjadi pemindahan lokasi usaha Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern, pengelola/penanggung jawab
perusahaan wajib mengajukan permohonan izin baru.
(3)
Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal (9) berlaku :
a. Hanya untuk 1 (satu) lokasi usaha.
b. Selama masih melakukan kegiatan usaha pada lokasi yang
sama.
(4)
Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b wajib
dilakukan daftar ulang/heregistrasi setiap 5 (lima) tahun.
Pasal 11
(1)
Jam buka / berjualan bagi Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
adalah sebagai berikut :
a. untuk hari Senin sampai dengan Jum’at, pukul 10.00 WIB
sampai dengan pukul 22.00 WIB.
b. untuk hari Sabtu dan Minggu, pukul 10.00 WIB sampai
dengan pukul 23.00 WIB.
c. untuk hari besar keagamaan, libur nasional atau hari
tertentu
lainnya, pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul
24.00 WIB.
d. minimarket yang lokasinya didalam kawasan terminal, rumah
sakit , SPBU, rest area dan kawasan wisata yang melayani
konsumen 24 jam dapat diberikan izin buka / berjualan
selama 24 jam oleh Dinas.
(2) Untuk Toko Modern yang berdiri di sepanjang jalan Provinsi, untuk
hari-hari raya tertentu seperti dalam rangka Idul Fitri, Natal dan
Tahun Baru dapat diberikan izin buka/berjualan khusus 24 jam (H-4
dan H+4) oleh SKPD yang membidangi Perdagangan dengan
mengajukan permohonan izin buka/berjualan kepada Dinas.
Pengawasan jam buka/berjualan dan keberadaan Toko modern
(3) dilakukan oleh Dinas yang berkoordinasi dengan Satpol PP.
BAB V
PELAPORAN
Pasal 12
(1)
Pelaku usaha sebagaiman dimaksud dalam Pasal (10) wajib
menyampaikan laporan berupa :
a. Jumlah gerai yang dimiliki.
b. Omset penjualan seluruh gerai.
c. Jumlah UMKM yang bermitra dan pola kemitraannya.
d. Jumlah tenaga kerja yang diserap.
(2)
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
setiap semester kepada Kepala Dinas.
(3)
Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan setiap bulan Juli tahun yang bersangkutan untuk
semester pertama dan bulan Januari tahun berikutnya untuk
semester kedua.
BAB VI
KEMITRAAN USAHA
Pasal 13
(1) Kemitraan dengan pola perdagangan umum dapat dilakukan
dalam bentuk kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha
atau penerima pasokan dari pemasok kepada Toko Modern yang
dilakukan secara terbuka;
(2) Kerjasama pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan dalam bentuk :
a. Memasarkan barang produksi UMKM yang dikemas atau
dikemas ulang (repackaging) dengan merek pemilik
barang, toko modern atau merk lain yang disepakati dalam
rangka meningkatkan nilai jual barang; atau
b. Memasarkan produk hasil UMKM melalui etalase atau
outlet dari toko modern.
(3) Penyediaan lokasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh pengelola pusat perbelanjaan dan toko modern
kepada UMKM dengan menyediakan ruang usaha dalam areal
pusat perbelanjaan atau toko modern.
(4) UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
memanfaatkan ruang usaha sesuai dengan peruntukan yang
disepakati.
Pasal 14
(1) Kerjasama usaha dalam bentuk penerimaan pasokan barang dari
pemasok kepada toko modern dilaksanakan dalam prinsip saling
menguntungkan, jelas, wajar, berkeadilan dan transparan.
(2) Toko Modern mengutamakan pasokan barang hasil produksi
UMKM selama barang tersebut memenuhi persyaratan atau
standar yang ditetapkan Toko Modern.
(3) Pemasok barang yang termasuk kedalam kriteria usaha mikro,
usaha kecil dibebaskan dari pengenaan biaya administrasi
pendaftaran barang (Listing fee).
(4) Kerjasama usaha kemitraan antara UMKM dengan Toko Modern
dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama komersial berupa
penyediaan tempat usaha/space, pembinaan/pendidikan atau
permodalan atau bentuk kerjasama lain.
(5) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dibuat dalam perjanjian tertulis dalam Bahasa Indonesia
berdasarkan Hukum Indonesia yang disepakati kedua belah pihak
tanpa tekanan, yang sekurang-kurangnya memuat hak dan
kewajiban masing-masing pihak serta cara dan tempat
penyelesaian perselisihan.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 15
(1) Penataan, Pembinaan, Pengawasan dan Evaluasi terhadap
kegiatan penyelenggaraan pasar dilakukan oleh Pemerintah
Daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
(2) Penataan, Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan terhadap Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern.
(3) Dalam rangka Penataan, Pembinaan Pasar Tradisional
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pemerintah Daerah
melakukan :
a. Mengupayakan
sumber-sumber
alternatif
pendanaan
untuk pemberdayaan Pasar Tradisional sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
b. Meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola pasar
tradisional;
c. Mengevaluasi pengelolaan pasar tradisional.
(4) Dalam rangka Penataan, Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan
Toko modern sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pemerintah
Daerah :
a. Memberdayakan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
dalam membina Pasar Tradisional;
b. Mengawasi pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dan Pasal 14 oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan.
BAB VIII
SANGSI
Pasal 16
(1) Setiap Penyelenggaraan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan
dan toko Modern diberikan sangsi apabila :
a. Tidak memiliki perijinan pembangunan dan menyalahi
ketentuan mengenai zonasi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bupati ini.
b. Lokasi pendirian Pusat Perbelanjaan Pasar Tradisional,
Toko Modern tidak mengacu kepada RUTR dan RDTR
termasuk pengaturan zonasinya.
c. Menyalahi ketentuan mengenai penetapan jam buka tutup
toko sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati ini.
d. Tidak
melaksanakan
kewajiban
sebagaimana
yang
dipersyaratkan
dalam
Peraturan
Daerah
Kabupaten
Kuningan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penataan,
Pembinaan Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional dan
Toko Modern.
(2) Tindakan Pemberian Sangsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa :
a. Pembekuan Izin Usaha;
b. Pencabutan Izin Usaha;
c. Denda Administrasi;
(3) Tindakan Pemberian Sangsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dilakukan setelah terlebih dahulu diberikan teguran dan
peringatan secara tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut.
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN DAN PENUTUP
Pasal 17
(1)
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang sudah operasional
dan telah memperoleh Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
sebelum ditetapkan Peraturan Bupati ini, wajib memperbaharui
dan mengajukan kembali permohonan untuk diterbitkan Izin
Usaha Toko Modern ( IUTM) dan Izin Usaha Pusat
Perbelanjaan (IUPP) dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak
berlakunya Peraturan Bupati ini.
(2)
Izin pengelolaan yang dimiliki pasar tradisional
menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Bupati ini.
(3)
Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUPPT), Izin Usaha
Pusat Perbelanjaan (IUPP) dan Izin Usaha Toko Modern
(IUTM) hanya berlaku untuk 1 (satu) lokasi usaha selama masih
melakukan kegiatan usaha pada lokasi yang sama dan wajib
dilakukan daftar ulang setiap 5 (lima) tahun.
(4)
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang telah memiliki izin
lokasi yang diterbitkan Pemerintah Daerah dan belum dibangun
wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Daerah.
(5)
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang telah berdiri,
beroperasi dan belum melaksanakan program kemitraan wajib
melaksanakan program kemitraan dalam waktu paling lambat 6
(enam) bulan sejak berlakunya Peraturan Bupati ini.
(6)
Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern yang sudah ada
dan beroperasi sebelum ditetapkan Peraturan Bupati ini wajib
menyesuaikan dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak
berlakunya Peraturan Bupati ini.
wajib
Pasal 18
Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka semua ketentuan yang
bertentangan Peraturan Bupati ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 19
Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Kuningan.
Ditetapkan di Kuningan
Pada tanggal,8-2-2013
BUPATI KUNINGAN
AANG HAMID SUGANDA
Diundangkan di Kuningan
Pada tanggal, 9-2-2013
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KUNINGAN
Drs.H.YOSEP SETIAWAN,MSi
Pembina Utama Muda
NIP. 19580217 198503 1 003
BERITA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2013 NOMOR 6
Download