PERAN DIVISI PUBLIC RELATIONS PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK DCS TIMUR SURABAYA DALAM MENGKOMUNIKASIKAN CORPORATE IDENTITY BARU PADA KARYAWAN Oleh: Veronica Kristi Wijayani (070810456) [email protected] ABSTRAK Penelitian ini fokus pada peran public relations (PR) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) dalam mengkomunikasikan corporate identity baru pada karyawan melalui program-program PR. Telkom mengubah corporate identity dari Committed 2U menjadi The World in Your Hand (TWIYH). Karyawan merupakan publik internal perusahaan yang memiliki signifikansi sebagai representator perusahaan dalam merepresentasikan identitas perusahaan yang baru kepada stakeholders. Identitas perusahaan tidak hanya sekedar aspek tangible, tetapi lebih pada bagaimana karyawan menginterpretasikan diri mereka sebagai bagian dari perusahaan sehingga dapat menjadi sumber daya yang kompetitif. Hasil penelitian adalah implementasi peran PR, yakni sebagai teknisi komunikasi, penasihat ahli, fasilitator komunikasi, dan fasilitator pemecah masalah. Selain itu, PR Telkom juga melakukan peran sebagai change agent, role model, dan motivator. Program PR, yakni penggantian artefak di seluruh postel Telkom, internalisasi secara struktural dan nonstruktural atau (training of trainer), Rabu’an, SOP penggunaan lagu, dan lomba cerdas cermat “Telkom Way”. Namun, PR belum menyeluruh dalam menjalankan programprogram tersebut. Kata kunci: corporate public relations, corporate identity, peran PR Telkom PENDAHULUAN Karyawan merupakan salah satu publik internal organisasi yang memiliki signifikansi peran dalam upaya pencapaian tujuan public relations. Menurut Lattimore, Baskin, Heiman, dan Toth (2010: 6), salah satu publik internal sebuah organisasi adalah pekerja. Karyawan menjadi representator perusahaan yang bertemu secara langsung dengan stockholders dan stakeholders dalam kesehariannya. Seperti yang diungkapkan oleh Lattimore, dkk (2008: 200) bahwa karyawan menjadi penyampai atau pembicara pertama dari perusahaan: 1 “As the first spokepersons for their organization outside of works, wellinformed employees interacting with an organization’s stakeholders will have significant positive influence on relations with customers, the community, investors, and the media, to name a few important groups” Maka, dalam realisasinya public relations akan mengkomunikasikan terlebih dahulu kepada karyawan segala bentuk perubahan ataupun program perusahaan dan karyawan yang akan menjadi perpanjangan tangan public relations kepada stockholders dan stakeholders. Telkom mengubah identitas perusahaan (corporate identity) yang lama, yakni Commited 2U menjadi The World in Your Hand. Pada tanggal 23 Oktober 2009, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk resmi mencanangkan portofolio bisnis serta meluncurkan corporate identity yang baru. Awalnya, portofolio bisnis PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah Infocom (information and communication) menjadi TIME (Telecommunication, Information, Media and Edutainment). Mundawiyarso (2005), melalui website Telkom, menyebutkan bahwa Rinaldi Firmansyah, Direktur Utama PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk telah menyatakan bahwa terjadi berbagai perubahan mendasar di sekeliling perusahaan, mulai dari perubahan lingkungan bisnis, meliputi kompetisi dan regulasi, serta perubahan teknologi dan gaya hidup. "Dengan corporate identity baru tersebut PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk menerapkan budaya baru, meliputi komitmen, spirit, promise, product and service quality serta service culture yang seluruhnya baru". PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk menjadi menarik diteliti karena seperti yang disampaikan Mundawiyarso (2005), melalui majalah Business Week, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang berada pada urutan ke dua puluh dari seratus perusahaan terbaik di dunia pada bidang informatika dan teknologi. Pertumbuhan penerimaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk mencapai 25,2%, return to equity 50.3%, dan shareholder’s return 27,5% hingga 31 Desember 2004. Sedangkan di Asia Tenggara sendiri, seperti yang disampaikan oleh M. Firman (2009), melalui www.twknologi.vivanews.com, bahwa PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk berada di 2 urutan kedua setelah SingTel. Hal ini menyatakan bahwa sebagai perusahaan BUMN, Telkom mampu bersaing menguasai pasar hingga Asia Tenggara. Raihan prestasi ini tidak lepas dari peran karyawan yang memiliki komitmen dalam mengembangkan perusahaan didasarkan pada identitas perusahaan yang lama bahwa Telkom “Committed 2U”. Hal ini dikarenakan menurut Mead (2002), pembentukan identitas perusahaan dilihat sebagai sebuah proses sosial. Maka, pada identitas perusahaan yang lama telah terjadi interaksi antara perusahaan dan karyawan, dalam sebuah proses sosial yang terjadi ketika public relations membangun identitas perusahaan, terlebih dulu, pada diri karyawan. Pentingnya mengkomunikasikan perubahan identitas perusahaan yang baru, “The World in Your Hand” kepada karyawan ini dijelaskan oleh Balmer dan Soenen (1998: 79), bahwa identitas perusahaan merupakan konsentrasi mendasar dengan realitas tentang apakah organisasi itu, strateginya, filosofinya, sejarahnya, lingkup bisnisnya, jangkauan dan tipe produk dan servis yang ditawarkannya dan juga komunikasinya, baik formal maupun informal. Selain itu, saat ini identitas perusahaan telah diakui sebagai sumber daya yang strategis dan sumber keunggulan yang kompetitif. Melewar, T. C (2008: 7) menyatakan bahwa : “Through corporate identity, organizations manifest salient characteristics to all their stakeholders and develop a strong channel for differentiation (Balmer, 2001; Abratt, 1989), an instrument for creating enduring and reliable relationships (Melewar, 2005) and a robust mechanism for delivering value”. Identitas perusahaan juga tidak hanya dibangun berdasarkan komunikasi secara eksternal, seperti melalui logo atau tagline perusahaan yang baru, tetapi juga berasal dari komunikasi dalam internal perusahaan. Hal ini dijelaskan oleh Hatch and Schultz (2002: 991) bahwa secara internal identitas perusahaan berkaitan dengan kultur perusahaan melalui proses refleksi dan ekspresi oleh internal perusahaan. Selain itu, Hatch dan Schultz dalam jurnal the dynamics of organizational identity. Human Relations (2002: 991), melalui dinamika model identitas perusahaan juga 3 menyatakan bahwa identitas perusahaan merupakan interaksi yang dibangun dari dalam dan luar perusahaan. INTERNAL EKSTERNAL Identity expresses Cultural understandings Culture Identity mirrors the images of others Identity Reflecting embeds Identity in culture Image Expressed identity leaves impressions on other Fokus penelitian Gambar 1.2 Model Dinamika Identitas Perusahaan Untuk membentuk nilai-nilai, kebiasaan, dan budaya yang terbangun dalam diri karyawan diperlukan adanya kegiatan public relations. Public relations, berdasar Cutlip, Centre and Broom (2006:6) adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan baik dan bermanfaat antara perusahaan dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan perusahaan. Sebagai salah satu subsistem dari manajemen perusahaan, peran public relations merupakan frontliner perusahaan dalam menjalin komunikasi, termasuk kepada karyawan sebagai publik internal. Dengan mengkomunikasikan terlebih dahulu kepada karyawan, secara tidak langsung akan membentuk suatu kebiasaan pola bekerja yang menerapkan nilai-nilai perubahan identitas perusahaan sehingga lebih mudah untuk mengkomunikasikannya 4 karena tercipta semacam role model yang melibatkan seluruh elemen perusahaan. Batasan komunikasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kegiatan untuk menyampaikan pesan dari komunikator, dalam hal ini public relations, kepada publik untuk mempengaruhi audience sehingga menimbulkan pemahaman dan perubahan sikap pada diri audience. Batasan tersebut didasarkan pada pernyataan yang disampaikan oleh Cutlip, Center, dan Broom (Sulistyaningtyas, 2007: 133) yang merencanakan dan melaksanakan program aksi dalam rangka mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik. Kemudian Lattimore, Baskin, Heiman, dan Toth (2010: 234) mengungkapkan bahwa mengenai komunikasi yang dilakukan oleh public relations kepada publik internal disebut internal communication atau disebut juga employee communications. Peran strategis yang dimiliki oleh public relations dalam perusahaan adalah melakukan komunikasi agar tercipta pemahaman dan penerimaan oleh publiknya. Peran public relations menurut Dozier dan Broom (Ruslan, 2010: 20), dibagi menjadi empat peranan, yakni sebagai penasihat ahli, fasilitator komunikasi, fasilitator proses pemecah masalah, dan teknisi komunikasi. Selain keempat peran tadi, public relations juga memiliki peran sebagai change agent yang berfungsi sebagai agen perubah dalam perusahaan. Menurut Susanto, dkk (2008: 111), dalam perusahaan, fungsi tersebut merupakan peran pemimpin perusahaan. Dengan adanya aktivitas employee relations tersebut, maka secara tidak langsung tanggung jawab sebagai change agent tidak hanya tugas pemimpin, tetapi juga public relations. Hal ini dikarenakan public relations sebagai fasilitator komunikasi, memiliki peran salah satunya sebagai wakil perusahaan yang memiliki kewajiban untuk mengkomunikasikan identitas perusahaan yang baru. Selain itu, berdasarkan Susanto, dkk (2008: 111), public relations juga dapat berperan sebagai motivator. Dalam melakukan perannya sebagai pemimpin, public relations juga dapat melakukan peran sebagai role model didasarkan pernuturan House (Arum, 2007:53). 5 Seperti yang disampaikan oleh Cutlip, Center, dan Broom (2001) bahwa untuk mendapatkan pemahaman, penerimaan, sampai perubahan sikap, PR merencanakan dan melaksanakan program. Program-program yang dijalankan oleh PR merupakan implementasi peran sehingga identitas perusahaan yang baru oleh karyawan. Kemudian, dengan program pula public relations diharapkan dapat bersinergi dengan karyawan untuk menciptakan kondisi kerja yang mencerminkan corporate identity yang baru, yakni The World in Your Hand. Melalui program sebagai implementasi dari peran PR (Daugherty,2003:24) diharapkan dapat merangsang perbaikan kerja disesuaikan dengan visi dan misi identitas perusahaan yang baru. Program, dalam hal ini bukan semata-mata hanya mengandalkan alat ataupun teknik komunikasi, tetapi lebih kepada aktivitas yang langsung menyasar pada perubahan itu sendiri. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, divisi public relations (PR) yang berada di Telkom DCS Timur Surabaya termasuk dalam corporate public relations karena mereka lebih memfokuskan diri pada bagaimana mengkomunikasikan perubahan, program, kebijakan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan perusahaan, tanpa ada keharusan untuk mendapatkan profit (money oriented), seperti yang diungkapkan oleh Kasali (Annisa, 2007: 15). PR Telkom DCS Timur menyadari bahwa mereka yang menjadi lini terdepan atau semacam role model dalam menanamkan perubahan, berkaitan dengan kultur yang menjadi bagian identitas perusahaan. Kesadaran akan perubahan dan yang nantinya menjadi cerminan akan perubahan itulah yang merupakan peran yang harus mereka lakukan sehingga publik yang menjadi sasaran komunikasi percaya dan menginternalisasi perubahan tersebut dalam diri mereka serta merepresentasikannya kepada publik perusahaan lainnya. Menurut PR, identitas perusahaan itu layaknya jiwa di dalam tubuh manusia yang harus dijiwai oleh seluruh karyawan. Di sinilah public relations memiliki kewajiban untuk membumikan jiwa muda perusahaan sehingga identitas perusahaan yang baru 6 bisa mengakar dalam diri karyawan. Dalam hal ini, yang perlu dipahami dan dijiwai adalah identitas baru perusahaan, yakni The World in Your Hand. Pemahaman bahwa semua orang saat ini bisa melihat dunia hanya dengan satu tangan kita, itu menjadi pemahaman yang disampaikan kepada seluruh karyawan. Ketika mengkomunikasikan kepada karyawan mengenai perubahan yang terjadi pada perusahaan, PR seharusnya terlebih dahulu menyampaikan alasan terjadinya perubahan identitas perusahaan sehingga dapat dipahami oleh karyawan. Peran PR Telkom tidak hanya sekedar mengubah tampilan luar dari karyawan, tetapi termasuk mengubah semangat yang ditanamkan. Dengan mengerti perubahan yang terjadi, maka karyawan bisa berpikir positif dan bersemangat dalam melakukan perubahan. Menurut PR Telkom, jiwa muda yang ditanamkan termasuk juga bentuk perubahan pola pikir karyawan dalam menghadapi masa depan mereka. Selain itu, karyawan menjadi penting untuk memahami perubahan yang terjadi karena public relations menyadari bahwa karyawan merupakan aset perusahaan yang utama sehingga harus mampu mengelola perusahaan. Menurut PR Telkom DCS Timur Surabaya, perubahan pola pikir karyawan diharapkan tidak hanya pada saat terjadi perubahan budaya dan identitas, The World in Your Hand saja, tetapi seterusnya akan berlaku sama dalam menerima perubahanperubahan lain yang dilakukan oleh perusahaan. Karyawan menjadi publik yang penting untuk disasar juga karena mereka menjadi pembicara utama untuk menyampaikan perubahan yang ada pada publik perusahaan lainnya. Maka public relations Telkom menyampaikan bahwa karyawan harus mampu menjadi agen perubahan pada masyarakat. Namun dibalik perencanaan program yang dilakukan oleh divisi PR Telkom DCS Timur Surabaya, ternyata terjadi pembedaan karyawan yang dikomunikasikan tentang identitas perusahaan. Menurut Manajer Corporate Communications hanya karyawan yang berstatus karyawan dan yang memiliki NIK yang diberikan penjelasan mendetail tentang perubahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan karyawan seperti sales itu merupakan tenaga outsource atau pihak ketiga sehingga mereka tidak diarahkan 7 untuk memahami, menjiwai identitas perusahaan yang baru, bahkan tidak diwajibkan untuk menjaga loyalitas pada Telkom. Padahal, untuk membangun identitas perusahaan yang kuat, maka dibutuhkan peran serta seluruh karyawan sehingga mampu untuk merepresentasikan keutuhan identitas perusahaan pada dunia luar. Sedangkan Manajer Sales Marketing menyampaikan bahwa memang perusahaan membuat mereka minimal mengetahui identitas perusahaan melalui logo, values, dan lagu. Hal ini dikarenakan sosialisasi pada mereka lebih mengarah pada implementasi identitas perusahaan dalam pekerjaan mereka. Namun, secara tidak langsung ia membenarkan adanya komunikasi yang kurang menyeluruh dikarenakan proses sosialisasi itu tidak selamanya bisa 100% terpenuhi. Manajer Sales Marketing memaklumi proses komunikasi program pembentukan identitas yang tidak bisa dijalankan secara utuh. Bahkan, tidak meratanya distribusi informasi ini justru dimaklumi oleh karyawan yan berada di level manajer dan staf, termasuk yang ada di divisi PR. Kemudian pernyataan Manajer Sales Marketing secara tidak langsung mengungkapkan bahwa perusahaan masih berorientasi pada citra atau image sehingga lebih fokus pada pandangan yang dibentuk oleh publik eksternal. Identitas perusahaan memang perlu dikenal oleh orang luar atau publik eksternal, tetapi identitas perusahaan tersebut diciptakan dan diperkuat oleh publik internal perusahaan, dalam hal ini karyawan. Pernyataan ini yang disampaikan oleh Hatch and Schultz (2000) bahwa identitas perusahaan merupakan interpretasi diri karyawan melalui budaya yang mengakar dala diri karyawan tersebut. Selain itu, orientasi terhadap image ini terlihat dari pernyataan PR yang mengatakan bahwa PR merupakan corong perusahaan. Pernyataan ini merupakan paradigma lama yang merepresentasikan PR sebagai wakil dari perusahaan. Seharusnya peran PR sebagai fasilitator komunikasi bertindak tidak hanya sebagai wakil dari perusahaan, tetapi juga wakil dari publiknya, dalam hal ini yaitu karyawan. Corong perusahaan juga cenderung identik dengan bagaimana 8 perusahaan mengumumkan atau memberitahukan informasi, kebijakan, dan perubahan kepada publik eksternal. Selain itu, adanya sentralisasi struktur organisasi juga menyebabkan tidak sepenuhnya karyawan terinformasi dengan baik. Ada semacam tali yang putus berkaitan dengan informasi. Putusnya tali informasi ini menyebabkan ada sebagian karyawan yang tidak ter-campaign perubahan identitas perusahaan yang baru tersebut dengan baik. Selain itu, tidak ter-campaign-nya karyawan secara menyeluruh dikarenakan tidak ada komunikator yang bertindak sebagai perwakilan di kantorkantor cabang daerah masing-masing. Hal ini seharusnya menjadi wacana bagi perusahaan ketika perusahaan akan melakukan transformasi. Kemudian, elemen-elemen budaya perusahaan yang dikomunikasikan oleh PR adalah artifacts dan beliefs, values, serta attitudes. Artifacts, meliputi logo, tampilan fisik, teknologi, bahasa, peraturan. Sedangkan beliefs, values, serta attitudes, meliputi (1) customer first, (2) commitment to long term,(3) caring meritocracy, (4) collaborative and innovation, dan (5) cocreation and win-win solution. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemahaman, penerimaan, bahkan perubahan perilaku karyawan, maka PR menjalankan perannya dengan bersinergi bersama karyawan melalui program-program pembentukan corporate identity yang baru, yakni The World in Your Hand. Menurut Dozier dan Broom, peranan PR dibagi menjadi empat. Salah satunya adalah sebagai teknisi komunikasi (Communication Technician). Berdasar peran ini PR dituntut untuk melakukan komunikasi sesuai kemampuan teknis. PR menjadi journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi sesuai dengan tingkatan (level) dalam organisasi. Berdasar pernyataan PR mengenai internalisasi The World in Your Hand, program pertama yang dilakukan oleh divisi Corporate Communications yang menaungi PR, yakni pengubahan segala postel yang ada di Telkom karena dianggap cenderung menggunakan biaya yang minimal dan program yang paling cepat yang bisa dilakukan. Contohnya, penggantian kop surat, template-template laptop yang menjadi fasilitas karyawan yang diberikan oleh Telkom, serta penggantian logo di 9 screen saver laptop ataupun personal computer (PC), termasuk interior gedung.. Peran PR dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang didapatkan karyawan Telkom dari perusahaan direncanakan dan dilakukan secara maksimal. Media-media komunikasi tersebut lebih dekat dan sering ‘bersentuhan’ dengan karyawan sehingga karyawan dapat mengenal dan memahami identitas perusahaan yang baru. PR lebih dimudahkan dalam menjangkau seluruh karyawan sehingga identitas perusahaan lebih cepat tersosialisasi. Namun, teknik komunikasi yang digunakan ini bersifat satu arah. Masih ada program lagi yang dilaksanakan oleh PR Telkom dalam menjalankan perannya sebagai teknisi, yakni ‘Telkom Way’. Telkom Way ini merupakan acara semacam lomba cerdas cermat yang melombakan materi-materi berkaitan dengan identitas perusahaan yang baru sebagai bentuk peran PR sebagai teknisi komunikasi. Dengan adanya program ini, mau tidak mau karyawan harus menghafal mulai dari filosofi hingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Hasilnya juga dapat langsung diketahui, yakni karyawan dapat memahami atau tidak tentang The World in Your Hand. Namun, ternyata efek dari program ini tidak berlangsung lama karena karyawan cepat hafal, tetapi seketika itu juga mereka juga melupakannya. Mereka tidak memahami secara menyeluruh, tetapi hanya hafalan sementara saat program itu berlangsung. Dengan begitu karyawan belum tentu memahami makna dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kemudian, PR Telkom pun menjalankan perannya sebagai penasehat ahli (Expert PResciber). Dalam menjalankan perannya sebagai penasihat ahli, pihak manajemen mempercayakan solusi dalam penyelesaian masalah antara organisasi dengan publiknya kepada PR yang telah berpengalaman dan berkemampuan tinggi. Salah satunya melalui program penggunaan lagu yang sudah di-SOPkan. Lagu-lagu tersebut dinyanyikan saat acara-acara Telkom, salah satunya adalah di setiap meeting masing-masing divisi di hari Rabu. Selain itu, inovasi komunikasi dalam penggunaan lagu yang dilakukan oleh PR Telkom merupakan salah satu yang ditanamkan dalam identitas perusahaan tentang adanya inovasi dalam kinerja. Inovasi-inovasi dalam 10 budaya kerja karyawan dilakukan agar dapat mempertahankan perusahaan merupakan harapan perusahaan yang disampaikan pada PR melalui program penggunaan lagu. Peran PR berikutnya, yakni sebagai fasilitator komunikasi (Communication Fasilitator). Dalam menjalankan perannya, di satu sisi, PR menjadi komunikator atau mediator organisasi untuk mendengarkan harapan dari publiknya. Di sisi lain, PR juga diharapkan mampu menjelaskan kebijakan organisasinya kepada publik sehingga tercipta komunikasi timbal balik yang di dalamnya terdapat saling pengetian dan toleransi. Peran sebagai fasilitator komunikasi terlihat dalam program Rabu’an yang diadakan setiap hari Rabu. Program ini digunakan oleh seluruh unit kerja Telkom, baik yang dipusat maupun di daerah untu membahas kinerja karyawan dan merencanakan program kerja. Silaturahmi patriot 135 yang lebih bersifat santai merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut kegiatan meeting sekaligus silaturahmi. Sebelum meeting dimulai, disediakan waktu untuk dimanfaatkan sebagai sarana sosialisasi program pembentukan identitas perusahaan yang baru. Internalisasi di kantor-kantor perwakilan tersebut tidak berlangsung lama. Biasanya dilakukan sembari duduk dan coffee morning sekaligus wakil dari tim PR mengkomunikasikan perubahan tersebut. Kemudian, peran PR yang terakhir adalah sebagai fasilitator proses pemecah masalah (PRoblem Solving PRocess Fasilitator). Dalam hal ini PR sebagai fasilitator melibatkan anggota lainnya dalam subsistem organisasional dan membantu perencanaan secara rasional dan mengimplementasikan program PR. Peran ini dijalankan PR Telkom pada program yang disebut PR Telkom sebagai training of trainer. Training of trainer menurut Manajer Sales Marketing merupakan sosialisasi yang dilakukan oleh PR kepada karyawan atau yang disebut internalisasi tentang program pembentukan identitas perusahaan yang baru, berjalan dengan dua cara, yakni secara struktural dan nonstruktural. Penggunaan brand ambassador sebagai trainer bagi karyawan merupakan cara sosialisasi nonstruktural. Brand ambassador ini memang disiapkan oleh PR agar mereka mampu membaur dengan karyawan sehingga dapat memberikan pemahaman 11 kepada karyawan lain melalui ‘bahasa karyawan’. Dengan pendekatan yang semacam ini, diharapkan tidak timbul deviasi pemahaman terhadap filosofi, nilai-nilai, makna, dan budaya sebagai bagian dari identitas perusahaan karena manajer lini diharuskan mengetahui terlebih dahulu dan membumikan kepada yang menjadi bawahannya di masing-masing divisi kerja. Dengan cara seperti ini, diharapkan akan mempermudah internalisasi, terutama internalisasi bagi kantor-kantor di daerah karena hanya manajer lini di masing-masing daerah yang memahami karakter ataupun budaya kerja di daerah tersebut. Divisi public relations menunjuk change agent dari kantor pusat yang tentu sudah ditraining. Change agent tersebut berfungsi untuk mempercepat proses komunikasi di daerah tersebut. namun, pada saat-saat tertentu tim PR dari kantor pusat akan berkunjung ke daerah-daerah di hari Rabu untuk merefresh materi tentang The World in Your Hand. Selain itu, PR menjalankan perannya untuk berkomunikasi kepada karyawan menggunakan Word of Mouth, yakni dari person to person untuk internalisasi secara nonstruktural. Sedangkan untuk komunikasi secara struktural, bentuk komunikasinya disesuaikan dengan susunan level direktorat yang disebut level Board of Director (BOD). Komunikasi dilakukan secara menurun sesuai dengan jenjang manajerial. Media komunikasi yang digunakan dalam program struktural, yakni dengan menggunakan portal Telkom. Dalam portal Telkom tersebut ada dua komunikasi struktural yang dilakukan, yakni komunikasi internal atau publikasi dan juga knowledge management. Komunikasi melalui knowledge management lebih cenderung pada materi yang disimpan di portal, kemudian ada assessment online dimana semua pegawai wajib mengikuti assessment online tersebut. Namun, pola sertifikasi melalui knowledge management ini, PR tidak mengambil peran karena Telkom menggunakan konsultan dari pihak ketiga. Tidak ada yang mengetahui hasil dari assessment yang dilakukan oleh karyawan melalui media online tersebut. Selain keempat peran tadi, PR juga memiliki peran sebagai change agent yang berfungsi sebagai agen perubah dalam perusahaan. Change agent memiliki 12 tugas untuk menciptakan iklim baru agar apa yang menjadi tujuan dari perubahan tersebut tercapai. PR Telkom menjalankan tugas untuk membentuk persepsi atau pemahaman publik, dalam hal ini karyawan, terhadap pola perubahan yang terjadi, termasuk budaya kerja yang baru yang menjadi bagian dari identitas perusahaan yang baru. Namun, tidak dipungkiri bahwa PR membutuhkan bantuan dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia sehingga membutuhkan partner untuk menjadi change agent. Selain berperan sebagai change agent, PR juga memiliki peran sebagai role model. Peran ini cenderung terlihat pada program training of trainer, yakni sebagai acuan atau sumber pertanyaan bagi karyawan lain dalam menerapkan budaya kerja yang baru yang didasarkan pada identitas perusahaan yang baru. Sedangkan peran sebagai motivator atau pemberi motivasi yang dijalani oleh PR, yakni bahwa karyawan merupakan bagian penting dari perusahaan yang harus ikut berkompetisi agar mampu mempertahankan posisi perusahaan dalam persaingan pasar. Peran PR untuk mengubah semangat dan juga mindset agar karyawan mau berkompetisi. KESIMPULAN Berdasar uraian di atas, PR Telkom telah menjalankan tujuh peran sebagai langkah mengkomunikasikan identitas perusahaan yang baru, The World in Your Hand kepada karyawan, yakni sebagai teknisi komunikasi, penasihat ahli, fasilitator komunikasi, dan fasilitator pemecah. Selain itu, mereka juga melakukan peran sebagai change agent, role model, dan motivator. Berbagai program, seperti penggantian artefak di seluruh postel Telkom, internalisasi secara struktural dan nonstruktural atau (training of trainer), Rabu’an atau silaturahmi patriot 135, SOP penggunaan lagu, dan lomba cerdas cermat “Telkom Way” pun dijalankan oleh PR agar dapat menciptakan pemahaman dan perubahan perilaku yang sesuai dengan identitas perusahaan yang baru. Pemikiran divisi PR sebagai corong perusahaan berimplikasi pada peran sebagai fasilitator komunikasi karena realitanya PR hanya bisa menjadi wakil dari 13 perusahaan yang menyampaikan kebijakan perubahan, tetapi bukan sebagai wakil dari karyawan yang pemikirannya juga harus didengarkan. Selain itu, peran divisi PR tidak bisa mneyeluruh dalam pola sertifikasi pada program training of trainer. Hal ini dikarenakan Telkom sebagai perusahaan menggunakan pihak ketiga, yakni konsultan professional untuk mengukur tingkat pemahaman, penerimaan, dan perubahan perilaku karyawan sehingga PR tidak mengetahui pemahaman dan penerapan budaya kerja karyawan berdasar identitas perusahaan dan tidak bisa sepenuhnya menjalankan peran sebagai fasililtator pemecah masalah. Kemudian, sentralisasi struktur divisi PR juga menjadi hambatan dalam mengkomunikasikan identitas perusahaan. Di sisi lain, divisi PR Telkom menyadari bahwa karyawan memiliki signifikansi sebagai representator perusahaan, yaitu menjadi ‘first-spokeperson’ yang berinteraksi dengan stakeholder sehingga karyawan yang terinformasi dengan baik akan mampu mempresentasikan identitas perusahaan yang baru kepada stakeholders. Namun, dalam divisi itu sendiri masih ada yang membedakan antara karyawan tetap dan outsource sebagai publik internal yang menjadi sasaran komunikasi. Bahkan, karyawan setingkat manajer pun memaklumi ketidakpahaman kaeryawan tersebut dengan alasan karyawan tersebut merupakan tenaga kerja outsource yang tidak perlu memiliki loyalitas terhadap Telkom serta dalam proses mengkomunikasikan tidak bisa semuanya diinformasikan seratus persen. Selain itu, adanya proses sentralisasi di dalam tubuh divisi Corporate Communications yang menyebabkan perwakilan PR di daerah ditarik ke kantor pusat. Dampaknya, putusnya informasi sehingga tidak semua karyawan tersosialisasi dengan benar. DAFTAR PUSTAKA Cutlip, S.M., Center, A.H., dan Broom, G.M. (2006). Effective PRs (9th ed). Jakarta: Kencana Lattimore, D., Baskin, O., Haiman, S.T., dan Toth, A.L. (2008). PR: The PRofession and The PRactice (3rd ed). New York: McGraw Hill Lattimore, D., Baskin, O., Haiman, S.T., dan Toth, A.L. (2010). PR: PRofesi dan PRaktik..Jakarta: Salemba Humanika 14 Ruslan, Rosady.(2010).Manajemen PR dan Media Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Susanto, A.B., Sujanto, F.X., Wijanarko, Susanto, P., Mertosono, Ismangil. (2008) . A Strategic Managemt ApPRoach Corporate Culture Organization Culture. Jakarta: The Jakarta Consulting Group Darmawati, Arum. (2007). Mengelola Suatu Perubahan dalam Organisasi. Dalam Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 3 No. 2 Fadhilah, Annisa Noor. (2007). Corporate PR Rumah Sakit Umum Mitra Bangsa Pati. 2234-1278-1-PB Hatch, M.J., dan Schultz, M. (2002). The dynamics of organizational identity. Human Relations. Vol55 No. 8 Melewar, T.C., dan Jenkins, E. (2002). Defining the corporate identity construct. Corporate Reputation Review: Spring Melewar, T.C. (2008). Facets of Corporate Identity, Communication, and Reputation. New York : Routledge Sari, N.R. (2010). Employees as the ‘Actor’ in Communicating the New Corporate Identity. Dalam Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. ISSN 2086-7050. Vol. 23 No. 4 Sulistyaningtyas, Ike Devi. (2007). Peran Strategis PR di Perguruan Tinggi. Dalam Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol 4 No 2 _.(2011). Wawancara P2TEL dengan Dirut PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011 dari situs http://www.p2telpusat.or.id/2011/07/wawancara-p2tel-dengan-dirut-PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk/ Firman, M dan Chandrataruna, M.(2009). PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Akan Espansi ke Asia Tenggara. Dikases pada tanggal 10 Oktober 2011 dari situs http://www. teknologi.vivanews.com/news/read/112616-PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk_akan_ekspansi_ke_asia_tenggara Mundawiyarso.(2005). PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk menempati urutan ke dua puluh dari seratus perusahaan informasi dan teknologi di seluruh dunia. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011 dari situs http://www.PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.co.id/pojok-media/berita-PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk/pt-PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbkmenempati-urutan-ke-dua-puluh-dari-seratus-perusahaan-informasi-danteknologi-di-seluruh-dunia.html 15