EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jerman Oleh: NITA LISTYANI NIM 1006196 DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014 Efektivitas Penggunaan Warna untuk Menguasai Artikel Kata Benda Bahasa Jerman. Nita Listyani, Drs. Amir, M.Pd., Dra. Hafdarani, M.Pd. Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. ABSTRAK Pembelajar tingkat pemula terkadang mengalami kesulitan untuk menguasai Artikel kata benda bahasa Jerman. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah penggunaan warna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum penggunaan warna, (2) penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman sesudah penggunaan warna, dan (3) efektivitas penggunaan warna dalam meningkatkan penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman. Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu dengan Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 11 SMA Pasundan 1 Bandung tahun pelajaran 2014/ 2015, sedangkan sampelnya adalah siswa kelas 11 MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas 11 MIA 2 sebagai kelas kontrol. Instrumen utama penelitian ini adalah tes dan instrumen pelengkapnya adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Uji signifikansi dengan menggunakan uji-t independen digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata pretest dan posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisis data ini adalah sebagai berikut: (1) kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang hampir sama dalam penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman sebelum penggunaan warna, (2) kelas eksperimen memiliki kemampuan penguasaan Artikel yang lebih baik daripada kelas kontrol setelah penggunaan warna, dan (3) setelah uji-t independen terhadap data hasil tes akhir kedua kelas diperoleh t hitung > t tabel (8,014 > 2,0167) dengan taraf signifikansi (α) 0,05. Ini berarti bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi: terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah penggunaan warna terbukti. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan warna efektif dalam meningkatkan penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman siswa. Oleh karena itu, disarankan kepada guru agar menggunakan warna jika guru membahas Artikel nomina dalam pelajaran bahasa Jerman. Kata kunci: penggunaan warna, Artikel kata benda bahasa Jerman, Die Effektivität der Anwendung der Farben zur Beherrschung der Artikel von deutschen Nomen. Nita Listyani, Drs. Amir, M.Pd., Dra. Hafdarani, M.Pd. Deutschabteilung der Fakultät für Sprachen und Kunst der Indonesischen Pädagogischen Universität. ABSTRAKT Anfänger haben im Deutschunterricht manchmal Schwierigkeiten, die Artikel von deutschen Nomen zu beherrschen. Um dieses Problem zu lösen, wird eine Lernmethode, die den Lernzielen passt, gebraucht. Die Anwendung der Farben ist eine der Lernmethoden, die man dazu einsetzen kann. Die Ziele der Untersuchung sind, um folgendes herauszufinden: (1) die Beherrschung der Artikel von deutchen Nomen der Experimentsklasse und der Kontrollklasse vor der Anwendung der Farben, (2) die Beherrschung der Artikel von deutchen Nomen nach der Anwendung der Farben, und (3) die Effektivität der Anwendung der Farben zum Erhöhen der Beherrschung der Artikel von deutschen Nomen. In dieser Untersuchung wurde die Quasi-Experimentsmethode mit dem Nonequivalent Control Group Design verwendet. Die Population der Untersuchung waren alle Schüler der 11. Klasse an der SMA Pasundan 1 Bandung vom Jahrgang 2014/ 2015, und die Probanden waren die Schüler der 11. MIA 1 als die Experimentsklasse und 11. MIA 2 als die Kontrollklasse. Der Test war das Hauptinstrument dieser Untersuchung und die Lehrskizze gilt als zusätliches Instrument. Der t-independent-Test wurde benutzt, um den Unterschied der durchschnittlichen Note vom Vortest und der durchschnittlichen Note vom Nachtest zwischen der Eksperimentsklasse und der Kontrollklasse herauszufinden. Die Ergebnisse der Datenanalyse sind folgendes: (1) die Experimentsklasse und die Kontrollklasse haben vor der Anwendung der Farben fast gleiche Leistung bei der Beherrschung der Artikel von deutchen Nomen, (2) die Experimentsklasse hat nach der Anwendung der Farben bessere Leistung bei der Beherrschung der Artikel von deutchen Nomen als die Kontrollklasse, und (3) nach dem t-independent-Test der Nachtest-Ergebnisse von den beiden Klassen wurde herausgefunden, dass t test > t tabelle (8,014 > 2,0167) mit dem (α) 0.05-signifikanten Wert ist. Das heiβt, dass die Hypothese dieser Untersuchung, die lautet: ”es gibt signifikante Unterschiede zwischen der Experimentsklasse und der Kontrollklasse nach der Anwendung der Farben”, bestätigt ist. Aus den Ergebnissen lässt sich zusammenfassen, dass die Anwendung der Farben effektif ist, um die Beherrschung der Artikel von deutchen Nomen der Schüler zu erhöhen. Deshalb würde die Verfasserin vorschlagen, dass Lehrende Farben verwenden, wenn sie im Deutschunterricht Artikel von Deutschen Nomen behandeln. Schlüsselwort: die Anwendung, Farben, Artikel von deutsche Nomen, PENDAHULUAN Dewasa ini menguasai bahasa asing merupakan tuntutan zaman. Penguasaan bahasa asing merupakan nilai lebih yang menunjang seseorang memiliki performa setingkat lebih baik dari orang yang tidak menguasai bahasa asing terutama apabila yang bersangkutan melamar pekerjaan. Bahasa Jerman memiliki beberapa keunikan, di antaranya penggunaan kasus dalam kalimat dan setiap kata benda memiliki kata sandang tertentu yang disebut der Artikel. Der Artikel bisa tunggal (singular) dan bisa jamak (plural). Keunikan kata benda tersebut terkadang menjadi kendala bagi pembelajar bahasa Jerman termasuk penulis untuk menguasai Artikel kata benda dengan baik, yang merupakan salah satu faktor pembentukan kalimat. Dalam mempelajari Artikel tentunya ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh pengajar agar pembelajaran efektif. Salah satunya adalah penerapan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran dibutuhkan untuk membantu siswa agar tidak kesulitan mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Siswa akan terlihat antusias dalam belajar jika metode pembelajaran pada pemberian materi menarik. Hal ini bisa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Metode pembelajaran berdasarkan pemberian informasi dikenal secara umum yaitu; Metode Ceramah, Metode Tanya Jawab dan Metode Demonstrasi. Warna merupakan salah satu elemen penting dalam pengembangan suatu pembelajaran. Dalam pembelajaran biasanya warna diaplikasikan ke dalam bentuk metode pengajaran yang dilakukan oleh pengajar dengan cara memberi warna pada setiap pengelompokan data di papan tulis dengan tujuan agar siswa dapat dengan mudah belajar serta mengingat pengelompokan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut Purnama dalam situsnya http://edukasi.kompasiana.com/2011/07/07/e lemen-warna-dalam-pengembanganmultimedia-pembelajaran-378723.html bergagasan bahwa penggunaan warna yang sesuai dalam pembelajaran dapat membangkitkan motivasi, perasaan, perhatian dan kesediaan siswa dalam belajar. Berangkat dari gagasan tersebut, metode penggunaan warna pada tulisan dirasa tepat bagi penulis untuk menggunakannya sebagai metode pembelajaran kata benda berikut Artikel-nya. Berdasarkan pemikiran diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan warna terhadap penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman, dan menyusunnya dalam bentuk skripsi dengan judul “Efektivitas Penggunaan Warna untuk Menguasai Artikel Kata Benda Bahasa Jerman”. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Artikel Salah satu keunikan yang dimiliki bahasa Jerman adalah penggunaan kata sandang (Artikel) yang selalu mengikuti nomina. Bahasa Indonesia juga memiliki kata sandang yaitu “si” dan “sang”, tetapi kedua kata sandang tersebut tidak produktif digunakan dalam bahasa sehari- hari karena ditemukan hanya pada teks- teks sastra. Penggunaan Artikel banyak ditemukan pada rumpun bahasa Germanik seperti bahasa Inggris dan bahasa Jerman. Dalam bahasa Inggris terdapat kata sandang “a/an” dan “the” yang mengikuti nomina, sedangkan dalam bahasa Jerman terdapat tiga kata sandang, yaitu ,,der’’, ,,die” dan ,,das”. Perbedaan ketiga jenis kata sandang ini dapat dilihat dari genusnya, seperti yang diungkapkan oleh Balcik dan Röhe (2006: 62) tentang pengertian Artikel: Die Artikel heißen der, die, das und ein, eine. Sie geben Genus (das grammatische Geschlecht) der Nomen an. Indem wir einem Nomen enen Artikel voranstellen, wird deutlich, ob das Nomen maskulin, feminin oder neutral ist. Dari penjelasan Balcik dan Röhe, dapat diketahui bahwa Artikel terdiri dari der, die, das dan ein serta eine. Artikel- Artikel tersebut berfungsi untuk menentukan genus pada setiap nomina. Dengan cara meletakkan Artikel di depan nomina, maka akan menjadi jelas apakah nomina itu maskulin, feminin atau netral. Jenis- jenis Artikel a. Bestimmter Artikel Helbig dan Buscha (2000:167) mengungkapkan tentang bestimmter Artikel, yaitu: Der bestimmte Artikel signalisiert vor allem die Identifizierung (=die Eindeutigmachung) von Objekten der auβersprachlichen Realität. Diese Identifizierung ist auf verschiedenem Weg möglich: Die Objekte der Realität werden eindeutig durch Individualizierung, durch den Situationkontext, durch den sprachlichen Kontext oder durch Generalisierung. Dari kutipan di atas dikatakan bahwa bestimmter Artikel terutama menunjukkan pengidentifikasian (kejelasan) dari objek-objek realitas di luar kebahasaan. Identifikasi tersebut bisa dilakukan dengan bermacam- macam cara: objek- objek realitas tersebut akan menjadi jelas melalui individualisasi, melalui konteks situasional, melalui konteks kebahasaan generalisasi. atau melalui b. Unbestimmter Artikel Unbestimmter Artikel merupakan Artikel yang digunakan pada nomina yang belum diketahui atau belum dibicarakan sebelumnya (belum jelas) dan hanya muncul untuk benda tunggal. Perubahan pada unbestimmter Artikel ini yaitu der menjadi ein, die menjadi eine dan das menjadi ein. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Balcik dan Röhe (2006: 64): ,,Die unbestimmten Artikel heißen ein, eine, ein. Sie kommen nur im Singular vor, denn sie bedeuten als Menge mit den Nomen dekniliert, zu denen sie gehören”. Pengertian kutipan di atas yaitu: unbestimmter Artikel terdiri dari ein, eine, ein. Unbestimmter Artikel ini hanya digunakan pada nomina tunggal, karena merupakan penafsiran jumlah yang dimiliki oleh nomina. Perubahan Artikel pada unbestimmter Artikel ini ada dua, yaitu ein dan eine. Ein merupakan perubahan dari bestimmterartikel ‘der’ dan ‘das’, sedangkan eine merupakan perubahan dari bestimmterartikel ‘die’. c. Nullartikel Nullartikel merupakan jenis ketiga dari Artikel, yang digunakan dalam beragam cara, sebagaimana yang dijelaskan oleh Helbig dan Buscha (2001: 338): Der Nullartikel wird in vielfältiger Weise verwendet. Teils dient er als Ersatzform für den unbestimmten oder bestimmten Artikel, teils ist er durch semantische Gruppen von Substantiven, teils durch bestimmte syntaktische Konstruktionen bedingt. Auβerdem steht er bei Eigennamen (vor allem Personennamen und geographischen Namen). Kutipan di atas dapat diartikan sebagai berikut: Nullartikel digunakan dalam beragam cara. Sebagian digunakan sebagai substitusi (pengganti) untuk bestimmter Artikel atau unbestimmter Artikel, sebagian digunakan melalui kelompok semantik dari nomina, sebagian digunakan dengan cara tertentu sebagai susunan sintaksis. Selain itu Nullartikel digunakan untuk nama (terutama nama orang dan nama letak suatu tempat). Warna 1. Pengertian Warna Warna merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan. Tanpa adanya warna, benda- benda di muka bumi ini terasa hampa, tidak cerah dan monoton. Menurut Nugroho (2008: 1) ‘Ilmu tentang warna disebut chromatics. Teori warna sudah dikembangkan oleh Alberti (1435) dan diikuti oleh Leonardo da Vinci (1490). Teori warna mulai mendapat perhatian serius setelah dikembangkan oleh Sir Isac Newton (1704). Pada awalnya teori warna dikembangkan dengan warna dasar merah, kuning dan biru (Red, Yellow, Blue atau RYB). Pencampuran warna dari warna dasar tersebut banyak dipakai oleh para pelukis, percetakan dan lain-lain’. Dalam pembelajaran warna pula menjadi hal utama untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Purnama dalam situsnya http://edukasi.kompasiana.com/2011/07/07/e lemen-warna-dalam-pengembanganmultimedia-pembelajaran-378723.html mengungkapkan: “Warna adalah elemen penting dalam pengembangan multimedia pembelajaran. Pemilihan warna dalam pengembangan multimedia pembelajaran merupakan hal penting yang turut menentukan kelayakan sebuah program paket multimedia. Penggunaan warna yang sesuai dalam multimedia pembelajaran dapat membangkitkan motivasi, perasaan, perhatian, dan kesediaan siswa dalam belajar”. Pengertian warna ini senada dengan yang dikemukakan oleh Pujiriyato (2005: 44): “Warna itu memiliki kekuatankekuatan di dalamnya. Pemilihan warna yang baik dalam mendesain produk pembelajaran dapat turut membangkitkan dan menstimuli pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa. Oleh karena itu tidak setiap warna bisa dipilih begitu saja tanpa mempertimbangkan audien (siswa)”. Dari pengertian warna yang telah dikemukakan oleh Purnama dan Pujiriyanto dapat diketahui bahwa penggunaan warna yang sesuai dalam pembelajaran dapat membangkitkan motivasi, perasaan, perhatian dan kesediaan/ kemauan siswa dalam belajar. 2. Quantum Learning Quantum learning merupakan konsep membiasakan atau memposisikan diri belajar nyaman dan menyenangkan. Dengan kata lain, kita harus tahu bagaimana ‘belajar untuk belajar’. Salah satu caranya yaitu pada pembelajaran visual, seorang pelajar disajikan data dengan warna yang menarik sehingga pelajar dapat dengan mudah memahami dan menguasai suatu materi. Pembelajaran dan proses kongnitif sebagaimana dikemukakan oleh Ormrod (2009: 274) bahwa “pembelajar jarang menyimpan informasi persis seperti yang mereka terima, alih-alih mereka melakukan pengkodean dengan memodifikasi informasi suatu cara (input visual)”. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa pengkodean dalam proses belajar untuk menangkap suatu informasi sangat berpengaruh, terlebih pada pembelajaran visual. Warna bisa dipakai kedalam pengkodean tersebut. 3. Pengelompokan Warna Ahli grafis Jerman (1790) (dalam Pujiriyanto: 44) menyederhanakan temuan Newton menjadi 3 (tiga) warna, yaitu warna primer, warna sekunder, dan warna tersier, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Warna pokok (primer), adalah warna yang menjadi pedoman setiap orang untuk menggunakannya, yaitu warna merah, kuning dan biru. b. Warna sekunder, merupakan percampuran antara warna primer: 1) Merah + biru = ungu/violet 2) Merah + kuning = oranye/jingga 3) Kuning + biru = hijau c. Warna tersier, merupakan percampuran antara warna sekunder dengan primer: 1) Merah + ungu = merah ungu 2) Ungu + biru = ungu biru 3) Biru + hijau = hijau biru 4) Hijau + kuning = kuning hijau 5) Kuning + oranye = oranye kuning 4. Kekuatan Warna Disebutkan sebelumnya pada subbab ,,Pengertian Warna’’ yang dikemukakan oleh Pujiriyanto bahwa warna mempunyai arti kekuatan dalam setiap perbedaannya, atau bisa dikatakan setiap warna memiliki gambaran tentag karakter warna itu sendiri, hal ini juga telah dipaparkan oleh Harini (2013: 293) dalam artikel jurnalnya yang meneliti warna hijau dan biru untuk mengurangi kecemasan, dari hasil penelitiannya dia menyimpulkan bahwa: “warna hijau memiliki efek menenangkan, menyegarkan sistem syaraf, dan menyeimbangkan tubuh. Warna biru juga memiliki efek menenangkan dan membuat rileks serta memberikan kedamaian pada individu”. Secara lebih jelas Anna (2008:2) mejelaskan dalam artikel jurnalnya ‘Psikologi Arti Warna’, sebagai berikut: a. Biru Arti: kesetiaan, ketenangan, sensitif dan bisa diandalkan. "Biru memiliki arti stabil karena itu adalah warna langit," kata Eisman. Meski langit kelabu dan akan hujan, kita tahu di atas awan-awan itu warna langit tetaplah biru. b. Keabu-abuan Arti: Serius, bisa diandalkan dan stabil. Warna abu-abu adalah warna alam. Di luar sana warna abu-abu merupakan warna yang permanen, misalnya batu atau karang. c. Merah muda Arti: Cinta, kasih sayang, kelembutan, feminin. Warna yang disukai banyak wanita ini menyiratkan sesuatu yang lembut dan menenangkan, tapi kurang bersemangat dan membuat energi melemah. d. Merah Arti: Kuat, berani, percaya diri, gairah. Merah adalah warna yang punya banyak arti, mulai dari cinta yang menggairahkan hingga kekerasan perang. Warna ini tak cuma memengaruhi psikologi tapi juga fisik. e. f. Penelitian menunjukkan menatap warna merah bisa meningkatkan detak jantung dan membuat kita bernapas lebih cepat. Kuning Arti: Muda, gembira, imajinasi. Warna kuning akan meningkatkan konsentrasi, itu sebabnya warna ini dipakai untuk kertas legal atau post it. Kuning juga merupakan warna persahabatan. Jadi Anda sudah bisa menebak jika si dia memberi mawar kuning saat Valentine. Hitam Arti: Elegan, kuat, sophisticated. Hitam punya reputasi buruk. Warna ini dipakai oleh para penjahat di komik atau film. Hitam juga melambangkan duka dan murung. Tapi, hitam juga punya sisi lain, misalnya saja untuk menyatakan sesuatu yang abadi, klasik, dan secara universal dianggap sebagai warna yang melangsingkan. Hijau Arti: Kesejukan, keberuntungan, dan kesehatan. Hijau melambangkan alam, kehidupan, dan simbol fertilitas. Para pengantin di abad 15 menggunakan gaun pengantin berwarna hijau. Ungu Orange Coklat Abu-abu Putih Hitam Spiritual, misteri, keagungan, perubahan arogan. Energi, kesinambungan, kehangatan. Bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan. Intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak Kemurnian/suci, bersih, kecermatan, innoce steril, kematian. Kekuatan, seksualitas, kemewahan, kem ketakutan, ketidakbahagiaan, keanggunan. Dari pendapat Harini, Anna dan Holzschlag di atas dapat disimpulkan bahwa setiap warna mengandung arti kekuatan tertentu dalam karakternya serta menimbulkan respon yang berbeda ketika audiens melihatnya. Pemilihan warna yang sesuai akan menjadikan produk- produk pembelajaran lebih komunikatif dan estetis. Penulis hanya menggunakan 3 warna dalam penelitian ini. Biru, merah dan hijau. g. Biru digunakan untuk Artikel der, merah untuk Artikel die dan hijau untuk Artikel das. Dari pendapat gabungan para ahli sebelumnya biru memiliki arti sebagai efek damai, kesetiaan dan bisa diandalkan; merah memiliki arti gairah, kehangatan dan cinta; dan hijau memiliki arti sebagai efek Selain itu Molly E. Holzschlag keseimbangan. Arti masing- masing warna (dalam Purnama, 2011) membuat daftar tersebut menurut pendapat penulis adalah mengenai kemampuan masing- masing sebagai perwakilan dari karakter setiap warna ketika memberikan respon secara Artikel. Biru mewakili jiwa maskulin, psikologis kepada audiennya, sebagai merah mewakili jiwa feminin dan hijau berikut: mewakili jiwa netral. Pada teori kekuatan warna yang telah dipaparkan sebelumnya, Warna Respon psikologis yang ditimbulkanwarna merah muda adalah warna yang dengan jelas sangat mewakili jiwa feminin Kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, Merah dengan arti cinta, kasih sayang, kelembutan bahaya. dan feminin. Namun penulis tidak Kepercayaan, konservatif, keamanan,menggunakan teknologi, kebersihan, warna ini sebagai perwakilan Biru perintah. dari Artikel die, karena jika penulis warna merah muda di papan Alami, kesehatan, pandangan yangmenggunakan enak, kecemburuan, Hijau tulis pada setiap perlakuan maka tulisan pembaharuan. yang dilihat siswa dikelas kurang jelas. Oleh Optimis, harapan, filosofis, ketidakjujuran/kecurangan, Kuning karena itu penulis mempertimbangkan untuk pengecut, pengkhianatan. mengganti warna merah muda menjadi warna merah. Pengertian Metode Secara harfiah kata ,,metode’’ merupakan turunan dari kata Yunani Latin yaitu Methodos/ Methodus yang berarti cara atau jalan yang menentukan ke arah tertentu. Hal ini dikemukakan oleh Neuner dan Hunfeld (1993:14), “Methode/ Methodik ist aus dem griechisch-lateinischen Wort ‘Methodos/ Methodus’ abgeleitet und bedeutet etwa “Zugang/ Weg, der zu einem bestimmten Ziel führt”. Sehubungan dengan ini Rösler (2012: 66) dalam bukunya Deutsch als Fremdsprache (Eine Einführung) mengatakan hal yang serupa “Methode ist der Weg, der eingeschlagen werden muss, um ein bestimmtes Lernziel zu erreichen”. Metode merupakan sebuah cara/ jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dari pendapat Neuner dan Hunfeld serta Rösler dapat disimpulkan arti harfiah dari kata metode adalah sebuah jalan yang harus ditempuh utuk mencapai tujuan tertentu. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan eksperimen semu dengan satu kelas perlakuan dan satu kelas kontrol. Dalam penelitian ini diterapkan penggunaan warna dalam pembelajaran Artikel kata benda bahasa Jerman. Untuk mengetahui penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman siswa sebelum perlakuan, pembelajar diminta untuk mengerjakan soal tes awal. Setelah itu dilakukan perlakuan sebanyak tiga kali. Sebagai langkah akhir, siswa diminta mengerjakan soal tes akhir untuk mengetahui penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman mereka setelah perlakuan. Setelah diperoleh data hasil tes awal dan tes akhir, data dibandingkan dan dianalisis secara statistik. Variabel bebas penelitian ini adalah penggunaan warna dan variabel terikatnya adalah penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman. Desain dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design yaitu desain penelitian yang menggunakan kelas eksperimen (dikenai perlakuan) dan kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pasundan 1 Bandung pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Pasundan 1 Bandung. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 1 sebanyak 21 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XI MIA 2 sebanyak 24 siswa sebagai kelas kontrol. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa penggunaan warna memiliki pengaruh besar terhadap penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman karena metode ini menjadikan siswa lebih tertarik mempelajari dan mengingat Artikel kata benda bahasa Jerman. Pemilihan kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk penelitian ditentukan oleh guru pamong (guru asli pengajar bahasa jerman di sekolah). Terlebih dahulu peneliti meminta tolong kepada guru pamong untuk dipilihkan dua kelas yang memiliki kemampuan bahasa jerman yang sama. Setelah dua kelas didapat, selebihnya peneliti mengikuti saran guru tersebut dan menjalankan penelitian sebagaimana mestinya. Namun pada kenyataannya nilai rata- rata yang diperoleh kelas eksperimen pada saat pretest yaitu sebesar 58,95 dan kelas kontrol sebesar 48,79, dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman yang hampir sama tetapi tidak dalam satu kategori nilai menurut Arikunto (2009:245). Kelas eksperimen termasuk kedalam kategori cukup dengan rentang nilai (56- 65), sedangkan kelas kontrol termasuk kedalam kategori kurang dengan rentang nilai (40- 55). Setelah diterapkan penggunaan warna untuk menguasai Artikel kata benda bahasa Jerman pada kelas eksperimen, nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas eksperimen meningkat menjadi 75,95, sedangkan kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan memiliki nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda dari hasil rata-rata pretest bahkan mengalami sedikit penurunan yaitu 48,70. Perbedaan penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman juga terlihat dari hasil uji-t independen yang menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel (8,014 > 2,0167). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah menerima perlakuan dengan penggunaan warna. Penggunaan warna disini merupakan pengkodean input visual dalam memodifikasi informasi yang didapat siswa sebagaimana yang dikemukakan oleh Ormrod (2009: 274). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol dalam menguasai Artikel kata benda bahasa Jerman. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan warna merupakan salah satu pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Artikel, karena pada praktiknya penggunaan warna merupakan salah satu metode pembelajaran demonstrasi yang membuat siswa tertarik mempelajari Artikel, sehingga siswa bersemnagat serta tidak cepat bosan untuk mempelajari proses pembelajaran. Kelemahan penelitian Pada penelitian ini terdapat kelemahan penelitian yaitu adanya penurunan nilai rata- rata dari pretest ke posttest kelas kontrol. RPP yang digunakan oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah sama, tapi dalam pelaksanaannya berbeda. Guru yang mengajar kelas eksperimen merupakan peneliti sendiri sedangkan guru yang mengajar kelas kontrol merupakan guru dari sekolah. Kelas eksperimen mengalami perlakuan penggunaan warna sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan warna pada pembelajaran Artikel. Di kelas kontrol diduga pembahasan pelajaran tidak terfokus pada Artikel nomina saja, dan ada faktor dari siswa yang kurang memperhatikan pelajaran dan kurang berkonsentrasi karena pembelajaran di kelas kontrol beberapa kali terpotong oleh kegiatan sekolah seperti rapat guru dan kegiatan peringatan ulang tahun sekolah. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian penggunaan warna untuk menguasai Artikel kata benda bahasa Jerman, diperoleh simpulan berikut: 1. Pada tes awal (pretest), siswa kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi sebesar 77 (dalam skala 1-100) dan nilai terendah sebesar 37 dengan rata-rata 58,95, sedangkan siswa kelas kontrol memperoleh nilai tertinggi sebesar 73, dan nilai terendah 33 dengan rata-rata 48.79. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen memiliki penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman hampir sama dengan siswa kelas kontrol dengan kategori cukup dan kurang. 2. Pada tes akhir (posttest), siswa kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi sebesar 97 (dalam skala 1-100) dan nilai terendah sebesar 63 dengan rata-rata 75,95, sedangkan siswa kelas kontrol memperoleh nilai tertinggi sebesar 63, dan nilai terendah 30 dengan rata-rata 48,70. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen memiliki penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman yang lebih baik daripada siswa kelas kontrol. 3. Berdasarkan selisih nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai uji-t independen sebesar 8,014. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (8,014 > 2,0167). Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman siswa kelas eksperimen setelah perlakuan dan siswa kelas kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan warna efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran Artikel kata benda bahasa Jerman. SARAN Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman, diperlukan suatu metode yang tepat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disampaikan beberapa saran, yakni sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penghitungan uji-t diketahui bahwa penggunaan warna dapat meningkatkan penguasaan Artikel kata benda bahasa Jerman. Oleh karena itu, metode ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk mengajarkan Artikel kata benda bahasa Jerman. 2. Berdasarkan kendala yang ditemukan di lapangan, sebaiknya guru menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dan menarik bagi siswa, agar siswa tidak mengalami kesulitan dan memiliki rasa bosan dalam mempelajari Artikel kata benda bahasa Jerman. 3. Peneliti lain yang akan meneliti bidang yang sama, selain dapat menerapkan penggunaan warna dalam mempelajari Artikel kata benda bahasa Jerman, juga dapat menggunakan warna untuk penguasaan bahan pelajaran lain seperti penguasaan kosakata bahasa Jerman.