1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Gempa bumi sebagai salah satu gejala alam, di dalam cakupan studi seismologi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu gempa vulkanik dan gempa tektonik. Kedua jenis ini di bedakan atas dasar penyebabnya yaitu gempa vulkanik akibat dari aktivitas gunung berapi sedangkan gempa tektonik berasal dari aktivitas lempeng tektonik dunia. Baik gempa vulkanik maupun tektonik, keduanya mempunyai karakter yang unik di dalam rekaman seismogram, sehingga dapat dibedakan satu sama lain, meskipun kedua jenis gempa ini terekam dalam satu seismogram. Karakter unik yang membedakan kedua jenis gempa pada umumnya adalah kandungan frekuensi masing-masing gempa. memisahkan kedua jenis gempa Jadi mengenali dan dapat dilakukan dengan melakukan analisa frekuensi sinyal. Salah satu topik yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah analisa terhadap parameter gempa tektonik, yaitu penentuan onset time atau waktu tiba gelombang gempa pada alat perekam gempa . Onset time merupakan parameter gempa yang sangat penting dan dipakai untuk mendalami lebih lanjut mengenai parameter sumber gempa, baik itu posisi gempa secara azimuthal maupun waktu terjadinya gempa atau disebut sebagai origin time. Dalam penelitian ini penentuan waktu tiba dilakukan dengan menggunakan metode filter polarisasi matrik kovarian dimensi tiga (Kanasewich, 2 1986), dan penguraian sinyal berdasarkan frekuensi atau dekomposisi sinyal menggunakan transformasi wavelet (Yomogida,1998). Metode ini mengacu pada asumsi bahwa onset time ditentukan berdasarkan fase gelombang P yang tiba pertama kali dan terpolarisasi linear pada arah radial terhadap sumber gempa. I.2. Maksud dan tujuan Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah 1. Penerapan metode filter polarisasi untuk menentukan waktu tiba gelombang atau waktu tiba sebuah event gempa 2. Penerapan metode transformasi wavelet sebagai alat untuk mengurai atau mendekomposisi sinyal dengan band frekuensi terbatas. Serta menampilkan secara kompak sebuah rekaman seismogram dalam kawasan frekuensi beserta runtun waktunya. I.3. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memahami cara pengolahan data seismik gempa tektonik dan memberikan kontribusi bagi penelitian gempa tektonik dengan menerapkan metode pengolahan data menggunakan filter polarisasi dan dekomposisi wavelet. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gempa bumi adalah gempa yang disebabkan oleh aktivitas tektonik. Proses terjadinya gempa tektonik merupakan akibat adanya gerakan dinamis lempeng-lempeng tektonik dunia yang saling berinteraksi. Untuk menyelidiki seismisitas dari aktivitas tektonik tersebut, maka dibuat suatu jejaring seimograf (seismographic network) yang bersifat lokal maupun global. Setiap informasi dari jejaring seismograf ini dikumpulkan dalam suatu database yang dapat diakses untuk keperluan studi mengenai seismologi. Adapun lembaga yang mengelola database ini antara lain WGDS, PEPPSN dan sebagainya. II.1. Waktu Tiba Gelombang P Gelombang gempa yang pertama tercatat di stasiun perekam gempa merupakan fase gelombang P yang menjalar dari sumber di dalam mantel langsung ke stasiun perekam. Dengan demikian maka fase gelombang yang pertama kali terekam oleh seismogram adalah fase gelombang P. Gelombang P merupakan gelombang badan akibat gaya kompresi sehingga pola polarisasi gelombang P adalah linear dengan arah radial terhadap sumber gempanya. Linearitas gelombang P ini akan nampak dalam analisa gerakan partikel yang terekam pada seismogram komponen horizontal (N dan E) . Waktu tiba gelombang P merupakan salah satu parameter sinyal yang sangat penting untuk mengetahui sumber gempa dan lebih jauh lagi dipakai untuk 4 penyelidikan tentang velocity tomography (Scherbaum.F, 1996). Jeffreys dan Bullen (1995) menyusun tabel seismologi yang dibuat secara empiris menggunakan data dari jejaring seismograf . Tabel seismologi ini dapat di pakai untuk menghitung waktu penjalaran gelombang berdasarkan kedalaman sumber yang diasumsikan. II.2. Beberapa Penelitian Terdahulu menggunakan Metode Filter Polarisasi dan Dekomposisi Wavelet Beberapa penelitian mengenai penggunaan metode filter polarisasi telah dilakukan., salah satunya oleh Montalbetti dan Kanasewich (1970) yang mengusulkan penggunaan matrik kovarian dimensi tiga untuk melakukan proses filtering dengan tujuan mengenali fase-fase gelombang gempa yang terjadi di Filipina pada tanggal 30 Januari 1969. Data di rekam menggunakan sensor seismik broadband tiga komponen arah (Z, N, dan E). Data tiga komponen tersebut dirotasikan ke sistem koordinat R-T-Z sebelum dilakukan analisis filter polarisasi. Fungsi rektilinearitas sebagai salah satu parameter filter polarisasi yang menunjukkan derajat kelinearitasan suatu gelombang yang terpolarisasi, oleh Kanasewich juga dipakai untuk menentukan waktu tiba gelombang P dalam sebuah event gempa. Vidale (1986) menganalisa data seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi yang terjadi di kota San Fernando pada tahun 1971. Proses filter polarisasi yang dilakukan dapat memisahkan fase-fase gelombang yang terekam oleh seismogram 5 sehingga membantu dalam memahami mekanisme gempa yang mengakibatkan guncangan cukup besar di sebuah cekungan (basin) di Los Angeles. Kanwaldip Dolla (2000) menggunakan metode dekomposisi wavelet terhadap data tiga komponen gempa tektonik menjadi beberapa subdata yang. Proses dekomposisi yang dilakukan terhadap data adalah dengan menggunakan metode Wavelet Transform. Hasil yang diperoleh dari dekomposisi wavelet adalah berupa data yang telah terurai yang mempunyai kandungan frekuensi berbeda beda dengan band sempit. Analisis rektilinearitas kemudian dilakukan terhadap tiap-tiap subdata sehinga diperoleh kurva rektilinearitas di tiap subdata tersebut. Onset time atau waktu tiba gelombang P sinyal gempa ditentukan oleh harga maksimum sebuah fungsi Composiste Rectilinearity Function . 6 BAB III LANDASAN TEORI III.1.Gelombang seismik Gelombang yang menjalar pada medium bumi disebut sebagai gelombang seismik, fenomena gempa bumi (earthquake) merupakan salah satu manifestasi dari penjalaran gelombang seismik pada medium bumi. Gelombang gempa mempunyai perioda berkisar pada frekuensi terendah gelombang bunyi yang dapat terdengar oleh telinga manusia hingga perioda sebesar 1(satu) jam (EAS 388,Geophysics and Geotectonics). Gelombang seismik yang menjalar pada suatu medium dibedakan menjadi dua kategori utama (Bath,1979) yaitu 1. Gelombang badan Merupakan gelombang yang menjalar pada badan medium, gelombang ini dikelompokkan lagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu: 1.1.Gelombang P Disebut sebagai gelombang primer atau longitudinal yang dapat menjalar di semua medium (padat cair,dan gas) dengan gerakan partikel medium yang dilewatinya adalah searah dengan penjalaran gelombang P tersebut 7 1.2.Gelombang S Disebut sebagai gelombang sekunder atau transversal yang hanya bias merambat dalam medium padat dengan gerakan partikel medium yang dilewatinya adalah tegak lurus terhadap penjalaran gelombang S tersebut Gelombang S dibedakan menjadi dua yaitu : a.Gelombang SV Merupakan gelombang S dengan arah gerakan partikelnya horizontal tegaklurus terhadap arah radial. b.Gelombang SH Merupakan gelombang S dengan arah gerakan partikelnya vertikal 2. Gelombang permukaan Merupakan gelombang yang terpandu oleh permukaan bidang batas medium. Gelombang ini dibagi menjadi 3 (tiga) macam ,yaitu: 2.1.Gelombang Rayleigh Gelombang yang terpandu pada permukaan bebas (free boundary) medium berlapis maupun homogen dengan gerakan partikel mediumnya adalah eliptik retrograd. 2.2.Gelombang Love Gelombang yang terpandu oleh permukaan bebas dengan gerakan partikel sama seperti SH dan terbentuk oleh gelombang SH. 8 2.3.Gelombang Stoneley Gelombang yang terpandu oleh bidang batas antar medium dengan gerakan partikel serupa dengan SV . III. 2. Filter Polarisasi Desain filter polarisasi yang mengacu pada Flinn (1965) merupakan filter yang didesain sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk menghitung nilai rektilinearitas. Untuk itu diperlukan masukan berupa data tiga komponen seismogram N, E, dan Z , Filter ini juga dipakai oleh Kanasewich (1981) dengan masukan berupa tiga komponen seismogram hasil rotasi koordinat yaitu komponen Radial (R), Tangensial (T), dan Vertikal (Z). Filter ini bekerja menggunakan basis penyelesaian persamaan eigen dan mencari orientasi vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai nilai eigennya pada jendela tertentu pada tiap-tiap komponen . Jika suatu data runtun waktu dengan jumlah data N dan sampling interval Δt dipotong sepanjang t detik, maka jumlah data (n) dalam satu jendela dinyatakan sebagai t/ Δt. Dalam satu jendela sepanjang t detik tersebut, terlebih dahulu harus dihitung nilai tengah (μ) , kovarian dan varian untuk tiga variabel R,T, dan Z. Nilai tengah (μ) dari n buah data suatu variabel random X1i (i=1,2,3,...,n) didefinisikan sebagai berikut : μ1 = 1 n X 1i n i 1 (3.3) Kovarian antara n observasi dari dua variabel X1 dan X2 diberikan oleh persamaan sebagai berikut : 9 Cov X 1 , X 2 dimana μ1 dan 1 n ( X 1i 1 )( X 2i 2 ) n i 1 μ2 diperoleh dari persamaan (3.4) (3.3). Harga Cov X1, X1 didefinisikan sebagai auto-covarian atau Var X1 (varian X1). Montalbetti dan Kanasewich (1970) mendefinisikan matrik kovarian Vt dengan tiga variabel (R,T,Z) dalam satu jendela sepanjang t sebagai berikut : Var[ R]Cov[ R, T ]Cov[ R, Z ] Vt Cov[ R, T ]Var[T ]Cov[T , Z ] Cov[ R, Z ]Cov[T , Z ]Var[ Z ] (3.5) Polarisasi gelombang direpresentasikan sebagai vektor yang tidak nol didalam matrik tersebut , sehingga nilai-nilai eigen terbesar yang mengakibatkan fungsi rektilinearitas mencapai maksimum diasumsikan sebagai indikator derajat linearitas polarisasi gelombang (Kanwaldiph Dolla,2000). Fungsi rektilinearitas diberikan oleh perbandingan nilai nilai eigen dari matrik tersebut, dimana nilai eigen merupakan penyelesaian dari diagonalisasi matrik yang arah vektornya tidak sama dengan nol. Oleh Kanasewich(1981) fungsi rektilinearitas dinyatakan sebagai berikut : F 1 2 1 (3.6) dimana λ1 dan λ2 secara berturut-turut merupakan nilai eigen terbesar pertama dan kedua dari matrik kovarian Vt . Harga rektilinieritas maksimum hasil dari pemrosesan filter polarisasi dapat dipakai untuk menentukan posisi suatu event data rekaman yang tidak tergantung orientasi azimuth maupun sudut inklinasinya. Rektilinearitas 10 maksimum yang harganya mendekati 1 dapat dipakai untuk picking event atau fase fase gelombang yang terpolarisasi linear (H.Dai dan C.Mc Beth, 1997). Analisis spektrum menggunakan transformasi wavelet dipakai untuk melihat kandungan frekuensi event , sehingga pemisahan noise dengan sinyal dapat dilakukan baik dengan proses filtering . Gambar III.1. menunjukkan hubungan antara harga rektilinearitas maksimum dengan suatu event yang gerakan partikel mediumnya terpolarisasi linear. Dan gambar III.2. merupakan hasil proyeksi horizontal particle motion dari event yang disimulasikan. Data simulasi fungsi rectilinearitas sebagai onset locator Pulsa 4 2 0 -2 0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 Waktu (detik) 8 10 12 Noisy 10 5 0 -5 rectilinearity 1 0.5 0 Gambar III.1. (Atas).Event simulasi berupa pulsa , (tengah) Simulasi sebuah rekaman seismogram dengan event yang tertutup oleh random noise, (bawah) Fungsi rektilinearitas hasil filtering polarisasi data simulasi.tanda panah menunjukkan harga rektilinearitas maksimum. Gambar III.2. Diagram pola gerakan partikel event yang disimulasikan berdasarkan lokasi picking yang ditunjukkan oleh harga maksimum fungsi rektilinearitas. 11 III. 3. Transformasi Wavelet Transformasi Wavelet kontinyu dari sebuah fungsi runtun waktu f(t) di definisikan dalam bentuk integrasi oleh Daubechies (1992) dan Young (1993) sebagai berikut : Wf(u,s) = (f,ψu,s) = f (t ) 1 s t u dt s * (3.7) dimana fungsi (t) merupakan fungsi wavelet, s adalah scale factor dan u disebut sebagai translation factor. Suatu fungsi basis dari sebuah wavelet dinyatakan sebagai u , s t 1 s t u s (3.8) fungsi di atas merupkan sebuah fungsi zero average dan mempunyai nilai tengah di sekitar u, jika fungsi di atas mempunyai nilai frekuensi tengah η maka frekuensi tengah dari fungsi yang terdilatasi s adalah (t-u)/s. Penjelasan ini dapat digambarkan dengan kotak Heisenberg seperti terlihat di bawah ini. Pada sumbu t, fungsi wavelet (u,s) mempunyai sebaran waktu (time spread) proporsional terhadap s, sedangkan sebaran frekuensinya berbanding terbalik dengan s. 12 Gambar III.6. Kotak Heisenberg dari sebuah basis fungsi wavelet. Fungsi (t) dalam transformasi wavelet di sebut sebagai mother wavelet. Salah satu wavelet yang terkenal adalah Morlet wavelet, yaitu sebuah fungsi wavelet yang dibangun dengan cara melakukan operasi konvolusi sebuah fungsi periodik dengan jendela fungsi Gauss Gambar III.7. (a) Fungsi Wavelet Morlet ,(b). Wavelet Morlet yang “dibangun” dengan cara memodulasi fungsi sinus dengan window Gauss Fungsi Wavelet Morlet dengan amplitude dan lebar window tertentu dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut . 0 1 / 4 e i e 0 2 /2 (3.9) 13 dimana ψ merupakan wavelet value dalam suatu skala waktu non dimensi η, sedangkan ω0 menyatakan besaran angka gelombang yang menunjukkan jumlah gelombang dalam satu fungsi wavelet sehingga memenuhi admissibility condition (Torren , 1998). Persamaan (3.9) disebut sebagai basic wavelet function dari fungsi Morlet wavelet.. Analisis wavelet merupakan analisa multi skala , dalam artian bahwa didalam transformasi wavelet dilakukan translasi dan dilatasi jendela wavelet sepanjang data runtun waktu. Jika parameter translasi (n) dan dilatasi (s) yang menentukan besarnya wavelet value dipakai untuk mengubah skala basic wavelet function nya maka persamaan (3.10) di bawah ini di sebut sebagai scaled wavelet function. n'n t t n'n t 0 s s s 1/ 2 (3.10) Faktor s-1/2 merupakan faktor normalisasi fungsi wavelet sehingga total energi dari persamaan (3.9) adalah konstan. Jika diberikan data runtun waktu X, dengan nilai xn,di setiap indeks waktu n. Tiap data disampling dengan interval waktu konstan dt. Transformasi wavelet Wn(s) dinyatakan sebagai konvolusi antara fungsi wavelet dengan data runtun waktu X sehingga: N 1 n'n t Wn ( s ) x n ' * s n ' 0 (3.11) 14 tanda asterix (*) menyatakan bahwa fungsi wavelet merupakan fungsi komplek. Penyajian secara kompak hasil transformasi wavelet sebuah data runtun waktu dinyatakan dengan spektogram PW f u, s | Wf (u, s) | 2 | Wf (u, ) | 2 Pemilihan (3.12) skala oleh Farge (1992) dalam sebuah analisa wavelet didefinisikan sebagai berikut sj = s0 2jδj , j = 0,1,…J (3.13) J = δj-1 log2(Nδt/ s0) (3.14) dimana s0 merupakan skala terkecil yang dapat diterima dan harga J menentukan besarnya skala terbesar,dengan harga awal s0 =δt. Sedangkan δj merupakan skala yang menentukan resolusi pengeplotan spektrogram wavelet (Wavelet Power). Transformasi Wavelet dapat dikatakan hampir merupakan sebuah proses penapisan frekuensi menggunakan filter bandpass dengan respon fungsi yang diketahui, sehingga rekonstruksi sinyal dapat dilakukan baik dengan dengan dekonvolusi maupun metode inverse filter. Torren (1998) mendefinisikan persamaan rekonstruksi data runtun waktu sebagai jumlahan hasil transformasi wavelet dari semua skala. xn = jt 1 / 2 J R{Wn ( s j )} C 0 (0) j 0 s j 1 / 2 ( 3.15) 15 factor Cδ merupkan konstanta rekontruksi yang diekstraksi dari fungsi wavelet yang dipakai dengan persamaan Cδ = jt 1 / 2 0 (0) J j 0 R{Wn ( s j )} sj (3.16) 1/ 2 persamaan (3.16) ini diperoleh dengan asumsi bahwa data runtun waktu adalah berupa fungsi dirac (Torren,1998). Suatu rekontruksi sinyal akan menghasilkan suatu data runtun waktu dengan bentuk event yang hampir mirip dengan mother wavelet yang dipakai. Proses rekonstruksi sinyal dengan menggunakan transformasi wavelet dan membaginya dalam tiap sub-band frekuensi disebut sebagai proses dekomposisi wavelet. BAB IV METODE PENELITIAN 16 IV.1.Pengambilan Data Seismik Data penelitian berasal dari beberapa stasiun perekaman seismik di Gunung Merapi yaitu stasiun Klatakan dengan lokasi (-07.53703 ,110.45150 ,2250 m), stasiun Selo dengan lokasi (-07.52161 , 110.45150 , 2045 m) , dan stasiun Kendil dengan lokasi (-07.5631 ,110.45855 ,1400 m) (Budi ,2000). Sensor seismik yang dipakai adalah sensor seismik Broadband STS2 yang dipasang di Stasiun Klatakan, Kendil dan Selo (Budi,2000). GambarIV.1 Posisi stasiun perekam gempa (sta) dan posisi epicenter gempa (A,B,C),( IASPE 91) Sedangkan data yang dipakai di dalam penelitian ini adalah data-data gempa dengan sumber yang telah diketahui sebelumnya yaitu gempa Taiwan (A) pada tanggal 1 Mei 1998 jam 23:30:21 GMT, gempa Laut Banda (B) yang terekam pada tanggal 9 November 1998 jam 05:31:00 GMT dan gempa Kepulauan Fiji yang terekam pada tanggal 14 Agustus 1998 jam 17:30:00 GMT. 17 Data pendukung yang dipakai dalam penelitian ini adalah tabel IASPE 91 ( International Association of Seismology and Physics of the Earth’s Interior) dan tabel PEPPSN ( Princeton Earth Physics Project Seismic Network ). IASPE 91 ini merupakan tabel yang berisi waktu tiba fase fase gelombang fungsi posisi lintang dan bujur (Kenneth,1991). Secara umum tabel ini dipakai sebagai pembanding hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Sedangkan PEPPSN merupakan database yang menyimpan semua informasi mengenai gempa gempa yang tercatat oleh jejaring seismogram seluruh dunia. IV.2.Pengolahan Data Pengolahan data secara berkesinambungan di dalam penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi tiga tahapan utama. Tahap yang pertama adalah pengolahan data awal yang meliputi kalibrasi rekaman data μVolt/s menjadi μmeter/s, koreksi bidang datar, pencuplikan ulang atau resampling , transformasi koordinat komponen seismometer dari komponen N, E, Z menjadi R, T, dan Z , dan akhirnya pemotongan sinyal. Keseluruhan proses di atas dilakukan dengan menggunakan software PITSA (Programmable Interactive Toolbox for Seismological Analysis) dengan system operasi LINUX (Suse Linux versi 8.1). Tahap kedua adalah aplikasi dari Transformasi Wavelet yang dilakukan untuk mengestimasi posisi onset time pada runtun waktu serta menganalisa kandungan frekuensinya. Hasil Transformasi Wavelet ini memiliki resolusi yang baik dalam kawasan waktu sehingga dipilih sebagai suatu alat bantu estimasi awal posisi onset time. Termasuk dalam tahap ini adalah dekomposisi sinyal , proses ini 18 dilakukan dengan cara mengurai sinyal dengan pita frekuensi sempit sehingga menghasilkan beberapa sinyal terurai dengan kandungan frekuensi yang khas. Penetapan jangkauan kandungan frekuensi sinyal yang akan diurai mengacu pada spektogram hasil transformasi Wavelet. Perangkat yang dipakai dalam tahap ini adalah penggunaan program berbahasa Fortran (Budi,2000) dengan basis sistem operasi LINUX. Tahap ketiga adalah aplikasi metode Filter Polarisasi untuk mencari nilai rektilinearitas. Filter ini dipakai secara spontan terhadap ketiga komponen data (R,T,Z) untuk tiap-tiap sinyal hasil dekomposisi. Hasil yang diperoleh adalah berupa nilai rektilinearitas dan composite rectilinearity function. Proses pada tahap ini dilakukan menggunakan perangkat Matlab versi 6.5 dengan basis sistem operasi Windows 2000. 19 Mulai Data tiga komponen Transformasi Wavelet Spektogram R,T,Z Dekomposisi Wavelet Filter Polarisasi Tabel IASPE 91 Rektilinearitas Fungsi Composite Rectilinearity (FCR) Error detik Onset Time ( maximum FCR ) Selesai Gambar IV.2. Diagram alir pengolahan data 20 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis spektrum dan analisis filter polarisasi .Analisis spektrum adalah analisis dalam kawasan frekuensi sedangkan analisis filter polarisasi dilakukan dalam kawasan waktu (Syaiful Bakti, 2001). V.1. Analisis Spektrum Analisis ini dilakukan dengan tujuan melokalisir kandungan frekuensi yang diduga mengandung informasi waktu tiba event gempa . Analisis spektrum ini dilakukan terhadap spektogram atau Power Spectrum hasil transformasi wavelet yang berisi gambaran frekuensi sinyal fungsi waktu. Hasil transformasi wavelet yang dilakukan dalam penelitian ini adalah spektogram seperti yang terlihat pada gambar V.1. Gambar V.1 memberikan informasi perkiraan onset time dari rekaman seismogram komponen Z (ditunjukkan dengan anak panah putus-putus), sedangkan spektrumnya terlokalisir oleh kotak warna merah pada sepektogram hasil transformasi wavelet. 21 Wf(u,s)2 0 -1 -2 x -3 -4 -5 0 100 200 300 400 500 600 700 800 0.95 0.9 0.85 0.8 0.75 0.7 0.65 0.6 0.55 0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 Waktu (detik) Gambar V.1.1. Perbandingan antara spektogram hasil transformasi wavelet dengan rekaman seismogram komponen Z gempa Taiwan yang terekam di stasiun Kendil tanggal 3 Mei 1998 jam 23:30:21 GMT. (Frekuensi = (log -1(xlog2)) Hz). Hasil analisa spektrum menuinjukkan bahwa frekuensi sinyal pada onset time terlokalisir pada 0.06 Hz – 0.16 Hz, berdasarkan informasi ini kemudian dilakukan penguraian sinyal menjadi beberapa segmen sinyal terurai yang mempunyai band frekuensi sempit menggunakan transformasi wavelet dan proses rekonstruksi sinyal. Dalam penelitian ini, sinyal gempa Taiwan di decompose menjadi 5 (lima ) segmen sinyal terurai dengan band frekuensi ≈ 0.04 Hz yang saling overlapping tiap segmen. Informasi mengenai parameter dekomposisi sinyal ditampilkan secara lengkap dalam table V.1.1., sedangkan hasil rekontruksi sinyal terurai ditunjukkan oleh gambar V.1.2. 22 Tabel V.1.1. Tabel dekomposisi sinyal gempa Taiwan menjadi 5 (lima) segmen sinyal terurai Segmen Interval skala Pita frekuensi (Hz) 1. 6.05 - 8.02 0.16-0.12 2. 6.96 – 9.22 0.13-0.10 3. 8.02 – 10.62 0.12-0.09 4. 9.22 – 12.23 0.10-0.07 5. 10.62 – 14.08 0.09-0.06 Gambar V.1.2. Seismogram komponen Z gempa Taiwan yang didekomposisi menjadi 5 (lima) segmen 23 Secara umum , spektogram hasil transformasi wavelet semua data yang dipakai di dalam penelitian ini mengindikasikan suatu band frekuensi yang hampir sama di sekitar onset time perkiraan, yaitu pita frekuensi antara 0.06 Hz – 0.16 Hz.. Dengan demikian parameter dekomposisi sinyal yang dilakukan dalam penelitian ini tetap mengacu pada tabel V.1.1. V.2. Analisis Filter Polarisasi Analisis filter polarisasi merupakan analisis data yang dilakukan dalam kawasan waktu dengan menggunakan sebuah filter yang didesain oleh Flinn (1950). Filter ini menerapakan suatu proses pemisahan sinyal berdasarkan polarisasi gelombangnya. Dasar utama filter ini adalah analisis terhadsap fungsi rektilinearitas suatu data runtun waktu, yaitu fungsi yang menjelaskan karakteristik derajat linearitas suatu gelombang. Fungsi rektilinearitas tiap skala ditampilkan pada gambar IV.1.3 di bawah ini Gambar IV.2.1. (A). Seismogram komponen Z dari gempa Taiwan, (B) Fungsi rektilinearitas tiap sinyal hasil dekomposisi wavelet.,(C) Fungsi Composite Rectilinearity sebagai onset time locator. 24 Dari gambar IV.2.1. terlihat adanya suatu kekonsistenan fungsi rektilinearitas mendekati 1 di semua skala, yaitu di sekitar detik ke 400. Sehingga jika dibuat fungsi rektilinearitas terpadu, maka hanya akan muncul sebuah puncak maksimum Fungsi rektilinearitas terpadu ini dipakai sebagai onset time locator, dimana puncak maksimum di perkirakan merupakan posisi waktu tiba. Gambar IV.2.2. Waktu tiba gelombang P ditentukan oleh puncak maksimum fungsi rektilinearitas terpadu.. Beradasarkan posisi puncak fungsi rektilinearitas terpadu di atas , diperoleh hasil bahwa onset time pada detik ke 396, jadi jika perekaman dimulai pada pukul 23: 30:21 GMT maka posisi onset time adalah pada pukul 23:36:56 GMT. Hasil ini mempunyai selisih waktu 1 detik lebih lambat dengan tabel waktu tiba yang diperoleh dari tabel IASPE 91 yaitu 23:36:55 GMT. Keakuratan penentuan onset time menggunakan fungsi linearitas terpadu ini tampak dari hasil perbesaran gambar IV.2.2. 25 Gambar IV.2.3. Posisi onset time menggunakan fungsi rektilinearitas terpadu (perbesaran) Jika dianggap tabel IASPE 91 sebagai acuan , maka tabel hasil penelitian secara lengkap pada lampiran B. menunjukkan perbandingan waktu tiba yang ditentukan dengan metode filter polarisasi ini relatif terhadap IASPE 91. 26 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Gempa tektonik yang terekam di satasiun pengamatan sesimik pada tanggal 1 Mei 1998, 9 November 1998, dan 14 Agustus 1998 mempunyai kandungan frekuensi disekitar onset time yang berkisar antara 0,06 Hz – 0,16 Hz . 2. Penentuan onset time ditunjukkan oleh harga maksimum fungsi Rektilinearitas Terpadu (Composiste Rectilinearity). 3. Besarnya selisih waktu onset time yang diperoleh dari penelitian ini dibandingkan dengan dengan perhitungan melalui tabel IASPE 91 berkisar antara 1 detik – 4 detik untuk data yang “bersih” dari noise berupa spike. VI.2. Saran Perlu dilakuakan penelitian serupa dengan menggunakan mother wavelet yang lain .