PENANGANAN EFEKTIF TERKINI PADA POST STROKE OLEH: Ns. CUT HUSNA, MNS STAF PENGAJAR FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA (BENDAHARA DPW PPNI ACEH) Stroke (serebrovascular disease) adalah kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak (WHO, 2010) Penyebab kematian No.3 di Indonesia dan di dunia Manifestasi klinik serangan stroke 1. Tiba-tiba hilang rasa dan kelemahan 2. Tiba-tiba bingung dan kesulitan berbicara 3. Tiba-tiba kesulitan melihat 4. Tiba-tiba kesulitan berjalan, pusing dan gangguan keseimbangan 5. Tiba-tiba sakit kepala berat GEJALA & MANIFESTASI KLINIS LANJUT POST STROKE 1. Hemiplagia 2. Gangguan pendengaran 3. Gangguan penglihatan (diplopia) 4. Gangguan bicara (disartria) 5. Inkontinensi urine 6. Ataksia dan pingsan 7. Ketidakmampuan mengendalikan emosi 8. Koma NURSING MANAGEMENT PADA PASIEN STROKE Perawatan preventif Perawatan kuratif Perawatan rehabilitatif dan promotif Perawatan Preventif Menyediakan informasi terkait stroke, faktor risiko, modifikasi gaya hidup, dan check-up secara teratur Idenfikasi individu yang berisiko terjadinya stroke (deteksi dini) Identifikasi dan promosi kegiatan yang berhubungan dengan modifikasi gaya hidup Perawatan Kuratif Identifikasi dan prioritas kebutuhan pasien Pengkajian neurologikal Rencanakan asuhan keperawatan berdasarkan kondisi pasien Pemenuhan kebutuhan fisiologi Mempertahankan keamanan dan kenyamanan Tindakan terapeutik Pencegahan infeksi dan komplikasi Perawatan spiritual and psikososial Perawatan Rehabilitatif dan Promotif 1. Meningkatkan fungsi organ (latihan ROM 2. Melibatkan keluarga dan pasien dalam pengambilan keputusan 3. Menyiapkan guidelines untuk perawatan di rumah (discharge planning) 4. Modifikasi gaya hidup berdasarkan faktor risiko 5. Kemampuan beradaptasi terhadap ketidakmampuannya Masalah dan perawatan suportif pada pasien post stroke Malnutrisi Aspirasi Gangguan BAB dan BAK Decubitus Depresi Deep vein thrombosis (DVT) Abnormalitas sendi Pulmonary embolism Kontraktur Manajemen nutrisi dan cairan Observasi tanda dan gejala dysphagia termasuk batuk dan tersedak Hambatan menelan akibat kelemahan pada otot wajah dan pharing Awasi risiko tersedak “Silent aspirators” Cont’ Manajemen nutrisi dan cairan Identifikasi risiko aspirasi dan atur diet sesuai dengan kebutuhannya Evaluasi status nutrisi pasien Evaluasi kemampuan menelan karena risiko “silent aspirators” yang dapat menyebabkan pneumonia Makanan dan cairan harus memenuhi kebutuhan nutrisi (lembek atau cair) Perawatan Masalah BAK/BAB Konstipasi masalah yang sering terjadi Kaji pola BAB pasien Kaji suara usus, distensi adomen, dan evaluasi status hidrasi dan pemasukan cairan Pemberian laksatif, suppositoria, dan enema untuk mencegah konstipasi Enema diberikan bila pemberian laksatif dan suppositoria tidak efektif setelah 3 hari Con’t Perawatan Masalah BAK/BAB Kateter indwelling harus segera dilepaskan untuk menghindari iatrogenic infeksi Kateter intermitten dapat dipasang untuk melatih kembali fungsi bladder Monitor tanda-tanda infeksi saluran kemih Disfungsi BAK dan BAB penurunan harga diri dan depresi hambatan rehabilitasi Deep Vein Thrombosis (DVT) Pasien stroke berisiko DVT dengan paralisis ektremitas bawah Pencegahan efektif DVT mobilisasi dini mengurangi pneumonia dan ulkus decubitus Tidak mampu untuk melakukan ambulasi, maka latihan ROM pasif dapat dilakukan pada 24 jam pertama pada fase akut Pemberian subcutaneous heparin digunakan apabila tidak ada kontraindikasi dalam penggunaan anti trombotic Mobilisasi dan sistem musculoskeletal Immobilisasi dapat menyebabkan kontraktur, atropi otot dan penekanan sistem saraf Intervensi keperawatanlatihan ROM aktif dan pengaturan posisi pada 24 jam pertama dapat mencegah kontraktur, atropi otot dan komplikasi orthopedic lainnya Ingat…pengaturan posisi dan latihan ROM yang salah dapat menyebabkan nyeri pada bahu dan tangan Perawatan Kulit Pasien stroke sangat berisiko terjadinya kerusakan kulit karena kekurangan sensasi dan sirkulasi Perubahan posisi tidak lebih dari lebih dari 2 jam Inkontinensia urine dan alvi dapat menyebabkan risiko kerusakan kulit Kulit pasien harus dijaga tetap kering dan bersih Sediakan matras/kasur anti decubitus yang dapat mencegah terjadinya perkembangan dekubitus Depresi Depresi adalah masalah sering pada pasien stroke sebagai dampak dari perubahan fisik dan kimia dari otak Hasil studi menunjukkan bahwa pasien dengan left frontal infarct 70% menyebabkan depresi Identifikasi tanda-tanda depresi untuk memperoleh anti depressan Depresi dapat juga terjadi setelah dirawat di RS Insidence Post Stroke Depression (PSD) Terdapat 1/3 pasien dengan pengalaman depresi adanya riwayat stroke (Hacket, et al., 2005) Terdapat 19,3% dengan depresi berat dan 18,5% dengan depresi ringan selama perawatan (Robinson, 2003) Tidak ada perbedaan signifikan antara stroke hemorragik atau infark terhadap PSD Yang Berhubungan dengan Post Stroke Depression (PSD) Pemulihan fungsional yang kurang baik dapat menunda pemulihan sampai 2 tahun depresi Sosial ekonomi yang kurang Mengurangi kualitas hidup Mengurangi rehabilitasi dan efisiensi pengobatan Meningkatkan gangguan kognitif Meningkatkan mortalitas EBP Post Stroke Depression 40% PSD akan menunjukkan gejala dalam 3 bulan 30% pasien akan menjadi depresi setelah di pulangkan dari RS Banyak pasien dengan PSD gejala-gejalanya terus meningkat dalam waktu 6 bulan Penyebab PSD berbeda untuk depresi ringan dan berat PSD dan Angka Kematian Pasien dangan PSD ringan dan berat 3,4 kali lebih tinggi mortalitasnya dalam 10 tahun setelah post stroke dari non PSD Pasien dengan PSD dan kurang kontak sosial dapat meningkatkan rata-rata mortalitas sampai 90% Gangguan Neurological Gangguan tingkat kesadaran Gangguan kognitif Gangguan memorik Gangguan belajar Gangguan motorik Gangguan keseimbangan dan koordinasi Gangguan penglihatan Gangguan bicara dan bahasa Gangguan menelan Gangguan afek Gangguan Neurological Posisi lateral atau prone untuk mempertahankan airway Pasien umumnya membutuhkan suctioning pharingeal krn ketidakmampuan membersihkan dan berisiko terjadi aspirasi Pasien dengan gangguan kognitif dapat mempengaruhi upaya rehabilitasi Gangguan motorik yang paling umum adalah kelemahan, paralysis, gangguan koordinasi, dan gerakan involunter Neurological deficits Gangguan somatosensory seperti dysesthesia atau hyperesthesia Gangguan komunikasi mencapai 40% pada pasien stroke Aphasia Gangguan bicara, ekspresi verbal, membaca dan menulis Patient/family education Rehabilitasi segera dilakukan pada berbagai usia (butuh waktu 1 tahun utk pemulihan) Partisipasi keluarga dalam proses rehabilitasi pasien (fisioterapi, terapi wicara, terapi okupasional) untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari Rehabilitasi Bertujuan mengembalikan kemampuan fungsi tubuh secara maksimal Melibatkan Interdisciplinary team physicians, nurses, speechlanguage therapists, psychologists, social workers, recreational therapists. Tujuan Rehabilitasi dan Therapi Mencegah dan mengobati masalah/penyakit Memaksimalkan kemandirian pasien Meningkatkan gaya hidup sehat Mengintergrasikan pasien di rumah dan masyarakat Meningkatkan kualitas hidup Menfasilitasi kebutuhan psychologis dan adaptasi sosial Rehabilitasi dimulai segera setelah pasien di pulangkan dari RS setalah fase akut Pasien di rawat di unit stroke Setelah rehabilitasi post stroke 70-80% pasien dapat berjalan secara mandiri Hanya 15-20% dari pasien yang tidak mampu berjalan secara mandiri Intervensi untuk mencegah komplikasi medis Latihan bernapas dalam dan batuk efektif Mobilisasi dan ambulasi dini Melakukan ADL tanpa bantuan Evaluasi kemampuan menelan Mengajari duduk di kursi Mengatasi gangguan tidur Perawatan kulit Evaluasi kemampuan komunikasi Faktor Comorbiditi Pasien Stroke Hipertensi (45-67%) Penyakit jantung (20-32%) Kegemukan (12-22%) Diabetes mellitus (10-22%) Arthritis (12-22%) Congestive heart failure (5-8%) Pendidikan pasien stroke 1. Apa itu stroke? 2. Apakah stroke ischemic or hemorrhagic? 3. Tanda dan gejala stroke 4. Apakah yang di lakukan untuk mencegah stroke kedepan? (a) Obat-obatan (b) Pemantauan tekanan darah (c) Aktivitas (d) Diet (e) Monitoring dan follow-up 5. Komplikasi umum: (a) dysphagia (b) Kerusakan kulit (c) Inkontinensia urine dan inkontinensia alvi (d) Perubahan prilaku (e) Kontraktur (f) Kejang (g) Depresi 6. Apa yang akan dilakukan? (a) Rehabilitasi (b) Pemulihan/prognosis Hasil yang diharapkan Pasien tidak mengalami: Komplikasi respirasi seperti pneumonia, emboli dan anoxia peningkatan gangguan neurologik Seizures Malnutrisi Kerusakan kulit Kontraktur Gangguan komunikasi Retensi BAK dan BAB Deep vein thrombosis (DVT) Depresi Injury Hasil yang diharapkan Belajar teknik menelan dan latihan makan Belajar tanda dan gejala serangan stroke berulang Belajar cara mengontrol TD dan minum obat Belajar tentang seizure, pengamanan yang dilakukan, pengobatan dan bantuan kedaruratan pada seizure Belajar modifikasi diet yang tepat, praktik menelan yang aman, pentingnya latihan dan pemantauan BB Belajar teknik posisi yang tepat duduk di kursi dan di tempat tidur dan teknik pemindahan yang aman dari tempat tidur ke kursi Hasil yang diharapkan Belajar latihan ROM aktif dan pasif Memperoleh kemajuan dalam kemampuan berkomunikasi Belajar cara mempertahankan BAK dan BAB. dan waktu melakukan latihan Mampu mengenal tanda dan gejala deep vein thrombosis and pulmonary embolism dan upaya pencegahan Belajar tanda dan gejala depresi dan mencari bantuannya Belajar tentang keamanan bagi pasien berhubungan teknik ambulasi, pencegahan risiko jatuh dan gangguan penglihatan Pengkajian pada fase pasca akut Status mental (memori, rentang perhatian, persepsi, orientasi, afek, bicara/bahasa) Sensasi dan persepsi (penurunan kesadaran) Kontrol motorik (kemampuan menelan, status nutrisi dan hidrasi, integritas kulit, toleransi aktivitas, fungsi usus dan kandung kemih) Gangguan fungsi dalam melakukan aktivitas sehari-hari Diagnosa keperawatan 1. Hambatan mobilitas fisik 2. Nyeri akut 3. Defisit perawatan diri 4. Gangguan persepsi sensorik 5. Gangguan menelan 6. Gangguan eliminasi urine 7. Gangguan proses pikir 8. Hambatan komunikasi verbal 9. Risiko kerusakan integritas kulit 10.Gangguan proses keluarga 11.Disfungsi seksual bhd defisit neurologik Masalah kolaboratif Penurunan aliran darah serebral akibat peningkatan TIK Penghantaran oksigen ke otak tidak adekuat Pneumonia Perencanaan Peningkatan mobilitas Pencegahan nyeri bahu Tercapainya perawatan diri Redanya deprivasi sensorik dan persepsi Pencegahan aspirasi Kontinensia usus dan kandung kemih Peningkatan proses pikir Mencapai bentuk komunikasi Mempertahankan integritas kulit Mengembalikan fungsi keluarga Meningkatkan fungsi seksual Tidak adanya komplikasi Intervensi 1. Meningkatkan mobilitas dan mencegah deformitas Posisi untuk mencegah kontraktur dan kesejajaran tubuh yang baik Pasang bebat di malam hari untuk mencegah fleksi esktremitas Tinggikan lengan yang terganggu untuk mencegah edema dan fibrosis Ganti posisi setiap 2 jam 2. Menetapkan program olahraga Lakukan latihan ROM 4-5 kali sehari untuk mempertahankan mobilitas sendi Lakukan olahraga untuk mencegah stasis vena Pantau tanda embolus pulmonal kerja jantung berlebihan selama berolahraga (seperti sesak napas, nyeri dada, sianosis, dll) Dorong pasien menggunakan sisi tubuh yang tidak terganggu sepanjang hari 3. Mempersiapkan ambulasi Memulai program rehabiliatasi aktif Mempertahankan keseimbangan dalam posisi duduk dan berdiri Latihan berjalan dan menggunakan kursi roda Sesi latihan yang sering tapi singkat 4. Mencegah nyeri bahu Jangan mengangkat atau menarik bahu yang terganggu Pergerakan dan pengaturan posisi secara benar Latihan ROM secara teratur dan menghindar pergerakan yang berlebihan Tinggikan lengan untuk mencegah edema 5. Meningkatkan perawatan diri Jaga kebersihan personal Gunakan sisi tubuh yang tidak terganggu untuk di fungsikan dalam perawatan diri Bantu aktivitas berpakaian Berikan dukungan emosional dan penguatan 6. Menangani kesulitan persepsi sensorik Stimulus visual pada sisi yang utuh Kontak mata dengan pasien dan tarik perhatian ke sisi yang terganggu Tingkatkan pencahayaan yang cukup 7. Membantu pemberian nutrisi Awasi regurgitasi nasal atau tersedak ketika menelan makanan Duduk dengan tegak ketika makan (lebih baik di atas kursi) Persiapkan makanan melalui NGT jika diindikasikan 8. Mendapatkan kontrol defekasi dan berkemih Pasang kateter urine selama kontrol spincter mengalami gangguan Analisa pola berkemih dan sediakan pispot bila diperlukan Berikan diet tinggi serat dan asupan cairan yang adekuat 9. Meningkatkan proses pikir Program latihan terstruktur (persepsi kognitif, imajinasi visual, orientasi realitas, dll) Pantau performa kemajuan, umpan balik positif, tukarkan sikap percaya diri dan penuh harapan 10. Meningkatkan komunikasi Lingkungan yang kondusif untuk komunikasi Dukungan emosional yang kuat Konsisten dalam jadwal, rutinitas dan pengulangan Bicara perlahan dan instruksi dalam satu waktu 11. Mempertahankan integritas kulit Kaji tanda-tanda kerusakan pada kulit Gunakan matras yang lembut dan mengurangi tekanan Ubah posisi setiap 2 jam Kulit tetap dijaga kering dan bersih Masase kulit secara perlahan untuk mempertahankan nutrisi kulit adekuat 12. Meningkatkan koping keluarga Konseling dan beri dukungan pada keluarga Penatalaksanaan stres dan koping keluarga Informasi keluarga mengenai prognosis dan perawatan stroke Manfaatkan sumber dukungan yang adekuat Sediakan support sistem dengan sikap optimis dan suportif 13. Membantu pasien menghadapi disfungsi seksual Riwayat seksual sebelum dan setelah stroke Informasi relevan, konseling dan ketrampilan koping Posisi seksual alternatif dan kepuasan seksual 14. Meningkatkan asuhan di rumah dan di komunitas Perawatan diri semaksimal mungkin Terapi okupasional untuk memandirikan pasien Bantu keluarga dalam merencanakan perawatan Informasi keluarga tentang dampak dari post stroke (depresi, sedih, marah, iritabel,dll) Terapi wicara di rumah Terapi terhadap depresi anti depressan dan support system Adanya community club stroke Menjalani aktivitas atau hobby yang disukai Evaluasi Mencapai mobilitas yang lebih baik Tidak mengalami keluhan nyeri Mencapai perawatan diri yang adekuat Mendemontrasikan menelan dengan aman Mencapai eliminasi usus dan kandung kemih dengan baik Menunjukkan peningkatan komunikasi Berpartisipasi dalam program peningkatan kognitif Menjaga keutuhan kulit tanpa kerusakan Anggota keluarga menunjukkan sikap positif dan mekanisme koping adaptif