Kekayaan Mineral di Malang Masih Terabaikan Click here to enter

advertisement
Kekayaan Mineral di Malang Masih Terabaikan
Click here to enter text.
by Rian Piarna
Sutoyo saat memperlihatkan temuan batu mulia pada
peserta pelatihan
Pusat Penelitian Peradaban (P3) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LPPM) Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya (UB) bekerjasama dengan Perkumpulan
Mutumanikam Nusantara pada Senin (21/10) menyelenggarakan Pelatihan MineralogiMetalurgi "Menguak Kekayaan Mineral Malang Raya yang terabaikan (emas, perak, logam dan
batu mulia)" di Auditorium Fakultas Hukum (FH) lantai enam.
Ketua LPPM UB Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS. menyampaikan Indonesia itu sangat kaya
dengan kekayaan sumber daya mineral namun masih belum dikelola secara maksimal.
Penelitian di UB sendiri sangat banyak dengan dana yang besar.Sehingga harapannya dana
penelitian tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat dan digunakan sesuai dengan payung
penelitian UB.
“Saya berharap dengan kegiatan ini bisa menjadikan peserta yang hadir paham akan
pengelolaan mineral di tanah air dengan perkembangan teknologi yang berkembang,”
ungkapnya.
Dr. Jazim Hamidi, SH., MH. selaku sekretaris P3 menyampaikan kegiatan ini dilakukan melihat
potensi sumber daya mineral di Indonesia sangat banyak namun belum dikelola dengan baik.
“Potret tentang pertambangan di Indonesia secara Yuridis ketentuannya diatur dalam UU
No.11 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan,” ungkapnya.
Hukum pertambangan merupakan seperangkat aturan yang bertujuan untuk melindungi
kepentingan bangsa yang berkaitan dengan industri pertambangan dan untuk meminimalkan
konflik antara perusahaan tambang dan memberikan penjelasan yang bersifat umum kepada
siapa saja yang mempunyai hak-hak untuk melakukan kegiatan pertambangan.
“Namun permasalahan pertambangan di Indonesia masih saja terjadi mislanya di Kalimantan
Timur terjadi konflik pencemaran kawasan hutan adat oleh PT Nikel,” jelasnya.
Jazim kemudian memaparkan potensi kekayaan sumber daya alam mineral yang ada di Malang
sangat banyak misalnya di Malang selatan banyak batu mineral yang memiliki nilai tinggi oleh
masyarakat karena tidak tahu dijadikan bahan jalan makadam. Hal ini terjadi karena belum ada
pemberian pemahaman kepada masyarakat, anggaran dana dan payung hukum.
“Tenaga ahli juga masih belum banyak sehingga UB sebagai perguruan tinggi terpanggil untuk
bekerjasama dengan para praktisi melakukan ekspedisi mineralogi,” ungkapnya.
Sutoyo Bsc. Pakar Metalurgi menyampaikan sejak dulu bangsa Indonesia menjadi incaran
bangsa lain karena memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Pada jaman kerajaan,
seorang raja mampu mengumpulkan prajurit ribuan orang dan membeli peralatan perang
dalam jumlah yang besar.
“Hal ini bisa diukur dengan seberapa besar penguasa mampu mengumpulkan kekayaan yang
bisa dipanen setiap harinya berupa uang logam yang terbuat dari emas, perak dan tembaga,”
paparnya.
Bangsa ini juga dikenal dengan sebutan bangsa Jina (bangsa penakluk) karena menguasai dua
pertiga dunia dan disebut bangsa Syin karena keturunan besar bangsa syailendra yang dahulu
mampu mengajarkan peradaban ke bangsa-bangsa lain.
“Namun kekayaan mineral ini juga telah banyak diambil oleh bangsa lain. Menurut Data Bank
Indonesia Malang menyebutkan terakhir belanda pada 1942 mengangkut 90 ton emas,”
jelasnya.
Potensi mineral batu mulia yang ada di pulau jawa ini sudah diketahui oleh bangsa lain mereka
telah lebih dulu membeli tanah yang memiliki potensi ini seperti negara Australia yang sudah
memiliki lahan seluas 5000 ha di Malang Selatan, Terenggalek-Tulungagung 4000 ha dan
daerah Pacitan-Wonogiri seluas 1000 ha.
“Kondisi seperti ini harus disebarkan kepada generasi muda khususnya mahasiswa yang
memiliki ilmu di berbagai bidang. Jangan sampai kita terus dirampok dengan bangkit
memberikan tentang rahasia besar ini,” tegasnya. [rian]
[ rian ]
Hubungan Masyarakat
Universitas Brawijaya
www.prasetya.ub.ac.id
Rabu, 23 Oktober 2013
Download