E. Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi

advertisement
PENYUSUNAN DAN PERUMUSAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN
SISTEM INFORMASI HIDROLOGI, HIDROMETEOROLOGI DAN
HIDROGEOLOGI
PADA TINGKAT NASIONAL
Rancangan Kebijakan
Dewan Sumber Daya Air Nasional
2010
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. i
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................................................................1
A.
Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B.
Maksud dan Tujuan .................................................................................................................... 2
C.
Sasaran dan Manfaat .................................................................................................................. 2
D.
Landasan Hukum ........................................................................................................................ 2
D.
Metode ....................................................................................................................................... 3
E.
Istilah-istilah ............................................................................................................................... 5
BAB II MATERI DAN RUANG LINGKUP ...................................................................................................7
A.
Asas dan Tujuan.......................................................................................................................... 7
C.
Konsepsi Kebijakan ..................................................................................................................... 8
D.
Hubungan Kebijakan, Strategi dan Program .............................................................................. 9
E.
Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi ............................................................................................................................. 10
IV.
PERMASALAHAN .......................................................................................................................11
A.
Permasalahan Umum ............................................................................................................... 11
B.
Permasalahan Hidrologi ........................................................................................................... 14
C.
Permasalahan Hidrometeorologi ............................................................................................. 16
D.
Permasalahan Hidrogeologi ..................................................................................................... 18
V.
RANCANGAN KEBIJAKAN ...........................................................................................................21
A.
Lingkup Kebijakan SIH3 Umum ................................................................................................. 21
B.
Lingkup Kebijakan SIH3 terkait Hidrologi ................................................................................. 26
C.
Lingkup Kebijakan SIH3 terkait Hidrometeorologi ................................................................... 28
D.
Lingkup Kebijakan SIH3 terkait Hidrogeologi ........................................................................... 30
VI.
ARSITEKTUR DAN INTEGRASI SISTEM INFORMASI HINDROLOGI, HIDROMETEOROLOGI DAN
HIDROGEOLOGI .........................................................................................................................33
A.
Bagan Alir Simpul Hidrologi (Basis Data Hidrologi Nasional) ................................................... 33
B.
Bagan Alir Simpul Hidrometeorologi (Basis Data Hidrometeorologi Nasional) ....................... 35
C.
Bagan Alir Simpul Hidrometeorologi (Basis Data Hidrometeorologi Nasional) ....................... 36
D.
Integrasi Ketiga Simpul Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan Hidrogeologi...... 37
VII.
RANCANGAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI ...................................................................39
A.
Kelembagaan ............................................................................................................................ 39
B.
Pengelolaan .............................................................................................................................. 42
C.
Teknologi .................................................................................................................................. 45
D.
Pembiayaan .............................................................................................................................. 48
-- i --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, yang mempunyai 2 (dua) musim yang ekstrim.
Tingginya angka kerusakan hutan di daerah aliran sungai sangat berpengaruh pada tingkat
ketersediaan air pada musim kemarau dan sebaliknya mengakibatkan bencana banjir yang selalu
datang pada musim penghujan.
Banyaknya bencana yang di akibatkan oleh air, sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat
baik bidang ekonomi, transportasi, lingkungan, jalur telekomunikasi, dan kesehatan. Oleh karena
itu, usaha ke arah lingkungan hidup yang baik menjadi sangat penting, terutama yang
berhubungan dengan aspek sumber daya air.
Disamping itu disadari bahwa air merupakan unsur utama kehidupan. Tanpa air tidak mungkin
ada kehidupan. Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang terdiri dari ribuan pulau dan
dikelilingi oleh perairan yg mencakup lebih dari 60% wilayah kedaulatan negara, mempunyai dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Walaupun musim kemarau, masih dijumpai juga
adanya curah hujan, karena kondisi troposfer di Indonesia cukup banyak mendapat uap air dari
hasil pemanasan permukaan bumi oleh radiasi matahari yang melimpah, yang kemudian dibawa
ke atas oleh angin dan mekanisme pegunungan ataupun proses konveksi sehingga tejadi
kondensasi dan terbentuk awan, yang akhirnya jatuh lagi ke permukaan bumi sebagai hujan.
Sebagian hujan yang jatuh, menguap dan masuk ke dalam atmosfer lagi, sebagian mengalir
sebagai aliran permukaan, dan sebagian lagi masuk ke dalam tanah yang lebih dalam, menjadi
bagian dari air tanah.
Keberadaan air di atmosfer (hidrometeorologi), di permukaan bumi (hidrologi) dan di dalam bumi
(hidrogeologi) yang membentuk siklus hidrologi, wajib dan harus selalu diamati, dicatat dan
dihimpun, diarsipkan dalam database yang mudah dipertukarkan dan dimanfaatkan, yang akan
menjadi aset negara yang sangat berguna bagi pemerintah yang berkuasa dalam melaksanakan
pengelolaan sumber daya air untuk pembangunan nasional yang berkelanjutan dengan tujuan
mensejahterakan rakyat dan bangsa.
Pelaksanaan produk pengaturan, data yang akurat, dan ketersediaan informasi yang cukup
merupakan hal yang sangat penting dalam mengelola sumber daya air. Tanpa ketersediaan
informasi, maka perencanaan kebijakan, strategi, program dan kegiatan pengelolaan sumber
daya air berpotensi mengalami kekeliruan. Oleh karena itu agar pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air sebagai aset negara dapat berhasil dengan baik, maka perlu diatur pengelolaannya
dalam kebijakan pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi
yang bersifat nasional yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
Dewan Sumber Daya Air berperan merumuskan kebijakan pengelolaan sistem informasi H3 yang
dapat membantu formulasi kebijakan dan strategi penanganan permasalahan yang berkaitan
dengan sumber daya air, untuk keperluan tersebut rumusan kebijakan pengelolaan sistem
informasi perlu disusun terlebih dahulu. Idealnya, sistem informasi yang akan dibangun
merupakan sistem yang terintegrasi dan berskala nasional dengan melibatkan berbagai pihak,
baik instansi pemerintah pusat dan daerah, maupun pihak pemangku kepentingan lainnya yang
terkait dengan pengelolaan sumberdaya air. Untuk itu diperlukan suatu Kegiatan Penyusunan dan
Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nassional.
-- 1 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
B. Maksud dan Tujuan
Rumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi
(SIH3) dalam bentuk Draft Naskah Rancangan Kebijakan ini dimaksudkan untuk digunakan
sebagai acuan bagi pemerintah pusat dan daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
pembentukan kebijakan yang mengatur pelaksanaan pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi,
Hidrometeorologi dan Hidrogeologi baik pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
serta wilayah sungai.
Rumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi
(SIH3) dalam bentuk Draft Naskah Rancangan Kebijakan ini ditujukan untuk menghasilkan
Kebijakan Pengelolaan SIH3 yang dapat mewujudkan ketertiban penyediaan informasi serta
kredibilitas informasi mengenai Hidrologi, Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi.
C. Sasaran dan Manfaat
Sasaran dari Rumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi (SIH3) dalam bentuk Draft Naskah Rancangan Kebijakan ini adalah :
a) Tersusunnya acuan Kebijakan Pengelolaan SIH3, bagi pemerintah pusat dan daerah dan
pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi,
Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi pada semua tingkatan,
b) Tersedianya arahan strategis bagi pemerintah pusat dan daerah serta pemangku kepentingan
lainnya dalam merumuskan Kebijakan Pengelolaan SIH3 untuk menyediakan dan mengelola
informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi pada semua tingkatan.
Manfaat dari Rumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi (SIH3) dalam bentuk Draft Naskah Rancangan Kebijakan ini adalah akan
terselenggaranya sistem informasi yang dapat :
a) Mendukung proses pengelolaan sumber daya air,
b) Menjamin tersedianya data dan informasi sumber daya air yang cepat, akurat dan mudah
diakses oleh semua yang berkepentingan dan masyarakat luar (untuk informasi yang bersifat
khusus).
c) Memberikan gambaran lengkap tentang keadaan neraca air secara umum.
D. Landasan Hukum
Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan draft Rumusan Kebijakan Pengelolaan
Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi (SIH3) dalam bentuk Draft Naskah
Rancangan Kebijakan ini meliputi:
a. Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang sumber daya air
b. Peraturan Pemerinah No. 42 tahun 2008, tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
c. Peraturan Presiden No. 12 tahun 2008, tentang Dewan Sumber Daya Air, dan
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 04/PRT/M/2008, tentang Pedoman Pembentukan
Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan
wilayah sungai.
e. Peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan pengelolaan hidrologi, hidrometeorologi,
dan hidrogeologi.
-- 2 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
D. Metode
Mengingat Kebijakan yang akan disusun ini berlaku secara nasional dan memadukan banyak
kepentingan terkait dengan pengelolaan sumberdaya air, maka pendekatan yang digunakan
dalam perumusan kebijakan ini berupa riset aksi kebijakan, yang dilakukan dengan melibatkan
berbagai pihak yang berkepentingan dari berbagai kalangan baik dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, perguruan tinggi, pers, LSM maupun industri. Riset aksi kebijakan ini
dilaksanakan melalui pertukaran informasi dan konsultasi publik yang diselenggarakan dalam
beberapa pertemuan kelompok diskusi terfokus (Focus Group Discussions atau FGD) mengenai
implementasi dan dampak kebijakan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi dalam mendukung Sistem Informasi Sumber Daya Air Nasional.
Hasil dari pelaksanaan riset kebijakan tersebut yang diperoleh melalui mekanisme
penyelenggaraan serangkaian FGD dituangkan dalam dokumen-dokumen tertulis yang
dirumuskan oleh Tim Teknis, yang terdiri atas : para praktisi dari berbagai instansi yang terkait
dan beberapa orang tenaga ahli. Output/Luaran tertulis yang dihasilkan setiap sesi tersebut
kemudian didistribusikan pada masing-masing pihak yang terlibat untuk dikaji selanjutnya
dilakukan telaahan dan revisi pada sesi berikutnya.
Kebijakan yang disusun meliputi elemen-elemen kebijakan sebagai berikut :
a) Konseptualisasi rumusan masalah yang akan diatasi,
b) Cara untuk mengatasi masalah tersebut,
c) Tujuan yang akan dicapai,
d) Aktor atau organisasi yang akan mengimplementasikannya,
e) Instrumen atau perangkat untuk melaksanakan kebijakan tersebut,
f)
Aturan untuk menggunakan instrumen tersebut (SOP),
g) Kelompok sasaran kebijakan (target group).
Dengan memperhatikan berbagai Landasan Hukum sebagaimana telah disebutkan di atas, maka
arah penyusunan Rumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi
dan Hidrogeologi (SIH3) dalam bentuk Draft Naskah Rancangan Kebijakan ini dapat
dikelompokkan pada 5 (lima) Isu Pokok terkait dengan pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi,
Hidrometeorologi dan Hidrogeologi sebagai berikut :
a) Kelembagaan, yang meilputi hal-hal pokok sebagai berikut :

Organisasi Dan Pengelola (Clearing House)

Tugas Dan Tanggung Jawab Pengelola

Mekanisme Dan Hub. Kerja Dgn Instansi Terkait Lainnya

Peningkatan Kapasitas Sdm

Peralatan

Wewenang Dan Tanggung Jawab Pemerintah; Pemerintah Daerah (Prop/Kab/Kota)

Hak Dan Kewajiban Masyarakat
-- 3 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
b) Pengelolaan, yang terdiri dari konsep-konsep pembahasan mengenai hal-hal seperti :

Perencanaan

Inventarisasi

Pengolahan/Analisis Data Dan Informasi

Operasi Dan Pemeliharaan

Pengawasan

Pemanfaatan Informasi

Diseminasi Informasi
c) Teknologi, meliputi pembahasan disekitar masalah-masalah pokok

Kompatibilitas Sistem

Pengumpulan Dan Komunikasi Data

Metoda Pengolahan Dan Analisis Data

Pertukaran Dan Pengintegrasian Data

Format Sajian
d) Pemberdayaan Masyarakat, yang meliputi

Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Pendidikan Masyarakat terkait Pengelolaan SIH3

Peran Serta Masyarakat dalam membangun dan memelihara sarana dan prasarana SIH3
e) Pembiayaan, terdiri dari bahasan-bahasan mengenai :

Komponen Pembiayaan.

Sumber Pembiayaan

Kerjasama Pembiayaan
Ke-enam Isu-isu Pokok tersebut kemudian dikelompokan dalam subyek-subyek rinci untuk
mempermudah bahasan dalam Konsepsi Pengaturannya nanti. Selain itu pembahasan setiap Isuisu Pokok diarahkan pada pembahasan mengenai :
1) Kondisi saat ini, yang memberikan gambaran potret keadaan masa kini terkait dengan
masing-maisng Isu Pokok diatas
2) Harapan, yang memberikan kondisi ideal yang ingin dicapai terkait dengan masing-maisng Isu
Pokok di atas.
3) Permasalahan, yang merupakan kesenjangan (Gap) antara Harapan dan Kondisi saat ini.
4) Strategi, berisi rencana kedepan berupa strategi-strategi yang perlu dilakukan dalam
mengatasi kesenjangan antara Harapan dan Kondisi saat ini.
5) Kebijakan, yaitu kebijakan-kebijakan yang perlu disusun untuk suksenya pelaksanaan rencana
dan strategi-strategi yang akan dilakukan.
-- 4 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
Berdasarkan Matriks Pemetaan Masalah maka dapat disimpulkan pokok-pokok permasalahan
yang perlu diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan yang kemudian disusun konsepsi
pengaturannya dengan merumuskan :
a) urgensi dan tujuan penyusunan
b) sasaran yang ingin diwujudkan
c) pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur
d) jangkauan serta arah pengaturan.
Seperti pada Matriks Pemetaan Masalah penyusunan Konsepsi Pengaturan juga dilakukan dengan
memperhatikan Isu-isu Pokok terkait dengan pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi,
Hidrometeorologi dan Hidrogeologi : Kebijakan, Kewenangan, Pengelolaan, Teknologi,
Pemberdayaan Masyarakat dan Pembiayaan.
E. Istilah-istilah
Menjelaskan ruang lingkup pengertian istilah-istilah yang dipakai dalam Draft Naskah Rancangan
Kebijakan.
DATA : Adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau
kesimpulan).
BASIS DATA : Kumpulan data yang terorganisasi untuk melayani berbagai aplikasi pada saat
bersamaan dengan melakukan penyimpanan dan pengelolaan data sehingga data tersebut
nampak di satu lokasi.
INFORMASI : Adalah data yang telah diproses/diolah dan mengandung arti bagi penerima untuk
pengambilan keputusan pada suatu saat tertentu dan kebutuhan tertentu.
DATA DAN INFORMASI SPASIAL : Adalah data dan informasi yang mempunyai komponen
keruangan (bergeoreferensi), dalam arti mempunyai informasi letak baik terhadap garis bujur
maupun garis lintang.
CLEARINGHOUSE : Adalah suatu konsep sistem pengelolaan data dan informasi secara
terdistribusi yang berisi metadata dengan standar yang ditentukan dan dapat diakses melalui
simpul-simpul jejaring sistem informasi secara terintegrasi.
LEMBAGA CLEARINGHOUSE : Adalah lembaga pengelola sistem informasi yang mencakup
jejaring kelembagaan, kumpulan data dasar berikut standar-standar dan petunjuk teknis,
teknologi, peraturan perundang-undangan dan kebijakan-kebijakan, serta sumber daya manusia
yang diperlukan untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, mendistribusikan, dan
meningkatkan pemanfaatan data.
KASTODIAN (Custodian) : Adalah masing-masing institusi yang bertanggung jawab terhadap
penyediaan, pengelolaan dan distribusi data utama tertentu yang sesuai dengan standar yang
diakui yang terkait dalam jejaring Lembaga Clearinghouse.
STANDAR : Adalah tingkatan kualitas suatu ketentuan teknis yang dibakukan berdasarkan
konsensus semua pihak terkait dengan memperhatikan syarat-syarat tertentu, serta berdasarkan
pengalaman, perkembangan masa kini dan masa datang untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya dan berlaku secara nasional.
-- 5 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
STANDARDISASI : Adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar,
dilaksanakan secara tertib dan kerjasama semua pihak.
DATASET / DATA UTAMA : Suatu set data (kumpulan data) terstruktur yang mempunyai tema dan
atribut yang sama
DATASET FUNDAMENTAL : Adalah dataset geospasial yang bukan turunan dari data lain dan
banyak institusi memperoleh keuntungan yang signifikan dari data tersebut.
METADATA : Adalah data tentang data; data yang menyajikan informasi mengenai isi, kualitas
dan karakteristik lain dari data tersebut.
-- 6 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
BAB II MATERI DAN RUANG LINGKUP
Pembahasan gambaran umum Materi dan Ruang Lingkup peraturan perundangan yang akan
dibuat. Pada umumnya materi atau ruang lingkup peraturan perundang-undangan terdiri dari
A. Asas dan Tujuan
Asas dan Tujuan peraturan perundangan yang akan dibuat berupa nilai-nilai dasar yang akan
mengilhami norma pengaturan selanjutnya. Dengan demikian ruang lingkup pengaturan
peraturan perundang-undangan yang akan disusun tidak terlepas dari asas dan tujuan dari
peraturan perundang-undangan itu sendiri.
Azas dari Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi antara lain
mencakup :

Sumber daya air adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa.

Air adalah SUMBER KEHIDUPAN dan SUMBER PENGHIDUPAN.

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat”.

Air merupakan sumber daya yg terbaharui.

Jumlahnya tetap, namun keterdapatannya tergantung kondisi alam lokal.

Air permukaan & Air Tanah saling berkaitan satu sama lain dalam siklus hidrologi.

Secara alami mengalir dinamis dari tempat tinggi ketempat yg lebih rendah.
Adapun Arah Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi antara
lain mencakup :
1. Amanat UU No. 7 bahwa pengelolaan SIH3 dilaksanakan oleh Pemerintah; Pemerintah
daerah; dan pengelola SDA dengan kewenangannya (Psl3), merupakan acuan penyusunan
SIH3. Pengelolaan SIH3 dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak lain (Psl. 4)
2. Dalam PP 42 psl 107 (2) mengenai kondisi Hidrologi; (3), Kondisi Hidrometeorologi dan (4)
Kondisi Hidrogeologi.  adalah komponen dasar yang menjadi acuan pokok kebijakan yang
hendak dirumuskan.
3. Pada pasal 110 PP No. 42 : pengaturan penyelenggara H3, masing-masing untuk:
a. Kondisi Hidrologi diselenggarakan oleh istansi yang membidangi SDA.
b. Kondisi Hidrometeorologi diselenggarakan oleh instansi yang membidangi
Meteorologi & Geofisika.
c. Kondisi Hidrogeologi diselenggarakan oleh istansi yang membidangi Air Tanah.
4. Struktur Kebijakan diarahkan pada lingkup yang terkait dengan: Kelembagaan, Kewenangan,
Pengelolaan, Teknologi, Pembiayaan, Pemberdayaan Masyarakat.
-- 7 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
C. Konsepsi Kebijakan
1) Kelembagaan
Kebijakan yang diarahkan untuk dapat memecahkan masalah apa saja yang terkait dengan
kelembagaan dalam pengelolaan SIH3, baik bentuk kelembagaan, struktur kelembagaan,
kewenangan, pihak-pihak yang dilibatkan dalam pengumpulan data, dan distribusi data yang
akan diolah menjadi informasi dan terkait dengan tugas pokok dan fungsi kelembagaan, halhal yang terkait dengan kewenangan penyediaan sarana dan prasarana, operasionalisasi
maupun pola pemeliharaan serta unsur-unsur kelembagaan lainnya.
2) Pengelolaan
Ketersediaan data dan informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi pada
hakekatnya agar dapat disajikan Informasi yang akurat, benar, dan tepat waktu menjadi
tanggung jawab pemerintah, walaupun dalam pelaksanaannya melibatkan pihak non
pemerintah (swasta). Pengelolaan data dan informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi yang dilaksanakan pemerintah maupun swasta masih dilakukan secara parsial
sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan sektornya masing-masing, sehingga menimbulkan
kesan berjalan sendiri-sendiri dan kurang koordinatif. Akibat dari hal ini adalah daya guna
data dan informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi tersebut terbatas pada
instansi masing-masing dan sekaligus membatasi pemanfaatannya bagi multi pengguna.
3) Teknologi :
Kebijakan yang mengatur menggunaan dan pemanfaatan tehnologi yang dapat mendorong
dan menyajikan Informasi yang Akurat, Benar dan Tepat Waktu. Teknologi merupakan suatu
komponen penting dalam Jejaring Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi yang berkaitan dengan penentuan kebijakan dan berbagai aturan dalam
menerapkan teknologi tepat guna dalam membangun, mengelola, mengakses serta
menggunakan data, informasi dan berbagai standar, yang diperlukan dalam membangun
Jejaring Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi.
4) Pembiayaan :
Kebijakan yang manjamin ketersediaan pembiayaan atas pengelolaan Informasi (data &
Informasi) baik dalam hal menyediaan Prasarana maupun sarana, Hardware, maupun
Software, termasuk SDM untuk mengelola SIH3. Keberhasilan penyelenggaraan Jejaring
Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi dapat dicapai oleh adanya
partisipasi aktif dari lembaga-lembaga yang terkait, serta optimalnya lembaga-lembaga
tersebut dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewenangannya, khususnya dalam
penyediaan dan penggunaan data dan informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi. Untuk mengatur gerak langkah upaya bersama sehingga terjadi suatu kesatuan
yang utuh, yang didukung oleh pembiayaan yang bersifat berkesinambungan.
5) Pemberdayaan Masyarakat
Kebijakan kelembagaan tidak terlepas dari peran keterlibahan masyarakat yang harus
diarahkan pada pemahamaman arti pentingnya data dan informasi dalam menyelenggaraan
baik pembangunan, maupun tata kelola negara dan pemerintahan, terutama dalam proses
pengambilan keputusan. Kelembagaan Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi yang
menyertakan seluruh instansi terkait ( baik Pemerintah Pusat dan Daerah, Perguruan Tinggi,
-- 8 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
Dunia Usaha/ Swasta dan LSM ) dimaksudkan agar tercapai sinergi antara institusi yang
terkait dalam penyempurnaan kebijakan strategis, rencana strategis dan rencana
pembangunan tahunan instansi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi nasional,
diantaranya adalah :

penyusunan program kerja, kebijakan dan kesepakatan pengelolaan data dan informasi
Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi;

peningkatan kemitraan institusional dalam pengelolaan data dan informasi Hidrologi,
Hidrometeorologi dan Hidrogeologi;

koordinasi penyediaan data dan informasi utama Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi;

pemasyarakatan dan pendayagunaan data dan informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi;

peningkatan kinerja lembaga surta dalam pengelolaan data dan informasi Hidrologi,
Hidrometeorologi dan Hidrogeologi;

penetapan pembinaan dalam pengelolaan
Hidrometeorologi dan Hidrogeologi;

peningkatan kerjasama internasional dalam pengelolaan data dan informasi Hidrologi,
Hidrometeorologi dan Hidrogeologi;
data
dan
D. Hubungan Kebijakan, Strategi dan Program
Gambar 1 : Hubungan Kebijakan, Strategi dan Program
-- 9 --
informasi
Hidrologi,
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
E. Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi
dan Hidrogeologi
MEKANISME PROSES
PENYUSUNAN KEBIJAKAN
PENGELOLAAN SIH3



KELEMBAGAAN


Dewan SDA Nasional


WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
PEMERINTAH; PEMERINTAH DAERAH (PROP/
KAB/KOTA)
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT







PERENCANAAN
INVENTARISASI
PENGOLAHAN/ANALISIS DATA DAN INFORMASI
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PENGAWASAN
PEMANFAATAN INFORMASI
DISIMINASI INFORMASII





KOMPATIBILITAS SISTEM
PENGUMPULAN DAN KOMUNIKASI DATA
METODA PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
PERTUKARAN DAN PENGINTEGRASIAN DATA
FORMAT SAJIAN



KOMPONEN PEMBIAYAAN.
SUMBER PEMBIAYAAN
KERJASAMA PEMBIAYAAN
KEWENANGAN
PENGELOLAAN
PANITIA
KHUSUS
SIH3
TEKNOLOGI
TIM Penyusun
SIH3
CONTENT
KEBIJAKAN
PENGELOLAAN
SIH3
HIDROLOGI,
PRASARANA,
TEKNOLOGI,
KEBIJAKAN SDA
HIDRO
METEOROLOGII
SDA
PEMBIAYAAN
BMG
Institusi Yg
Membidangi SDA
HIDROGEOLOGI
ORGANISASI DAN PENGELOLA (CLEARING HOUSE)
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGELOLA
MEKANISME DAN HUB. KERJA DGN INSTANSI TERKAIT
LAINNYA
PENINGKATAN KAPASITAS SDM
PERALATAN
ESDM
Institusi Yg membid
Air Tanah
InstitusI yg membid
Meteorologi & Geofisika
Gambar 2 : Mekanisme Proses Penyusunan Kebijakan Pengelolaan SIH3
PROSES PENYUSUNAN DAN RUANG LINGKUP KEBIJAKAN SIH3
SESUAI UU No 7 PASAL 65 ~ 68 DAN PP No.12 (PSL-6)
Untuk mendukung pengelolaan SISDA diperlukan pengelolaan Wilayah Sungai pada tingkat Nasional; Propinsi dan Kab/kota, UU No.7 Ps.68 (1)
Kebijakan Pengelolaan SIH3 ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan usul Dewan SDA Nasional (2),
Pengelolaan SIH3 dilaksanakan oleh Pemerintah. Pemerintah Daerah, dan pengelola sumber daya air sesuai dg kewenangannya (3);
Pengelolaan SIH3 dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak lain (4)
Kondisi SIH3
Presiden
Dewan: menyusun
Kebijakan SIH3 guna
mendukung SISDA.
PP No.42-Psl107.(2) (Kondisi Hidrologi)
Meliputi Curah Hujan; Kandungan Air pada SA;
Kandungan Sedimaentasi; Tinggi Muka Air dan
kondisi aliran pd SA
PP No.2-Psl106.(5)
Pengelolaan SIH3 WS pada
tingkat Pusat,Propinsi/Kab/
Kota
Dewan
SDAN






PANITIA
KHUSUS
PP No.42-Psl107.(4)
(Kondisi Hidrogeologi) meliputi potensi air
tanah, kondisi akuifer/lapisan pembawa air, inf lain
terkait dg pengendalian daya rusak air.
Sistem Informasi SDA -Psl 65 (2)
Kondisi H3
Kebijakan SDA
Prasarana SDA
Tekniologi SDA
Lingkungan SDA
Kegiatan SBM yg
terkait dg SDA
Sekretariat
Dewan SDAN
Tim Penyusun
SIH3
PP No.42-Psl107.(3)
(Kondisi Hidrometeorologi)
Temperatur udara;kecepatan angin, kelembaban
udara & Inf. Lain terkait kondisi atmosfer yang
mempengaruhi siklus hidrologi
Pengelola SDA
Psl 67.(3)
Bertanggung jawab
menjamin informasi yg
SISDA
SISDA
Pemerintah
Pemerintah
Daerah
akurat-benar-tepat
waktu.
Badan Hukum
Organisasi/
Lembaga/
Perorangan
Psl 67 (2) Penyedia Informasi
Gambar 3 : Ruang Lingkup Kebijakan SIH3
-- 10 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
III. PERMASALAHAN
Pembahasan mengenai kondisi aktual dan permasalahan yang ada terkait dengan pengelolaan
data dan informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi
A. Permasalahan Umum
1) Kelembagaan

Kelembagaan yang mengelola sistem informasi yang terkait dengan data dan informasi
H3 untuk mendukung tugas dan wewenangnya diselenggarakan oleh berbagai instansi
yang melaksanakan kegiatan pengelolaan data, informasi, dana, stasiun dan peralatan
namun belum sesuai harapan dengan berbagai kepentingan.

Kurangnya perhatian dan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi di masingmasing kelembagaan menyebabkan kerap terjadinya implementasi pengelolaan data dan
informasi hidrologi yang melewati batas kewenangan, misalnya implementasi dari
kebijakan lama yang sudah tidak berlaku lagi. Hal ini menyebabkan terjadinya tumpang
tindih pengelolaan data dan informasi hidrologi, tidak adanya keterpaduan, kurangnya
keserasian tindak dan koordinasi yang baik.

Belum adanya prosedur khusus di setiap lembaga pengelola SIH3 yang memberi fungsi
penataan pengelolaan data dan informasi hidrologi dan pertukaran data antar lembaga
dalam rangka pengelolaan SIH3.

Terkait pengembangan level data, dalam hal analisis metoda yang digunakan berbedabeda sehingga menghasilkan kesimpulan yang berbeda
Kewenangan Daerah dalam hal Pengelolaan SDA

Pemahaman daerah bahwa SDA merupakan kekayaan daerah kurang, sehingga
menyebabkan keraguan daerah dalam melaksanakan kewenangan pengelolaan SDA di
wilayah masing-masing. Hal ini menyebabkan pengelolaan SDA kurang mendapat
perhatian, misalnya terkait dengan pendanaan, dsb.

Pemahaman akan Kewenangan yang dilaksanakan oleh berbagai instansi yang telah
mengembangkan sistem informasi belum terkoordinasi untuk mendukung visi dan misi
sistem informasi yang diharapkan sesuai dengan undang-undang sumber daya air. Hal ini
menimbulkan banyaknya permasalahan mengenai kontinuitas data terkait dengan
kewenangan yang dilimpahkan pada daerah untuk pengamatan, sehingga sulit untuk
membuat perencanaan.

Belum menyadari urusan wajib otonomi bhw pengelolaan komponen siklus hidrologi
merupakan keharusan yg tdk boleh ditunda-tunda. Ketidak tahuan ttg perilaku
komponen siklus hidrologi di wilayah otonominya, berakibat tdk mampunya Pem.
Prov/Kab/Kota mensejahterakan masyakatnya secara berkesinambungan.
-- 11 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
Kewenangan Lembaga dalam hal Kalibrasi Peralatan

Belum adanya peraturan khusus mengenai tugas dan wewenang dalam hal kalibrasi
peralatan terkait dengan masalah mutu data, misalnya ada institusi yang sudah memiliki
perangkat kalibrasi yang memiliki sertifikat tetapi kewenangannya bukan disana.

Kewenangan akreditasi kalibrasi peralatan sifatnya masih sentralistik, sehingga bagi
lokasi-lokasi pengamatan yang letaknya sangat jauh mendapatkan kesulitan pada saat
harus mengkalibrasi peralatannya.
Kewenangan Lembaga dalam hal pengumpulan data, pemrosesan data dan analisa data

Adanya kewenangan yang melewati batas dalam hal tugas pokok dan fungsi lembaga
berbeda dalam melakukan pengumpulan data, pemrosesan data dan analisa data. Hal ini
sering mengakibatkan terjadinya hasil yang berbeda dari pemrosesan dan analisa data
padahal sudah melalui prosedur yang sama.

Tdk dimilikinya data komponen siklus hidrologi lengkap yg meliputi seluruh wilayah
Indonesia yg kontinu, akurat, yg tersusun dlm sistem database SIH3
nasional/Prov/Kab/Kota.
2) Pengelolaan
NSPM Standar Pengelolaan

Fungsi DAS dan fungsi CAT yang saling bersebrangan dalam hal neraca air dan tata ruang,
tidak adanya keterkaitan erat antara kedua fungsi tersebut, sehingga Neraca Air kurang
dapat memenuhi kedua fungsi tersebut (berjalan sendiri-sendiri).

Terkait pengembangan level data, penggunaan istilah masih belum baku dan dalam hal
analisis metoda yang digunakan berbeda-beda sehingga menghasilkan kesimpulan yang
berbeda.

Fragmentasi pengelolaan hidrologi, yang dilaksanakan oleh berbagai institusi yang
berbeda, sebagai cerminan dari fragmentasi kewenangan pengelolaan sumber daya air di
tingkat pusat. Hal ini tercermin dari insitusi pengelola yang ada saat ini, di mana air
permukaan, dikelola secara terpisah oleh institusi yang berbeda.

Belum adanya NSPM standar dalam proses pertukaran data dan informasi yang
menjamin kelancaran dalam proses pengelolaan dari mulai pengumpulan data,
pemrosesan hingga analisis data.
Pelayanan Penyediaan Data

Pelayanan data dan Informasi yang tidak standar, sehingga sering menimbulkan kesulitan
pihak-pihak tertentu dalam memperoleh data dan informasi dari lembaga-lembaga yang
mengelola data dan informasi SIH3.

Banyaknya permasalah terhadap akses data dan informasi terkait dengan kewenangan
masing-masing pengguna / institusi.
-- 12 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Terkait dengan data yang sudah dipublikasikan, adanya persamaan data walupun
bersumber dari stasiun berbeda atau waktu pengambilan data yang berbeda serta
adanya duplikasi data dan data karangan, sehingga nilai tambah dari data-data yang
dikumpulkan menjadi kurang.
3) Teknologi
Kompatibilitas Data

Saat ini telah banyak dihasilkan kebijakan terkait Sistem Informasi Sumberdaya Air tetapi
sifatnya masih sektoral (Kecuali UU-SDA No.7 dan PP No. 42). Mengenai standarisasi Data
dan Sistem sudah ada inisiasi maupun kebijakan institusi yang menghasilkan acuan dan
pedoman standarisasi untuk data/informasi H3.
Data Dinamis

Batasan-batasan sampai sejauh mana data dapat disebut sebagai Informasi dan sampai
sejauh mana suatu informasi dapat disebut sebagai Knowledge kurang jelas.

Pola operasi sumberdaya air yang sifatnya dinamik sering berubah-ubah, misalnya
mengenai catchment karena alih fungsi lahan, luasan danau, perubahan pada das karena
perubahan morfologi, dan perubahan pada CAT karena pola pemanfaatannya. Hal ini
menyebabkan perubahan pada data dan informasi mengenai aturan wilayah dan
servicenya.
Jaringan Sistem Informasi

Teknologi sistem informasi hidrologi telah dikembangkan oleh berbagai instansi sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya, belum kompatibel dan dapat diakses oleh sistem
informasi yang berada di instansi terkait.

Banyak pihak-pihak yang kesulitan dalam mengkases data-data, terkait dengan masalah
jaringan (network) yang belum memadai.

Keandalan dan keamanan sistem terkait data sebagai asset negara, belum terkonsep dan
terstandarisasi sesuai dengan kaidah-kaidah keandalan dan keamanan sistem.
Peralatan Pengamat/Pengumpulan Data

Penggunaan peralatan di lokasi remote, tidak ada penjagaan sehingga timbul masalah
update data dan gangguan setempat

Kerancuan mengenai penerapan teknologi remote sensing pada daerah-daerah yang
memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda kondisinya.

Penggunaan peralatan di lokasi remote, tidak ada penjagaan sehingga timbul masalah
update data dan gangguan setempat.

Teknologi on-line untuk pengamatan sering dianggap mahal

Masalah kerapatan stasiun pos pengamat yang diakibatkan dari pencarian lokasi
pengamatan yang ideal.
-- 13 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
4) Pembiayaan

Belum ada regulasi standar terkait dengan masalah pembiayaan, termasuk honor
petugas pengumpulan data.

Adanya kebutuhan biaya yang terus meningkat dalam konteks pengumpulan data dari
tahun ke tahun.

Pengumpulan data bukan hal gratis bagi daerah, di daerah tidak ada petugas khusus
organik (PNS dari PU maupun BMKG) terkait pengumpulan data.

Adanya kerancuan dalam hal tanggung jawab pengelolaan sungai ada yang merupakan
kewenangan pusat ada pula yang menjadi kewenangan daerah.

Asumsi bhw pembiayaan utk pengelolaan komponen siklus hidrologi sbg investasi yg tdk
bisa memberikan keuntungan langsung, berakibat pd alokasi anggaran dlm APBN/APBD
tdk mencukupi.

Timbulnya resiko duplikasi data dan efisiensi akses terhadap berbagai level data yang
dihasilkan oleh berbagai instansi yang berbeda.

Pembiayaan pengelolaan data dan informasi H3 oleh berbagai instansi saat ini
mempergunakan dana dari APBN, beberapa diantaranya ditunjang dana APBD. Beberapa
instansi ada juga yang sudah menyelenggarakan sistem pendanaan dengan mengadakan
kerja sama dengan instansi pengguna. Namun sebagian besar terdapat permasalahn
mengenai minimnya pemndanaan.
5) Pemberdayaan Masyarakat

Peran serta masyarakat saat ini dalam bidang pendataan dan informasi hidrologi sudah
mulai terselenggara, namun manfaat informasi H3 belum tersosialisai dengan baik dan
merata.

Pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan volunteer dari berbagai kalangan dalam
melakukan pengamatan data.

Kurang pedulinya masyarakat terhadap pentingnya keberadaan lokasi pengamatan
komponen siklus hidrologi, dan peralatannya, yg merupakan aset negara, berakibat pd
seringnya terjadi gangguan thd lingkungan lokasi pengamatan shgmenjadi tdk memenuhi
syarat lagi.
B. Permasalahan Hidrologi
1) Kelembagaan

Penerapan Tupoksi kelembagaan dalam menyelenggarakan pengelolaan data dan
informasi hidrologi belum sesuai dengan peran utama dari masing-masing lembaga
induknya.

Peringatan dini belum dilaksanakan secara konsisten oleh pengelola hidrologi.
-- 14 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Koordinasi horizontal antar lembaga pengelola data dan informasi hidrologi belum
optimal.

Ketersediaan, kemampuan dan integritas SDM yang beragam di setiap institusi pengelola
data dan informasi hidrologi, baik di tingkat pusat maupun di daerah.

Lembaga pengelola SDA yang masih kurang memberikan perhatian terhadap pengelolaan
data dan informasi hidrologi.

Beberapa Lembaga yang berkewajiban dalam pengelolaan data dan informasi hidrologi di
lapangan (UPT) kapasitasnya lebih rendah daripada lembaga yang selama ini menangani
(UPTD/Dinas SDA).

Belum adanya kejelasan aturan mengenai lembaga yang berwenang menyelenggarakan
kalibrasi peralatan.

Pemerintah Daerah Provinsi, Kab/Kota belum menyadari urusan wajib otonomi untuk
mengelola data dan informasi hidrologi yang harus dilaksanakan.
2) Pengelolaan

Alur data dan informasi dari Daerah ke Pusat dalam pengelolaan sistem informasi
hidrologi belum terkoordinasi secara jelas sesuai prinsip efisien dan efektif.

Data dan informasi hidrologi yang ada masih banyak yang belum akurat, tepat waktu dan
berkelanjutan.

SDM (pengamat pos, pengolah data, analisis data) masih terbatas jumlah, keahlian dan
integritasnya.

Penyajian data dan sistem pertukaran data yang belum optimal.

Metode pendataan yang berbeda-beda antar instansi pengelola dan belum searah
dengan kebutuhan infomasi hidrologi yang akurat, benar dan tepat waktu.

Pengelolaan stasiun pengamatan di lapangan belum terpadu.

Pengelolaan data dan informasi hidrologi pada beberapa stasiun pengamatan bersifat
parsial dan temporal (berbasis keproyekan) sebatas keperluan instansi terkait.

Kalibrasi peralatan dan Validasi data yang belum seragam.

Belum semua peralatan dikalibrasi dan sertifikasi secara periodik.

Operasi dan pemeliharaan yang masih kurang mendapat perhatian, tidak termasuk
prioritas

Belum diterapkannya sistem prosedur pengelolaan hidrologi yang disepakati (prosedur
jaminan mutu)
-- 15 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
3) Teknologi

Teknologi Informasi :

Sistem informasi yang ada diberbagai instansi belum on-line dan sulit diakses oleh para
pengguna.

Jejaring teknologi sistem informasi hidrologi yang dikelola oleh instansisi terkait belum
kompatibel satu sama lainnya.

Peralatan Hidrologi :

Peralatan yang digunakan selama ini masih banyak yang bersifat manual.

Masih banyak yang peralatan yang tergantung pada produk luar negeri, sehingga mahal
dan kurang memberi kesempatan berkembangnya industri peralatan hidrologi nasional.

Peralatan pendataan hidrologi sering rusak dan hilang.
4) Pembiayaan

Program pembiayaan untuk pengelolaan hidrologi belum ada keseragaman struktur
dalam dokumen anggaran dan belum masuk kedalam program yang bersifat rutin.

Nilai biaya satuan kegiatan belum di atur standar minimumnya.

Pembiayaan umumnya sangat terbatas dengan prioritas terendah.
5) Pemberdayaan Masyarakat

Peranserta masyarakat belum diberdayakan secara optimal berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pengelolaan SIH.

Ketidaktahuan adanya kewajiban atau keengganan untuk melaporkan data hasil kegiatan
pengelolaan hidrologi kepada lembaga terkait.

Peralatan di lapangan banyak yang rusak karena masyarakat tidak merasa memiliki
C. Permasalahan Hidrometeorologi
1) Kelembagaan

Koordinasi horizontal antar lembaga pengelola data dan informasi hidrometeorologi
belum optimal.

Lembaga pengelola SDA masih kurang memberikan perhatian terhadap pengelolaan data
dan informasi hidrometeorologi .

Masih banyak pengambil keputusan yang belum sepenuhnya memahami siklus hidrologi
wilayah Indonesia yg sangat penting utk:
-
pertanian yg berkelanjutan
-- 16 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
-
pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup
-
pengelolaan dan pembangunan sumberdaya air
-
pencegahan dan pengendalian bencana alam, dan mitigasi dampak negatif
perubahan iklim

belum cukup memberikan perhatian terhadap urusan wajib otonomi untuk mengelola
data dan informasi hidrometeorologi.

Tugas pengamatan komponen siklus hidrologi blm melekat sbg tugas pemerintahan yg
wajib dilaksanakan oleh siapapun pemerintah yg berkuasa

Blm disadari bhw komponen siklus hidrologi merupakan sumber daya alam yg sangat
penting utk perencanaan pembangunan yg berkelanjutan, yg hrs dikelola sbg aset
negara.

Interpretasi kewenangan pengelolaan SIH3-Hidrologi thd UU No. 7 thn 2004 ttg SDA
menjadi rancu (istilah hidrologi diartikan meliputi pengelolaan data hujan yg seharusnya
data hujan berada dlm hidrometeorologi).
2) Pengelolaan

NSPM pengelolaan SIH3 yg meliputi observasi, pengumpulan, pengolahan penyimpanan
dan pertukaran data antar lembaga belum optimal.

Komponen siklus hidrologi dlm sistem database SIH3 Nasional/Prov/Kab/Kota belum
tersusun.

Akurasi data diragukan, krn tenaga pengamat bertindak sbg mandor, yg kalau
berhalangan menyuruh anak/istrinya utk melakukan pengamatan.

Data yg diketahui tdk benar, tetapi tetap digunakan dlm publikasi.

Alat pengukuran tdk dikalibrasi secara berkala

Sebagian Pos Hujan/lokasinya tdk terjamin keberadaannya.

Rasionalisasi Pos Hujan sering terjadi pd Pos Hujan yg data seriesnya lengkap.

Informasi jumlah Pos Hujan belum terdata secara terintegrasi.

Sebagian tenaga pengamat hanya sbg volunteer dan honorer (PP No.48 2005).
3) Teknologi
Teknologi Informasi

TI yg digunakan oleh berbagai lembaga pemerintah yg mengelola Hidromet, mempunyai
sistem yg berbeda.

Sistem TI antar lembaga belum ada interface link yg mengintegrasikan.
-- 17 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
Peralatan

Suku cadang alat ops pengamatan pengganti alat yg rusak sering tdk dlm keadaan ready
stock.
4) Pembiayaan

Anggaran pengelolaan opshar hidromet dlm pembahasan anggaran dianggap sbg beban
krn kegiatan pengelolaan hidromet tdk dpt langsung memberikan outcome/manfaat yg
nyata, shg prioritasnya rendah dan berakibat tdk mencukupi utk kebutuhan 1 tahun.

Data/informasi hidromet yg dimanfaatkan dalam setiap kegiatan proyek/penelitian tdk
diperhitungkan sebagai komponen modal utama, sehingga keberhasilan
proyek/penelitian yg bernilai tinggi sering dianggap sbg keberhasilan perencanaan.
5) Pemberdayaan Masyarakat

Kurang pedulinya masyarakat terhadap pentingnya keberadaan lokasi pengamatan
komponen siklus hidrologi, dan peralatannya, yg merupakan aset negara, berakibat pd
seringnya terjadi gangguan thd lingkungan lokasi pengamatan shg menjadi tdk
memenuhi syarat lagi.
D. Permasalahan Hidrogeologi
1) Kelembagaan

Penerapan Tupoksi kelembagaan dalam menyelenggarakan pengelolaan data dan
informasi hidrogeologi belum optimal.

Peringatan dini belum dilaksanakan secara konsisten oleh pengelola CAT.

Koordinasi horisontal antar lembaga pengelola data dan informasi hidrogeologi belum
optimal.

Ketersediaan, kemampuan dan integritas SDM di setiap institusi pengelola data dan
informasi hidrogeologi, baik di tingkat pusat maupun di daerah masih beragam.

Lembaga pengelola air tanah masih kurang memberikan perhatian terhadap pengelolaan
data dan informasi hidrogeologi.

Belum adanya mekanisme pengaturan kerjasama pengelolaan data dan informasi
hidrogeologi antara instansi pusat dan daerah.

Belum adanya aturan mengenai lembaga yang berwenang menyelenggarakan kalibrasi
peralatan.

Peringatan dini belum dilaksanakan secara konsisten oleh pengelola CAT.

Pemerintah Provinsi, Kab/Kota belum seluruhnya melaksanakan pengelolaan data dan
informasi hidrogeologi.
-- 18 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Belum banyak yang melaksanakan kewajibannya untuk memantau dan melaporkan
penggunaan dan perubahan kondisi air tanah.
2) Pengelolaan

Alur data dan informasi dari daerah ke Pusat dalam pengelolaan sistem informasi
hidrogeologi belum terkoordinasi secara jelas sesuai prinsip efisien dan efektif.

Kualitas dan kuantitas data dan informasi masih beragam

SDM masih terbatas jumlah, keahlian dan integritasnya.

Mutasi staf pengelola data dan informasi yang kompeten yang tidak diimbangi dengan
kaderisasi , sehingga keberlanjutan pengelolaan data dan informasi terganggu.

Belum semua pengguna air tanah melaporkan hasil pemantauan penggunaan dan kondisi
air tanah ke Pemerintah Daerah setempat.

Penyajian data dan sistem pertukaran data yang belum optimal.

Metode pendataan belum seragam di internal ESDM dan sektor lainnya belum sesuai
dengan kebutuhan infomasi hidrogeologi yang akurat, benar dan tepat waktu.

Pengelolaan data dan informasi hidrogeologi bersifat parsial dan temporal sebatas
keperluan instansi terkait.

Belum semua peralatan distandarisasi dan dikalibrasi secara periodik.

Operasi dan pemeliharaan yang masih kurang mendapat perhatian.

Ketersediaan sumur pantau belum sesuai dengan kebutuhan pengelolaan air tanah.
3) Teknologi

Sistem informasi hidrogeologi berbasis komputer dan internet di Badan Geologi belum
tersosialisasi dengan baik.

Teknologi sistem informasi hidrogeologi yang dikelola oleh instansi terkait belum
kompatibel satu sama lainnya.

Peralatan yang digunakan selama ini masih ada yang bersifat manual.

Beberapa peralatan masih merupakan produk luar negeri, sehingga mahal dan
komponennya relatif sulit didapat.

Peralatan pendataan hidrogeologi sering rusak dan hilang.
4) Pembiayaan

Program pembiayaan untuk pengelolaan hidrogeologi belum masuk kedalam program
yang bersifat rutin.
-- 19 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Nilai biaya satuan kegiatan belum di atur standar minimumnya.
5) Pemberdayaan Masyarakat

Peran serta masyarakat dan swasta belum diberdayakan secara optimal untuk
berpartisipasi dalam penyelenggaraan sistem informasi hidrogeologi.

Peralatan di lapangan banyak yang rusak karena masyarakat tidak merasa memiliki
-- 20 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
IV. RANCANGAN KEBIJAKAN
A. Lingkup Kebijakan SIH3 Umum
1) Kelembagaan

Lembaga yang mengelola data dan informasi hidrologi dapat dikoordinasikan dengan
mempergunakan NSPM yang sama, agar dapat diperoleh data dan informasi hidrologi
yang efektif dan efisien.

Perlu aturan mengenai koordinasi dan kerjasama antar lembaga daerah maupun pusat
dalam tuposki dan NSPM pengelolaan data, informasi, pendanaan dan pengelolaan
stasiun serta peralatannya.

Memanfaatkan unit kerja yg ada di Pusat/Prov/Kab/Kota yg paling sesuai utk diberi
tupoksi menyelenggarakan pelaksanaan pengelolaan data komponen siklus hidrologi.

Menyusun NSPM pengelolaan SIH3 yg baku yg meliputi aspek pengamatan, pencatatan,
pengumpulan, pengarsipan, pengolahan, pertukaran data komponen siklus hidrologi.

Perlu adanya sinergi antar instansi maupun antar pusat dan daerah dalam pengelolaan
hidrologi dalam rangka integrasi data.

Perlu peningkatan lembaga daerah maupun pusat dalam menganalisa sehingga informasi
hasil analisa data bersumber dari penyedia data juga sebagai penyedia informasi dan
knowledge yang memiliki keseragaman kompetensi

Perlu diciptakan standar profesi pengamat yang setara dengan standar jabatan
fungsional dan sertifikasi profesi pengamat sehingga data yang dihasilkan tidak diragukan
lagi.

Perlu kebijakan yang dapat mengatur Unit Clearinghouse yang bertanggungjawab dalam
menjaga validitas, akurasi dan kualitas data dalam pertukaran data antar lembaga.

Perlu dirumuskan kebijakan mengenai sosialisasi kepada daerah mengenai proteksi data
SDA sebagai sumber kekayaan daerah

Perlu kebijakan yang mengatur otonomi daerah dalam pengelolaan data-data SDA,
terkait dengan masalah pembiayaan, peningkatan SDM dan kewajiban penyediaan datadata secara kontinyu.

Dapat diperoleh pengaturan kebijakan untuk mensinerjikan kewenangan yang dimiliki
oleh berbagai instansi pengelola sistem informasi hidrologi untuk pengembangan sistem
informasi hidrologi ditingkat Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Dlm setiap Pilkada setiap calon wajib mengusung prog.utk melaksanakan kewenangan
baku Pem.Prov/Kab/Kota khususnya di bidang pengelolaan sumber daya air.

Setiap anggota legislatif di tingkat Pem. Prov, dan Kab/Kota perlu pembekalan yg
menyadarkan bhw kewenangan baku demi menghasilkan aset negara yg sangat penting
yaitu komponen siklus hidrologi.
-- 21 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Perlu disusun kebijakan yang mengatur wewenang dalam melakukan kalibrasi peralatan
standar untuk tujuan peningkatan masalah mutu data

Perlu penetapan kalibrasi peralatan tidak saja pada lembaga-lembaga yang memiliki
wewenang saja tetapi pada lembaga-lembaga yang memiliki peralatan yang memadai.

Perlu disusun kebijakan yang mengatur kewenangan masing-masing lembaga, lembagalembaga mana saja yang memiliki kewenangan dalam pengumpulan data, lembagalembaga mana saja yang memiliki kewenangan sebagai lembaga pemroses data untuk
dipublikasikan atau untuk dimasukan kedalam SIH3, serta lembag-lembaga mana saja
yang berwenang untuk melakukan analisa dan penciptaan knowledge dari data-data hasil
pemrosesan untuk kemudian dimasukan ke dalam SIH3

Perlu diatur juga mengenai kerjasama (sharing dan kolaborasi) antar lembaga dalam
pengumpulan data, pemrosesan data dan analisa data, baik secara horizontal maupun
vertikal, baik lembaga pusat, daerah maupun institusi pendidikan/penelitian, swasta dan
masyarakat, agar tumpang tindih pengelolaan dapat dihindari dan akurasi data dapat
ditingkatkan.

Perlu disusun kebijakan yang mengatur kewenangan masing-masing lembaga, lembagalembaga mana saja yang memiliki kewenangan dalam pengumpulan data, lembagalembaga mana saja yang memiliki kewenangan sebagai lembaga pemroses data untuk
dipublikasikan atau untuk dimasukan kedalam SIH3, serta lembag-lembaga mana saja
yang berwenang untuk melakukan analisa dan penciptaan knowledge dari data-data hasil
pemrosesan untuk kemudian dimasukan ke dalam SIH3
2) Pengelolaan

Perlu penyeragaman dan penetapan peran fungsi DAS dan CAT dan Acuan penggunaan
istilah standar dalam kebijakan dalam penyusunan neraca air dan tata ruang .

Perlu kebijakan yang mengatur standar metadata dengan berbagai aspek dan kondisi.

Perlu dirumuskan kebijakan mengenai level-level keterbukaan informasi dan data

Perlu ditetapkan kebijakan mengenai akses terhadap raw data, data-data yang mana saja
bisa diakses publik dan mana yang diperuntukan untuk kalangan tertentu dengan level
akses tertentu.

Perlu kebijakan yang mekanisme akses data sesuai dengan level masing-masing
pengguna yang akses data.

Perlu kebijakan yang mengatur akses data sesuai dengan kewenangan dan level-level
akses pengguna, sehingga MOU atau kerjasama khusus antar lembaga tidak diperlukan
lagi, semua secara ototmatis diatur regulasinya melalui kebijakan SIH3.

Perlu disusun kebijakan yang mengatur mekanisme pengawasan untuk kontrol data.

Perlu ditetapkan kebijakan mengenai pengawasan pengumpulan, pengolahan dan
penyajian data, sehingga dapat memberikan nilai tambah terhadap data menjadi
knowledge, dengan demikian raw data dan hasil analisa kedua-duanya dapat
dipertanggungjawabkan.
-- 22 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Perlu ditetapkan kebijakan mengenai sertifikasi dan kalibrasi peralatan yang layak pakai,
sehingga data yang diproduksi sesuai standar.

Perlu adanya kalibrasi data dari hasil remote sensing dan tetap dilakukan ground check
untuk meningkatkan keakurasian datanya.

Adanya aturan mengenai perbandingan dan konsolidasi data penyebaran DAS dan data
penyebaran CAT, sehingga Neraca Air yang disusun dapat memenuhi kedua fungsi.

Perlu dirumuskan kebijakan dan pengaturan pengelolaan data dan informasi hidrologi
yang diselenggarakan oleh berbagai institusi, juga disertai tugas antara lain:
1. Revitalisasi dan Perbaikan seluruh pos hidrologi yang rusak dan hilang setelah
dilakukan rasionalisasi pos hidrologi;
2. Peningkatan kompetensi pengelola hidrologi;
3. Penyediaan dana operasi dan pemeliharaan yang berkesinambungan;
4. Pengumpulan data hidrologi melalui sistem informasi Pengolah Data Sumber Daya
Air (PDSDA) yang pengelolaannya dilakukan secara terpadu..

Perlu dirumuskan kebijakan dan pengaturan proses pengumpulan data, translasi data
dengan SIH3 dan format baku pengolahan lebih lanjut dalam SIH3.

Perlu dirumuskan kebijakan model-model pelayanan data, sehingga terbentuk
standarisasi NSPM layanan data dengan dalam penyediaan data keanggotaan, update
dan integrasi data antar pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan SIH3 maupun
pengguna
3) Teknologi

Perlu adanya suatu aturan regulasi dan standard yang mengkompilasi standar dan acuan
yang sudah ada termasuk aturan mengenai integrasi dan pertukaran datanya.

Sebagai contoh batas-batas hidrogeologis (imbuhan dan lepasan) dan batas-batas service
(catchment) yang disinkronkan dengan data tata ruang. Batasan hidrogeologis (CAT),
batasan struktur geologis dan penggunaan air tanah. Kedua aturan mengenai batas-batas
sudah ada tinggal dikompilasikan sehingga memiliki aturan mengenai batasan jelas
mengenai sumberdaya air.

Untuk daerah-daerah remote dibangun perangkat-perangkat on-line monitoring

Perlu adanya teknologi otomatisasi untuk mengatasi masalah pembiayaan, pengawasan
peralatan dan akurasi data.

Perlu penyesuaian penggunaan teknologi remote sensing dengan aturan-aturan yang ada
di WMO.

Perlu penggunaan alarm pada perangkat yang otomatis yang berfungsi secara on-line.

Penggunaan teknologi yang murah namun handal dengan menggunakan produksi dalam
negeri dapat dilakukan.
-- 23 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Penggunaan teknologi satelit dengan remote sensing untuk mengurangi jumlah pos
pengamatan.

Perlu database untuk menyimpan data-data seluruh stasiun pengamat yang ada dari
berbagai isntansi, sehingga dapat diketahui kerapatannya.

Perlu kebijakan mengenai perawatan perangkat, aturan-aturan mengenai penambahan
stasiun dan perangkat baru, jadwal perawatan, penggantian suku cadang atau
seluruhnya yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah pengelolaan perawatan sistem.

Perlu disusun aturan-aturan standar mengenai attribut-attribut data/informasi yang
membedakan antara data, informasi dan knowledge.

SIH3 perlu diarahkan tidak saja mengelola data hingga informasi, akan tetapi lebih jauh
kedepan sebagai pengelola Knowledge, seperti misalnya kemungkinan untuk melakukan
peramalan (forecasting), simulasi data, dsb.

Perlu kebijakan mengenai pembentukan DSS, untuk membantu lembaga-lembaga
pengguna Knowledeg sehingga dapat membuat keputusan-keputusan yang dapat
dipertanggung-jawabkan yang sesuai tupoksinya masing-masing.

Adanya aturan main mengenai standard format, struktur, kodifikasi, jenis data dan
tingkatan data yang bisa kompatible satu sama lain.

Perlu kebijakan yang mengatur standard format untuk pertukaran data, melalui ekspor
ke dalam format dan attribut data yang standar.

Diperoleh kompatibilitas antar teknologi sistem informasi yang efektif dan efisien, murah
dan mudah pengoperasian dan pemeliharaannya.

Perlu kebijakan yang dapat mengantisipasi mengenai perubahan pola operasi tersebut
untuk mengantisipasi perubahan struktur dan pola data dan informasi sumber-sumber
H3.

Perlu ada kebijakan yang mengatur kerjasama dengan lembaga lain yang melakukan
pengamatan kontinyu, sehingga dapat menggambarkan perubahan pola operasi (mis.
PLN)

Perlu kebijakan yang mengatur standar keamanan sistem.

Perlu ada kebijakan yang mengatur tata kelola sistem informasi yang dapat
meningkatkan tanggung-jawab dalam menjaga keandalan sistem.

Perlu ada standar-standar operasi yang menatur pengelolaan Hak Akses, Kedalaman
Publikasi Informasi dan Perawatan Sistem

Perlu kebijakan yang dapat mengatur spesifikasi standar yang dapat memberi
kemudahan dalam hal mengakses data SIH3 melalui jaringan.

Perlu ditetapkan kesepahaman bersama mengenai teknologi dan sistematika jaringan
SIH3, sehingga reliability akses data antar simpul-simpul penyedia data dapat dijaga dan
ditingkatkan.
-- 24 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
4) Pembiayaan

Perlu disusun kebijakan standar yang mengatur honor petugas operator lapangan

Perlu adanya regulasi mengenai pembebanan biaya dengan perimbangan Pusat dan
Daerah dalam pengelolaan data SIH3, terkait SDA sebagai sumberdaya daerah

Perlu disusun kebijakan yang mengatur pemberian honor atau insentif bagi petugas
minimal sama dengan standar UMR.

Perlu disusun kebijakan mengenai tugas melekat tanggung jawab daerah dalam rangka
pengelolaan hidrologi yang efektif.

Perlu disusun kebijakan mengenai tugas melekat pengawasan yang mempertimbangkan
manfaat PAD bagi daerah, sehingga pembiayaan dapat bersumber dari APBD.

Perlu ditetapkan kebijakan mengenai standar minimum pembiayaan yang ditetapkan
baik dipusat maupun didaerah.

Perlu kebijakan yang mengatur perhitungan komponen siklus hidrologi dlm perhitungan
beaya modal, shg keuntungan yg diperoleh ialah setelah dikurangi beaya komponen
siklus hidrologi.

Perlu ada "pajak" lingkungan hidup dikenakan pd setiap kegiatan, yg pembagiannya salah
satunya utk pembiayaan pengelolaan komponen siklus hidrologi.

Perlu kebijakan yang mengatur satuan biaya khusus untuk stasiun pengamat sebagai
biaya pengganti untuk menghindari duplikasi data dan peningkatan efisiensi akses data.

Dapat dituangkan pengaturan kebijakan sistem pendanaan agar pengelolaan data dan
informasi hidrologi terselenggara dengan baik dan lancar baik yang bersumber dari dana
APBN dan APBD maupun dari swasta dan peran masyarakat.
5) Pemberdayaan Masyarakat

Perlu pengaturan kebijakan peranserta masyarakat dalam pengelolaan sistem informasi
hidrologi secara nasional, provinsi, kabupaten dan kota dalam mendukung sistem
informasi H3.

Perlu dirumuskan kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam pengumpulan data,
termasuk didalamnya kewenangan, tingkatan level data yang dihasilkan, audit dan
sertifikasi, insentif, unsur pendidikan lingkungan dan sebagainya.

Perlu dirumuskan kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam terutama panduan
sosialisasi dan peningkatan pengetahuan masyarakat akan pentingnya stasiun dan
peralatan pengamat, sehingga masyarakat dapat membantu dalam penjaga dan
memeliharanya.

Perlu ada aturan-aturan khusus kerjasama dengan lembaga-lembaga masyarakat hingga
tingkat desa/RT&RW yang dilibatkan dalam pengamatan data, pengawasan dan
pemeliharaan stasiun pengamat (misalnya dikaitkan dengan program Siskamling, dsb.)
-- 25 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Memasukkan komponen siklus hidrologi dlm kurikulum pengetahuan lingkungan hidup
yg perlu diajarkan mulai dariTK hingga PT.

Pengaturan lebih lanjut mengenai kewajiban masyarakat untuk melapor kepada
pengelola informasi SDA.
B. Lingkup Kebijakan SIH3 terkait Hidrologi
1) Kelembagaan

Menyelaraskan tupoksi unit pengelola data dan informasi hidrologi dan implementasinya
sesuai peran utama dari masing-masing lembaga induknya dengan memperhatikan fungsi
Clearinghouse sebagaimana telah ditetapkan dalam PP No.42 tahun 2008

Meningkatkan pelaksanaan peringatan dini.

Menegaskan adanya tugas dan fungsi pengelola data dan informasi dalam uraian tupoksi
lembaga termasuk mekanisme koordinasi antar lembaga.

Melaksanakan pembinaan dan penyediaan SDM untuk memenuhi kebutuhan
-
pengelolaan data, informasi hidrologi dan sistem informasi hidrologi
-
pelaksanaan sertifikasi. kalibrasi peralatan dan validasi data dan informasi hidrologi.

Mencantumkan kinerja pengelolaan data dan informasi hidrologi ke dalam salah satu
kriteria penilaian keberhasilan institusi dalam pengelolaan SDA

Mengatur mekanisme kerjasama/ pendelegasian pengelolaan data dan informasi
hidrologi antara UPT dan UPTD

Menyiapkan aturan mengenai lembaga yang berwenang menerbitkan sertifikasi dan
akreditasi yang berbasis pada pelayanan yang cepat, murah dan memenuhi standar.
2) Pengelolaan

Meninjau ulang dan menetapkan NSPM dalam penyelenggaraan SIH ditingkat Pusat,
Provinsi dan Kab/Kota :
-
Memperjelas alur data dan informasi hidrologi.
-
Rasionalisasi jaringan pos hidrologi

Menuju standarisasi methodologi dan peralatan yang ekonomis dan mudah dioperasikan.

Meningkatkan kemampuan (sdm, methodologi, peralatan) unit kerja pengelola sistem
informasi hidrologi ditingkat Pusat, Provinsi dan Kab/Kota sesuai dengan standar yang
ditetapkan

Menyusun standarisasi
clearinghouse.
database,
metadata
-- 26 --
yang
dapat
memudahkan
tugas
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Meninjau ulang dan melaksanakan rasionalisasi jaringan pos pengamatan hidrologi dalam
rangka efisiensi dan efektifitas pengelolaan data dan informasi hidrologi.

Koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian, pemeliharaan dan pengawasan
sistem informasi berbasis komputer dan peralatan lainnya yang terkait ditingkat Pusat,
Provinsi dan Kab/Kota.

Melaksanakan pembinaan jaminan mutu untuk
-
pengelolaan data, informasi hidrologi dan sistem informasi hidrologi
-
pelaksanaan sertifikasi. kalibrasi peralatan dan validasi data dan informasi hidrologi.
3) Teknologi
Teknologi Informasi :

Menetapkan arsitektur sistem informasi hidrogeologi yang kompatibel dgn sistem
informasi yang lain.

Menetapkan arsitektur jejaring dan komunikasi data SIH yang murah dan kompatibel
dgn sistem informasi yang lain

Menetapkan jenis informasi yang terbuka untuk masyarakat luas

Menyusun standarisasi
clearinghouse.
database,
metadata
yang
dapat
memudahkan
tugas
Peralatan Hidrologi :

Menuju otomatisasi pemantauan data hidrologi.

Mengutamakan penggunaan peralatan hidrologi produksi dalam negeri, murah biaya
operasi dan pemeliharaanya ,

Mengembangkan sistem pengamanan peralatan yang efektif : Registrasi dan
Perencanaan penempatan alat (dan bangunan pengamannya)
4) Pembiayaan

Menetapkan pembiayaan yang cukup dan masuk dalam program yang harus
dilaksanakan secara rutin.

Untuk meningkatkan pelayanan sistem informasi pengelola dapat menerima jasa
pelayanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk itu perlu menentukan tarif
pelayanan jasa data dan informasi hidrologi.
5) Pemberdayaan Masyarakat

Memperjelas tugas dan tanggungjawab peran serta masyarakat dalam mengelola SIH
ditingkat Pusat, Provinsi dan Kab/Kota.
-- 27 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Masyarakat berhak mendapatkan dan mengelola data dan informasi hidrologi untuk
kepentinganya.

Masyarakat harus menyampaikan data dan informasi hidrologi secara terkoordinasi
kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Sosialisasi pentingnya data hidrologi dan keberadaan alat kepada masyakat.
C. Lingkup Kebijakan SIH3 terkait Hidrometeorologi
1) Kelembagaan

Menegaskan adanya tugas dan fungsi pengelola data dan informasi hidrometeorologi
dalam uraian tupoksi lembaga bagi lembaga pengelola SDA, termasuk mekanisme
koordinasi antar lembaga, dengan :
-
Memberlakukan tiga lembaga yg ada yaitu BMKG, Ditjen SDA-Dep.PU, dan Dep.
ESDM, masing2 utk mengelola database nasional komponen siklus hidrologi yg
terintegrasi dan menjadi sub-SIH3 Nasional dg peraturan pemerintah.
-
Memberlakukan lembaga yg ada di Prov, Kab/Kota dg tupoksi menyelenggarakan
pengelolaan hidrologi dan hidrogeologi menjadi pengelola database
Hidrologi/Hidrogeologi Prov, Kab/Kota.dg perda.
-
Memberlakukan Sta BMKG kordinator provinsi menjadi database Hidromet di
prov.ybs.
-
Memberdayakan institusi pengelola hidrologi, hidrometeorologi dan hidrogeologi,
dengan fungsi clearing house pada tingkat Nasional, Provinsi, Kab/Kota.

Mencantumkan kinerja pengelolaan data dan informasi hidrometeorologi ke dalam salah
satu kriteria penilaian keberhasilan institusi dalam pengelolaan SDA bagi lembaga
pengelola SDA

Menegaskan bahwa pengelolaan data dan informasi H3 menjadi bagian penting dari
urusan wajib otonomi

Melakukan sosialisasi ke Pem.Prov/Kab/Kota ttg pentingnya pengelolaan hidromet sbg
sumber daya alam yg merupakan aset negara.

Menetapkan Pengelolaan SIH3-Hidromet sbg program Pemerintah/PemProv/Kab/Ko yg
harus dilaksanakan tanpa putus (program never ending) oleh siapapun pemerintah yg
sedang berkuasa.

Menegaskan dan menetapkan pengelolaan data hujan berada dlm pembinaan lembaga
pengelola hidrometeorologi.
2) Pengelolaan

Menyusun NSPM pengelolaan SIH3 yg baku yg meliputi aspek pengamatan,pencatatan,
pengumpulan, pengarsipan, pengolahan, pertukaran data komponen siklus hidrologi
yang mencakup antara lain :
-- 28 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
-
Melakukan inspeksi secara berkala utk mengetahui kelaikan kondisi Pos Hidromet
dan lingkungannya serta kondisi alat ukurnya.
-
Melaksanakan kegiatan pelatihan tenaga pengamat secara berkala.
-
Melaksanakan kalibrasi secara berkala
-
Melaksanakan validasi data di level penge lola database IH3
-
Menyiapkan tenaga terlatih utk melaksanakan kegiatan validasi data
-
Menyiapkan perangkat lunak u validasidata.

Melaksanakan diseminasi NSPM pengelolaan SIH3.

Membangun jaringan pengamatan hidromet secara bertahap hingga dicapai kerapatan
jaringan yg optimum yg dpt menjelaskan neraca air di masing2 wilayah Prov/Kab/Kota
(tndk lnjt rasionalisasi).

Menegaskan tugas pokok dan fungsi unit kerja di tiap Pem.Prov/Kab/Kota utk
menyelenggarakan pelaksanaan pengelolaan SIH3-Hidromet yg meliputi pengamatan,
pencatatan, pengumpulan, pengarsipan, pertukaran, dan pemanfaatan data hidromet di
wilayahnya.

Menetapkan program pendidikan dan pelatihan tenaga pengelola SIH3 sbg program
rutin.

Menyiapkan tenaga terlatih utk mengelola SIH3-Hidromet di wilayahnya.

Menetapkan hasil pelaksanaan validasi data secara berjenjang

Menetapkan kegiatan rekayasa pembuatan alat ops pengamatan sbg program rutin pd
lembaga pengelola hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi.
3) Teknologi
Teknologi Informasi

Perlu inventarisasi sistem TI yg digunakan oleh berbagai lembaga pemerintah yg
mengelola hidromet.

Menyusun rancangan sistem TI yg mampu mengadopsi semua sistem dan meng
integrasikannya dlm SI Hidromet, ditetapkan dlm kebijakan.

Pengelola SIH melaksnakan penyesuaian sistem TI yg terintegrasi sesuai hasil rancangan
yg telah ditetapkan.

Selalu mengupdate teknologi informasi dg versi terbaru agar database hidromet selalu
dpt diakses dan dimanfaatkan oleh setiap generasi bangsa Ind.

Setiap pengelola SIH wajib melaporkan sistem TI yg digunakan (satu sama lain) baik pd
saat pertama kali maupun setiap ada perubahan sistem.
-- 29 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
Peralatan

Menggalakkan produk dlm negeri peralatan ops pengamatan hidromet utk menjamin
kontinuitas pengamatan tanpa putus.
4) Pembiayaan

menetapkan retribusi lingk.hidup dikenakan pd setiap kegiatan, yg pembagiannya salah
satunya utk pembiayaan pengelolaan komponen siklus hidrologi, yi opshar hidromet.

Setiap kegiatan proyek/ penelitian yg memanfaatkan data/informasi hidromet dan telah
menghasilkan keuntungan perlu dikenakan retribusi yg dana nya digunakan utk
pengelolaan opshar hidromet.
5) Pemberdayaan Masyarakat

Melakukan sosialisasi ttg pentingnya komponen siklus hidrologi, dlm forum2 diskusi dg
kelompok petani, karang taruna, PKK, dsb, secara berkala.

Memasukkan komponen siklus hidrologi dlm kurikulum pengetahuan lingkungan hidup
yg perlu diajarkan mulai dari TK hingga PT.
D. Lingkup Kebijakan SIH3 terkait Hidrogeologi
1) Kelembagaan

Menetapkan Tugas dan fungsi Kementerian dalam pengelolaan air tanah.

Mengoptimalkan tupoksi unit pengelola data dan informasi hidrogeologi dan
implementasinya sesuai yang ditetapkan dalam PP No. 43 tahun 2008.

Meningkatkan pelaksanaan peringatan dini.

Menegaskan adanya tugas dan fungsi pengelola data dan informasi dalam uraian tupoksi
lembaga termasuk mekanisme koordinasi antar lembaga.

Melaksanakan pembinaan dan penyediaan SDM untuk memenuhi kebutuhan
pengelolaan data, informasi hidrogeologi dan sistem informasi hidrogeologi

Memberikan prioritas dalam pengelolaan data dan infromasi hidrogeologi.

Mengatur mekanisme kerjasama pengelolaan data dan informasi hidrogeologi antara
pusat dan daerah.

Menyiapkan aturan mengenai lembaga yang berwenang menerbitkan sertifikasi yang
berbasis pada pelayanan yang cepat, murah dan memenuhi standar.

Meningkatkan pelaksanaan peringatan dini.

Pemerintah Pusat melakukaan pembinaan kepada Pemerintah provinsi, kab/kota dalam
pengelolaan data dan informasi hidrogeologi.
-- 30 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Perlu peningkatan kesadaran untuk melaksanakan kewajibannya.
2) Pengelolaan

Melaksanakan koordinasi dan mekanisme akses data antara Pusat dan daerah dalam
pengelolaan data dan informasi hidrogeologi.

Menuju standarisasi metodologi dan peralatan yang ekonomis dan mudah dioperasikan.

Meningkatkan kemampuan (sdm, methodologi, peralatan) pengelola sistem informasi
hidrogeologi ditingkat Pusat, Provinsi dan Kab/Kota sesuai dengan standar yang
ditetapkan

Melaksanakan kaderisasi dan menetapkan rencana jenjang karir yang jelas.

Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan secara konsisten.

Menyusun standarisasi database, metadata yang dapat memudahkan tugas pengelolaan
sistem informasi.

Perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan data dan informasi dilaksanakan secara
terpadu dan kontinyu.

Pelaksanaan standarisasi, kalibrasi dan pemeliharaan peralatan serta validasi data dan
informasi hidrogeologi.

Menetapkan pembiayaan OP yang cukup dan masuk dalam program yang harus
dilaksanakan secara rutin.

Perlu rasionalisasi jumlah sumur pantau.
3) Teknologi
Teknologi Informasi

Sosialisasi website sistem informasi hidrogeologi Badan Geologi

Menetapkan arsitektur sistem informasi hidrogeologi yang kompatibel dgn sistem
informasi yang lain.

Menetapkan jenis informasi yang terbuka untuk masyarakat luas.

Menyusun standarisasi database, metadata yang dapat memudahkan tugas pengelolaan
sistem informasi hidrogeologi.
Peralatan

Menuju otomatisasi pemantauan data hidrogeologi.

Mengutamakan penggunaan peralatan hidrogeologi produksi dalam negeri, murah biaya
operasi dan pemeliharaanya.
-- 31 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional

Mengembangkan sistem pengamanan peralatan dengan perencanaan penempatan alat

Meningkatkan sdm dalam pemeliharaan peralatan
4) Pembiayaan

Menetapkan pembiayaan yang cukup dan masuk dalam program yang harus
dilaksanakan secara rutin.
5) Pemberdayaan Masyarakat

Mensosialisasikan pada masyarakat dan swasta dalam kewajibannya melaporkan data
dan informasi hidrogeologi kepada lembaga yang berwenang.

Sosialisasi pentingnya data hidrogeologi dan keberadaan alat kepada masyarakat.
-- 32 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
V. ARSITEKTUR DAN INTEGRASI SISTEM INFORMASI HINDROLOGI,
HIDROMETEOROLOGI DAN HIDROGEOLOGI
Berdasarkan hasil pemetaan masalah pada uraian bab terdahulu mengenai mekanisme pengumpulan
data dan informasi H3 yang telah diuraikan di atas, maka berikut ini disusun disain bagan alir
pengumpulan data dan informasi H3 yang mengacu pada perbaikan-perbaikan terhadap uraian
tersebut atas. Melihat kondisi kelembagaan dan pola penerapan pengumpulan data dan informasi
pada ketiga simpul H3 yang berbeda (Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrologi), maka rancangan
konsep bagan alir untuk ketiga simpul H3 pun disusun sesuai dengan kondisinya masing-masing.
Adapun ketiga konsep rancangan bagan alir yang nantinya akan menjadi bagian dari draft rancangan
kebijakan sistem informasi H3 diuraikan pada sub-bab berikut ini.
A. BAGAN ALIR SIMPUL HIDROLOGI (BASIS DATA HIDROLOGI NASIONAL)
1) Skema Bagan Alir
SDA
CH
UPT (Balai WS)
Database
Hidrologi
Nasional
CH
Pusat
Data Pusat, Lintas
Negara,
Stra. NasLintas
dan
Data Propinsi
DataKab/Kota
Propinsi
Lintas
Propinsi Lintas
Kab/Kota
Propinsi
Data Propinsi dan
Data Propinsi Lintas
Lintas
Data Kab/Kota
Propinsi Lintas
Kab/Kota
Kab/Kota
UPTD (Balai PSDA)
Stakeholder
Lain
CH
Kab.
/Kota
Data Kab/Kota
Dinas SDA
CH
Gambar 4 : Bagan Alir Simpul Hidrologi
Pada simpul hidrologi tanggung jawab pengelolaan Database Hidrologi Nasional berada pada
Direktorat Jenderal Sumberdaya Air – Departemen Pekerjaan Umum. Sedangkan pengelola
lokal ada pada tiga tingkatan pemerintahan :
•
Pada Tingkat Pusat pengelolaan dilakukan oleh UPT (Balai WS), yang mencakup
pengelolaan Data WS Pusat, WS Lintas Negara, WS Strategis Nasional dan WS Lintas
Propinsi
•
Pada Tingkat Propinsi pengelolaan dilakukan oleh UPTD (Balai PSDA), yang mencakup
pengelolaan Data WS Local Propinsi dan WS Lintas Kabupaten Kota.
-- 33 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
•
Pada Tingkat Kabupaten/Kota pengelolaan dilakukan oleh Dinas SDA, yang mencakup
Data WS Lokal Kabupaten.
2) Aliran Data dan Informasi
Secara ideal seluruh pengelolaan baik di tingkat Pusat, tingkat Propinsi maupun di tingkat
Kabupaten Kota hendaknya memiliki atau dapat memberikan layanan data dan informasi
Hidrologi baik yang secara khusus berada di lokal wilayah kewenangannya maupun data dan
informasi yang diluar lokal wilayah kewenangannya, namun berada di dalam wilayah
administratifnya. Untuk itu maka perlu disusun suatu mekanisme aliran data dan informasi
yang dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut di atas. Berikut adalah gambaran
meaknisme pola aliran data dan informasi yang didisain untuk memenuhi persyaratan
tersebut :
Ditjen. SDA (Subdit. Data
& Informasi)
Dinas Propinsi
Dinas Kab/Kota
Pengelola WS
WS dalam 1 WS dalam 1
kab/kota
kab/kota
Strategis
Nas.
WS lintas
kab/kota
WS lintas
kab/kota
Strategis
Nas.
WS lintas
propinsi
WS lintas
negara
Gambar 5 : Pola Alirian Data dan Informasi Simpul Hidrologi
Selain itu baik Database Hidrologi Nasional maupun pengelola di tingkat daerah juga
menerima supply data dari Stakeholder lain yang terkait.
3) Unit Clearinghouse
Berdasarkan pola aliran data tersebut diatas, maka Unit Clearinghouse pada simpul hidrologi
ini hendaknya berada pada setiap tingkatan lembaga pengelola, dari tingkat Nasional, Pusat,
Propinsi hingga ke tingkat Kabupaen/Kota. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan karena
masing-masing tingkatan pengelola tersebut harus bertanggung jawab terhadap data dan
informasi yang dikelolanya.
4) Disain Kebijakan
Disain kebijakan terkait dengan Bagan Alir Informasi dan data ini hendaknya mencakup halhal sebagai berikut :
•
Tugas, Pokok dan Fungsi bagi setiap lembaga pengelola di semua tingkatan.
•
Wewenang pengelolaan data dan informasi pada setiap tingkatan, termasuk kewenagan
dalam cakupan data dan informasi yang dikelolanya.
-- 34 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
•
Aturan teknis mengenai pola aliran data dan informasi.
•
Pengaturan terhadap fungsi Clearinghouse
B. BAGAN ALIR SIMPUL HIDROMETEOROLOGI (BASIS DATA HIDROMETEOROLOGI
NASIONAL)
1) Skema Bagan Alir
BMKG
Nasional
CH
Balai Besar Wilayah
Pusat (5 BBW)
Propinsi
Database
Hidrometeorologi
Nasional
Data Propinsi Lintas
Data Propinsi Lintas
Kab/Kota
Data
Propinsi Lintas
Kab/Kota
Kab/Kota
Koordinator Propinsi
Stakeholder
Lain
CH
Data Lokasi
Kabupaten/
Kota
Stasiun Pengamat
& Pos Kerjasama
Gambar 6 : Bagan Alir Simpul Hidrometeorologi
Pada simpul hidrometeorologi tanggung jawab pengelolaan Database Hidrometeorologi
Nasional berada pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika – Departemen
Perhubungan. Sedangkan pengelola lokal ada pada tingkatan pemerintahan :
•
Pada Tingkat Propinsi pengelolaan dilakukan oleh Koordinator Propinsi pada setiap
propinsi, yang mencakup pengelolaan Data Propinsi dan Data Lintas Kabupaten Kota.
•
Pada Tingkat Kabupaten/Kota pengelolaan dilakukan langsung oleh Stasiun Pengamat
dan Pos Kerjasama yang berada di sebagian besar wilayah Indonesia, mencakup Data
Lokal Kabupaten.
2) Aliran Data dan Informasi
Pada simpul Hidrometeorologi ini dianut pola aliran data dan informasi terpusat, dimana
data disampaikan langsung ke tingkat Nasional dan tingkatan pengelola yang lebih rendah
mensupply data dan informasi kepada lembaga pengelola yang secara administatif berada di
atasnya hingga menuju ke tingkat Nasional. Selain itu baik Database Hidrometeorologi
Nasional maupun pengelola di tingkat daerah juga menerima supply data dari Stakeholder
lain yang terkait.
-- 35 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
3) Unit Clearinghouse
Berdasarkan pola aliran data tersebut diatas, maka Unit Clearinghouse bagi simpul
hidrometeorologi ini berada pada tingkat Propinsi dan Nasional. Hal tersebut berdasarkan
pertimbangan karena tingkatan pengelola yang paling bertanggung jawab terhadap
keabsahan data dan informasi berada pada kedua tingkatan tersebut.
4) Disain Kebijakan
Disain kebijakan terkait dengan Bagan Alir Informasi dan data ini hendaknya mencakup halhal sebagai berikut :
•
Tugas, Pokok dan Fungsi bagi setiap lembaga pengelola di semua tingkatan.
•
Wewenang pengelolaan data dan informasi pada setiap tingkatan, termasuk kewenagan
dalam cakupan data dan informasi yang dikelolanya.
•
Aturan teknis mengenai pola aliran data dan informasi.
•
Pengaturan terhadap fungsi Clearinghouse
C. BAGAN ALIR SIMPUL HIDROGEOROLOGI (BASIS DATA HIDROGEOROLOGI
NASIONAL)
1) Skema Bagan Alir
ESDM
Nasional
CH
Propinsi
Database
Hidrogeologi Nasional
Data CAT
Lintas Propinsi,
DataPropinsi
Propinsidan
Lintas
Lokal
DataKab/Kota
Propinsi Lintas
Lintas Kab/Kota
Kab/Kota
Dinas ESDM Propinsi
CH
Kab./Kota
Data CAT
Lokal Kab./Kota
Stakeholder
Lain
Dinas ESDM Kab./Kota
CH
Gambar 7 : Bagan Alir Simpul Hidrogeologi
Pada simpul hidrogeologi tanggung jawab pengelolaan Database Hidrogeologi Nasional
berada pada Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Sedangkan pengelola lokal ada
pada tingkatan pemerintahan :
-- 36 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
•
Pada Tingkat Propinsi pengelolaan dilakukan oleh Dinas ESDM Propinsi pada setiap
propinsi, yang mencakup pengelolaan Data CAT Lintas Propinsi, data CAT Lokal Propinsi
dan Data Lintas Kabupaten Kota.
•
Pada Tingkat Kabupaten/Kota pengelolaan dilakukan langsung oleh Dinas ESDM
Kabupaten/Kota yang berada di sebagian besar wilayah Indonesia, mencakup Data CAT
Lokal Kabupaten.
2) Aliran Data dan Informasi
Pada simpul Hidrogeologi ini dianut pola aliran data dan informasi berjenjang, dalam arti
tingkatan pengelola yang lebih rendah mensupply data dan informasi kepada lembaga
pengelola yang secara administatif berada di atasnya hingga menuju ke tingkat Nasional.
Selain itu baik Database Hidrogeologi Nasional maupun pengelola di tingkat daerah juga
menerima supply data dari Stakeholder lain yang terkait.
Selain itu baik Database Hidrolohi Nasional maupun pengelola di tingkat daerah juga
menerima supply data dari Stakeholder lain yang terkait.
3) Unit Clearinghouse
Berdasarkan pola aliran data tersebut diatas, maka Unit Clearinghouse pada simpul
hidrogeologi ini hendaknya berada pada setiap tingkatan lembaga pengelola, dari tingkat
Nasional, Pusat, Propinsi hingga ke tingkat Kabupaen/Kota. Hal tersebut berdasarkan
pertimbangan karena masing-masing tingkatan pengelola tersebut harus bertanggung jawab
terhadap data dan informasi yang dikelolanya.
4) Disain Kebijakan
Disain kebijakan terkait dengan Bagan Alir Informasi dan data ini hendaknya mencakup halhal sebagai berikut :
•
Tugas, Pokok dan Fungsi bagi setiap lembaga pengelola di semua tingkatan.
•
Wewenang pengelolaan data dan informasi pada setiap tingkatan, termasuk kewenagan
dalam cakupan data dan informasi yang dikelolanya.
•
Aturan teknis mengenai pola aliran data dan informasi.
•
Pengaturan terhadap fungsi Clearinghouse
D. INTEGRASI KETIGA SIMPUL SISTEM INFORMASI HIDROLOGI,
HIDROMETEOROLOGI DAN HIDROGEOLOGI
Ketiga simpul Sistem Informasi yang telah diuraikan diatas terintegrasi dalam suatu jejaring
Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrologi. Walaupun secara fisik ketiga Sistem
Informasi diatas merupakan sub-sistem yang terpisah namun secara virtual, pengguna tidak
merasakan berada dalam tiga sistem yang berbeda. Dalam arti ketika pengguna memasuka
sistem melalui jalur salah satu simpul Sistem Informasi, secara otomatis pengguna dapat
mengkases dan memanfaatkan data dan informasi dari ketiga simpul sub-sistem secara sekaligus.
-- 37 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
Dengan demikian secara lebih tepat Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan
Hidrogeologi merupakan suatu jejaring sistem informasi yang bersifat maya. Adapun gambaran
sederhana dari jejaring sistem informasi tersebut dapat dilihat pada gambar skema berikut :
SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA AIR NASIONAL
SIH3
SDA
CH
CH
Database
Hidrometeorologi
Nasional
Database
Hidrologi Nasional
Stakeholder
Lain
BMKG
Pusat
Stakeholder
Lain
Pusat
ESDM
CH
Database
Hidrologi Nasional
Stakeholder
Lain
Pusat
Propinsi
Propinsi
Propinsi
Kab./Kota
Kab./Kota
Kab./Kota
Gambar 8 : Jejaring Maya Sistem Informasi H3
-- 38 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
VI. RANCANGAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI
Berdasarkan uraian mengenai mekanisme penyusunan rancangan kebijakan yang telah diuraikan di
atas, maka disusun disain kebijakan terkait dengan Teknologi Informasi dalam bentuk Matrix
permasalahan dengan struktur sesuai dengan uraian tersebut atas. Dalam suatu Jejaring Sistem
Informasi yang melibatkan banyak Sistem terkait, beberapa konsep disain kebijakan yang disusun
dalam bentuk narasi mengacu pada isue-isue pokok yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
A. KELEMBAGAAN
1) Umum
Dalam kelompok umum ditetapkan kebijakan-kebijakan mengenai keberadaan kelembagaan
yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SIH3, yang antara lain dapat memuat mengenai
unit/lembaga pengelola, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, dsb. Berikut ini
merupakan beberapa contoh butir-butir kebijakan terkait dengan masalah kelembagaan
dalam kategori umum.
•
Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang memiliki kewenangan didalam
pengelolaan Sumberdaya Air harus memiliki unit/lembaga yang bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pengelolaan SIH3.
•
Unit/Lembaga yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan SIH3
bertanggung jawab langsung kepada pimpinan tertinggi sesuai dengan tingkatannya.
•
Struktur organisasi dan tata kelola lembaga penyelenggara pengelolaan SIH3 diatur lebih
lanjut dalam Peraturan lebih lanjut.
2) Kerjasama Kelembagaan
Penyelenggaraan pengelolaan SIH3 dapat dilakukan melalui kemitraan antar-instansi
pemerintah pusat, antara Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, Instansi Pemerintah Pusat
dan Daerah dengan Badan Usaha atau masyarakat, antar-instansi pemerintah daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Berikut ini merupakan beberapa contoh butir-butir
kebijakan terkait dengan masalah kelembagaan dalam kategori kerjasama kelembagaan.
•
Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang memiliki kewenangan didalam
pengelolaan Sumberdaya Air dapat bekerjasama dengan unit/lembaga lain baik dari
kalangan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat maupun swasta dalam hal
penyelenggaraan pengelolaan SIH3.
•
Bentuk dan mekanisme kerjasama hal penyelenggaraan pengelolaan SIH3 diatur lebih
lanjut melalui peraturan teknis maupun melalui perjanjian kerjasama dari pihak-pihak
yang bekerjasama.
3) Peranan Masing-masing Lembaga
Peran Kelembagaan untuk masing-masing pihak yang terlibat di dalam pengelolaan Sistem
Informasi H3 dapat dikelompokan ke dalam beberapa bagian, yaitu :
-- 39 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
•
Penyediaan Data (Data Supplier)
Ketetapan bagi unit/lembaga yang secara langsung melakukan pengamatan, pemantauan
data-data SIH3.yang memasok data/informasi SIH3 baik secara langsung maupun tidak
langsung.
•
Pengumpulan Data (Data Collector)
Ketetapan bagi unit/lembaga yang memasok data/informasi SIH3 baik secara langsung
maupun tidak langsung. Unit/lembaga yang secara langsung memasok data/informasi
SIH3 juga berfungsi sebagai Penyediaan Data.
•
Penyedia Informasi (Information Provider)
Ketetapan bagi unit/lembaga yang melakukan analisa data, mengolah data-data dan
memproses data SIH3 menjadi informasi.
•
Pengolah/Validasi Data (Clearinghouse)
Ketetapan bagi unit/lembaga yang melakukan validasi dan verifikasi terhadap data
maupun informasi SIH3.
•
Penyelenggara Informasi (mediator/facilitator)
Ketetapan bagi unit/lembaga yang melakukan pengembangan simpul sistem SIH3,
pengelolaan dan perawatan sistem SIH3 di lingkungannya.
Information
Provider
Data Suppliers
Data Collector
Mediator/
Facilitator
Gambar 9 : Peran kelembagaan berdasarkan fungsi-fungsinya dalam pengelolaan SIH3
4) Tugas Pokok dan Fungsi
Dalam kategori ini ditetapkan rumusan-rumusan kebijakan terkait dengan tugas pokok dan
fungsi unit/lembaga pengelola SIH3. Tugas pokok dan fungsi ini ditambahkan terhadap atau
melengkapi butir-butir tugas pokok unit/lembaga yang sudah ada. Butir-butir ketetapan
berikut merupakan contoh rumusan tugas pokok dan fungsi unit/lembaga clearinghouse :
-- 40 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
•
Menetapkan Jenis Data/Informasi sesuai dengan simpul bidangnya
•
Menetapkan Standar Format data dan Struktur Metadata sesuai dengan simpul
bidangnya
•
Memfasilitasi Proses Pertukaran Data sesuai dengan simpul bidangnya
•
Melakukan Validasi dan Verifikasi agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
•
Melakukan data entry dan kompilasi data sesuai dengan simpul bidangnya
5) Lembaga Clearinghouse
Suatu Unit/Sub-Lembaga yang bertugas mengelola verifikasi dan validasi data yang hendak
diinput ke dalam sistem.
•
Dikelola secara bersama dalam suatu jejaring berdasarkan ketetapan.
•
Penetapan Simpul-simpul dan Sub-simpul sesuai peranan kelembagaan
•
Diwakili oleh setidaknya satu orang atau lebih dari setiap lembaga yang terkait simpul.
•
Struktur Simpul Unit Clearing (usulan)
-
Simpul Utama : 3 (Hidrologi (PU), Hidrometeorologi (BMKG), Hidrogeologi (ESDM))
-
Penghubung Sub-Simpul : Jejaring horizontal setiap simpul utama (inter dept.)
-
Sub-Simpul : Jejaring vertikal masing-masing Sub-Simpul (Cabang) hingga tingkat
Propinsi.
Unit CH
SIH3
Simpul
Hidrogeo
Simpul
Hidrologi
SubSubSubSimpul SubSubSimpul SubSub- SubSimpul
Simpul
Simpul
Hidromet
SubSubSimpul
SubSubSimpul
SubSubSubSub- Simpul
Simpul
SubSubSimpul
SubSubSimpul
SubSubSimpul
Gambar 10 : Struktur Jejaring Unit Clearinghouse dalam pengelolaan SIH3
-- 41 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
6) Level Kewenangan
Dalam hal tingkatan kewenangan ditetapkan pimpinan unit/lembaga yang melakukan
pengelolaan SIH3. Hal ini ditujukan agar mekanisme koordinasi, kerjasama antar lembaga
dapat berjalan sesuai dengan harapan, tanpa harus mempermasalahkan birokrasi
kelembagaan. Sebagai contoh butir ketetapan yang dapat dirumuskan dalam hal ini adalah
sebagai berikut :
Lembaga penyelenggara pengelolaan SIH3 Pemerintah Pusat dipimpin oleh pejabat eselon I,
lembaga penyelenggara pengelolaan SIH3 pemerintah provinsi dipimpin oleh pejabat eselon
IIa, dan lembaga penyelenggara pengelolaan SIH3 pemerintah kabupaten/kota dipimpin oleh
pejabat eselon IIb.
7) Hak Akses
Terkait dengan kewenangan dalam pengelolaan SIH3 adalah hak akses terhadap sistem yang
ditentukan berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan secara teknis. Beberapa mekanisme
dapat ditetapkan bagaimana kewenangan perorangan maupun lembaga dalam mengakses
sistem seperti berikut ini :
•
Umum
Hak akses umum yaitu data dan informasi yang dapat secara bebas diakses tanpa harus
melalui prosedur teknis tertentu.
•
Subskripsi
Hak akses subskripsi yaitu data dan informasi yang hanya dapat diakses melalui prosedur
registrasi user.
•
Antar Instansi
Hak akses antar instansi yaitu data dan informasi yang hanya dapat diakses melalui
prosedur antar instansi, seperti misalnya melalui surat resmi permohonan, kerjasama
antar unit/lembaga, dsb.
•
Pembiayaan
Hak akses pembiayaan yaitu data dan informasi yang hanya dapat diakses setelah
pengguna melakukan registrasi dan membayar biaya akses yang ditetapkan secara
khusus.
B. PENGELOLAAN
1) Model-model Pengelolaan SIH3
Sebelum ditetapkan suatu kebijakan dalam pengelolaan suatu sistem informasi, perlu
dijabarkan terlebih dahulu pola atau model-model yang dapat digunakan dalam
penyelenggaraan pelayanan data/informasi. Adapun beberapa model yang bisa dijadikan
sebagai acuan adalah model-model seperti :
•
Model Translasi dalam rangka Standarisasi Ontology secara Skematis (terstruktur)
-- 42 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
-
Data dikumpulkan oleh Data Collector dari Data Suppliers
-
Data Collector melakukan validasi & verifikasi data dan kemudian meng-entry data
pada worksheet Excel standar kemudian mengirimkan ke Information
Mediator/Facilitator
-
Setelah dilakukan validasi & verifikasi, Information Mediator/Facilitator melakukan
konsolidasi data dengan cara mengimpor ke dalam database.
-
Information Mediator/Facilitator menyusun Standar Metadata untuk kemudian diupload ke Server.
Katalog
Katalog
Katalog
Informasi
Informasi
Informasi
SDA
IPTEK
IPTEK
Hardcopy
Softcopy
Deskripsi
Singkat
Metadata
Hasil
Survey
Website
Basis Data
Kompilasi Data
Gambar 11 : Model Translasi dalam rangka Standarisasi Ontology
2) Model Pelayanan Penyediaan Informasi
•
•
•
Umum
-
Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan data dan informasi
dalam penyelenggaraan pengelolaan SIH3 untuk keperluan internal dan eksternal
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
-
Penanggung Jawab Lembaga menetapkan data dan informasi minimal yang wajib
disediakan oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam penyelenggaraan
pengelolaan SIH3.
Format :
-
On-line melalui Website (Info interaktif, Bulettin)
-
Dikirim melalui E-Mail berdasarkan permintaan (Inquiry)
-
Dikirim secara periodik atau berdasarkan update melalui E-Mail( Buletin periodical)
Indeks/Katalog :
-- 43 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
•
-
Penelusuran mengikuti “Kategorisasi Subyek”
-
Pencarian melalui kata-kunci dengan menggunakan mesin pencarian (search engine)
Penyediaan Informasi
-
Beberapa bagian Informasi dapat diakses bebas oleh setiap pengguna
-
Beberapa bagian Informasi hanya dapat diakses oleh pengguna yang telah terdaftar
sebagai anggota
3) Model Manajemen Pelayanan Informasi
•
Pendaftaran Anggota :
-
-
Off-line :
o
Mendaftar langsung melalui E-Mail
o
Download formulir, kemudian formulir yang telah diisi dikirim via Fax atau EMail-Attachment.
On-Line :
o
•
Melalui form on-line, kemudian submit untuk sign-in secara otomatis.
•
Layanan Anggota :
-
Akses ke Informasi-informasi tertentu
-
Layanan-layanan khusus lain :
o
Question & Answer
o
Inquiry
o
Informasi berkala melaui E-Mail
4) Model Pertukaran Data
•
•
Update Data & Informasi dilakukan melalui aplikasi
-
on-line melalui HTML-Form
-
off-line melalui Aplikasi basis data lokal
Pengiriman update Data & Informasi dilakukan melalui media digital :
-
melalui file transfer FTP
-
melalui pengiriman disket
-
melalui attachment E-Mail
-- 44 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
•
Integrasi update Data & Informasi dilakukan melalui :
-
Aplikasi interface menggunakan Query otomatis (SQL)
5) Sumberdaya Manusia
Dalam pengelolaan SIH3 diperlukan ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai, untuk
itu penetapan menengenai persyaratan khusus dan kualifikasi sumberdaya yang diperlukan
dalam pengelolaan SIH3 harus dilakukan sperti dicontohkan sebagai berikut :
•
Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan sumber daya manusia
yang sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan.
•
Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah harus meningkatkan kompetensi sumber
daya manusia untuk mendukung penyelenggaraan pengelolaan SIH3.
C. TEKNOLOGI
1) Infrastruktur
Beberapa contoh keketapan yang dapat dirumuskan terkait dengan penyediaan infrastruktur
SIH3 adalah sebagai berikut :
•
Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan Infrastruktur yang
diperlukan dalam penyelenggaraan pengelolaan SIH3 sesuai dengan Peraturan
Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait.
•
Infrastruktur untuk penyelenggaraan pengelolaan SIH3 pada Instansi Pemerintah Pusat
dan Daerah harus sesuai dengan standar peralatan, standar interoperabilitas, standar
keamanan sistem informasi, dan standar lainnya.
•
Untuk dapat melakukan penerapan SIH3 sesuai dengan target yang telah ditetapkan,
diperlukan prasyarat teknis :
•
-
Ketersediaan jaringan (Network Availability), sistem cadangan (Redundancy System)
dan sistem penanggulangan bencana (Disaster Recovery System)
-
Ketersediaan perangkat pengaman jaringan (Network Security)
-
Jaminan atas kehandalan jaringan (Network Reliability)
-
Otomasi seluas mungkin, proses pengumpulan data, ekspor-impor data, pemrosesan,
presentasi data dan proses lain yang mendukung SIH3
-
Integrasi data lintas sistem aplikasi (Web-services) sehingga memudahkan
pertukaran data.
Kebutuhan teknis sebuah SIH3, minimal mencakup beberapa komponen standar :
-
Gateway-Portal yang berfungsi sebagai portal bagi penyimpanan, integrasi dan
pemrosesan data H3
-- 45 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
-
Interface (aplikasi antar muka) yang diperlukan untuk inter-koneksi antar sistem yang
terkait dalam SIH3.
-
Sistem pemrosesan data H3 (inhouse system) yang berada di internal masing-masing
pengelola SIH3
2) Interoperabilitas Data/Informasi :
Sedangkan dari sisi Interoperabilitas data/informasi semua sistem yang terkait dengan SIH3,
harus menggunakan acuan dan referensi standar
•
Technical Interoperability
Mencakup masalah-masalah interoperabilitas secara teknis, misalnya mengenai :
•
-
Protokol Komunikasi
-
Enskripsi
-
Dsb.
Data Interoperability
Mencakup masalah-masalah interoperabilitas data dan informasi yang dikelola, seperti :
-
Metadata
Attribut data/informasi yang dikelola dalam SIH3 harus sesuai dengan standar
Metadata dan ketentuan lain yang diatur dalam peraturan khusus.
-
Struktur dan Format data
Struktur dan format data yang digunakan harus sesuai dengan standar
interoperabilitas, standar keamanan informasi, dan ketentuan lain yang diatur dalam
peraturan khusus.
-
Komponen Data
Komponen-komponen data/informasi yang dikelola dalam SIH3 harus sesuai dengan
standar interoperabilitas, standar keamanan informasi, dan ketentuan lain yang
diatur dalam peraturan khusus.
•
Process Interoperability
Mencakup masalah-masalah Alur Kerja Pengelolaan data/informasi yang bersifat standar
dan dapat diterapkan oleh semua unit/lembaga terkait dalam pengelolaan SIH3.
3) Data dan Informasi
Kebijakan atas data dan informasi yang mengalir melalui SIH3, diputuskan untuk tetap
mendasarkan pada regulasi dan perundangan yang ada, termasuk mengenai hak
penyimpanan dan pengelolaan data, publikasi data, dan hak akses atas data, sedangkan SIH3
hanya akan menyediakan repository data untuk kebutuhan referensi proses. Setiap lembaga
-- 46 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
dan pihak-pihak lainnya yang terlibat, terutama yang memiliki peran sebagai penyedia data
perlu memperhatikan hal-hal berikut :
•
Metoda Mediasi
•
Klasifikasi Data/Informasi
•
Standarisasi Format
•
Kompatibilitas
•
Pertukaran Data (Interchange)
4) Fasilitas Pusat Data
•
Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menyediakan fasilitas pusat data yang
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berupa sarana dan prasarana terpusat untuk
pengelolaan data pengelolaan SIH3.
•
Fasilitas pusat data dan fasilitas pusat data nasional yang terintegrasi wajib berada di
wilayah hukum Republik Indonesia.
5) Keandalan dan Keamanan Sistem :
Semua data dan informasi yang mengalir melalui SIH3 adalah data yang sangat penting dan
dilindungi kerahasiaannya oleh aturan perundangan yang ada, karena itu prioritas utama
pembangunan SIH3 adalah mengenai aspek keamanan atas data, informasi dan jaringan
sistem yang digunakan.
•
Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib menjaga keamanan, kerahasiaan,
keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan informasi.
•
Ketentuan lebih lanjut mengenai standar dan prosedur untuk menjaga keamanan,
kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan informasi diatur dalam
peraturan khusus.
Hal yang cukup penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengelolaan suatu Sistem Informasi
antara lain menyangkut masalah-masalah sebagai berikut :
•
•
Keamanan Sistem
-
Thd. Intrusi misalnya melalui Pengaturan Hak Akses
-
Thd. Virus melalui misalnya melalui Regular Scanning
-
Thd. Kegagalan Sistem misalnya melalui Regular Backup
Pengelolaan Hak Akses
-
Umum
-
Subskripsi
-- 47 --
DRAFT NASKAH RANCANGAN KEBIJAKAN
Penyusunan Dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi Dan
Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional
•
•
-
Antar Instansi
-
Pembiayaan
Level Kedalaman Data & Informasi
-
Open
-
Partialy Open
-
Kompilasi
Perawatan Sistem
D. PEMBIAYAAN
1) Sumber Pembiayaan
Ketetapan khusus mengenai sumber-sumber pembiayaan yang diperlukan setiap
unit/lembaga dalam pengelolaan SIH3
•
Biaya penyelenggaraan pengelolaan SIH3 dapat diperoleh dari anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), atau sumber
lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
•
Setiap Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah wajib mengalokasikan dana
mendukung penyelenggaraan pengelolaan SIH3.
untuk
2) Kebutuhan Pembiayaan Teknologi Informasi
Ketetapan khusus mengenai besaran dan pengelolaan pembiayaan yang diperlukan setiap
unit/lembaga dalam pengelolaan SIH3, misalnya pembiayaan untuk
•
Penyediaan, pembangunan maupun pemeliharaan Infrastruktur
•
Operasional pengelolaan SIH3.
•
Penetapan Standar Remunerasi Pengelola SIH3
-
Sumber daya manusia yang melaksanakan penyelenggaraan pengelolaan SIH3 pada
Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan pegawai negeri yang
mendapatkan tunjangan fungsional dan insentif.
-
Tunjangan fungsional, insentif, dan gaji pegawai negeri penyelenggara pengelolaan
SIH3 diatur dalam peraturan Presiden.
-- 48 --
Download