HUBUNGAN FREKUENSI PIJAT BAYI DENGAN KECUKUPAN KEBUTUHAN TIDUR PADA BAYI DI BPS SURATINI MOJOSONGO SURAKARTA Infant Massage Frequency Relationship With Adequate Sleep On Baby Needs In Bps Suratini Mojosongo Surakarta Siti Farida, Dian Indriaswari Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta ABSTRACT Infant massage is therapeutic touch oldest known to man and the most popular, and baby massage has been practiced since ancient times, including in Indonesia. The effects of the massage is to control stress hormones, so it is not surprising that the massaged infants proved to have side effects easier to fall asleep and relaxation. this study was to determine the relationship of the frequency of infant massage with sleep adequacy requirements in infants. This study uses the correlational analytic cohort approach. The sampling technique used was accidental sampling with a sample of 61 respondents. Data were collected through medical records and questionnaire and analyze the data using univariate and bivariate analysis. The results of this study found baby massage frequency 26.23% 27.87% regular and sufficient sleep adequacy requirements, the results obtained by Chi-square test results count x2 (56.136) > x2 table (3.481) and p-value (0.000) < significance level (0.05) so that there is a relationship between the frequency of baby massage with baby sleep adequacy requirements. The conclusion of this study is the frequency of infant massage on a regular basis with sufficient sleep adequacy requirement is 26.23%. Suggestions need to give advice to parents regularly massaging the baby for the baby so that the baby gets enough sleep adequacy requirements. Keywords : Infant Massage Frequency, Sleep Adequacy Requirement In Infants dilakukan dan sangatlah sederhana, juga memberikan kekuatan dalam menyampaikan rasa kasih sayang, pengertian dan perhatian ibu. Pijatan pada bayi dapat mengurangi rasa sakit dan beberapa gejala penyakit, serta meningkatkan relaksasi dan menenangkan bayi yang menangis, PENDAHULUAN Pijat adalah terapi sentuhan tertua yang dikenal manusia dan yang paling populer, dan pijat telah dipraktekkan sejak dahulu kala termasuk di Indonesia. Memijat bayi adalah hal yang sangat luar biasa menyenangkan untuk 7 sehingga bayi tidur lelap dan lebih lama (Roesli, 2011; h. 2 ; Heat dan Bainbridge, 2006; h. 11-12) Pijat bayi yang ada di Indonesia saat ini adalah berbentuk “Touch Therapy” yang dikembangkan oleh prof.Tiffani di USA oleh Johnson and Johnson, di Touch Reaserch Institute Amerika telah dilakukan penelitian pada sekelompok anak yang dilakukan pemijatan mengalami perubahan gelombang otak. Pada sekelompok anak tersebut dilakukan pemijatan selama 2x15 menit dalam jangka waktu 5 minggu mengalami 50% perubahan gelombang otak dibanding sebelum dipijat, perubahan gelombang otak ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha sehingga bayi akan tertidur lebih lelap (Roesli, 2011; h. 7) Menurut Parsini (2009) penelitian T. Field dari universitas Miami AS (2008) menyebutkan terapi pijat 30 menit per hari bisa mengurangi depresi dan kecemasan, tidurpun bertambah tenang. Terapi 15 menit per hari selama enam minggu pada bayi usia 1-3 bulan juga meningkatkan kesiagaan (alertness) dan tangisan berkurang, ini akan diikuti dengan kenaikan berat badan, perbaikan kondisi psikis, berkurangnya kadar hormon stres, dan bertambahnya kadar serotonin. Meningkatnya aktivitas neurotransmitter serotonin ini akan meningkatkan kapasitas sel reseptor yang meningkat glucocorticoid (adrenalin). Proses ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress), dan selanjutnya akan meningkatkan daya tahan tubuh Menurut Underdown (2008) pemijatan menolong bayi tidur lebih nyenyak, pemijatan dapat membantu bayi baru lahir tidur lebih nyenyak serta mengurangi kebiasaan bayi menangis. Efek dari pemijatan ini adalah mengendalikan hormone stress, sehingga tidak mengejutkan bila terbukti bayi yang dipijat, memiliki efek samping mudah tertidur dan relaksasi. Bayi dan anak-anak memerlukan tidur lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Tidur mempengaruhi metabolisme tubuh dan merangsang daya asimilasi. Itulah sebabnya, jika tidur berlama-lama justru tidak sehat, karena tubuh menyerap atau mengasimilasi limbah dan uap-uap kotor lagi. Sehingga, bila tidur terlalu lama, tubuh tidaklah menjadi segar dan bersemangat, tetapi justru loyo. Oleh karena itu tidurlah sesuai kebutuhan (Putra, 2011; h. 38) Menurut Judarwanto (2009) lama tidur tergantung dari usia, semakin bertambah usia seseorang kebutuhan untuk tidurnya semakin berkurang. Pada bayi dan anak kecil sebagian besar waktu digunakan untuk tidur, sedangkan pada lanjut usia sebaliknya. Gelombang otak (EEG) seseorang pada waktu terjaga berbentuk gelombang alpha dengan voltage rendah dalam berbagai frekuensi, sedangkan pada waktu tertidur gelombang alpha menghilang. Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 April 2012, didapatkan jumlah seluruh bayi yang berkunjung di BPS Suratini Mojosongo Surakarta pada bulan Januari-Maret 2012 adalah 312 bayi, 82 bayi (26,28%) melakukan pijat bayi, dan 230 bayi (73,71%) tidak 8 melakukan pemijatan. Menurut pernyataan ibu-ibu yang memijatkan bayinya di BPS Suratini Mojosongo Surakarta mengatakan banyak manfaat yang didapat setelah bayinya dipijat, manfaat itu antara lain bayi ibu lebih lelap ketika tidur, bayi jarang sakit dan tidak rewel, berat badan lebih cepat naik, dan setelah pemijatan bayi tidak ada efek samping yang dialami bayinya seperti, bayi tiba-tiba sakit setelah melakukan pemijatan. Dari 5 ibu yang memijatkan bayinya, didapatkan hasil 2 bayi (20%) umur 3 bulan yang dipijat secara rutin 1 minggu 2 kali mengalami keteraturan pola tidur, bayi tidur siang selama ± 7 jam dan 8 jam malam hari, 2 bayi (20%) umur 5 bulan yang dipijat 1 minggu sekali mengalami sedikit keteraturan pola tidur, siang hari 4 jam dan malam hari 8 jam, dan 1 bayi (10%) umur 6 bulan yang tidak pernah dipijat mengalami ketidak teraturan pola tidur, bayi sering rewel dan terlihat tidak nyenyak dalam tidur kebutuhan tidur siang hari 2 jam malam hari 9 jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi pijat bayi dengan kecukupan kebutuhan tidur pada bayi di BPS Suratini Mojosongo Surakarta. METODE PENELITIAN Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu peneliti tentang suatu konsep pengetahuan tertentu (Notoatmodjo, 2005; h. 70). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan ada 2 variabel yaitu: 1. Variabel Bebas ( Independent) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel bebasnya adalah Frekuensi Pijat Bayi. 2. Variabel Terikat (Dependent) Variabel terikat adalah variabel akibat. Variabel terikatnya adalah Kecukupan Kebutuhan Tidur. Jenis penelitian ini adalah analitik yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif dan untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat antara hubungan pijat bayi dengan kecukupan kebutuhan tidur pada bayi. Pendekatan yang digunakan dalam variabel ini adalah cohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek melalui pendekatan longitudinal ke depan atau prospektif (Notoatmodjo, 2010; h. 44). Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005; h.79). Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memijatkan bayinya di BPS Suratini Mojosongo Surakarta. Dalam penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah non random sampling (non probability) yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2009 dalam Muhith dan Nasir, 2009, h. 224). Jenis sampel non random dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan berdasarkan kebetulan bertemu, yaitu apabila dijumpai ada, 9 maka sampel diambil dan langsung dijadikan sampel utama (Notoatmodjo, 2010; h. 125) Alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data atau instrument dalam penelitian dengan format kuesioner, formulir observasi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005: h. 116) Berdasarkan hal tersebut, maka alat pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah: 1) Frekuensi pijat bayi Instrumen yang digunakan yaitu buku catatan rekam medis untuk mengetahui frekuensi pemijatan pada bayi. 2) Kebutuhan kecukupan tidur pada bayi Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner terbuka untuk mengetahui kecukupan kebutuhan tidur pada bayi. Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisa, baik analisa univarat maupun bivarat, yaitu: 1) Analisa Univariate Menurut Notoatmojo (2010; h. 182183) Analisa Univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel. Menurut Buadiarto (2002; h. 37) dalam Indriawati (2011) dalam analisa data penelitian menggunakan analisa yang disajikan secara deskriptif dalam bentuk prosentase dengan: Keterangan: P : Prosentase F : Frekuensi N : Jumlah seluruh observasi 2) Analisa Bivariate Menurut Notoatmodjo (2010; h. 183) analisa bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Menurut Arikunto (2010; h. 333) analisis bivarat untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara dua veriabel, uji statistik yang digunakan adalah Chi kuadrat untuk data dengan skala nominal 2 kategori. dengan rumus: k ( F0 Fh ) 2 2 x Fh i 1 Keterangan : X2 = Chi Kuadrat F0 = Frekuensi yang diobservasi Fh = Frekuensi yang diharapkan Kriteria uji Chi Squre adalah: 1) Ada hubungan bila hitung > atau nilai probabilitas tabel signifikansi < α 2) Tidak ada hubungan bila hitung < atau nilai probabilitas tabel signifikansi > α tabel diperoleh dengan melihat nilai derajat kebebasan (df) = (K-1)(B-1) dan α = 0,05. Keterangan : K = jumlah kolom B = jumlah baris Menurut Arikunto (2010; h. 336), metode yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan (asosiasi dan korelasi) adalah koefisien kontingensi. Koefisien kontingensi KK dapat diperoleh dengan melakukan perhitungan sesuai rumus: KK = 10 Keterangan : KK = Koefisien Kontingensi N = Total banyaknya observasi X2 = Chi Square hasil perhitungan Keeratan hubungan antara dua variabel dapat diinterpretasikan dari criteria sebagai berikut: Tabel 3.2. Pedoman Interpretasi Koefisien Kontingensi Interval Indikator Koefisien Sangat Rendah 0,00 – 0,199 Rendah 0,20 – 0,399 Sedang 0,40 – 0,599 Kuat 0,60 – 0,799 Sangat Kuat 0,80 – 1,000 Sumber: Sugiyono, 2011; h. 184 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Univariate a. Distribusi Frekuensi Pijat Bayi Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pijat Bayi di BPS Suratini Mojosongo Tabel 3 Hubungan frekuensi pijat bayi dengan kecukupan kebutuhan tidur pada bayi Frekuensi Pijat Bayi Teratur Tidak teratur Jumlah Kecukupan Tidur Bayi Cukup f % 16 94 1 6 Kebutuhan 17 44 100 Kurang f % 0 0 44 100 100 Jum lah % 16 45 26,23 73,77 61 100 Frekuensi Pijat Bayi Teratur Tidak Teratur Frekuensi pvalue 56,136 00,000 Exact Sig. (2sided Exact Sig. (1sided) Tabel 4 Tabel Chi Squaere Test Person Chi-Square Continuity Correction b Likelihood Ration Fisher’s Exact Test Linear-by-Linear Association Nof Valid Cases b Value df 56.136a 51.377 62.598 1 1 1 Asym. Sig. (2sided) .000 .000 .000 55.216 1 .000 .000 61 b. Koefisien Kontingensi (KK) KK = = = 0,692 Pada tabel 1 diatas dapat diketahui 16 1. bahwa dari 61 responden di BPS 45 2. Suratini Mojosongo Surakarta terdapat 61 Total 16 responden (26,23%) yang b. Distribusi Frekuensi Kecukupan memijatkan bayinya secara teratur, dan Kebutuhan Tidur Bayi 45 responden (73,77%) memijatkan Tabel 2 Distribusi Frekuensi bayinya secara tidak teratur. Kecukupan Kebutuhan Tidur Bayi Memijat bayi adalah hal yang sangat di BPS Suratini Mojosongo luar biasa menyenangkan untuk Frekuensi Presentasi No Kecukupan dilakukan dan sangatlah sederhana, juga Kebutuhan (%) memberikan kekuatan dalam Tidur Bayi menyampaikan rasa kasih sayang, Cukup 17 27,87 1. Kurang 44 72,13 2. pengertian dan perhatian ibu. Pijatan 61 100,00 Total pada bayi dapat mengurangi rasa sakit dan beberapa gejala penyakit, serta 2. Analisa Bivariate meningkatkan relaksasi dan a. Hubungan Frekuensi Pijat Bayi menenangkan bayi yang menangis, dengan Kecukupan Kebutuhan Tidur Bayi No X2 Presentase (%) 26,23 73,77 100,00 11 .000 sehingga bayi tidur lelap dan lebih lama (Heat dan Bainbridge, 2006; h. 11-12) Pijat bayi yang ada di Indonesia saat ini adalah berbentuk “Touch Therapy” yang dikembangkan oleh prof.Tiffani di USA oleh Johnson and Johnson, di Touch Reaserch Institute Amerika telah dilakukan penelitian pada sekelompok anak yang dilakukan pemijatan mengalami perubahan gelombang otak. Pada sekelompok anak tersebut dilakukan pemijatan selama 2x15 menit dalam jangka waktu 5 minggu mengalami 50% perubahan gelombang otak dibanding sebelum dipijat, perubahan gelombang otak ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha sehingga bayi akan tertidur lebih lelap (Roesli, 2011; h. 7) Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah gelombang otak. Perubahan ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang betha serta tetha, yang dapat dibuktikan dengan penggunaan EEG (Elektro Enchephalogram) (Roesli, 2011; h. 12) Menurut Roesli (2011; h.11) pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotini, yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glicocorticoid (adrenalin, suatu hormone stress). Proses ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormone adrenalin (stress). Penurunan kadar hormone stress ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG. Sedangkan bila serotonin terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur. Pemijatan secara rutin akan membantu tumbuh kembang fisik dan emosional bayi dan disamping mempertahankan kesehatannya serta bayi dapat mencerna makanan (ASI/MPASI) secara baik, sehingga bayi dapat tidur lelap dan membentuk suatu pola tidur teratur dikarenakan bayi sakit, kurang enak badan, sulit makan, rewel dan mudah terbangun dimalam hari. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa mayoritas bayi di BPS Suratini Mojosongo Surakarta tidak menjalani pemijatan secara teratur. Dilihat dari banyaknya responden yang mengikuti pijat bayi selama bulan juni – juli 2012 yaitu 61 responden menunjukkan bahwa pijat bayi pada tenaga kesehatan (Bidan) cukup diminati oleh masyarakat, namun untuk pemijatan secara teratur masih sangat kurang dikarenakan masalah ekonomi, pengetahuan ibu tentang manfaat pijat bayi kurang, transportasi, dan pekerjaan sehingga untuk memijatkan bayinya secara teratur 1 minggu 2 kali masih jarang. Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui dari 61 responden terdapat 17 responden (27,87%) di BPS Suratini Mojosongo Surakarta mengalami kecukupan kebutuhan tidur cukup dan 44 responden (72,13%) mengalami kecukupan kebutuhan tidur yang kurang. Tidur bagi bayi merupakan cara paling nyaman untuk beristirahat dan memperbaharui segenap energi guna melakukan kegiatan-kegiatan diwaktu jaga (Kartini Kartono dalam Maya, 2008: 100) Menurut Janis Graham PhD dan Charles E. Schaefer PhD, (2004); 12 Sekartini dalam Putra (2011; h. 68) tidur sangat bermanfaat dalam membantu perkembangan psikologis bayi, sebagai waktu pertumbuhan, dan memberikan kesempatan pada otak untuk menyeleksi setiap pengalaman, serta perkembangan fungsi hormon dan metabolisme tubuh, oleh karena itu kebutuhan tidur pada bayi sesuai usianya perlu mendapat perhatian dari keluarga agar kelak bayi dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Biasakan bayi tidur secara teratur. Ini seperti halnya tidur orang dewasa, namun bayi tidur lebih awal atau tidak lebih dari pukul 19.00 atau 20.00 WIB. Sebab, jika lewat jam tersebut bayi akan merasa lelah, dan kesempatan tidur pulas pun menghilang, sehingga bayi akan sulit memulai tidur. Seperti yang diungkapkan oleh dr. Utami (2008) bahwa pijat bayi yang dilakukan sejak dini akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Dengan melakukan pemijatan yang benar, bayi akan mengalami peningkatan nafsu makan dan peningkatan dalam efektifitas istirahat (tidur). Selain itu pemijatan pada bayi juga dapat memperbaiki kondisi mental, meningkatkan kecerdasan dan mengasah kemampuan interaksi sosialnya (Subakti, 2008 h; 16) Penelitian yang dilakukan oleh Dieter et al kepada bayi prematur, membuktikan bahwa pemijatan yang dilakukan selama 15 menit, 3 kali sehari selama 5 hari, setiap pemijatan 15 menit dapat memperbaiki pola tidur, penurunan rewel/gelisah dan menangis. Pemijatan yang dilakukan pada bayi prematur sebelum tidur, maka bayi akan lebih cepat tertidur, tidur lebih lelap dengan kecukupan tidur terpenuhi. Kesimpulan dari 23 penelitian yang dilakukan oleh Field, membuktikan bahwa pemijatan meningkatkan pola tidur dan relaksasi sertamengurangi frekuensi menangis. Penelitian olehKelmason dan Adulas, membuktikan bahwa bayi BBLR yang mendapatkan pemijatan mengalami penurunan dalam mendengkur, meningkatkan kualitas tidur dan kesiagaan saat bangun (Kelmanson, 2006 dalam Kundarti, 2011) Secara teori dapat dijelaskan bahwa pada manusia, lebih dari 90% serotonin dalam tubuh ditemukan dalam sel enterochromaffin dalam saluran gastrointestinal (duodenum). Sel enterochromaffin merupakan tempat sintesis dan penyimpanan utama dari serotonin dalam tubuh. Serotonin juga ditemukan dalam sel raphe dalam batang otak, terdapat neuron serotoninergik yang mensintesis, menyimpan, dan melepaskan serotonin sebagai neurotransmiter. Serotonin dapat menginduksi rasa kantuk dan memberikan ketenangan (antidepresan). Pelepasan serotonin dirangsang oleh adanya makanan dan stimulasi pada nervus vagus. Serotonin merupakan neurotransmiter utama yang berkaitan dengan timbulnya keadaan tidur (Guyton, 2006 dalam Kundarti, 2011) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas bayi yang dipijatkan secara tidak teratur di BPS Suratini Mojosongo Surakarta tidak memiliki kecukupan kebutuhan tidur yang cukup atau kecukupan kebutuhan tidurnya kurang. Fakta dipenelitian ini sesuai dengan teori yaitu bayi yang tidurnya 13 tidak teratur dikarenakan bayi sakit dan rewel. Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari 61 responden terdapat 16 responden (94%) mengalami frekuensi pemijatkan bayi secara teratur dan kecukupan kebutuhan tidur yang cukup. Dari 61 responden terdapat 44 responden (100%) mengalami frekuensi pijat bayi secara tidak teratur dan kecukupan kebutuhan tidur yang kurang, dan dari 61 responden terdapat 1 responden (6%) mengalami frekuensi pemijatan secara tidak teratur dan kecukupan kebutuhan tidur cukup. Berdasarkan data tersebut diatas diperoleh nilai hitung chi-square sebesar x2 hitung = 56,136 dengan derajat kebebasan (df) = 1 dan p = 0,000. Sedangkan untuk nilai x2 tabel dengan derajat kebebasan (df) = 1 dan taraf signifikansi (α) = 0,05 sebesar 3,841, karena x2 hitung (56,136) > x2 tabel (3,841) atau p-value (0,000) < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan frekuensi pijat bayi dengan kecukupan kebutuhan tidur pada bayi, dan dari hasil perhitungan koefisien kontingensi (KK) adalah 0,692 sesuai indikator koefisien kontingensi untuk koefisien kontingensi 0,692 adalah kuat. Jadi keeratan hubungan frekuensi pijat bayi dengan kecukupan kebutuhan tidur bayi adalah kuat. Menurut Roesli (2011; h.11) pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotini, yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glicocorticoid (adrenalin, suatu hormone stress). Proses ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormone adrenalin (stress). Penurunan kadar hormone stress ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG. Sedangkan bila serotonin terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur. Pijat bayi yang ada di Indonesia saat ini adalah berbentuk “Touch Therapy” yang dikembangkan oleh prof.Tiffani di USA oleh Johnson and Johnson, di Touch Reaserch Institute Amerika telah dilakukan penelitian pada sekelompok anak yang dilakukan pemijatan mengalami perubahan gelombang otak. Pada sekelompok anak tersebut dilakukan pemijatan selama 2x15 menit dalam jangka waktu 5 minggu mengalami 50% perubahan gelombang otak dibanding sebelum dipijat, perubahan gelombang otak ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha sehingga bayi akan tertidur lebih lelap (Roesli, 2011; h. 7) Menurut Parsini (2009) penelitian T. Field dari universitas Miami AS (2008) menyebutkan terapi pijat 30 menit per hari bisa mengurangi depresi dan kecemasan, tidurpun bertambah tenang. Terapi 15 menit per hari selama enam minggu pada bayi usia 1-3 bulan juga meningkatkan kesiagaan (alertness) dan tangisan berkurang, ini akan diikuti dengan kenaikan berat badan, perbaikan kondisi psikis, berkurangnya kadar hormon stres, dan bertambahnya kadar serotonin. Meningkatnya aktivitas neurotransmitter serotonin ini akan meningkatkan kapasitas sel reseptor yang meningkat glucocorticoid (adrenalin). Proses ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress), dan 14 selanjutnya akan meningkatkan daya tahan tubuh. Menurut Underdown (2008) pemijatan menolong bayi tidur lebih nyenyak, pemijatan dapat membantu bayi baru lahir tidur lebih nyenyak serta mengurangi kebiasaan bayi menangis. Efek dari pemijatan ini adalah mengendalikan hormone stress, sehingga tidak mengejutkan bila terbukti bayi yang dipijat, memiliki efek samping mudah tertidur dan relaksasi. Menurut Judarwanto (2009) gangguan aktifitas kholinerik sentral berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon-hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. System ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamine, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ada hubungan antara pijat bayi dengan kecukupan kebutuhan tidur bayi, karena melalui pijat dapat mengatasi gangguan-gangguan yang mempengaruhi tidur lebih lelap pada bayi sehingga pola tidurnya tidak terganggu dan kecukupan kebutuhan tidur dapat terpenuhi. Gangguangangguan tersebut antara lain gangguan pencernaan, otot-otot tegang, rewel, mudah terbangun dimalam hari. Melalui manfaat yang diperoleh dari pijat gangguan tersebut dapat teratasi sehingga pola tidur bayi teratur dan kecukupan kebutuhan tidurpun terpenuhi. Kesimpulan dari beberapa penelitian diatas adalah pemijatan memberikan banyak manfaat yaitu bayi yang ototnya diberi stimulus dengan pemijatan akan membuat bayi nyaman (relaksasi) dan mengantuk (cepat tertidur). Kebanyakan bayi dapat tidur dalam waktu yang lama setelah pemijatan. Selain lama, bayi tidur lebih lelap (tenang), tidak rewel, pola tidur lebih baik dan meningkatkan kesiagaan saat bangun. Hal ini menunjukkan bahwa pemijatan dapat meningkatka kecukupan kebutuhan tidur bayi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Frekuensi pijat bayi yang berkunjung di BPS Suratini Mojosongo Surakarta hanya sebagian kecil yang memijatkan bayinya secara teratur. 2. Kecukupan kebutuhan tidur bayi yang berkunjung di BPS Suratini Mojosongo Surakarta hanya sebagian kecil yang memiliki bayi dengan kecukupan kebutuhan tidur tercukupi. 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa frekuensi pijat bayi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecukupan kebutuhan tidur pada bayi dengan hubungan keeratan kuat. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji chi square bahwa nilai x2 hitung (56,136) > x2 tabel (3,841) dan nilai p-value adalah 0,000 < 0,05, dan hubungan koefisien kontingensi (KK) adalah 0.692 sesuai indikator koefisien kontingensi adalah kuat. 15 Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan a. Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan tentang hubungan frekuensi pijat bayi dengan kecukupan kebutuhan tidur pada bayi b. Sebagai bahan untuk menambah referensi dalam perpustakaan 2. Bagi Peneliti Untuk menerapkan teori yang didapatkan tentang pijat bayi khususnya hubungan antara frekuensi pijat bayi dengan kecukupan kebutuhan tidur pada bayi. 3. Bagi Profesi (Bidan) Diharapkan para tenaga kesehatan lebih memperlihatkan manfaat pijat bayi sehingga pelayanan pijat bayi tidak hanya dilakukan dibeberapa BPS atau instansi, melainkan lebih banyak BPS atau instansi yang memberikan pelayanan pijat bayi, sehingga kecukupan kebutuhan tidur bayi tercukupi. 4. Bagi Masyarakat (Ibu yang memiliki bayi) Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada ibu untuk secara rutin memijatkan bayinya. Agar kecukupan kebutuhan tidur bayi dapat tercukupi. 5. Bagi Responden Diharapkan ibu untuk lebih meningkatkan lagi untuk memijatkan bayinya secara rutin, sehingga bayi dapat memperoleh kecukupan kebutuhan tidur yang cukup sesuai usia bayi. DAFTAR PUSTAKA Bainbridge A, Heat A, Baby massage. Jakarta: Dian Rakyat.2006. h. 9, 11,12. Roesli U, Pedoman pijat bayi. Jakarta: PT. Trubus Agriwidya. 2010. h. 2, 5, 7,21,30. Lee N, Cara pintar merawat bayi 0-12 bulan. Yogyakarta: 9mounth Publishing. 2009. H. 77. Putra S, Tips sehat dengan pola tidur tepat dan cerdas. Jogjakarta: Buku Biru. 2011. h. 69,70, Stirling S, Tidur. Jakarta: Erlangga. 2003. h. 13, h. 14 Notoatmodjo S, Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. h. 182, 183, 206. Hidayat A, Metode penelitian kebidanan & teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika. 2010. h. 44, 94,98,121. Arikunto S, Proses penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. h. 333 Aswar S, Metode penelitian. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. 2011. h. 91 Nasir A, Muhith A, Ideputri M, Buku ajar metodologi penelitian kesehatan. 2009 Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung: Alfa Beta.2011. h. 184 16 Anonymous. Pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan dan lama tidur bayi usia 1 sampai 3 bulan. Didapat dari: http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin /jurnal/2khusHKI111323.pdf Widayanti M, Rahayu D, Suwoyo. Hubungan pijat bayi dengan pola tidur bayi usia 3-6 bulan. Didapat dari: http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin /jurnal/62087983-4903.pdf Nurlaila, Rochana N, Rachma N. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan motivasi ibu dalam memijatkan bayi. Didapat dari: http://www.digilib.stikesmuhgombo ng.ac.id 17