BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas belajar harus melalui proses pendidikan yang baik dan terarah. Mengingat bahwa pendidikan SD merupakan sebagai kemampuan dasar kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan diri dalam kehidupannya kelak. Penulis melaksanakan penelitian adalah SD Negeri 2 Tlogorejo Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan yang letaknya dipedesaan. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Di rumah anak belajar sendiri, orang tua sibuk dengan sendiri, mendapat tugas rumah banyak anak yang tidak mengerjakan. Karena Sekolah merupakan satu lembaga pendidikan formal, maka bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Sekolah tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan masyarakat dan mempunyai tanggung jawab untuk membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Pembelajaran yang dilakukan guru terhadap siswa dalam bentuk apapun merupakan aktivitas yang akan membantu dalam menyelenggarakan pendidikan sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Gagne, Briggs, dan Wager (1992:3) menyimpulkan pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan murid. Selain itu pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Begitu juga dengan pembelajaran pada mata pelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistimatis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kesimpulan pengetahuan yang berupa fakta–fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Untuk memenuhi tujuan pembelajaran IPA sangat diperlukan adanya Motivasi belajar terhadap anak sehingga anak mempunyai semangat untuk belajar, dan anak dapat menemukan sendiri konsep-konsep alam yang nyata tidak hanya pengetahuan verbalisme saja. Setelah diadakan evaluasi kemampuan siswa kelas III SD Negeri 2 Tlogorejo terhadap mata pelajaran IPA masih kurang tuntas hasil belajarnya, ketuntasan klasikal siswa kelas III pada pelajaran IPA hanya 35 % dengan nilai rata-rata kelas hanya 55. Hasil belajar IPA selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini: 1 2 Tabel 1.1 Distribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri 2 Tlogorejo No 1 2 Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas Jumlah Minimum Maksimum Rata-rata Frekuensi 30 16 46 30 85 55 Prosestase 65 % 35 % 100 % Berdasarkan Tabel 1.1, tampak bahwa ketuntasan belajar siswa sebelum diadakan tindakan hanya 16 siswa dan siswa yang tidak tuntas 30 siswa, terlihat pula ada ketimpangan yang cukup besar antara nilai tertinggi 85 dengan nilai terendah 30. Masalah tersebut dikarenakan pada saat tanya jawab di awal pelajaran siswa tidak berani menjawab pertanyaan yang diajukan guru, konsentrasi siswa dalam pembelajaran rendah, hanya siswa tertentu saja yang aktif dalam diskusi kelas. Ketika proses pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa tampak sudah menguasai pelajaran pada hari itu juga tetapi pada hari berikutnya ditanya sudah tidak ada yang bisa menjawab. Ini membuktikan bahwa Ilmu pengetahuan yang diterima anak hanya ilmu pengetahuan verbal sehingga anak mudah lupa, lain dengan pengalaman langsung, bersifat permanen di hati para peserta didik, sampai kapanpun mereka masih ingat bila diberi pertanyaaan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA kelas III SD Negeri 2 Tlogorejo adalah 61. Melihat ketuntasan belajar dan nilai rata-rata siswa kelas III pada pelajaran IPA masih di bawah standar kelulusan. Sebagai guru bertugas merangsang dan membina perkembangan intelektual dan nilai-nilai dalam diri anak mempunyai wewenang untuk menentukan cara yang tepat dan efektif. Salah satu cara yang dapat dipakai dalam pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan media gambar melalui metode discovery pada pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi pertumbuhan makhluk hidup siswa kelas III SD Negeri 2 Tlogorejo. Sehingga dalam hal ini guru belum dapat memujudkan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sebagai seorang guru bertugas merangsang dan membina perkembangan intelektual dan membina pertumbuhan sikap-sikap dan nilai-nilai dalam diri anak mempunyai wewenang untuk menentukan cara yang dianggap tepat dan efektif untuk dapat menjadi solusi bagi permasalahan di atas. Salah satu cara yang dapat dipakai dalam pembelajaran IPA adalah 3 dengan menggunakan media gambar melalui metode discovery pada pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi pertumbuhan makhluk hidup siswa kelas III SD Negeri 2 Tlogorejo. 1.2. Identifikasi Masalah Dari hasil pengamatan dan analisis terhadap nilai tes serta hasil refleksi diri dalam pembelajaran IPA tersebut, penulis diskusikan dengan teman sejawat dan penulis konsultasikan dengan supervisor, penulis berkesimpulan bahwa 1. Saat guru menerangkan beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, serta berbicara dengan teman sebelahnya, serta bermain sesukanya 2. Kalau diberi tugas tidak dilaksanakan dengan baik. 3. Motivasi siswa rendah maka jarang siswa mengajukan pertanyaan 4. Penjelasan guru kurang bisa diterima siswa. 5. Sebagai penulis, guru beranggapan sudah menjelaskan dengan baik. Berdasarkan latar belakang masalah, yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri 2 Tlogorejo dengan pokok bahasan pertumbuhan makhluk hidup kurang memuaskan, dengan ditunjukkan ketuntasan klasikal siswa hanya 35 % atau 16 siswa yang tuntas hasil belajarnya dan nilai rata-rata hasil ulangan harian hanya 58. Hal ini belum tercapai pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 61 Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas III karena guru kurang kreatif, dalam kegiatan mengajar hanya berceramah saja, metode kurang bervariasi serta kurang melibatkan siswa, membatasi kreatifitas siswa, konsentrasi siswa dalam pembelajaran rendah, sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru, hanya siswa tertentu saja yang aktif dalam diskusi kelas. Dengan banyaknya nilai siswa di bawah KKM 61 peneliti berusaha memberikan alternatif tindakan atau solusi yaitu melalui metode discovery dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran IPA materi pokok pertumbuhan makhluk hidup. Melalui metode discovery dengan menggunakan media gambar mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri 2 Tlogorejo semester 1 tahun pelajaran 2012/2013. 4 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “apakah penggunaan media gambar melalui metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SD Negeri 2 Tlogorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2012/2013?”. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri 2 Tlogorejo semester 1, tahun pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan media gambar melalui metode discovery. 1.5. Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis a) Bagi Siswa Siswa merasa tertarik dan mudah memahami materi Pertumbuhan Makhluk Hidup dengan menggunakan media gambar melalui metode discovery b) Bagi Guru Menemukan pengalaman dengan menggunakan media gambar melalui metode discovery pada siswa kelas I. c) Bagi Sekolah Dapat digunakan untuk memotivasi guru, agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang ada di sekolah. b. Manfaat Teoritis a) Diperoleh pengetahuan baru menggunakan media gambar melalui metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA b) Untuk menambah referensi dan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.