hubungan riwayat lama merokok dengan angka

advertisement
HUBUNGAN RIWAYAT LAMA MEROKOK DENGAN ANGKA
KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD DR. H.
ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015
Disusun Oleh
NPM
Pembimbing I
Pembimbing II
: Meri Sinta Trisna Dayu
: 11310218
: dr. Toni Prasetia, Sp.PD
: dr. Eka Silvia, M.kes
ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit jantung koroner
( PJK ) adalah penyakit yang terjadi sebagai
manifestasi klinis dari penurunan suplai
oksigen ke otot jantung akibat dari
penyempitan atau penyumbatan aliran darah
ke arteri koronaria. PJK merupakan penyakit
mematikan nomor satu di dunia, dan WHO
memprediksikan bahwa PJK tetap menjadi
penyebab kematian utama. Di Poli Jantung
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek terdapat
±2668 pasien pada periode November 2013
– Oktober 2014.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara
riwayat lama merokok dengan angka
kejadian PJK di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.
Kata Kunci : Riwayat Lama Merokok, PJK
Kepustakaan : 29 ( 2004-2013)
ABSTRACT
Background : Coronary heart disease
(CHD) that occurs due to decreased oxygen
supply to the heart muscule caused by
narrowing of the coronary blood vessels.
Coronary heart disease is the number one
killer disease in the world, and WHO
predicts that coronary heart disease
remains the leading cause of death. At Poly
Heart Dr. H. Abdul Moeloek Hospital there
were ±2668 patients with coronary heart
disease the period November 2013 –
October 2014.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan
riwayat lama merokok dengan angka
kejadian PJK di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.
Metode Penelitian: Jenis penelitian yang
dilakukan adalah cross sectional dengan
menggunakan metode analitik. Penelitian ini
menggunakan data primer yaitu data diambil
langsung
dari
responden
dengan
menggunakan kuisioner dan dilakukan
dengan teknik wawancara.
The Purpose : Knowing the relationship a
long history of smoking with the incidence
of coronary heart disease in Poly Heart Dr.
H. Abdul Moeloek Hospital, Lampung
Province.
Hasil : Pasien yang terkena PJK jenis SKA
yang merokok > 10 tahun sebanyak 53
responden, sedangkan pasien yang terkena
PJK jenis SKA yang merokok < 10 tahun
sebanyak 17 orang.
Method : Type of research is cross sectional
by using the analytical method. This study
use primary data taken directly from
1
respondents using questionnaires
conducted by interview.
and
nomor satu pada orang Amerika dewasa.
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat
478.000 orang meninggal karena penyakit
jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami
serangan jantung, 407.000 orang mengalami
operasi peralihan, 300.000 orang mengalami
angioplasty. Di Eropa diperhitungkan
20.000 - 40.000 orang dari satu juta
penduduk menderita PJK. Di seluruh dunia,
PJK merupakan kuasa utama kematian.4
Menurut WHO, Maret 2013 PJK
adalah sebab nomor satu penyebab kematian
global, lebih banyak orang meninggal setiap
tahun dari PJK daripada penyebab lainnya.
Diperkirakan 17,3 juta orang yang
meninggal akibat PJK pada tahun 2008,
yang mewakili 30% dari semua kematian
global. Dari kematian ini, diperkirakan 7,3
juta disebabkan oleh PJK dan 6,2 juta
disebabkan oleh stroke. Lebih dari 80% dari
kematian
PJK
terjadi
di
negara
berpenghasilan rendah dan menengah dan
terjadi hampir pada pria dan wanita. Jumlah
orang yang meninggal karena penyakit PJK,
terutama dari penyakit jantung dan stroke
akan meningkat mencapai 23,3 juta pada
tahun 2030. PJK tetap diprediksikan untuk
tetap penyebab utama dari kematian.
Kebanyakan penyakit jantung dapat dicegah
dengan mengatasi faktor risiko seperti
merokok, diet yang tidak sehat, obesitas,
aktivitas fisik, tekanan darah tinggi,
hiperkolesterol. 9,5 juta kematian setiap
tahun atau 16,5% dari selurh kematian dapat
dikaitkan dengan tekanan darah tinggi. Ini
termasuk 51% dari kematian akibat stroke
dan 45% kematian akibat PJK.3
Result : Of the 95 patients smoked at poly
heart Dr. H. Abdul Moeloek Hospital found
that CHD patients affected by the type of
acute coronary syndrome who smoke > 10
years as many as 53 respondents, and CHD
patients affected by the type of acute
coronary syndrome who smoke\ < 10 years
as many as 17 respondents. Chi- Square test
was obtained p = 0,000 which indicates
there is a relationship between a long
history of smoking with coronary heart
disease.
Conclusion : The result of the data analysis
test sample obtained a long history of
association between smoking and the
incidence of coronary heart disease in Poly
Heart Dr. H. Abdul Moeloek Hospital
Lampung Province.
Keyword : Long History Of Smoking,
Coronary Heart Disease
Library : 29 ( 2004-2013)
PENGANTAR
Penyakit jantung koroner ( PJK )
adalah penyakit yang terjadi sebagai
manifestasi klinis dari penurunan suplai
oksigen ke otot jantung akibat dari
penyempitan atau penyumbatan aliran darah
arteri koronaria yang manifestasi klinisnya
tergantung
pada
berat
ringannya
penyumbatan arteri koronaria. Selain itu,
PJK juga membawa arti penyakit kompleks
yang disebabkan oleh menurun atau
terhambatnya aliran darah pada satu atau
lebih arteri yang mengelilingi dan mensuplai
darah ke jantung.1
Dibelahan negara dunia, penyakit
jantung merupakan penyebab kematian
Di Indonesia, menurut Riskesdas
tahun 2013, prevalensi jantung koroner
berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter
sebesar 0,5% dan berdasarkan terdiagnosis
dokter atau gejala sebesar 1,5%. Prevalensi
PJK
berdasarkan
wawancara
yang
2
didiagnosis dokter serta yang didiagnosis
dokter atau gejala meningkat seiring dengan
bertambahnya
umur,
tertinggi
pada
kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0% dan
3,6% menurun sedikit pada kelompok umur
≥ 75 tahun. Prevalensi PJK yang didiagnosis
dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter
atau gejala lebih tinggi pada perempuan
(0,5% dan 1,5%).2 Sedangkan PJK di daerah
Bandar Lampung menurut Riskesdas 2013
berdasarkan terdiagnosis dokter sebanyak
(0,2%) dan menurut diagnosis atau gejala
sebanyak (0,4%).2 Dan data di poli jantung
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek pada periode
bulan November 2013 – bulan Oktober 2014
adalah sekitar ± 2668 pasien.
Penelitian di luar negeri mengenai
penderita PJK cukup banyak pada dekade
terakhir. Penelitian mengenai faktor yang
mempengaruhi PJK telah dilakukan di USA,
dengan hasil penelitian mengenai perokok
aktif
sangat
berhubungan
dengan
peningkatan risiko terjadinya PJK.
Penelitian di Indonesia mengenai
hubungan riwayat merokok dengan PJK
telah dilakukan oleh Ficha Fezi Savia, dkk
dengan menggunakan program SPSS
didapatkan nilai p = 0,003 dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05, berarti terdapat
hubungan antara riwayat lama merokok
dengan kejadian PJK, namun penelitian
tentang riwayat lamanya merokok di Bandar
Lampung belum banyak dilakukan. Oleh
karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk
dapat mengetahui hubungan riwayat lama
merokok dengan angka kejadian PJK di poli
jantung RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah cross
sectional dengan menggunakan metode
analitik. Penelitian ini menggunakan data
primer yaitu data diambil langsung dari
responden dengan menggunakan kuisioner
dan dilakukan dengan teknik wawancara.
Tabel 3.3
Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Alat
Hasil Ukur
Ukur
PJK
Skala
Ukur
Suatu penyakit dengan
Rekam
1 = Sindrom Koroner Akut
gangguan penyempitan
Medis
2 = Angina Pektoris Stabil
Kuisioner
1 = Perokok baru, bila
Nominal
pembuluh darah koroner
yang menimbulkan gejala
nyeri dada hebat
Lama seseorang melakukan
Riwayat
kebiasaan merokok dimulai
menghisap rokok < 10 tahun
Lama
dari waktu pertama kali
2 = Perokok lama, bila
Merokok
sampai seseorang berhenti
menghisap rokok > 10 tahun
merokok.
3
Nominal
Hasil Penelitian
a. Karakteristik Responden di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tabel 4.1 Karakteristik Responden di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Karakteristik Responden
Frekuensi
Presentase ( % )
<40 tahun
4
4,2
>40 tahun
91
95,8
Laki - Laki
93
97,9
Perempuan
2
2,1
< Rp. 1.399.000
43
45,3
>Rp. 1.399.000
52
54,7
Usia
Jenis Kelaamin
Penghasilan
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan
bahwa responden berusia < 40 tahun
sebanyak 4 orang atau 4,2 % dan
responden yang berusia > 40 tahun
sebanyak 40 orang atau 95,8 %.
Karateristik jenis kelamin responden laki
– laki sebanyak 93 orang atau 97,9 %
sedangkan perempuan sebanyak 2 orang
atau 2,1 %. Dan didapatkan bahwa
karateristik responden berpenghasilan <
Rp. 1.399.000 adalah sebanyak 43 orang
atau 45,3 % sedangkan responden yang
berpenghasilan > Rp. 1.399.000
sebanyak 52 orang atau 54,7 %.
4
Tabel 4.2
Hubungan Riwayat Lama Merokok Dengan Angka Kejadian PJK di Poli Jantung
RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Provisi Lampung tahun 2015
kejadian_pjk
riwayat_merokok
< 10 thn
Total
Sindrom
Angina Pectoris
Koroner Akut
Stabil
P value
6
17
23
6.3%
17.9%
24.2%
53
19
72
55.8%
20.0%
75.8%
59
36
95
62.1%
37.9%
100.0%
0,000
> 10 thn
Total
Berdasarkan tabel 4.2 diatas,
maka didapatkan responden yang
mempunyai riwayat merokok < 10 tahun
yang mengalami PJK kelompok SKA
sebanyak 6 responden dan yang
mengalami PJK kelompok angina
pektoris stabil sebanyak 17 responden.
Sedangkan responden yang mempunyai
riwayat lama merokok > 10 tahun yang
mengalami PJK jenis SKA sebanyak 53
responden dan yang mengalami PJK
jenis angina pektoris stabil sebanyak 19
responden.
PEMBAHASAN
a. Distribusi Frekuensi Umur
Responden
Mayoritas dari 95 responden
yang merokok di Poli Jantung RSUD.
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2015 adalah berumur >
40 tahun. Jumlah reponden yang
berumur > 40 tahun sebanyak 91
5
responden dengan persentase (95,8%)
sedangkan responden yang berumur <
40 tahun berjumlah 4 responden dengan
persentase ( 4,2% ).
Dari 91 responden berumur > 40
tahun tersebut didapati responden yang
mengalami PJK jenis SKA sebanyak 59
responden ( 62,1% ) dan yang
mengalami PJK jenis APS sebanyak 32
responden ( 33,7% ). Dan responden
yang berumur < 40 tahun yang
mengalami PJK jenis SKA sebanyak 0
responden ( 0% ) dan yang mengalami
PJK jenis APS sebanyak 4 responden (
4,2% ).
Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya peningkatan terjadinya PJK pada
responden yang berumur >40 tahun.
Menurut teori, kerentanan terhadap
aterosklerotik
koroner
meningkat
6
dengan bertambahnya usia. Peningkatan
usia menyebabkan perubahan anatomik
dan fisiologik pada jantung dan
pembuluh darah bahkan di seluruh organ
tubuh manusia. Perubahan anatomi
tersebut meliputi perubahan dinding
media aorta, penurunan jumlah inti sel
jaringan
fibrosa
stroma
katup,
penumpukan
lipid,
perubahan
miokardium akibat proses penuaan, dan
timbulnya lesi fibrotik diantara serat
miokardium.27
Hal ini juga sesuai dengan hasil
penelitian Anisa dan Anjar (2013) yang
melakukan penelitian di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta yang menyatakan
bahwa kasus PJK akan meningkat
dengan bertambahnya umur.
b. Distribusi Jenis Kelamin Responden
Mayoritas dari 95 responden yang
merokok di Poli Jantung RSUD. Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun
2015 adalah berjenis kelamin laki - laki.
Jumlah responden laki – laki sebanyak 93
responden dengan persentase (97,9%)
sedangkan
responden
perempuan
berjumlah 2 responden dengan persentase
( 4,2% ).
Dari 93 responden berjenis
kelamin laki – laki tersebut didapati
responden yang mengalami PJK jenis
SKA sebanyak 59 responden ( 62,1% )
dan yang mengalami PJK jenis APS
sebanyak 34 responden ( 35,8% ). Dan
responden berjenis kelamin perempuan
yang mengalami PJK jenis SKA sebanyak
0 responden ( 0% ) dan yang mengalami
PJK jenis APS sebanyak 2 responden (
2,1% ).
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa adanya peningkatan terjadinya PJK
ada responden yang berjenis kelamin laki
–
laki.
Menurut teori,
Penyakit
aterosklerotik secara umum sedikit terjadi
pada perempuan, namun perbedaan
tersebut menjadi sedikit menonjol pada
dekade akhir terutama masa menopause.
Hal ini dimungkinkan karena hormon
6
esterogen bersifat sebagai pelindung.
Terdapat
beberapa
teori
yang
menerangkan perbedaan metabolisme
lemak pada laki - laki dan perempuan
seperti tingginya kadar kolesterol HDL
dan besarnya aktifitas lipoprotein lipase
pada perempuan, namun sejauh ini belum
terdapat jawaban yang pasti.28
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arman
Firnando ( 2013 ) yang dilakukan di
RSUD Dr. M Yunus Bengkulu yang
menyatakan bahwa ada peningkatan
terjadinya PJK pada responden berjenis
kelamin laki – laki. Pada penelitian ini
responden yang diambil hanya responden
yang merokok, sehingga mayoritas
responden yang merokok adalah berjenis
kelamin laki – laki.
c.
Distribusi Penghasilan Responden
Mayoritas dari 95 responden yang
merokok di Poli Jantung RSUD. Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun
2015 berpenghasilan > Rp. 1.399.000
sebanyak 52 responden (54,7% ),
sedangkan responden yang berpenghasilan
< Rp. 1.399.000 berjumlah 43 responden
dengan persentase ( 45,3% ).
Dari
52
responden
yang
berpenghasilan > Rp. 1.399.000 tersebut
didapatkan bahwa responden yang
mengalami PJK jenis SKA sebanyak 30
orang ( 31,6% ) dan responden yang
mengalami PJK jenis APS sebanyak 22
responden ( 23,2% ). Dan responden yang
berpenghasilan < Rp. 1.399.000 yang
mengalami PJK jenis SKA sebanyak 29
responden ( 30,5% ) dan yang mengalami
PJK jenis APS ebanyak 14 responden (
14,7% ).
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara penghasilan responden.
Menurut teori, tingkat sosial ekonomi
yang tinggi mempunyai risiko terkena
penyakit jantung koroner dikarenakan
orang dengan tingkat sosial ekonomi
tinggi mempunyai kecenderungan untuk
terjadinya pola konsumsi makanan dengan
kadar kolestrol yang tinggi, salah satu
contohnya adalah merokok.29 Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian M.
Supriyono, dkk ( 2008 ) yang dilakukan di
RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RS
Telogorejo Semarang yang menyatakan
bahwa keadaan sosial ekonomi secara
keseluruhan tidak memiliki hubungan
yang bermakna.
d. Pembahasan Bivariat
Berdasarkan
analisis
yang
dilakukan terhadap 95 responden di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung,
responden yang mempunyai riwayat
merokok < 10 tahun yang mengalami PJK
jenis SKA sebanyak 6 responden dan yang
mengalami PJK kelompok angina pektoris
stabil sebanyak 17 responden. Sedangkan
responden yang mempunyai riwayat lama
merokok > 10 tahun yang mengalami PJK
jenis SKA sebanyak 53 responden dan
yang mengalami PJK jenis angina pektoris
stabil sebanyak 19 responden.
Hasil uji statistik diperoleh p value
= 0,000 ( p value < α = 0,05 ) yang berarti
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara riwayat lama merokok dengan
angka kejadian PJK di RSUD Dr. H Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015.
Hal ini sesuai dengan teori Bustan ( 2009 )
yang mengatakan bahwa merokok
mempunyai dose effect, yaitu semakin
muda usia seseorang merokok, maka
semakin tinggi pula risiko seseorang
7
terkena pengaruhnya, salah satunya yaitu
aterosklerosis. Karena semakin lama
merokok maka semakin lama terpapar
dengan zat – zat kimia yang terkandung di
dalam rokok dan juga sebaliknya. Di
dalam asap rokok terkandung berbagai zat
kimia
terutama
nikotin
dan
karbonmonoksida sehingga semakin lama
seseorang
merokok
memungkinkan
semakin banyak zat – zat kimia yang
tertimbun di dalam darah.24
Merokok
dapat
mendorong
perkembangan aterosklerosis dengan
memulai cedera pada endotel, mungkin
karena produksi radikal bebas atau melalui
toksik langsung dari komponen asap
rokok. Bahkan paparan singkat asap rokok
telah diketahui dapat mengaktifkan
leukosit, merangsang pelepasan prokoagulan, faktor von Willebrand (vWF )
dan menyebabkan kerusakan endotel. Efek
ini memulai mekanisme inflamasi yang
menyebabkan aterosklerosis. Mekanisme
disfungsi
endotel
dan
penurunan
kemampuan dilatasi disebabkan karena
efek nikotin. Selain itu, nikotin juga
memiliki efek pembentukan radikal
bebas.23
Nikotin dalam rokok menyebabkan
mobilisasi katekolamin yang dapat
menambah
reaksi
trombosit
yang
menyebabkan kerusakaan pada dinding
arteri, sedangkan glikoprotein tembakau
dapat menimbulkan reaksi trombosit dan
menyebabkan kerusakan pada dinding
arteri, sedangkan glikoprotein tembakau
dapat menimbulkan reaksi hipersensitif
dinding arteri. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ficha Fiza Savia, dkk pada tahun 2013
yang
berjudul Pengaruh Merokok
Terhadap Terjadinya Penyakit Jantung
Koroner ( PJK ) di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo
Makassar
yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara riwayat lama merokok dengan
angka kejadian PJK di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar dengan nilai p = (
0,003 ).
Berdasarkan uraian diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa merokok
merupakan kebiasaan hidup yang dapat
menyebabkan Penyakit Jantung Koroner (
PJK ). Merokok depat meningkatkan
kadar LDL dan menurunkan kadar HDL
dalam darah sehingga dapat menyebabkan
peningkatan kolestrol dalam darah yang
memicu terjadinya aterosklerosis dan
kemudian dapat menyebabkan PJK.
Bagi Petugas Kesehatan
Bagi petugas kesehatan seperti dokter,
perlu memberikan edukasi kepada pasien
– pasien yang merokok agar dapat
mencegah terjadinya PJK.
Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mencari variabel – variabel yang lain yang
mempengaruhi riwayat merokok pada
pasien PJK.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan
di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mayoritas reponden PJK paling banyak
adalah kelompok usia > 40 tahun, berjenis
kelamin laki – laki, dan berpenghasilan >
Rp. 1.399.000.
2. Mayoritas responden PJK mempunyai
riwayat merokok > 10 tahun.
3. Terdapat hubungan antara riwayat
lama merokok dengan angka kejadian
PJK di Poli Jantung RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Saran
Bagi Masyarakat
Bagi
responden,
untuk
dapat
mengaplikasikan pengetahuan tentang
pentingnya menjaga kesehatan terutama
mengetahui bahaya merokok dan efek –
efek yang dapat ditimbulkan dikemudian
hari.
8
1. Kasiman.
Faktor
Risiko
Utama
Penyakit Jantung Koroner. Kumpulan
makalah Rehabilitasi dan Kualitas
Hidup. Simposium rehabilitasi Jantung
Indonesia 11 Perki : Jakarta. 2006.
2. Riskesdas Tahun 2013. Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementrian RI. 2013.
3. www.WHO.int/mediacentre/factsheets/f
s317/en/.
4. Davidson Chripstopher. Bimbingan
Dokter Pada Penyakit Jantung Koroner,
Penerbit Dian Rakyat : Jakarta. 2010.
5. MHA, Erik Tapan. Penyakit Degeneratif
Kesehatan Keluarga. Jakarta : PT. Alex
Komputindo kel. Gramed. 2005.
6. Kurniadi H, Nurrahmani.U. STOP!
Diabetes Hipertensi Kolesterol Tinggi
Jantung Koroner. Yogyakarta: Penerbit
Istana Media (Grup Relasi Inti Media,
anggota IKAPI). 2003. hal 5-28.
7. Nico A, Lumenta dkk. Menejemen
Hidup Sehat. Jakarta : Penerbit PT. Alex
Media Komputindo Gramed. 2006.
8. Pudiastuti
RD.
Penyakit-Penyakit
Mematikan. Yogyakarta : Penerbit Nuha
Medika. 2013.
9. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta :
Penerbit Interna Publishing. 2009. Hal
1728-1735.
10. Suryo S. Filosofi Rokok. Yogyakarta :
Pinus Book Publisher. 2007. Hal 79116.
11. Dewan Standarisasi Nasional. SNI Mutu
Dan
Cara
Uji
Cerutu/http://pustan.bpkimi.kemeperin.g
o.id/filesSNI%2001-0393
1989.pdf.Diunduh pada 11/30/2014
12:44 AM
12. Riske W. Penentuan Kadar Nikotin
Dalam Mainstream Smoke Pada Rokok
Ketek Dan Cerutu Dengan Metoda
Titrasi Potensiometri Bebas Air, Tesis.
UNAND. 2006.
13. Sitepoe M. Rokok Dan Merokok, Dalam
Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta :
PT Grasindo. 2004. Hal 62.
14. Amstrong S. Pengaruh Rokok Terhadap
Kesehatan : Arena, 2007.
15. Price A.S, Willson M.L Patofisiologi
Volume I Edisi 6. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2004. Hal 582585.
16. Abdul Majid. Penyakit Jantung Koroner,
Patofisiologi,
Pencegahan
dan
Pengobatan
Terkini.
Universitas
Indonesia. 2008.
17. Depkes RI. Pharmaceutical Care Untuk
Pasien Penyakit Jantung Koroner :
Fokus Sindrom Koroner Akut. Jakarta.
2006.
18. Antman, E.M., Braunwald, E. Acute
Myocardial Infarction, Braunwald, E,ed
Heart
Disease:A
textbook
of
9
Cardiovascular Medicine, Phladelphia,
Pa: WB Saunders, 2004, 1352–65.
19. Diagnosis of preoperative myocardial
infarction with measurement of cardiac
Troponin I in New England Journal of
Medicine, 2005, 330:670–4.
20. Harun, S., Infark Miokard Akut, dalam
Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi
ketiga, Balai Penerbit FK-UI, Jakarta,
2006, 1098–112.
21. Wijaya, A., Kurniasih, R. High
Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP)
Suatu Petanda Untuk Menentukan
Risiko Penyakit Jantung Koroner Yang
Menjanjikan Lab. Klinik Prodia, 2007,
no 2.
22. Hetti RA. Manfaat Dan Efek Samping
Bahan Kimia. Bandung : PT. Puri Delco.
2009.
23. Paul SL, Thrift AG, Donman GA.
Smoking As a crucial Independent
Determinant of Smoke. Tobacco Induced
Disease 2004; 2:67-80.
24. Bustan M.N. Epidemiologi Penyakit
Tidak
Menular.
Diklat,
Jurusan
Epidemiologi FKM UNHAS Makassar.
2006.
25. Wirawan Bayu. Stop Smooking
Revolution, Jakarta Selatan : Penerbit
Hikmah (PT. Misan Publika). 2007.
26. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 4.
Sagung Seto. Jakarta. 2011; 89-99.
27. Price SA. Penyakit Aterosklerotik
Koroner. Dalam : Wijaya C Editor.
Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Edisi 4. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007 :
528 – 556.
28. Arman, F. 2013. Faktor – Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penyakit Jantung
Koroner Di RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2013 [skripsi].
Bengkulu : Prodi s1 Kesehatan
Masyarakat, Universitas Bengkulu.
29. Budiarto
Eko,
Dewi.
Pengantar
Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC ; 2006 : 24
10
Download