Ambiguitas Sistem Pemerintahan Federasi Rusia Warisan atau Terjebak dalam Masa Lalu ARIN SANDRINA //SP/ Since USSR dissolution, Russian Federation has become it descendant. Russian Federation inherits USSRs legacies, including its politic system. But, USSR is no Russian Federation and vice versa. USSR was a totalitarian, communist country, but Russian Federation is federal semipresidential republic. Led by a president as the head of state and a prime minister as the head of government, there is an ambiguity in division of power in Russian Federation. There is an imbalance between presidency and government priority. For almost two decade, presidency has been acting too strong toward other state institution, especially the government. This toostrong presidency resembles Politburo in the past. Although Politburo led more power than presidency, but it is quite undeniable that the old grand state body had passed their legacy on to the presidency. Keywords kepresidenan, semipresidensialisme, ambiguitas, warisan masa lalu, Politburo. Pendahuluan Pascakejatuhan rezim komunis dan pecahnya Uni Soviet, Rusia mengadopsi sistem pemerintahan semipresidensial federal. Rusia, yang merupakan pewaris sah Uni Soviet dengan mewarisi hak veto yang dimiliki Uni Soviet dalam perannya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, secara teknis merupakan negara dengan sistem semipresidensial. Disebut sebagai negara semipresidensial karena presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan berbagi kekuasaan dengan perdana menteri. Tidak ada batasan yang jelas mengenai tugas kepresidenan sehingga membuat kepemimpinan presiden di Rusia sangat hegemonik, walaupun negara ini juga mengadopsi sistem parlementer dalam pemerintahannya. Sistem eksekutif Rusia terbagi menjadi dua cabang, presiden dan para aparatanya yang berkantor di Kremlin, setelah Boris Yeltsin memindahkan pusat pemerintahan dari Gedung Putih ke Kremlin dan perdana menteri dan kabinet yang berbasis di Gedung Putih. Semenjak pemindahan pusat pemerintahan, secara otomatis pemerintahan terpusat di Kremlin, yang sedikit banyak menyerupai fungsi dari Politburo di masa komunisme. Untuk memudahkan pemahaman mengenai kedua cabang ini, maka dalam review ini, cabang pemerintahan yang dipimpin oleh presiden disebut kepresidenan the precidency dan yang dipimpin oleh perdana menteri disebut sebagai pemerintahan the government. Sistem pemerintahan Rusia yang cukup unik ini dipengaruhi oleh sistem pemerintahan masa Tsar atau Uni Sovyet, dimana kekuatan terpusat pada satu pemimpin dan perdana menteri cenderung lemah karena pembagian kekuasaan yang minimal dan hanya fokus pada isuisu tertentu seperti isu sosial dan ekonomi. kepresidenan Rusia pasca runtuhnya USSR mengadopsi fungsi Politburo. Walaupun kekuasaannya tidak seluas Politburo, kepresidenan merupakan institusi negara yang terlalu hegemonik. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan, apa dampak yang ditimbulkan dari ambiguitas dan ketimpangan pembagian kekuasaan di Rusia bagi kehidupan politiknya. Selain itu, penulis juga berusaha untuk membuktikan kecenderungan kuatnya kepresidenan dengan menghubungkannya dengan pola kekuasaan di masa Uni Soviet. Kepresidenan Sistem kepresidenan di Rusia terdiri presiden dan para aparatnya, yang sering kali membayangi kinerja pemerintahan yang terdiri dari perdana menteri dan kabinetnya. Terdapat lima badan yang merupakan institusi yang berdiri di bawah presiden secara langsung, yaitu The Administration Presidential, The Administration of Affairs, The Kremlin property management department, The Presidential Council, dan The Security Council. The Administration Presidential merupakan inti dari kepresidenan, dimana terdapat tiga agensi terpenting, yaitu State Legal Directorate GPU yang menyiapkan Budi Winarno, Politik dan Pemerintahan Rusia Yogyakarta Universitas Gadjah Mada, . dekrit dan draft undangundang presiden, Main Territorial Administration GTU dengan fungsinya sebagai pengawas masalah domestik, dan seksi Informasi dan Dokumentasi. Selain itu, badan ini juga memiliki departemen yang megurusi masalah kebijakan luar negeri dan dalam negeri. Badan kepresidenan yang selanjutnya adalah The Administration of Affairs, yang merupakan badan rumah tangga Kremlin. Badan tersebut bertugas mengalokasikan pegawai, barang, penghargaan, dan bertanggung jawab terhadap pembayaran gaji pegawai. Ketiga, terdapat The Kremlin property management department yang bertugas mengawasi properti yang ada di Rusia, terutama properti bekas peninggalan zaman Tsar. Keempat, The Presidential Council yang merupakan badan konsultasi kepresidenan dengan tugas memformulasikan prioritas kebijakan pemerintah dan menjalankan fungsi kontrol terhadap kekuasaan kepresidenan. Badan kepresidenan yang terakhir adalah The Security Council yang merupakan badan konsultasi kepresidenan untuk masalah pertahanan dan keamanan. Dewan Keamanan Rusia merupakan badan kepresidenan yang dipimpin langsung oleh presiden. Dewan Keamanan Rusia memiliki kekuasaan yang luas, namun tidak terlalu jelas. Pemerintahan Pemerintahan, yang dipimpin oleh perdana menteri berada di bawah presiden, walaupun keduanya merupakan badan eksekutif. Perdana menteri tidak dipilih langsung oleh rakyat, namun dipilih oleh presiden berdasarkan persetujuan parlemen. Perdana menteri dan kabinet juga bukan representasi kekuatan di parlemen, namun lebih cenderung sebagai instrumen politik eksekutif. Presiden, yang dipilih langsung oleh rakyat, juga menentukan menterimenteri yang akan mengisi pospos di kabinet. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, komposisi parlemen tidak akan terlalu mempengaruhi permerintahan karena kabinet lebih merupakan hasil perhitungan politik presiden ketimbang representasi kekuatan di parlemen. Hal ini menunjukkan dominannya peran presiden dan aparatnya atas perdana menteri dan kabinetnya. Gabriel A. Almond et al, Comparative Politics Today A Word View Ninth Edition New York Pearson Longman, . Pasal . Konstitusi menyatakan bahwa kekuasaan eksekutif berada di tangan pemerintah, namun kepala pemerintahan perdana menteri dibatasi oleh kekuasaan kepresidenan. Tanggung jawab pemerintah terbatas pada pengaturan di ranah ekonomi dan sosial, yang mana hal ini sebenarnya sudah terjadi sejak masa Kekaisaran Rusia maupun Uni Soviet. Pemerintah bertanggung jawab tidak hanya kepada parlemen, namun juga kepada presiden. Sistem tripartit yang berlaku di Rusia menentukan pemerintah sebagai aktor yang relatif otonom dalam ranah kekuasaan politik yang diberikan kepadanya, presiden menentukan kebijakan negara secara keseluruhan, sedangkan Duma parlemen berperan dalam pengawasan kapasitas dan menjadi sumber akuntabilitas publik yang utama dengan menjaga kepercayaan pemerintah dengan kekuasaan penggunaan mosi tidak percaya. Warisan Masa Lalu Politburo dan Kepresidenan Terdapat kecenderungan bahwa pemerintahan Rusia pascakomunisme masih menerapkan pola pemerintahan di masa lalu. Selain terlalu banyaknya aparat kepresidenan saat ini, fungsi kepresidenan yang sangat luas sedikit banyak mengadopsi peran Biro Politik atau Presidium Komisi Sental Partai Komunis Uni Soviet atau yang lebih dikenal sebagai Politburo. Komisi Sentral merupakan lembaga tertinggi negara membawahi tiga dewan besar, yakni Presidium Komite Sentral Politburo, Dewan Uni, dan Dewan Kebangsaan. Sesuai dengan sifat pemerintahan Uni Soviet yang sentralistik, Politburo memegang peranan penting sebagai badan tertinggi pembuat keputusan Uni Soviet. Politburo melingkupi seluruh sektor pemerintahan di Uni Soviet dengan menjadi badan pembuat kebijakan dan badan pemerintah. Pada masa Lenin, kekuasaan final untuk memutuskan kebijakan berada di tangan Politburo. Politburo pada akhirnya memegang peranan penting di dalam partai Komunis Uni Soviet dan administrasi Uni Soviet sendiri Richard Sakwa, Russian Politics and Society Fourth Edition New York Routledge, . Sakwa, . A. Fahrurodji, Rusia Baru Menuju Demokrasi Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayanya Jakarta Yayasan Obor Indonesia, serta membayangi peran Komite Sentral. Ketua Politburo merupakan sekretaris jendral Partai Komunis Uni Soviet dan biasanya merupakan pemimpin Uni Soviet. Luasnya cakupan Politburo menyebabkan timbulnya lemahnya mobilisasi birokrasi di Uni Soviet. Dampaknya, tersentralisasinya kekuasaan menggangu kekuasaan pemimpin untuk menjalankan kebijakan secara efektif. Kemampuan pusat untuk mengkoordinasi pejabat pemerintah dalam eksekusi perintah maupun kebijakan seringkali terganggu oleh adanya resistensi terhadap perintah pusat oleh para pejabat pemerintah di level yang lebih rendah dan distorsi dalam arus informasi, baik dari atas maupun bawah struktur hierarki. Para pejabat pemerintah cenderung lebih berusaha untuk menjaga dan mendahulukan kepentingan pribadi dan jabatan daipada bekerja melayani masyarakat. SemiPresidensialisme Ambiguitas Division of Power Selain masih lestarinya warisan masa lalu, terlalu kuatnya kepresidenan di Rusia juga disebabkan oleh bentuk pemerintahannya itu sendiri. Sejak runtuhnya Uni Soviet, Rusia berusaha menghapuskan kenangan buruk di masa lalu, berupa komunisme dan pemerintahan yang totalitarian. Rusia, pada saat itu dipimpin oleh Boris Yeltsin, mencoba untuk membangun Rusia, sebagai pewaris garis politik Uni Soviet dengan menerapkan sistem pemerintahan yang lebih demokratis. Rusia mengadopsi bentuk pemerintaha parlementer yang banyak diterapkan di negaranegara Eropa sebagai manifestasi demokratisasi. Namun, Rusia tidak menerapkan sistem parlementer yang dikenal secara umum. Sistem parlementer, yang menitikberatkan pada fusi kekuasaan dan mutual dependence antara eksekutif pemerintah dan legislatif, tidak diterapkan secara sepenuhnya oleh Yeltsin. Sistem parlementer harus berbagi kekuasaan dengan kuatnya peran presiden dan stafstaf serta komitekomite kepresidenannya. Terlebih saat Konstitusi Rusia tahun yang Politburo, Encyclopdia Britannica, Encyclopdia Britannica Online, , Jan. , lthttp//www.britannica.com/EBchecked/topic//Politburogt. Gabriel A. Almond et al . Cindy Skach, The newest separation of powers Semipresidentialism, International Journal of Constitutional Law Vol. New York The New York University School of Law, lthttp//icon.oxfordjournals.org/content///.full.pdfhtmlgt mengatur kepresidenan yang kuat disahkan pada Desember . Yeltsin menyatakan bahwa rakyat Rusia menginginkan struktur kekuasaan yang vertikal dan strong hand badan eksekutif yang kuat serta menyatakan bahwa pemerintahan parlementer akan menghasilkan pembahasan yang tidak akan berujung sebuah keputusan indecisive talk. Ambiguitas division of power antara kepresidenan dengan pemerintahan dapat dilihat dari dua aspek, aspek konstitusional dan nonkonstitusional. Aspek konstitusional didasarkan pada Konstitutsi Rusia tahun . Konstitusi ini mengatur sistem konstitusional, hak asasi manusia, kebebasan rakyat Rusia, sistem federalisme, kekuasaan presiden, dewan federal, kekuasaan pemerintah, penegakan hukum, pemerintah lokal, dan amandemen serta revisi konstitusi. Fokus pada kepresidenan, Konstitusi menjamin kekuasaan kepresidenan yang ekstensif, khususnya dalam pemilihan kabinet, pengusulan legislasi, dan pembuatan kebijakan. Presiden juga menikmati berbagai status, baik sebagai kepala negara, penjamin konstitusi pasal , dan sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata pasal . Presiden memiliki hak untuk mengeluarkan dekrit ukazy tanpa harus disetujui oleh parlemen. Namun dekrit yang dikeluarkan tidak boleh bertentangan dengan konstitusi. Melalui artikel , konstitusi menjamin kontrol penuh presiden terhadap empat area kunci keamanan, pertahanan, domestik, dan luar negeri. Terutama pada area luar negeri, presiden Rusia memiliki hak dan kontrol yang sama seperti Tsar pada Konstitusi . Kekuasaan presiden yang terlalu kuat dan luas membuat peran pemerintah, terutama perdana menteri tidak terlalu diperhitungkan. Tujuan utama penyusunan Konstitusi ini adalah untuk menghindari pengulangan konflik antara eksekutif dengan legislatif yang terjadi di awal masa pemerintahan Yeltsin, tepatnya pada September . Hal tersebut dilakukan dengan cara menyusun konstitusi yang menjamin kekuasaan yang lebih kuat di tangan presiden dan menempatkan pemerintah sebagai The Constitution and Government Structure Russia, Country Studies, Jan. , lthttp//countrystudies.us/russia/.htmTheExecutiveBranchgt dari Glenn E. Curtis, ed. Russia A Country Study Washington GPO for the Library of Congress, Sakwa . Sakwa . subordinasi dari kepresidenan serta melemahkan parlemen dengan mengatur bahwa perdana menteri bertanggung jawab terhadap presiden, bukan parlemen. Berdasarkan aspek nonkonstitusional, ambiguitas division of power antara presiden dan perdana menteri dapat dilihat dari peran presiden yang lebih banyak mengatur dan menentukan, sedangkan perdana menteri dan kabinetnya terkesan hanya menjalankan apa yang dimandatkan oleh presiden. Walaupun tidak tertulis di konstitusi, selama ini terdapat konsensus di antara dua badan eksekutif ini mengenai division of power. Menindak lanjuti fungsi presiden yang telah disebutkan sebelumnya, presiden bertugas mengawasi kinerja seluruh kementerian, dan badanbadan lain yang berhubungan langsung dengan isu koersi, penegakan hukum, dan keamanan negara. Sedangkan pemerintah kekuasaannya terbatas implementasi kebijakan dan pengawasan pada isu ekonomi dan sosial saja. Terlepas dari aspek konstitusional maupun nonkonstitusional, ambiguitas disivion of power dapat ditilik kembali dari struktur pemerintahan Rusia. Dengan menganut sistem semipresidensial, terdapat keseimbangan konstitusi yang asimetris antara presiden, pemerintah yang dipimpin oleh perdana menteri dan parlemen. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pemerintah tidak hanya bertanggung jawab terhadap parlemen, melainkan terhadap presiden. Asimetrisnya hubungan institusi negara menciptakan ambiguitas dalam division of power dan dominasi pada salah satu pihak pada lembaga eksekutif. Dampak Ambiguitas terhadap Politik Federasi Rusia Berdasarkan uraian di atas, penerapan sistem semipresidensial berangkat dari keinginan Rusia untuk menjadi negara yang jauh lebih demokratis. Keberadaan masa lalu Uni Soviet sebagai negara komunis totalitarian merupakan suatu kenyataan yang tidak lagi ingin diulang oleh Rusia. Walaupun begitu, pola dan kultur politik di Rusia, yang terpengaruh dari Uni Soviet, tidak dapat melepaskan Rusia dari pola kekuasaan eksekutif yang terlalu kuat. Sehingga sistem semipresidensial merupakan mekanisme akomodasi dua kepentingan ini Selain itu, hubungan antara eksekutif dan legislatif di Rusia tidak dapat disamakan dengan negara lain, seperti Perancis atau Inggris Raya. Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Sedangkan berdasarkan konstitusi, perdana menteri dipilih oleh presiden dengan persetujuan parlemen dan tidak harus mewakili koalisi atau partai yang dominan di parlemen. Hal tersebut tentu berbeda dengan sistem parlementer pada umumnya, dimana presiden tidak dapat campur tangan dalam pemilihan perdana menteri dan perdana menteri merupakan representasi dari partai politik yang dominan di parlemen. Sistem tripartit yang berjalan di Rusia juga berbeda dari kebanyakan negara di dunia. Presiden memiliki kekuasaan penuh atas pemerintahan di Rusia. Perdana menteri dan kabinetnya berada di bawah perintah presiden secara langsung, sehingga mereka bertanggung jawab tidak hanya kepada parlemen, yang sewaktuwaktu dapat memberikan mosi tidak percaya terhadap mereka, namun juga kepada presiden yang memiliki kewenangan untuk memilih perdana menteri. Kuatnya kekuasaan presiden di Rusia juga dapat dilihat dari kabinet bayangan yang kinerja sering kali tumpang tindih dengan kinerja kabinet. Kabinet bayangan merupakan badan yang berada di bawah instruksi presiden secara langsung, menangani isuisu keamanan, pertahanan, urusan dalam negeri, dan luar negeri. Keempat isu tersebut merupakan isuisu yang dikontrol langsung oleh presiden sesuai dengan pasal Konstitusi Rusia . Sejatinya, keempat isu tersebut menjadi tanggung jawab perdana menteri dengan kementeriankementerian yang ada di bawah kekuasaannya. Sistem presidensial yang terlalu kuat membuat parlemen, terutama perdana menteri tidak memiliki kekuasaan yang independen dalam menjalankan tugasnya. Hampir tidak ada batasan yang jelas atas ranah kerja presiden dan perdana menteri. Sistem pemerintahan parlementer jelas tidak dapat dilaksanakan di negara yang menganut sistem presidensial. Selain itu, posisi perdana menteri dan kabinet yang berada di bawah presiden membuat fungsi pemerintahan semakin lemah. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan di atas, Rusia jelas membutuhkan suatu perubahan yang menentukan jenis sistem pemerintahan mana yang ingin dijalankan secara komprehensif dan menyeluruh. Sistem presidensial dianggap sebaga sistem yang paling tepat diterapkan di Rusia, terutama pascaruntuhnya komunisme yang menuntut pembenahan pemerintahan yang lebih stabil. Sistem parlementer, yang merupakan pembanding dari sistem presidensial dalam hal ini, dianggap hanya dapat dilaksanakan di negara yang sudah memiliki kestabilan ekonomi dan politik. Sistem pemerintahan presidensial memberikan kekuasaan yang besar terhadap satu orang, yakni presiden. Terlebih jika sang presiden merupakan presiden hasil pemilihan langsung. Hal tersebut membuat legitimasi presiden terhadap sangatlah tinggi. Namun, ketergantungan terhadap satu sosok membuat pemerintahan jauh lebih rapuh daripada pemerintahan dengan sistem parlementer. Sistem parlementer, yang menempatkan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan yang merupakan representatif dari koalisi atau partai mayoritas di parlemen memberikan fleksibilitas terhadap pembentukan pemerintahan dan jauh lebih responsif terhadap aspirasi masyarakat. Fleksibilitas yang dimaksud adalah adanya mosi tidak percaya yang dapat dikeluarkan oleh parlemen jika pemerintahan tidak berjalan dengan semestinya. Poin tersebut yang tidak ada dalam sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan Rusia masih sangat dipengaruhi, bahkan lebih tepat dikatakan masih terjebak pada sistem pemerintahan zaman Tsar dan Uni Soviet. Rusia masih percaya bahwa untuk menciptakan kestabilan, terutama kestabilan ekonomi, diperlukan badan eksekutif yang kuat strong hand, terutama di masa reformasi seperti saat runtuhnya Uni Soviet. Namun pada saat ini, di saat pemerintahan sudah cukup stabil, sistem presidensial yang setengah hati seperti ini justru dapat mengakibatkan kerugian terhadap pencapaian selama ini. Pada akhirnya, Rusia akan dihadapkan pada dua pilihan sistem pemerintahan parlementer atau presidensial. Dengan kelebihan dan kekurangannya masingmasing, pemerintah Rusia harus dapat menentukan dan mengimplementasikan sistem pemerintahan yang paling tepat bagi mereka. Karena jika Rusia terus menjalankan sistem pemerintahan yang selama ini berlangsung, bukan tidak mungkin sejarah akan berulang kembali di negara ini. Referensi Buku Almond, Gabriel A. et al. Comparative Politics Today A Word View Ninth Edition.. New York Pearson Longman. Fahrurodji, A. Rusia Baru Menuju Demokrasi Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayanya. . Jakarta Yayasan Obor Indonesia. Sakwa, Richard. Russian Politics and Society Fourth Edition. . New York Routledge. Winarno, Budi. Politik dan Pemerintahan Rusia. . Yogyakarta Universitas Gadjah Mada. Internet Skach, Cindy. The newest separation of powers Semipresidentialism. International Journal of Constitutional Law Vol. . . New York The New York University School of Law. . Web. Jan. . lthttp//icon.oxfordjournals.org/content///.full.pdfhtmlgt . The Constitution and Government Structure Russia. Country Studies. Web. Jan. . lthttp//countrystudies.us/russia/.htmTheExecutiveBranchgt . Politburo. Encyclopdia Britannica. Encyclopdia Britannica Online. . Web. Jan. . lthttp//www.britannica.com/EBchecked/topic//Politburogt.