100 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY Sel Surya Berbasis Material Nanokomposit TiO2 Sahrul Saehana1,a), Darsikin1, Rita Prasetyowati2, Marina I. Hidayat2, Mikrajuddin Abdullah2, dan Khairurrijal2 1 2 Program Studi Pend. Fisika FKIP Universitas Tadulako, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu KK Fisika Material Elektronik FMIPA Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganeca 10 Bandung 40132 a) Email: [email protected] Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengembangan sel surya berstruktur baru, dengan material TiO2 sebagai lapisan aktif dan logam tembaga (Cu) yang dideposisi pada ruang antar partikel TiO2 sebagai saluran elektron. Adapun struktur sel surya yang dikembangkan terdiri atas material TiO2, partikel tembaga (Cu) yang berada ruang antar partikel TiO2, polimer elektrolit serta aluminium sebagai elektroda bantu. Dalam penelitian ini, lapisan nanokomposit TiO2 dibuat dengan metode printing sedangkan elektrolit yang berbentuk gel dideposisi dengan metode doctor-blade. Kontak antara partikel TiO2 dengan Cu dapat dilihat melalui karakterisasi struktur morfologi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM). Adanya kontak ini diharapkan dapat mengurangi rekombinasi elektron-hole, yang cukup dominan pada permukaan TiO2, sehingga efisiensi sel surya dapat ditingkatkan. Hasil pengukuran karakteristik IV sel surya menunjukkan bahwa efisiensi sel surya dengan penyisipan logam Cu lebih baik dibandingkan tanpa penyisipan logam Cu. Kata kunci: Sel Surya, Nanokomposit, TiO2, doctor-blade, efisiensi, polimer I. PENDAHULUAN Krisis energi yang sedang dialami oleh sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia, menjadi perhatian utama pemerintah termasuk para peneliti. Pengembangan sumber energi terbarukan, seperti energi matahari yang ketersediaannya cukup melimpah, menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi krisis energi tersebut [1]. Namun demikian, pemanfaatan sel surya berbasis silikon yang telah mencapai efisiensi sekitar 20% terkendala dengan biaya produksi yang tinggi [2,3]. Di sisi lain, pengembangan sel surya berbasis material dye sensitized solar cell (DSSC) juga memiliki kelemahan, yaitu masa hidup dye yang relatif singkat serta harga elektrolit yang cukup mahal [4,5]. Oleh karena itu, pengembangan sel surya dengan menggunakan material yang murah dan mudah diperoleh serta proses fabrikasi yang sederhana dan berbiaya rendah perlu dilakukan. Dalam studi terdahulu yang telah dilakukan oleh kelompok kami [2,3], diketahui bahwa material TiO2 dapat digunakan sebagai material aktif dalam sel surya. Hal ini disebabkan karena material TiO2 tersebut dapat mengabsorbsi panjang gelombang dalam rentang yang cukup lebar. Namun demikian, adanya proses rekombinasi elektron-hole pada permukaan TiO2 masih cukup dominan sehingga efisiensi sel surya yang diperoleh masih rendah. Oleh karena, dalam penelitian ini struktur baru sel surya TiO2 dikaji, dimana dilakukan penyisipan logam Cu pada ruang antar partikel TiO2 sehingga rekombinasi dapat dikurangi. Struktur sel surya yang dikembangkan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Adanya logam Cu, pada ruang antar partikel TiO2, diharapkan dapat menjadi saluran elektron dan mencegah terjadinya rekombinasi pada permukaan TiO2. Adapun mekanisme kerja dari sel surya yang dikembangkan, yaitu, apabila foton datang mengenai permukaan TiO2, maka elektron pada pita valensi tereksitasi menuju pita konduksi. Selanjutnya, elektron pada pita konduksi TiO2 mengalir ke kaca indium tin oxide melalui kontak logam (Cu) yang dibuat. Elektron kemudian mengalir melalui beban dan terakumulasi pada permukaan elektroda bantu. Elektron yang berada pada permukaan elektroda bantu akan diterima oleh elektrolit. Demikian proses ini berlangsung secara terus menerus hingga menghasilkan arus listrik yang konstan. Gambar 1. Struktur sel surya yang dikembangkan. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah melakukan pengembangan sel surya berbasis material TiO2 melalui penyisipan logam tembaga (Cu) pada ruang antar partikel TiO2 sehingga efisiensi sel surya dapat meningkat. II. METODE Komposit TiO2 dibuat dengan mencampurkan TiO2 bubuk (Bratachem, Indonesia) dengan bubuk Cu pada gel polyvinil acetat. Setelah diaduk selama beberapa menit dan membentuk komposit yang cukup homogen, kemudian komposit TiO2 tersebut dideposisi di atas substrat kaca transparan konduktif (ITO) dengan metode doctor blade dan dibakar pada suhu 450°C selama 45 menit. Selanjutnya, film Cu/TiO2 tersebut dilapisi dengan polimer elektrolit, yang dibuat dengan metode sol gel, dan ditutup dengan elektroda aluminium sehingga membentuk struktur sandwich. Untuk mengetahui karakteristik morfologi film, yang dibuat, dilakukan karakterisasi dengan SEM, sedangkan untuk mengetahui performansi sel surya yang ISSN 0853-0823 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 101 dikembangkan dilakukan pengukuran arus-tegangan (IV) pada kondisi gelap dan terang. III. HASIL DAN DISKUSI Spektrum absorbsi film TiO2 yang dihasilkan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 2, dimana spektrum absorbsinya berada dalam rentang yang cukup lebar sehingga sangat potensial digunakan sebagai elektroda kerja. Rentang spekrum ini lebih lebar apabila dibandingkan dengan TiO2 murni [2]. Sel surya berbasis nanokomposit TiO2 yang dikembangkan, seperti desain pada pada Gambar 1, menggunakan kontak logam Cu sebagai jalur transfer elektron. Dimana logam tersebut dibuat menjadi nanokomposit bersama dengan TiO2 kemudian diprinting di atas substrat kaca konduktif transparan (ITO). Selain itu, tampak adanya ruang antar partikel TiO2 (pori) yang cukup banyak sehingga memunkinkan untuk disisipi dengan material logam, misalnya Cu. Gambar 3(b) memperlihatkan adanya kontak antara partikel TiO2 dengan partikel Cu yang berukuran lebih besar. Adanya kontak antara kedua partikel ini diharapkan dapat mengurangi rekombinasi yang cukup dominan terjadi pada permukaan TiO2 [7-10]. Hal ini dapat dijelaskan melalui diagram pada Gambar 4. a Absorbance (a.u) 0.8 a dan b : Proses rekombinasi c : Menyumbangkan elektron d : Menyumbangkan hole 0.7 b 0.6 200 300 400 500 600 700 800 900 Panjang Gelombang (nm) Gambar 2. Spektrum absorbsi material TiO2 yang digunakan. Adanya kontak antara partikel TiO2 dan logam Cu dapat diamati melalui Scanning Electron Microscopy (SEM), seperti ditunjukkan pada Gambar 3(b). a Gambar 4. Peristiwa fotoeksitasi pada permukaan TiO2: (a) tanpa adanya kontak dengan logam Cu, dan (b) terdapat kontak dengan logam Cu. TiO2 0.050 Pori Pin = 37.48 mW/cm2 FF = 0.35 η = 0.03% a Current (mA) 0.040 1 µm b TiO2 0.030 Pin = 4.39 mW/cm2 FF = 0.24 η = 0.05 % 0.020 0.010 0.000 0 20 40 60 80 100 Voltage (mV) 0.500 Cu b 0.375 Current (mA) 10 µm Gambar 3. Hasil karakterisasi SEM: (a) TiO2 tanpa Cu, dan (b) TiO2 dengan Cu. Gambar 3(a) menunjukkan penampang lintang film TiO2 tanpa adanya logam Cu. Melalui gambar ini diketahui bahwa rata ukuran partikel TiO2 berada dalam orde 200 nm. Menurut B. O’Regan dkk [3] bahwa ukuran ini cukup baik untuk elektron berdifusi serta efek scatering terjadi [6]. Pin = 37.48 mW/cm2 FF = 0.35 η = 0.39% 0.250 0.125 0.000 0.0 Pin = 4.39 mW/cm2 FF = 0.34 η = 0.37 % 0.2 0.4 0.6 0.8 Voltage (V) Gambar 5. Karakteristik IV sel surya: (a) TiO2 tanpa Cu, dan (b) TiO2 dengan Cu. ISSN 0853-0823 102 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY Gambar 4(a) menjelaskan tentang proses rekombinasi yang cukup dominan terjadi pada permukaan TiO2. Hal ini menyebabkan sel surya tanpa penyisipan logam menjadi rendah. Di sisi lain, Gambar 4(b) menunjukkan peristiwa eksitasi elektron yang diikuti peristiwa terperangkapnya elektron pada logam sehingga lebih negatif. Adanya fenomena ini tentu saja diharapkan dapat mengurangi rekombinasi elektron dan hole pada permukaan TiO2 [7-10]. Adanya peningkatan performa sel surya TiO2 dengan penambahan Cu dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5(a) menggambarkan performa sel surya tanpa adanya tambahan logam Cu. Dimana efisiensi sel surya baik dalam keadaan gelap maupun terang terlihat masih sangat kecil yaitu sekitar 0.03% dan 0.05%. Di sisi lain, fill faktor sel surya juga masih rendah 0.24 dan 0.35. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena tingginya resistansi internal sel surya tersebut [5]. Di sisi lain, Gambar 5(b) menunjukkan performa sel surya dengan adanya tambahan logam Cu. Performa sel surya tersebut mengalami peningkatan dibandingkan hasil pada Gambar 5(a). Hal ini diduga kuat karena penurunan tingkat rekombinasi elektronhole karena adanya kontak antar partikel TiO2 dan logam Cu [7-10]. Akan tetapi, ukuran partikel Cu yang masih cukup besar (dalam orde mikron) menyebabkan intensitas foton tidak maksimal diserap oleh TiO2 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sel surya, dengan TiO2 sebagai lapisan aktif dan jalur transfer elektron “cepat”, telah berhasil dibuat. Namun demikian, adanya resistansi internal yang masih tinggi diduga sebagai penyebab rendahnya efisiensi dan fill faktor sel surya yang dikembangkan. Untuk itu, perlu dilakukan beberapa optimasi, seperti banyak partikel Cu yang disisipkan, pori lapisan TiO2, untuk memperbaiki performa sel surya tersebut. IV. KESIMPULAN Sel surya berbasis nanokomposit TiO2 telah berhasil dikembangkan melalui pembuatan kontak antara partikel TiO2 dan logam Cu. Hasil karakterisasi IV menunjukkan bahwa sel surya yang dikembangkan dalam penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan sel surya tanpa adanya kontak antara TiO2 dan logam (Cu). UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didanai secara parsial oleh penelitian Hibah Doktor, Hibah Strategis Nasional dan Assahi Glass Foundation tahun anggaran 2010. PUSTAKA [1] P. Joshi, Y. Xie, M. Ropp, D. Galipeau, S. Bailey and Q. Qiao, En. Environ. Sci. 2, 2009, 333–440. [2] M. Grätzel, J. of Photochem. and Photobio.: Photochem. Rev. 4, 2003, 145–153. [3] B. O'Regan and M. Grätzel, Nature 353, 1991, 737-740. [4] M. Abdullah, I. Nurmawarti, H. Subianto, Khairurrijal and H. Mahfudz, J. Nano Saintek. 3, 2010. [5] S. Saehana, Rita, Marina, M. Abdullah and Khairurrijal, The Thrd. Nanosci. and Nanotech. Symp., 2010, 23-26. [6] X. Bi-Tao, Z. Bao-Xue, B. Jing, Z. Qing, L. Yan-Biao, C. Wei-Min and C. Jun. Chinese Physics B, 17, 10,2008, 37143719. [7] A. L. Linsebigler, G. Lu and J.T. Yates, Jr., Chem. Rev. 95, 1995, 735-758. [8] V. Subramanian, E.E. Wolf and P.V. Kamat, J. Am. Chem. Cos. 2004 126, 2004, pp. 4943-4950. [9] V. Subramanian, E.E. Wolf and P.V. Kamat, J. Phys. Chem. B 105, 2001, pp. 11439-11446. [10] Z. HaiLing, Z. JunYing, W. TianMin, W. LiuGang, L. Xiang and H. BaiBiao, Sci. in China Ser. E: Tech. Sci. 52, 8, 2009, pp. 2175-2179. TANYA JAWAB Hadi S ? Bagaimana karakter dan kualitas sel surya yang saudara buat bila dibandingkan dengan komponen-komponen sel surya buatan Cina yang harganya sangat murah? Sahrul S @ Sel surya yang kami buat masih dalam taraf pengembangan sehingga dari sisi harga belum bisa dibandingkan dengan sel surya komersil seperti dari Cina. Namun demikian, dari sisi harga material sel surya yang dibuat memiliki harga yang cukup murah. ISSN 0853-0823