perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak-anak di Indonesia memiliki tantangan yang besar di masa depan.
Tantangan tersebut antara lain (1) meningkatnya pertumbuhan penduduk di
Indonesia, sehingga berdampak pada persaingan dan ketidakpastian jaminan
pekerjaan (2) informasi dan teknologi yang semakin canggih membuat anak-anak
di masa depan menghadapi kehidupan multikultural dan multibahasa dikarenakan
penetrasi budaya serta bahasa asing, sehingga menggeser bahasa-bahasa daerah
bahkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan masuknya bahasa asing,
serta (3) enterpeneur mindset mengubah keterampilan praktis menjadi
keterampilan manajerial yakni dari pemikiran mencari pekerjaan menjadi
menciptakan lapangan pekerjaan. Paradigma tersebut selayaknya diantisipasi
sejak dini. Agar anak-anak dapat berjaya di masanya.
Lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) diharapkan mampu
memberikan fasilitas untuk mempersiapkan anak menghadapi berbagai tantangan
di masanya. Fasilitas tersebut berbentuk pelayanan yang berkualitas meliputi
perkembangan bahasa, sosial emosional, kognitif, dan fisik motorik dengan
mengangkat karakter budaya lokal maupun nasional.
Dijelaskan lebih lanjut tentang pendidikan anak usia dini menurut Undang
undang Nomor 20 Tahun 2003 (2003) bahwa pendidikan anak usia dini adalah
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki kehidupan yang lebih lanjut. Upaya tersebut
memiliki kerangka dasar pengembangan yang tercamtum dalam kurikulum
PAUD. Ada sembilan pilar yang merupakan tujuan yang ingin dicapai PAUD
dalam memberikan layanan. Sembilan pilar tersebut antara lain (1) religius dan
bermoral, (2) pola hidup bersih dan sehat, (3) pembelajar yang aktif, (4) tangguh
commit
user
dan berkarakter, (5) komunikatif
dan to
kolaboratif,
(6) cinta lingkungan dan
1
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kontributif, (7) menghargai keberagaman, (8) berjiwa enterpreneur, dan (9)
menguasai teknologi dan informasi.
Salah satu dari sembilan pilar tersebut adalah komunikatif dan kolaboratif
yang masuk pada ranah bahasa. Ciri-ciri anak yang komunikatif dan kolaboratif
adalah mengekspresikan diri secara tepat, mendengar aktif, menangkap dari apa
yang dilihat, didengar dan dirasakan. Selain itu anak mampu menyatakan ide dan
gagasan dengan jelas dan santun, bekerjasama dengan orang lain, dan membangun
jejaring (Widawati, dkk. 2013).
Pilar tersebut menjadi salah satu pilar terpenting dalam kemampuan anak
yang akan dikembangkan pada lembaga PAUD Indonesia. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Lennox yang tertuang dalam jurnal ilmiah Early Childhood
Education Journal (2013: 41) “Enhancing young children’s early literacy
achievment is a top priority in many countries. However, a significant challenge
has been to implement instruction that will support children’s language for
thinking and understanding”. Meningkatkan pencapaian anak mengenal huruf
adalah prioritas puncak di berbagai negara. Akan tetapi tantangan terpenting
adalah menerapkan pengajaran yang mendukung bahasa anak dalam berpikir dan
mengerti.
Tujuan pengembangan kemampuan berbahasa di PAUD, khususnya
Taman
Kanak-kanak
(TK)
adalah
mengembangkan
kemampuan
anak
berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal
simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis, dan berhitung. Anak mampu
berkomunikasi secara alami dengan teman sebayanya maupun dengan orang
dewasa lainnya.
Salah satu indikator perkembangan kemampuan berbahasa adalah anak
mampu mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara runtut. Cerita
tersebut dapat berupa cerita yang telah dibacakan maupun pengalaman anak
sendiri. Melalui kegiatan bercerita, anak dapat mendengarkan dan membedakan
bunyi, suara, dan kalimat sederhana. Serta dapat berbicara dengan lancar dan
benar. Selain itu, anak mampu berpikir dan paham tentang suatu pengajaran
dengan menceritakannya kembali.commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bercerita menggabungkan antara kemampuan menyimak dan kemampuan
berbicara. Dari kegiatan bercerita anak secara alami membangun pemahaman dan
pengetahuannya. Karena dengan bercerita, anak didorong untuk mengurutkan
kejadian secara runtut serta mengekspresikan gagasan dengan lancar dan jelas.
Hal tersebut serupa dengan pendapat Amour (2003: 31) dalam jurnal
ilmiah Early Childhood Education Journal, “children are natural storytellers
from the time they can string together a few sentence. Children use oral tradition
and the power of stories to recount life’s experiences, to recast stories that have
been told to them and to share stories of wonderment”. Anak-anak adalah
pendongeng alami sejak mereka mampu merangkai beberapa kalimat. Anak-anak
menggunakan
tradisi
lisan
untuk
menceritakan
pengalaman
hidupnya,
menuangkan kembali cerita yang pernah diceritakan padanya.
Rangkuman tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk mengangkat
permasalahan kemampuan bercerita pada anak. Menimbang pentingnya
kemampuan tersebut dalam mengkonstruk pemahaman dan pengetahuan anak
serta dapat mengekspresikan ide dan gagasannya sebagai bekal anak untuk
menghadapi tantangan di masanya.
Berdasarkan hasil telewicara antara peneliti dengan guru di TK Nur
Rahimah Banjarbaru, kemampuan bercerita anak masih belum berkembang secara
optimal. Dari 25 anak kelompok B di TK tersebut terdapat 19 anak belum
memiliki kemampuan bercerita secara optimal dan yang sudah berkembang secara
optimal sebanyak 6 anak. Telewicara dilakukan karena jarak antara tempat kuliah
peneliti dan TK tempat penelitian relatif jauh. Meskipun demikian, peneliti lebih
mengetahui keadaan dan memiliki riwayat historis dengan TK tersebut.
Selain berdasarkan hasil telewicara tentang kegiatan pembelajaran di
kelas, guru mengungkapkan bahwa metode pembelajaran menggunakan metode
tanya jawab dan pemberian tugas. Pemberian tugas hanya menggunakan LKA
atau lembar kerja, sedangkan tanya jawab hanya dilaksanakan pada kegiatan
apersepsi dan penutup. Belum ada penekanan pada kegiatan pengembangan
kegiatan berbahasa anak. Pengembangan yang paling dominan adalah
commit
to userhuruf dan angka.
kemampuan kognitif nonverbal seperti
menulis
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada pengembangan kemampuan bercerita, guru masih menerapkan cerita
tanpa perantara media. Belum ada inovasi pada pembelajaran di kelas. Dapat
disimpulkan letak permasalahan yang menyebabkan kemampuan bercerita anak
belum berkembang secara optimal antara lain (1) kegiatan pembelajaran di TK
belum menggunakan metode yang tepat untuk mengembangkan kemampuan
bebahasa pada anak, khususnya kemampuan bercerita, (2) anak belum
mendapatkan stimulus yang menarik dari guru, dan (3) media yang ada saat
pembelajaran belum dipergunakan secara maksimal.
Pembelajaran yang efektif dapat dilaksanakan dengan instruksi atau arahan
lisan, melalui gambar, dan beberapa teks pendek, sehingga metode yang
digunakan pada pembelajaran di TK yang komunikatif adalah integrasi antara
gambar, tulisan, dan pengarahan secara lisan. Hal tersebut sebagai bentuk upaya
menciptakan pembelajaran yang efektif dan menarik.
Banyak metode inovatif dalam pengembangan kemampuan ranah bahasa
anak. Salah satu metode tersebut adalah Read Aloud. Read Aloud merupakan
salah satu komponen model pembelajaran Whole Language. Oleh karena itu
metode Read Aloud diyakini tepat untuk meningkatkan kemampuan bercerita
pada anak.
Read Aloud terdiri dari dua kata yaitu "read" dan "aloud". Secara harfiah,
read adalah membaca dan aloud adalah nyaring. Read Aloud merupakan bentuk
metode membacakan cerita di buku bergambar dengan suara yang nyaring,
sehingga
dapat
membantu
memfokuskan
perhatian
serta
menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan dan merancang diskusi.
Metode tersebut mempunyai efek memusatkan perhatian dan membuat
suatu kelompok yang kohesif. Selain itu, tidak hanya memudahkan guru dalam
penggunaannya, tetapi metode ini menggabungkan unsur visual dan auditori,
sehingga menarik bagi anak tanpa harus membebani guru. Hal tersebut akan
memberikan situasi pembelajaran bercerita yang efektif.
Read Aloud memberikan stimulus anak untuk menyimak pada tahap
membacakan cerita di buku gambar dan memberikan stimulus untuk berbicara
to user
dalam diskusi yang dilakukan commit
saat memperhatikan
kegiatan bercerita. Dari
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kegiatan tersebut, anak diharapkan mampu membangun pengetahuan dan
pemahamannya.
Keberhasilan
dapat
diamati
dari
kemampuan
anak
menceritakannya kembali dengan lancar, runtut, dan kosakata yang banyak.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul
“Implementasi Metode Read Aloud untuk Meningkatkan Kemampuan
Bercerita pada Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Nur Rahimah
Banjarbaru Tahun Ajaran 2013/2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini, yaitu:
1.
Apakah metode Read Aloud dapat meningkatkan kemampuan bercerita pada
anak kelompok B Taman Kanak-kanak Nur Rahimah Banjarbaru tahun ajaran
2013/2014?
2.
Apakah metode Read Aloud dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran
bercerita pada anak kelompok B Taman Kanak-kanak Nur Rahimah
Banjarbaru tahun ajaran 2013/2014?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini antara lain:
1.
Untuk meningkatkan kemampuan bercerita pada anak kelompok B Taman
Kanak-kanak Nur Rahimah Banjarbaru tahun ajaran 2013/2014.
2.
Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran bercerita pada anak kelompok
B Taman Kanak-kanak Nur Rahimah Banjarbaru tahun ajaran 2013/2014.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi peneliti lain
untuk meneliti hal yang sama dimasa yang akan datang.
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Hasil penelitian ini sebagai khazanah ilmu pengetahuan yang akan
menambah wawasan dalam penelitian yang berkaitan dengan penerapan
metode Read Aloud di TK.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi anak
1) Meningkatnya kemampuan bercerita melalui metode Read Aloud pada
anak kelompok B di TK Nur Rahimah.
2) Meningkatnya kepercayaan diri anak di lingkungan sosial dengan
kemampuan bercerita yang baik dan lancar.
b. Bagi guru
1) Meningkatnya kemampuan guru mengelola pelaksanaan pembelajaran
bercerita yang efektif di TK Nur Rahimah.
2) Bertambahnya metode pembelajaran yang inovatif sebagai referensi
kegiatan belajar-mengajar.
c. Bagi Sekolah
1) Terdukungnya perbaikan dari proses dan hasil belajar anak.
2) Meningkatnya mutu lulusan anak pada lembaga.
commit to user
Download