BAB 10 Rehabilitasi Penderita AIDS

advertisement
BAB X
REHABILITASI PENDERITA AIDS
Standar Kompetensi
Setelah membaca bab ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian HIV – AIDS dan mampu merehabilitasinya
2. Menjelaskan penyebab penyakit HIV – AIDS dan akibatnya
2. Menjelaskan pencegahan penyakit HIV – AIDS
A. Pengertian Dasar
1. Rehabilitasi dapat diartikan pemulihan kepada kedudukan keadaan yang dahulu
(semula), perbaikan individu, pasien Rumah Sakit, korban bencana supaya
menjadi berguna dan memiliki tempat di masyarakat. Merehabilitasi berarti
memulihkan
kepada
kedudukan
yang dahulu
(semula),
memuluhkan
kehormatan (nama baik (Kamus, l990 : 736).
2. HIV – AIDS
HIV – AIDS singkatan dar acuired grficiency syindrome. HIV – AIDS adalah
jenis virus yang menyebabkan daya kebal dalam tubuh melemah, bahkan
menjadi hilang, sehingga jika terserang oleh penyakit lain (jamur, virus,
kuman, atau yang lain) tidak ada perlindungan dalam tubuh.
3.
Rehabilitasi HIV – AIDS berarti memulihkan keadaan tubuh seseorang yang
terkena virus ini supaya tubuh memiliki daya kebal (immune) sehingga dapat
sehat kembali. Jika virus ini telah menjadi wabah (epidemi), merehabilitasi
terhadap virus ini berarti memulihkan keadaan masyarakat dari kembali kepada
keadaan semula (normal) setelah terkena wabah virus ini.
B. Penyebab penyakit virus HIV – AIDS
Penyakit HIV – AIDS terdeteksi pertama sebagai epidemi pada tahun l980 –
an. Pada tahun 1981 awal tercatat 100.000 0rang terinfeksi HIV – AIDS
(Hawari, 1977 : 90). Wabah ini semakin meningkat dengan amat pesat. Pada
bulan Desember 2007 sudah tercatat 39,5 Juta kasus, 45 % atau
17.775.000adalah wanita. Dari yang 45 % ini, 53 % yang terjangkit virus ini
adalah mereka yang berusia antara 20 –29 tahun. Di Indonesia, yang terkena
virus HIV dan amat mematikan ini tercatat 5.230 dan yang telah meningkat
menjadi AIDS 8.914 kasus. 73 % dari jumlah ini adalah laki-laki dan wanita 19
% (Suara Merdeka,12 Maret 2008), sisanya mungkin terjadi pada kaum waria.
Angka kasus mereka yang terinfeksi virus semacam ini, dengan
jumlah penduduk kurang lebih 220.000.000 jiwa, yang 87 % lebih beragama
Islam tentu cukup menghawatirkan bahwa mayoritas mereka juga yang
beragama Islam. Asumsi awamiyah yang diajukan ini cukup beralasan karena
pemeluk agama Islam adalah mayoritas, jadi yang terkena virus ini juga
mayoritas. Hanya saja, asumsi ini harus dilanjutkan, benar mereka yang terkena
virus ini mayoritas adalah mereka yang beragama Islam, tetapi tentu yang
beragama Islam secara nominalisme, Islam hanya KTP-nya saja, atau mereka
yang bergelimang dalam kemaksiatan, terutama penyakit molimo (lima M),
yaitu: madad (pemakai dan pengedar, atau pemakai tetap narkoba), madon atau
medok (promiskuitas atau melacur, selingkuh, hidung belang), maling (mencuri
sebagai kegemaran atau penghidupannya), mendem (meminum minuman keras
atau mabuk-mabukan), dan main (berjudi). Secara umum, jika seseorang telah
memiliki salah satu dari lima M tentu segera mengambah pada M yang lain.
Orang suka mencuri atau merampog umpamanya, hasil rampokan biasanya
untuk mabuk-mabukan, berjudi, narkoba, dan melacur (perzinaan, hubungan
seks secara bebas dengan siapa ia mau dan sudah barang pasti di luar nikah
atau secara singkat dikatakan promiskuitas).
Promiskuitas, dalam bentuk hiteroseksual (ganti-ganti pasangan)
maupun homoseksual (termasuk lesbian) lah yang ternyata menjadi penyebab
utama orang terkena penyakit HIV – AIDS. Penyebab selanjutnya adalah
penularan diantara pemakai jarum suntik narkoba, dan sisanya kecerobohan
tenaga klinis atau para medis dalam melakukan transfusi darah atau
penggunaan jarum suntik yang tidak steril atau sekali pakai terus dibuang
kepada pasien yang ditangani. Amat langka virus HIV – AIDS menyerang
kepada orang-orang yang taat beragama, kecuali para wanita taat dan terhormat
yang suaminya terlihat amat setia, tetapi di luar sering jajan di lokalisasi atau
tempat-tempat lain yang menyediakan bordilan. Suami semacam ini membawa
bibit virus HIV – AIDS kemudian menularkan kepada istrinya yang tidak
mengetahuinya. Penganut aliran seks bebas (free sex) biasanya berdalih
kebebasan atas dasar HAM – yang sebenarnya adalah aliran iblis budaya Barat
dan AS.
Jika seseorang telah terkena penyakit HIV – AIDS, di samping
menderita sakit yang luar biasa, amat sulit disembuhkan baik secara klinismedis maupun alternatis dan pada umumnya berakhir dengan kematian yang
mengenaskan, seperti kurus-kering tinggal kulit pembalut tulang, rambut
rontok, dan amat menjijikkan. Amat langka ada orang yang terinfeksi penyakit
ini kemudian dapat disembuhkan, boleh dikata ada keajaiban baginya.
Sekarang ini telah ada ARV (antiterto virus) pembunuh virus HIV – AIDS,
namun efektifitasnya hanya menghambat saja dan belum membasmi.
Di samping penderita HIV – AIDS amat menderita, juga ada empat
macam akibat lain yang ditimbulkan, yaitu: (1) Fear (rasa takut yang akut,
yaitu terbayangi kematian), (2) Contempt (menjijikkan terhadap orang lain
sehingga tidak mau menyentuhnya karea takut tertular), (3) Grief (rasa duka
dan penyesalan yang mendalam dan berlarut-larut, dan (4) Burn-out (rasa putus
asa untuk memiliki harapan hidup). Menurut ajaran Islam, keadaan batiniah
rasa takut berkepanjangan, rasa duka terus menerus dan berpuncak pada
keputusasaan sama sekali tidak dibenarkan. Keadaan ini hanya karakter orang
kafir dan tidak diperbolehkan. Demikian firman Allah berkenaan dengan putus
asa:
‫ وال تأيئسوا من روح هللا انه ال ييئس من روح هللا اال القوم الكافرين‬. . .
Artinya
.. .
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir (Q.S. Yusuf/12 : 87).
Dengan demikian, para penderita HIV – AIDS yang disebabkan oleh
seks bebas, di samping menderita empat hal di atas juga secara agamais masuk
dalam kategorikafir yang ancamannya adalah kekal di neraka. Mereka,
akhirnya memperoleh azab baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu,
Rasulullah menjelaskan bahwa akan terjadi kerusakan apabila seks bebas
berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Demikian sabda Nabi saw:
‫يإتى على الناس زمان همتهن بطونهم وشرفهم متاعهم وقبلتهم نسائهم ودينهم دراهمهم و‬
)‫ اولئك شر الخلق ال خالق لهم عند هللا (رواه الديلمى‬.‫دنانيرهم‬
Artinya:
Akan tiba suatu zaman atas manusia di mana perhatian mereka hanya tertuju pada
urusan perut; Kehormatan mereka hanya materi semata; Kiblat mereka hanya
urusan wanita (seks); agama mereka adalah harta (uang). Mereka adalah
makhluk Allah yang terburuk dan tidak akan memperoleh bagian yang
menyenangkan di sisi Allah (H.R. ad-Daelami).
Karena begitu mengerikan akibat bagi para penyandang HIV – AIDS
yang disebebkan oleh seks bebas (promiskuitas), maka tidak seyoyanya dan
tidak pantas bagi setiap muslim mencoba-coba terjun ke dalam dunia gelap ini.
C. Pencegahan
Telah dikampanyekan secara besar-besaran, antara lain melalui
program massal ATM kondom gratis, supaya memakai kondom dalam
hubungan seks bebas ternyata tidak aman 100 %. Kondom terbuat dari lateks
(karet). Kualitas kondom yang paling bagus memiliki pori-pori 1/60 mikron.
Sementara itu, besaran virus HIV – AIDS hanya 1/250 mikron (Hawari, l997 :
109). Satu mikron = seper seribu millimeter atau 0,0001 milimeter atau
seperjuta meter (Kamus, 1990 : 582). Dengan demikian, sperma yang
mengandung virus HIV – AIDS yang disemburkan melalui hubungan seks ke
dalam liang vagina, meskipun telah dilindungi oleh kondom yang berkualitas
terbaik sekalipun, virus tersebut tetap memiliki peluang besar untuk bisa
menerobos masuk ke dalam organ seksual wanita karena lubang terobosan itu
begitu longgar bagi virus tersebut.
Andaikan nanti suatu saat ditemukan obat anti virus HIV - AIDS yang
benar-benar efektif dan efisien sehingga menambah kenyamanan praktik
promiskuitas, dari segi agama tetap tidak aman sama sekali karena pezinaan
termasuk dosa besar dari dosa-dosa besar yang harus dijauhi. Demikian sabda
Rasulullah berkenaan dengan dosa zina ini :
.‫ ان تجعل هلل نداوهو خلثك‬:‫ اي الذنب اعظم عند هللا ؟ قال‬:‫سئلت النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫ قلت ثم اي ؟‬.‫ وان تقتل ولدك تخا ف ان يطعم معك‬:‫ قلت ثم اي ؟ قال‬,‫ إن ذالك لعظيم‬:‫قلت‬
)‫ ان تزانى حليلت جارك (متفق عليه عن عبد هللا ابن مسعود‬:‫قال‬
Artinya:
Aku bertanya kepada Nabi saw, Apakah dosa terbesar di sisi Allah ? Jawab
Nabi saw: Jika engkau mengadakan sekutu bagi Allah padahal Dia yang
menciptakan engkau. Aku bertanya: kemudia dosa apa lagi ? Jawab Nabi saw:
Jika engkau membunuh anakmu karena khawatir akan makan bersamamu. Aku
bertanya: Kemudian dosa apa lagi ? Jawab Nabi saw: Berzina dengan istri
tetanggamu (H.R. Muttafaq ‘alaihi dari Abdullah Ibnu Mas’ud)
Setelah terbukti pencegahan penularan penyakit HIV – AIDS melalui
pemakaian kondom gagal atau sama sekali tidak aman, para pemikir yang
gelisah dan ikhlas agar virus mematikan itu musnah, menawarkan tiga tahap
pencegahan yang semuanya berkenaan dengan seksualitas, yaitu:
Pertama, program A, abstentia sexual yang berarti hidup tanpa seks dengan
semboyan “Save sex is no sex”
Kedua, program B, “be faithfull yang berarti setia pada pasangan, suami atau
istri.
Ketiga, program C, mutually faithfull monogamy
yang berarti setia pada
pasangan hidup tanpa menyeleweng/selingkuh (Hawari, l997 : 119)
Ketiga alternatif alternatif ini belum menjamin keamanan pelaku
seksual dari penyakit HIV – AIDS baik ditinjau dari klinis maupun syariah
Islam karena: (1) alternatif pertama (A) sama sekali tidak manusiawi. Dalam
Islam, hasrat seksual adalah sunnatullah. Dalam hal ini Allah berfirman:
. . . ‫زين للناس حب الشهوات من النساء‬
Artinya:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang
diingini, yaitu wanita-wanita . . . (Q.S. Ali Imran/3 : 14).
Aplikasi seksualitas diatur melalui lembaga perkawinan yang ketat dan
detail supaya aman dari berbagai kerusakan, termasuk kemungkinan terkena
penyakit HIV – AIDS. Hidup tanpa seks akan memunahkan kehidupan.
Dengan seks, peluang untuk melangsungkan kehidupan menjadi mungkin.
Karena itu alternatif ini (A) harus ditolak baik secara syar’i maupun rasionalilmiah. Save sex is no sex hanya dibenarkan bagi yang telah terkena virus HIV
– AIDS agar tidak menularkannya kepada orang lain.
Alternatif B maupun C juga belum menjamin keamanan dari
kemungkinan besar tertular penyakit HIV – AIDS karena belum tentu pihak
laki-laki melakukan supit atau sunat. Ujung penis yang kelopaknya tidak
dibuang menjadi aman bagi persemayaman virus HIV – AIDS, termasuk
penyakit lain seperti rajasinga (siphilis), dan ketika melakukan hubungan
bersebadan, laki-laki akan menstransfer kotoran tersebut ke dalam kelamin
pasangannya. Jika si laki-laki telah bersupit, belum tentu alat vital mereka –
laki-laki perempuan - senantiasa bersih karena tidak ada kewajiban agamis
untuk membersihkannya. Orang yang tidak terbiasa ber-istinja’ (membersihkan
secara sempurna setiap kotoran yang menempel ke tubuh, termasuk pada
kelamin menurut aturan syaria) atau berwudu sekurang-kurangnya lima kali
sehari semalam, belum tentu organ vital tersebut bersih dan steril dari penyakit
(jamur, kuman, virus), lebih-lebih kalau orang pipis atau membuang aira tidak
cawik (dicuci) tentu kelaminnya tidak bersih dari kotoran (jamur,virus, kuman).
Oleh karena itu, alternatif B dan C ini juga harus ditolak secara syar’i.
Pencegahan secara efektif dan efisien supaya tidak terjangkit penyakit
HIV – AIDS adalah sebasgai berikut:
Pertama, pernikahan secara resmi menurut Islam sehingga hubungan suamiistri menjadi halal dan sehat.
Organ seksualitas senantiasa terjaga bersih
karena sekurang-kurangnya dibersihkan 5 kali sehari semalam sebagai
kelengkapan ketika melakukan wudu untuk mengerjakan salat. Selain itu masih
ditambah 2 kali, yaitu ketika mereka mandi pagi atau sore. Akan lebih
sempurna kalau secara khusus ketika akan melakukan senggama masingmasing membersihkan kelaminnya masing-masing terlebih dahulu sehingga
menambah kenyamanan dalam hubungan bersebadan.
Kedua, ketika si istri sedang haid (menstruasi), tidak boleh sama sekali
melakukan senggama diantara keduanya, tetapi ber-istimta’, bersenang-senang
atau berasyik-asyik tetap boleh, bahkan keduanya hingga mengalami orgasmus.
Allah memang melarang bagi muslim-muslimah bersenggama ketika si istri
sedang haid. Dalam hal ini Allah berfirman:
‫ويسئلونك عن المحض قل هو اذى فعتزلوا النساء فى المحيض وال تقربوهن حتى يطهرن‬
.‫فإذا تطهرن فأتوهن من حيث امركم هللا إن هللا يحب التوابين ويحب المتطهرين‬
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang darah haid. Katakanlah, darah itu adalah
kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
menyukai orang-orang yang menyucikan diri (Q.S. al-Baqarah/2 : 222).
Ketiga,
Sebelum
melakukan
hubungan
suami
istri
secara
khusus
memberesihkan alat vitalnya masing-masing dengan air yang bersih, akan lebih
sempurna kalau diberi obat pembersih kuman, jamur, atau virus tetapi yang
tidak membahayakan sehingga akan diperoleh kebersihan yang sempurna dan
memperkecil peluang sekecil-kecilnya terkena penyakit yaqng membahayakan.
Keempat, sebelum melakukan hubungan seksual
berdoa memohon
perlindungan dari syetan atau kejahatan makhluk Allah, umpama membaca
surat al-Falaq dan surat an-Nas.
Kelima, Sangat dianjurkan pasca berhubungan seks dibersuhkan dan berwudu
dengan sempurna.
Keenam, selalu hati-hati dan waspada jika buang air di tempat-tempat umum
Ketujuh, Jika terpaksa harus melakukan transfusi darah hendaklah
memperingatkan kepada tenaga medis yang menanganinya supaya memastikan
bahwa baik darah yang mau ditransfusikan maupun alat-alatnya steril.
Jika ketujuh hal ini selalu dipenuhi dalam kehidupan sehar-hari maupun
dalam melakukan persenggamaan insya Allah selamat dari kekhawatiran terkena
virus HIV-AIDS. Walla>hu a’lamu bi as}-s}awab .
DAFTAR PUSTAKA
AL;-Qur’a>n al-Kari>m.
Daili, Syaiful Fahmi (et.all), Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2005.
Hawari, Dadang, Alqur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:
Dhana Bhakti Prima Yasa, l997.
. . . . . . . , Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA. Jakarta: Faklutas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2006.
Muma, Richard D., HIV: Manual Untuk Tenaga Kesehatan (trans.) Shinta
Prawitasari. Jakarta: Kedokteran BGC Universitas Indonesia, 1997.
Nursalim, Ninuk Dian Kurniawati, Asuhan Keperawatan Pada Psien Terinfeksi.
Jakarta: Salemba Media, 2007.
“Pedoman Konseling Penanggulangan HIV/AIDS Sektor Agama. Jakarta: Depag RI,
2004.
“Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa”, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1990.
LATIHAN-LATIHAN SOAL
1. Jelaskan Pengertian rehabilitasi secara umum
2. Jelaskan pengertian HIV/AIDS
3. Jelaskan sejarah secara singkat tetapi komrehensih tentang HIV/AIDS sejak dari
gejala awal hingga menjadi epidemi dunia.
4. Sebut dan jelaskan sebab-sebab dan akibatnya seseorang terkena penyakit HIVAIDS.
5. Jelaskan program-program mencegah penyebaran HIV-AIDS menurut para ahli
epidemologi HIV-AIDS.
6. Jelaskan tinjauan syariat Islam terhadap program-program pencegahan HIVAIDS menurut para ahli epidemologi penyakit tersebut.
7. Jelaskan petunjuk Islam tentang pencegahan penyakit HIV-AIDS.
8. Jelaskan dampak negatif program ATM kondom dalam kaitannya penyebaran
penyakit HIV-AIDS
9. Jelaskan petunjuk Islam secara komplit (komrehensif) tentang aktualisasi seks
yang selamat dari kemungkinan terkena penyakit HIV-AIDS.
10. Apa yang dimaksud dengan sebuah hadis “Baiti> jannati>” dalam kaitannya
dengan pembangunan keluarga yang selamat dari bahaya HIV-AIDS ?
Download