“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30) Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Setelah menjalani Masa Puasa atau Prapaskah, kita kembali disibukkan dengan persiapan menyambut Hari Paskah yang dirayakan pada tanggal 16 bulan April ini. Ada Upacara Rabu Abu, Jalan Salib di Tapinu dan Lenten Program. Chaplain kita Pater Boni Buahendri SVD telah mengumumkan jadwal lengkap Acara Minggu Suci, dari Hari Minggu Palma sampai dengan Misa Paskah. Yang berbeda kali ini adalah Misa Paskah tidak dirayakan di St Pascal’s Box Hill seperti biasanya tetapi akan diadakan di gereja St Francis, Lonsdale St, Melbourne. Selain itu Misa tidak dimulai pada jam 11am seperti pada hari-hari Paskah yang lalu tetapi pada jam 2.30pm seperti biasanya jam misa minggu ketiga KKI di St Francis. Pater Boni juga telah mengumumkan acara Novena Kerahiman Ilahi ( Divine Mercy Novena ) yang dimulai pada hari Jumat Agung dan ditutup pada hari Minggu Kerahiman Ilahi ( Divine Mercy Sunday ) tanggal 22 April. Semua kegiatan novena diadakan di Divine Word Missionaries 100 Albion Rd, Box Hill, dengan pembimbing Pater Boni. Tema novena “Melayani dengan Hati dan Kasih”. Di Rome, seperti tahun-tahun sebelumnya, Paus Fransiskus sibuk dengan kegiatan triduum. Menurut Bapa Suci, “The Easter triduum is the apex of our liturgical year and it is also the apex of our lives as Christians.” Pada hari Kamis Putih Paus Fransiskus merayakan misa dan upacara mencuci kaki para tahanan di penjara Paliano di luar kota Roma. Salah seorang yang kakinya dicuci Paus adalah mantan anggota mafia. Menurut Paus Fransiskus, dengan mencuci kaki para rasul Yesus ingin menunjukkan bahwa “the purpose of his life and passion was to serve God and neighbour, a service which we are called to imitate by loving one another as he loved us.” Pada upacara Jalan Salib di Colosseum Paus Fransiskus berkata bahwa “Jesus’cross can transform our hearts.” Dalam Pesan Paskah Paus Fransiskus antara lain berkata bahwa yang dirayakan dalam Passover adalah peringatan pembebasan kaum Ibrani dari perbudakan. Lewat kebangkitanNya Yesus Kristus membebaskan kita dari dosa dan kematian serta membuka bagi kita jalan menuju hidup kekal. EDISI April 2017 MISA KKI Minggu, 7 Mei 2017 St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Pukul: 11.15 Minggu, 14 Mei 2017 St. Joseph Church 95 Stokes Street Port Melbourne VIC Pukul: 11.00 Minggu, 21 Mei 2017 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:30 Minggu, 28 Mei 2017 St. Paschal 98-100 Albion Rd Box Hill VIC Pukul: 11.00 MISA MUDIKA Sabtu pertama Monastry Hall St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Seminggu sebelum Hari Raya Paskah saat memasuki Pekan Suci tepatnya pada tanggal Pukul: 12.00 8 April datang berita duka dari Indonesia, Romo Ardi Handojoseno SJ meninggal karena serangan jantung dalam usia yang relatif muda (1969 – 2017). Kita warga KKI Melbourne PDKKI lebih mengenal Romo Ardi sebagai Frater Ardi yang menjalani masa pendidikan Setiap Sabtu teologinya di Melbourne dari tahun 2005 sampai 2008. Selama studinya di sini Frater St. Augustine’s City Church 631 Bourke Street Ardi adalah warga KKI yang aktif membantu kegiatan-kegiatan KKI khususnya di bidang Melbourne VIC musik dan koor. Kita dapat membaca di sini kenangan mengenai Romo Ardi lewat tulisan Pukul: 18.00 Bpk. Istas Hidayat yang berjudul “Romo Ardi yang kukenal”. Dalam edisi ini Anda juga dapat membaca artikel mengenai tradisi Semana Santa atau Pekan Suci di Larantuka, Flores. Selain itu renungan singkat “Bersyukur” sumbangan Minawati Munanto dapat menjadi bahan refleksi hidup kita. Akhirnya jangan lewatkan membaca informasi/pengumuman dari Kelompok Kategorial SVD Bible Sharing, 50 Plus mengenai kegiatan rutinnya di Common Room SVD, Box Hill. Saudara-saudari Warga KKI Melbourne, Selamat Hari Raya Paskah! Sampai jumpa di kegiatan-kegiatan KKI. 1 Tradisi Semana Santa di Larantuka, Flores (Rufin Kedang) Semana Santa adalah istilah bahasa Portugis dan Spanyol yang artinya Holy Week atau Pekan Suci.Tradisi Semana Santa di Larantuka, Flores, telah berlangsung ratusan tahun sejak bangsa Portugis menjadikan Larantuka sebagai pusat kegiatan dagang mereka. Karena letaknya yang strategis, Larantuka menjadi pelabuhan utama bagi kapal-kapal Portugis yang membawa kayu cendana atau sandalwood dari pulau Timor dalam pelayarannya ke Goa dan Cina untuk menjual barang dagangannya. Para misionaris Portugis yang datang pada waktu itu membawa serta tradisi Katolik dari tempat asalnya di Portugal. Salah satunya adalah Semana Santa yang masih dijalankan sampai saat ini. Bagi masyarakat Larantuka, Semana Santa adalah waktu yang istimewa. Kegiatannya dimulai pada hari Rabu sesudah Minggu Palma, yang disebut dengan nama Rabu Trewa, dalam bahasa Portugisnya Quarta-feira de trevas, artinya Rabu yang gelap karena tidak lama lagi akan mulai penderitaan Kristus. Malam hari sesudah doa dan Ibadat Lamentasi (ratapan Yeremia), penduduk Larantuka, biasanya kaum remaja, membuat kegaduhan dengan bunyi-bunyian dan teriakan “trewa” yang mengantisipasi suasana kegaduhan Yesus yang ditangkap pada keesokan harinya. Sesudah itu mulai masa tenang Semana Santa. Pada hari ini juga penduduk mengadakan kegiatan tikam turo, yaitu mendirikan pagar bambu yang akan dipergunakan sebagai tempat mengikat lilin yang menjadi penerang jalan di sepanjang 3 km jalur prosesi Jumat Agung. Kegiatan pada hari Kamis Putih adalah pembukaan peti Tuan Ma (Bunda Maria) dan Tuan Ana (Yesus Kristus), yang selama setahun tersimpan di kapelnya masing-masing, oleh petugas khusus yang diangkat melalui sumpah. Patung Tuan Ma dipakaikan dengan pakaian perkabungan yaitu mantel beludru hitam, ungu atau biru. Sesudah itu umat diberi kesempatan untuk berdevosi dan berdoa. Selama hari itu juga masing-masing suku penduduk Larantuka sibuk menyelesaikan penataan armida-armida, yaitu 8 tempat perhentian selama prosesi Jumat Agung. Hari Jumat Agung adalah puncak perayaan Semana Santa yang juga dikenal dengan nama upacara Sesta Vera (dari bahasa Portugis Sexta-feira yang berarti hari Jumat). Upacara hari ini mencapai klimaksnya pada prosesi di malam hari keliling kota Larantuka. Pada waktu pagi sesudah upacara Jalan Salib, umat berkumpul di Kapel Tuan Meninu (Kanakkanak Yesus). Arca Kanak-kanak Yesus ditempatkan dalam sebuah perahu dengan tenda penutup atap dan didayung sejauh 3 km menuju pantai Kuce tempat salah satu armida. Banyak sekali perahu dan kapal motor mengiringi pelayaran ini sedangkan di pantai umat berjejal mengikuti prosesi laut ini. Acara selanjutnya adalah mengarak patung Tuan Ma ke kapel Tuan Ana, sebagai simbol Bunda Maria menjemput putranya Yesus. Dari sana patung Tuan Ma dan Tuan Ana diarak bersama-sama menuju Katedral Larantuka. Prosesi Jumat Agung dimulai pada jam 8 malam di Katedral Larantuka sesudah Ibadat Jumat Agung dan akan berakhir juga di Katedral Larantuka. Lilin-lilin menerangi jalan sepanjang jalur prosesi. Ribuan umat ikut dalam prosesi ini yang berlangsung selama empat atau lima jam. Mereka bukan hanya penduduk lokal tetapi juga para peziarah dari luar daerah bahkan ada juga yang datang dari luar negeri. Menurut catatan panitia di tahun 2017 ini ada 7000 peziarah dari luar yang akan hadir. Tentu saja hotel-hotel dan penginapan di kota sekecil Larantuka tidak sanggup menampung peziarah sebanyak ini. Oleh karena itu biasanya pihak panitia sudah mengatur penginapan di asrama-asrama sekolah dan biara, juga di rumah-rumah penduduk setempat. Yang diusung dalam perarakan itu adalah patung Tuan Ana (Yesus Kristus) diikuti oleh patung Tuan Ma (Bunda Maria). Bunda Maria yang mengikuti anaknya Yesus dalam perjalanan salibNya. Patung Yesus dipikul oleh lakademu yaitu petugas dengan muka tertutup kain dan topi berbentuk kerucut panjang yang dalam tradisi Iberia adalah para penitents sebagai aksi tobat. Pakaian seperti ini dipakai juga oleh penitents dalam upacara Semana Santa di Portugal dan Spanyol. Di belakang Tuan Ana ada sejumlah wanita berpakaian kabung hitam yang melambangkan wanita-wanita Yerusalem yang meratapi Yesus. Patung Tuan Ma dipikul oleh beberapa anggota konfreria (fraternity) yaitu para petugas gereja yang sudah ratusan tahun keberadaannya. Merekalah yang mempertahankan tradisi dan kelangsungan Gereja Katolik di Larantuka khususnya di masa tidak adanya imam dalam waktu yang panjang. 2 Prosesi malam ini menyinggahi 8 armida dan acara di tiap armada meliputi Pentakhtaan Salib, Pembacaan Injil, Doa tanggapan, nyanyian O Vos, Signor Deo dan Eus. Kedua nyanyian terakhir dibawakan oleh koor pria dan wanita sedangkan lagu O Vos dibawakan oleh penyanyi tunggal seorang wanita yang sambil bernyanyi secara perlahan membuka gulungan gambar Yesus yang bermahkota duri. Penyanyi wanita itu melambangkan Veronika yang mengusap wajah Yesus yang berdarah dengan kerudungnya sehingga wajah Yesus tergambar di kerudung Veronika (= true image). Teks lengkap lagu itu diambil dari Ratapan 1:12 dan dinyanyikan dalam bahasa Latin. “O vos omnes qui transitis per viam: attendite et videte si est dolor sicut dolor meus” (“Hai kamu sekalian yang melintas di jalan, perhatikanlah dan lihatlah apakah ada duka seberat dukaku”). Yang menarik juga dalam kegiatan prosesi ini adalah kehadiran para Remaja Mesjid yang bertugas sebagai penjaga keamanan di sekitar katedral. Upacara pada hari Sabtu merupakan anti klimaks kesibukan Semana Santa. Patung-patung diarak kembali dalam prosesi kecil kembali ke kapel mereka masing-masing. Panitia Semana Santa dan penanggung jawab upacara yang disebut Tuan Mardomu (dari kata major domus, rumah besar/tuan pesta) berkumpul untuk mengadakan evaluasi dan acara serah terima. Umat bersiap-siap mengikuti upacara Malam Paskah dan Misa hari Minggu Paskah. Selamat Hari Raya Paskah! Romo Ardi Yang Kukenal (Istas Hidayat) Umurnya pendek. Baru 48 tahun menginjak bumi, sudah harus dikebumikan. Entah dia sendiri tahu atau tidak kalau usianya singkat. Tapi ajaibnya dia menghembuskan nafas terakhir di Girisonta, tempat ia dulu mendaftarkan diri masuk Jesuit, 19 tahun yang lalu. Seakan manusia “sakti” yang tahu kapan akhir hidupnya, ia berketetapan pulang sendiri menuju ke kandang. Dan yang lebih ajaib lagi, dia menyerahkan nyawanya di depan patung Maria. Tak percuma dia menyandang nama Aloysius MARIA Ardi Handojoseno SJ. Pertama kali aku berkenalan dengan Ardi saat dia muncul di Misa KKI di Box Hill pada awal tahun 2005. Waktu itu ia masih frater. Aku bebas memanggilnya dengan “Ardi” karena ia belum jadi Romo dan lagi usiaku 22 tahun lebih tua. Rambutnya setengah gondrong, seperti layaknya anak-anak muda. Dan hobbynya naik sepeda. Bayangkan, dari tempat tinggalnya di asrama seminari Parkville sampai ke Box Hill, itu 21km jauhnya. Dia tidak cerita apakah dia mendayung sepedanya sejauh itu, atau sepedanya dinaikkan keretaapi. Rupanya sudah menjadi wataknya, hanya mau bicara kalau memang perlu. Tapi dia sempat berujar: “Saya Jesuit, dan dulu juga sekolah di Loyola, Semarang”. Jelas, dia tahu siapa diriku, dan sejak itu – ibarat magnit – kutub Utara langsung menempel dengan kutub Selatan. Segera saja aku undang Ardi untuk wawancara di Radio Australia, tempat aku bertugas mencari sesuap nasi pagi dan petang. Kaget setengah mati aku ketika dia muncul di Radio Australia. Rambutnya yang keriting panjang terurai itu sudah tiada! Dia gundul! Gundul benar-benar gundul. Beberapa hari sebelum itu ia pasti gundul plontos! Ketika aku tanya kenapa ia menggunduli kepalanya, Ardi hanya menjawab: “Why not?”, dengan aksen kental Yahudi pula. Kesanku, dia orang yang sudah banyak belajar Perjanjian Lama. Selesai wawancara, Ardi ingin merasakan bagaimana rasanya jadi penyiar di balik corong. Maka, kupinjamkan singgasanaku, walau hanya sebentar. Waktu itu aku belum tahu bahwa frater satu ini sudah sering pegang corong sambil bernyanyi. Kontan tidak lama setelah itu tersiar kabar di kalangan KKI bahwa Frater Ardi bukan saja pintar bernyanyi tapi juga pandai memimpin dan melatih paduan suara. Maka, tentu saja, dalam waktu yang tidak terlalu lama, Frater Ardi diminta untuk membina dan melatih Paduan Suara KKI. Padahal tugasnya ke Melbourne untuk belajar Teologi, bukan bernyanyi. Sejarah mencatat, banyak putri dan ibu-ibu KKI terpikat untuk belajar bernyanyi. Why not, pelatihnya ganteng dan elegan. 3 Ternyata pula, Ardi suka bermain gitar. Ini sangat membantu kalau kumpul-kumpul dengan muda-mudi, terutama yang menunjukkan gelagat jadi pemimpin. Semua Jesuit yang saya kenal selalu getol berkumpul dengan muda-mudi unggulan. Barangkali ini memang arahan dari pendiri Serikat Jesus, Santo Ignatius Loyola, mantan militer Spanyol. Makanya tidak mengherankan kalau frater muda ini suka kumpul dan mengumpulkan KPKM (Kelompok Post-graduate Katolik Melbourne). Tanpa gembar-gembor, mereka sering bertemu di asrama seminari Parkville, tempat Ardi bermukim. Kenanganku yang paling berkesan adalah saat Ardi ditabalkan sebagai Diakon. Ibunya dan kakaknya hadir pada Misa di kapel Xavier College di Kew. Aku terharu menyaksikan betapa bangganya sang ibu mengalami anaknya jadi Diakon. Lihat saja fotonya. Si ganteng yang rendah hati jadi Diakon. Sayang sekali, aku hanya bisa menyumbang doa ketika Diakon Ardi ditahbiskan sebagai Imam di paroki tercinta Kotabaru, Yogyakarta, pada tahun 2008. Sebagaimana ibunya yang tentunya makin bangga lagi anaknya jadi pastor, aku pun ikut bangga Dimas Ardi akhirnya jadi Romo. Romo Jesuit pula. Sejak Ardi menjadi pastor, tidak banyak kudengar lagi kabar beritanya, kecuali bahwa dia menjadi pastor pembantu di paroki St Anna di Jakarta. Tetapi, tak ada angin tak ada badai, Dimas Ardi mendadak muncul lagi di Australi, kali itu di Sydney. Dia diijinkan pembesarnya menggumuli ilmu kesukaannya, Engineering. Aneh memang, seorang imam belajar ilmu teknik. Tapi itulah ciri Jesuit, yang ingin men-suci-kan dunia yang digemarinya . Mungkin karena banyaknya temannya di Melbourne dan banyaknya kenangannya sebagai frater di kota ini, bagi Ardi Sydney dan Melbourne bukan dua kota yang berbeda. Dia sering naik pesawat murah ke mari. Kenanganku yang sangat membekas adalah ketika Romo Ardi SJ diminta untuk memberikan Retret Mudika 2011 di Melbourne bertemakan “Sahabat”. Aku mendapat kehormatan besar boleh bicara dalam sebuah retret tentang Tuhan sebagai sahabat kita. Tuhan punya banyak sahabat, dan banyak sahabat punya Tuhan. Romo Ardi salah satunya. Kehebatannya dalam bernyanyi tersingkap jelas saat ia tampil Maret 2016 sebagai Baritone dalam pagelaran The Seven Last Words of Christ di gereja Middle Park, di Melbourne. Dalam khasanahku, di sinilah Romo Ardi menampilkan diri sebagai Nabi, Imam dan Raja, mengikuti teladan Kristus. Sungguh menyentuh dan mengharukan. Umurnya pendek. Dari berbagai kalangan mengalir ucapan RIP. Tentunya ini ditujukan pada tubuhnya yang memang Rest In Peace. Tetapi ROH-nya tetap hidup dan kini menatap wajah Tuhan, tidak terbatas lagi pada ruang dan waktu. Aku hanya bisa bilang terima kasih atas segala ajaran, bisikan dan teladan yang telah dia berikan kepada kami-kami yang masih menunggu giliran di muka bumi ini. Sembah nuwun, Dimas Ardi. AMDG 4 BERSYUKUR (Minawati Munanto) Dalam satu kesempatan, seorang pastor bercerita tentang seorang petani yang selalu dibawakan makanan oleh istrinya dan pulang jalan kaki berdua. Ketika berpapasan dengan pengendara motor sang istri berkata: enak sekali ya kalau punya motor jadi tidak capai berjalan. Sang pengendara motor ketika berpapasan dengan mobil, juga berkata dalam hati: enak sekali yang punya mobil tidak kehujanan dan kepanasan. Sedangkan pengendara mobil melihat sang petani dan istri yang berjalan berdua, berkata: senangnya bisa berdua sama pasangan, mesra, ngobrol bersama. Jadi dilihat dari sudut pandang tiap tiap orang tidak akan merasa bahagia bila membandingkan dengan orang lain. Kata orang rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau dan lebih segar. Sifat manusia sungguh aneh, ketika kemarau, kepanasan kita tanya kenapa ya tidak hujan. Ketika hujan kita tanya lagi kapan ya matahari bersinar. Ketika tenang, kita rindu keramaian, ketika ramai kita pusing dan rindu tenang. Ketika bujang merasa tidak sabar ingin menikah, ketika menikah tidak sabar ingin punya anak, setelah punya anak pusing memikirkan biaya hidup dan pendidikan. Bukti nyata bahwa manusia tidak pernah puas dan melihat segala sesuatu tampak indah karena belum dimiliki. Kita perlu belajar besyukur atas apa yang telah kita miliki, atas segala karunia yang diberikan Tuhan. Susah sekali ya jadi manusia. Rasa tidak puas perlu, tapi jangan sampai membuat susah hidup kita. Nikmatilah hidup karena hidup hanya sebentar dan sementara. Percayalah apa yang telah kita miliki adalah yang terbaik untuk kita dan keluarga. Karena Tuhan tidak pernah salah, dan selalu mencukupi apa yang kita perlukan. Salam sahabat, Mina Kelompok Kategorial “SVD BIBLE SHARING, 50 PLUS” Pertemuan Tempat Pembimbing Acara : pada tiap sabtu ke-empat, mulai jam 18.30 PM : SVD common room, 100 Albion Rd.,Box Hill, Vic 3128 : Pater Bonifasius Buahendri, SVD : Santap bersama, bimbingan rohani, ramah-tamah Hormat kami, Salam damai sejahtera. Atas nama team pengurus BS-SVD-ID Frans J Lasut Warta KKI diterbitkan oleh pengurus Keluarga Katolik Indonesia setiap akhir bulan. Sumbangan tulisan, naskah, dan berita seputar kegiatan KKI anda, bisa di kirim lewat email ke Bpk Rufin Kedang di [email protected] Deadline penerimaan tulisan/naskah tanggal 15 setiap bulannya. 5