Herysanti Agra

advertisement
POLA KOMUNIKASI PIMPINAN PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR
PUTRI 4 DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI SOSIAL (STUDI PADA
MASYARAKAT DESA LAMOMEA KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE
SELATAN)
Herysanti Agra Setiawati
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Haluoleo
Kampus Hijau Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari 93232
[email protected]
Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana Pola Komunikasi Pimpinan
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4. 2) Bagaimana Komunikasi Sosial Pondok Modern
Darussalam Gontor Putri 4 di Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan.
Tujuan penelitian ini yaitu : 1) Untuk Mengetahui Bagaimana Pola Komunikasi Pimpinan
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4, 2) Untuk Mengetahui Bagaimana Komunikasi
Sosial Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 di Desa Lamomea Kecamatan Konda
Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini menggunakan Model Komunikasi yang dikemukakan
oleh Harold Lasswell (Forsdale 1981). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan
teknik purposive sampling. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pondok Modern Darussalam
Gontor Putri 4 Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Dengan jumlah
informan sebanyak 10 orang, yakni Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4,
Pembina Santriwati, Uztadzah, Santriwati, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat. Data yang
digunakan menggunakan metode deksriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola
Komunikasi Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 yaitu Pola Komunikasi dua
arah atau timbal balik (Two way traffic communication) yang dimana pola komunikasi ini,
komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka,
komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling
bergantian fungsi. Komunikator disini ialah Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri
4 dan komunikan ialah Pembina santriwati, uztadzah dan santriwati sebagai komunikan yang
bersifat internal pondok pesantren dan masyarakat sebagai komunikator external pondok
pesantren. Dan komunikasi sosial Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 dengan
masyarakat ialah melalui kegiatan perlombaan majelis taklim yang dilakukan setiap tahunnya
dan melibatkan ibu-ibu majelis taklim, shalat idul fitri dan shalat idul adha bersama di
lingkungan Pondok Pesantren di setiap tahunnya dan pengajian bersama yang dilakukan oleh
warga desa serta ibu-ibu majelis taklim bekerjasama dengan pihak Pondok Modern Darussalam
Gontor Putri 4 yang dilakukan setiap minggunya. Melalui pola komunikasi pimpinan pondok
modern darussalam gontor putri 4 dan melalui komunikasi sosial tersebut, terciptalah hubungan
sosial yang akan menghasilkan rasa kekeluargaan dan keakraban yang baik antara Pondok
Modern Darussalam Gontor Putri 4 dan masyarakat Desa Lamomea.
Kata kunci : Pola Komunikasi, Pondok Pesantren, Komunikasi Sosial
Abstract
The problem in this research are: 1) How Leadership Communication Patterns Pondok
Modern Darussalam Gontor Princess 4. 2) How Social Communications Pondok Modern
Darussalam Women Gontor 4 in the Village District of Konda Konawe Lamomea South. The
purpose of this study are: 1) To Know How Communication Patterns head of Pondok Modern
Darussalam Gontor Quarterfinal 4, 2) To Learn How Social Communications Pondok Modern
Darussalam Gontor daughter Lamomea Subdistrict 4 in the village of Konda Konsel. This study
uses a model of communication proposed by Harold Lasswell (Forsdale 1981). This study is a
qualitative study, using purposive sampling techniques. The location of this research was
conducted in Pondok Modern Darussalam Gontor Princess 4 Lamomea Village District of
Konda Konsel. With the number of informants as many as 10 people, the head of Pondok Modern
Darussalam Gontor Quarterfinal 4, Pembina santriwati, Uztadzah, santriwati, Religious
Leaders and Community Leaders. The data used descriptive qualitative method. The results
showed that the pattern of Communication Leaders Pondok Modern Darussalam Gontor
Princess 4 ie Communication Patterns two-way or reciprocal (Two way traffic communication)
in which the pattern of this communication, communicators and communicants into exchange
functions in living their functions, communicators in the first phase be communicant and at a
later stage function interchangeably. Communicators here is the head of Pondok Modern
Darussalam Gontor daughter is 4 and a communicant of Trustees santriwati, uztadzah and
female students as a communicant which is internal boarding school and the community as a
communicator external boarding school. And social communication Pondok Modern
Darussalam Gontor Princess 4 with the public is through competitions taklim conducted
annually and involve mothers taklim, salat Eid and pray Eid al-Adha together in the boarding
school in each year and study jointly conducted by villagers and mothers taklim cooperate with
the Pondok Modern Darussalam Gontor Princess 4 is done every week. Through modern
communication patterns leaders cottage Darussalam Gontor daughters 4 and through the social
communication, creating social relationships that will generate a sense of kinship and familiarity
between Pondok Modern Darussalam Gontor daughter Lamomea 4 and the village community.
Keywords: Communication Patterns, Boarding School, Social Communications
PENDAHULUAN
Pondok Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang bertujuan untuk
mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari yang
didalamnya terdapat elemen-elemen yang wajib dimiliki, antara lain yaitu pondok (tempat
tinggal/asrama), masjid, Kyai/pimpinan pondok pesantren yang bertugas mengontrol,
mengawasi, serta mengambil keputusan di dalam lingkup pondok pesantren, Pembina
santri/santriwati
yang
bertugas
untuk
mengontrol
setiap
aktivitas
santri/santriwati,
uztadzah/uztad yang bertugas untuk mengajarkan pelajaran umum maupun pengajaran kitabkitab klasik yang digunakan dalam pondok pesantren. Pondok pesantren juga dipandang sebagai
salah satu pusat pendidikan yang bertujuan sebagai pusat untuk mengembangkan ilmu
keagamaan serta membentuk pola kehidupan yang unik menurut ‘kaca mata’ umum, yang
dimana Pondok Pesantren lebih mengedapankan pendidikan Agama tanpa mengesampingkan
aspek pendidikan atau pelajaran umum.
Pondok pesantren semakin mengembangkan dirinya untuk menyesuaikan dengan
kemajuan zaman. Sehingga kita dapat melihat secara garis besar, pondok pesantren dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu Pesantren Salafi (klasik), yang tetap
mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren dan
Pesantren Khalafi (modern), yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam
lingkungan pondok pesantren.
Sejak awal pertumbuhannya, pesantren memiliki bentuk yang beragam sehingga tidak
ada suatu standarisasi khusus yang berlaku bagi pesantren. Namun dalam perkembangannya,
tampak adanya pola umum sehingga pesantren dapat dikelompokkan dalam dua tipe: Pertama,
pesantren tradisional (Bahasa Arab: salafiyah), yaitu Pesantren yang masih kuat terikat oleh
tradisi-tradisi lama. Beberapa karakteristik pesantren ini adalah sistem pengelolaan pendidikan
cenderung berada ditangan kyai sebagai pemimpin sentral sekaligus pemilik pesantren, hanya
mengajarkan pengetahuan agama Islam, materi pendidikan bersumber dari kitab-kitab berbahasa
Arab klasik atau biasa disebut kitab kuning, menggunakan sistem pendidikan tradisional, seperti
sistem weton atau bandongan, dan sorongan;, hubungan antara kyai, ustadz, dan santri bersifat
hirarkis, kehidupan santri cenderung bersifat komunal dan egaliter dan yang Kedua, pesantren
modern (Bahasa Arab: Kholafiyah) yang ciri utamanya adalah gaya kepemimpinan pesantren
cenderung korporatif, prorgam pendidikannya berorientasi pada pendidikan keagamaan dan
pendidikan umum, materi pendidikan agama bersumber dari kitab-kitab klasik dan nonklasik,
pelaksanaan metode-metode pembelajaran modern dan inovatif, hubungan kyai dan santri
cenderung bersifat personal dan koligial, kehidupan santri bersifat individualistik dan kompetitif.
Seperti halnya, Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 di Desa Lamomea Kecamatan
Konda Kabupaten Konawe Selatan yang telah menganut Pesantren Khalafi (modern) yang telah
memasukkan pelajaran-pelajaran umum tanpa meninggalkan pengajaran kitab-kitab klasik.
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 adalah salah satu Pondok Modern khusus putri yang
terletak di Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, sejak tahun 2002
yang ditandai dengan diadakannya kesepakatan bersama antara pemerintah Propinsi Sulawesi
Tenggara sebagai pihak I yang diwakili oleh Gubernur Sulawesi Tenggara, Drs. H. La Ode
Kaimoedin dengan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur sebagai pihak ke
II yang diwakili oleh KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, tentang pendirian dan pengelolaan
Pondok Modern Darussalam Gontor putra 7 “Riyadatul Mujahidin” Pudahoa, Landono, Kendari,
dan di tahun 2004 diadakan kembali kesepakatan dan kerjasama untuk mendirikan Pondok
Modern Darussalam Gontor Putri 4, Konda, Konawe Selatan Kendari Sulawesi Tenggara. Untuk
selanjutnya pengelolaan dan tanggung jawab serta peningkatan mutu Pondok Modern
Darussalam Gontor Putra 7 “Riyadatul Mujahidin” dan Pondok Modern Darussalam Gontor
Putri 4 sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing-masing Pondok Modern Darussalam
Gontor.
Keberadaan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 di tengah masyarakat Desa
Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan membawa pengaruh yang baik sejak
berdirinya tahun 2004, masyarakat sekitar mulai meninggalkan hal-hal buruk seperti mabukmabukan, bermain judi, tidak melaksanakan sholat lima waktu, berpakaian minim, sifat acuh tak
acuh terhadap agama, pergaulan bebas, etika atau sifat yang kurang baik serta perilaku-perilaku
menyimpang yang dulu sering dilakukan oleh masyarakat sebelum adanya Pondok Modern dan
masyarakat juga sering mengadakan pengajian setiap minggunya yang sering melibatkan
santriwati.
Perubahan ini tidak serta merta membuat hubungan masyarakat dengan Pondok Modern
terus membaik. Dengan adanya pergantian Pimpinan Pondok Pesantren setiap lima tahun sekali
yang dipilih oleh Badan Wakaf. Badan Wakaf adalah lembaga tertinggi dalam organisasi Balai
Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor. Dengan adanya pergantian ini, di pastikan
adanya perubahan pola komunikasi pimpinan yang digunakan oleh pimpinan Pondok Modern
Darussalam Gontor Putri 4 yang menyebabkan kurangnya komunikasi sosial yang dilakukan
oleh pihak Pondok Modern kepada masyarakat maupun sebaliknya.
METODE PENELITIAN.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan bentuk
analisis kualitatif. Analisis ini akan mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan temuan di
lapangan dan selanjutnya diberi penafsiran dan kesimpulan. Data secara kualitatif ini diuraikan
dengan menggunakan kalimat secara logis yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
wawancara. Penelitian ini dilakukan di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 Desa
Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan dengan pertimbangan bahwa Pondok
Modern Darussalam Gontor Putri 4 Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe
Selatan adalah salah satu Pondok Pesantren Modern yang telah di kenal oleh masyarakat
Sulawesi Tenggara bahkan masyarakat Indonesia, di karenakan Pondok Pesantren ini merupakan
cabang dari Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di Ponorogo Jawa Timur. Adapun
informan berjumlah 10 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4
Gambaran sederhana dari pola komunikasi Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4
dengan menggunakan model komunikasi. Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti
lakukan tentang Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 dengan
menggunakan Model Komunikasi Lasswell yang dilakukan melalui 5 (lima) tahapan yakni:
1.
Pimpinan Pondok Pesantren Sebagai Komunikator
Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Komunikator dalam penelitian ini adalah Pimpinan Pondok Modern Darussalam
Gontor Putri 4 yaitu Bapak Uztad Nurwahyudin. S.pd.I, beliau diberikan kepercayaan dari gontor
pusat yang terletak di Ponorogo untuk memimpin Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4,
beliau memiliki tugas yaitu, mengarahkan serta mengawasi segala aktivitas di lingkungan
pondok pesantren.
Hadirnya Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 tidak serta merta di terima oleh
masyarakat Desa Lamomea, dengan adanya pencurian yang sering terjadi di lingkungan pondok
pesantren menjadi salah satu contoh bahwa masyarakat tidak langsung menerima keberadaan
pondok pesantren di tengah lingkungan mereka.
Membangun sebuah hubungan di lingkungan yang baru bukanlah hal yang mudah, begitu
pun dengan awal hadirnya pondok pesantren. Pandangan setiap orang berbeda, apalagi hal
tersebut baru di lingkungannya. Dengan kejadian yang terjadi di awal pondok pesantren hadir,
pihak pondok tidak tinggal diam mereka terus berusaha membangun komunikasi dengan aparat
desa maupun masyarakat melalui pendekatan secara pribadi dan secara kekeluargaan. Kehidupan
pesantren dari tahun ke tahun semakin membaik dan dengan sendirinya masyarakat mulai
menerima keberadaan pesantren di tengah lingkungan mereka serta hubungan yang baik dengan
masyarakat. Setelah membangun hubungan yang baik, pihak pondok pesantren tidak serta merta
menutup diri dengan masyarakat. Dengan rasa kekeluargaan dan keakraban yang ada, pihak
pondok pesantren dan masyarakat sering melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan
seperti pengajian bersama, perlombaan majelis taklim, shalat idul fitri dan idul adha bersama di
setiap tahunnya serta kegiatan sosial seperti ikut membersihkan dibalai desa atau lingkungan
desa, lingkungan pondok pesantren, mengajar di sekolah-sekolah dan pembagian sembako
kepada masyarakat yang kurang mampu.
Hubungan pihak pondok pesantren dan masyarakat yang sangat baik, mempengaruhi
eksistensi atau keberadaan pondok pesantren, tak hanya di masyarakat desa saja tetapi juga di
masyarakat luar Desa Lamomea. Keberadaan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 juga di
akui oleh masyarakat dengan semakin meningkatnya jumlah santriwati dan penerapan sistem
pendidikan karakter yang telah lama digunakan oleh pondok pesantren untuk menghasilkan
santriwati-santriwati yang unggul.
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 bisa di katakan sebagai opinion
leader yang dimana setiap permasalahan yang menyangkut tentang perkembangan desa baik
dalam bentuk sosialisasi, ceramah maupun diskusi pimpinan pondok pesantren selalu di libatkan
dalam hal tersebut, di karenakan pondok pesantren memiliki pengaruh yang besar dalam
perubahan sikap dan tingkah laku masyarakat desa yang dulunya sering mabuk-mabukan,
bermain judi, berpakaian minim kini menjadi lebih baik, tidak hanya di lingkungan desa tetapi
perubahan tersebut dirasakan oleh lulusan pondok pesantren yang kembali ke masyarakat,
dengan pendidikan karakter yang di terapkan oleh Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4.
Tak hanya perubahan sikap dan tingkah laku, hubungan yang semakin baik, tetapi dalam
penangan isu maupun konflik yang ada di lingkungan pondok pesantren, yang selalu di
selesaikan secara kekeluargaan agar tidak terjadi kesalahapahaman yang akan merusak hubungan
yang telah terjalin baik.
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 tak hanya tinggal diam dan
menerima setiap laporan yang dari uztadzah/uztad, tetapi pimpinan pondok juga turun langsung
mengajar dan mengawasi setiap kegiatan santriwati dan uztadzah mulai dari kegiatan belajar
mengajar, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan bimbingan penulisan mading, kegiatan latihan
percakapan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab serta kegiatan sehari-hari yang dilakukan di dalam
lingkungan pondok pesantren. Begitu pula setiap kegiatan yang dilakukan di luar lingkungan
pondok pesantren seperti kegiatan pengajian bersama yang dilakukan setiap minggunya baik di
masjid desa dan di dalam lingkungan pesantren, perlombaan antar majelis taklim sekecamatan
konda yang melombakan mengaji (melagu dan tanpa melagu), ceramah agama, pidato
keagamaan, shalawatan dan perlombaan rabana yang dilakukan setiap tahunnya, shalat idul fitri
dan shalat idul adha yang dilakukan setiap tahunnya yang dilakukan di lingkungan pondok
pesantren, kegiatan tersebut di arahkan oleh pimpinan pondok pesantren yang bekerjasama
dengan aparat desa.
Turun langsungnya pimpinan pondok pesantren di setiap kegiatan yang ada, secara tidak
langsung hubungan pimpinan pondok pesantren dengan santriwati dan uztadzah/uztad terjalin
begitu baik di karenakan adanya komunikasi secara langsung yang terjadi antara pimpinan
pondok pesantren dan ustadzah/uztad, pimpinan pondok pesantren dan santriwati, ustadzah/uztad
dan santriwati, sesama ustadzah/uztad dan sesama santriwati. Tak hanya di lingkungan pondok
pesantren, tetapi juga dengan masyarakat sekitar pondok pesantren berjalan dengan baik.
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Ustad Nurwahyudin S.Pd.I selaku Pimpinan
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4, yang mengungkapkan bahwa:
“Pada awal hadirnya Pondok Pesantren memang ada gangguan serta pencurian yang terjadi
di lingkungan Pesantren, tetapi kami dari pihak Pondok melakukan pendekatan pribadi
dengan masyarakat dan pada akhirnya hubungan Pondok Pesantren dengan masyarakat
menjadi sangat baik, tidak ada yang merasa terganggu, tidak ada lagi pencurian atau hal-hal
buruk lainnya. Bahkan hubungan semakin harmonis, dengan semakin banyaknya masyarakat
yang memasukan anaknya di Pondok Pesantren, perubahan sifat-sifat yang buruk menjadi
lebih baik, semakin ada rasa kekeluargaan dan loyal antara masyarakat dan pihak Pondok
Pesantren. Kami dari pihak Pondok Pesantren selalu berusaha menjali komunikasi yang baik
dengan masyarakat.” (Hasil wawancara dengan Bapak Ustad Nurwahyudin S.Pd.I pada
tanggal 12 Maret 2016).
Pernyataan Bapak Ustad Nurwahyudin S.Pd.I didukung oleh pernyataan Ibu Ira selaku
informan dari Tokoh Masyarakat mengatakan bahwa:
“Awal hadirnya Pondok Pesantren, sering terjadi pencurian barang-barang pondok.
Tetapi, pihak pondok melakukan pertemuan dengan aparat desa dengan masyarakat untuk
menjelaskan tujuan hadirnya pondok pesantren di tengah masyarakat desa. Setalah
pertemuan itu, sudah tidak ada lagi pencurian di lingkungan pondok. Hubungan Pondok
Pesantren dengan masyarakat berjalan dengan baik dari waktu ke waktu. Masyarakat juga
sering di libatkan dalam kegiatan Pondok Pesantren seperti Perlombaan Antar Majeli
Taklim, Shalat Id & Shalat Idul Adha bersama setiap tahunnya.” (Hasil wawancara dengan
Ibu Ira pada tanggal 13 Maret 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa awal hadirnya Pondok
Modern Darussalam Gontor Putri 4 pernah terjadi pencurian di lingkungan pondok pesantren.
Pencurian tersebut tidak berlangsung lama, di karenakan Pimpinan pondok pesantren yang
berperan sebagai komunikator mengambil tindakan untuk melakukan pertemuan dengan aparat
desa dan masyarakat untuk menjelaskan tujuan hadirnya pondok pesantren di lingkungan desa,
setelah kejadian tersebut hubungan antara pondok pesantren dan masyarakar semakin membaik
dengan adanya rasa kekeluargaan dan keakraban dengan sering melaksanakan kegiatan
Perlombaan Antar Majeli Taklim yang dilakukan sekecamatan konda, Shalat Id dan Shalat Idul
Adha bersama setiap tahunnya di lingkungan pondok pesantrenm.
2.
Pesan - Pesan Dalam Komunikasi Sosial Pondok Pesantren
Pesan adalah informasi yang di sampaikan dalam berkomunikasi. Pesan yang dimaksud
disini adalah pertukaran informasi yang terjadi dalam lingkungan Pondok Modern Darussalam
Gontor Putri 4 maupun dengan masyarakat baik mengenai tradisi, agama, sosial maupun politik.
Pesan yang biasa di sampaikan di lingkungan pondok pesantren biasa berupa pesan yang
bersifat rutinitas yang dilakukan dalam lingkungan pondok pesantren yang dimana semua
kegiatan di mulai pada pukul 04.00 WITA dan berakhir pada pukul 22.00 WITA, setiap jum’at
adalah hari libur untuk para santriwati, kegiatan pertemuan seminggu sekali yaitu pada hari
kamis yang biasa di sebut “KAMISAN” dan pertemuan tersebut dilakukan setelah sholat magrib
untuk membahas evaluasi mingguan seperti program pondok pesantren, kegiatan santriwati serta
kekurangan-kekurangan selama seminggu. Penyampaian pesan yang berupa rutinitas dilakukan
dengan komunikasi secara langsung antara pimpinan pondok pesantren dan santriwati berupa
kegiatan santriwati setiap harinya, pimpinan pondok pesantren dengan uztadzah/uztad yang
membahas tentang evaluasi kegiatan-kegiatan santriwati dan kegiatan pondok pesantren.
Komunikasi pimpinan pondok pesantren tak hanya sampai di pesan rutinitas saja, tetapi
pesan yang bersifat keagamaan juga sering disampaikan di setiap kegiatan-kegiatan pondok
pesantren melalui ceramah agama yang dilakukan setelah shalat usai maupun di tengah pelajaran
berlangsung tak hanya di lingkungan pondok pesantren saja, tetapi di lingkungan masyarakat
pimpinan pondok pesantren selalu menyampaikan pesan agama melalui ceramah agama pada
saat sholat jum’at, pengajian bersama majelis taklim yang dilakukan baik di masjid desa dan di
dalam lingkungan pesantren, yang dimana pimpinan pondok pesantren dijadikan sebagai
penceramah oleh masyarakat, yang selalu di terima oleh masyarakat. Tidak hanya sampai di situ
saja.
Komunikasi sosial yang disampaikan pimpinan pondok pesantren ialah menjaga
silaturahmi antara pondok pesantren dan masyarakat desa, pengajian bersama, penyampaian
khutbah jum’at yang dilakukan oleh pimpinan pondok pesantren, kerja bakti bersama,
membagikan sembako ke warga yang kurang mampu, melibatkan pihak pondok pesantren di
kegiatan-kegiatan masyarakat dan begitu pun sebaliknya. Dari setiap komunikasi yang dilakukan
akan menghasilkan keakaraban dan rasa kekeluargaan yang begitu erat. Sedangkan kalau untuk
komunikasi yang bersifat politik, pihak pondok pesantren dan masyarakat tidak pernah
membahasnya secara panjang lebar bahkan tidak pernah ada komunikasi yang tentang politik.
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Ustad Nurwahyudin S.Pd.I selaku Pimpinan
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4, yang mengungkapkan bahwa:
“Tidak ada tradisi khusus kami lakukan dalam Pondok Pesantren, tapi lebih ke rutinitas
sehari-hari yang harus dilakukan oleh seluruh santriwati dan uztadzah/uzatd. Setiap harinya
yang berada di lingkungan pondok pesantren mulai aktifitas pada pukul 04.00 WITA dan di
wajibkan tidur pada pukul 22.00 WITA. Hari jum’at adalah hari libur yang digunakan
santriwati mencuci pakaian pakaian mereka, membersihkan, berolahraga, dan kunjungan
untuk orang tua santriwati. Untuk komunikasi yang kami lakukan dengan masyarakat hanya
sekedar komunikasi yang membahas tentang agama melalui ceramah agama dan komunikas
sosial mengenai kegiatan yang bisa dilakukan bersama antara pondok pesantren dengan
masyarakat, kalau untuk politik sendiri tidak pernah kami lakukan.” (Hasil wawancara
dengan Bapak Ustad Nurwahyudin S.Pd.I pada tanggal 12 Maret 2016).
Pernyataan Bapak Ustad Nurwahyudin S.Pd.I didukung oleh pernyataan Ibu Lusiana
selaku informan dari Tokoh Masyarakat mengatakan bahwa:
“Kalau untuk tradisi pondok pesantren yang sering kami lihat hanya saat hari jum’at
adalah waktu libur untuk santriwati yang digunakan untuk berolahraga di luar pondok
pesantren serta kunjungan orang tua santriwati. Kalau untuk komunikasi sosial sering kami
lakukan, untuk membicarakan kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan bersama antara pondok
pesantren dan masyarakat desa. Kalau komunikasi yang dibicarakan tentang politik tidak
pernah kami lakukan.” (Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana pada tanggal 13 Maret
2016).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa pesan atau informasi yang
disampaikan oleh pimpinan pondok pesantren dengan santriwati dan uztadzah berupa pesan
rutinitas sehari-hari yang harus di lakukan oleh seluruh santriwati dan uztadzah yang di mulai
pukul 04.00 WITA dan berakhir di pukul 22.00 WITA.
Pesan yang bersifat keagamaan sering disampaikan oleh pimpinan pondok pesantren
kepada uztadzah dan santriwati melalui ceramah agama yang dilakukan setelah shalat usai
maupun di tengah pelajaran berlangsung. Tidak hanya di lingkungan pondok pesantren saja,
tetapi di lingkungan masyarakat juga pimpinan pondok pesantren selalu menyampaikan pesan
agama melalui ceramah agama pada saat sholat jum’at, pengajian bersama majelis taklim yang
dilakukan baik di masjid desa dan di dalam lingkungan pesantrenn. Dari setiap komunikasi yang
dilakukan akan menghasilkan keakaraban dan rasa kekeluargaan yang begitu erat. Sedangkan
kalau untuk komunikasi yang bersifat politik, pihak pondok pesantren dan masyarakat tidak
pernah membahasnya secara panjang lebar bahkan tidak pernah ada komunikasi yang tentang
politik.
3.
Saluran Komunikasi Yang Digunakan Pondok Pesantren
Saluran komunikasi yang digunakan Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri
4 untuk berkomunikasi ada 2 yaitu komunikasi tatap muka dan saluran bermedia.
1. Saluran komunikasi tatap muka.
Di dalam Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4, saluran komunikasi yang
digunakan ialah komunikasi tatap muka yang dimana kegiatan pondok pesantren selalu
dilakukan dengan komunikasi tatap muka baik dalam proses belajar mengajar, kegiatan
ekstrakulikuler, bimbingan pidato, serta rapat evaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan
santriwati di setiap minggunya.
Komunikasi tatap muka tak hanya digunakan untuk berkomunikasi di dalam lingkungan
pondok pesantren saja, tetapi juga digunakan untuk berkomunikasi dengan masyarakat baik
melalui sosialisasi, ceramah agama, kegiatan pengajian, pesantren kilat maupun pertemuan lain
yang melibatkan pihak pondok pesantren dan masyarakat.
2. Saluran Bermedia
Di dalam pondok pesantren tak hanya komunnikasi secara tatap muka, tetap juga
menggunakan media seperti majalah dan majalah dinding. Di lingkungan pondok pesantren
memiliki majalah yang bernama “Gontor Media Perekata Umat” yang membahas tentang
fenomena yang ada di kehidupan sehari-hari, seperti Fenomena Hijab Masa Lalu dan Kini, Jika
Negara Menghalalkan Aborsi, Program Beasiswa DAAD untuk Indonesia dan FRC 2014
Serentak di Indonesia dan Malaysia dan masih ada beberapa judul-judul yang berbasis
keagamaan yang dapat di baca oleh umum. Tidaak hanya majalah “Gontor Media Perekata
Umat”, gontor juga memiliki majalah yang berjudul “Warta Dunia Pondok Modern Darussalam
Gontor (WARDUN)” yang dimana majalah ini membahas tentang gontor, mulai dari Pendiri
gontor, sejarah gontor, badan wakaf, kegiatan ekstrakulikuler, visi dan misi serta gontor secara
keseluruhan.
Tidak hanya majalah “Gontor Media Perekat Umat” dan “Warta Dunia Pondok Modern
Darussalam Gontor (WARDUN)” saja yang digunakan untuk berkomunikasi, tetapi juga melalui
majalah dinding yang dibuat oleh santriwati di bawah bimbingan uztadzah dalam 1 kelompok
beranggotakan 20 orang santriwati, yang menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa Arab dan
Bahasa Indonesia yang berisi motivasi, tentang agama atau hasil eksplorasi santriwati yang di
tuangkan dalam majalah dinding, yang di lakukan setiap minggunya, tidak hanya santriwati yang
membuat majalah dinding tetapi juga uztadzah yang digunakan sebagai media khusus untuk
membahas tentang gontor 4 secara keseluruhan.
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Ustad Nurwahyudin S.Pd.I selaku Pimpinan
Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4, yang mengungkapkan bahwa:
“Dalam pondok pesantren kami lebih menggunakan komunikasi tatap muka atau secara
langsung untuk berkomunikasi dengan Uztadzah/uztad dan Santriwati. Karena menurut kami
komunikasi langsung lebih efektif untuk menyampaikan pesan. Di dalam pondok juga, kami
mewajibkan santriwati menulis mading setiap minggunya yaitu pada hari jum’at dan di
tempelkan pada papan mading yang telah di sediakan. Di gontor kami juga mewajibkan
uztadzah membuat madding yang membahas gontor putrid 4 secara keseluruhan. Penulisan
mading di bawah bimbingan Pembina Santriwati dan Uztadzah. Mading menggunakan
Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Selain majalah dinding, kami juga memiliki majalah
sendiri yang di buat di gontor pusat di Ponorogo yaitu Majalah Gontor yang membahas
tentang fenomena yang ada di masyarakat salah satu isi majalah gontor tentang fenomena
hijab masa lalu dan masa kini dan Majalah Warta Dunia yang membahas tentang gontor
secara keseluruhan mulai dari sejarah awal pondok modern Darussalam, pendirinya, cabangcabang pondok modern Darussalam dan masih banyak hal yang di tulis seputar gontor.
Kalau kami berkomunikasi dengan masyarakat lebih menggunakan media secara langsung,
seperti lewat ceramah agama, kegiatan pengajian dan pesantren kilat yang melibatkan
masyarakat.” (Hasil wawancara dengan Bapak Ustad Nurwahyudin S.Pd.I pada tanggal 12
Maret 2016).
Pernyataan Bapak Ustad Nurwahyudin S.Pd.I didukung oleh pernyataan Uztadzah
Annisa selaku informan dari Pembina Santriwati mengatakan bahwa:
“Kami dalam pondok pesantren selalu menggunakan komunikasi face to face (tatap
muka) untuk berkomunikasi dengan pimpinan, santriwati maupun sesama uztadzah/uztad.
Karena kami sebagai uztadzah yang selalu bertemu langsung dengan santriwati menurut
kami itulah cara yang efektif untuk berkomunikasi. Untuk berkomunikasi dalam lingkungan
pondok pesantren, kami di wajibkan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Uztadzah disini juga selain mengajarkan pelajaran agama maupun pelajaran umum, kami
juga membimbing santriwati dalam penulisan majalah dinding. Untuk komunikasi dengan
masyarakat sendiri pihak pondok pesantren juga menggunakan media secara langsung,
melalui kegiatan ceramah agama, kegiatan pengajian dan pesantren kilat yang melibatkan
masyarakat. Lewat kegiatan yang dilakukan bersama, akan menjalin hubungan yang baik
antara pihak pondok pesantren dengan masyarakat.” (Hasil wawancara dengan uztadzah
Annisa pada tanggal 12 Maret 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa saluran komunikasi yang
dilakukan oleh pimpinan pondok pesantren ada 2 yaitu saluran komunikasi tatap muka dan
komunikasi bermedia, yang dimana komunikasi tatap muka digunakan untuk berkomunikasi di
dalam lingkungan pondok pesantren dan di masyarakat baik melalui sosialisasi, ceramah agama,
kegiatan pengajian, pesantren kilat maupun pertemuan yang melibatkan pihak pondok pesantren
dan masyarakat sedangkan untuk saluran bermedia digunakan untuk berkomunikasi dengan
santriwati dan uztadzah atau orang yang berada di dalam pondok pesantren melalui majalah
“Gontor Media Perekat Umat” yang membahas fenomena di kehidupan sehari-hari dan bisa di
baca oleh umum, majalah “Warta Dunia Pondok Modern Darussalam” yang membahas
kehidupan pondok pesantren modern secara keseluruhan dan majalah dinding yang berisi
motivasi, tentang agama atau hasil eksplorasi santriwati.
4.
Komunikan Dalam Komunikasi Pondok Pesantren
Komunikan dalam penelitian ini ialah Pembina Santriwati, Uztadzah, Santriwati, Tokoh
Agama dan Tokoh Masyarakat. Komunikasi yang sering terjadi adalah komunikasi secara
langsung antara pimpinan pondok pesantren, uztadzah dan santriwati yang membahas tentang
program-program pondok pesantren, selain komunikasi dengan pihak berada di dalam pondok
pesantren, komunikasi dengan masyarakat maupun yang berada di luar lingkungan pondok
pesantren. Hubungan yang terjalin tersebut, membuat pondok pesantren semakin di terima oleh
masyarakat dan perilaku masyarakat yang dulunya menyimpang seperti suka mabuk-mabukan,
main judi, main perempuan dan berpakaian minim sekarang telah berubah.
Komunikasi
pimpinan pondok pesantren dengan Pembina santriwati, lebih ke komunikasi secara langsung
yang membahas tentang kegiatan pondok pesantren, kegiatan santriwati dan evaluasi setiap
kegiatan di setiap minggunya. Komunikasi pimpinan pondok pesantren dan tokoh agama,
melalui ceramah agama dan pengajian majelis taklim. Komunikasi antara pimpinan pondok
pesantren dan uztadzah/uztad menggunakan komunikasi secara langsung untuk membahas
peningkatan cara belajar santriwati serta kegiatan-kegiatan pondok pesantren. Komunikasi
pimpinan pondok pesantren dan santriwati, berupa komunikasi secara tatap muka untuk
memberikan motivasi, semangat, penambahan pengetahuan tentang agama, moral, pembentukan
karakter santriwati dan masih banyak hal yang berkaitan dengan perkembangan santriwati.
Komunikasi pimpinan pondok pesantren dan tokoh masyarakat, berupa komunikasi secara
langsung, untuk mempererat tali persaudaraan antara pihak pondok pesantren dan masyarakat
melalui kegiatan-kegiatan bersama.
Hal senada juga disampaikan oleh Uztadzah Suci Damayanti selaku informan dari
Uztadzah, yang mengungkapkan bahwa:
“Dulu perilaku masyarakat sebelum hadirnya pondok pesantren masih menyimpang, tetapi
dengan adanya pondok pesantren di tengah masyarakat akhirnya perilaku menyimpang
sudah tidak terlihat lagi dan sekarang yang ada pondok pesantren dan masyarakat sering
melakukan kegiatan – kegiatan bersama. Kami juga lebih banyak melakukan komunikasi
secara langsung dengan santriwati maupun dengan pimpinan pondok pesantren.” (Hasil
wawancara dengan Uztadzah Suci Damayanti pada tanggal 13 Maret 2016).
Pernyataan Uztadzah Suci Damayanti didukung oleh pernyataan Bapak Dasir Naika
selaku informan dari Tokoh Masyarakat mengatakan bahwa:
“Waktu belum ada pesantren, masih banyak perilaku tercela yang ada di masyarakat,
karena mungkin masyarakat sudah sadar sekarang telah hadir pondok pesantren, perilaku
tercela sudah tidak ada lagi. Pesantren dengan masyarakat juga sering lakukan komunikasi
untuk kegiatan-kegiatan yang bisa di lakukan bersama. Saya sebagai tokoh agama juga biasa
lakukan komunikasi dengan pimpinan pondok yang sifatnya agama maupun sosial yang bisa
berguna untuk orang banyak” (Hasil wawancara dengan Uztadzah Suci Damayanti pada
tanggal 13 Maret 2016).”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa komunikan yang di
maksud dalam peneilitian ialah Pembina Santriwati, Uztadzah, Santriwati, Tokoh Agama dan
Tokoh Masyarakat. Komunikator dan komunikan sering melakukan komunikasi yang dapat
membawa perubahan yang dapat di rasakan oleh kedua belah pihak yang melakukan komunikasi.
Seperti komunikasi yang dilakukan oleh Pimpinan pondok pesantren dengan pembina santriwati
mengenai perkembangan santriwati, Pimpinan pondok pesantren dengan uztadzah mengenai
proses pembelajaran, Pimpinan pondok pesantren dengan santriwati mengenai perubahan sikap
dan perilaku, Pimpinan pondok pesantren dengan tokoh agama mengenai kualitas masyarakat
sejak hadirnya pondok pesantren dan Pimpinan pondok pesantren dengan tokoh masyarakat
mengenai kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan bersama dan menghasilkan manfaat serta
perubahan yang dapat dirasakan oleh pihak pondok pesantren maupun masyarakat.
5.
Efek Yang Dihasilkan Dari Komunikasi
Efek adalah hasil dari komunikasi yang dilakukan komunikator dan komunikan, efek
yang diharapkan yaitu adanya perubahan yang terjadi dari penyampaian pesan yang dilakukan.
Hasil dari komunikasi yang dilakukan oleh Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 dengan
santriwati maupun uztadzah/uztad, menghasilkan efek yang baik yaitu adanya perubahan yang
sikap dan perilaku dari santriwati yang dulunya kurang disiplin dan tidak berkarakter sekarang
menjadi lebih terarah, lebih tepatnya hasil dari komunikasi yang selalu dilakukan pimpinan
pondok pesantren dengan lingkungan dalam pondok pesantren di terima baik oleh seluruh pihak
seperti santriwati dan uztadzah/uztad. Serta efek komunikasi yang dilakukan pimpinan pondok
pesantren dengan masyarakat di terima dengan baik dengan adanya perubahan sikap yang
menyimpang menjadi baik sehingga kualitas akhlak masyarakat semakin hari semakin membaik
dan terjalinnya hubungan sosial yang baik antara pihak Pondok Modern Darussalam Gontor Putri
4 dan masyarakat. Komunikasi yang sering dilakukan, akan menghasilkan rasa kekeluargan dan
keakraban yang semakin memudahkan pemahaman seta umpan balik yang di harapkan antara
komunikator dan komunikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1.
Pola Komunikasi Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 yaitu Pola
Komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic communication) yang
dimana pola komunikasi ini komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi
dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan
dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi.
Komunikator utama yang di maksud disini adalah Pimpinan Pondok Modern
Darussalam Gontor 4 dan yang menjadi komunikan ialah Pembina Santriwati,
Uztadzah, Santriwati yang berada di dalam pondok pesantren, Tokoh Agama dan
Tokoh Masyarakat yang berada di Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten
Konawe Selatan, yang mempunyai tujuan tertentu serta umpan balik atau efek terjadi
secara langsung.
Pola komunikasi Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 di dukung
dengan Model Lasswell yang memliki 5 (lima) tahapan yakni Komunikator, Pesan,
Saluran, Komunikator dan Efek.
Pola komunikasi internal yang dilakukan oleh Pondok Modern Darussalam
Gontor Putri 4 adalah komunikasi kelompok antara Pimpinan Pondok Modern
Darussalam Gontor Putri 4, Pembina Santriwati dan Uztadzah yang membahas
tentang lingkup pondok pesantren, program-program pondok pesantren setiap harinya
serta evaluasi dari program yang telah dilakukan di dalam pondok pesantren
sedangkan santriwati lebih sering melakukan komunikasi dengan Pembina santriwati
dan uztadzah yang bersifat individu tentang aktivitas santriwati setiap harinya tau
adanya masalah yang sedang di alami oleh santriwati. Sedangkan komunikasi
external yang sering di lakukan oleh Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor
Putri 4 ialah komunikasi secara langsung dengan melakukan sosialisasi, ceramah
agama, kegiatan pengajian, pesantren kilat maupun pertemuan lain yang melibatkan
pihak pondok pesantren dan masyarakat.
2.
Komunikasi Sosial Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 Dengan
Masyarakat Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan yakni
melalui kegiatan perlombaan majelis taklim yang dilakukan setiap tahunnya dan
melibatkan ibu-ibu majelis taklim sekecamatan Konda yang terdiri dari 17 Desa,
shalat idul fitri dan shalat idul adha bersama di lingkungan Pondok Modern
Darussalam Gontor Putri 4 di setiap tahunnya dan pengajian bersama yang dilakukan
oleh warga desa serta ibu-ibu majelis taklim bekerjasama dengan pihak Pondok
Modern Darussalam Gontor Putri 4 yang dilakukan setiap minggunya. Melalui
komunikasi sosial tersebut, terciptalah hubungan sosial yang baik antara Pondok
Modern Darussalam Gontor Putri 4 dan masyarakat Desa Lamomea.
.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan dan dijelaskan sebelumnya, maka saran
dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Agar kiranya Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 tetap mempertahankan pola
komunikasi secara langsung yang digunakan untuk berkomunikasi di lingkungan
pondok pesantren maupun di masyarakat.
2. Sebaiknya pondok modern darussalam gontor putri 4, lebih berinovasi dalam
membuat kegiatan-kegiatan yang dapat melibatkan masyarakat untuk lebih
menciptakan hubungan sosial yang lebih baik lagi antara pihak pondok pesantren dan
masyarakat. Tak hanya untuk pihak pondok pesantren saja, tetapi masyarakat juga
harus lebih memiliki ide-ide untuk menghasilkan kegiatan-kegiatan yang berkualitas
dan juga tetap mempertahankan hubungan baik yang telah tercipta.
Download