disini - WordPress.com

advertisement
STRATIFIKASI SOSIAL
A. Pengertian Stratifikasi Sosial
Istilah “stratifikasi” berasal dari kata istilah “strata” yaitu lapisan. Menurut Piritim Sorokin,
stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat atau hiearkis. Dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah
adanya kesetimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab
nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggotanya.
Macam-macam bentuk lapisan dalam masyarakat :
1. Kelas yang didasarkan pada faktor ekonomis,
2. Kelas yang didasarkan pada faktor politik,
3. Kelas yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat.
B. Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
Dalam teori sosiologi, unsur-unsur sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat terbagi
menjadi 4, yaitu
1. Kedudukan (Status) merupakan tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.
Untuk mengukur status seseorang dapat dilihat dari jabatan(pekerjaan), pendidikan dan
luasya ilmu pengetahuan, kekayaan, politis, keturunan dan agama (Pitirim Sorokin).
Ada 3 macam kedudukan yang dikembangkan dalam masyarakat pada umumnya, yakni :
- Ascribed Status : kedudukan yang didapatkan karena sesesorang dilahirkan (turunmenurun),
- Achieved Status : kedudukan yang diperoleh karena berusaha dengan sengaja, tidak karena
warisan orang tua.
- Assigned Status : kedudukan yang diperoleh karena diberikan bukan karena aketurunan,
tetapi karena pertimbangan tertentu, bisa jadi karena yang diberi tersebut dianggap memiliki
kemampuan untuk mendapatkannya.
2. Peran (Role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Peran memiliki
beberapa fungsi, diantaranya memberi arah pada proses sosialisasi, dapat mempersatukan
kelompok atau masyarakat dan menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat
melestarikan kehidupan masyarakat.
Suatu peran paling sedikit mencangkup 3 hal yaitu :
- Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat.
- Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat,
- Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
3. Privilege merupakan hak untuk mendapatkan perlakuan khusus akibat kedudukan dan
kekuasaan di masyarakat. Privilege memiliki dua aspek utama yakni ekonomi dan kultural.
4. Prestige merupakan kehormatan yang diberikan pada orang yang memiliki kekuasaab atau
status tertentu.
C. Terjadinya Stratifikasi Sosial
Terjadinya stratifikasi sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu stratifikasi sosial
yang terjadi dengan sendirinya atau tanpa disengaja dan stratifikasi sosial yang terjadi dengan
sengaja disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Proses terjadinya stratifikasi sosial dengan sendiri bisa terjadi secara otomatis atau tidak
sengaja karena faktor-faktor yang dibawa oleh individu sejak lahir. Contohnya, jenis kelamin,
keturunan, kepandaian dan sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
Sedangkan stratifikasi sosial yang terjadi dengan sengaja disusun untuk mencapai tujuan
tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam
organisasi formal, seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik dan sebagainya.
Pedoman untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses lapisan dalam masyarakat :
1. Pada sistem pertentangan yang ada dalam masyarakat, sistem demikian hanya mempunyai
arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu.
2. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam arti-arti :
- Distribusi hak-hak istimewa yang objektif,
- Sistem pertanggaan yang diciptakan oleh para warga masyarakat,
- Kriterian sistem pertanggaan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok
kerabatan tertentu, milik, wewenang, atau kekuasaan,
- Lambang-lambang kedudukan
- Mudah sukarnya bertukar kedudukan
- Solidaritas di antara individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki kedudukan
yang sama dalam sistem sosial masyarakat.
D. Karakteristik Stratifikasi Sosial
Ada 3 aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial yaitu :
1. Perbedaan dalam kemampuan atau kesanggupan,
2. Perbedaan dalam gaya hidup(life style),
3. Perbedaan dalam hal hak dan akses dalam memanfaatkan sembur daya.
E. Sifat Stratifikasi Sosial
Ada 3 sifat dari stratifikasi sosial, yaitu
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed SoCial Stratification)
Dalam sistem ini, membatasi kemungkinan untuk berpindahnya seseorang dari lapisan
satu ke lapisan yang lain atau sulit untuk melakukan mobilitas vertikal. Stratifikasi ini
terbatas pada mobilitas horizontal saja.
2. Sratifikasi Sosial Terbuka (Open Social Stratification)
Dalam sistem ini, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha
dengan kemampuannya sendiri untuk naik ke lapisan yang lebih atas dan yang tidak
beruntung akan turun ke lapisan yang lebih rendah. Stratifikasi ini bersifat dinamis karena
mobilitasnya besar.
3. Stratifikasi Campuran
Stratifikasi ini merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka.Misalnya,
seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia
pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
F. Cara mempelajari Stratifikasi Sosial
Menurut Zanden (1979), didalam sosiologi dikenal tiga pendekatan untuk mempelajari
stratifikasi yaitu :



Pendekatan Objektif
Usaha untuk memilah-milah masyarakat ke dalam beberapa lapisan dilakukan
menurut ukuran-ukuran yang objektif berupa variabel yang mudah diukur secara
kuantitatif.
Pendekatan Subjektif
Munculnya pelapisan sosial dalam masyarakat tidak diukur dengan kriteria-kriteria
yang objektif, melainkan dipilih menurut kesadaran subjektif warga masyarakat itu
sendiri.
Pendekatan Reputasional
Pelapisan sosial disusun dengan cara subjek penelitian diminta menilai status orang
lain dengan jalan menempatkan orang lain tersebut ke dalam suatu skala tertentu.
G. Determinan Stratifikasi Sosial
Faktor-faktor yang menjadi determinan stratifikasi sosial, yakni dimensi usia, jenis kelamin,
agama, kelompok etnis atau ras, pendidikan formal, pekerjaan, kekuasaan, status, tempat
tinggal dan dimensi ekonomi. Secara umum, determinan yang banyak berpengaruh dalam
pembentukan stratifikasi sosial di masyarakat yang makin modern ini yakni dimensi ekonomi
(kelas-kelas sosial), sosial (status sosial) dan politik (penguasa dan yang di kuasai). Menurut
Jeffris dan Ransford (1980), di dalam masyarakat pada dasarnya bisa dibedakan tiga macam
stratifikasi sosial, yaitu :
1. Hierarki Kelas (Class Hierarchies)
Indikator yang dipergunakan untuk membagi pelapisan atas dasar dimensi ekonomi
relatif bermacam-macam. Dalam masyarakat di masa lalu, kekayaan dalam beberapa
bentuk seperti tanah, umumnya lebih berharga ketimbang kekayaan dalam bentuk lain
seperti uang.
2. Hierarki kekuasaan (Power Hierarchies)
Indikator yang di pergunakan untuk memilah masyarakat atas dasar dimensi politik
adalah distribusi kekuasaan. Yang dimaksud kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi individu-individu lain dan mempengaruhi pembuatan keputusan
kolektif. Menurut Robert D. Putnam (1976), kekuasaan adalah probabilitas untuk
mempengaruhi alokasi nilai-nilai otoritatif. Sedangkan menurut Weber (1920) yang di
maksud dengan kekuasaan adalah peluang bagi seseorang atau sejumlah orang untuk
mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui suatu tindakan komunal meskipun
mengalami tentangan dari orang lain yang ikut dalam tindakan komunal itu.
Beberapa asas umum yang menjadi dasar terbentuknya stratifikasi, yaitu :





Kekuasaan politik, seperti halnya barang-barang sosial lain, didistribusikan
dengan tidak merata,
Pada hakikaynya orang hanya di kelompokkan dalam dua kelompok, yaitu
mereka yang memiliki kekuasaan politik “penting” dan mereka yang “tidak
memilikinya,
Secara internal, elite itu bersifat homogen, bersatu dan memiliki kesadaran
kelompok,
Elite itu mengatur sendiri kelangsungan hidupnya dan keanggotaanya berasal
dari lapisan masyarakat yang sangat terbatas
Kelompok elit pada hakikatnya bersifat otonom, kebal akan gugatan dari
siapapun diluar kelompoknya mengenai keputusan-keputusan yang di buatnya.
3. Hierarki Status (Status Hierarchies)
Stratifikasi atas dasar status ini membagi masyarakat ke dalam dua kelompok, yakni
kelompok masyarakat yang di segani dan kelompok masyarakat biasa. Kelompok
masyarakat yang terhormat biasanya selalu menekankan arti penting akar sejarah yang
di jadikan dasar untuk membenarkan kenapa mereka pantas memiliki kedudukan
istimewa di masyarakat. Mereka memiliki gaya hidup yang eksklusif tapi tidak selalu
mutlak harus dari mereka kaum bangsawan atau keluarga raja.
H. Akumulasi Dimensi
Ditegaskan oleh Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (1964), bahwa anggota
masyarakat yang posisinya tinggi akan cenderung mengakumulasikan posisi dalam
dimensi yang berlainan. Dalam masyarakat yang terstratifikasi memiliki ciri utama
yang menandai adalah ketidaksamaan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan
sosial.
Menurut Friedman (1979) yang dimaksud basis kekuasaan sosial itu, meliputi :
1) Modal produktif atas aset, misalnya tanah perumahan, peralatan dan kesehatan
2) Sumber keuangan, seperti income dan kredit yang memadai
3) Organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan
bersama, seperti koperasi
4) Network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang,
pengetahuan dan keterampilan yang memadai
5) Informasi-informasi yang berguna untuk kehidupan.
I. Kemiskinan Struktural
Sumber dari kemiskina adalah strukutur yang tidak adil dan olah kelas sosial
yang berkuasa, yang sering kali karena kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya itu
kemudian mengeksploitasi masyarakat miskin. Kemiskinan yang terjadi karena
struktur yang tidak adil inilah yang disebut dengan kemiskinan struktural. Menurut
Selo Soemardjan (1980) yang di maksud dengan kemiskinan struktural adalah
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial
masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang
sebenarnya tersedia bagi mereka.
Secara teoritis, kemiskinan struktural dapat diartikan sebagai suasana
kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya di cari
dalam struktur sosial. Kemiskinan struktural biasanya terjadi di dalam suatu
masyarakat dimana terdapat perbedaan yang tajam antara mereka yang hidup melarat
dengan mereka yang hidup dalam kemewahan dan kaya raya. Golongan yang
menderita kemiskinan struktural itu misalnya kaum buruh, pedangan kaki lima,
pedagang asongan dan lain-lain.
Ciri dari kemiskinan struktural adalah timbulnya ketergantungan yang kuat
pihak si miskin terhadap kelas sosial-ekonomi di atasnya. Menurut Robert Chambers,
inti dari kemiskinan struktural sebenarnya terletak pada apa yang disebut dengan
deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Secara rinci, deprivation trap terdiri dari
5 unsur, yaitu : 1) kemiskinan itu sendiri, 2) kelemahan fisik, 3) keterasingan atau
kadar isolasi, 4) kerentanan, 5) ketidakberdayaan.
J. Konsekuensi Stratifikasi Sosial
Menurut Horton dan Hunt (1978) perbedaan tingkat pendidikan, kekayaan, status atau
perbedaan kelas sosial tidak Cuma mempengaruhi perbedaan dalam hal gaya hidup
dan tindakan tetapi juga menimbulkan sejumlah perbedaan dalam aspek kehidupan
manusia, seperti peluang hidup dan kesehatan, peluang bekerja dan berusaha, respons
terhadap perubahan, pola sosialisasi dalam keluarga dan perilaku politik.
 Gaya Hidup
Gaya hidup yang di tampilkan antar kelas sosial satu dengan yang lain dalam
banyak hal tidak sama. Sebuah keluarga yang berasal dari kelas atas memiliki gaya
hidup yang lebih ekslusif untuk membedakan dirinya dengan kelas yang lain.
Sedangkan keluarga yang berasal dari kelas sosial yang rendah umunya bersikap
konservatif dibidang agama, moralitas, selera pakaian, dan lain-lain. Keluarga yang
berasal dari kelas atas cenderug memilih berlibur ke luar negeri. Sedangkan,
keluarga yang berasal dari kelas rendah hanya berlibur di kota-kota yang terdekat
saja.Gaya hidup lain yang tidak sama antara kelas sosial satu dengan yang lain
dalam hal berpakaian. Sebagian prang kelas sosial bawah terkadang meniru-niru
pakaian atau atribut yang dikenakan gaya hidup kelas sosial di atasnya. Salah satu
ciri dari kelas sosial bawah adalah mereka setiap kali mengapresiasi dan sejauh
mungkin ingin tampil seperti kelas sosial di atasnya.
 Peluang Hidup dan Kesehatan
Robert Chambers (1987) menemukan bahwa lingkungan keluarga yang miskin,
tidak berpendidikan dan rentan, mereka umunya lemah jasmani dan mudah
terserang penyakit. Sedangkan, studi yang dilakukan Brooks (1975) menemukan
bahwa kecenderungan terjadinya kematian bayi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
kelas sosial orang tua. Keluarga yang miskin jika jatuh sakit hingga berhari-hari
bahkan berminggu-minggu sedangkan keluarga kelas menengah ke atas biasanya
memiliki tabungan yang cukup dan ikut asuransi kesehatan. Hal tersebut yang
membuat keluara miskin menjadi semakin terpuruk
 Respons Terhadap Perubahan
Kelas sosial yang rendah merupakan kelompok yang terlambat menerapkan
kecenderungan baru atau perubahan. Orang-orang kelas bawah umumnya raguragu untuk menerima cara-cara baru serta curiga terhadap pencipta hal-hal baru.
Terbatasnya pendidikan, kebiasaan membaca, dan pergaulan mengakibatkan
kebanyakan orang-orang kelas sosial rendah itu tidak mengetahui latar belakang
pemikiran yang mendasari berbagai program perubahan yang ditawarkan. Kelas
sosial atas cenderung lebih responsif terhadap ide-ide baru, sehingga mereka lebih
sering bisa memetik manfaat dengan cepat atas program baru dan inovasi yang di
ketahuinya.
 Peluang Kerja dan Berusaha
Peluang bekerja dan berusaha antara kelas sosial rendah dengan kelas sosial atas
umumnya jauh berbeda. Dengan koneksi, kekuasaan, tingkat pendidikan yang
tinggi dan uang yang dimiliki, kelas sosial atas relatif mudah membuka usaha atau
mencari pekerjaan yang sesuai dengan minatnya. Sementara itu, untuk kelas sosial
rendah, akibat belitan perangkap kemiskinan dan pendidikannnya yang rendah,
mereka umunya rentan, tidak berdaya, dan kecil kemungkinanya utuk bisa
memperoleh pekerjaan yang memadai atau kemungkinan malkukan diversifikasi
okupasi. Ketidakberdayaan rakyat miskin jauh berbeda dengan kelompok
menengah atas yang relatif lebih banyak dan lebih mudah memperoleh fasilitas.
 Perilaku Politik
Dilingkungan orang-orang yang berpendidikan khusunya kalangan menengah ke
atasdi tengarai tingkat partisipasi politiknya tinggi dari pada orang yang kurang
berpendidikan karena ada kaitannya dengan semakin tumbuhnya sikap kritis
mereka. Intensitas keterlibatan orang-orang yang berpendidikan dalam berbagai
pengembangan informasi yang di sebarluaskan media massa adalah salah satu
faktor yang menyebabkan orang-orang yang berpendidikan bisa mengikuti diskusi
masalah politik atau bahkan ikut bermain di dalamnya. Sedangakan kalangan
bawah tidak bisa melakukan apa-apa hanya bisa melihat saja.
Download