ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”A” MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO ADELLA IMINDA NIM.1311010001 Subject : Ibu hamil, Sisa Plasenta, Bendungan ASI, Ikterus DESCRIPTION Perkembangan Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyatakan, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas) sebesar 359/100.000 kelahiran hidup. Pemerintah masih belum optimal merancang program penurunan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan Balita dalam 5 tahun terakhir. Tujuan dari penelitian ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana. Asuhan Kebidanan secara berkesinambungan di lakukan di Desa Sumolawang Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Asuhan kebidanan dilakukan pada Ny.A pada tanggal 8 februari – 29 april 2016 di BPS Hj. Siti Isniwati Desa Kintelan Kecamatan Puri. Asuhan Kebidanan diselesaikan menggunakan SOAP yaitu melakukan pengkajian, menentukan diagnosa, menyusun rencana asuhan dan mengevaluasi. Hasil Pengkajian pada kehamilan menunjukkan bahwa tidak ada masalah. Asuhan persalinan berlangsung fisiologis dan ditemukan penyulit yaitu sisa plasenta. Hasil pemeriksaan pada masa nifas ditemukan penyulit yaitu bendungan ASI. Pada kunjungan bayi hasil pemeriksaan mengalami ikterus tetapi masih tergolong ikterus fisiologi. Pada kunjungan keluarga berencana ibu menggunakan KB pil. Dari kunjungan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana, terdapat masalah pada persalinan yaitu sisa plasenta sehingga di lakukan eksplorasi untuk mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut. Upaya peningkatan Asuhan Kebidanan secara komprehensif dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas petugas dan pemenuhan fasilitas pada pelayanan kesehatan. ABSTRACT Development of the maternal mortality rate in Indonesia is still high when compared with the previous year. Indonesian demographic and health survey in 2012 declared maternal mortality rate (associated with pregnancy parturition and postpartum) of 359/100.000 live births. The government is still not optimal in designing programs to reducing maternal mortality, infant and toddlers mortality, last 5 years. The purpose of this study was to provide a comprehensive midwifery care from pregnancy, parturition, postpartum, neonatal and family planning. Continously midwifery care was conducted in the Sumolawang, Puri Mojokerto. Midwifery care was done on Mis.A on 8 february – 29 april 2016 in BPS Hj. Siti Isniwat Kintelan Puri . Midwifery care completed using SOAP, namely the assessment, diagnose, planing and evaluation care. Assessment results in pregnancy indicate that there was no problem. Intranatal care took place physiologically and found a little problem that was retained placenta. The results of examination on post partum found a little problem namely breast engorgement. The neonatal found examination results the baby had jaundice but still included in physiological jaundice. The family planning visits mother was using oral contraception. From the antenatal, intranatal, postpartum, neonatal and family planning, visit there was a problem in the parturition that was retained placenta so that it was done plasenta exploration to prevent further bleeding. The effort to upgrade midwifery care in comprehensive way can be done by enhancement of health workers and fulfillment of health service facilities. Keyword : pregnant mother, retained placenta, exclusive breasfeding and, jaundice Contributor : 1. Dian Irawati, M. Kes 2. Agustin Dwi Syalfina, M. Kes Date : 20 Juli 2016 Type Material : Laporan Penelitian Identifiter :Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Kematian Maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Angka Kematian Maternal ialah jumlah kematian maternal diperhitungkan terhadap 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup, kini di beberapa negara malah terhadap 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian Perinatal yang terdiri atas jumlah anak yang tidak menunjukkan tanda-tanda hidup waktu dilahirkan, ditambah dengan jumlah anak yang meninggal dalam minggu pertama dalam kehidupannya, untuk 1.000 kelahiran. (Sarwono, 2008). Kematian ibu juga masih banyak diakibatkan oleh faktor resiko tidak langsung berupa keterlambatan (tiga terlambat), yaitu terlambat mengambil keputusan dan mengenali tanda bahaya, terlambat dirujuk, dan terlambat mendapat penanganan medis (Wijaya, 2009). Hal ini dikarenakan fenomena di masyarakat ditemukan bahwa 65% ibu hamil memiliki kondisi empat terlalu yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak (Kemenkes, 2011). Salah satu hal terkait terlalu mudah berkaitan erat dengan kondisi masyarakat yang masih melangsungkan pernikahan di usia dini. (Indriyani, dkk., 2014) Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan Angka kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan. Survei Demografi dan Keshatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyatakan, Angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas) sebesar 359/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian neonatal sebanyak 19/1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan negara tetangga. (Kemenkes RI, 2013). Di Jawa Timur sendiri, Angka Kematian Ibu pada tahun 2012 mencapai 97,43/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi di tahun 2012 mencapai 28,31/1.000 kelahiran hidup. (Dinkes Jatim, 2012). Kabupaten Mojokerto memiliki Angka Kematian Ibu sebanyak 116,89/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Kota Mojokerto memiliki Angka Kematian Ibu sebanyak 54,70/100.000 kelahiran hidup. (Dinkes Jatim, 2012). Kabupaten Mojokerto juga menyumbang Angka Kematian Bayi sebanyak 25,54/1.000 kelahiran hidup. Kota Mojokerto sendiri menyumbang Angka Kematian Bayi sebanyak 21,88/1.000 kelahiran hidup. (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012). Cakupan KN1 di Provinsi Jawa Timur mencapai 97,49%, KN Lengkap mencapai 89,08%, sedangkan cakupan K1 mencapai 95,07% cakupan K4 sendiri mencapai 87,36%, KF mencapai 42,9% (Kemenkes RI, 2012). Cakupan KN1 di kabupaten Mojokerto sendiri mencapai 92,77%, kota Mojokerto mencapai 85,87%, sedangkan KN Lengkap kabupaten Mojokerto mencapai 91,09%, kota Mojokerto mencapai 81,45%. Cakupan K1 pada kabupaten Mojokerto mencapai 89,23%, sedangkan kota Mojokerto mencapapi 83,01%. (Dinkes Jatim, 2012) Kematian ibu di Indonesia di dominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Komplikasi ini dapat mengancam jiwa, namun komplikasi ini dapat dicegah dan ditangani bila : ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan, tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain penangan yang sesuai (antara lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif kala III untuk mencegah perdarahan pasca-salin), tenaga kesehatan melakukan identifikasi dini komplikasi, apabila komplikasi terjadi (tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan), proses rujukan efektif, pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna. (Kemenkes RI, 2013). Upaya yang telah dilaksanakan oleh kementrian kesehatan dalam rangka penurunan AKI dan AKN adalah melalui penanganan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat pelayanan dasar dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di puskesmas yang didukung dengan keberadaan Rumah Sakit dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dalam satu collaborative improvement PONEDPONEK. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi (PONED-PONEK) merupakan upaya terakhir pencegahan kematian ibu hamil dan bayi baru lahir perlu di dukung dengan upaya penurunan AKI dan AKB lainnya. Dimulai dari pelayanan kesehatan remaja / kesehatan reproduksi remaja (KR/KRR), pelayanan ANC pada masa kehamilan, pertolongan persalinan dan Keluarga Berencana oleh tenaga kesehatan kompeten dan terlatih. (Pedoman Puskesmas Poned, 2013). Peran bidan dan strategi dalam menurunkan AKI dan AKB, melalui pemberian pelayanan kebidanan, baik secara mandiri, kolaborasi, maupun rujukan. Peran bidan dalam sistem pelayanan kesehatan meliputi: meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat, meningkatkan penerimaan terhadap program keluarga berencana, memberi pendidikan dan bermitra dengan dukun, serta meningkatkan rujukan. (Yulifah, dkk., 2013) METODE PENELITIAN Asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu dengan memperhatikan continuity of care mulai hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB. Metode penelitian yang digunakan yaitu manajemen kebidanan dengan menggunakan dokumentasi SOAP. Subjek studi kasus adalah Ny.A G2P1OOO1 Usia 27 tahun di BPM Hj. Siti Isniwati. HASIL PENELITIAN Pada kasus Ny. A G2 P1 A0telah melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di BPS desa Kintelan, pada pemeriksaan kehamilan pada tanggal 28 Februari 2016 usia kehamilan ibu 39 minggu, dari pengkajian data subjektif ibu mengeluh perutnya sudah mulai terasa kenceng-kenceng. sejalan dengan semakin dekatnya proses melahirkan, kontraksi baraxton hicks non-progesif yang di alami selama selama kehamilan berubah dan menjadi bentuk progesif persalinan (Fraser dkk, 2009). Kontraksi terjadi karenamenyiapkan mulut lahir untuk membesar dan meningkatkan aliran darah di dalam plasenta (Walyani dkk, 2015). Tanda-tanda dimulainya persalinan antara lain terjadinya his, pengeluaran ledir dengan darah, pengeluaran cairan dan hasil-hasil yang didapatkan pada pemeriksaan dalam (Sondakh, 2013). Pada Nya A kenceng- kenceng pada umur 39 minggu merupakan hal yang fisiologis karena sebagai tanda mendekati persalinan karena kenceng-kenceng yang dirasakan masih belum teratur jaraknya dan belum adekuat. Ibu melakukan kunjungan kehamilan selama trimester I sebanyak 2 kali, pada trimester II sebanyak 3 kali dan pada trimester III sebanyak 4 kali.Kunjungan kehamilan minimal dilakukan 4 kali kunjungan selama kehamilan yaitu pada trimester I sebanyak I kali pada minggu ke 14, trimester II sebanyak 1 kali pada minggu ke 28 dan pada trimester III sebanyak 2 kali kunjungan pada minggu 28-36 minggu. (Saifudin, 2002). Kunjungan kehamilan yang dilakukan Ny A sudah teratur karena kunjungan dilakukan sudah sesuai dengan standar yang ditentukan yaitu kunjungan pada triwulan kehamilan.Kunjungan kehamilan juga bermanfaat untuk mengetahui tanda bahaya pada ibu dan janin, mengetahui perkembangan janin dan memastikan keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik. Pengkajian data obyektif hasil pemeriksaan fisik pada ibu tidak ada masalah keadaan ibu dan janin baik. Tekanan darah ibu dalam batas normal 110/80 mmHg, suhu 36,8 0C, nadi 86 x/mnt dan DJJ 138 x/mnt. Pada pemeriksaan tidak ada penyulit, keadaan ibu baik dan tidak ada oedem pada ekstermitas bawah. Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolic. Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15 mmHg diastolic di atas tensi sebelum hamil, menandakan toxaemia gravidarum (keracunan kehamilan) (Hani dkk, 2010). Denyut Jantung Janin normalnya 120-160 x/menit.Apabila kurang dari 120 x/menit disebut brakikardi, sedangkan lebih dari 160 x/menit disebut tathicardi.Waspadai adanya gawat janin (Kusmiyati dkk, 2008).Berdasarkan tekanan darah Ny A tidak ditemukan indikasi pre eklamsi karena tekanan darah Ny A 110/80 mmHg dan tidak ditemukan tanda trias preeklamis lainnya sperti kaki bengkak dan protein urine +. DJJ dari janin Ny A juga dalam batas normal yaitu 138 x/menit. Sehingga tidak menunjukka tanda fetal distress pada janin Ny A yang harus dilakukan tindakan terminasi pada kehamilannnya Asuhan yang di berikan pada ibu antara lain tentang kesiapan ibu menjelang persalinan, nutrisi ibu hamil, tehnik relaksasi , posisi yang nyaman untuk istirahat, senam hamil. Rencana persalinan meliputi membuat rencana persalinan, pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan, transportasi jika terjadi kegawat daruratan, menabung dan peralatan yang diperlukan untuk persalinan (Romauli, 2011) Nutrisi ibu hamil yang diperlukan untuk ibu hamil mengandung kalori 2500/hari, protein 85 gram/hari bisa diperoleh dari kacang-kacangan, kalsium 1,5 kg/hari, zat besi 30 mg/hari, asam folat 400 mikro gram/hari yang bisa di dapatkan dari susu (Asrinah dkk, 2010). Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring kiri, kaki lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal, dan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bagian bawah sebelah kiri (Sulistyawati, 2009). Senam hamil bermanfaat untuk memperbaiki sirkulasi darah, mengurangi pembengkakan, mengurangi kram pada kaki dan menguatkan otot perut. Ny A telah menyiapkan proses persalinan seperti dia ingin melahirkan di bidan namun oleh bidan di motifasi untuk melahirkan di puskesmas. Ny A juga sudah menyiapkan keperluan untuk melahirkan seperti pakaian dan perlengkapan bayi. Pada saat hamil Ny A sering mengkonsumsi buah, susu dan ice cream. Pola makan Ny A setiap harinya meliputi nasi, lauk dan sayur. Kebutuhan nutrisi Ny A sudah terpenuhi karena sayur banyak mengandung kalsium, susu mengandung asam folat, kacang-kacangan mengandung protein. Jika tidur Ny A biasanya miring kiri hal ini sama dengan pendapat Sulistyawati, 2009 bahwa posisi tidur ibu hamil sebaiknya miring kiri karena dapat mengurangi rasa nyeri. Proses persalinan Ny A berjalan normal dan baik. Lama kala I yang dihitung dari mulai ibu merasakan mules sejak datang ke puskesmas sampai pembukaan lengkap berlangsung ± 6 jam 10 menit. Pembukaan 2 ke 5 berlangsung selama ± 4 jam dan pada pembukaan 5 ke 10 berlangsung selama ± 4 jam. Fase laten pada nulipara berlangsung 6-8 jam pada multipara 3-5 jam, pada fase aktif nulipara berlangsung 2-4 jam pada multipara 4-6 jam (Reeder, el., 2003). Ny A G2 P1 A0 pembukaan sesuai dengan teori yaitu pembukaan 2 ke 5 yang berlangsung selama ± 4 jam dan pada pembukaan sesuai dengan teori 5 ke 10 berlangsung selama ± 4 jam. Pasien di infus pada jam 14.00 wib dan di beri oksitosin 1 ampul dari 12 tpm/mnt - 20 tpm/menit tiap 15 menitnya. Hal ini dikarenakan pembukaan 2 ke 5 cm berlangsung selama ± 4 jam. Asuhan yang di berikan kepada ibu meliputi : Nutrisi selama persalinan yaitu makanan rendah lemak misalnya roti, sereal, buah, teh dan susu. Cairan tidak di batasi, meskipun ibu cenderung mengurangi minum selama kemajuan persalinan (Fraser dkk, 2003). Pada saat kala I Ny A mengkonsumsi roti, teh dan makan nasi ± 4-5 sendok hal ini sudah sama dengan pernyataan Fraser, el., 2003 yaitu makan rendah lemak misalnya roti, sereal, buah, teh dan susu. Mengosongkan kandung kemih 2 jam sekali atau bila kandung kemih terasa penuh. Kandung kemih yang penuh bisa mengakibatkan rasa tidak nyaman, memperlambat turunnya bagian terendah janin dan mengganggu penatalaksanaan distosia bahu. BAB saat fase aktif harus dipastikan apakah yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan rectum (Walyani dkk, 2015). Ny A juga mengosongkan kandung kemih setiap ingin kencing. Mengosongkan kandung kemih dapat mempercepat penurunan kepala. Pada kala II berlangsung selama ± 10 menit.Selaput ketuban belum pecah dan dilakukan amniotomi. Bila selaput ketuban belum pecah dan pebukaan sudah lengkap, maka lakukan amniotomi (Sondakh, 2013).. Lamanya kala dua pada persalinan spontan tanpa komplikasi adalah sekitar 40 menit pada primi-gravida dan 15 menit pada multipara.(Walyani, dkk., 2015) Lama kala II Ny A berlangsung normal yaitu ± 10 menit hal ini dikarenakan Ny A kooperatif dalam menghadapi persalinan dan teknik meneran yang benar. Selaput ketuban dilakukan pemecahan karena pembukaan sudah lengkap untuk mempecepat proses persalinan dan pemecahan dilakukan ketika tidak ada his supaya tidak terjadi emboli air ketuban. Pada kala III berlangsung secara normal dengan manajemen aktif kala III plasenta lahir normal danberlangsung selama ± 10 menit. Jumlah perdarahan ± 300 cc, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus keras dan terdapat robekan pada jalan lahir. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan fundus uteri (Walyani dkk, 2015). Uterus yang normal harus keras ketika disentuh. Jika segmen atas uterus keras tetapi perdarahan menetap, maka pengkajian segmen bawah penting untuk dilakukan. Uterus yang lunak, hipotonik, dan longgar menunjukkan uterus tidak berkontraksi dengan baik (Sondakh, 2013). Lama kala III Ny A berlangsung normal yaitu ± 10 menit. Plasenta lahir lengkap yang mempercepat kala III dan untuk mencegah perdarahan lebih lanjut dan anemia pada ibu. Pada kala IV melakukan penjahitan pada perineum, mengevaluasi jumlah perdarahan dengan hasil ± 350 cc, lalu di lakukan eksplorasi plasenta dan menyuntikkan metergin 1 ampul pada 1/3 di bagian spina iliaka anterior superior. Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah melakukan plasenta manual atau enemukan adanya kontiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan dan masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu harus dilakukan eksplorasi kedalam rahim dengan cara manual dan pemberian uterotonika (Sarwono, 2009). Hal ini sudah sama dengan teori bahwa jika ada selaput plasenta tertinggal maka harus dilakukan eksplorasi plasenta agar tidak terjadi perdarahan lebih lanjut dan anemia yang disebabkan perdarahan tidak segera di atasi. Pada 6 jam post partum, dari pengkajian data subyektif ibu mengatakan lelah, nyeri dan panas saat berkemih. Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami eskipun pada persalinan normal tanpa komplikasi (Nugroho, 2013). Hal tersebut menimbulkan tidak nyaman pada ibu, sehingga ibu dapat mengatasi gangguan ini dan memberi kenyamanan pada ibu sendiri. Nyeri dan panas saat berkemih pada Ny A terjadi karena adanya luka yang belum kering pada daerah genetalia. Dari pengkajian data obyektif keadaan umum ibu baik, kontraksi uterus keras, TFU 2 jari di bawah pusat, pengeluaran lochea lancar dan tidak berbau. ASI lancar dan tidak ada bendungan. Tinggi fundus uteri pada saat uri lahir yaitu 2 jari di bawah pusat (Nani dkk, 2014). ASI merupakan makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu pada anak yang baru dilahirkannya dan komposisinya berubah sesuai dengan kebutuhan bayi setiap saat (Sarwono, 2009). Ny A memberikan ASI eksklusif pada bayi baru lahir bisa menstimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan. Pada hari ke 6, dari pengkajiandata obyektif keadaan ibu dan bayi baik, lochea rubra. Ibu sedikit mengalami masalah yaitu payudaranya terasa sakit, sedikit demam dan masih keluar darah. Lochea ruba terjadi pada hari pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Warnanya merah becampur darah (Nani, 2014). Lochea rubra tidak sesuai dengan pendapat Nanny dkk, 2014 pada hari ke 6-9 pospartum seharusnya sudah lochea serosa dan warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan. Bendungan ASI pada Ny A disebabkan karena produksi ASI yang banyak tidak dimbangi oleh pengeluaran ASI yang diberikan kepada bayi sehingga dilakukan penanganan dengan memerah ASI Ny A. Pada minggu ke 2, keadaan ibu dan bayi baik. Ibu merasa sedikit pusing dan masih mengeluarkan coklat kekuningan. Pengeluaran Lochea sanguinolenta. Ibu tidak mengalami masalah dalam proses eliminasi (BAB dan BAK). Lochea sanginolenta muncul pada hari ke 3–5 hari postpartum. Warna merah kuning berisi darah dan lendir karena pengaruh plasma darah (Nany dkk, 2014). Lochea sanguinolenta tidak sesuai dengan pendapat Nanny dkk, 2014 pada hari lebih dari 10 pospartum seharusnya sudah lochea alba dan warnanya biasanyalebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati. Hal ini bisa dikarenakan ibu yang tarak makan dan kurang istirahat. Bayi Ny A lahir dalam keadaan sehat dengan jenis kelamin laki-laki, berat 3600 kg, panjang 50 cm. Bayi lahir jam 16.30 WIB, bayi menangis keras, bergerak aktif dan kulit kemerahan. Pada kunjungan 6 jam pas bayi Ny A tidak di berikan Vit K dan tetes salf mata. Vit K penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan darah yang normal. Peberiannya bisa secara parental 0,5 – 1 mg i.m dengan dodid satu kali segera setelah lahir (sebelum 24 jam) (Padila, 2014). Tetes zalf mata pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat perak 1% atau eritromycin tetes mata untuk mencegah oflamia pada bayi (Padila, 2014). Hal ini tidak sesuai teori karena zalf mata penting untuk bayi sebagai pencegahan olfamia. Vit K juga bermanfaat untuk mempertahankan pembekuan darah. Vit K dan zalf mata tidak di berikan karena keterbatasan di puskesmas. Pada kunjungan ke dua, Bayi sedikit mengalami masalah yaitu ikterus. Ikterus fisiologis tidak berbahaya dan bisa terjadi pada hari ke tiga atau ke empat setelah kelahiran dan terjadi pada bayi berusia 7 – 10 hari (Suherni, 2009). Pada bayi Ny A tampak kuning di bagian wajah, ikterus muncul pada hari ke 4 sehingga tibul ikterus fisiologis. Asuhan yang di berikan pada bayi Ny A yaitu memberikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi atau kebutuhan bayi dan tetap membedong bayinya agar menjaga tubuh bayi tetap hangat dan mencegah hipotermi pada bayi. Memotivasi ibu agar bayinya di jemur pada pagi hari karena sinar matahari pagi memiliki spectrum sinar biru yang bermanfaat mengurangi kadar bilirubin dalam darah. Pada kunjungan ke tiga dan kunjungan ke empat bayi dalam keadaan baik dan tidak ada masalah. Bayi hanya minum ASI dan berat badan bayi pada kunjungan ke empat bertambah menjadi 6 kg. Pada bayi sehan kenaikan berat badan normal pada triwulan I sekitar 700-1000 gram/bulan, triwulan II sekitar 500-600 gram/bulan, triwulan III sekitar 350-450 gra/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250-350 gram/bulan (Susilaningrum, 2013). Bisa di simpulkan bahwa bayi Ny A mendapatkan ASI cukup, bayi juga dalam keadaan normal dan sehat. Kenaikan berat badan pada bayi Ny A tidak sesuai dengan teori seharusnya pada triwulan I 1000 gram/bulan tetapi pada bayi Ny A kenaikan berat badan lebih dari 1000 gram yaitu 3400 gram pada triwulan pertama. Proses keluarga berencana (KB) pada Ny A berlangsung dengan lancar. Ny A datang ke bidan desa kintelan ingin KB pil dikarenakan Ny A memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Pada pemeriksaan fisik ibu dalam keadaan normal dan tidak ada masalah. Pil progestin merupakan kontrasepsi ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB. Keuntungan kontrasepsi pil progestin meliputi tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi ASI, kesuburan cepat kembali, nyaman dan mudah digunakan. Kontrasepsi pil progestin cocok untuk perempuan yang menyusui dan tidak menurunkan produksi ASI (Affandi dkk, 2011). Hal ini sudah sesuai dengan pendapat Affandi dkk yang menyatakan tidak ada gangguan untuk ibu menyusui dan kesuburan cepat kembali. Selain itu juga ibu dapat menunda kehamilan selanjutnya. SIMPULAN Asuhan Kebidanan pada Ny A dilakukan secara Continuity Of Care pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB. Pada kunjungan kehamilan di lakukan 1 kali pada usia kehamilan 39 minggu. Pada kunjungan persalinan di lakukan 1 kali pada saat ibu bersalin di puskesmas. Pada kunjungan nifas dan bayi dilakukan 4 kali yaitu pada 6 jam post partum, 6 hari post partum, 2 inggu post partum dan 40 hari post partum. Kunjungan KB dilakukan 1 kali pada saat 40 hari. 1. Kehamilan Kunjungan kehailan pada Ny A G2 P1 A0 yang di lakukan 1 kali pada usia 39 minggu dapat di simpulkan bahwa keadaan umum ibu dan bayi baik. Tidak ada tanda dan bahaya pada ibu. 2. Persalinan Kunjungan Persalinan pada Ny A G2 P1 A0 yang di lakukan 1 kali pada saat bersalin tanggal 29 februari 2016 persalinan di lakukan secara normal, keadaan ibu dan bayi baik. Pada kala I berlangsung selama ± 6 jam 10 menit, pada kala II selama ± 10 menit, pada kala III berlangsung selama ± 10 menit. 3. Nifas Pada kunjungan nifas Ny A P2 0002 dilakukan 4 kali yakni pada kunjungan I keadaan ibu baik dan ibu hanya sedikit mengalami masalah yaitu lelah, nyeri dan panas saat berkemih. Pada kunjungan ke II ibu juga dalam keadaan baik dan mengalami sedikit masalah yaitu bendungan ASI. Pada kunjungan ke III dan ke IV keadaan ibu baik dan tidak mengalami masalah. 4. Bayi Baru Lahir Pada kunjungan bayi baru lahir fisiologis juga berlangsung 4 kali dan dalam kunjungan 1 – 4. Bayi berjenis kelamin Laki-laki BB : 3600 gra dan PB : 50 cm. Pada kunjungan 2 bayi mengalami masalah yaitu ikterus. Kondisi bayi baik dan bayi hanya minum ASI saja. 5. KB Pada kunjungan KB Ny A usia 27 tahun dengan kseptor KB pil berlangsung 1 kali. Keadaan ibu baik dan ibu menggunakan KB pil progestin. REKOMENDASI 1. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan Bagi institusi diharapkan adanya suatu sarana klinik yang lebih mendukumg kegiatan Asuhan kebidanan secara Komprehensif. Sehingga asuhan kebidanan komprehensif dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien. 2. Bagi Puskesmas Puri Lebih meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara meningkatkan pengetahuan, penagganan, peralatan, obat-obatan dan fasilitas pada asuhan kebidanan secara komprehensif mulai kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Lebih menyempurnakan penelitian ini dengan melakukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan sesuai dengan protap dengan menggunakan menejemen SOAP. DAFTAR PUSTAKA Affandi, Biran. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011. Asrinah, et al. 2010. Asuhan kebidanan masa kehamilan. Yogyakarta : Graha ilmu, 2010. Fraser, Diane M. and Cooper, Margaret A. 2003. Buku Ajar Bidan. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC, 2003. Hani, Ummi, Marjati, Jiarti Kusbandiyah and Yulifah, Rita. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba Medika, 2010. Indriyani, Diyan and Asmuji. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : ARRUZZZ MEDIA, 2014. Kusmiyati, Yuni, Wahyuningsih, Puji Puji and Sujiyati. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya, 2008. Nanny, Vivian and Sunarsih, Tri. 2014. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika, 2014. Nugroho, Taufan, et al. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3). Yogyakarta : Nuha Medika, 2014. Padila. 2014. keperawatan Maternitas. yogyakarta : Nuha Medika, 2014. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Sitohang, Vensya, et al. 2014. Jakarta : Kementrian Kesehatan Indonesia, 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Timur, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa. 2013. Surabaya : s.n., 2013. Reeder, Sharon J., Martin, Leonide L. and Griffin, Deborah Koniak. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga. Jakarta : Buku Kedokteran, 2011. Vol.2. Romauli, S. (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. Saifuddin, Abdul Bari, [ed.]. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2010. Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir. Malang : Erlangga, 2013. Suherni, Widyasih, Hesty and Rahmawati, Anita. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya, 2009. Sulistyawati, Ari and Nugraheny, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika, 2010. Walyani, Elisabeth Siwi and Purwoastuti, Th. Endang. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yokyakarta : Pustaka Baru, 2015. ALAMAT CORRESPONDENSI Email : [email protected] No. Hp : 082230401475 Alamat : Dsn. Bangkok RT.01 RW.10 Ds. Karangrejo Kec. Gempol Kab. Pasuruan