penerapan model make a match berbantuan media kartu angka

advertisement
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA
KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN
KOGNITIF ANAK DITK BUANA SUTHA NUGRAHA
SELEMADEG
Gusti Ayu Made Mertadi1, I Ketut Pudjawan2,I Gede Raga3
1, 3
Jurusan Pendidikan Guru PAUD, 2Jurusan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
UniversitasPendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif
setelah menerapkan model Make A Match berbantuan media kartu angka pada anak
kelompok B TK Buana Sutha Nugraha Selemadeg, Kecamatan Selemadeg,
Kabupaten Tabanan semester II tahun pelajaran 2013/2014.Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus.Subyek
penelitian adalah 22 anak TK pada kelompok B semester II tahun pelajaran
2013/2014. Data tentang perkembangan kognitif kelompok B dikumpulkan dengan
metode observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis
statistik deskriftif dan metode analisis deskriftif kuantitatif.Hasil analisis data
menunjukkan setelah penerapan model Make A Match berbantuan media kartu
angka terjadi peningkatan perkembangan kognitif anak kelompok B pada siklus I
sebesar 61,6% pada kategori rendah dan pada siklus II meningkat menjadi sebesar
82,95 % berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan perkembangan kognitif
anak kelompok pada TK Buana Sutha Nugraha Selemadeg, Kabupaten Tabanan.
Kata kunci: model Make A Match, perkembangan kognitif, media kartu angka.
Abstract
This study aims to determine the increase in cognitive development after applying
Make A Match -aided models media card numbers on kindergarten children in group
B Buana Sutha Selemadeg Nugraha, District Selemadeg, Tabanan second semester
of academic year 2013/2014 . This research is an action research conducted in two
cycles . Subjects were 22 kindergarten children in group B the second semester of
academic year 2013/2014 . Data on cognitive development group B followed by using
a model Make A Match with instruments such as the observation sheet . Research
data using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method
. The results of the data analysis showed that after the application of the Make A
Match -assisted media card numbers increased cognitive development of children in
group B in the first cycle was 61.6 % in the low category and the second cycle
increased to 82.95 % in the high category . So an increase in cognitive development
of children in the kindergarten group Buana Sutha Selemadeg Nugraha, Tabanan.
Keywords: Make A Match models, cognitive development, media card numbers
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Pendidikan
anak
usia
dini
merupakan pendidikan yang paling
penting untuk anak karena pendidikan
anak usia dini merupakan pendidikan yang
paling dasar dalam dunia pendidikan yang
ikut menentukan anak didik mengikuti
pendidikan dikemudian hari.
Anak usia dini memiliki karakteristik
yang khas baik secara fisik, sosial, moral
dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah, dkk
(2010) karakteristik anak usia dini antara
lain : memiliki rasa ingin tahu yang besar,
merupakan pribadi yang unik, suka
berfantasi dan berimajinasi, masa paling
potensial untuk belajar, memiliki sikap
egosentris,
memiliki
rentan
daya
konsentrasi yang pendek, merupakan
bagian dari makhluk sosial.
Seperti halnya anak pada TK Buana
Sutha Nugraha Selemadeg, anak ini
merupakan anak yang tergolong kedalam
kelompok anak usia dini. Anak ini tentunya
juga memiliki karakter-karakter yang telah
disebutkan diatas, namun ada satu hal
yang menjadi perhatian khusus peneliti
dalam hal ini menyangkut aspek
perkembangan kognitif pada anak di
kelompok B. Berdasarkan observasi awal
yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa
anak di kelompok B kemampuan
menguasai dan memahami konsep
bilangan masih sangat rendah. Hal ini
dapat dilihat dalam instrument penilaian
anak yang menunjukkan bahwa nilai ratarata tingkat perkembangan kognitif anak
pada tahun pelajaran 2012/2013 adalah
52,6%. Sesuai dengan Penilaian Acuan
Patokan (PAP) maka perkembangan
kognitif anak berada pada kriteria sangat
rendah.
Salah
satu
ketrampilan
yang
diperlukan anak
dalam
memahami
bilangan adalah pengenalan angka yang
melibatkan pemikiran tentang “berapa
jumlahnya atau berapa banyak” termasuk
menghitung/membilang,
mencocokkan
dan memasangkan lambang bilangan
dengan benda–benda. Namun yang
terpenting
adalah
mengerti
dan
memahami
bilangan
itu
sendiri.
Pemahaman
bilangan
pada
anak
berkembang
seiring
waktu
dan
kesempatan untuk mengulang. Hal-hal
yang perlu diingat bahwa mendapat suatu
pemahaman adalah proses yang berjalan
perlahan-lahan.
Pemahaman konsep bilangan perlu
dikembangkan karena akan berdampak
pada proses menghitung dan berhitung
dikemudian hari. Oleh karena itu
diperlukannya penggunaan media yang
dapat menyalurkan pesan secara efektif,
efisien dan praktis sebagai cara agar anak
dapat memahami konsep bilangan sesuai
dengan
kemampuan
dan
tingkat
perkembangan anak usia dini. Untuk
membantu
kelancaran
memahami
bilangan sangat diperlukan penunjang
media. Salah satu media yang bisa
digunakan untuk mengenal bilangan
adalah
kartu
angka.
Dengan
menggunakan
media
kartu
angka
diharapkan mampu membantu anak untuk
mempermudah
memahami
bilangan.
Penerapan
media
kartu
angka
memerlukan suatu model yang tepat.
Model pembelajaran yang bisa digunakan
adalah model Make A Match.
Setelah dilakukan penelusuran lebih
jauh, maka diketahuilah bahwa ini guru
tidak memberikan pemahaman bilangan
dengan baik. Guru hanya memberikan
tugas kepada anak tanpa mengajarinya
menghitung jumlah kumpulan benda
dengan benar. Pemanfaatan media juga
sangatlah kurang karena guru hanya
menggunakan media buku majalah
saja.Media ini sangat monotun dan kurang
menarik sehingga anak cenderung cepat
bosan dan tidak mau peduli akibatnya
anak kurang memahami bilangan yang
selama ini diajarkan oleh guru.
Dari penjelasan di atas maka dapat
di identifikasi beberapa permasalahan
sebagai berikut : kemampuan mengenal
bilangan anak di kelompok B TK Buana
Sutha Nugraha Selemadeg tergolong
sangat rendah, guru masih menggunakan
metode yang sudah lama, kurangnya
penggunaan media yang membantu
pelajaran, guru hanya berpatokan dengan
majalah.
Berdasarkan
permasalahan
tersebut, maka perlu dilakukan suatu
tindakan agar pemahaman bilangan pada
anak kelompok B TK Buana Sutha
Nugraha Selemadeg dapat meningkat.
Guru diharapkan dapat menggunakan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
model yang lebih cocok dan inovatif dalam
usaha
meningkatkan
perkembangan
kognitif anak. Selain model penggunaan
media juga sangat diperlukan dalam
mengenalkan bilangan pada anak.
Sebagai akibat rendahnya pemahaman
bilangan pada anak kelompok B Tk Buana
Sutha Nugraha Selemadeg sehingga guru
mengalami
kesulitan
dalam
mengembangkan perkembangan kognitif
anak. Hal ini terbukti ketika anak diberi
tugas untuk menentukan berapa banyak
benda, menghitung benda yang ada,
memasangkan angka dengan jumlah
benda-benda,
anak
mengalami
kebingungan.
Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa perkembangan kognitif anak pada
TK. Buana Sutha Nugraha Selemadeg
Kecamatan Selemadeg perlu ditingkatkan
dengan model pembelajaran serta media
yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik anak.
Berdasarkan uraian tersebut maka
dilaksanakan penelitian tindakan kelas
melalui penerapan Model A Match
berbantuan Media Kartu Angka Untuk
Meningkatkan Perkembangan Kognitif
Pada Anak TK Kelompok B Semester II
Tahun Ajaran 2013/2014 di TK. Buana
Sutha Nugraha Selemadeg.
Model pembelajaran adalah suatu
deskripsi dari lingkungan belajar yang
menggambarkan perencanaan kurikulum,
kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran
dan pembelajaran, perlengkapan belajar,
buku-buku pelajaran, buku-buku kerja,
program
belajar
melalui
program
komputer”.Joyce and Weil (dalam Fuji
Mulia
tersedia
pada
www.trigonalworld.com).
Menurut Arends (dalam Suprijono,
2011 : 42) menyatakan bahwa model
pembelajaran mengacu pada pendekatan
yang digunakan, termasuk didalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar.
Model
pembelajaran
adalah
kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran untuk mencapai tujuan
tertentu yang mengacu pendekatan
pendekatan pembelajaran.Ada banyak
model-model pembelajaran yang bersifat
mengaktifkan peserta didik (inovatif) baik
secara fisik maupun psikis. Adapun Model
Pembelajaran yang diterapkan dalam
dunia pendidikan yaitu : CTL (Contextual
Teaching and Learning), CL (Cooperative
Learning), PBL (Problem Based Learning),
Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning),
RME (Realistic Mathematic Education),
OE (Open Ended).Dari beberapa model
pembelajaran tersebut, Model Make A
Match
merupakan
salah
satu
pengembangan model pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning).
Menurut Lorna Curran (dalam
Miftahul Huda, 2011) model Make A Match
adalah teknik mencari pasangan, siswa
digabung suruh mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan.
Teknik ini dapat digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
usia anak didik.
Pendapat lain tentang model make a
match merupakan bagian dari metode
structural
yang
menekankan
pada
struktur-struktur khusus yang dirancang
untuk mempengaruhi pola-pola interaksi
siswa. Struktur-struktur tersebut memiliki
tujuan
umum
diantaranya
untuk
meningkatkan penguasaan isi akademik
dan mengajarkan ketrampilan sosial
(Sugiyanto,2010).
Model pembelajaran make a match
adalah suatu model pembelajaran di mana
dalam proses pembelajarannya siswa
mencari pasangan dari kartu yang
dibagikan oleh guru diawal pembelajaran
selanjutnya peserta didik menggabungkan
pertanyaan dengan jawaban yang sesuai.
Secara garis besar Make A Match
adalah teknik belajar mencari pasangan,
siswa mencari pasangan sambil belajar.
Dengan teknik ini diharapakan guru dapat
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban paling tepat,
selain itu teknik yang terdapat didalamnya
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
juga mendorong siswa untuk semangat
kerjasama.
Ada tiga tujuan penerapan model
pembelajaran Make A Match yaitu,
pendalaman materi, menggali materi,
untuk selingan.Pengembangan model
pembelajaran make a match pada
mulanya merancang model ini untuk
pendalaman materi. Siswa melatih
penguasaan
materi
dengan
cara
memasangkan antara pertanyaan dan
jawaban. Jika tujuan ini yang akan pakai,
maka guru harus membekali dulu anak
dengan materi yang akan sampaikan guru
dapat menjelaskan materi terlebih dahulu,
sebelum anak menerapkan model ini.
Prinsipnya, anak anda harus mempunyai
pengetahuan tentang materi yang akan
terlebih dahulu sampaikan.
Adapun langkah-langkahpenerapan
model pembelajaran Make A Matchantara
lain: guru menyiapkan beberapa kartu
yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk review, siswa dibagi
menjadi 3 kelompok, kelompok 1
mendapat kartu soal dan kelompok 2
mendapat kartu jawaban sedangkan
kelompok 3 berfungsi sebagai penilai, tiap
peserta didik mendapatkan satu kartu
yang berisi pertanyaan atau jawaban,
setiap peserta didik mencari pasangan
yang cocok dengan kartunya (pasangan
pertanyaan-jawaban), setiap peserta didik
yang dapat mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu diberi poin oleh
penilai, setelah satu babak kartu dikocok
lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, setelah semua
siswa
mendapatkan
pasangannya
kemudian siswa yang berperan sebagai
penilai berganti peran menjadi pemegang
kartu
pertanyaan
dan
sebagian
memegang kartu jawaban. Sedangkan
siswa pada kelompok 1 dan 2 sebelumnya
berganti peran sebagai penilai, kemudian
lakukan kegiatan seperti langkah pada
nomor 4 dan 5, kesimpulan dan penutup.
(tersedia pada http://Sumber-informasikita-blogspot.com
(2012/10
ModelPembelajaran-Make-Match-Mencari.html)
Kelebihan
model
pembelajaran
Make A Match yaitu: siswa terlibat
langsung dalam menjawab soal yang
disampaikan kepadanya melalui kartu
angka, meningkatkan kreativitas belajar
siswa, menghindari kejenuhan siswa
dalam
mengikuti
kegiatan
belajar
mengajar,
pembelajaran
lebih
menyenangkan karena melibatkan media
pembelajaran yang dibuat oleh guru.
Sedangkan
kekurangan
model
pembelajaran Make A Match antara lain:
sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu
yang baik dan bagus sesuai dengan
materi yang disampaikan, siswa kurang
menyerap makna pembelajaran yang ingin
disampaikan karena siswa hanya merasa
sekedar bermain saja. (tersedia pada
http://Sumber-informasi-kita-blogspot.com
(2012/10
Model-Pembelajaran-MakeMatch-Mencari.html).
Dalam dunia pendidikan, sering kali
istilah alat bantu atau media komunikasi
digunakan secara bergantian atau sebagai
pengganti istilah media pendidikan
(pembelajaran).
Seperti
yang
dikemukakan oleh Hamalik (dalam Ika
rahayu,2010) bahwa dengan penggunaan
alat bantu berupa media komunikasi,
hubungan komunikasi akan dapat berjalan
dengan lancar dan dengan hasil yang
maksimal.
Menurut
National
Education
Association -NEA (dalam Ika Rahayu,
2010), media adalah bentuk-bentuk
komunikasi baik yang tercetak maupun
audio visual beserta peralatannya.Menurut
Anderson (1983), media terdiri atas
bermacam-macam jenis, antara lain audio,
cetak, audio cetak, proyeksi visual diam,
proyeksi audio visual diam, visual gerak,
audi visual gerak, objek fisik, komputer,
serta manusia dan lingkungan.
Fungsi media pembelajaran sebagai
sumber belajar, (Nana Sudjana, 1997),
merumuskan fungsi media sebagai berikut
: penggunaan media dalam proses belajar
mengajar bukan merupakan fungsi
tambahan, tetapi mempunyai fungsi
sendiri sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang
efektif,penggunaan media pengajaran
merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar, media
pengajaran,
penggunaannya
dengan
tujuan dari sisi pelajaran, penggunaan
media bukan semata–mata alat hiburan,
bukan sekedar melengkapi proses belajar
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
supaya lebih menarik perhatian siswa,
penggunaan media dalam pengajaran
lebih dituangkan untuk mempercepat
proses belajar mengajar dan membantu
siswa dalam menangkap perhatian yang
diberikan guru, pengunaan media dalam
pengajaran
diutamakan
untuk
mempertinggi mutu belajar mengajar.
Ketika
fungsi–fungsi
media
pengajaran itu diaplikasikan kedalam
proses belajar mengajar , maka terlihatlah
perannya sebagai berikut : media yang
digunakan guru sebagai penjelas dari
keterangan terhadap suatu bahan yang
guru
sampaikan,
media
dapat
memunculkan permasalahan untuk dikaji
lebih lanjut dan dipecahkan oleh para
siswa dalam proses belajarnya.
Secara umum menurut Sadiman
kartu (card) adalah kertas tebal yang tidak
seberapa besar, berbentuk persegi
panjang atau persegi sedangkan arti
angka lebih mendekati “digit” dalam
bahasa Inggris.Menurut Azhar arsyad
(dalam Nanik Primaningsih, Purwati,
Halida), flash card adalah kartu kecil yang
berisi gambar, teks, angka atau tanda
symbol
yang
mengingatkan
atau
menuntun anak kepada sesuatu yang
berhubungan dengan gambar itu.
Dapat disimpulkan media kartu
angka merupakan media yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar
yang dapat meningkatkan perkembangan
kognitif anak usia dini dengan melakukan
beberapa
langkah
dalam
proses
pembelajarannya.
Keuntungan dari penggunaan kartu
angka adalah : dapat merangsang anak
lebih cepat mengenal angka, membuat
minat anak menguat dalam menguasai
suatu konsep bilangan, merangsang
kecerdasan dan ingatan anak, mampu
mengembangkan kemampuan kognitif,
memiliki konsep berhitung dengan baik,
anak akan mengembangkan segenap
potensinya yang ada pada dirinya, anak
akan belajar mengenal urutan biangan
dan pemahaman angka dengan baik, anak
akan
lebih
mudah
memahami
penjumlahan dan pengurangan dengan
baik dengan menggunakan gambar dan
benda.
Kekurangan dari penggunaan kartu
angka adalah : memerlukan kreativitas
dari guru yang tinggi untuk memberikan
inovasi dari media kartu sehingga tidak
membosankan
anak,biaya
yang
dikeluarkan banyak apabila ingin membuat
kartu yang lebih bagus dan bervariasi, jika
tidak dirawat dengan baik media kartu
akan mudah rusak dan hilang.(tersedia
dalam http : //paudanakbermainbelajar.
blogsport.com/2013/11/ (membuat-kartuangka-sederhana-html)
Kognitif adalah pengertian yang luas
mengeni berpikir dan mengamati, jadi
merupakan tingkah laku-tingkah laku yang
mengakibatkan
orang
memperoleh
pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk
menggunakan
pengetahuan.Menurut
Chaplinkognisi adalah konsep umum yang
menyangkut semua bentuk pengenal,
termasuk didalamnya mengamati, melihat,
memperhatikan, member, menyangka,
membayangkan,
memperkirakan,
menduga
dan
menilai.
(dalam
http//tarmanrevolusimahasiswa.blogspot.com,2013)
Menurut
Piaget
dalam
perkembangan kognitif adalah satu teori
yang menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dan menginterprestasikan
objek dan benda-benda disekitarnya.
Dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kognitif adalah salah satu teori yang
mencangkup
model
pemahaman,
mengamati,
melihat
serta
mampu
beradaptasi dengan objek atau benda
disekitarnya.
Menurut Piaget (tersedia pada
http://tarman-revolusi
mahasiswa.
blogspot.com/2013/02/karakteristikperkembangan-kognitif.html), tahapan dari
perkembangan kognitif manusia ada 4
tahap, yaitu : tahap sensori motorik (sejak
lahir sampai usia dua tahun), tahap praoperasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap
konkret operasional (usia 7 sampai 11
tahun), tahap operasional formal (usia 11
tahun ke atas).
Faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan kognitif anak antara lain:
faktor
hereditas/keturunan,
faktor
lingkungan, faktor kematangan, faktor
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
pembentukan, faktor minat dan bakat,
faktor kebebasan
Adapun implikasi perkembangan
kognitif dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut: aktivitas didalam
proses belajar mengajar hendaknya
ditekankan pada pengembangan struktur
kognitif, melalui pemberian kesempatan
kepada
anak
untuk
memperoleh
pengalaman langsung dalam berbagai
aktivitas pembelajaran yang sesuai
dengan pembelajaran terpadu dan
mengandung makna, memulai kegiatan
dengan membuat konflik dalam pikiran
anak, memberi kesempatan kepada anak
untuk melakukan berbagai kegiatan yang
dapat
mengembangkan
kemampuan
kognitif, melakukan kegiatan tanya jawab
yang dapat mendorong anak untuk berfikir
dan mengemukakan pikirannya.(Tersedia
padahttp://dianasary92.blogspot.com/2012
/12/
perkembangan-kognitif-anak-usiadini.html)
METODE
Penelitian
dilaksanakan
pada
semester II tahun pelajaran 2013/2014
pada bulan Maret dan April
tahun
2014.Penelitian
tindakan
kelas
ini
dilaksanakan pada kelompok B di TK
Buana Sutha Nugraha, Kecamatan
Selemadeg.Subjek penelitian ini adalah
anak TK Kelompok B semester II di TK.
Buana Sutha Nugraha, Kecamatan
Selemadeg, Kabupaten Tabanan Tahun
Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 22
orang dengan 9 anak perempuan dan 13
anak laki-laki. Obyek yang ditangani
dalam penelitian ini adalah perkembangan
kognitif anak TK Buana Sutha Nugraha
Selemadeg pada semester II dalam
kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini tergolong dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Agung (2010:2) menyatakan “PTK sebagai
bentuk suatu penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki
dan atau meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran di kelas secara lebih
professional”.
PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif yang dilakukan oleh guru
dalam mengajar dan ditujukan untuk
mengembangkan kwalitas pembelajaran
untuk menciptakan proses pembelajaran
di
kelas
secara
lebih
professional.Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan
dalam
beberapa
siklus.Setiap siklus terdiri dari empat
tahapan yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi atau
evaluasi dan refleksi.
Penelitian ini memiliki dua variabel
penelitian meliputi variabel bebas yaitu
model pembelajaran Make A Match dan
media kartu angka dan variabel terikat
yaitu perkembangan kognitif. Definisi dari
masing-masing variabel tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Model pembelajaran Make A Match
adalah cara yang digunakan guru dalam
menyampaikan
materi
pembelajaran
melalui kegiatan mencari pasangan pada
saat
berlangsungnya
kegiatan
pembelajaran. Model pembelajaran Make
A Match dapat menghasilkan pemahaman
yang maksimal sehingga tercapainya
kompetisi
yang
diharapkan.Model
pembelajaran Make A Match dapat
digunakan dengan menggunakan media
kartu angka dalam membantu anak-anak
untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya, sehingga anak memiliki
kemampuan untuk memahami bilangan.
Model pembelajaran Make A Match
dengan media kartu bilangan secara
nyata. Salah satu pemahaman yang dapat
ditanamkan melalui model pembelajaran
Make A Match adalah kemampuan
memahami bilangan. Model pembelajaran
Make A Matchdengan media kartu angka
dapat
menciptakan
suasana
yang
menyenangan dan sangatlah menarik
yang dipadukan dengan kegiatan bermain.
Dalam penelitian ini ada lima
perkembangan yang diteliti, kelima
memasangkan perkembangan tersebut
adalah membilang (mengenai konsep
bilangan dengan benda-benda) 1 sampai
10, menunjuk urutan bilangan untuk
bilangan 1 sampai 10 dengan bendabenda, membuat urutan bilangan 1
sampai 10 dengan benda-benda, Untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini
hanya menggunakan satu metode yaitu
menggunakan metode observasi.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Menurut
Agung
(2011:61)
menyatakan bahwa metode observasi
adalah suatu cara memperoleh atau
mengumpulkan data yang dilakukan
dengan jalan mengadakan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis tentang
suatu obyek tertentu.Observasi dilakukan
terhadap kegiatan anak dalam proses
pembelajaran. Dalam penelitian ini,
observasi
dilakukan
pada
saat
pelaksanaan tindakan pada masingmasing siklus dengan menggunakan
instrumen penelitian berupa lembar
observasi.
Setiap
kegiatan
yang
diobservasi dikategorikan ke dalam
kualitas
yang
berpedoman
pada
Permendiknas No. 58 Tahun 2009.
Tabel 1. Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang
perkembangan Kognitif
Persentase
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54
Kriteria Kemampuan Kognitif
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Sumber : Agung (2010 : 12)
Untuk mendapatkan data yang diinginkan
maka disusunlah kisi-kisi instrumen
penelitian untuk memudahkan dalam
proses
penelitian.
Berikut
kisi-kisi
instrumen penelitian penerapan model
pembelajaran Make A Matchdengan
media kartu angka untuk meningkatkan
perkembangan
kognitif
anak.Setelah
semua data dalam penelitian ini terkumpul
maka selanjutnya dilakukan analisis
data.Dalam
menganalisis
data
ini
digunakan metode analisis statistik
deskriptif dan metode analisis deskriptif
kuantitatif.
Agung menyatakan bahwa ada dua
jenis metode analisis statistik yaitu metode
analisis statistik deskriptif dan metode
analisis statistik inferensial.Dalam buku
penghantar
metodelogi
penelitian
dinyatakan bahwa
metode analisis
deskriptif kuantitatif adalah suatu cara
pengolahan data yang dilakukan dengan
jalan menyusun secara sistematis dalam
bentuk angka-angka dan atau persentase
mengenai suatu objek yang diteliti
sehingga diperoleh kesimpulan umum.
(Agung, 2011:67).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis
Penelitian dilaksanakan di kelompok
B Tk Buana Sutha Nugraha Selemadeg
dengan jumlah siswa 22 orang. Penelitian
ini dilaksanakan dalam beberapa siklus
dimana siklus I terdiri dari lima kali
pertemuan, yaitu lima kali pertemuan
untuk pembelajaran dan untuk evaluasi
penilaian dilakukan setelah melakukan
pembelajaran. Sedangkan siklus II terdiri
dari lima kali pertemuan, yaitu lima kali
pertemuan untuk pembelajaran dan
diadakan evaluasi penilaian setelah
melakukan
pembelajaran.Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan selama dua
bulan yaitu pada bulan Maret dan April
2014.Data perkembangan anak pada
perkembangann kognitif disajikan dalam
bentuk
tabel
distribusi
frekuensi,
menghitung mean (M), median (Me),
modus
(Mo), grafik
polygon dan
membandingkan rata-rata atau mean
dengan model PAP skala lima. Dari hasil
observasi yang dilaksanakan pada saat
penerapan model Make A Match dengan
media kartu angka dengan menggunakan
lima indikator (lampiran), dan masing-
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
masing indikator yang muncul dalam
pembelajaran akan diberi skor (lampiran).
Pada siklus I diperoleh ratarata(mean) sebesar 12,32, nilai tengah
(median) sebesar 13,00, dan nilai yang
paling banyak muncul (modus) sebesar
15,00. Jika, nilai mean, median, dan
modus tersebut digambarkan kedalam
kurve poligon, maka akan membentuk
kurva
juling
negatif
Mo
>Me>M
(14,00/15,00 >13,00>12,14), yang berarti
skor perkembangan kognitif cenderung
tinggi.
Adapun solusi yang bisa dilakukan
untuk mengatasi kendala-kendala diatas
adalah : membuat media kartu angka
yang lebih menarik bagi anak dengan
ukuran yang lebih besar dari
sebelumnya dan dikombinasi dengan
warna, mengajak anak lebih sering
melakukan kegiatan pembelajaran
dengan bermain sambil belajar agar
semua aspek perkembangan baik
aspek kognitif, bahasa, fisik, maupun
sosial emosional
anak dapat
berkembang optimal.
Pada siklus II diperoleh rata-rata
(mean) sebesar 16,59, nilai tengah
(median) sebesar 17,00, dan nilai yang
paling banyak muncul (modus) sebesar
19,00. Jika, nilai mean, median, dan
modus tersebut digambarkan ke dalam
kurve poligon, maka akan membentuk
kurve
poligon
juling
negatif
(M>Md>Mo)(19,00>17,00>16,59).Untuk
menentukan tingkat belajar siswa, maka
rata-rata dibandingkan dengan kriterian
PenilaianAcuan Patokan.
Gambar 1. Kurve Poligon Siklus I
Perbandingan rata-rata presentase
yang diperoleh yaitu 61,6%berada pada
kategori 55-64% yang berarti bahwa hasil
perkembangan kognitif pada siklus I
berada pada kriteria rendah.
Dari hasil pengamatan dan temuan
selama pelaksanaan tindakan pada siklus
I tingkat perkembangan kognitif masih
berada pada kriteria rendah, maka masih
perlu dilanjutkan pada siklus II.
Adapun
kendala-kendala
yang
dihadapi saat penerapan siklus I antara
lain : anak tidak menyukai alat peraga
Gambar 2. Kurve Poligon Siklus II
Perbandingan rata-rata presentase
yang diperoleh yaitu 82,95%berada pada
tingkat penguasaan 80-89% yang berarti
bahwa hasil perkembangan kognitif pada
siklus II berada pada kriteria tinggi.
kartu angka buatan sendiri dari bahan
bekas, karena tidak menarik baginya
dan ukurannya kecil serta tidak
berwarna, anak masih terlihat bingung
ketika
diajak
bermain
mencari
pasangan saat proses kegiatan
pembelajaran berlangsung, karena
proses pembelajaran yang biasanya
didapat saat kegiatan berpusat pada
guru dan anak duduk yang manis
dalam mengerjakan tugasnya.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis statistik
deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif
memberikan gambaran bahwa dengan
penerapan Model Make A Match
berbantuan Media Kartu Angka untuk
meningkatkan perkembangan kognitif
pada Siklus I sebesar 61,6% dan rata-rata
perkembangan kognitif pada Siklus II
sebesar 82,95%. Ini menunjukkan adanya
peningkatan
rata-rata
persentase
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
perkembangan kognitif anak dari Siklus I
ke Siklus II sebesar 21,35%.
Model make a match merupakan
salah satu model untuk memberikan
pengalaman
belajar
yang
dapat
meningkatkan cara belajar yang lebih baik
dan kemampuan menguasai bilangan
dengan tehnik mencari pasangan. Dengan
metode ini akan memberikan kesempatan
kepada anak untuk bisa bereksplorasi
dengan benda-benda dan media kartu
angka serta mengajarkan keterampilan
sosial. Melalui model make a match anak
akan dapat memahami bilangan dengan
suasana yang menyenangkan. Suasana
yang menyenangkan ini akan memberikan
sesuatu pengalaman yang nyata dan
menarik bagi anak sehingga anak mudah
memahami
bilangan
dan
dapat
mengingatnya dengan baik.
Keberhasilan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan Model
Pembelajaran Make A Match berbantuan
Media Kartu Angka untuk meningkatkan
perkembangan kognitif ternyata sangat
efektif. Oleh karenanya para guru sangat
perlu menerapkan Model Pembelajaran
Make A Match berbantuan media kartu
angka
untuk
meningkatkan
perkembangan kognitif secara intensif dan
berkelanjutan guna meningkatkan dan
memaksimalkan perkembangan peserta
didik.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data
sebagaimana yang disajikan dalam BAB
IV di depan, maka dapat ditarik
kesimpulan
sebagai
berikut.Terdapat
peningkatan
perkembangan kognitif
setelah diterapkan model make a match
berbantuan media kartu angka pada anak
kelompok B Semester II TK Buana Sutha
Nugraha Selemadeg Kabupaten Tabanan
sebesar 21,4% yang berada pada kategori
sangat rendah. Ini terlihat dari peningkatan
rata-rata persentase perkembangan anak
pada Siklus I sebesar 61,6% yang berada
pada kategori rendah menjadi sebesar
82,95% pada Siklus II yang ada pada
kategori tinggi.
Berdasarkan simpulan di atas, dapat
diajukan saran-saran sebagai berikut :
kepada
guru,
disarankan
untuk
meningkatkan kreativitas dan kemampuan
dalam membuat gambar yang lebih
inovatif dan menarik sesuai dengan
kebutuhan perkembangan anak. Kepada
kepala sekolah, disarankan mampu
memberikan suatu informasi mengenai
media
pembelajaran
yang
dapat
digunakan dalam proses pembelajaran,
sehingga
pembelajaran
berlangsung
secara efektif, efisien, dan inovatif.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi
Pendidikan, Suatu Pengantar.
Singaraja: FIP Undiksa.
-------,
2010.Statistik,
Bahan
Singaraja: FIP Undiksa.
Ajar.
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model Media
dan
Strategi
Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif). Bandung :
Yrama Widya.
Anonim,
2010.tersedia
pada
http://eprints.uny.ac.id/7778/3/bab
%202%-%20091111247009.pdf
(diakses tanggal 2 Oktober 2013).
-------, 2012.Definisi Model Pemberlajaran
Menurut Para Ahli.tersedia pada
http://mtk2012unindrablogspot.co
m. (diakses tanggal 2 Oktober
2012).
-------, 2012.Model Pembelajaran Make a
Match. tersedia pada http:
//sumber.informasi.kita.blogspot.c
om. (diakses tanggal 2 Oktober
2013).
-------, 2012.Pengertian, Tujuan, Manfaat,
dan Fungsi Media Pemberlajaran.
tersedia
pada
http://dertraumer.blogspot.com. (diakses
tanggal 2 Oktober 2013).
-------, 2012. Perkembangan Kognitif Anak
Usia
Dini.
Tersedia
pada
http//dianasary92.blogspot.com/2
012/12/perkembangan-kognitifanak-usia-dini.html(diakses
tanggal 29 September 2013)
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
-------, 2012.Model Pembelajaran Make a
Match
(Mencari
Pasangan).
Tersedia
pada
http:
//sumber.informasi.kita.blogspot.c
om/2012/10 Model PembelajaranMake–Matcl-Mencari.
html.
(diakses tanggal 2 Oktober 2013).
-------, 2013. Perkembangan Kognitif Anak
Usia
Dini.
Tersedia
pada
http//primazip.wordpress.com/201
3/06/08 perkembangan-kognitifanak-usia-dini (diakses tanggal 2
Oktober 2013)
-------, 2013.Karakteristik Perkembangan
Kognitif. Tersedia pada http:
//sumber.informasi.kita.blogspot.c
om/2012/10 Model PembelajaranMake–Matcl-Mencari.
html.
(diakses tanggal 2 Oktober 2013).
-------, 2013.Model Pemberlajaran Make a
Match. tersedia pada http:
//coretanpenacianda.wordpress.c
om. (diakses tanggal 2 Oktober
2013).
Apriliani, Ni Wayan. 2013. Penerapan
Model Number Head Together
Dengan Media Dadu Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Mengenal Konsep Bilangan Pada
Anak Kelompok A Semester II
Tahun Pelajaran 2012/2013 Di
TK. Saraswati I Denpasar. Tugas
Akhir (Tidak Diterbitkan). Jurusan
Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini. FIP Undiksa
Singaraja.
Fadillah, Muhammad dan Lilif Mualifathu
Khorida,
2013.Pendidikan
Karakter
Anak
Usia
Dini.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulia,
Fuji. 2013. Pengertian Model
Pembelajaran Menurut Para Ahli.
Tersedia
pada
http://ww.trigonalword.com/2013/
04/pengertian-pembelajaranmenurut.html (diakses tanggal 30
September 2013)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 58 Th.
2009,
tentang
Standar
Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Jendral Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembina TK dan SD.
PG
PAUD FKIPUR. 2012. Model
Pembelajaran pada Pendidikan
Anak Usia Dini. Tersedia pada
http:/pgpaudfkipur.blogspot.com/2
012/12/model-pembelajaranpada-pendidikan-anak.htm
(diakses tanggal 25 September
2013)
Primaningsih, Nunik dkk.Penggunaan
Media Kartu Angka Bergambar
Dalam
Mengenal
Konsep
Bilangan Usia 5 – 6 Tahun.
tersedia
pada
Email:nick/[email protected].
(diakses
tanggal 2 Oktober 2013).
Rita Kurnia, 2010. Program Pembelajaran
Pendidikan AUD. Pekanbaru :
Cendekia Insani.
Santoso, Iman. 2013. Macam-Macam
Media Pemberlajaran. tersedia
pada
http://imansantosa73.wordpress.c
om. (diakses tanggal 2 Oktober
2013).
Semiawan, Conny. R. (eds). 2009.
Penerapan Pembelajaran pada
Anak.Jakarta : PT. Indeks.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). tersedia
pada
http://akhmadsudrajat.wordpress.
com. (diakses tanggal 2 Oktober
2013).
Sujiono, Yuliani Nurani. 2012. Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Indeks.
Download