peraturan daerah kabupaten daerah tingkat ii badung nomor 6

advertisement
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG
NOMOR 6 TAHUN 1988
TENTANG
PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH
TINGKAT II BADUNG NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG PEMBAGIAN
WILAYAH PERUNTUKAN BUKIT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG,
Menimbang
:
a. bahwa pembangunan Industri Pariwisata merupakan bagian dari
pada rencana Pembangunan Nasional secara Keseluruhan. Karena
perkembangan pembangunan Industri Pariwisata di Daerah Tingkat
I Bali umumnya di Daerah Tingkat II Badung khususnya, maka
dipandang perlu meninjau kembali Peraturan Daerah Kabupaten
Daerah Tingkat II Badung Nomor 1 Tahun 1979 tentang
Pembangian Wilayah Peruntukan Bukit;
b. bahwa berkenaan dengan hal tersebut diatas dipandang perlu
melaksanakan perubahan Peraturan Daerah dimaksud huruf a,
dengan menetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Badung;
Mengingat
:
1. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok – Pokok
Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1974 Nomor 38; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 3037);
2. Undang – Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah - Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - Daerah Tingkat
I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958, Nomor 122; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
3. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang – Undang
Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960
Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043);
2
4. Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan –
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 12; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3215);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1986
tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 42; Tambahan Lembaran
Negara Republik Inonesia Nomor 3338);
6. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 tentang Kebijaksanaan
Pemerintah Dalam Pembangunan Kepariwisataan di Indonesia;
7. Peraturan Daerah Propinsi Dearah Tingkat I Bali Nomor
2/PD/DPRD/1974 tentang Tata Ruang untuk Pembangunan;
8. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor
3/PD/DPRD/1974 tentang Lingkungan Khusus;
9. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor
4/PD/DPRD/1974 tentang Bangun – Bangunan;
10. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 15
Tahun 1988 tanggal 13 Januari 1988 tentang Kawasan Pariwisata;
11. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 306
Tahun 1988 tanggal 19 Agustus 1988 tentang Pembagian Wilayah
Peruntukan Kawasan Pariwisata Jimbaran dan Kedonganan;
12. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 307
Tahun 1988 tanggal 19 Agustus 1988 tentang Pembagian Wilayah
Peruntukan Kawasan Pariwisata Tanjung Benoa;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 4
Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan
Pemerintah Daerah Tingkat II Badung.
Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Badung.
3
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II
BADUNG TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN
DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG
NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG PEMBAGIAN WILAYAH
PERUNTUKAN BUKIT.
Pasal 1
Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 1 Tahun 1979 tentang
Pembagian Wilayah Peruntukan Bukit yang disahkan dengan Keputusan Gubernur Kepala
Tingkat I Bali tanggal 22 Juli 1980 Nomor 25/HOT/I.C/1980 dan di Undangkan dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 15 Tahun 1981 Seri D
Nomor 15 dirubah lagi sebagai berikut :
A. Pasal I dirubah dan harus dibaca :
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.
b. Bupati Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung.
c. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.
d. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.
e. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali.
f. Penggunaan pelengkap adalah
Suatu penggunaan atau bangunan dalam pekarangan yang sama dengan
penggunaan atau bangunan utama yang berhubungan dengan dan merupakan
pelengkap terhadap penggunaan atau pelengkap dari bangunan utama.
g. Kawasan Semenanjung Bukit adalah
Kawasan yang meliputi 5 wilayah Administratif Pemerintah yaitu
1. Sebagian Kelurahan Tuban (meliputi 8 Banjar Adat).
a. Pengenderan
b. Pasek
c. Kerta Yasa
d. Anyar Gede
e. Ketapang
4
f. Kubu Alit
g. Kelan Abian
h. Kelan Desa
2. Kelurahan Jimbaran
3. Desa Pecatu
4. Desa Ungasan
5. Kelurahan Benoa.
Batas – batas kawasan semenanjung Bukit yang dimaksud tertera di dalam Peta
Pembagian Peruntukan Kawasan Semenanjung Bukit.
h. Wilayah Nusa Dua adalah
Daerah meliputi luas kira – kira 450 (Empat ratus lima puluh) hektar yang terletak
dibagian Timur daripada Daerah Semenanjung Bukit yang membentang dari batas
pantai menuju ke Kelurahan Benoa, dengan batas utara Pura Kuwuk, batas selatan
Pura Geger dan selanjutnya meluas ke Barat Daya dari pada Kelurahan Benoa
dengan batas utama mengikuti jalan yang ada sekarang menuju kearah Barat Daya
dari pada Kelurahan Benoa dan batas selanjutnya mengikuti jalan yang ada
sekarang menuju kearah barat dari Pura Geger sampai pada batas Barat dari pada
Wilayah yang terletak kira – kira 2000 meter di Barat Daya dari pada Pusat
Kelurahan Benoa dan Pembagian Wilayah Peruntukan tersebut tidak meliputi
seluruh areal Kelurahan Benoa.
Batas – batas yang tepat dari pada daerah tersebut dapat dilihat pada Peta Wilayah
Peruntukan yang resmi.
i. Unit Tempat Tinggal adalah
Satu kamar atau lebih yang digunakan oleh seorang atau lebih yang hidup bersama
– sama sebagai satu kesatuan rumah tangga yang mempunyai fasilitas – fasilitas
untuk masak, ruang tamu, kamar mandi dan WC dan fasilitas – fasilitas tempat
tidur yang tergabung dengan bangunan itu.
1. Unit tempat tinggal keluarga tunggal adalah
Suatu bangunan yang mempunyai satu unit tempat tinggal.
2. Unit tempat tinggal keluarga jamak flat, atau rumah kopel adalah
Suatu bangunan yang mempunyai lebih dari satu unit tempat tinggal.
3. Asrama adalah
Suatu bangunan atau kumpulan bangunan – bangunan yang biasanya dipakai
untuk tempat tinggal orang – orang yang tidak mempunyai hubungan keluarga
dan dikembangkan kedalam suatu bentuk lembaga misalnya sekolah,
5
j. Perbandingan luas lantai adalah
Perbandingan antar luas pekarangan seluruhnya dengan luas lantai bangunan
seluruhnya dengan cara membagi luas lantai seluruhnya dengan luas pekarangan
seluruhnya.
Luas lantai bangunan adalah
Jumlah luas datar semua tingkat suatu bangunan yang diukur dari permukaan luar
tembok luar, atau diukur dari garis tengah tembok-tembok yang memisahkan dua
bangunan atau pinggir iantai yang paling luar termasuk balkon, jalan kaki yang
beratap dan tangga lebih dari 5 (lima ) m2 dan bangun-bangunan yang serupa, tapi
tak termasuk loteng dan ruang dibawah tanah dengan tinggi ruang kurang dari 2
(dua) meter tangga-tangga penyelamat banyak kebakaran bangunan lift diatas atap,
menara pendingin yang luas areal yang diperuntukan AC, Ventilasi dan alat-alat
mesin lainnya dari bangunan itu.
k. Bangunan – bangunan tempat makan adalah
Restaurant Cafetaria, tempat-tempat minum dan tempat-tempat lainnya termasuk
warung-warung Bali yang tradisional, dimana makan disediakan akan dijual di
tempat itu. Rombong-rombong dan kios-kios mekanik tidak dianggap sebagai
tempat makan.
l. Tinggi bangunan adalah
Jarak tegak diukur dari permukaan tanah setelah bangun-bangunan selesai sampai
kepuncak atap yang tertinggi kecuali bagunan dengan empat tingkat yang harus
diukur sampai titik tengah jarak antara langit-langit tingkat paling atas dan titik atap
yang tertinggi, tidak termasuk penangkal petir antena, tiang-tiang bendera, ruangan
yang berisi perlengkapan-perlengkapan lift dan bangunan-bangunan serupa itu yang
ada pada permukaan tegak lurus dengan jumlah tingginya hanya tingkat-tingkat
yang ada diatas permukaan tanah yang dihitung, tingkat dibawah permukaan tanah
tidak termasuk.
m. Luas tanah tertutup bangunan adalah
Luas tanah tertutp bangunan adalah luas tanah keseluruhan yang ditutup oleh
bangunan dan bangunan-bangunan lainnya termasuk jalan kaki beratap, tempattempat berteduh tidak berdinding yang luasnya tidak lebih 5 meter persegi
bangunan tradisional Bali seperti bangunan untuk kulkul dan dan yang serupa.
n. Fasilitas Umum adalah
Penggunaan – penggunaan yang melayani kebutuhan umum yang tidak bersifat
komersil baik yang diusahakan oleh pemerintah, atau oleh badan swasta, maupun
oleh perkumpulan swasta pengertian dasar ini hanya terbatas pada penggunaanpenggunaan yang diijinkan dalam pembagian wilayah peruntukan dari peraturan
Daerah ini.
6
o. Fasilitas Lingkungan adalah
Dimaksudkan untuk memberikan pelayanan dan peningkatan mutu kehidupan dan
penghidupan dari masyarakat terdiri dari bangunan-bangunan dan atau lapangan
terbuka yang dibutuhkan masyarakat.
Untuk menentukan jenis, macam dan besarnya digunakan sebagian pegangan angka
rata-rata yang bersifat Nasional, yang dalam penggunaannya harus didasarkan datadata nyata penduduk yang bersifat lokal.
Fasilitas Lingkungan ini dapat digunakan oleh satu lingkungan saja atau dapat juga
digunakan secara campuran oleh beberapa lingkungan perumahan.
p. Badan Jalan adalah
Badab jalan adalah lebar jalan yang diukur dari kiri kanan batas luar seluruh
pembuangan sepanjang jalan tersebut.
q. Garis Pantai adalah
Garis pantai adalah garis yang dibentuk oleh air laut di daratan pada waktu pasang
tertinggi.
r. Tanda – Tanda adalah
Tanda-tanda adalah setiap alat yang dibuat untuk menarik perhatian orang-orang
yang tidak berada dalam pekarangan dimana tanda itu dipasang,. Tanda-tanda
tersebut termasuk reklama-rekalame yang bersifat komersil atau pengumuman pengumuman untuk umum, tetapi tidak termasuk alat-alat yang dipakai oleh
masyarakat Bali di dalam upacara-upacara Adat dan Keagamaan, misalnya Umbulumbul dan sejenisnya.
s. Tingkat adalah
Ruang dalam sebuah bangunan antara suatu lantai dan lantai diatasnya meliputi
luas lantai bangunan sebagai yang telah dinyatakan dalam Peraturan Daerah ini.
Tingkat bangunan mencangkup lantai pertama dan lantai di bawah tanah.
t. Koefisien Dasar Bangunan adalah
Koefisien luas lantai dasar bangunan yang selanjutnya disingkat KBD.
u. Koefisien Lantai Bangunan adalah
Adalah jumlah luas lantai bangunan/luas lantai bangunan yang dinyatakan dengan
kalipatan KDB yang selanjutnya disingkat KDB.
v. Sempadan Pantai adalah
adalah garis tegak lurus dari garis pantai ketembok bangunan yang berhadapan
dengan pantai.
w. Sempadan Jalan adalah
Adalah garis tegak lurus dari dari garis tengah (as) jalan ketembok bangunan yang
berhadapan dengan jalan yang bersangkutan.
7
x. Jarak Bangunan adalah
Adalah garis tegak lurus yang dihitung dari sisi luar tembok bangunan kesisi luar
tembok bangunan lainnya yang berhadapan.
y. Kawasan Benoa adalah
Kawasan yang berada didalam wilayah Area Priority Of Tourist Interest di luar
kawasan Nusa Dua. Kawasan ini dikembangkan untuk kawasan wisata ( Hotel, bar,
restaurant, Rekreasi Pantai ) dan Pemukiman. Peruntukannya lebih lanjut diatur
dalam rencana Detail Tata Ruang tersendiri.
z. Kawasan Jimbaran dan kedonganan adalah
Kawasan wang meliputi sebelah selatan Air Port Ngurah Rai sampai Pura Tegeh
Sari. Kawasan ini dikembangkan untuk Kawasa Wisata ( Hotel, Bar, Restaurant,
Rekreasi Pantai ) dan Pemukiman. Peruntukannya lebih lanjut diatur dalam rencana
Detail Tata Ruang tersendiri.
(2) Pengertian-pengertian Dasar yang sudah ada dalam Peraturan Daerah Propinsi
Bali
Nomor 2/PD/DPRD/1974 akan dipakai dalam peraturan Pembagian Wilayah
Peruntukan Bukit.
B. Pasal 2 dirubah dan harus dibaca :
(1) Kawasan peruntukan yang terdapat pada kawasan semenanjung adalah :
a. Rumah Besar ( T-1 )
b. Rumah Sedang ( T-2 )
c. Rumah Kecil ( T-3 )
d. Rumah Rakyat( T-4 )
e. Tempat tinggal untuk umum ( T-5 )
f. Tempat tinggal Pedesaan ( T-6 )
g. Pendidikan Pra Universitas ( L-1 )
h. Pendidikan Tinggi ( L-2 )
i. Tempat Pribadatan ( L-3 )
j. Pemerintahan ( PM )
k. Pertokoan Lingkungan ( P-1)
l. Pusat Perdagangan ( P-2 )
m. Pasar ( P-3)
n. Industri ( I )
o. Perhotelan dan fasilitas penunjang Pariwisata ( HT )
p. Obyek Wisata
q. Taman lapangan olah raga, TK dan sebagainya ( H-1 )
r. Daerah Hijau ( H-2 )
s. Jalan Daratan ( M-1)
8
C. BAB IV Pasal 5 dirubah dan harus dibaca :
BAB IV
PENGGUNAAN DAN PERSYARATAN PERUNTUKAN
Pasal 5
Peruntukan dengan persyaratan-persyaratan dalam kawasan semenanjung bukit adalah :
(1) Penggunaan Rumah Tinggal :
a. Rumah Besar (T-1) adalah Rumah untuk satu keluarga dan atau kantor-kantor
rumah transformator listrik rumah pemadam kebakaran dengan luas dan ukuran
perpetakan minimum 6000 m2 dengan lebar minimum 20 meter KDB = 40 %.
b. Rumah Sedang (T-2) adalah rumah untuk satu keluarga dalam type ini termasuk
Villa, Bungalow dan
Podokan dengan luas dan ukuran perpetakan minimum
450 m2 dengan lebar minimum 15 m KDB = 40 % dan KLB = 1 x KDB.
c. Rumah kecil (T-3) adalah rumah untuk satu atau dua keluarga, Bungalow real
estate, KPR/BTN/Perumnas dengan luas dan ukuran perpetakan 300 m2 – 450 m2
dengan lebar minimum 12 m – 15 m. KDB = 48 % dan KDB 1 x KDB.
d. Rumah rakyat ( T-4) adalah Petak peruntukan maksimum untuk 6 keluarga
termasuk Bungalow penginapan dengan minimum 6 ruang KPR/BTN/Perumnas
dengan luas dan ukuran perpetakan minimum 150-200 m2. KDB = 40 % dan KLB
= 1 x KDB.
e. Tempat Tinggal untuk umum (T-5), adalah peruntukan untuk petak perumahan
dengan maksimim untuk 6 keluarga, termasuk didalamnya Losmen atau
Hotel/Penginapan dengan lebih dari 6 ruang peninapan. Luas perpetakan :
-
Untuk perumahan dengan luas maksimum 200 m2
-
Untuk Losmen atau Hotel /penginapan minimum 70 m2 dalam tiap ruang
penginapan .
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum = 40% dengan koefisien bangunan
(KLB) = 2x KDB.
f. Tempat Tinggal Pedesaan (T-6) , adalah tempat tinggal yang telah ada dipusatpusat Desa, termasuk didalamnya fasilitas lingkungan seperti Bale Banjar, Tempat
Ibadah dan sebagainya.
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 40% dari luas perpetakan dan
Koefisien Lantai Banguan (KLB) = 1 x KDB luas kapling antara 100 m2 –150 m2
9
(2) Penggunaan Bangunan Pendidikan :
a. Pendidikan Pra Universitas (L-1), adalah pendidikan setingkat SD, SMTP, SMTA
atau sejenis luas kapling dihitung 1, 2 m2 x jumlah murid, KDB = 40% dengan
KLB = 2 x KDB, tinggi maksimal 15 m dan tempat parkir 20 % dari luas kapling.
b. Pendidikan Tinggi yang diijinkan dikembangkan adalah Universitas Udayana,
Politeknik dan BPLP, pemanfaatan ruangannya diatur dalam rencana terperinci
kampus yang bersangkutan. Dalam satu satuan kampus masih diperbolehkan
adanya pemukiman dan asrama mahasiswa yang ditata secara selaras dengan
perencanaan kampus.
(3) Penggunaan Bangunan Pribadatan adalah
a. Untuk pembangunan Pura, tempat suci dan tempat ibadah lainnya, jenis dan
besarnya harus sesuai dengan rencana detail tata ruangnya.
b. Setiap bangunan Pura tempat suci dan tempat ibadah lainnya yang sudah ada pada
waktu peraturan ini ditetapkan tidak boleh dipindahkan dan atau dipakai oleh
pemegang hak atas atau penyewa tanah tanpa ijin khusus dari yang berwenang.
c. Setiap pembangunan disekitar areal Pura tempat suci dan tempat ibadah lainnya
harus diperhatikan kesucian bangunan tersebut.
(4) Penggunaan Bangunan Perdagangan :
a. Pertokoan Lingkungan (P-1) luas dan ukuran perpetakan minimum 30 m2 / unit
dengan KDB 50 % dari luas peruntukan dengan KLB = 3 x KDB tinggi Bangunan
maksimum 15 m dengan luas tempat parkir 20 %.
b. Pusat Perdagangan (P-2)
Luas dan ukuran perpetakan minimum 70 m2 per unit dengan KDB 50 % dan
KLB = 3 x KDB, tinggi bangunan maksimum 15 m dengan luas tempat parkir 20%.
c. Pasar (P-3) luas dan ukuran perpetakan minimum 225 m2 dengan KDB 40% dan
KLB = 1 x KDB, tinggi bangunan maksimum 15 m dan luas tempat parkir 20%.
(5) Penggunaan Bangunan Industri (I) dimaksudkan merupakan industri ringan dari
kerajinan rakyat, luas dan ukuran perpetakan minimum 300 m2, lebar minimum 15 m,
KDB 40%, KLB = 2 x KDB.
(6) Penggunaan bangunan perhotelan dan fasilitas penunjang pariwisata.
a. Bangunan perhotelan hanya di perkenankan di Kawasan Jimbaran, Kedonganan,
Balangan, Labuan Sait dan Nusa Dua (BTDC) dan Semawang.
b. Peruntukannya diatur lebih lanjut dalam rencana Detail tata Ruang Kawasan.
10
(7) Obyek Pariwisata.
a. Obyek Wisata di wilayah Bukit ditetapkan yaitu Uluwatu, Suluban dan Tanjung
Geger;
b. Pada obyek pariwisata diperkenankan adanya kegiatan usaha penunjang pariwisata
seperti Bar, Restaurant, Rumah Makan dan Art Shop;
c. Pada obyek pariwisata tidak diperkenankan membangun Hotel atau Penginapan;
d. Peruntukan pada obyek pariwisata diatur dalam rencana Detail Tata Ruang.
D. Pasal 8 dirubah dan harus dibaca :
GARIS-GARIS SEMPADAN PENGGUNAAN DARI JALAN
a. Pada jalan-jalan Alteri primer garis sempadan bangunan dari as jalan minimal 75
(tujuh puluh lima) meter.
b. Pada jalur jalan Jimbaran - Uluwatu, Bualu - Ungasan Uluwatu diluar daerah
pemukiman, sempadan dari as jalan minimal 50 (lima puluh) meter.
Sedangkan pada daerah pemukiman sempadan bangunannya 25 (Dua puluh lima)
meter.
c. Pada jalan lokal primer yang menghubungkan obyek –obyek wisata lain, jalan
masuk ke Kampus Universitas Udayana garis sempadan bangunan dari as jalan
minimal 25 (duapuluh lima ) meter.
d. Padan jalan lokal Sekunder dengan :
Lebar jalan 8 (delapan) meter, garis sempadan bangunan dari as jalan minimal 8
(delapan) meter. Lebar jalan 6 (enam) meter, garis sempadan bangunan dari as jalan
minimal 6 (enam) meter. Kecuali apabila jalan tersebut melalui wilayah peruntukan
Desa, tempat berteduh dan bangunan-bangunan serupa tidak perlu mengikuti
ketentuan-ketentuan garis sempadan pasal ini.
E. Pasal 22, kalimat “PELANGGARAN – PELANGGARAN DAN SANGSI – SANGSI”
dirubah dan dibaca “PELANGGARAN – PELANGGARAN DAN KETENTUAN
PIDANA” serta ayat (5) dan ayat (6) dirubah dan dibaca sebagai berikut :
Pasal 22
PELANGGARAN – PELANGGARAN DAN KETENTUAN PIDANA
(5) Barang siapa melanggar ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah
ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyakbanyaknya Rp. 50.000,- (Lima Puluh Libu Rupiah).
(6) Tindak Pidana dimaksud ayat (5) adalah pelanggaran.
11
(7) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas
pelanggaran tindak pidana, penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil ( PPNS ) di lingkungan Pemerintah Daerah yang
pengangkatananya ditetapkan sesuai dengan Peraturan per Undangan yang berlaku.
(8) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana dimaksud dalam
ayat (7) berwenang :
a. menerima laporan atua pengaduan dari seorang tentang adanya tindak Pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan
pemeriksaan;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda dan atau surat ;
e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;
f. memanggil orang untuk didenganr dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik
bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak
pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada
penuntut umum, tersangka atau keluarganya;
h. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Denpasar, 3 Oktober 1988
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
BUPATI KEPALA DAERAH
KABUPATEN DAERAH TK. II BADUNG
TINGKAT II BADUNG
KETUA.
t.t.d.
t.t.d.
(I GST. KETUT ADHIPUTRA, Sm. HK)
(PANDE MADE LATRA)
Disahkan Oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali
dengan keputusan
Tanggal : 25 Mei 1989 Nomor 171 Tahun 1989
12
Diundangkan Dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.
Nomor
: 10
Tanggal
: 28 Juni 1989
Seri
: D
Nomor
:8
Sekretaris Wilayah/Daerah,
t.t.d.
(Drs. Ida Bagus Yudara Pidada)
NIP : 010045843
13
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG
NOMOR 6 TAHUN 1988
TENTANG
PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH
TINGKAT II BADUNG NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG PEMBAGIAN WILAYAH
PERUNTUKAN BUKIT
I.
UMUM
Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 1 Tahun 1979
tentang Pembagian Wilayah Peruntukan Bukit adalah sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan Industri Pariwisata umumnya dan khususnya terhadap pembagian
wilayah peruntukan Bukit. Disamping itu sesuai dengan Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Bali tanggal 19 Agustus 1988 Nomor 306 Tahun 1988 tentang
Pembagian Wilayah Peruntukan Kawasan Pariwisata Jimbaran dan Kedonganan,
tanggal 19 Agustus 1988 Nomor 307 Tahun 1988 tenatng Pembagian Wilayah
Peruntukan Kawasan Pariwisata Tanjung Benoa maka dipandang perlu mengadakan
perubahan pertama terhadap peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1979 tersebut diatas.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal I cukup jelas
Pasal II cukup jelas.
Download