Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI KAWASAN AIR TERJUN LAWEAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Species Diversity of Fern (Pteridophyte) in the Lawean Waterfall Region Sendang Tulungagung 1. 2. 3. 4. Susan Fari Sandy¹, Yuni Pantiwati², Atok Miftachul Hudha³, Roimil Latifa4 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang [email protected] Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang [email protected] Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang [email protected] Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang Roimil Latifa, M.Si, M.M Abstrak Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi, termasuk tumbuhan paku (Pteridophyta).Total tumbuhan paku yang hampir diketahui di dunia ada 10.000 jenis, sekitar 1.300 jenis tumbuh di Indonesia. Tumbuhan paku (Pteridophyta) sangat heterogen apabila ditinjau dari segi habitat dan cara hidupnya. Kawasan Air Terjun Lawean berada diketinggian 1109 – 1215 mdpl. Sampai saat ini belum ada data pubikasi tentang keanekaragaman jenis tumbuhan paku yang ada di Kawasan Air Terjun Lawean. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan paku yang ditemukan dan mengetahui keadaan faktor lingkungan abiotik. Penelitian ini dilakukan dengan metode jelajah dan hasilnya dianalisis secara deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Kawasan Air Terjun Lawean Sendang Tulungagung pada tanggal 30 September 2015 – 4 Oktober 2015. Populasi dari penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan paku yang ada di Kawasan Air Terjun Lawean. Sampel penelitian ini adalah jenis tumbuhan paku yang ditemukan pada jalur jelajah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Air Terjun Lawean Sendang Tulungagung pada titik koordinat S 07°53‘56,64‖ - E 111°47‘38,78‖,diperoleh bahwa ada 20 jenis tumbuhan paku yang ditemukan, termasuk dalam dua kelas dari empat kelas yang ada, yaitu dari kelas Lycopodiinae dan kelas Filicinae, dengan rincian Selaginella ornata termasuk kelas Lycopidiinae dan 19 jenis lainnya termasuk kelas Filicinae diantaranya, Davallia trichomanoides, Asplenium nidus, Nephrolepis acuminata, Asplenium tenerum, Belvisia revoluta, Antrophyum reticulatum, Phymatodes nigrescens, Asplenium longifolium, Lemaphelium accenden, Athyrium procumbens, Arachnoides haniffii, Athyrium ascendens, Tectaria angulata, Lindsaea lucida, Goniophlebium subariculatum, Asplenium parakense, Vittaria elongata, Sphenomeris chusana, Gleichneia linearis. Kata kunci: Keanekaragaman, Jenis, Pteridophyta, Air Terjun Lawean Abstract Indonesia is one of the tropical countries that has high biodiversity, including Fern (Pteridophyta). Total Ferns that almost known in the world are 10.000 species, about 1.300 species grow in Indonesia. Ferns (Pteridophyta) are very heterogeneous if reviewed in 828 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 terms of its habitats and way of life. Region of Lawean Waterfall are at an altitude 1109 – 1215 Meters above sea level. Up until now there is no data publication of the ferns (Pteridophytes) species diversity in the Lawean waterfall region. This research as a purpose to know the Fern species diversity that found in Lawean Waterfall Region and to know the state of abiotic environmental factors. This research carried out by using cruising method and the results were analyzed discriptvely. Reseearch carried out in the Lawean Waterfall Region, Sendang, Tulungagung on 30th September – 4th October 2015. The population of this research is all species of ferns that exist in the Lawean Waterfall Region, the sample is species of ferns that found on track lines. Based on the result that carried out in the Lawean Waterfall Region, Sendang, Tulungagung at poin of coordinates S 07°53‘56,64‖ - E 111°47‘38,78‖, found that there are 20 Ferns Species found classified in the two of the four classes that exist, there are Lycopodiinaei class and Filicinae class, with details including class Lycopidiinae Selaginella ornate, and 19 other species including Filicinae classes, including Davallia trichomanoides, Asplenium nidus, Nephrolepis acuminata, Asplenium tenerum, Belvisia revoluta, Antrophyum reticulatum, Phymatodes nigrescens, Asplenium longifolium, Lemaphelium accenden, Athyrium procumbens, Arachnoides haniffii, Athyrium ascendens, Tectaria angulata, Lindsaea lucida, Goniophlebium subariculatum, Asplenium parakense, Vittaria elongate, Gleichneia linearis. Key word: Diversity, Species, Pteridophyte, Lawean Waterfall PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia menduduki posisi tingkat ketiga di dunia untuk keanekaragaman tumbuh-tumbuhan, termasuk tumbuhan paku (Pteridophyta). Menurut Jones (1979), total tumbuhan paku yang hampir diketahui di dunia ada 10.000 spesies, sebagian besar diantaranya tumbuh di Indonesia. Tumbuhan paku termasuk tumbuhan perintis yang hidup disetiap tipe kawasan hutan yang memegang fungsi dan peran penting dalam menyusun keseimbangan ekosistem hutan. Keanekaragaman jenis mencakup seluruh spesies yang ditemukan di muka bumi. Menurut Leksono (2011), spesies (jenis) dapat diartikan sebagai suatu kumpulan individu yang secara morfologi, fisiologi atau biokimia sama dan ciri yang dimilikinya berbeda dari kelompok lain dalam hal ciri tertentu. Definisi spesies secara morfologis, banyak digunakan oleh para taksonom untuk mengidentifikasi oranisme. Indonesia sangat kaya akan jenis-jenis tumbuhan. Semua suku utama tumbuhan yang hidup dibumi dapat di temukan di Indonesia. Menurut Leksono (2011), Indonesia berada pada peringkat ketiga untuk kekayaan spesies tumbuhan (37.000 spesies) merupakan negara yang terletak di wilayah tropis. Berdasarkan habitusnya ada jenis-jenis tumbuhan paku yang sangat kecil dengan daun-daun yang kecil dan memiliki struktur yang sangat sederhana, ada pula yangbesar dengan ukuran daun yang dapat mencapai sampai 2m atau lebih dengan struktur yang rumit. Berdasarkan cara hidupnya ada jenis-jenis paku yang hidup diatas tanah (terestrial), ada yang hidupnya menumpang pada tumbuhan lain (epifit), dan ada paku air (higrofit) (Kinho, 2009). Sebagian besar dari jumlah tumbuhan paku yang hidup terdistribrusi di kawasan Malaesia, termasuk kepulauan Indonesia diperkirakan memiliki 1.300 jenis. Tumbuhan 829 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 paku adalah kelompok tumbuhan yang memiliki keanekaragaman cukup tinggi didalam hutan (Ceri dkk., 2014). Hasil penelitian Ceri (2014) terhadap Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan (Pteridophyta) di Mangrove Muara Sungai Peniti Kecamatan Segedong Kabupaten Pontianak, dilaporkan bahwa ditemukan 11 jenis tumbuhan paku dari kelas Polypodiopsida dan terdiri atas 7 famili. Berdasarkan pengamatan tempat tumbuhnya, terdapat dua jenis cara tumbuh tumbuhan paku yaitu hidup dipermukaan tanah (terestrial) dan hidup menempel di pohon-pohon (epifit). Total tumbuhan paku yang ditemukan adalah 11 jenis dengan rincian 9 jenis paku terestrial dan 2 jenis paku epifit. Tumbuhan paku masih kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan kelompok tumbuhan lainnya, karena masyarakat menganggap bahwa tumbuhan paku kurang memberikan manfaat yang berarti bagi kehidupan. Tumbuhan paku sebenarnya meimiliki fungsi ekologis yang sangat penting serta dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya. Tumbuhan paku memiliki daerah penyebaran yang terbatas, namun ada pula yang sangat luas, sehingga dapat dijumpai di berbagai belahan bumi mulai dari daerah pantai (hutan mangrove), dataran rendah, rawa, sawah, kebun, sampai ke kawasan pegunungan, bahkan dapat ditemukan di tebing-tebing yang curam, tepi sungai, maupun dekat sumber air panas, baik yang hidup di tanah, merambat atau menumpang pada pohon. Penyusutan areal hutan menyebabkan berkurangnya berbagai macam flora dan fauna penghuni hutan, salah satunya adalah spesies tumbuhan paku, oleh karena itu dipandang sangat perlu untuk mengetahui jenis tumbuhan paku sebagai salah satu pendukung ekosistem hutan. Kawasan yang merupakan vegetasi tumbuhan paku salah satunya yaitu di kawasan Air Terjun Lawean, terletak di Dusun Turi, Desa Geger, Kecamatan Sendang, 25 km arah Barat Daya Kota Tulungagung dengan ketinggian 1200 meter dari permukaan laut, air terjun ini merupakan bagian dari lereng gunung Wilis. Potensi hutan dan keanekaragaman tumbuhan di Tulungagung khususnya Kecamatan Sendang belum begitu mendapat perhatian dari sisi edukasi. Tumbuhan paku di kawasan Air Terjun Lawean belum dieksplorasi kenaekaragaman jenisnya. Keanekaragaman flora dan fauna perlu dilestarikan, sehingga dipandang perlu untuk membuat database keanekaragaman flora dan fauna yang ada di Indonesia. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis-jenis Pteridophyta yang ada di kawasan Air Terjun Lawean Desa Geger Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Air Terjun Lawean untuk mengambil sampel tumbuhan paku (Pteridophyta). Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) di kawasan Air Terjun Lawean. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau sekumpulan individu yang memiliki karakterisik tertentu (Sugiyono, 2010). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ditemukan pada jalur jelajah di kawasan Air Terjun Lawean. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan obyek dari suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik sampling Nonprobability sampling, yaitu insidental sampling. Insidental Sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan 830 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 kebetulan, yaitu yang secara kebetulan ditemukan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang objek tersebut cocok sebagai sumber data. Variabel pada penelitian ini adalah jenis-jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) yang di temukan di sepanjang jalur jelajah di Kawasan Air Terjun Lawean Sendang Tulungagung. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode jelajah (cruise methods). Menurut Hartini (2011) dalam Nasari dkk (2011), yang dimaksud dengan jelajah adalah menjelajahi setiap sudut suatu lokasi yang dapat mewakili tipe-tipe ekosistem ataupun vegetasi di kawasan yang diteliti. Data yang sudah diperoleh dianalisis secara deskriptif. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menentukan nama spesies atau jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ditemukan di Kawasan Air Terjun Lawean. Hal pertama yang dilakukan adalah obsevasi tempat, hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi banyak atau tidak tumbuhan paku di berbagai tempat-tempat pada kawasan Air Terjun Lawean dan mendeteksi wilayah yang dapat dijangkau sebagai tempat peneltian. Data yang sudah diperoleh dianalisis secara deskriptif. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menentukan nama spesies atau jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ditemukan di Kawasan Air Terjun Lawean. Menurut Simpson (2006), teknik identifikasi dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan kunci taksonomi, mendeskripsikan berdasarkan literatur, membandingkan objek atau spesimen, membandingkan gambar, dan pendapat dari lembaga atau ahli yang berkompeten. Pada penelitian ini identifikasi dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi Holttum (1968) dan Steenis (2006), mencocokkan gambar pada buku Ferns of Malaysia in Colour Piggot (1988), dan Ensiklopedia Dunia Tumbuhan Paku (2012). Identifikasi yang dilakukan dengan mengamati morfologi, terutama pada letak dan bentuk sorus. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini kunci identifikasi yang digunakan peneliti untuk mengidentifikasi jenisjenis tumbuhan paku (Pteridophyta) di Kawasan Air Terjun Lawean Sendang Tulungagung. Kunci identifikasi mengacu pada kunci identifikasi Steenis (2006) dan kunci identifikasi Holltum. Kunci identifikasi Stenis dimulai dari nomor 17, karena tumbuhan yang diidentifikasi sudah jelas tentang golongan paku-pakuan. Kunci identifikasi Holttum dimulai dari nomor 5, karena nomor 1-4 khusus mengenai paku air. Hasil kunci identifikasi disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Hasil Identifikasi Jenis-jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Air Terjun Lawean Berdasarkan Kunci Identifikasi Holtttum (1965) dan Steenis (2008) No Kunci Identifikasi Jenis 1. 35 Anthrophyum califolium (Holttum, 1968) 2. 1b, 5a, Arachnoids hanifii (Steenis, 2008) 3. 11b, 12a, Asplenium longifolium (Steenis, 2008) 831 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 4. 11b, 12a (Steenis, 2008) 1A (Holttum, 1968) 6b (Steenis, 2008) 12A (Holttum, 1968) 1b, 5b, 10a, 11b, 12b. (Steenis, 2008) 16A (Holttum, 1968) 34b, 90b, 99b, 15A (Holttum, 1968) Asplenium nidus 8. 34b, 90b, 99b (Holttum, 1968) Athyrium procumbens No 9. Kunci Identifikasi Jenis 19b, 20a, 21a, 22a. Belvisia revolute (Holttum, 1968). 1b, 5b, 10b, 13b, 15b. Davallia trichomanoides (Steenis, 2006) 24a Gleichneia linearis (Steenis, 2008). 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, Goniophlebium 25b, 26b. (Steenis, 2008) 63,a 84b Lindsaea (Holttum, 1968) 1b, 2a, 6a Lemaphelium accenden (Steenis, 2008) 1b, 5b, 10a, 11a. Nephrolepis acuminate (Steenis, 2008) 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, Phymatodes 25b, 26b. (Steenis, 2008). 17b, 18b, 19a, 20b, 21a Selaginella ornata (Steenis, 2008). 5. 6. 7. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Asplenium parakense Asplenium tenerum Athyrium ascenden 18. 19. 1b 87b, 89b, 91a. (Holttum, 1968). 20. 29, 31 (Holttum, 1968) NB : Kunci Identikisai Terlampir Sphenomeris chusana Tectaria angulata Vittaria elongata 832 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Hasil dari identifikasi jenis-jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) di Kawasan Air Terjun Lawean Sendang Tulungagung menggunakan kunci identifikasi kemudian didapatkan klasifikasi atau pengelompokkan dari jenis-jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) yang disajikan dalam tabel 2 Tabel 2. Data jenis-jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) di Kawasan Air Terjun Lawean (2015) No Kelas Jenis 1. Polypodiopsida Anthrophyum califolium 2. Filicinae Arachnoids hanifii 3. Polypodiopsida Asplenium longifolium 4. Filicinae Asplenium nidus 5. Filicinae Asplenium parakense 6. Filicinae Asplenium tenerum 7. Filicinae Athyrium ascenden 8. Filicinae Athyrium procumbens 9. Filicinae Belvisia revolute 10. Filicinae Davallia trichomanoides 11. Filicinae Gleichneia linearis 12. Filicinae Goniophlebium subariculatum 13. Filicinae Lindsaea lucida 14. Filicinae Lemaphelium accaendens 15. Filicinae Nephrolepis acuminate 16. Filicinae Phymatodes nigrescens 17. Lycopodiinae Selaginella ornata 18. Filicinae Sphenomeris chusana 19. Filicinae Tectaria angulata 20. Filicinae Vittaria elongata Sumber : Data Pribadi (2015) Terdapatnya keanekaragaman jenis paku yang tinggi di Kawasan Air Terjun Lawean Sendang Tulungagung dikarenakan oleh faktor-faktor lingkungan (abiotik) yang sesuai dengan kehidupan berbagai jenis tumbuhan paku. Faktor-faktor lingkungan yang diamati pada penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 833 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Tabel 3 Hasil Pengukuran Faktor Abiotik pada Habitat Tumbuhan Paku di Kawasan Air Terjun Lawean Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kawasan Air Terjun Lawean Sendang Tulungagung pada titik koordinat S 07°53‘56,64‖-E 111°47‘38,78‖, ditemukan 21 jenis tumbuhan paku yang termasuk dalam dua kelas dari empat kelas yang ada yaitu dari kelas Lycopodiinae dan Filicinae. Jenis paku dari Kelas Lycopodiinae yang ditemukan yaitu Selaginella ornata, kelas Filicinae ditemukan 19 jenis, yaitu Gleichneia lineralis, Sphenomeris chusana, Davallia trichomanoides, Asplenium nidus, Nephrolepis acuminata, Asplenium tenerum, Belvisia revoluta, Antrophyum reticulatum, Phymatosorus nigrescens, Asplenium longifolium, Pyrrosia, Athyrium procumbens, Arachnoides haniffii, Athyrium ascendens, Tectaria, Lindsaea lucida, Goniophlebium subariculatum, Asplenium parakense, Vittaria elongata. Jenis tumbuhan paku yang ditemukan di Kawasan Air Terjun Lawean sebagian besar merupakan tumbuhan paku epifit, yaitu menumpang pada tumbuhan lain. Menurut Leksono (2007), keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menentukan struktur komunitas. Semakin banyak jumlah spesies dengan tingkat jumlah individu yang sama atau mendekati sama, semakin tinggi tingkat heterogenitasnya. Sebaliknya, jika jumlah spesies 834 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 sangat sedikit, dan terdapat perbedaan jumlah individu yang besar antar spesies, maka semakin rendahlah heterogenitas suatun komunitas. Keanekaragaman jenis tumbuhan paku secara tidak langsung dipengaruhi oleh faktor abiotik, seperti pH tanah, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan ketinggian tempat. pH tanah pada lokasi ditemukannya tumbuhan paku berada pada kisaran 6 – 7, berarti tanah cenderung asam. Menurut Perl (1997) dalam Raina (1999), pengaruh pH terhadap penyerapan zat hara dan pertumbuhan meliputi pengaruh dari zat beracun dan kelembaban zat hara. Apabila pH tanah < 7 adalah asam dan apabila pH tanah > 7 adalah basa. Sebagian besar paku-pakuan yang hidup di hutan tumbuh subur pada tanah dengan pH asam antara 5,5 – 6,5, tetapi di daerah berbatu paku-pakuan membutuhkan pH yang lebih basa, yaitu 7-8. Kelembaban udara juga berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara dan laju pertumbuhan. Umumnya paku-pakuan yang hidup pada hutan tropis basah memerlukan kelembaban udara kurang lebih 7%, jika kelembaban udara tersebut terpenuhi, maka pakupakuan dapat tumbuh subur. Intensitas cahaya pada lokasi penelitian berkisar 117 – 1603 lux. Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk fotosintesis. Cahaya matahri merupakan faktor krusial dalam kehidupan tumbuhan sebagai sumber energi. Meskipun demikian, karena sifat hidup tumbuhan yang sesil, maka perubahan intensitas cahaya sangat mempengaruhi kehidupannya. Untuk dapat memperoleh energi bagi pertumbuhan dan perkembangannya, tumbuhan memerlukan sejumlah cahaya minimal (Leksono, 2007). Ketinggian pada lokasi penelitian dari awal yaitu 1109 mdpl, dan terakhir 1255 mdpl. Semakin tinggi lokasi penelitian, jenis tumbuhan paku yang ditemukan semakin homogen dan tidak terlalu banyak. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Air Terjun Lawean Sendang Tulungagung dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ditemukan pada kawasan Air Terjun Lawean berjumlah 20 jenis yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas Filicinae dan Kelas Lycopodiinae. Jenis paku dari Kelas Lycopodiinae yang ditemukan yaitu Selaginella ornata, kelas Filicinae ditemukan 19 jenis, yaitu Gleichneia lineralis, Sphenomeris chusana, Davallia trichomanoides, Asplenium nidus, Nephrolepis acuminata, Asplenium tenerum, Belvisia revoluta, Antrophyum reticulatum, Phymatosorus nigrescens, Asplenium longifolium, Pyrrosia, Athyrium procumbens, Arachnoides haniffii, Athyrium ascendens, Tectaria, Lindsaea lucida, Goniophlebium subariculatum, Asplenium parakense, Vittaria elongata. 2. Jenis-jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ditemukan memiliki ciri-ciri yang berbeda. Kelas Lycopodiinae, yaitu Sellaginella ornata memiliki ciri batang dan akarnya bercabang-cabang menggarpu, daun kecil (mikrofil), tidak bertangkai. Sedangkan jenis tumbuhan paku dari kelas Filicinae umumnya memiliki ciri daun besar 835 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 (makrofil), bertangkai, dan memiliki banyak tulang daun. Daun muda selalu tergulung pada ujungnya, dan pada sisi bawah daunnya mempunyai banyak sporangium. 3. Faktor abiotik sangat mendukung pertumbuhan tumbuhan paku, diantaranya pH tanah berkisar 6 - 7 berarti asam, kelembaban udara berada pada kisaran 70 – 80%, intensitas cahaya berkisar 117 – 1603 lux, dan ketinggian tempat awal sampai akhir penelitian yaitu 1077 – 1252 mdpl. Saran Penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain untuk lebih jauh lagi dalam mengidentifikasi atau bahkan menginventarisasi keanekaragaman jenis-jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) di beberapa area hutan atau air terjun di Kabupaten Tulungagung, mengingat tumbuhan paku juga merupakan komponen penting dalam suatu ekosistem dan merupakan kekayaan hayati Indonesia yang perlu dieksplor. Selain itu, area hutan semakin tahun semakin menyusut, yang mengakibatkan punahnya flora dan fauna endemik. DAFTAR PUSTAKA Bunia, Ceri dkk. Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan (Pteridophyta) di Mangrove Muara Sungai Peniti Kecamatan Segedong Kabupaten Pontianak. Jurnal Protobiont 2014 Vol 3 (2) : 240 – 246 Holttum. 1965. Ferns of Malaya. MC.Grawhill : Toronto Jones, Samuel. 1979. Plant Systematics. Mc.Graw Hill : New York Kinho, Julianus. Mengenal beberapa jenis tumbuhan Paku di kawasan hutan payahe Taman nasional aketajawe lolobata Maluku utara. ISBN 978-602-96899-0-3. 2009 Leksono, Amin. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitayif. Bayumedia Publishing : Malang Leksono, Amin. 2011. Keanekaragaman Hayati Teori dan Aplikasi. UB Press : Malang Marini, dkk. 2005. Analisis Minyak Atsiri pada Tumbuhan Paku (Pterydophyta) di Kawasan Air Terjun Pangajaran Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Jurnal Biofarmasi Vol. 3 (1): 22-25 Pebruari 2005 ISSN: 1693-2242 Nasari, dkk. Pembuatan Flipchart dari hasil Inventarisasi tumbuhan Paku di Hutan Adat Desa Teluk Bakung. Jurnal Pendiidkan Biologi FKIP Untan 2011 Piggott A. G. 1988. Ferns of Malaysia in Colour. Tropical Press SDN : BHD Kuala Lumpur Malaysia Raina, Martina. 1999. Distribusi Paku-pakuan di kawasan Kalikuning Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Program Studi Biologi Lingkungan Universitas Atmajaya Yogyakarta Simpson, M. G. 2006. Plant Systematics. Elsevier Academic Press : New York Steenis. 2008. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT Pradya Paramita : Jakarta Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta : Bandung Suhono, Budi. 2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Paku. Lentera Abadi Steenis. 2008. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT Pradya Paramita : Jakarta 836